Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)
-
Upload
bpjbalipetrojaya -
Category
Documents
-
view
102 -
download
2
description
Transcript of Lapsus Digestive Ileus Obstruksi (2)
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering
dilaporkan. Gangguan saluran cerna ini menduduki 60-70% dari seluruh kasus akut
abdomen yang tidak tergolong appendicitis akuta. Sekitar 50% penyebab obstruksi ileus
disebabkan oleh adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdominal dan operasi di
bidang obstetri ginekologik.1
Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktif bisa meliputi sumbatan sebagian
(partial) atau keseluruhan (complete) dari lumen usus, sehingga mengakibatkan isi usus
tak dapat melewati lumen itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam
kondisi, paling sering dikarenakan oleh adhesi, hernia, bahkan tumor.1,2
Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman,
seperti: keram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak diobati dengan
benar, ileus obstruktif dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan kematian
jaringan usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi
ringan, hingga kondisi shock.3
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam
atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik
organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas
(bidang ginekologik), dan nyeri kronis pelvis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang
dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal
tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus.1,2
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi,
invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan lagi
obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang
terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang
ditandai dengan gejala umum berat, yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik
akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia,
invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi. Sedangkan
obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana yang
jarang menyebabkan strangulasi.3
2.2 Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22
kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah
lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.2
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak
tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih
penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari
pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh
ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma
dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.
Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira 2
duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah
ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum
cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture
denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.2,3
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen
dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai
messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai
peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah
dan ke kanan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena
mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk
messenterium.2,4
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus semakin kecil. 3,4
Gambar 1. Sistem saluran pencernaan manusia.5
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar
dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus 3
dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum,
desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan
inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai
hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura
hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura
koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan
lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon
sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus
dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalam perineum.2,3,4
2.3 Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin,
asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjad izat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam
sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja
enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase
pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis
yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh
sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat
yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang
sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.2
4
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai
defekasi berlangsung.2,5
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan
air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali
100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari.2
Gerakan retrograd dari kolon memper lambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang
umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik
panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat.2,3
2.4 Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter
bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi
mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Penyebab
tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi
sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).3,4
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan
terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah
satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan
penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi
usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.3.4
5
2.5 Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain3,4,5 :
1) Hernia inkarserata
Usus masuk dan ter jepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi
gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.
2) Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat
atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis
setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin
terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis
iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan
dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus
halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun 6
pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan
terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan
volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi.
Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau
tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium
dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama
disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium
yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu empedu
masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di
usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang
menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah
karsinoma, terutama pada daerahrektosigmoid dan kolon kiri distal.
2.6 Patogenesis
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akibat gangguan pasase tersebut terjadi pengumpulan isi lumen usus yang
berupa gas dan cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi) di bagian proximal dari sumbatan. Sumbatan usus dan
distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.
Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh usus
di bagian proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik.
Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada
7
obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan
daya kontraksinya.6,7
2.7 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadi,antara lain3,4,5 :
1) Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal).
8
Obstruksi Usus
Akumulasi gas dan cairan intralumen di sebelah proximal dari letak obstruksi
DistensiKehilangan H2O dan
Elektrolit
Tekanan Intralumen ↑ dipertahankan
↓Volume ECF
Syok Hipovolemik
Iskemia dinding usus
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik
Peritonitis Septikemia
Proliferasi Bakteri yang berlangsung cepat
Bagan 1. Patofisiologi Obstruksi Usus.6
2) Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampai rektum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antara lain :
1) Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2) Obst ruksi sederhana (simple obstruction): obstruksi/sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction): obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren.
2.8 Gambaran Klinik
1) Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri
abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.5,6
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai
demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang
meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal.5,6
2) Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan
nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau
hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri
9
yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan
operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.5,6
3) Obstruksi mekanis di kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu
mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,
akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan
sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan
akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.5,6,7
Gambar 1. Distensi abdomen pada pasien dengan Ileus Obstruksi.7
2.9 Diagnosis
2.9.1 Anamnesis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut
distensi dan tidak bisa buang airbesar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada 10
obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal makagejala yang dominan
adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan
bagian proksimalusus menjadi sangat dilatasi.5,7
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami
diare. Kadang-kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya
mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus.
Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen.
Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul
gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola
naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
(jejenum dan ileum bagian proksimal ) maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap
awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit,maka akan
terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh
biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat meningkat.
2.9.2 Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala
dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm contour
(gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat
hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi
metalik (klinken) / metallic sound . Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltik akan melemah dan hilang. Pada ileus paralitik, keadaan umum pasien tampak
lemah hingga dehidrasi, tidak dapat flatus maupun defekasi. Dapat disertai muntah dan
perut terasa kembung. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan meteorismus, suara usus
(-), peristaltik menghilang. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan, defans muscular (-),
kecuali jika ada peritonitis. Perkusi timpani diseluruh lapang abdomen.
2.9.3 Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,
tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu 11
dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit
yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis
menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38%-
50% obstruksi strangulasi (dibandingkan 27%-44% pada obstruksi non
strangulata). Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.
Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila
muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda-tanda shock, dehidrasi dan
ketosis.6,7
2) Radiologi
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi
dilatasi dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 3–5 jam
Usus yang diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi.
Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan tampak
berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian
distal dari obstruksi tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi
belum lama maka tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal
obstruksi. Pada daerah rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.7
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak
dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam
susunan tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari
obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi
secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti
obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak
maka obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi,
jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda
sehingga berbentuk step ladder appearane.7
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1–4 mm.
Jarak ini akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus
halus, maka valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan
valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai
gambaran sirip ikan yang disebut herringbone appearance.12
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan
biasanya berbentuk huruf “U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi
proksimal kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon
bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih banyak
berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin berdilatasi,
mungkin juga tidak.
Gambar 2. Gambaran radiografi ileus obstruksi.7
Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran
klinik dapat membantu yaitu rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap,
makin lama makin hebat, pada pemeriksaan abdomen didapatkan ascites,
terdapatnya abdominal tenderness, adanya tanda-tanda yang bersifat umum,
demam, dehidrasi berat, takikardia, hipotensi atau shock.8
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman
Essential of Diagnosis yaitu:
1. Complete Proximal Obstruction:
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays
2. Complete Mid or Distal Obstruction:
Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention13
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes
Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.4,5
2.10 Diagnosis Banding
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan gambaran
klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan ileus paralitik. Pada
ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi
distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi
ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada
tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut,
dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.7,8
Tabel 1. Diagnosis Banding Ileus Obstruksi.8
Obstruksi Mekanis Sederhana (Ileus
Obstruktif)Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi
Keluhan Nyeri keram abdominal, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, dan anoreksia
Nyeri abdominal ringan, perut kembung, mual, muntah, obstipasi, dan konstipasi
Nyeri keram abdominal, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, dan anoreksia
Hasil Pemeriksaan Fisik
Borborygmi, bunyi peristaltic meningkat dengan bising usus nada tinggi, distensi, nyeri terlokalisir
Bising usus senyap, distensi, dan timpani
Borborygmi, timpani, terdapat gelombang peristaltik dengan bising usus hipo atau hiperaktif, distensi dan nyeri terlokalisir
Lanjutan Tabel 1. Diagnosis Banding Ileus Obstruksi.8
Obstruksi Mekanis Sederhana (Ileus
Obstruktif)Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi
Gambaran Foto Polos BOF
Bow-shaped loops in ladder patern, terdapat gambaran gas kolon yang
Dilatasi usus kecil dan usus besar dengan peningkatan
Dilatasi usus besar terisolasi dengan peningkatan diafragma
14
terperangkap di bagian distal dari lesi
diafragma
2.11 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.7,9
1) Resusitasi
Beberapa tindakan yang dilakukan pada pasien dengan ileus obstruksi adalah:
Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan
dalam perut atau usus
Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
Atasi dehidrasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi
dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena
seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda -
tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,
diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
2) Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3) Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi
dengan NGT tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus:
15
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada
Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
4) Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik. 7,8
2.12 Komplikasi
Komplikasi dari ileus antara lain terjadinya:9,10
Nekrosis usus, perforasi usus,
Sepsis,
Syok-dehidrasi,
Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi,
Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
Gangguan elektrolit,
Meninggal
16
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis
umum.7,8
2.13 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%
atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.7
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3. 1. Identitas Pasien
Nama : AM
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 45 tahun
Alamat : Br Muncan, Kapal / Ds. Wonorejo, Kec Kecong, Kab
Jember
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 17 Juni 2013
3. 2. Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri perut
Perjalanan Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RSUD dengan keluhan nyeri perut dan perut kembung sejak
3 hari sebelum MRS. Nyeri dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan terus
menerus sepanjang hari. Awalnya pasien sedang mengangkat barang kemudian
tiba-tiba dirasakan nyeri pada perut. Penderita juga mengeluhkan kalau perutnya
semakin membesar sejak 1 minggu terakhir ini serta merasakan nyeri seperti
melilit pada perutnya. Penderita susah kentut dan tidak buang air besar sejak 3
hari yang lalu. Buang air kecil dikatakan seperti biasa. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah. Muntah dikatakan lebih dari 5 kali dalam sehari berisi cairan
dan tidak disertai darah. Makan dan minum dikatakan sedikit-sedikit. Demam
disangkal oleh pasien. Adanya benjolan di paha atau bawah perut juga disangkal
oleh pasien.
18
Riwayat Pengobatan:
Sebelumnya penderita dirawat di RSUD dan mendapat pengobatan untuk
mengurangi mual dan muntah, yaitu injeksi pantoprazole dan ondancentron.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, kencing manis,
asma, penyakit jantung, dan gangguan fungsi hati disangkal. Riwayat operasi
pada bagian perut juga disangkal oleh pasien.
Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami hal serupa seperti keluhan
pasien. Riwayat penyakit sistemik lainnya dalam keluarga juga disangkal.
Riwayat Sosial : Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
3. 3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
T : 120/80 mmHg
N : 94 kali/menit
R : 20 kali/menit
tax : 36,2 oC
Sat O2 : 99%
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Anemia -/-, Ikterus -/-
THT : Kesan tenang
Thorax : Cor : S1S2 Tgl Reg Murmur -
Pulmo : Ves +/+, Whezing -/-, rhonki -/-
Abdomen : Ditensi (+), Darm contour (+),
Bising usus (+)↑, Metalik sound (+)
Ekstremitas : Hangat + + , edema - -
+ + - -19
Status lokalis :
Regio Abdomen : Inspeksi : Ditensi (+), Dam contour (+), Darm Steifung (-),
jejas (-)
Auskultas : Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
Palpasi : Defans muskular (+), nyeri tekan (+) di seluruh
region abdomen, finger test tidak teraba masa,
hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba.
Perkusi : Timpani (+) di seluruh kuadran abdomen
3.4. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Darah lengkap (16/6/2013)
Parameter Nilai Unit Remarks Normal
WBC 23,3 103/μL High 4,8-10,8
RBC 5,24 103/μL Normal 4,7 – 6,1
HGB 16,7 g/dl Normal 14 – 18
HCT 47,6 % Normal 42 – 52
PLT 150 103/μL Normal 150 - 450
Kimia darah (16/6/2013)
Parameter Nilai Unit Remarks NormalSGOT 17 u/l Normal 0 – 37SGPT 11 u/l Normal 0 – 40Creatinin 2,02* mg/dl High 0,6 – 1,36Urea UV 80* mg/dl High 15 – 45Glucose 110 mg/dl Normal 70 – 120
Elektrolit (16/6/2013)
Parameter Nilai Unit Remarks Normal Natrium 127* Mmol/L Low 135 – 155Kalium 4,4 Mmol/L Normal 3,6 – 5,5Chlorida 95 Mmol/L Normal 95 – 108
20
2) Foto polos abdomen (16-06-2013)
3. 4. Diagnosis
Diagnosis Utama : ILEUS OBSTRUKSI
Diagnosis Banding : Ileus Paralitik
3. 5. Penatalaksanaan
3.5.1 Non Farmakologi
Pasien dipuasakan
Dekompresi usus dengan memasang nasogastric tube (NGT)
Pasang kateter urin untuk menghitung balance cairan
3.5.2 Farmakologi
IVFD RL 28 tpm
21
Antibiotik profilaksis : Cefotaxim 2 gram IV
3.5.3 Operatif
Laparotomi
Follow up Pasien di Ruangan
Tgl S O A P17-06-13
Nyeri perut (+), BAB (-), flatus (-), mual (+), muntah (+)
St presentTD : 120/70N : 78 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,8°C
St general: AbdomenDistensi (+), BU (-), Nyeri tekan (+), defans muskular (+)
Peritonitis Generalisata ec susp perforasi ileus
Tx: - Infus RL Loading
500 cc selanjutnya RL 30 tpm
- Cefotaxim 2 gram IV
- Pre op
17-06-2013
17.00 WITA
Nyeri luka operasi (+), BAB (-), flatus (-), mual (+), muntah (-)
St presentTD : 130/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,5°CSat : 98%
St general: Abdomen:Distensi (-), BU (-), Luka operasi terawat
CM: 750 ccCK : 800 cc
Post Laparotomi ec Perforasi ileus
Tx: - Infus RL 28 tpm- Cefotaxim 3 x 1
gram IV- Omeprazol 2 x
20mg- Rawat Intensif
Mx: Balance cairan, keluhan, tanda vital
18-06-12
Flatus (-), BAB (-), mual (-), muntah (-)
St presentTD : 135/90N : 77 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36°C
St general: Abdomen:Distensi (-), BU (-), Luka operasi terawat
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari I
Tx: - D5% + analgetik
20 tpm- Asering balance
Kaen Mg3 28 tpm
- Cefotaxim 3 x 1 gram IV
- Omeprazol 2 x 20mg
22
- Metronidazol 3 x 1 fls
- Rawat ruangan- Cek PA
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
- Pertahankan NGT alirkan setiap 3 jam
- Diet MSS
19-06-2013
Nyeri (+), Flatus (+), BAB (-), mual (-), muntah (-)
St presentTD : 130/90N : 78 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37,3°C
St general: Abdomen:Distensi (-), BU (+), Luka operasi terawatCm : 900 ccCk : 1200 cc
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari II
Tx: - D5% + analgetik
20 tpm- Asering balance
Kaen Mg3 28 tpm
- Cefotaxim 3 x 1 gram IV
- Omeprazol 2 x 20mg
- Metronidazol 3 x 1 fls
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
20-06-2013
Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (-), mual (-), muntah (-)
St presentTD : 130/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36°C
St general: Abdomen:Distensi (-), BU (+)N,
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari III
Tx: - Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1
gram IV- Metronidazol 3 x 1 - Omeprazol 2 x
20mg- Analgetik drip- Asering stop
23
Luka operasi terawat, drain (+) jernih
Cm : 750 ccCk : 1300 cc
Kaen MG 3 28 tpm + D5% analgetik 20 tpm
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
21-06-2013
Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) lembek, mual (-), muntah (-)
St presentTD : 130/90N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36°C
St general: Abdomen:Distensi (-), BU (+)N, Luka operasi terawat, drain (+)jernih
Cm : 1500 ccCk : 2500 cc
DLWBC: 16,5HGB : 13,7HCT : 36,8PLT : 226
Kimia darahAlbumin: 2,7*
GDS : 221 mg/dl
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari IV
Tx: - Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1
gr- Metronidazol 3 x 1 - Omeprazol 2 x
20mg- Analgetik drip- Asering stop
Kaen MG 3 + D5% analgetik
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
- Cek DL, BS, Albumin
- Mobilisasi miring kanan/kiri
22-06-2013
Nyeri perut (+) ↓, BAB (+), BAK (+), mual (-), muntah (-)
St presentTD : 130/100N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,5°C
St general: Abdomen:
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari V
Tx: - Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1
gr- Metronidazol 3 x 1 - Omeprazol 2 x
20mg- Analgetik drip
24
Distensi (-), BU (+)N, Luka operasi terawat, drain (+) jernih
Cm : 2700 ccCk : 2150 cc
- Kaen MG 3 + D5% analgetik
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
- Diet bubur saring- Mobilisasi miring
kanan/kiri
23-06-2013
Nyeri perut (+) ↓, BAB (+), BAK (+), mual (-), muntah (-), ma/mi (+), panas badan (-)
St presentTD : 130/90N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37°C
St general: Abdomen:Distensi (+), BU (+)↑, Luka operasi terawat
Cm : 1100 ccCk : 2000 cc
GDS : 91 mg/dL
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari VI
Tx: - Metronidazol stop- Aff chateter- Infus RL 28 tpm- Ketorolac
tromethamine 3 x 1 amp k/p
- Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1
gr- Omeprazol 2 x
20mgMx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
- Diet bubur saring- Mobilisasi miring
kanan/kiri
24-06-2013
Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) konsistensi lunak warna kecoklatan, BAK (+) N mual (-),
St presentTD : 140/80N : 72 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37°C
St general: Abdomen:Rembesan luka post op: warna kuning
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari VII
Tx: - Infus RL 28 tpm- Ketorolac
tromethamine 3 x 1 amp k/p
- Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1
gram IV- Omeprazol 2 x
20mg
25
muntah (-), ma (+) bubur saring + telor, rembesan pada luka post op
kemerahan, Distensi (+), BU (+)N, Luka post op: jahitan terbuka, tampak jaringan (+), darah (+), pus (-)
Cm : 1200 ccCk : 600 cc
- Rawat Luka
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
- Mobilisasi miring kanan/kiri
25-06-2013
Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) N, BAK (+) N mual (-), muntah (-), ma/mi (+)
St presentTD : 130/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntTax : 37°C
St general: Abdomen:Distensi (+), BU (+)N, Luka operasi sekitar umbilikus terbuka tampak jaringan, darah (+), pus (-), nyeri tekan (+)↓
Cm : 1400 ccCk : 800 cc
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari VIII
Tx: - Inful RL 28 tpm- Ketorolac
tromethamine 3 x 1 amp k/p
- Sucralfat 3 x CI- Cefotaxime 3 x 1
gr- Omeprazol 2 x
20mg- Rawat Luka
Mx: - Balance cairan,
keluhan, tanda vital
- Mobilisasi miring kanan/kiri
26-06-2013
Pasien PP Nyeri perut (+) ↓, Flatus (+), BAB (+) N, BAK (+) N, mual (-), muntah (-), ma/mi (+)
St presentTD : 130/90N : 92 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,2°C
St general: Abdomen:Distensi (+), BU (+)N, Luka operasi terawat,
Cm : 1000 ccCk : 900 cc
Post Laparotomi ec Perforasi ileus Hari IX
Tx:Aff infus
Tx pulang: - Ciprofloxacin 3 x
500 mg- Paracetamol 3 x
500 mg- Antasida 3 x 1- Rawat luka
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis ileus obstruktif dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Berikut adalah perbandingan antara teori dan temuan-
temuan klinis yang dijumpai pada pasien yang mendukung diagnosa ileus obstruksi
pada pasien serta penanganannya.
Dari anamnesa diketahui bahwa pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan
nyeri perut dan perut kembung yang dirasakan sejak 3 hari sebelum MRS. Nyeri
dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan terus menerus sepanjang hari. Penderita
juga mengeluhkan kalau perutnya semakin membesar sejak 1 minggu terakhir ini serta
merasakan nyeri seperti melilit pada perutnya. Penderita susah kentut dan tidak buang
air besar sejak 3 hari yang lalu. Pasien muntah dikatakan lebih dari 5 kali dalam sehari
berisi cairan dan tidak disertai darah. Nyeri perut kolik yang muncul pada pasien ini
dapat menjadi petunjuk bahwa asal kelainan adalah dari organ yang berongga atau
mempunyai saluran. Kita dapat memikirkan usus dan ureter sebagai penyebab nyeri
perut kolik terbanyak. Adanya keluhan tambahan muntah dan keluhan gangguan
saluran cerna yaitu berupa tidak bisa buang air besar dan buang angin mengindikasikan
terjadinya gangguan pada pasase usus atau disebut juga ileus.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen, nyeri tekan lepas, defans
muskular, dan bising usus meningkat. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada
pemeriksaan fisik ileus obstruktif ditemukan distensi abdomen, suara bising usus
meningkat pada auskultasi, hipertimpani pada perkusi, dan nyeri tekan lepas pada
palpasi. Dari pemeriksaan penunjang, nilai laboratorium pada pasien ini menunjukkan
adanya leukositosis yaitu nilai WBC 23,3 103/μL (Normal: 4,8 – 10,8) dan hiponatremi
dimana nilai natrium mengalami penurunan yaitu 127 mmol/L (Normal: 135 – 155),
sedangkan kalium dan klorida masih dalam batas normal. Dari foto polos abdomen
tampak adanya dilatasi usus. Gangguan keseimbangan elektrolit dan gambaran dilatasi
usus mendukung diagnosis ileus obstuktif. Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat
dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus
letak rendah. Namun lokasi dan penyebab sumbatan, dapat diketahui secara pasti
melalui laparotomi.
27
Pada pasien ini telah terjadi komplikasi yaitu perforasi ileus sehingga terjadi
pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum. Hal ini didukung dari
pemeriksaan fisik yaitu ditemukannya nyeri tekan pada seluruh area abdomen atau
defans muskular. Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat
menimbulkan ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) sehingga terjadi
peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat
berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis
atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada
rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis. Rangsangan peritonium dapat
menimbulkan nyeri tekan yang menyebar ke seluruh area abdomen (defans muscular).
Selain nyeri, pasien biasanya menunjukkan gejala dan tanda lain yaitu nausea, vomitus,
syok (hipovolemik, septik, dan neurogenik), demam, distensi abdominal, nyeri tekan
abdomen dan rigiditas yang lokal, difus atau umum, dan secara klasik bising usus
melemah atau menghilang.
Diagnosis banding pada pasien ini adalah ileus paralitik. Pada ileus paralitik
nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi distensi abdomen.
Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut.
Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah
yang menetap.
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal. Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan
adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus
obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu
diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Terapi cairan dibutuhkan pada pasien
dengan ileus obstruktif karena tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit serta zat-zat
makanan ke dalam tubuh secara oral. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan
elektrolit akan terpenuhi. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-
tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan
juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan 28
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Pada kasus ini dilakukan operasi laparotomi yang akan dilakukan setelah kondisi
optimum pasien tercapai. Selama follow up preoperasi, pasien telah diberi tindakan
rehidrasi pemberian loading IVFD RL dan pemasangan NGT hingga tercapai balance
cairan. Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Pasien ini menerima terapi obat-obatan berupa antibiotik cefotaxim 3 x 1 gram sebagai
profilaksis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik, untuk
mencegah sepsis sekunder.
29
BAB V
RINGKASAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatusegmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus
besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit
Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, dan impaksi fekal.
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum dapat berupa syok, oliguri
dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus
atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis
kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Usus di bagian distal kolaps, sementara
bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan
dan gas, distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluhdarah tertekan sehingga
suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya diperlukan.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition,
W.B.Saunders, Philadelphia, 2001, hal 887-888
2. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition,
McGraw-Hill, New York, 2005, hal 1031-1032
3. Mukherjee S. Ileus. [Online] 2007 January 2 [cited 2013 June 21] [7 screen].
Available from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.
4. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-9.
Jakarta : EGC
5. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 20013 June 2];[6
screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com
6. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia Kedokteran p.29.
Available from: URL: http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf
7. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2.
Jakarta : EGC. Hal: 623.
8. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi 7.
London :Churchill Livingstone.
9. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis D,
Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical presentation,
etiology, management and outcome. World Journal of gastroenterology. 2007
January 21;13(3):432-437. Available from URL: http://www.wjgnet.com
10. Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2013 June 21]; [4
screens]. Available from: URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll.html.
31