Ileus Obstruksi n SOL
Transcript of Ileus Obstruksi n SOL
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
1/21
ILEUS OBSTRUKSI
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai
dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut dapat disebabkan
oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik,
dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung
yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan. 1,2
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus
paralitik.2 Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen usus atau
oleh adanya gangguan peristaltik. Obstruksi usus atau disebut juga ileus obstruksi (obstruksi
mekanik) misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau adanya sumbatan dalam lumen usus. Ileus
dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti spasme.2 Obstruksi usus merupakan
gangguan peristaltik baik di usus halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik dapat disebabkan
karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar usus maupun di dalam lumen usus.
Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya
mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma. Sebagian besar obstruksi justru mengenai
usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan kegawatan yang memerlukan diagnosa dini
dan tindakan bedah darurat. 1,3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis et al (pada tahun 2001 2002),
ditemukan 60% penderita yang dirawat di Hippokration Hospital, Athens mengalami ileus
obstruksi dan rata rata berumur sekitar 16 98 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada laki laki.4
EMBRIOLOGI
Usus primitive terbentuk sejak minggu ke empat dari perkembangan fetus. Lapisan
endodermal membentuk lapisan epitel dari traktus digestivus dan mesoderm splanchnic di
sekitar endermal membentuk jaringan muskular konektif dan lapisan usus lainnya. Kecuali
duodenum, dimana usus primitif berasal dari usus tengah. Selama minggu keempat
perkembangan fetus, panjang usus meningkat dengan cepat, herniasi dari usus tengah terjadi
sampai umbilikus. Putaran usus tengah mempunyai dua cabang yaitu kranial dan kaudal.
Cabang kranial berkembang menjadi duodenum distal, jejenum dan ileum proksimal.
Sedangkan cabang kaudal menjadi ileum distal, dua pertiga proksimal dari kolon transversum.
Herniasi usus tengah terjadi sampai usia 10 minggu masa gestasi fetus, ketika usus masuk
kembali ke rongga abdomen. Setelah memutar komplit 270 dari titik awal, bagian proksimal
jejenum masuk kembali ke abdomen dan menempati bagian kiri abdomen dengan lingkaran
selanjutnya menempati bagian kanan. Sekum yang terakhir masuk dan lokasinya di sebelah
kanan kuadran atas, walaupun pada akhirnya sekum akan turun ke posisi normal pada kuadran
kanan bawah. Malrotasi anomali kongenital usus dapat terjadi pada proses ini. 1,5
Fase embriologi dan tingkatan putaran usus
Usus dengan arteri dan vena mesenterika superior di dalam bakal mesenterium. Usus setelah
berputar 90. Bagian proksimal berada di sebelah kanan, distal di sebelah kiri.
Putaran duodenum sebelah dorsal a.mesenterika superior, sedangkan sekum dengan kolon
berputar di ventral ke kanan.
Putaran berlangsung terus, sekum di sebelah kanan masih turun ke kanan bawah. Usus
belakang membentuk sebagian kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid yang
diperdarahi oleh a.mesenterika superior.
Setelah putaran lengkap (270)
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai ke
rektum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi
gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium
yang bebas. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus
yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid dengan
radiks yang sempit.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
2/21
ANATOMI
Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm sampai 290 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25
cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang jejenum 100 110 cm dan panjang ileum 150
-160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum
ini berperan sebagai ligamentum suspensorium. Kira kira dua per lima dari sisa usus halus
adalah jejenum, dan tiga per lima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai
vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari ileum. Apendiks vermiformis merupakan
tabung buntu berukuran sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada
apeks sekum.
Secara mikroskopik, dinding usus halus dibagi atas empat lapisan yaitu lapisan serosa,
muskularis propria, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan serosa merupakan
lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum visceralis dan parietal dan ruang yang terletak
antara lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga peritoneum. Lapisan muscularis propria
terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot longitudinal yang tipis dan lapisan otot sirkular
yang tebal. Ganglion sel berasal dari pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di antara
lapisan otot dan mengirimkan rangsangan pada kedua lapisan tersebut. Lapisan submucosa
terdiri dari lapisan jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah dan saraf.
Lapisan mukosa dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa muscularis, lamina propria dan
lapisan epitel. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan sirkular yang dinamakan
valvula koniventes (Lig.Kerckringi) yang menonjol ke dalam sekitar 3 mm.
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas yang menggantung
jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum mayus merupakan lapisanganda
peritoneum yang mengantung dari curvatura mayor lambung dan berjalan turun di depan
visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan
lipatan peritoneum yang terbentang dari curvatura minor lambung dan bagian atas duodenum
menuju ke hati, membentuk Ligamentum Hepatogastrikum dan Ligamentum
hepatoduodenale.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca. Arteri ini
mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis
dan cabangnya arteri pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena
mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis
merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat
pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan
serabut saraf parasimpatis mengatur refleks usus.
Usus besar dibagi menjadi caecum, colon dan rektum. Pada caecum terdapat katup ileosekal
dan apendiks yang melekat pada ujung caecum. Caecum menempati sekitar dua atau tiga inchi
pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi colon ascenden, colon transversum,
descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk belokan tajam yaitu pada abdomen
kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Colon
sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian
bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rektum. Usus besar memiliki
empat lapisan morfologik seperti bagian usus lainnya.
Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh cabang
a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media. Kolon
transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum
perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis
superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh oleh
serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut
parasimpatis yang berasal dari N.vagus.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
3/21
FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan bahan
nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh
kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di
dalam duodenum terutama oleh kerja enzim enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja
enzim enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase
pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus).
Banyak di antara enzim enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat zat
makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat zat yang
dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik
mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk
absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir
pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe
untuk digunakan oleh sel sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan bahan makanan
dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :
Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur
makanan dengan enzim enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus
besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis
yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada
kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian
mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap
kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 4 cm. Pada saat satu segmen usus
halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi,
demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula.
Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan
mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang merupakan
basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi
berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum.
Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan
kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian
distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung
sekitar 3 sampai 5 cm
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh adanya
gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh adanya sel sel
pace maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas dari sel sel ini
dipengaruhi oleh sistem saraf dan hormonal.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar disebabkan
oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan refleks peristaltik yang akan
menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan insulin juga
meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat
pergerakan usus halus.
Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang kadang terhambat selama beberapa jam
sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal meningkatkan aktifitas
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
4/21
peristaltik dan mendorong makanan melewati katup ileocaecal menuju ke kolon. Makanan
yang menetap untuk beberapa lama pada daerah ileum oleh adanya sfingter ileocaecal
berfungsi agar makanan dapat diabsorbsi pada daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk
mencegah makanan kembali dari caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam caecum
meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan meningkat dan
gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga memperlambat pengosongan ileum. Bila
terjadi peradangan pada caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan
mengalami spasme, dan ileum akan mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat
terhambat.
ETIOLOGI
Penyebab obstruksi pada usus halus dapat dibagi menjadi 3 yaitu obstruksi pada
ekstraluminal, obstruksi intrinsik dan obstruksi intraluminal. Obstruksi ekstraluminal
misalnya adhesi, hernia, karsinoma dan abses. Obstruksi intrinsik pada dinding usus seperti
tumor primer. Dan obstruksi intraluminal seperti enteroliths, gallstones dan adanya benda
asing. Penyebab tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Penyebab Ileus Obstruksi
Lesi ekstrinsik pada dinding usus
Adhesi (postoperative)
Hernia (inguinal, femoral, umbilical)
Neoplasma
Abses intraabdominal
Lesi intrinsic
Kongenital (Malrotasi, kista)
Inflamasi (Chrons Disease, Divertikulitis)
Neoplasma
Traumatik
Intusepsi
Obstruksi intraluminal
Gallstone
Enterolith
Adhesi, hernia inkarserata dan keganasan usus besar paling sering menyebabkan obstruksi.4
pada adhesi, onsetnya terjadi secara tiba tiba dengan keluhan perut membesar dan nyeri
perut.10 Dari 60% kasus ileus obstruksi di USA, penyebab terbanyak adhesi yaitu pada
operasi ginekologik, appendektomi dan reseksi kolorektal.5
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari rongga
peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Adhesi dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal atau multipel. 1
Tumor usus
Kumpulan cacing ascariasis
hernia inkarserata: usus terjepit di dalampintu hernia
Invaginasi : bagian yang masuk makin diteruskan oleh peristaltik
Adhesi
Volvulus
PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik maupun fungsional. Perbedaan
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
5/21
utama adalah pada obstruksi mekanik (ileus obstruksi) yaitu peristaltik mula mula kuat
kemudian intermittent dan kemudian menghilang. Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik
dari awal sudah tidak ada. Perubahan patofisiologik pada obstruksi usus dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. 2,3
Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus,
dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan
absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan adanya
hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana
frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi
dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan tekanan
intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena.
Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi
toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik.9 Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin
-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. 3
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler
dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan udara akan berkumpul
dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami
distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran mukosa usus
menurun dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan
sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi
sekresi mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi,
peritonitis dan kematian. 2,11
Pada obstruksi strangulata, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh
oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem dan
nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi. 2,11
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut
distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada
obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant adalah
nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal
usus menjadi sangat dilatasi. 5
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau
bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang kadang
dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang
lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang
berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. 11
pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut
bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak di
bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka
nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan
kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis
takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang kadang dapat
meningkat.10
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
6/21
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi
yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi). Pada
tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya
feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan
intusepsi. 2,5,7
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat
membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap
awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase
sering didapatkan.10 Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya
terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat
ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda tanda shock,
dehidrasi dan ketosis.9
Radiologik 2,9,10,12
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level pada foto polos
abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi
kolon.
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran step ladder dan air fluid level terutama
pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan
nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan adanya gas
dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus.
Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya
perforasi.
CT scan kadang kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus
untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada obstruksi usus besar
yang dicurigai adanya abses maupun keganasan.
KOMPLIKASI 2,13
Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi, abses,
pneumonia aspirasi dari proses muntah dan meninggal.
DIAGNOSA BANDING 10
Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal,
termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi
ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan.
Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah jarang
terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan adanya hasil
foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian proksimal.
Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan
pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan pankreatitis
akut, enteritis iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan dengan
trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan dengan ileus paralitik.
PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
7/21
bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal3
Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan
keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon
terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda tanda vital dan jumlah urin yang
keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.9,10
Farmakologis
Pemberian obat obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.13
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi.14
Situations necessitating emergent operation
Incarcerated, strangulated hernias
Peritonitis
Pneumatosis cystoides intestinalis
Pneumoperitoneum
Suspected or proven intestinal strangulation
Closed-loop obstruction
Nonsigmoid colonic volvulus
Sigmoid volvulus associated with toxicity or peritoneal signs
Complete bowel obstruction
Situations necessitating urgent operation
Progressive bowel obstruction at any time after nonoperative measures are started
Failure to improve with conservative therapy within 2448 hr
Early postoperative technical complications
Situations in which delayed operation is usually safe
Immediate postoperative obstruction
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis
yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan.10
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus.15
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
8/21
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
PROGNOSIS
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3
Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.13
Feature Mild Dehydration
(10%)
Heart rate Normal Slightly increased Rapid, weak
Systolic blood
pressure
Normal Normal to
orthostatic, >10 mm
Hg change
Hypotension
Urine output Decreased Moderately
decreased
Markedly decreased,
anuriaMucous membranes Slightly dry Very dry Parched
Anterior fontanel Normal Normal to sunken Sunken
Tears Present Decreased, eyes
sunken
Absent, eyes sunken
Skin* Normal turgor Decreased turgor Tenting
Skin perfusion Normal capillary
refill (4 seconds); skin
cool, mottled, gray
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang meluas ataumenempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses. Karena cranium merupakantempat
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
9/21
yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan
tekananintracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara
mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi,
dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan
intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan
absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti
diatas.
Posisi tumordalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan
gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau
yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi
akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf
yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter
dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.Suatu
pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran
cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium
cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata
dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk
menegakkan diagnose.
Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intrakranial
Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen: otak, cairan serebrospinal
(CSS) dan darah yang masing-masing tidak dapat diperas. Kranium hanya mempunyai
sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum. Ia juga memiliki tentorium yang kaku
yang memisahkan hemisfer serebral dari serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari
tentorium.
Sirkulasi cairan serebrospinal
ProduksiCSS diproduksi terutama oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, tiga dan empat,
dimana ventrikel lateral merupakan bagian terpenting. 70 % CSS diproduksi disini dan 30 %
sisanya berasal dari struktur ekstrakhoroidal seperti ependima dan parenkhima otak.
Pleksus khoroid dibentuk oleh invaginasi piamatervaskuler (tela khoroidea) yang membawa
lapisan epitel pembungkus dari lapis ependima ventrikel. Pleksus khoroid mempunyai
permukaan yang berupa lipatan-lipatan halus hingga kedua ventrikel lateral memiliki
permukaan 40 m2. Mereka terdiri dari jaringan ikat pada pusatnya yang mengandung
beberapa jaringan kapiler yang luas dengan lapisan epitel permukaan sel kuboid atau
kolumner pendek. Produksi CSS merupakan proses yang kompleks. Beberapa komponen
plasma darah melewati dinding kapiler dan epitel khoroid dengan susah payah, lainnya masuk
CSS secara difusi dan lainnya melalui bantuan aktifitas metabolik pada sel epitel khoroid.
Transport aktif ion ion tertentu (terutama ion sodium) melalui sel epitel, diikuti gerakan pasif
air untuk mempertahankankeseimbangan osmotik antara CSS dan plasma darah.
Sirkulasi Ventrikuler
Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan bersirkulasi pada sistem ventrikuler, dari
ventrikel lateral melalui foramen Monro (foramen interventrikuler) keventrikel tiga,
akuaduktus dan ventrikel keempat. Dari sini keluar melalui foramina diatap ventrikel keempat
kesisterna magna.
Sirkulasi Subarakhnoid
Sebagian cairan menuju rongga subarakhnoid spinal, namun kebanyakan melalui pintu
tentorial (pada sisterna ambien) sekeliling otak tengah untuk mencapai rongga subarakhnoid
diatas konveksitas hemisfer serebral.
Absorpsi
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
10/21
Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villa arakhnoid
adalah evaginasi penting rongga subarakhnoid kesinus venosus dural dan vena epidural;
mereka berbentuk tubuli mikro, jadi tidak ada membran yang terletak antara CSS dan darah
vena pada villi. Villi merupakan katup yang sensitif tekanan hingga aliran padanya adalah
satu arah. Bila tekanan CSS melebihi tekanan vena, katup terbuka, sedang bila lebih rendah
dari tekanan vena maka katup akan menutup sehingga mencegah berbaliknya darah dari sinus
kerongga subarakhnoid. Secara keseluruhan, kebanyakan CSS dibentuk di ventrikel lateral
dan ventrikel keempat dan kebanyakan diabsorpsi di sinus sagittal. Dalam keadaan normal,
terdapat keseimbangan antara pembentukan dan absorpsi CSS. Derajat absorpsi adalah
tergantung tekanan dan bertambah bila tekanan CSS meningkat. Sebagai tambahan, tahanan
terhadap aliran tampaknya berkurang pada tekanan CSS yang lebih tinggi dibanding tekanan
normal. Ini membantu untuk mengkompensasi peninggian TIK dengan meningkatkan aliran
dan absorpsi CSS. Hampir dapat dipastikan bahwa jalur absorptif adalah bagian dari villi
arakhnoid, seperti juga lapisan ependima ventrikel dan selaput saraf spinal; dan kepentingan
relatifnya mungkin bervariasi tergantung pada TIK dan patensi dari jalur CSS secara
keseluruhan. Sebagai tambahan atas jalur utama aliran CSS, terdapat aliran CSS melalui otak,
mirip dengan cara cairan limfe.
Cara ini kompleks dan mungkin berperan dalam pergerakan dan pembuangan cairan edem
serebral pada keadaan patologis.
Volume Otak
Rata-rata berat otak manusia sekitar 1400 g, sekitar 2 % dari berat badan total. Volume glial
sekitar 700-900 ml dan neuron-neuron 500-700 ml. Volume cairan ekstraselular (ECF) sangat
sedikit. Sebagai perkiraan, glia dan neuron mengisi 70 % kandung intrakranial, dimana
masing-masing 10% untuk CSS, darah dan cairan ekstraselular. Perubahan otak sendiri
mungkin bertanggung-jawab dalam peninggian kandung intrakranial. Contoh paling jelas
adalah pada tumor otak seperti glioma. Disamping itu, penambahan volume otak sering secara
dangkal
dikatakan sebagai edema otak dimana maksudnya adalah pembengkakan otak sederhana.
Penggunaan kata edema otak harus dibatasi pada penambahan kandung air otak. Otak
mengandung kandung air yang tinggi: 70 % pada substansi putih dan 80% pada substansi
kelabu yang lebih seluler. Kebanyakan air otak adalah (80%) intraseluler. Volume normal
cairan ekstraseluler kurang dari 75 ml, namun bertambah hingga mencapai 10% volume intra-
kranial.
Rongga ekstraseluler berhubungan dengan CSS via ependima. Air otak berasal dari darah dan
akhirnya kembali kesana juga. Relatif sedikit air otak yang berjalan melalui jalur lain, yaitu
melalui CSS.
Autoregulasi
Fenomena autoregulasi cenderung mempertahankan CBFpada tekanan darah rata-rata
antara 50-160 mmHg. Dibawah 50 mmHg CBFberkurang bertahap, dan diatas 160 mmHg
terjadi dilatasi pasif pembuluh serebral dan peninggian TIK. Autoregulasi sangat terganggu
pada misalnya cedera kepala . Karena peninggian CBVberperan meninggikan TIK, penting
untuk mencegah hipertensi arterial sistemik seperti juga halnya mencegah syok pada cedera
kepala berat. Pengobatan hipertensi sedang yang sangat agresif atau koreksi hipotensi yang
tidak memadai bisa berakibat gawat, terutama pada pasien tua.
Hubungan antara tekanan dan voluime
Karena sutura tengkorak telah mengalami fusi, volume intra kranial total tetap konstan. Isi
intrakranial utama adalah otak, darah dan CSS yang masing-masing tak dapat diperas.
Karenanya bila volume salah satu bertambah akan menyebabkan peninggian TIK kecuali
terjadi reduksi yang bersamaan dan ekual volume lainnya. TIK normal pada keadaan istirahat
adalah 10 mmHg (136 mmH2O). Sebagai pegangan , tekanan diatas 20 mmHg adalah
abnormal, dan diatas 40 mmHg dikategorikan sebagai peninggian yang parah. Semakin tinggi
TIK pada cedera kepala, semakin burukoutcomenya.
Konsekuensi dari lesi desak ruang
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
11/21
Bila timbul massa yang baru didalam kranium seperti tumor, abses atau bekuan darah,
pertama-tama ia akan menggeser isi intrakranial normal.
Doktrin Monro-Kellie
Konsep vital terpenting untuk mengerti dinamika TIK. Dinyatakan bahwa volume total isi
intrakranial harus tetap konstan. Ini beralasan karena kranium adalah kotak yang tidak
ekspansil. Bila V adalah volume, maka
VOtak + VCSS + VDarah + V Massa = Konstan
Karena ukuran lesi massa intrakranial, seperti hematoma, bertambah, kompensasinya adalah
memeras CSS dan darah vena keluar. Tekanan intrakranial tetap normal. Namun akhirnya tak
ada lagi CSS atau darah vena yang dapat digeser, dan mekanisme kompensasi tak lagi efektif.
Pada titik ini, TIK mulai naik secara nyata, bahkan dengan penambahan sejumlah kecil
ukuran massa intrakranial. Karenanya TIK yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya lesi massa.
Pergeseran CSS
CSS dapat dipaksa dari rongga ventrikel dan subarakhnoid kerongga subarakhnoid spinal
melalui foramen magnum. Rongga subarakhnoid spinal bersifat distensibel dan mudah
menerima CSS ekstra. Namun kemampuan ini terbatas oleh volume CSS yang telah ada dan
oleh kecenderungan jalur CSS untuk mengalami obstruksi. Sekali hal ini terjadi, produksi
CSS diatas bendungan yang tetap berlangsung akan menambah peninggian TIK. Jalur
subarachnoid mungkin terbendung di tentorium atau foramen magnum. Jalur CSS
intraventrikular mungkin terbendung pada ventrikel tiga atau akuaduktus yang akan
menyebabkan temuan yang khas pada sken CT dimana ventrikel lateral kolaps pada sisi
massa, sedangkan ventrikel lateral disisi berlawanan akan tampak distensi.
Pergeseran Volume Otak
Pergeseran otak sendiri oleh lesi massa hanya dapat terjadi pada derajat yang sangat
terbatas. Pada tumor yang tumbuh lambat seperti meningioma, pergeseran otak mungkin
sangat nyata, terdapat kehilangan yang jelas dari volume otak, mungkin akibat pengurangan
cairan ekstraselular dan kandung lemak otak sekitar tumor. Bagaimanapun dengan massa
yang meluas cepat, otak segera tergeser dari satu kompartemen intrakranial ke kompartemen
lainnya atau melalui foramen magnum.
Bila massa terus membesar, volume yang dapat digeser terpakai semua dan TIK mulai
meningkat. Selama fase kompensasi, terjadi penggantian volume yang hampir ekual dan
sedikit saja perubahan pada TIK. Pada titik dekompensasi, peninggian volume selanjutnya
akan menyebabkan penambahan tekanan yang makin lama makin besar. Peninggian TIK yang
persisten diatas 20 mmHg tampaknya berhubungan dengan peninggian tahanan aliran CSS.
Hasil CT menampakkan bagian yang tahanannya meningkat adalah pada tentorium.
Karenanya temuan CT yang menampakkan obliterasi sisterna perimesensefalik merupakan
bukti penting bahwa TIK meninggi atau pertanda bahwa bahaya segera datang.
Perlu disadari bahwa segala sesuatu yang mencegah atau menghalangi pergeseran volume
kompensatori akan menyebabkan peningkatan TIK yang lebih segera. Misalnya tumor fossa
posterior adalah merupakan lesi massa sendiri, namun juga memblok aliran CSS dari ventrikel
atau melalui foramen magnum. Karenanya volume CSS bertambah dan kompensasi untuk
massa tumornya sendiri akan terbatas. Selanjutnya penderita dengan massa yang terus meluas
akan mendadak sampai pada titik dekompensasi bila aliran vena serebral dibatasi oleh
peninggian tekanan vena jugular akibat kompresi leher atau obstruksi pernafasan.
Perubahan volume sendiri bersifat penjumlahan. Efek tumor otak akan sangat meningkat
oleh edema otak. Pada banyak keadaan klinis, perubahan volume sangat kompleks. Ini
terutama pada cedera kepala dimana mungkin terdapat bekuan darah, edema otak serta
gangguan absorpsi CSS akibat perdarahan subarakhnoid atau perdarahan intraventrikuler.
Mungkin dapat ditambahkan vasodilatasi akibat hilangnya autoregulasi atau hiperkarbia.
Walau urut-urutan kejadian berakibat perubahan yang terjadi dengan peninggian TIK
progresif karena sebab apapun, hubungan antara tingkat TIK dan keadaan neurologik juga
tergantung pada tingkat perubahan dan adanya pergeseran otak. Tumor tumbuh lambat seperti
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
12/21
meningioma mungkin tumbuh hingga ukuran besar tanpa adanya tanda peninggian TIK.
Sebaliknya hematoma ekstradural akut yang lebih kecil mungkin menyebabkan kompresi otak
yang berat dan cepat.
Untuk lesi yang membesar cepat seperti hematoma epidural, perjalanan klinik dapat
diprediksi dari hubungan volume-tekanan yang sudah dijelaskan terdahulu. Pada tahap awal
ekspansi massa intrakranial, perubahan TIK sedikit dan pasien tetap baik dengan sedikit
gejala.
Bila massa terus membesar, mekanisme kompensasi berkurang dan TIK meningkat. Pasien
mengeluh nyeri kepala yang memburuk oleh faktor-faktor yang menambah TIK seperti batuk,
membungkuk atau berbaring terlentang, dan kemudian menjadi mengantuk. Penderita menjadi
lebih mengantuk. Kompresi atau pergeseran batang otak menyebabkan peninggian tekanan
darah, sedang denyut nadi dan respirasi menjadi lambat.
Dengan ekspansi dan peninggian TIK selanjutnya, pasien menjadi tidak responsif. Pupil
tak berreaksi dan berdilatasi, serta tak ada refleks batang otak. Akhirnya fungsi batang otak
berhenti. Tekanan darah merosot, nadi lambat, respirasi menjadi lambat dan tak teratur serta
akhirnya berhenti.
TIK DAN Pergeseran Otak
Pada kenyataannya, banyak dari akibat klinis dari peninggian TIK adalah akibat pergeseran
otak dibanding tingkat TIK sendiri.
Transtentorial
Lateral
Massa yang terletak lebih kelateral menyebabkan pergeseran bagian medial lobus temporal
(unkus) melalui hiatus tentorial serta akan menekan batang otak secara transversal. Saraf
ketiga terkompresi menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral. Penekanan pedunkel serebral
menyebabkan hemiparesis kontralateral. Pergeseran selanjutnya menekan pedunkel serebral
yang berseberangan terhadap tepi tentorial menyebabkan hemiparesis ipsilateral hingga terjadi
kuadriparesis. Sebagai tambahan, pergeseran pedunkel yang berseberangan pada tepi tentorial
sebagai efek yang pertama akan menyebabkan hemiparesis ipsilateral. Indentasi pedunkel
serebral ini disebut 'Kernohan's notch'. Arteria serebral posterior mungkin tertekan pada tepi
tentorial, menyebabkan infark lobus oksipital dengan akibat hemianopia.
Sentral
Bila ekspansi terletak lebih disentral seperti tumor bifrontal, masing-masing lobus temporal
mungkin menekan batang otak. Kompresi tektum berakibat paresis upward gaze dan ptosis
bilateral.
Tonsilar
Mungkin merupakan tahap akhir kompresi otak supra-tentorial progresif, dan menampakkan
tahap akhir dari kegagalan batang otak. Kadang-kadang pada tumor fossa posterior, herniasi
tonsilar berdiri sendiri, menyebabkan tortikolis, suatu refleks dalam usaha mengurangi
tekanan pada medulla. Kesadaran mungkin tidak terganggu, namun gangguan respirasi terjadi
berat dan cepat.
Subfalsin
Pergeseran permukaan medial hemisfer (girus singulata) didekat falks mungkin menekan
arteria serebral anterior menimbulkan paralisis tungkai kontralateral. Ini jarang ditemukan
berdiri sendiri.
Gambaran Klinik (Triad Klasik)
Triad nyeri kepala, edema papil dan muntah secara umum dianggap sebagai karakteristik
peninggian TIK. Namun demikian, dua pertiga pasien dengan lesi desak ruang memiliki
semuagambaran tersebut, sedang kebanyakan sisanya umumnya dua. Walau demikian, tidak
satupun dari ketiganya khas untuk peninggian tekanan, kecuali edema papil, banyak penyebab
lain yang menyebabkan masing-masing berdiri sendiri dan bila mereka timbul bersama akan
memperkuat dugaan adanya peninggian TIK.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
13/21
Simtomatologi peninggian TIK tergantung lebih banyak pada penyebab daripada tingkat
tekananyang terjadi. Tak ada korelasi yang konsisten antara tinggi tekanan dengan beratnya
gejala.
LESI DESAK RUANG (SOL) BERDASARKAN LOKASI
Berdasarkan lokasinya lesi desak ruang (SOL) dap0at dibedakan menjadi SOL yang terletak
di Supratentorium dan SOL yang terletak di Infratentorium.
TUMOR OTAK
A. Definisi
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel otak atau
dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor otak dapat dibagi menjadi
tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna).
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak
ganas. Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari
bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Terdapat 2 kategori tumor otak, yaitu :
1. Tumor otak primer - tumor ini berasal dari otak itu sendiri.
2. Tumor otak sekunder (dikenali sebagai metastatik) - ia berasal atau penyebaran dari organ
tubuh yang lain seperti paru-paru, ginjal, payudara, tulang, kulit dan organ tubuh lainnya.
Tumor otak primer bermula dan terbentuk di dalam otak. Tumor tersebut mungkin tumbuh
dan terbentuk di suatu tempat yang kecil atau ia dapat meluas ke daerah-daerah sekitar yang
berdekatan. Tumor sekunder (metastatik) bermula atau tumbuh di tempat lain dan
kemudiannya menyebar melalui saluran darah ke otak untuk membentuk tumor otak sekunder
(tempat asalnya ialah kanker paru-paru, payudara, usus, kulit dan lain-lain). Tumor otak
metastasis merupakan komplikasi neurologis yang paling sering dari kanker sistemik.
B. Lokasi Tumor Otak
Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor terbanyak adalah glioma, metastase
dan meningioma. Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial. Medulloblastoma dan
astrositoma serebelar adalah predominan.
C. Patologi Tumor Otak
Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan 'ganas', namun istilah ini tidak dapat
langsung dibandingkan dengan tumor yang terjadi ekstrakranial. Tumor intrakranialjinak
mempunyai efek merusak karena ia berkembang di dalam rongga tengkorak yang berdinding
kaku. Astrositoma jinak bisa menginfiltrasi jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk
pengangkatan total, atau mengisi daerah neurologis yang kritis yang bahkan mencegah
pengangkatan parsial sekalipun.Tumor intrakranialganasberarti pertumbuhan yang cepat,
diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler.
Namun metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.
D. Insidensi dan prevalensi
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan
frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika
didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor
primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di
Rumah Sakit Umum.
Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak
pada anak-anak terbanyak dekade 1 (3-12 tahun), sedangkan pada dewasa pada usia 30-70
dengan puncak usia 40-65 tahun.
Tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Lebih
sedikit pasien dengan tumor metastatik yang datang ke pusat bedah saraf,walau insidens
sebenarnya harus sebanding, bahkan melebihi tumor primer. Sekitar 1 dari tumor otak primer
terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
14/21
Sekitar 15-20% pasien kanker akan didiagnosis dengan tumor otak metastasis. Insiden dari
tumor ini + 4.1-11.1 per 100.000 populasi/tahun. Insiden tumor otak metastasis meningkat
sejalan dengan semakin majunya terapi sistemik yang memperpanjang angka harapan hidup,
semakin banyaknya populasi lanjut usia, meningkatnya insiden kanker paru dan melanoma
dan kemampuan MRI dalam mendeteksi metastasis berukuran kecil. Saat ini tumor otak
metastasis dianggap sebagai tumor intrakranial yang tersering dengan ratio 10:1 dibandingkan
dengan tumor otak primer.
Enampuluh sampai 80% tumor otak metastasis pada orang dewasa berasal dari paru,
payudara, melanoma, kolon dan ginjal. Tumor primer yang tersering adalah paru (40-60%),
diikuti oleh payudara, melanoma, kolon dan ginjal dengan insiden relatif 10%, 3.5%, 2.8%
dan 1.2% Umur saat didiagnosis tumor otak metastasis berkorelasi dengan umur saat tumor
primernya didiagnosis. Paling sering ditemukan pada dekade ke 5 sampai dekade ke 7
terklasifikasi, dan lain-lain Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling
banyak pada usia pertengahan.
Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua tumor primer di regio ini.
Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan frekuensinya relatif lebih
tinggi dibandingkandengan tumor lain yang tumbuh di regio ini.
Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1),
sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1).
Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria Ependimoma banyak ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda
E. Etiologi dan Patofisiologi Tumor Otak
1 Etiologi Tumor Otak
Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak diketahui, namun beberapa tumor, faktor
predisposisinya diketahui:
a.Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah radiasi kepala menyeluruh
(antaranya untuk tinea kapitis) memperlihatkan peninggian insiden tumor jinak maupun
ganas; astrositoma, meningioma.
b. Substansi-substansi karsinogenik.Bahan-bahan kimia seperti vinyl-chloride
c. Terapi Immunosupressif: Meninggikan insiden limfoma dan tumor limforetikuler.
d.Neurofibromatosis: Berkaitan dengan peninggian insidens glioma saraf optik serta
meningioma.
e. Sklerosis Tuberosa:berhubungan dengan pembentukan astrositoma subependimal.
f.Kelainan genetik: mutasi and delesi genetic tumor suppressor genes seperti mutasi gen
TP53 (sindrom Li-Fraumeni), P16 (sindrom melanoma-glioma), dan MMAC1 (termutasi
pada kanker lanjut). Von Hippel-Lindau syndrome, Turcot's syndrome.
g. Pasien dengan riwayat melanoma, kanker paru, mammae, colon, atau
h. kanker ginjal beresiko besar terhadap tumor otak sekunder.
2 Patofisiologi Tumor Otak
Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak langsung
memusnahkan sel-sel apabila terjadi peradangan, penyumbatan akibat pertumbuhan tumor,
pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak (tekanan intrakranium). Tumor ini dapat
menyerang baik serebrum serebelum ataupun pangkal otak.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala gejalanya terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan penderita.
Gangguan neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor :
gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal
terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron, misalnya glioblastoma multiforme.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagaikehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan cerebrovaskular primer.Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
15/21
Peningkatan tekanan kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. massa dalam tengkorak
2. terbentuknya edema sekitar tumor, dan
3. perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat
dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi
diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikal lateral ke ruangan subaraknoid
menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berharihari atau berbulanbulan untuk menjadi efekif dan oleh karena itu tidak berguna
apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi selsel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon,
menyebabkan hilangnya kesadaran, dan menekan saraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum,
tonsi serebelum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan henti pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis
lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif,
hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernapasan
2.6 Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan menurut lokasi, asal sel dan WHO.
Dapat pula kita bagi menjadi letaknya di bagian otak :
1. Hemisfer Serebral
- ekstrinsik: meningioma, sista (dermoid, epidermoid, arakhnoid)
- intrinsik : astrositoma, glioblastoma, oligodendroglioma, ganglioglioma, linfoma,
metastasis
2. Hipotalamus
astrositoma
3. Daerah Seller/Supraseller
adenoma pituitaria, kraniofaringioma *, meningioma, glioma saraf optik *, sista
episermoid/dermoid
4. Dasar Tengkorak dan Sinus
karsinoma: nasofaringeal / bisa berakibat sinus, telinga /meningitis-karsinomatosa,
khordoma, tumor glomus jugulare, osteoma (mukosel)
5. Sistema ventrikuler
kista koloid, papiloma pleksus khoroid, ependimoma, germinoma, teratoma,
meningioma, pineositoma/pineoblastoma, astrositoma
6. Daerah Pineal
Ependimoma, germinoma, teratoma, meningioma, astrositoma,
pineositoma/pineoblastoma
7. Fossa Posterior
ekstrinsik: neurilemmoma (VIII, V), meningioma , sista epidermoid/dermoid, kista
arakhnoid
intrinsik : metastasis, hemangioblastoma, medulloblastoma *, astrositoma * serebelum,
batang otak
Berdasarkan asal sel/ jaringan tumor Tahun 1979, WHO mengajukan dan disetujui secara
internasional, klasifikasi tumor intrakranial berdasarkan pada jaringan asal tumornya. Ini
mencegah pemakaian istilah 'glioma', yang sebelumnya mencakup astrositoma,
oligodendroglioma, ependimoma, dan glioblastoma multiforme.
Karena sel asal glioblastoma yang sangat ganas tidak diketahui, ia diklasifikasikan ke dalam
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
16/21
tumor yang berasal embrionik.
Neuroepitelial
1.Astrosit
Astrositoma adalah tumor otak primer yang paling sering terjadi. Gambaran histologis
memungkinkan pemisahan ke dalam empat tingkat tergantung tingkat keganasan.
Penderajatan ini ketepatannya terbatas dan hanya menunjukkan gambaran contoh biopsi
dan tidak selalu mewakili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik
(derajat IV), terjadi paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas.
Astrositoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, antaranya jenis pilositik (juvenil)
dan fibriler, protoplasmik dan gemistositik.
2. Oligodendrosit
Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas tegas. Variannya antara
lain bentuk anaplastik (ganas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma.
3. Sel ependimal dan pleksus khoroid
Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistem ventrikuler dan kanal spinal, namun
terutama terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur CSS. Variannya antara lain jenis
anaplastik dan subependimoma yang berasal dari astrosit subependimal.
Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terkadang sebagai penyebab
hidrosefalus akibat produksi CSS berlebihan. Biasanya jinak
namun terkadang dalam bentuk ganas.
4. Sel saraf
Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang berisi sel ganglion dan
neuron abnormal. Terjadi dalam berbagai tingkat keganasan.
5. Sel pineal
Pineositoma/Pineoblastoma: Tumor yang sangat jarang. Yang disebut terakhir kurang
berdiferensiasi dengan baik dan memperlihatkan pertumbuhan yang lebih ganas.
6. Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik
Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan tidak adanya diferensiasi sel,
mencegah identifikasi jaringan asal.
Medulloblastoma: Tumor ganas anak-anak berasal dari vermis serebellar. Kelompok
kecil sel yang terkumpul padat membentuk roset sekeliling akson yang rusak. Mungkin
menyebar melalui jalur cerebrospinal.
7. Meningen
Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya sangat dekat dengan sinus
venosa namun juga ditemukan di atas konveksitas hemisferik. Tumor lebih bersifat
menekan daripada menginvasi otak sekitarnya. Ia juga terjadi pada orbita dan tulang
belakang. Kebanyakan jinak (walau cenderung menginvasi tulang berdekatan) namun
beberapa mengalami perubahan sarkomatosa. Secara histologis memperlihatkan whorls
jaringan fibrosa serta sel kumparan. Tampak badan psammoma dan kalsifikasi.
Histologis terdiri jenis sinsitial, transisional, fibroblastik, dan angioblastik.
Sarkoma meningealdanMelanoma meningeal primer: Tumor yang sangat jarang.
8. Sel Selubung Saraf
Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya mengenai saraf akustik, dan
terkadang saraf trigeminal.
Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor tumbuh lambat, non invasif,terletak erat pada sisi saraf asalnya. Histologis terdiri dari Antoni jenis A; kelompok
padat sel yang dangkal atau berbentuk lingkaran 'whorl'), berkelompok atau
membentuk pallisade, dan Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang berhubungan
secara renggang.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
17/21
Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, melalui mana serabut saraf lewat.
Tumor ini berhubungan dengan sindroma von Recklinghausen dan mempunyai
kecenderungan yang besar menjadi ganas dibanding neurinoma.
9. Pembuluh Darah
Hemangioblastoma: Terjadi di dalam parenkhima serebellar atau cordspinal. 1926,
Lindau menguraikan sindroma yang berkaitan dengan hemangioblastoma serebeler dan
atau spinal dengan tumor serupa pada retina (penyakit von Hippel) serta lesi sistik
dipankreas dan ginjal.
10. Sel Germinal
Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis seminoma testis.
Teratoma: Tumor mengandung campuran jaringan berdiferensiasi baik;
dermis,otot,tulang.
Keduanya adalah tumor jarang pada regio pineal (yang tidak berasal dari sel pineal).
11. Tumor Karena Gangguan Perkembangan
Kraniofaringioma: Asal dari sisa sel epitel bukal dan terletak dalam hubungan yang erat
dengan tangkai pituitari. Biasanya non-noduler dengan daerah kistik berisi cairan
kehijauan serta material kholesteatomatosa.
Kista epidermoid/dermoid: Tumor kistik jarang, berasal dari sisa sel yang akan
membentuk epidermis/dermis.
Kista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriologis pada atap
ventrikel ketiga.
12. Kelenjar Pituitari Anterior
Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah yang berlebihan dari
hormon prolaktin, pertumbuhan dan adrenokortikotropik.
Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada pituitari.
13. Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan
Khordoma: Tumor jarang, berasal dari sisa sel notokhord. Mungkin terjadi di mana
saja dari sfenoid hingga koksiks, namun tersering di daerah basi-oksipital dan
sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan tulang sekitarnya.
Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vaskuler berasal dari jaringan
glomus jugulare yang terletak baik pada bulbus vena jugular internal atau pada mukosa
telinga tengah. Tumor menginvasi tulang petrosa dan bisa meluas kefossa posteior atau
leher.
Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosarkoma, dan silindroma.
Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terbentuk sekitar pembuluh darah
parenkhimal. Bisa soliter atau multifokal. Sebagian pasien kelainannya mengenai
ekstrakranial; yang mana yang merupakan fokus primer (intra atau ekstrakranial) tetap
belum diketahui.
14. Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer, namun paling sering berasal
dari brokhus atau mammae.
Gejala Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada awalnya
menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan meragukan tapi umumnya berjalan
progresif. Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya timbul jika jaringan otak
mengalami kerusakan atau otak mendapat penekanan.
Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka akan timbul gejala yang
berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan berdarah terjadi pada
kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker payudara.Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan
lokasinya.Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran yang cukup
besar sebelum timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya, tumor yang berukuran
kecilpun bias menimbulkan efek yang fatal.
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
18/21
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
1. Gejala serebral umum, nyeri kepala, kejang
2. Gejala tekanan tinggi intrakranial
3. Gejala tumor otak yang spesifik
1 Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh
keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan
aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan
ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
a. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak
adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala
bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat
pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi
peninggian tekanan tinggi intrakranial. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun
tidur, karena selama tidur PCO2 arteri serebral meningkat, sehingga mengakibatkan
peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian mempertinggi lagi tekanan
intrakranium. Juga lonjakan tekanan intrakranium sejenak karena batuk, bersin, coitus dan
mengejan akan memperberat nyeri kepala.
Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Adanya
nyeri kepala dengan psicomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak. Nyeri kepala pada tumor
otak, terutama ditemukan pada orang dewasa dan kurang sering pada anak-anak. Pada anak
kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang sementara dan biasanya nyeri kepala terasa
di daerah bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di
daerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.Penyebab nyeri kepalaini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah
atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi
di daerah lobus oksipitalis.
b. Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan biasanya disertai dengan
nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior. Muntah tersebut dapat
bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang
untuk sementara waktu.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih
dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah
tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor. Pada tumor di fossa
posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt dan Wilder (1968)
mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering pada tumor yang letaknya dekat korteks
serebri dan jarang ditemukan bila tumor terletak dibagian yang lebih dalam dari himisfer,
batang otak dan difossa posterior. Bangkitan kejang ditemukan pada 70% tumor otak di
korteks, 50% pasiendengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
2 Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari danmalam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan.
Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu
dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering
memberikan gejala TTIK anpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
19/21
spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
Papil edema
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.
Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan
pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk
mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal
terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan
terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya
menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus
interim.
3 Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a. Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian apatis dan masa bodoh euphoria, tetapi lebih
sering ditemukan adalah gabungan dari kedua tipe tersebut.
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontralateral, kejang fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom fosterkennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia motorik dan disartria.
b. Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonymus
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada gyrus angularis
menimbulkan gejala sindrom gerstmanns. Bangkitan kejang dapat umum atau fokal,
hemianopsia homonim, apraksia. Bila tumor terletak pada lobus yang dominan dapatmenyebabkan afasia sensorik atau afasia sensorik motorik, agrafia dan finger agnosia.
c. Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsia kontralateral, bangkitan psikomotor atau kejang
yang didahului dengan aura atau halusinasi
(auraolfaktorius)
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia sensorik motorik atau disfasia serta
hemiparese.
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
d. Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan (aura berupa
kilatan sinar yang tidak berbentuk) dimana makula masih baik.
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia.
e. Tumor di ventrikel ke III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba
nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
f. Tumor di cerebello pontin angie
- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
- Gejala lain timbul bila tumor membesar dan keluar dari daerah pontin angel
g. Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
h. Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai denganpapil udem
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
Servikal
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
20/21
Gangguan Gerak Pada Tumor Serebelum
Gangguan Keterangan
Tremor intensional Tremor osilasi yang paling jelas pada akhir gerakan halus
Asinergia Kurangnya kerjasama antara otot-otot Dekomposisi gerakan Gerakan dilakukan
secara terpisah-pisah bukan sebagai satu gerakan yang utuh Dismetria Kesalahan dalam
mengarahkan gerakan Deviasi dari jalur gerakan Salah tujuan gerakan Disdiadokokinesis
Tidak dapat melakukan gerkan yang bergantian Nistagmus Osilasi mata yang cepat saat
memandang atau meilah suatu benda
i. Tumor fosa posterior
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya
merupakan gejala awal dari medulloblastoma.Tumor pada ventrikel IV dan serebelum akan
menggangu sirkulasi cairan serebrospinalis sehingga memperlihatkan gejala tekanan tinggi
intrakranial. Keluhan nyeri kepala, muntah dan papil edem akan terlihat secara akut,
sedangkan tanda-tanda lain dari serebelum akan mengikuti kemudian.
o False localizing sign: yaitu parese N.VI bilateral/unilateral, respons ekstensor yang bilateral,
kelainann mental dan gangguan endokrin
o Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi tumor.
Efek Klinis
Peninggian TIK: nyeri kepala, muntah, edema papil.
Pergeseran otak:perburukan tingkat kesadaran, dilatasi pupil.
Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor otak. Bisa umum, fokal, atau fokal
berkembang menjadi umum.
1. Bangkitan parsial membantu lokalisasi lokasi tumor:
2. Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor, tonik atau klonik, dimuka atauanggota kontralateral.
3. Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan menyebabkan baal dan tinglingmuka
dan anggota kontralateral.
4. Bangkitan visual atau auditori sejati jarang.
5. Bangkitan partial kompleks (lobus temporal) timbul dari lobus temporal medial,
membentuk halusinasi visual atau auditori, perasaan rasa abnormal, perasaan cemas,
deja vu, tidak familier atau depersonalisasi serta automatisme.
Gangguan Fungsi:
Supratentorial
Lobus Frontal:
- Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral
- Disfasia ekspresif (hemisfer dominan)
- Perubahan personalitas:tabiat antisosial, kehilangan inhibisi, kehilangan inisiatif, gangguan
intelektual, ditemukan demensia terutama bila korpus kalosum terkena (terkenanya jalur
fronto-ponto-serebeler mungkin menyerupai penyakit serebeler)
Lobus Temporal:
- Disfasia reseptif (hemisfer dominan)
- Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas
Lobus Oksipital:
- Defek lapang pandang, hemianopia homonim
Korpus Kalosum:
- Sindroma diskoneksi, Apraksia, Buta kata-kata
Lobus Parietal:
- Gangguan sensasi:
lokalisasi sentuh, diskriminasi dua titik, gerak pasif, astereognosis, inatensi sensori
- Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah
Hemisfer dominan: disfasia reseptif, konfusi kiri/kanan, agnosia jari, akalkulia, agrafia
Hemisfer nondominan: apraksia, agnosia
Hipotalamus/Pituitari:- Disfungsi endokrin
Tumor supratentorial mungkin langsung merusak saraf kranial I dan II. Penekanan atau invasi
pada sinus kavernosus mungkin mengenai saraf kranial III-VI.
Infratentorial
-
7/31/2019 Ileus Obstruksi n SOL
21/21
Otak Tengah/Batang Otak:
- Lesi saraf kranial III-XII
Tanda traktus panjang, motor dan sensori, Perburukan tingkat kesadaran, Tremor (nukleus
merah), Gangguan gerak mata, Abnormalitas pupilMuntah, tersedu (medulla)
Serebelum:
Langkah ataksik, Tremor intensi, Inkoordinasi, Disartri, Nistagmus
Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang ekstrinsik, lebih sering menimbulkan
tandatraktus panjang (motor dan sensori) pada awal perjalanan penyakit.
Gejala Astrositoma & Oligodendroglioma
Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat dan
mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika lebih ganas (astrositoma anaplastikdan
oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan,
hilangnya rasa dan langkah yang goyah.
Astrositoma yang paling ganas adalahglioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat
sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala,
berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.