Ileus Obstruksi

15
Ileus Obstruksi Pendahuluan Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan. 1,2 Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik.2 Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen usus atau oleh adanya gangguan peristaltik. Obstruksi usus atau disebut juga ileus obstruksi (obstruksi mekanik) misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau adanya sumbatan dalam lumen usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti spasme.2 Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di usus halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar usus maupun di dalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma. Sebagian besar obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan kegawatan yang memerlukan diagnosa dini dan tindakan bedah darurat. 1,3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis et al (pada tahun 2001 – 2002), ditemukan 60% penderita yang dirawat di Hippokration Hospital, Athens mengalami ileus obstruksi dan rata – rata berumur sekitar 16 – 98 tahun, dengan perbandingan

Transcript of Ileus Obstruksi

Page 1: Ileus Obstruksi

Ileus Obstruksi

Pendahuluan

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan

dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai

dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus

gawat abdomen. Gawat perut dapat disebabkan

oleh kelainan di dalam abdomen berupa

inflamasi, dan penyulitnya ileus obstruktif,

iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan

dapat disebabkan oleh cedera langsung atau

tidak langsung yang mengakibatkan perforasi

saluran cerna atau perdarahan. 1,2

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang

merupakan tanda adanya obstruksi usus akut

yang segera memerlukan pertolongan atau

tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi

dan ileus paralitik.2 Hambatan pasase usus

dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen

usus atau oleh adanya gangguan peristaltik.

Obstruksi usus atau disebut juga ileus obstruksi

(obstruksi mekanik) misalnya oleh strangulasi,

invaginasi atau adanya sumbatan dalam lumen

usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh

kelebihan dinamik seperti spasme.2 Obstruksi

usus merupakan gangguan peristaltik baik di

usus halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik

dapat disebabkan karena adanya lesi pada

bagian dinding usus, di luar usus maupun di

dalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut

atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus

kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat

adanya karsinoma. Sebagian besar obstruksi

justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus

halus merupakan kegawatan yang memerlukan

diagnosa dini dan tindakan bedah darurat. 1,3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Markogiannakis et al (pada tahun 2001 – 2002),

ditemukan 60% penderita yang dirawat di

Hippokration Hospital, Athens

mengalami ileus obstruksi dan rata – rata

berumur sekitar 16 – 98 tahun, dengan

perbandingan jenis kelamin perempuan lebih

banyak daripada laki – laki.4

EMBRIOLOGI

Usus primitive terbentuk sejak minggu ke

empat dari perkembangan fetus. Lapisan

endodermal membentuk lapisan epitel dari

traktus digestivus dan mesoderm splanchnic di

sekitar endermal membentuk jaringan muskular

konektif dan lapisan usus lainnya. Kecuali

duodenum, dimana usus primitif berasal dari

usus tengah. Selama minggu keempat

perkembangan fetus, panjang usus meningkat

dengan cepat, herniasi dari usus tengah terjadi

sampai umbilikus. Putaran usus tengah

mempunyai dua cabang yaitu kranial dan

kaudal. Cabang kranial berkembang menjadi

duodenum distal, jejenum dan ileum proksimal.

Sedangkan cabang kaudal menjadi ileum distal,

dua pertiga proksimal dari kolon transversum.

Herniasi usus tengah terjadi sampai usia 10

minggu masa gestasi fetus, ketika usus masuk

kembali ke rongga abdomen. Setelah memutar

komplit 270º dari titik awal, bagian proksimal

jejenum masuk kembali ke abdomen dan

menempati bagian kiri abdomen dengan

lingkaran selanjutnya menempati bagian kanan.

Sekum yang terakhir masuk dan lokasinya di

sebelah kanan kuadran atas, walaupun pada

akhirnya sekum akan turun ke posisi normal

pada kuadran kanan bawah. Malrotasi anomali

kongenital usus dapat terjadi pada proses ini.

1,5

Page 2: Ileus Obstruksi

Fase embriologi dan tingkatan putaran usus

Usus dengan arteri dan vena mesenterika

superior di dalam bakal mesenterium. Usus

setelah berputar 90º. Bagian proksimal berada

di sebelah kanan, distal di sebelah kiri.

Putaran duodenum sebelah dorsal

a.mesenterika superior, sedangkan sekum

dengan kolon berputar di ventral ke kanan.

Putaran berlangsung terus, sekum di sebelah

kanan masih turun ke kanan bawah. Usus

belakang membentuk sebagian kolon

transversum, kolon desendens dan sigmoid

yang diperdarahi oleh a.mesenterika superior.

Setelah putaran lengkap (270º)

Secara embriologik, kolon kanan berasal dari

usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai ke

rektum berasal dari usus belakang. Dalam

perkembangan embriologik kadang terjadi

gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon

kanan dan sekum mempunyai mesenterium

yang bebas. Keadaan ini memudahkan

terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar

usus yang sama halnya dapat terjadi dengan

mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid

dengan radiks yang sempit.

ANATOMI 1,3, 5,6

Usus halus terbentang dari pylorum sampai

caecum dengan panjang 270 cm sampai 290 cm.

Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum

dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25

cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang

jejenum 100 – 110 cm dan panjang ileum 150 -

160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum

ditandai oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum

ini berperan sebagai ligamentum suspensorium.

Kira – kira dua per lima dari sisa usus halus

adalah jejenum, dan tiga per lima bagian

terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai

vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari

ileum. Apendiks vermiformis merupakan

tabung buntu berukuran sekitar jari kelingking

yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada

apeks sekum.

Secara mikroskopik, dinding usus halus

dibagi atas empat lapisan yaitu lapisan serosa,

muskularis propria, lapisan submukosa dan

lapisan mukosa. Lapisan serosa merupakan

lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum

visceralis dan parietal dan ruang yang terletak

antara lapisan visceral dan parietal dinamakan

rongga peritoneum. Lapisan muscularis propria

terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot

longitudinal yang tipis dan lapisan otot sirkular

yang tebal. Ganglion sel berasal dari pleksus

Myenterica (Auerbach) yang berada di antara

lapisan otot dan mengirimkan rangsangan pada

kedua lapisan tersebut. Lapisan submucosa

terdiri dari lapisan jaringan konektif fibroelastis

yang berisi pembuluh darah dan saraf. Lapisan

mukosa dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa

muscularis, lamina propria dan lapisan epitel.

Lapisan mukosa dan submukosa membentuk

lapisan sirkular yang dinamakan valvula

koniventes (Lig.Kerckringi) yang menonjol ke

dalam sekitar 3 mm.

Mesenterium merupakan lipatan peritoneum

yang lebar, menyerupai kipas yang

menggantung jejenum dan ileum dari dinding

posterior abdomen. Omentum mayus

merupakan lapisanganda peritoneum yang

mengantung dari curvatura mayor lambung dan

berjalan turun di depan visera abdomen.

Page 3: Ileus Obstruksi

Omentum biasanya mengandung banyak lemak

dan kelenjar limfe yang membantu melindungi

rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum

minus merupakan lipatan peritoneum yang

terbentang dari curvatura minor lambung dan

bagian atas duodenum menuju ke hati,

membentuk Ligamentum Hepatogastrikum dan

Ligamentum hepatoduodenale. Arteri

mesenterika superior dicabangkan dari aorta

tepat di bawah arteri celiaca. Arteri ini

mendarahi seluruh usus halus kecuali

duodenum yang diperdarahi oleh arteri

gastroduodenalis dan cabangnya arteri

pankreatikoduodenalis superior. Darah

dikembalikan lewat vena mesenterika superior

yang menyatu dengan vena lienalis membentuk

vena porta.

Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua

sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis

merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan,

sedangkan rangsangan simpatis menghambat

pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem

simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan

serabut saraf parasimpatis mengatur refleks

usus.

Usus besar dibagi menjadi caecum, colon

dan rektum. Pada caecum terdapat katup

ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung

caecum. Caecum menempati sekitar dua atau

tiga inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi

lagi menjadi colon ascenden, colon

transversum, descenden dan sigmoid. Tempat

dimana colon membentuk belokan tajam yaitu

pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut

dinamakan fleksura hepatika dan fleksura

lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista

iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S.

Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu

colon sigmoid bersatu dengan rektum. Usus

besar memiliki empat lapisan morfologik

seperti bagian usus lainnya.

Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan

kolon transversum diperdarahi oleh cabang

a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika,

a.kolika dekstra dan a.kolika media. Kolon

transversum bagian kiri, kolon descendens,

kolon sigmoid dan sebagian besar rektum

perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui

a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis

superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel

dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh oleh

serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus

dan pleksus presakralis serta serabut

parasimpatis yang berasal dari N.vagus.

FISIOLOGI 3,8

Usus halus mempunyai dua fungsi utama

yaitu pencernaan dan absorbsi bahan – bahan

nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses

pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung

oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin

terhadap makanan yang masuk. Proses

dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh

kerja enzim – enzim pankreas yang

menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein

menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Adanya

bikarbonat dalam sekret pankreas membantu

menetralkan asam dan memberikan pH optimal

untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari

hati membantu proses pencernaan dengan

mengemulsikan lemak sehingga memberikan

permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase

pankreas.

Proses pencernaan disempurnakan oleh

sejumlah enzim dalam getah usus (sukus

Page 4: Ileus Obstruksi

enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini

terdapat pada brush border vili dan

mencernakan zat – zat makanan sambil

diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus

akan mencampur zat –zat yang dimakan dengan

sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus

dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari

salah satu ujung ke ujung lainnya dengan

kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal

dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah

pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat,

lemak dan protein melalui dinding usus ke

sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh

sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan

vitamin juga diabsorbsi.

Pergerakan usus halus berfungsi agar proses

digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan

dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan

usus halus terdiri dari : Pergerakan mencampur

(mixing) atau pergerakan segmentasi yang

mencampur makanan dengan enzim – enzim

pencernaan agar mudah untuk dicerna dan

diabsorbsi

Pergerakan propulsif atau gerakan

peristaltik yang mendorong makanan ke

arah usus besar.

Kontraksi usus halus disebabkan oleh

aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2

lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan

otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada

kontraksi segmentasi untuk mencampur

makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian

mengalami distensi oleh makanan, dinding usus

halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap

kontraksi ini melibatkan segmen usus halus

sekitar 1 – 4 cm. Pada saat satu segmen usus

halus yang berkontraksi mengalami relaksasi,

segmen lainnya segera akan memulai kontraksi,

demikian seterusnya. Bila usus halus

berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya

semula. Gerakan ini berulang terus sehingga

makanan akan bercampur dengan enzim

pencernaan dan mengadakan hubungan dengan

mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi

absorbsi.

Kontraksi segmentasi berlangsung oleh

karena adanya gelombang lambat yang

merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot

polos saluran cerna. Proses kontraksi

segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit

pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada

ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus

mendorong makanan menuju ke arah kolon

dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik,

dimana pada bagian proksimal lebih cepat

daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini

sangat lemah dan biasanya menghilang setelah

berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm

Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan

segmentasi terutama diatur oleh adanya

gelombang lambat yang menghasilkan potensial

aksi yang disebabkan oleh adanya sel – sel pace

maker yang terdapat pada dinding usus halus,

dimana aktifitas dari sel – sel ini dipengaruhi

oleh sistem saraf dan hormonal.

Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat

setelah makan. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh masuknya makanan ke

duodenum sehingga menimbulkan refleks

peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus

halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK,

serotonin, dan insulin juga meningkatkan

Page 5: Ileus Obstruksi

pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan

glukagon menghambat pergerakan usus halus.

Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan

kadang – kadang terhambat selama beberapa

jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat

tersebut, refleks gastrileal meningkatkan

aktifitas peristaltik dan mendorong makanan

melewati katup ileocaecal menuju ke kolon.

Makanan yang menetap untuk beberapa lama

pada daerah ileum oleh adanya sfingter

ileocaecal berfungsi agar makanan dapat

diabsorbsi pada daerah ini. Katup ileocaecal

berfungsi untuk mencegah makanan kembali

dari caecum masuk ke ileum.

Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh

mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam

caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi,

maka kontraksi sfingter ileocaecal akan

meningkat dan gerakan peristaltik ileum akan

berkurang sehingga memperlambat

pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan

pada caecum atau pada appendiks maka sfingter

ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum

akan mengalami paralisis sehingga pengosonga

ileum sangat terhambat.

ETIOLOGI

Penyebab obstruksi pada usus halus dapat

dibagi menjadi 3 yaitu obstruksi pada

ekstraluminal, obstruksi intrinsik dan obstruksi

intraluminal. Obstruksi ekstraluminal misalnya

adhesi, hernia, karsinoma dan abses. Obstruksi

intrinsik pada dinding usus seperti tumor

primer. Dan obstruksi intraluminal seperti

enteroliths, gallstones dan adanya benda asing.

Penyebab tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Penyebab ileus Obstruksi 5,9

Lesi ekstrinsik pada dinding usus, Adhesi

(postoperative), Hernia (inguinal, femoral,

umbilical), Neoplasma, Abses

intraabdominal, Lesi intrinsic. Kongenital

(Malrotasi, kista). Inflamasi (Chron’s

Disease, Divertikulitis), eoplasma,

Traumatik, Intusepsi, Obstruksi

intraluminal, Gallstone, Enterolith

Adhesi, hernia inkarserata dan keganasan

usus besar paling sering menyebabkan

obstruksi.4 pada adhesi, onsetnya terjadi secara

tiba – tiba dengan keluhan perut membesar dan

nyeri perut.10 Dari 60% kasus ileus obstruksi di

USA, penyebab terbanyak adhesi yaitu pada

operasi ginekologik, appendektomi dan reseksi

kolorektal.5

ileus karena adhesi umumnya tidak disertai

strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari

rongga peritoneum akibat peritonitis setempat

atau umum atau pasca operasi. Adhesi dapat

berupa perlengketan mungkin dalam bentuk

tunggal atau multipel.

Penyebab ileus Obstruksi Usus Halus

(Dikutip dari kepustakaan No.1) Tumor

usus, Kumpulan cacing ascariasis, hernia

inkarserata: usus terjepit di dalampintu

hernia, Invaginasi : bagian yang masuk

makin diteruskan oleh peristaltic, Adhesi,

Volvulus

PATOFISIOLOGI

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah

obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang

apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh

penyebab mekanik maupun fungsional.

Perbedaan utama adalah pada obstruksi

Page 6: Ileus Obstruksi

mekanik (ileus obstruksi) yaitu peristaltik mula

– mula kuat kemudian intermittent dan

kemudian menghilang. Sedangkan

pada ileus paralitik, peristaltik dari awal sudah

tidak ada. Perubahan patofisiologik pada

obstruksi usus dapat dilihat pada tabel di bawah

ini. 2,3

Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus

berhubungan dengan perubahan fungsi dari

usus, dimana terjadi peningkatan tekanan

intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian

proksimal dari usus mengalami distensi dan

berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi

peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi

akan meningkat pada saat kemampuan absorbsi

usus menurun, sehingga terjadi kehilangan

volume sistemik yang besar dan progresif.

Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal

usus meningkat untuk melawan adanya

hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut

menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana

frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi.

Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi

peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian

proksimal dari usus tidak akan berkontraksi

dengan baik dan bising usus menjadi tidak

teratur dan hilang. Peningkatan tekanan

intraluminal dan adanya distensi menyebabkan

gangguan vaskuler terutama stasis vena.

Dinding usus menjadi udem dan terjadi

translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi

toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi

bakteri menyebabkan timbulnya gejala

sistemik.9 Efek lokal peregangan usus adalah

iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin

-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan

sirkulasi sistemik. 3

Pada obstruksi mekanik sederhana,

hambatan pasase muncul tanpa disertai

gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan

dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan udara

akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika

obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari

usus mengalami distensi dan bagian distalnya

kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran

mukosa usus menurun dan dinding usus

menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal

yang berat dengan sendirinya secara terus –

menerus dan progresif akan mengacaukan

peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta

meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi,

iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan

kematian. 2,11

Pada obstruksi strangulata, biasanya

berawal dari obstruksi vena, yang kemudian

diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik

yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi

udem dan nekrosis, memacu usus menjadi

gangrene dan perforasi. 2,11

DIAGNOSIS

Gejala Klinis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain

nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut

distensi dan tidak bisa buang air besar

(obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada

obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di

bagian distal maka gejala yang dominant adalah

nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila

obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal

usus menjadi sangat dilatasi. 5

Obstruksi pada usus halus menimbulkan

gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau

bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi

partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang

Page 7: Ileus Obstruksi

dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada

kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang

lebih ringan dibanding obstruksi pada usus

halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang

berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen.

Muntah jarang terjadi. pada obstruksi bagian

proksimal usus halus biasanya muncul gejala

muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat

intermittent atau kolik dengan pola naik turun.

Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau

letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum

bagian proksimal) maka nyeri bersifat

konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital

normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan

elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan

manifestasi klinis takikardi dan hipotensi

postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi

kadang – kadang dapat meningkat.10

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya

demam, takikardi, hipotensi dan gejala

dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan

adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan

abdomen didapatkan abdomen tampak distensi

dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi).

Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus

berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang.

Adanya feces bercampur darah pada

pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai

adanya keganasan dan intusepsi. 2,5,7

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan

nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat

membantu memberikan penilaian berat

ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada

tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang

normal. Selanjutnya ditemukan adanya

hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai

elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum

amilase sering didapatkan.10 Leukositosis

menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi,

tetapi hanya terjadi pada 38% 50% obstruksi

strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada

obstruksi non strangulata. Hematokrit yang

meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain

itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan

alkalosis metabolik bila muntah berat, dan

metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock,

dehidrasi dan ketosis.9

Radiologik 2,9,10,12

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran

“step ladder” dan “air fluid level” pada foto

polos abdomen dapat disimpulkan bahwa

adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen

mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada

obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas

84% pada obstruksi kolon. Pada foto polos

abdomen dapat ditemukan gambaran ”step

ladder dan air fluid level” terutama pada

obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja

tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan

nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa

hilangnya muosa yang reguler dan adanya gas

dalam dinding usus. Udara bebas pada foto

thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi

usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan

karena dapat menyebabkan peritonitis akibat

adanya perforasi.

CT scan kadang – kadang digunakan untuk

menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus

untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi

Page 8: Ileus Obstruksi

yang komplit dan pada obstruksi usus besar

yang dicurigai adanya abses maupun keganasan.

KOMPLIKASI 2,13

Komplikasi yang dapat timbul antara lain

perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi, abses,

pneumonia aspirasi dari proses muntah dan

meninggal.

DIAGNOSA BANDING 10

ileus dapat disebabkan oleh adanya proses

dalam intraabdominal dan retroperitoneal,

termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur

pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika

terjadi ileus paralitik, nyeri biasanya tidak

terlalu berat dan lebih konstan.

Obstipasi dan distensi abdomen

menunjukkan adanya obstruksi usus besar.

Muntah jarang terjadi dan nyeri tidak bersifat

kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan

adanya hasil foto roentgen yang menunjukkan

adanya obstruksi dilatasi kolon bagian

proksimal.

Obstruksi usus halus dapat dikacaukan

dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan

pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi

mempunyai keluhan yang mirip dengan

pankreatitis akut, enteritis iskemik atau

penyumbatan vaskular mesenterika yang

berhubungan dengan trombosis

vena. ileus obstruksi harus dibedakan

dengan ileus paralitik.

PENATALAKSANAAN

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah

koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan

dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila

ada, dan menghilangkan obstruksi untuk

memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus

kembali normal3

Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan

adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi

dan syok. Pasien yang

mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi

dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga

perlu diberikan cairan intravena seperti ringer

laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat

dengan memonitor tanda – tanda vital dan

jumlah urin yang keluar. Selain pemberian

cairan intravena, diperlukan juga pemasangan

nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk

mengosongkan lambung, mencegah aspirasi

pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi

abdomen.9,10

Farmakologis

Pemberian obat – obat antibiotik spektrum

luas dapat diberikan sebagai profilaksis.

Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi

gejala mual muntah.13

Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan

dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis

sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi

kemudian disusul dengan teknik bedah yang

disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama

laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau

pertimbangan untuk dilakukan operasi.14

Situations necessitating emergent operation

o Incarcerated, strangulated hernias

o Peritonitis

Page 9: Ileus Obstruksi

o Pneumatosis cystoides intestinalis

o Pneumoperitoneum

o Suspected or proven intestinal

strangulation

o Closed-loop obstruction

o Nonsigmoid colonic volvulus

o Sigmoid volvulus associated with toxicity

or peritoneal signs

o Complete bowel obstruction

o Situations necessitating urgent operation

o Progressive bowel obstruction at any time

after nonoperative measures are started

o Failure to improve with conservative

therapy within 24–48 hr

o Early postoperative technical

complications

o Situations in which delayed operation is

usually safe

o Immediate postoperative obstruction

Jika obstruksinya berhubungan dengan

suatu simple obstruksi atau adhesi, maka

tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi

obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal

sangat diperlukan.10

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara)

tindakan bedah yang dikerjakan pada

obstruksi ileus.15

1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal

ini merupakan tindakan bedah sederhana

untuk membebaskan usus dari jepitan,

misalnya pada hernia incarcerata non-

strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau

pada volvulus ringan.

2. Tindakan operatif by-pass. Membuat

saluran usus baru yang "melewati" bagian

usus yang tersumbat, misalnya pada tumor

intralurninal, Crohn disease, dan

sebagainya.

3. Membuat fistula entero-cutaneus pada

bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan

membuat anastomosis ujungujung usus

untuk mempertahankan kontinuitas lumen

usus, misalnya pada carcinomacolon,

invaginasi, strangulata, dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-

kadang dilakukan tindakan operatif

bertahap, baik oleh karena penyakitnya

sendiri maupun karena keadaan

penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid

obstruksi, mula-mula dilakukan kolostomi

saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus

dan anastomosis.

PROGNOSIS

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata

adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat

segera dilakukan. Keterlambatan dalam

melakukan pembedahan atau jika terjadi

strangulasi atau komplikasi lainnya akan

meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%

atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis

dan tindakan dilakukan dengan cepat.13