Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

48
BAB I PENDAHULUAN Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering dilaporkan. Gangguan saluran cerna ini menduduki 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang tidak tergolong appendicitis akuta. Sekitar 50% penyebab obstruksi ileus disebabkan oleh adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdominal dan operasi di bidang obstetri ginekologik. 1 Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktif bisa meliputi sumbatan sebagian (partial) atau keseluruhan (complete) dari lumen usus, sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati lumen itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, paling sering dikarenakan oleh adhesi, hernia, bahkan tumor. 1,2 Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman, seperti: keram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak diobati dengan benar, ileus obstruktif dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan kematian jaringan usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan, hingga kondisi shock. 3 Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik organ dari 1

description

Lapsus

Transcript of Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Page 1: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

BAB I

PENDAHULUAN

Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering

dilaporkan. Gangguan saluran cerna ini menduduki 60-70% dari seluruh kasus akut

abdomen yang tidak tergolong appendicitis akuta. Sekitar 50% penyebab obstruksi ileus

disebabkan oleh adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdominal dan operasi di

bidang obstetri ginekologik.1

Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktif bisa meliputi sumbatan sebagian

(partial) atau keseluruhan (complete) dari lumen usus, sehingga mengakibatkan isi usus

tak dapat melewati lumen itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam

kondisi, paling sering dikarenakan oleh adhesi, hernia, bahkan tumor.1,2

Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman,

seperti: keram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak diobati dengan

benar, ileus obstruktif dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan kematian

jaringan usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi

ringan, hingga kondisi shock.3

Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam

atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik

organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas

(bidang ginekologik), dan nyeri kronis pelvis.

1

Page 2: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang

dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal

tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus.1,2

Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi,

invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan lagi

obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang

tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang

terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang

ditandai dengan gejala umum berat, yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.

Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik

akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia,

invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi. Sedangkan

obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana yang

jarang menyebabkan strangulasi.3

2.2 Anatomi Usus

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari

pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22

kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah

abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah

lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.2

Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak

tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih

penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari

pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh

ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma

dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.

Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira 2

Page 3: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah

ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum

cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture

denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.2,3

Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen

dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai

messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai

peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah

dan ke kanan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan.

Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena

mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk

messenterium.2,4

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki

(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar

sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),

tetapi makin dekat anus semakin kecil. 3,4

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan manusia.5

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup

ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar

dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus 3

Page 4: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum,

desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan

inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai

hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura

hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura

koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,

membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan

lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk

lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum

menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon

sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus

dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalam perineum.2,3,4

2.3 Fisiologi Usus

Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan

nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin,

asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam

duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,

lemak, dan protein menjad izat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam

sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja

enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan

mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase

pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus

(sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan

mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis

yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh

sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat

yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan

peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang

sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.2

4

Page 5: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses

akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan

elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid

berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai

defekasi berlangsung.2,5

Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta

mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan

air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali

100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari.2

Gerakan retrograd dari kolon memper lambat transit materi dari kolon kanan,

meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,

mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,

meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang

umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik

panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat.2,3

2.4 Epidemiologi

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter

bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi

mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Penyebab

tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi

sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).3,4

Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,

sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan

terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan

berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah

satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan

penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan

tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi

usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.3.4

5

Page 6: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

2.5 Etiologi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain3,4,5 :

1) Hernia inkarserata

Usus masuk dan ter jepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara

konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi

gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi

segera.

2) Non hernia inkarserata, antara lain :

a. Adhesi atau perlekatan usus

Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa

perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat

atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis

setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.

b. Invaginasi

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada

orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik

karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa

intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin

terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis

iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan

peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan

dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.

c. Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya

puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus

halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen

paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat

terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir

mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing

berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi

d. Volvulus

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal

dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun 6

Page 7: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan

terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan

volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi.

Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau

tanpa gejala dan tanda strangulasi.

e. Tumor

Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia

menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium

dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama

disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium

yang menekan usus.

f. Batu empedu yang masuk ke ileus.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran

empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu empedu

masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di

usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang

menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah

karsinoma, terutama pada daerahrektosigmoid dan kolon kiri distal.

2.6 Patogenesis

Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya

daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus

terganggu. Akibat gangguan pasase tersebut terjadi pengumpulan isi lumen usus yang

berupa gas dan cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan

pelebaran dinding usus (distensi) di bagian proximal dari sumbatan. Sumbatan usus dan

distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.

Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan

distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh usus

di bagian proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat

(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik.

Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada

7

Page 8: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan

daya kontraksinya.6,7

2.7 Klasifikasi

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan

menjadi,antara lain3,4,5 :

1) Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai

ileum terminal).

8

Obstruksi Usus

Akumulasi gas dan cairan intralumen di sebelah proximal dari letak obstruksi

DistensiKehilangan H2O dan

Elektrolit

Tekanan Intralumen ↑ dipertahankan

↓Volume ECF

Syok Hipovolemik

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke

dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik

Peritonitis Septikemia

Proliferasi Bakteri yang berlangsung cepat

Bagan 1. Patofisiologi Obstruksi Usus.6

Page 9: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

2) Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum

terminal sampai rektum).

Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,

antara lain :

1) Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi terjadi sebagian sehingga

makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.

2) Obst ruksi sederhana (simple obstruction): obstruksi/sumbatan yang tidak

disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).

3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction): obstruksi disertai dengan

terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan

nekrosis atau gangren.

2.8 Gambaran Klinik

1) Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai

dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus

bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus

meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus

proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah

fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri

abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.

Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.5,6

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan

dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai

demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi

proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang

meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri

pada obstruksi di daerah distal.5,6

2) Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan

nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau

hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri

9

Page 10: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan

operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.5,6

3) Obstruksi mekanis di kolon

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan

biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus

menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan

timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum

obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.

Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu

mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,

akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian.

Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan

sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan

dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi

abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan

akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan

terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.5,6,7

Gambar 1. Distensi abdomen pada pasien dengan Ileus Obstruksi.7

2.9 Diagnosis

2.9.1 Anamnesis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut

distensi dan tidak bisa buang airbesar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada 10

Page 11: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal makagejala yang dominan

adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan

bagian proksimalusus menjadi sangat dilatasi.5,7

Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar

umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami

diare. Kadang-kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya

mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus.

Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen.

Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul

gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola

naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus

(jejenum dan ileum bagian proksimal ) maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap

awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit,maka akan

terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh

biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat meningkat.

2.9.2 Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala

dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada

pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm contour

(gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat

hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi

metalik (klinken) / metallic sound . Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,

peristaltik akan melemah dan hilang. Pada ileus paralitik, keadaan umum pasien tampak

lemah hingga dehidrasi, tidak dapat flatus maupun defekasi. Dapat disertai muntah dan

perut terasa kembung. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan meteorismus, suara usus

(-), peristaltik menghilang. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan, defans muscular (-),

kecuali jika ada peritonitis. Perkusi timpani diseluruh lapang abdomen.

2.9.3 Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,

tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu 11

Page 12: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.

Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit

yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis

menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38%-

50% obstruksi strangulasi (dibandingkan 27%-44% pada obstruksi non

strangulata). Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu

dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila

muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda-tanda shock, dehidrasi dan

ketosis.6,7

2) Radiologi

Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi

dilatasi dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 3–5 jam

Usus yang diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi.

Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan tampak

berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian

distal dari obstruksi tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi

belum lama maka tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal

obstruksi. Pada daerah rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.7

Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak

dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam

susunan tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari

obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi

secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti

obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak

maka obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi,

jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda

sehingga berbentuk step ladder appearane.7

Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1–4 mm.

Jarak ini akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus

halus, maka valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan

valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai

gambaran sirip ikan yang disebut herringbone appearance.12

Page 13: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan

biasanya berbentuk huruf “U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi

proksimal kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon

bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih banyak

berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin berdilatasi,

mungkin juga tidak.

Gambar 2. Gambaran radiografi ileus obstruksi.7

Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran

klinik dapat membantu yaitu rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap,

makin lama makin hebat, pada pemeriksaan abdomen didapatkan ascites,

terdapatnya abdominal tenderness, adanya tanda-tanda yang bersifat umum,

demam, dehidrasi berat, takikardia, hipotensi atau shock.8

Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman

Essential of Diagnosis yaitu:

1. Complete Proximal Obstruction:

Vomiting

Abdominal discomfort

Abnormal oral contrast x-rays

2. Complete Mid or Distal Obstruction:

Nyeri kolik abdomen

Vomiting

Abdominal distention13

Page 14: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Constipation-obstipation

Peristaltic rushes

Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.4,5

2.10 Diagnosis Banding

Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan gambaran

klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan ileus paralitik. Pada

ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi

distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi

ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada

tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut,

dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.7,8

Tabel 1. Diagnosis Banding Ileus Obstruksi.8

Obstruksi Mekanis Sederhana (Ileus

Obstruktif)Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi

Keluhan Nyeri keram abdominal, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, dan anoreksia

Nyeri abdominal ringan, perut kembung, mual, muntah, obstipasi, dan konstipasi

Nyeri keram abdominal, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, dan anoreksia

Hasil Pemeriksaan Fisik

Borborygmi, bunyi peristaltic meningkat dengan bising usus nada tinggi, distensi, nyeri terlokalisir

Bising usus senyap, distensi, dan timpani

Borborygmi, timpani, terdapat gelombang peristaltik dengan bising usus hipo atau hiperaktif, distensi dan nyeri terlokalisir

Lanjutan Tabel 1. Diagnosis Banding Ileus Obstruksi.8

Obstruksi Mekanis Sederhana (Ileus

Obstruktif)Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi

Gambaran Foto Polos BOF

Bow-shaped loops in ladder patern, terdapat gambaran gas kolon yang

Dilatasi usus kecil dan usus besar dengan peningkatan

Dilatasi usus besar terisolasi dengan peningkatan diafragma

14

Page 15: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

terperangkap di bagian distal dari lesi

diafragma

2.11 Penatalaksanaan

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan

syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan

fungsi usus kembali normal.7,9

1) Resusitasi

Beberapa tindakan yang dilakukan pada pasien dengan ileus obstruksi adalah:

Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan

dalam perut atau usus

Pemasangan kateter untuk mengukur urine output

Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa

Atasi dehidrasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital,

dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi

dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena

seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda -

tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,

diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk

mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan

mengurangi distensi abdomen.

2) Farmakologis

Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.

Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

3) Operatif

Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi

dengan NGT tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada

obstruksi ileus:

15

Page 16: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia

incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian

usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan

sebagainya.

3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung

usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa

obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh

karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada

Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari

dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

4) Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan

elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori

yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan

paralitik. 7,8

2.12 Komplikasi

Komplikasi dari ileus antara lain terjadinya:9,10

Nekrosis usus, perforasi usus,

Sepsis,

Syok-dehidrasi,

Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi,

Pneumonia aspirasi dari proses muntah,

Gangguan elektrolit,

Meninggal

16

Page 17: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan

perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis

umum.7,8

2.13 Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat

segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi

strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%

atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.7

17

Page 18: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

BAB III

LAPORAN KASUS

3. 1. Identitas Pasien

Nama : AM

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 45 tahun

Alamat : Br Muncan, Kapal / Ds. Wonorejo, Kec Kecong, Kab

Jember

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Buruh

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 17 Juni 2013

3. 2. Anamnesis

Keluhan Utama: Nyeri perut

Perjalanan Penyakit Sekarang:

Pasien rujukan dari RSUD dengan keluhan nyeri perut dan perut kembung sejak

3 hari sebelum MRS. Nyeri dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan terus

menerus sepanjang hari. Awalnya pasien sedang mengangkat barang kemudian

tiba-tiba dirasakan nyeri pada perut. Penderita juga mengeluhkan kalau perutnya

semakin membesar sejak 1 minggu terakhir ini serta merasakan nyeri seperti

melilit pada perutnya. Penderita susah kentut dan tidak buang air besar sejak 3

hari yang lalu. Buang air kecil dikatakan seperti biasa. Pasien juga mengeluh

mual dan muntah. Muntah dikatakan lebih dari 5 kali dalam sehari berisi cairan

dan tidak disertai darah. Makan dan minum dikatakan sedikit-sedikit. Demam

disangkal oleh pasien. Adanya benjolan di paha atau bawah perut juga disangkal

oleh pasien.

18

Page 19: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Riwayat Pengobatan:

Sebelumnya penderita dirawat di RSUD dan mendapat pengobatan untuk

mengurangi mual dan muntah, yaitu injeksi pantoprazole dan ondancentron.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, kencing manis,

asma, penyakit jantung, dan gangguan fungsi hati disangkal. Riwayat operasi

pada bagian perut juga disangkal oleh pasien.

Riwayat Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami hal serupa seperti keluhan

pasien. Riwayat penyakit sistemik lainnya dalam keluarga juga disangkal.

Riwayat Sosial : Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.

3. 3. Pemeriksaan Fisik

Status Present

T : 120/80 mmHg

N : 94 kali/menit

R : 20 kali/menit

tax : 36,2 oC

Sat O2 : 99%

Status General

Kepala : Normocephali

Mata : Anemia -/-, Ikterus -/-

THT : Kesan tenang

Thorax : Cor : S1S2 Tgl Reg Murmur -

Pulmo : Ves +/+, Whezing -/-, rhonki -/-

Abdomen : Ditensi (+), Darm contour (+),

Bising usus (+)↑, Metalik sound (+)

Ekstremitas : Hangat + + , edema - -

+ + - -19

Page 20: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Status lokalis :

Regio Abdomen : Inspeksi : Ditensi (+), Dam contour (+), Darm Steifung (-),

jejas (-)

Auskultas : Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)

Palpasi : Defans muskular (+), nyeri tekan (+) di seluruh

region abdomen, finger test tidak teraba masa,

hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba.

Perkusi : Timpani (+) di seluruh kuadran abdomen

3.4. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Darah lengkap (16/6/2013)

Parameter Nilai Unit Remarks Normal

WBC 23,3 103/μL High 4,8-10,8

RBC 5,24 103/μL Normal 4,7 – 6,1

HGB 16,7 g/dl Normal 14 – 18

HCT 47,6 % Normal 42 – 52

PLT 150 103/μL Normal 150 - 450

Kimia darah (16/6/2013)

Parameter Nilai Unit Remarks NormalSGOT 17 u/l Normal 0 – 37SGPT 11 u/l Normal 0 – 40Creatinin 2,02* mg/dl High 0,6 – 1,36Urea UV 80* mg/dl High 15 – 45Glucose 110 mg/dl Normal 70 – 120

Elektrolit (16/6/2013)

Parameter Nilai Unit Remarks Normal Natrium 127* Mmol/L Low 135 – 155Kalium 4,4 Mmol/L Normal 3,6 – 5,5Chlorida 95 Mmol/L Normal 95 – 108

20

Page 21: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

2) Foto polos abdomen (16-06-2013)

3. 4. Diagnosis

Diagnosis Utama : ILEUS OBSTRUKSI

Diagnosis Banding : Ileus Paralitik

3. 5. Penatalaksanaan

3.5.1 Non Farmakologi

Pasien dipuasakan

Dekompresi usus dengan memasang nasogastric tube (NGT)

Pasang kateter urin untuk menghitung balance cairan

3.5.2 Farmakologi

IVFD RL 28 tpm

21

Page 22: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Antibiotik profilaksis : Cefotaxim 2 gram IV

3.5.3 Operatif

Laparotomi

Follow up Pasien di Ruangan

Tgl S O A P17-06-13

Nyeri perut (+), BAB (-), flatus (-), mual (+), muntah (+)

St presentTD : 120/70N : 78 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,8°C

St general: AbdomenDistensi (+), BU (-), Nyeri tekan (+), defans muskular (+)

Peritonitis Generalisata ec susp perforasi ileus

Tx: - Infus RL Loading

500 cc selanjutnya RL 30 tpm

- Cefotaxim 2 gram IV

- Pre op

17-06-2013

17.00 WITA

Nyeri luka operasi (+), BAB (-), flatus (-), mual (+), muntah (-)

St presentTD : 130/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,5°CSat : 98%

St general: Abdomen:Distensi (-), BU (-), Luka operasi terawat

CM: 750 ccCK : 800 cc

Post Laparotomi ec Perforasi ileus

Tx: - Infus RL 28 tpm- Cefotaxim 3 x 1

gram IV- Omeprazol 2 x

20mg- Rawat Intensif

Mx: Balance cairan, keluhan, tanda vital

18-06-12

Flatus (-), BAB (-), mual (-), muntah (-)

St presentTD : 135/90N : 77 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36°C

St general: Abdomen:Distensi (-), BU (-), Luka operasi terawat

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari I

Tx: - D5% + analgetik

20 tpm- Asering balance

Kaen Mg3 28 tpm

- Cefotaxim 3 x 1 gram IV

- Omeprazol 2 x 20mg

22

Page 23: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

- Metronidazol 3 x 1 fls

- Rawat ruangan- Cek PA

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

- Pertahankan NGT alirkan setiap 3 jam

- Diet MSS

19-06-2013

Nyeri (+), Flatus (+), BAB (-), mual (-), muntah (-)

St presentTD : 130/90N : 78 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37,3°C

St general: Abdomen:Distensi (-), BU (+), Luka operasi terawatCm : 900 ccCk : 1200 cc

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari II

Tx: - D5% + analgetik

20 tpm- Asering balance

Kaen Mg3 28 tpm

- Cefotaxim 3 x 1 gram IV

- Omeprazol 2 x 20mg

- Metronidazol 3 x 1 fls

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

20-06-2013

Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (-), mual (-), muntah (-)

St presentTD : 130/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36°C

St general: Abdomen:Distensi (-), BU (+)N,

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari III

Tx: - Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1

gram IV- Metronidazol 3 x 1 - Omeprazol 2 x

20mg- Analgetik drip- Asering stop

23

Page 24: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Luka operasi terawat, drain (+) jernih

Cm : 750 ccCk : 1300 cc

Kaen MG 3 28 tpm + D5% analgetik 20 tpm

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

21-06-2013

Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) lembek, mual (-), muntah (-)

St presentTD : 130/90N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36°C

St general: Abdomen:Distensi (-), BU (+)N, Luka operasi terawat, drain (+)jernih

Cm : 1500 ccCk : 2500 cc

DLWBC: 16,5HGB : 13,7HCT : 36,8PLT : 226

Kimia darahAlbumin: 2,7*

GDS : 221 mg/dl

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari IV

Tx: - Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1

gr- Metronidazol 3 x 1 - Omeprazol 2 x

20mg- Analgetik drip- Asering stop

Kaen MG 3 + D5% analgetik

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

- Cek DL, BS, Albumin

- Mobilisasi miring kanan/kiri

22-06-2013

Nyeri perut (+) ↓, BAB (+), BAK (+), mual (-), muntah (-)

St presentTD : 130/100N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,5°C

St general: Abdomen:

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari V

Tx: - Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1

gr- Metronidazol 3 x 1 - Omeprazol 2 x

20mg- Analgetik drip

24

Page 25: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Distensi (-), BU (+)N, Luka operasi terawat, drain (+) jernih

Cm : 2700 ccCk : 2150 cc

- Kaen MG 3 + D5% analgetik

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

- Diet bubur saring- Mobilisasi miring

kanan/kiri

23-06-2013

Nyeri perut (+) ↓, BAB (+), BAK (+), mual (-), muntah (-), ma/mi (+), panas badan (-)

St presentTD : 130/90N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37°C

St general: Abdomen:Distensi (+), BU (+)↑, Luka operasi terawat

Cm : 1100 ccCk : 2000 cc

GDS : 91 mg/dL

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari VI

Tx: - Metronidazol stop- Aff chateter- Infus RL 28 tpm- Ketorolac

tromethamine 3 x 1 amp k/p

- Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1

gr- Omeprazol 2 x

20mgMx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

- Diet bubur saring- Mobilisasi miring

kanan/kiri

24-06-2013

Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) konsistensi lunak warna kecoklatan, BAK (+) N mual (-),

St presentTD : 140/80N : 72 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37°C

St general: Abdomen:Rembesan luka post op: warna kuning

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari VII

Tx: - Infus RL 28 tpm- Ketorolac

tromethamine 3 x 1 amp k/p

- Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1

gram IV- Omeprazol 2 x

20mg

25

Page 26: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

muntah (-), ma (+) bubur saring + telor, rembesan pada luka post op

kemerahan, Distensi (+), BU (+)N, Luka post op: jahitan terbuka, tampak jaringan (+), darah (+), pus (-)

Cm : 1200 ccCk : 600 cc

- Rawat Luka

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

- Mobilisasi miring kanan/kiri

25-06-2013

Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) N, BAK (+) N mual (-), muntah (-), ma/mi (+)

St presentTD : 130/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37°C

St general: Abdomen:Distensi (+), BU (+)N, Luka operasi sekitar umbilikus terbuka tampak jaringan, darah (+), pus (-), nyeri tekan (+)↓

Cm : 1400 ccCk : 800 cc

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari VIII

Tx: - Inful RL 28 tpm- Ketorolac

tromethamine 3 x 1 amp k/p

- Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1

gr- Omeprazol 2 x

20mg- Rawat Luka

Mx: - Balance cairan,

keluhan, tanda vital

- Mobilisasi miring kanan/kiri

26-06-2013

Pasien PP Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) N, BAK (+) N, mual (-), muntah (-), ma/mi (+)

St presentTD : 130/90N : 92 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,2°C

St general: Abdomen:Distensi (+), BU (+)N, Luka operasi terawat,

Cm : 1000 ccCk : 900 cc

Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari IX

Tx:Aff infus

Tx pulang: - Ciprofloxacin 3 x

500 mg- Paracetamol 3 x

500 mg- Antasida 3 x 1- Rawat luka

26

Page 27: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis ileus obstruktif dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Berikut adalah perbandingan antara teori dan temuan-

temuan klinis yang dijumpai pada pasien yang mendukung diagnosa ileus obstruksi

pada pasien serta penanganannya.

Dari anamnesa diketahui bahwa pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan

nyeri perut dan perut kembung yang dirasakan sejak 3 hari sebelum MRS. Nyeri

dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan terus menerus sepanjang hari. Penderita

juga mengeluhkan kalau perutnya semakin membesar sejak 1 minggu terakhir ini serta

merasakan nyeri seperti melilit pada perutnya. Penderita susah kentut dan tidak buang

air besar sejak 3 hari yang lalu. Pasien muntah dikatakan lebih dari 5 kali dalam sehari

berisi cairan dan tidak disertai darah. Nyeri perut kolik yang muncul pada pasien ini

dapat menjadi petunjuk bahwa asal kelainan adalah dari organ yang berongga atau

mempunyai saluran. Kita dapat memikirkan usus dan ureter sebagai penyebab nyeri

perut kolik terbanyak. Adanya keluhan tambahan muntah dan keluhan gangguan

saluran cerna yaitu berupa tidak bisa buang air besar dan buang angin mengindikasikan

terjadinya gangguan pada pasase usus atau disebut juga ileus.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen, nyeri tekan lepas, defans

muskular, dan bising usus meningkat. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada

pemeriksaan fisik ileus obstruktif ditemukan distensi abdomen, suara bising usus

meningkat pada auskultasi, hipertimpani pada perkusi, dan nyeri tekan lepas pada

palpasi. Dari pemeriksaan penunjang, nilai laboratorium pada pasien ini menunjukkan

adanya leukositosis yaitu nilai WBC 23,3 103/μL (Normal: 4,8 – 10,8) dan hiponatremi

dimana nilai natrium mengalami penurunan yaitu 127 mmol/L (Normal: 135 – 155),

sedangkan kalium dan klorida masih dalam batas normal. Dari foto polos abdomen

tampak adanya dilatasi usus. Gangguan keseimbangan elektrolit dan gambaran dilatasi

usus mendukung diagnosis ileus obstuktif. Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat

dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus

letak rendah. Namun lokasi dan penyebab sumbatan, dapat diketahui secara pasti

melalui laparotomi.

27

Page 28: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

Pada pasien ini telah terjadi komplikasi yaitu perforasi ileus sehingga terjadi

pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum. Hal ini didukung dari

pemeriksaan fisik yaitu ditemukannya nyeri tekan pada seluruh area abdomen atau

defans muskular. Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat

menimbulkan ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) sehingga terjadi

peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat

berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh

darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai

terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis

atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada

rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis. Rangsangan peritonium dapat

menimbulkan nyeri tekan yang menyebar ke seluruh area abdomen (defans muscular).

Selain nyeri, pasien biasanya menunjukkan gejala dan tanda lain yaitu nausea, vomitus,

syok (hipovolemik, septik, dan neurogenik), demam, distensi abdominal, nyeri tekan

abdomen dan rigiditas yang lokal, difus atau umum, dan secara klasik bising usus

melemah atau menghilang.

Diagnosis banding pada pasien ini adalah ileus paralitik. Pada ileus paralitik

nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi distensi abdomen.

Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut.

Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah

yang menetap.

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan

cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi

peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki

kelangsungan dan fungsi usus kembali normal. Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan

adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus

obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu

diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Terapi cairan dibutuhkan pada pasien

dengan ileus obstruktif karena tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit serta zat-zat

makanan ke dalam tubuh secara oral. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan

elektrolit akan terpenuhi. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-

tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan

juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan 28

Page 29: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.

Pada kasus ini dilakukan operasi laparotomi yang akan dilakukan setelah kondisi

optimum pasien tercapai. Selama follow up preoperasi, pasien telah diberi tindakan

rehidrasi pemberian loading IVFD RL dan pemasangan NGT hingga tercapai balance

cairan. Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai

profilaksis. Antiemetik juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

Pasien ini menerima terapi obat-obatan berupa antibiotik cefotaxim 3 x 1 gram sebagai

profilaksis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik, untuk

mencegah sepsis sekunder.

29

Page 30: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

BAB V

RINGKASAN

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa

disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan

dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan

vaskularisasi pada suatusegmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,

intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus

besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit

Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, dan impaksi fekal.

Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.

Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan

timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum dapat berupa syok, oliguri

dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus

atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis

kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Usus di bagian distal kolaps, sementara

bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan

dan gas, distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluhdarah tertekan sehingga

suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi.

Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid

level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi

untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya diperlukan.

30

Page 31: Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition,

W.B.Saunders, Philadelphia, 2001, hal 887-888

2. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition,

McGraw-Hill, New York, 2005, hal 1031-1032

3. Mukherjee S. Ileus. [Online] 2007 January 2 [cited 2013 June 21] [7 screen].

Available from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.

4. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-9.

Jakarta : EGC

5. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 20013 June 2];[6

screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

6. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia Kedokteran p.29.

Available from: URL: http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf

7. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2.

Jakarta : EGC. Hal: 623.

8. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi 7.

London :Churchill Livingstone.

9. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis D,

Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical presentation,

etiology, management and outcome. World Journal of gastroenterology. 2007

January 21;13(3):432-437. Available from URL: http://www.wjgnet.com

10. Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2013 June 21]; [4

screens]. Available from: URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll.html.

31