Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

13
Serambi Akademica Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol. 9, No. 2, Maret 2021 pISSN 23378085 eISSN 2657- 0998 167 Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Sekolah Siti Fatimah SMAN 1 Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues Email : [email protected] ABSTRAK Pendidikan kewarganegaran (PKn) bertujuan membentuk warga negara yang ideal, yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip kewarganegaraan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun kesadaran berkonstitusi melalui penanaman nilai-nilai Pendikar di sekolah. Penelitian ini termasuk penelitian kasus (case study). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Pembangunan kesadaran berkonstitusi melalui implementasi Pendikar dalam pembelajaran berkembang ―Sangat baik‖. Kelambatan berkembang pada inisiatif saat diskusi kelompok atau saat presentasi di kelas yang masih mencapai kategori MB (mulai berkembang). Kemampuan inisiatif memang memerlukan latihan-latihan dan peningkatan wawasan. Kata kunci : Kesadaran berkonstitusi, bela negara PENDAHULUAN Pendidikan kewarganegaran (PKn) sebagai pilar dalam pembangunan mental dan perilaku warga negara yang konstitusional memiliki tujuan membentuk warga negara yang ideal, yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip kewarganegaraan. Tujuan PKn di SMA ada empat macam, di antaranya adalah untuk membiasakan siswa mampu (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, dan (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Kunci pokok untuk mencapai harapan tersebut adalah terwujudnya ―kesadaran berkonstitusi‖ bagi setiap warga Negara. PKn menjadi sangat strategis perannya ketika berbagai isu kewarganegaraan antara lain masalah-masalah hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik tidak sejalan dengan harapan tersebut. Trend tingginya angka pelanggaran hukum, tindak kekerasan dalam penyampaian pendapat, serta suburnya korupsi di Indonesia menjadi kendala serius untuk menanamkan kesadaran berkonstitusi. Praktik birokrasi yang berliku, perilaku sebagian besar politikus yang tidak fair, rendahnya kinerja pelayan publik, serta kesenjangan ekonomi yang jauh dari rasa keadilan menjadi laboratorium pembelajaran PKn yang kontraproduktif bagi siswa. Minimnya keteladanan dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah berakibat kepada sulitnya siswa dalam mengembangkan diri sebagai warga Negara yang baik.

Transcript of Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Page 1: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

167

Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi Nilai-nilai

Pancasila di Sekolah

Siti Fatimah

SMAN 1 Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pendidikan kewarganegaran (PKn) bertujuan membentuk warga negara yang ideal,

yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan

prinsip kewarganegaraan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun kesadaran

berkonstitusi melalui penanaman nilai-nilai Pendikar di sekolah. Penelitian ini

termasuk penelitian kasus (case study). Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan Pembangunan kesadaran berkonstitusi melalui implementasi Pendikar

dalam pembelajaran berkembang ―Sangat baik‖. Kelambatan berkembang pada inisiatif saat diskusi kelompok atau saat presentasi di kelas yang masih mencapai

kategori MB (mulai berkembang). Kemampuan inisiatif memang memerlukan

latihan-latihan dan peningkatan wawasan.

Kata kunci : Kesadaran berkonstitusi, bela negara

PENDAHULUAN

Pendidikan kewarganegaran (PKn) sebagai pilar dalam pembangunan mental dan

perilaku warga negara yang konstitusional memiliki tujuan membentuk warga negara yang

ideal, yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip

kewarganegaraan. Tujuan PKn di SMA ada empat macam, di antaranya adalah untuk

membiasakan siswa mampu (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan, dan (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung

jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta anti korupsi (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Kunci pokok untuk

mencapai harapan tersebut adalah terwujudnya ―kesadaran berkonstitusi‖ bagi setiap

warga Negara.

PKn menjadi sangat strategis perannya ketika berbagai isu kewarganegaraan antara

lain masalah-masalah hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik tidak sejalan dengan

harapan tersebut. Trend tingginya angka pelanggaran hukum, tindak kekerasan dalam

penyampaian pendapat, serta suburnya korupsi di Indonesia menjadi kendala serius untuk

menanamkan kesadaran berkonstitusi. Praktik birokrasi yang berliku, perilaku sebagian

besar politikus yang tidak fair, rendahnya kinerja pelayan publik, serta kesenjangan

ekonomi yang jauh dari rasa keadilan menjadi laboratorium pembelajaran PKn yang

kontraproduktif bagi siswa. Minimnya keteladanan dan krisis kepercayaan terhadap

pemerintah berakibat kepada sulitnya siswa dalam mengembangkan diri sebagai warga

Negara yang baik.

Page 2: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Siti Fatimah

168

Banyaknya kasus tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, bahkan antaranggota

legislatif pada akhir-akhir ini merupakan sebagian dari bukti nyata bahwa kesadaran

berkonstitusi generasi muda masih rendah. Ditambah lagi rasa cinta tanah air dan bangga

sebagai Bangsa Indonesia sulit ditemukan terutama dalam hal budaya sopan-santun,

pemakaian produk dalam negeri, budaya apresiasi, musyawarah ketika terjadi perbedaan

kepentingan, dan sejenisnya. Adanya sikap/perilaku tersebut tidak terlepas dari lemahnya

karakter bangsa pada generasi muda. Nilai-nilai Pancasila yang notabene merupakan jati

diri bangsa sudah semakin tergeser bahkan tergusur oleh paham dan budaya asing yang

negatif. Begitu banyak kasus diinformasikan media berlatar dari paham liberalisme,

radikalisme, terorisme, dan menghalalkan segala cara (machiavelisme) sejak reformasi

bergulir tahun 1998. Bukan tidak mungkin apabila anak yang sekarang berumur belasan

tahun mengira bahwa sikap/perilaku tersebut asli budaya (native culture) Indonesia.

Apabila kondisi semacam ini tidak segera diupayakan langkah-langkah perbaikan

maka besar kemungkinan akan berpengaruh terhadap lunturnya rasa nasionalisme,

hilangnya kepercayaan diri, dan pada puncaknya adalah tercabutnya jati diri bangsa dari

akarnya, Pancasila. Permasalahan ini diperparah apabila PKn yang merupakan pintu utama

penanaman kesadaran berkonstitusi masih dibelajarkan dengan mengedepankan substansi

tekstual, dan miskin dari substansi kontekstual (skill kewarganegaran). Hal ini sesuai

dengan pengakuan 10 siswa yang penulis wawancarai secara terbatas, bahwa selama ini

banyak materi substansi konstitusi masih dipelajari dalam tataran normatif atau tekstual.

Siswa berharap bahwa substansi konstitusi yang terjabar di berbagai kompetensi dasar

dapat dibelajarkan dalam tataran praktis-empiris (skill kewarganegaraan), walaupun hanya

simulatif.

Berangkat dari rasa keprihatinan yang mendalam terhadap berbagai permasalahan

di atas, penulis melakukan upaya membangun kesadaran berkonstitusi melalui penanaman

nilai-nilai Pendikar di sekolah.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penulisan

Makalah ini merupakan laporan pengalaman tentang program pembangunan

kesadaran berkonstitusi yang ditulis secara deskriptif kualitatif. Laporan ini dimaksudkan

untuk memberikan informasi langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan dan hasil

kegiatan yang telah dilakukan secara terprogram, sistematis, dan itegratif. Deskripsi

kegiatan disajikan berdasarkan dokumentasi program (portofolio), sehingga dapat

dikatakan sebagai penelitian dokumentatif.

Tulisan ini mengulas tentang latar belakang, keadaannya sekarang ini, serta usaha

untuk menemukan dasar-dasar serta langkah-langkah perbaikan demi kehidupan yang

lebih konstitusional di lingkungan sekolah. Dengan demikian penelitian ini termasuk

penelitian kasus (case study), Suryabrata (2002). Penelitian ini juga dapat disebut sebagai

penelitian tindakan (action research) karena sesuai dengan pendapat Suryabrata (2002),

penelitian ini bertujuan mengembangkan ketrampilan baru atau cara pendekatan baru dan

untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia aktual. Di dalam

makalah ini diinformasikan strategi dan tindakan nyata dalam memecahkan permasalahan

Page 3: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

169

yang ditemukan, terutama belum optimalnya kesadaran berkonstitusi di lingkungan

sekolah di tempat tinggal penulis.

Metode Kegiatan

1. Melalui pembelajaran: Penguatan implementasi nilai-nilai karakter dengan

memilih dan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif yang memungkinkan

siswa aktif dan kreatif (bermain peran, penugasan portofolio)

2. Program Pembiasaan: penguatan implementasi nilai-nilai karakter bangsa di

lingkungan sekolah melalui program ―Bela Negara‖, pengembangan diri, dan

budaya sekolah (school culture) yang berisi pembiasaan-pembiasaan sikap

perilaku sadar hukum, cinta tanah air, dan cinta lingkungan yang melibatkan

warga sekolah.

Teknik Pengambilan dan Pengolahan Data

Teknik yang dipakai dalam mengambil dan mengolah data penelitian adalah

sebagai berikut.

1. Observasi

Data hasil observasi merupakan data kualitatif. Metode observasi yang dilakukan

terbatas dan tidak terstruktur—waktu pelaksanaannya menyesuaikan situasi dan kondisi.

Data yang terkumpul berupa catatan pengamatan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi program. Pengamatan dilakukan secara individual maupun kelompok terhadap

sikap dan tingkah laku siswa berdasarkan indikator soft skills dan hard skills kesadaran

berkonstitusi yang telah ditetapkan.

2. Dokumentasi

Data dokumentasi bersifat kualitatif. Data bersumber dari dokumen kegiatan dan

portofolio kegiatan, dianalisis sebagaimaa data observasi di atas kemudian diintegrasikan

kedalam tubuh laporan. Data dokumentasi berfungsi terutama untuk memperkuat hasil

temuan di lapangan terhadap gejala-gejala peristiwa terkait objek perhatian sesuai dengan

tujuan penulisan. Metode kegiatan banyak yang bersifat tidak formal (hidden curricullum),

karena kegiatan ini dinamis mengikuti situasi kondisi siswa, sekolah, masyarakat, serta

kurikulum sekolah itu sendiri.

Pengolahan data observasi dan dokumentasi dilakukan berdasarkan pendapat Miles

& Huberman (1984: 21—22), bahwa analisis data kualitatif dilakukan dengan empat

tahap: pengumpulan (data collection period), penyeleksian data (data reduction),

pemaparan (data display), dan verifikasi/kesimpulan (conclusion drawing/verification,

during and post). Data yang appropriate dengan tujuan penulisan makalah dikumpulkan,

diseleksi (reduksi), dipaparkan untuk dicermati, lalu diverifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Program Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi

Page 4: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Siti Fatimah

170

Kesadaran berkonstitusi memiliki ranah yang sangat luas, karena konstitusi

mengatur perikehidupan bernegara yang meliputi berbagai bidang. Untuk mewujudkan

kesadaran konstitusi secara utuh, guru PKn harus berkolaborasi dengan guru-guru mata

pelajaran yang ada. Guru PKn sebagai penanggung jawab program, mengendalikan

pembelajaran dan kegiatan kewarganegaraan secara terstruktur dan sistematis, membuat

linking yang jelas, mengidentifikasi, menganalisis, memprioritaskan, melaksanakan, dan

mengevaluasi program peningkatan kesadaran konstitusi yang dikendalikannya.

Suatu program kegiatan harus dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi agar

diketahui apakah tujuan dari program tersebut telah secara efektif mencapai sasaran.

Perhatian serius harus dicurahkan pada saat perancangan atau desain program agar benar-

benar diketahui apakah suatu program mendesak diperlukan. Untuk itulah diperlukan suatu

analisis kebutuhan (need assessment) yang melibatkan pihak-pihak terkait.

1. Analisis kebutuhan

Meskipun tidak secara formal, analisis kebutuhan yang penulis lakukan adalah saat

pembelajaran di kelas: melalui brain storming, identifikasi kasus pada kompetensi dasar

yang menuntut pengalaman aplikatif (C3) yaitu skill kewarganegaraan. Kegiatan tersebut

memberikan kontribusi berupa masukan pentingnya program pengembangan diri bela

Negara sebagai upaya peningkatan kesadaran berkonstitusi.

Selaku guru PKn untuk menentukan strategi pembelajaran kooperatif yang

mendorong partisipasi aktif dan kreatif siswa, serta pemilihan kegiatan pengembangan diri

yang bertajuk ―Bela Negara‖, yang dapat meningkatkan kesadaran berkonstitusi. Berbekal

analisis kebutuhan di atas, penulis dapat memerancang program peningkatan kesadaran

berkonstitusi di dalam pembelajaran dan lingkungan sekolah.

2. Penyusunan dan pengesahan program

Setelah penulis mengajukan program, kepala sekolah memberikan persetujuan,

arahan, dan akomodasi terutama program yang diselenggarakan di dalam pembelajaran

dan di lingkungan sekolah.

Sasaran kegiatan yaitu upaya peningkatan kesadaran berkonstitusi, melalui

berbagai sumber secara kolaboratif, baik soft skill maupun hard skills kewarganegaraan.

Metode kegiatan berupa kegiatan terstruktur (dalam kendali pembimbing) atau kegiatan

bebas (disesuaikan kreativitas siswa dalam merespon aktivitas di lingkungannya). Program

soft skills, yang merupakan peningkatan pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai konstitusi

dilaksanakan melalui pembelajaran PKn dan keteladanan guru.

Sedangkan hard skills dilaksanakan melalui pengembangan diri ―Bela Negara‖

yang meliputi beberapa unsur kegiatan di dalamnya. Sedangkan langkah-langkah program

secara sinergis, mulai: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi, dan umpan balik demi

penyempurnaan program dengan kendali tanggung jawab pada guru PKn, sekaligus

sebagai pembimbing pengembangan diri ―Bela Negara‖.

3. Evaluasi program dan umpan balik

Evaluasi program dilaksanakan secara periodik melibatkan pihak terkait (Para

pembina pengembangan diri, guru mata pelajaran, siswa/OSIS, termasuk tanggapan

komite sekolah). Sasaran evaluasi adalah ketercapaian indikator keberhasilan program

sebagaimana tersebut di Bab III Bagian D.

Page 5: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

171

Umpan balik pelaksanaan program dalam bentuk:

1) Apabila perencanaan kurang efektif maka diadakan analisis kebutuhan yang lebih

komprehensif

2) Apabila diketahui ada peningkatan maka program dikembangkan baik kualitas

maupun variasinya.

3) Apabila diketahui terdapat kendala sehingga tidak mengalami peningkatan maka

kegiatan dilakukan dengan alternatif metode lain setelah berkoordinasi dengan pihak

terkait dan mengetahui kendalanya secara jelas (analisis kebutuhan dan karakteristik

sasaran program diperbaharui).

Pengintegrasian nilai karakter ke dalam pembelajaran

Sebagai guru PKn, pembangunan kesadaran berkonstitusi melalui pembelajaran

merupakan sasaran utama. Kendali program pembangunan adalah nilai-nilai karakter

bangsa (Pendikar). Sebab nilai-nilai Pendikar dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum,

budaya sekolah, dan ekstrakurikuler. Usaha membangun kesadaran berkonstitusi di dalam

pembelajaran yaitu melalui pengetahuan, sikap, dan skill kewarganegaraan yang baik.

Pembelajaran PKn terutama pada kompetensi dasar ranah aplikatif (C3) hendaknya

memperbanyak penanaman nilai, pembiasaan nilai dalam praktik, sehingga timbul

kecintaan terhadap nilai dan akan menjadi dirinya (mengkarakter). Untuk meningkatkan

pembiasaan tersebut secara maksimal maka diperlukan kegiatan pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya kerjasama, tanggung jawab, kerja keras, berani menyampaikan

aspirasi, mau mendengarkan kritik, dan sebagainya. Dengan demikian proses internalisasi

nilai-nilai, sikap dan moral akan mudah mengkarakter pada diri siswa. Hal ini

mendorong terjadinya peningkatan kompetensi kewarganegaraan, yaitu memiliki rasa

percaya diri, memiliki komitmen, berpengetahuan, terampil dan berkepribadian.

1. Perencanaan Pembelajaran

Langkah-langkah pengintegrasian nilai Pendikar ke dalam perencanaan

pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis SK/KD untuk menentukan tingkatan ranah kompetensi dan indikator

ketercapaian kompetensi

b. Menentukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan partispasi aktif

(emocional, fisik dan mental)

c. Pada kompetensi dasar dengan ranah minimal C3 (aplikatif ke atas) ditekankan

menggunakan pendekatan cooperatif learning strategi bermain peran, penugasa

portofolio, membuat produk kewarganegaraan, dan sejenisnya.

d. Mendeskripsikan nilai-nilai karakter pada setiap langkah pembelajaran sesuai

dengan kegiatan dan tujuan pembelajaran.

e. Mengamati nilai-nilai karakter yang tampak pada siswa saat

pembelajaran.Untuk mengimplementasikan hal tersebut penulis melakukan

beberapa inovasi pembelajaran.

Page 6: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Siti Fatimah

172

Contoh integrasi nilai-nilai Pendikar di dalam perencanaan pembelajaran PKn

adalah sebagaimana tampak di Silabus dan RPP (lihat lampiran).

2. Implementasi Pendikar dalam proses pembelajaran

Penulis senantiasa berusaha memilih pendekatan pembelajaran kooperatif

dengan berbagai model yang membuat siswa aktif dan mengasah skill

kewarganegaraan. Misalnya dalam suatu classroom action research atau penelitian

tindakan kelas (PTK) pada tahun 2019, tentang peningkatan kualitas pembelajaran PKn

melalui model kooperatif Learning dalam memecahkan masalah pd materi Pengingkaran

Hak Asasi Manusia pada siswa kelas XI- IPA-2 SMAN 1 Kutapanjang Gayo Lues Tahun

Pelajaran 2019/2020

Gambar 1 : Sebuah sesi model pembelajaran Kooperatif Learning

.

Kelough (2009:16) mengemukakan bahwa ―Model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu strategi pembelajaran secara kelompok, siswa belajar bersama dan saling

membantu dalam menyelesaikan tugas dengan penekanan saling mensuport antara

kelompok,karena keberhasilan belajarsiswa tergantung pada keberhasilan

kelompoknya…‖.

Hasil PTK tersebut menunjukkan, bahwa skill kewarganegaraan meningkat

yang tercermin dalam keaktifan, kerjasama, tanggung jawab dan ketepatan dalam

melakonkan skenario pembelajaran. Selanjutnya penerapan model pemecahan masalah

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.ngkatkan kesadaran konstitusi dengan

memecahkan masalah juga dilaksanakan, baik melalui pembelajaran maupun kegiatan

nyata (penugasan). Melalui pembelajaran, khusus pada kompetensi dasar (KD) yang

bersifat aplikatif penulis menerapkan metode sosio drama, bermain peran, atau simulasi.

Tujuan pokok (objectives) metode sosio drama, simulasi, atau bermain peran adalah:

a. Siswa mendapatkan pengalaman praktis dari apa yang dipelajarinya (learning by

doing).

b. Siswa harus mencermati secara lebih serius peraturan perundangan atau aturan

pelaksanaannya, sehingga akan menumbuhkan sikap konsistensi serta menjunjung asas

legalitas.

Page 7: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

173

c. Setelah selesai kegiatan, siswa diberi kesempatan untuk mengkritisi kelebihan dan

kelemahan peraturan yang dilaksanakannya, serta memberikan masukan untuk

penyempurnaannya (brain storming).

d. Refleksi pada akhir kegiatan, dengan mencermati peristiwa-peristiwa kenegaraan

yang inkonstitusional serta akibatnya, akan mengembangkan potensi ―rasa‖ peduli,

serta membangkitkan kesadaran untuk menegakkan konstitusi di kemudian hari.

Gambar 2 :Simulasi menjadi nara sumber tentang isu kewarganegaraan

Untuk meningkatkan daya kritis dan cepat tanggap terhadap isu

kewarganegaraan, sesuai tujuan pembelajaran tertentu siswa diberi tugas melaksanakan

liputan, serta membuat deskripsi singkat disertai kritik dan saran. Salah satu contoh,

sebagai nara sumber di suatu media yang membahas tentang isu konstitusi dan sosial.

Apa tujuan metode pembelajaran bermain peran, laporan observasi langsung,

problem solving dengan berbagai sumber belajar langsung (offline) maupun melalui dunia

maya (online), Tujuan utamanya, siswa akan mengalami secara langsung bagaimana

sebuah peraturan hendaknya ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari secara sportif.

Siswa akan memperoleh pengalaman dan/atau informasi, apa akibat yang terjadi jika

suatu peraturan tidak ditegakkan. Hal ini adalah salah satu metode efektif pembangunan

soft skills kesadaran berkonstitusi, yaitu upaya cerdas untuk mencari tahu dan meyakini

pengetahuan itu. Yaitu mempertemukan aspek tekstual ideal (peraturan) dengan

pengalaman praktis, baik bersifat simulatif maupun langsung (live).

Tabel 2: Tingkat keberhasilan program melalui pembelajaran

Nilai Karakter Sadar Konstitusi/

Periode/Keberhasilannya

Jan-Des

2015

Jan-Des

2016

Jan-Des

2017

Kerjasama dalam kelompok MT MB MK

Tanggung jawab menyelesaikan tugas MB MK MK

Disiplin dalam penggunaan waktu MB MK MK

Taat aturan dalam diskusi/belajar MK MK MK

Kebersamaan dalam memecahkan mslh MT MB MK

Page 8: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Siti Fatimah

174

Inisiatif dalam diskusi/bekerja kelompok MT MB MB

Berpendapat/menerima pndpt secara santun MK MK MK

Kerja keras dalam mencari sumber belajar MT MK MK

Religius (berdoa awal/akhir pembelajaran) MK MK MK

Cinta tanah air (bangga sbg bangsa Ind) MB MK MK

Persentase (%) Keberhasilan

MT=mulai tampak, MB=Mulai

berkembang, MK=menjadi

kebiasaan (membudaya)

MT 40,00 0 0

MB 30,00 30,00 10,00

MK 30,00 70,00 90,00

(Sumber: Dok. pembelajaran PKn (Rata-rata kelas nilai afektif/Pendikar)

Hasil evaluasi program antara periode 2015-2017 adalah sebagaimana tabel 2.

Berdasarkan table 2 di atas, tingkat keberhasilan program (MK) terus mengalami

peningkatan dari periode 2015 sampai 2017. Pada tahun 2016 tingkat keberhasilan 30%

(kurang), periode 2017 mencapai 70% (cukup), dan pada akhir periode 2017 sudah

mencapai 90,00% (Sangat baik). Kelambatan berkembang pada inisiatif saat diskusi

kelompok atau saat presentasi di kelas yang masih mencapai kategori MB (mulai

berkembang). Kemampuan inisiatif memag memerlukan latihan-latihan dan peningkatan

wawasan.

Pembangunan Kesadaran Berkonstitusi di Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah sebagai tempat berkumpul untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

dan keterampilan (wiyata mandala). Seringkali sekolah mendapatkan kritik yang pedas

dari sebagian masyarakat yang mendudukkan sekolah sebagai pihak yang paling

bertanggung jawab atas ―gagalnya‖ ouput dan outcomes pendidikan. Tingginya angka

tindak pidana korupsi, penyelundupan narkoba, HIV/Aids, main hakim sendiri, dan

sejenisnya merupakan bukti gagalnya pendidikan di Indonesia. Kritik semacam ini harus

ditanggapi dengan introspeksi insan praktisi pendidikan. Di manakah letak kesalahan

pendidik dalam hal ini? Apakah proses pembelajaran tidak mampu memberi makna bagi

kehidupan siswa? Apakah lingkungan sekolah tempat siswa mencari ilmu kurang dapat

dijadikan sebagai miniatur masyarakat yang baik (kultur sekolah)?

―Bela Negara‖ adalah nama salah satu program pengembangan diri SMAN 1

Kutapanjang Gayo Lues Provinsi Aceh. Aspek bela negara memiliki cakupan yang sangat

luas. Namun ada beberapa hal yang perlu diprioritaskan, berdasarkan analisis kebutuhan

program pengembangan diri ―Bela Negara‖ di Gayo Lues Aceh misalnya, (1) kecintaan

dan kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (2) kesetiakawanan

sosial, dan (3) kehidupan hukum dan demokrasi. Beberapa aspek prioritas ini dilaksanakan

di sekolah dan di luar sekolah, terstruktur maupun bebas (dalam bentuk laporan portofolio

kegiatan). Materi di atas dilaksanakan secara integratif, melibatkan kolaborasi dengan guru

PKn, agama, biologi, geografi, dan sejarah.

Sebagai contoh hasil pengembangan diri ―Bela Negara‖, siswa telah banyak

berpartisipasi di luar sekolah, baik dalam bentuk kegiatan keagamaan (kajian rohis),

masyarakat (bhakti sosial dan diskusi bidang hukum dan demokrasi), dan lomba Cerdas

Page 9: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

175

Cermat UUD 1945 berhasil hingga di tingkat kabupaten. Atas partisipasi dan keberhasilan

tersebut, pada tahun 2012 SMAN1Kutapanjang mendapatkan penghargaan dari dinas

pendididkan dan kebudayaan kabupaten gayo lues.

Deskripsi singkat program pengembangan diri ―Bela Negara‖ SMAN1 Kutapanjang.

1. Program Cinta Indonesia

Sejarah GAM (Gerakan Aceh Merdeka) masih kontroversial bagi sebagian warga

Aceh, sehingga masih sering terdengar terjadinya kelompok-kelompok tertentu yang

melakukan makar. Kondisi tersebut diperparah dengan pembangunan Aceh yang dirasakan

masih belum memihak kepada rakyat secara langsung. Otonomi khusus yang bergulir

setelah reformasi belum banyak ―menetes‖ hingga ke rakyat kecil di kampung-kampung

terisolir. Putusnya komunikasi dari kota ke kampung-kampung terisolir memudahkan

usaha provokasi dari pihak tertentu kepada rakyat di kampung-kampung tersebut.

Latar politik, ekonomi, dan sosial masyarakat Aceh ini menjadi pekerjaan berat

bagi guru, khususnya guru PKn dalam menjembatani kesenjangan yang teramat lebar

tersebut. kondisi Aceh sebelum kesepakatan (MoU GAM dan Pemerintah RI tanggal 15

Agustus 2005) yang masih konflik terasa sangat mencekam. Mereka bisa dikatakan belum

merasakan secara baik apa manfaat pemerintahan dalam kehidupan mereka.

Guru, dalam kasus seperti ini dituntut cerdas mengembangkan strategi

pembelajaran yang mengisi ―wilayah abu-abu‖ ini. Beberapa media audio-visual sederhana

harus digunakan agar siswa mengenal Indonesia secara baik. Media tersebut harus mampu

memberikan informasi yang jelas dan lugas. Bahwa kekayaan dan kebhinekaan

Indonesia adalah kebanggaan dan modal bersama. Guru tidak hanya sebagai pengajar,

pendidik, pembina, penyemangat kehidupan di kelas, tetapi juga di masyarakat.

Gambar 3 : Petugas Upacara HUT RI 17 Agustus 2019 Latihan Dasar Kepemimpinan)

Program peningkatan ―Cinta Indonesia‖ dalam pengembangan diri dilakukan

dengan metode portofolio: (a) mendiskusikan kondisi wilayah setempat: mencermati

potensi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG), (b) menyusun

alternatif penangkal ATHG tersebut, dan (c) memilih, melaksanakan dan melaporkan

kegiatan tersebut di sekolah dan masyarakat (upacara bendera, keamanan sekolah, Latihan

Dasar Kepemimpinan (LDK), dan kegiatan masyarakat).

2. Program “Jiwa Korsa”

Page 10: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Siti Fatimah

176

Kesetiakawanan ―Jiwa Korsa‖ antar siswa juga menjadi prioritas, karena kondisi

sosial budaya di Aceh sangat majemuk (suku aceh, gayo, alas, anek jame, batak, karo,

singkil jawa dan hampir semua suku yang ada di Indonesia ada di aceh). Usaha berbagai

organisasi sosial dan keagamaan, serta sekolah sangat penting. Antar siswa dibina untuk

saling satu rasa suka dan duka, setia kawan, bertanggung jawab dan saling menghargai dan

menghormati.

Gambar 4 : Kegiatan Sosial siswa

3. Program “Sadarkum”

Sebagai masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, potensi ancaman dan

gangguan hukum sangat tinggi. Kesenjangan ekonomi, sosial, dan pertarungan berbagai

kepentingan juga menjadi salah satu pemicu gangguan hukum dan keamanan. Dalam

kondisi seperti itu pembinaan kesadaran hukum ‗Sadarakum‘ harus dijadikan salah satu

pilar pembelajaran PKn, yaitu keamanan, ketertiban, bebas narkoba dan anti

kenakalan remaja.

Aspek 7K, khususnya ―keamanan dan ketertiban‖ merupakan starting point dalam

pembentukan kesadaran hukum mulai skala kecil. Ketertiban dan kedisiplinan belajar

merupakan tujuan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa. Menghilangkan potensi

terjadinya perkelahian pelajar, membuat dan menegakkan tata tertib sekolah,

pembinaan kesopanan dan rasa hormat yang muda kepada yang tua merupakan

program kesadaran hukum yang ―membumi‖ di SMAN1 Kutapanjang. Bahkan

ketertiban dan kedisiplinan menjadi “budaya sekolah” sehingga beberapa siswa yang

menjadi utusan dari sekolah ikut serta berpartisipasi mengikuti kompetisi Kamtibmas

yang diselenggarakankan oleh Polres Gayo Lues tahun 2018, dan Duta Pelajar Sadar

Hukum yang disponsori oleh Kejaksaan Negeri Kabupaten Gayo Lues pada tahun yang

sama.

Kesadaran berkonstitusi dalam kehidupan berdemokrasi juga dilaksanakan secara

integratif dalam kehidupan sekolah. Suasana keterbukaan dewan guru, tata usaha dan

kepala sekolah mempermudah pengembangan kehidupan demokrasi. Prinsip yang

dikembangkan adalah ―keteladanan‖. Demokrasi adalah ibarat ―kran‖ yang mengalirkan

Page 11: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

177

aspirasi dari berbagai arah untuk menyuburkan segala kegiatan dan membuat kehidupan

sekolah menjadi ―rindang‖. Terkait dengan kesadaran berkonstitusi, siswa SMAN

1Kutapanjang pernah mengikuti ajang Lomba Cerdas Cermat UUD 1945 sebagai juara II

Tahun 2012 tingkat kabupaten . yang Pada saat itu penulis adalah sebagai guru

pembimbingnya.

4. Keteladanan sebagai kunci utama program

Untuk saat ini keteladanan adalah kunci utama dalam mengembangkan kesadaran

berkonstitusi. Filosofi Ki Hajar Dewantara harus dijadikan sebagai kharakter profesi

pendidik. Filosofi ini harus diwujudnyatakan dalam gerak pengabdian pendidik

profesional. Yaitu (1) ―ing ngarsa sung tuladha” (di depan warga sekolah, harus mampu

menjadi tauladan), (2) ―ing madya mangun karsa” (di tengah-tengah warga sekolah, harus

mampu membangun prakarsa dan optimisme untuk maju), dan (3) ―tutwuri handayani”

(mampu memberdayakan/ memotivasi warga sekolah dalam mengembangkan potensinya).

Sungguh tantangan yang berat bagi guru PKn dalam membangun karakter yang

taat terhadap konstitusi. Maraknya praktik korupsi di jajaran birokrasi, mafia peradilan,

serta krisis multidimensi menyebabkan rendahnya tingkat kepercayaan terhadap

pemerintah. Salah satu cara efektif untuk ―mengembalikan kepercayaan siswa kepada

masa depannya yaitu dengan ―keteladanan‖, baik dari aspek perilaku maupun prestasi.

Penulis, sebagai guru PKn dan yang mengampu program pengembangan diri ―Bela

Negara‖ juga melakukan langkah-langkah strategis, baik secara formal (sebagai guru) dan

nonformal (sebagai bagian dari warga masyarakat dan teman siswa).

Keteladanan dalam budaya berprestasi telah penulis lakukan di tengah-tengan

warga sekolah. Sehingga hal ini dapat membangun struktur impian (Visi dan Misi sekolah)

yang terlihat sulit diwujudkan, terutama dalam prestasi. Sebagai guru, penulis telah

mengikuti beberapa pelatihan yang membentuk karakter saya sebagai guru,data

selengkapanya ada dalam dokumen ringkasan portopolio. Dalam hal ini semua warga

sekolah tahu bahwa prestasi harus diraih dengan kerja keras, disiplin, bertanggung jawab,

menghargai prestasi, tepat waktu, saling menghormati, kesetiakawanan, memiliki sifat

kejuangan dan cinta sekolah sebagai perwujudan cinta tanah air.

Tingkat keberhasilan pembangunan kesadaran berkonstitusi di lingkungan sekolah

melalui program cinta tanah air, kesetiakawanan, kesadaran hukum, dan keteladanan

adalah sebagaimana tersebut dalam table 3. Berdasarkan table 3, tingkat keberhasilan

program (MK) terus mengalami peningkatan dari periode 2015 sampai 2017. Pada tahun

2015 tingkat keberhasilan 25% (sangat kurang), periode 2016 mencapai 50% (cukup), dan

pada akhir periode 2017 sudah mencapai 75,00% (Baik). Kelambatan berkembang pada

keteladanan dari warga sekolah. Masih ada pendidik atau tenaga kependidikan yang

merokok.

Tabel 2: pembangunan kesadaran berkonstitusi di lingkungan sekolah

Page 12: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Siti Fatimah

178

Nilai Karakter Sadar Konstitusi/

Periode/Keberhasilannya

Jan-Des

2015

Jan-Des

2016

Jan-Des

2017

Cinta tanah air (aman, tertib) MB MB MK

Kesetiakawanan (tidak tawuran, kebersamaan) MB MK MK

Sadar hukum (taat aturan, disiplin, sanksi) MK MK MK

Keteladanan (prestasi warga sekolah) MT MB MB

Persentase (%) Keberhasilan

MT=mulai tampak, MB=Mulai

berkembang, MK=menjadi

kebiasaan (membudaya)

MT 25,00 0 0

MB 50,00 50,00 25,00

MK 25,00 50,00 75,00

(Sumber: Dok. Program Menuju Adi Wiyata (Kultur sekolah)

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembangunan kesadaran berkonstitusi melalui implementasi Pendikar dalam

pembelajaran berkembang ―Sangat baik‖, di mana 10 nilai karakter prioritas 90%

telah menjadi kebiasaan (MK). Kelambatan berkembang pada inisiatif saat diskusi

kelompok atau saat presentasi di kelas yang masih mencapai kategori MB (mulai

berkembang). Kemampuan inisiatif memang memerlukan latihan-latihan dan

peningkatan wawasan.

2. Pembangunan kesadaran berkonstitusi di lingkungan sekolah berkembang dengan

―Baik‖, di mana 75% program dapat dijalankan. Kelambatan berkembang pada

keteladanan.

DAFTAR PUSTAKA

Azis Mahfuddin. (2009). Profesionalisme jabatan guru di era globalisasi. Bandung: Rizqi

Press.

Depdiknas. (2006). Kumpulan Permendiknas tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

dan panduan KTSP.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Indra Djati Sidi. (2001). Menuju masyarakat belajar: menggagas paradigma baru

pendidikan. Jakarta: Paramadina.

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1984). Qualitative data analysis: a source book of new

methods. California: Sage Publication Inc.

Syamsul Bahri. (2015). Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Role

Playing Dalam Peradilan Semu Hukum Acara Pidana Materi Keterbukaan dan

Keadilan Pada Siswa Kelas XI-2 IPA SMAN Seribu Bukit Gayo Lues Tahun

Pelajaran 2014/2015)).

Page 13: Implementasi Kesadaran Berkonstitusi melalui Aktualisasi ...

Serambi Akademica

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

Vol. 9, No. 2,

Maret 2021

pISSN 2337–8085

eISSN 2657- 0998

179

Said Hamid Hasan. (2007). Inovasi Kurikulum (Jurnal Himpunan Pengembang Kurikulum

Indonesia). Bandung: HIPKIN.

Sumadi Soeryabrata. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurdiansyah,M.Pd dan Eni Farliarul Fahyuni,M. Pd (2016) Inovasi Model Pembelajaran,

Siduarjo, Nizamial Learning Center.