IKKAKOM SKEN 1 tentang keracunan
-
Upload
tata-aurelia-karita -
Category
Documents
-
view
79 -
download
1
description
Transcript of IKKAKOM SKEN 1 tentang keracunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia karena didalamnya mengandung nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan badan dan memelihara jaringan tubuh yang rusak, juga
diperlukan untuk berkembang biak dan untuk semua proses yang terjadi di dalam tubuh, dan
menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas.
Keracunan makanan adalah suatu penyakityang disebabkan mengkonsumsi makanan
yang berbahaya atau terkontaminasi. Terjadinya keracunan makanan karena makanan erat
kaitannya dengan lingkungan yang digambarkan WHO sebagai diagram V, yaitu penularan
penyakit melalui Flay (lalat), Fingers (tangan), Fild (tanah) dan Food (makanan).
Kejadian keracunan makanan, biasanya disebabkan karena mengkonsumsi makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi dengan bakteri, parasit atau virus. Bahan kimia
berbahaya juga dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan jika mereka
mengkontaminasi makanan baik saat panen ataupun proses lainnya.
Pada sebagian besar kasus keracunan makanan, gejalanya dapat berlangsung mulai dari
hitungan jam hingga hari, gejala yang timbul seperti kram perut, mual, muntah, diare, demam
dan dehidrasi. Biasanya kasus keracunan makanan tidak terlalu berat dan dapat sembuh
dalam waktu 24-48 jam. Keracunan makanan kadang dapat juga menyababkan kematian.
Penyebab keracunan makanan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun bahan
lainnya. Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan infeksi usus,
yang menyebabkan terjadinya peradangan dan kesulitan untuk menyerap nutrisi dan air,
sehingga timbul diare. Bakteri jenis lain dapat menghasilkan senyawa kimia dalam makanan
(sering disebut dengan toksin) yang berbahaya bagi sistem pencernaan manusia. Saat
termakan, senyawa kimia tersebut dapat menimbulkan mual, muntah, kegagalan ginjal
bahkan kematian. Bakteri-bakerti yang biasanya menyebabkan keracunan makanan adalah
Salmonella, Escherichia coli, Shigella, Listeria monocytogenes, Clostridium botulinum,
Vibrio cholerae dan Vibrio parahaemolyticus, Campylobacter.
Makanan yang sudah tercemar jamur beracun dan pestisida biasanya secara visual tidak
terlihat atau tampak tidak membahayakan, misalnya dari segi warna, rasa dan penampilannya
normal dan tidak ada tanda-tanda kerusakan. Karena itu kita sering terkecoh dan
mengkonsumsi makanan tersebut tanpa ada rasa curiga sedikit pun. Kejadian sakitnya bisa
mengenai individu, beberapa anggota keluarga atau sekelompok orang yang memakan
makanan yang sama. Dan gejalan keracunan bisa ringan dan bisa berat. Keracunan yang
bersifat akut (mendadak) seperti kasus keracunan makanan yang terjadi di skenario ini.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah ”apakah penyebab
terjadinya keracunan makanan pada karyawan dari perusahaan X” ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab keracunan makanan yang terjadi pada perusahaan X.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui makanan apa yang menyebabkan terjadinya keracunan makanan.
b. Mengetahui angka insiden dan odd ratio dari kasus ini.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebab keracunan makanan.
Dapat digunakan sebagai informasi dalam cara mengkonsumsi makanan secara
aman.
2. Bagi Peneliti
Mengetahui penyebab dari keracunan makanan secara umum.
Mengetahui penatalaksanaan yang tepat dalam menangani keracunan
makanan.
Mengetahui cara pencegahan keracunan makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Keracunan Makanan
Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan
manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk dikonsumsi. Jaminan akan
keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Makanan yang menarik, nikmat, dan
tinggi gizinya akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi.
Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau
bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat
dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu,
kualitas makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan.
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh
mikroorganisme.
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai
suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan
kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang
dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita
melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal
dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Seperti diketahui, bakteri
sangat menyukai suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu ruangan. Pada kondisi ini,
pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan pesat. Bila suhu ini ditingkatkan atau
diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun akan berkurang atau terhenti.
Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makan atau
minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan/atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-
bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh.
Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat memakan makanan yang tercemar.
Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandungi sesuatu benda atau bahan yang tidak
seharusnya berada di dalamnya. Keracunan makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang
disebabkan oleh makanan yang telah dicemari racun, biasanya bakteria. Bergantung kepada
jenis racun, kekejangan abdomen, demam, muntah dan cirit-birit akan berlaku dalam waktu 3
hingga 24 jam. Jika makanan telah dicemari bakteria, bakteria akan menghasilkan racun yang
dikenali sebagai toksin. Toksin memberi kesan langsung pada lapikan usus dan menyebabkan
peradangan. Ada berbagai jenis bakteria yang menyebabkan keracunan makanan tetapi yang
biasa didapati ialah salmonella, shigella, staphylococcus dan E.coli yang merupakan punca
utama keracunan makanan di kalangan bayi, terutamanya bayi yang menyusui botol.
2.2 . Jenis Pencemaran Makanan
2.2.1. Keracunan makanan kaleng
Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak kita jumpai. Baik
sayuran, daging, sarden dan sebagainya. Proses pengalengan yang kurang sempurna dapat
merangsang timbulnya bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat
tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan.
Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme. Gejala botulisme biasanya akan timbul
mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung racun tersebut. Gejala
biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti adanya
gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda (diplopia),
Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan daya akomodasi lensa
mata, dan refleks pupil mata terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali.Gejala
berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui
hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran
pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai
melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi.
Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit. Umumnya, proses
penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan otot-otot mata bisa berlangsung beberapa
bulan.Agar tidak keracunan makanan kaleng, kita sebagai konsumen harus teliti dalam
memilih makanan kaleng. Sebaiknya pilihlah makanan yang sudah mendapat registrasi dari
Departemen Kesehatan RI. Juga, masak atau panasi dahulu makanan dalam kaleng sebelum
dikonsumsi. Jangan dimakan bila terdapat bahan makanan yang rusak atau membusuk.
2.2.2 Tercemar zat kimia
Sayuran dan buah-buahan biasanya telah dicemari oleh zat kimia, baik sebagai
pengawet maupun racun pembasmi hama (yang sering digunakan petani sebelum dipanen.
Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen, timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan
keracunan. Selain itu, makanan seperti acar, jus buah, atau asinan yang disimpan di dalam
tempat yang dilapisi timah (bahan pecah belah yang diglasir), cadmium, tembaga, seng atau
antimon (panci yang dilapisi email) juga dapat menimbulkan keracunan dengan berbagai
gejala, tergantung pada logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan bahan
pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit. Cadmium yang digunakan untuk melapisi
barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang bersifat asam, sehingga jika ikut
termakan dalam jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan keracunan. Gejalanya
antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, otot-otot nyeri, ludah berlebihan, nyeri perut,
bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Nitrit sering digunakan sebagai bahan
pengawet untuk menjaga atau mempertahankan warna daging. Jika dikonsumsi berlebihan,
makanan yang mengandung zat kimia ini mengakibatkan keracunan dengan gejala pusing,
sakit kepala, kulit memerah, muntah, pingsan, tekanan darah menurun dengan hebat, kejang,
koma dan sulit bernapas. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat
kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain
itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar, asinan) di dalam
panci yang terbuat dari logam.
2.2.3. Racun alam
Ada beberapa jenis bahan makanan, baik dari hewan maupun tumbuhan sudah
mengandung zat beracun secara alamiah. Salah satu tumbuhan yang sering menyebabkan
keracunan adalah jamur. Ada dua macam jamur dari jenis amanita yang sering menyebabkan
keracunan. Jamur Amanita muscaria mengandung racun muscarine yang jika termakan akan
menimbulkan gejala-gejala tertentu dua jam setelah tertelan, yaitu keluar air mata dan ludah
secara berlebihan, berkeringat, pupil mata menyempit, muntah, kejang perut, diare, rasa
bingung, dan kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian. Jamur Amanita phalloides
mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan gejala keracunan 6-24 jam setelah
tertelan, dengan gejala mirip keracunan muscarine. Selain itu penderita tidak bisa kencing
dan akan mengalami kerusakan hati.
Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga dapat menyebabkan keracunan. Beberapa
jenis ikan laut di daerah tropis akan beracun pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun.
Sedangkan jenis lainnya akan beracun sepanjang tahun. Beberapa contoh ikan beracun antara
lain ikan gelembung, ikan balon, belut laut, ikan landak, ikan betet, mackerel, dan lain-lain.
Gejala keracunan ikan dapat dirasakan setengah sampai empat jam sesudah dimakan, yaitu
gatal di sekitar mulut, kesemutan pada kaki dan lengan, mual, muntah, diare, nyeri perut,
nyeri persendian, demam, menggigil, sakit pada saat kencing, dan otot tubuh terasa
lemah.Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis ikan yang
beracun. Selain itu, bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah
ditangkap.Produk laut lain yang sering menimbulkan keracunan adalah jenis kerang-
kerangan. Remis, kerang, tiram, dan jenis kerang-kerangan lain yang hidup di daerah laut
tertentu sering mengandung racun, terutama pada musim panas. Gejala keracunan timbul
lima sampai 30 menit setelah makanan tertelan, berupa rasa kebal di sekitar mulut, mual,
muntah, kejang perut yang diikuti kelemahan otot dan kelumpuhan saraf tepi. Kegagalan
pernapasan juga bisa terjadi hingga berujung pada kematian. Agar tidak keracunan kerang,
tahanlah untuk memakannya pada musim panas.
2.3. Mikroorganisme Penyebab Keracunan Makanan
2.3.1. Clostridium botulinum
Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang mencegah transmisi impuls
saraf ke otot . Mual, muntah dan kram perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek
dimulai pada syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan kabur/ganda dan kesulitan
menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot lengan,
otot pernapasan, dan mungkin juga otot kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah
menelan toksin, tetapi bisa memakan waktu hingga delapan hari. Makanan kaleng adalah
sumber utama botulisme (keracunan botulinum). Selain itu, botulisme juga dapat bersumber
dari makanan bayi, yang dapat berakibat fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk
mencegah botulisme adalah mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan
menyajikan makanan di rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk,
meskipun tidak selalu demikian. Botulisme adalah kedaruratan medis yang harus segera
mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya antitoksin, 90% lebih pasien botulisme dapat
diselamatkan.
2.3.2. Salmonella
Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid.
Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri salmonella
gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang. Makanan
yang biasanya mengandung salmonella adalah daging, daging unggas, susu dan telur.
Salmonella sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui
makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan
bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini.’Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh
salmonella termasuk mual, kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah
pada tinja. Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang
terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima
hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah.
Pada kasus yang sangat jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga
menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka
panjang.Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk
mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia
harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-diare
mungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang parah.
2.3.3. Escherichia coli
Kebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri bermanfaat yang hidup
dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E.
coli dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti
adalah E. coli yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga. Racun ini merusak sel-sel
dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli juga memecah sel darah
merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10% kasus, keracunan
E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting lainnya. Risiko
kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia. E. coli memiliki masa inkubasi antara 1-
3 hari. Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan
berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena bakteri terutama
memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan diare. E. coli jarang
menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga
ada bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya,
E. coli sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih sebelum diare
mereda.Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi
cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang
biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri hidup dalam burger atau
sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar
melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan. E. coli tidak terpengaruh oleh obat
antibiotik. Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti
cairan yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin
perlu perawatan dialisis. Salah satu wabah terbesar E.coli, terjadi di Wishaw di Skotlandia
pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh
sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia.
2.4. Penyebab Keracunan Makanan
Menurut Center of Disease Control (CDC), sebagian besar keracunan makan akibat
kesalahan dalam mengolah makanan, seperti:
Membiarkan makanan yang telah siap saji pada suhu yang baik bagi bakteri
untuk tumbuh.
Kesalahan memasak atau menghangatkan kembali makanan.
Kontaminasi silang.
Kontaminasi oleh tangan pengolah makanan (koki).
2.5. Tanda dan Gejala Keracunan Makanan
Keracunan makanan mempunyai tanda-tanda pusing, lemas, mual, muntah, berkeringat
dingin, susah bernafas, bibir menjadi kakudan mengeluarkan busa ,serta wajah pucat. Kulit
muka merah, banyak berkeringat, tinitus, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada
keracunan salisilat akut (aspirin). Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda , karena pupil
biasanya berdilatasi pada pasien yang mengalami keracunan akut. Hilangnya kesadaran
dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika urinaria, bising usus negative, aritmia jantung,
dan gejala-gajala traktus piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat
antidepresan trisiklik. Ciri lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon dan
barbiturat, berupa ulkus dangkal di vena superfisial karena tercecernya obat ke dalam
jaringan subkutan.
2.6. Penanganan Keracunan Makanan
2.6.1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun.
- Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit.
Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
1. Dimuntahkan : bisa dilakukan dengan cara mekani (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.
2. Bilas lambung :
- Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
- Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat
5%, atauasam asetat 5%.
- Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250cc.
- Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
3. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
- Racun melalui kulit atau mata
1. Pakaian yang terkena racun dilepas.
2. Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka).
3. Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
- Racun melalui inhalasi
1. Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2. Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
- Racun melalui suntikan
1. Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.
2. Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3. Beri kompres dingin di tempat suntikan.
4. Mengeluarkan racun yang telah diserap.
Dilakukan dengan cara :
• Diuretic : lasix, manitol
• Dialisa
• Transfusi exchange
- Pengobatan simptomatis mengatasi gejala :
• Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
• Gangguan sistem susunan saraf pusat :
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital.
Odem otak : beri manitol atau dexametason.
- Pengobatan spesifik dan antidotuma.
1. Keracunan Asam/Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat,
Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
- Tindakan :
• Keracunan pada kulit dan mata :
- Irigasi dengan air mengalir.
- Beri antibiotik dan anti inflamasi.
• Keracunan ditelan / tertelan :
- Asam kuat dinetralisir dengan antasida.
- Basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka.
- Jangan bilas lambung atau tindakan emesis.
- Beri antibiotik dan antiinflamasi.
2. Keracunan Alkohol / Minuman Keras
- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan,
stupor sampai koma.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan air.
• Beri kopi pahit.
• Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
3. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik
usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan Natrium Karbonat/sorbitol.
• Atasi syok dan gangguan elektrolit.
• Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat
s/d ke sepuluh dosis diturunkan.
4. Keracunan Tempe Bongkrek
- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot,
vertigo sampai koma.
- Tindakan : terapi simptomatik.
5. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan norit.
• Beri ATS 10.000 unit.
• Beri Fenobarbital 3 x 30-60 mg/oral.
6. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual,
muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot
pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
7. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah,
diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
• Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
• Injeksi Sulfas Atropin 1 mg/1-2 jam.
• Infus Glukosa.
8. Keracunan Jengkol
- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria, anuria, muncul gejala uremia.
- Tindakan :
• Infus Natrium bikarbonat.
• Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari.
9. Keracunan Singkong
- Gejala : mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu,
kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
- Tindakan :
• Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit.
• Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
10. Keracunan Marihuana/Ganja
- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis.
- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.
11. Keracunan Formalin
- Gejala :
• Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring,
gejala bronchitis dan pneumonia.
• Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
• Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis,
hematuria, syok, koma, gagal nafas.
Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2%,
kemudian diberi minum norit/air susu.
12. Keracunan Barbiturat
- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, hipotensi, delirium, depresi
pernapasan, syok sampai koma.
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis atau bilas lambung.
• Bila sadar beri kopi pahit secukupnya.
• Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra
muskular.
13. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia,
psikosis, kegagalanpernafasan dan sirkulasi.
- Tindakan :
• Bilas lambung.
• Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit.
• Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi).
14. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : gelisah, kelainan kulit.
- Laborat : agranolositosis.
- Tindakan :
• Beri antihistamin im/iv.
• Beri epinefrin 1% 0,3 cc sub kutan.
15. Keracunan Digitalis (Digoxin)
- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi.
- Tindakan :
• Propranolol.
• KCl iv.
16. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata
miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi
pernafasan dan kejang.
- Tindakan :
• Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar.
• Jangan diberi morfin dan aminophilin.
17. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi
s/d kegagalan ventrikel dan koma.
- Tindakan :
• Jangan gunakan epinefrin.
• Bilas lambung hati-hati.
• Beri pencahar.
• Beri Kalsium glukonat 10% 10 cc iv pelan-pelan.
18. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
- Gejala :
• Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi
pernafasan.
• Ditelan/tertelan : muntah, diare, dan sangat berbahaya bila
terjadi aspirasi (masuk paru).
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis.
• Bilas lambung hati-hati.
• Beri pencahar.
• Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im.
- Pengawasan : kemungkinan edem paru.
19. Keracunan Karbon Mono-Oksida (CO)
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing
kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai
koma.
- Tindakan :
• Pasang O2 bertekanan.
• Jangan gunakan stimulan.
• Pengawasan : kemungkinan edem otak.
20. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)
- Gejala : mual, muntah, pusing, kulit dingin, pupil miosis, pernafasan
dangkal sampai koma.
- Tindakan : Jangan lakukan emesis.
BAB III
METODE PENYELIDIKAN
3.1 Batasan Penyelidikan
1. Wilayah Penyelidikan : Penyelidikan dilakukan di perusahaan X
2. Jenis Penyelidikan
- Deskriptif digunakan untuk menggambarkan KLB keracunan makanan.
- Case control study digunakan untuk menganalisa faktor risiko terjadinya
keracunan makanan.
3. Sasaran Penyelidikan
Sasarannya adalah orang-orang yang sarapan di perusahaan X
a. Batasan Kasus:
65 orang yang mengalami keracunan makanan dibawa ke Rumah Sakit.
b. Batasan Kontrol
Seluruh karyawan yang makan paket A dan yang makan paket B dan tidak
merasakan sakit.
4. Cara Pengumpulan Data
a) Data primer
Diperoleh dari observasi langsung di lokasi, wawancara terbuka
dengan pederita dan orang yang membantu menyiapkan makanan, dan
wawancara terstruktural dengan menggunakan quesioner yang telah
dipersiapkan untuk kasus dan kontrol. Yang dilakukan dengan cara
wawancara dan pemeriksaan fisik terhadap kasus yang dicurigai
b) Data sekunder
Diperoleh berdasarkan laporan atau catatan rekam medik petugas yang
melakukan pertolongan pertama.
5. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menyusun tabel 2 x 2 untuk
menghitung OR dan uji kemaknaan statistik yang digunakan adalah uji
statistik X2 Mantel Haenzel. Uji statistik tersebut digunakan untuk mengetahui
jenis makanan yang menyebabkan keracunan dengan menggunakan program
SPPS 13.00.
Hasil dari penyelidikan yang dilakukan diperoleh hasil:
- Jumlah penderita keracunan makanan ada 65 orang tanpa kasus
kematian.
- Masa inkubasi yang panjang menunjukkan bahwa penyebab keracunan
makanan adalah adanya kontaminasi bakteri.
- Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap contoh uji berupa feses dan
muntahan penderita sebelum diberi antibiotika.
Faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian keracunan makanan:
- Peralatan makanan
Peralatan dapat terkontaminasi oleh bakteri pada saat pencucian yang
tidak bersih.
- Tempat cuci tangan
Perusahaan X hanya mempunyai 4 wastafel untuk cuci tangan dengan
jumlah karyawan 250 orang, hal ini kurang memenuhi kebutuhan bagi
karyawan sebanyak itu.
- Kamar mandi
Perusahaan X hanya mempunyai 5 kamar mandi dengan jumlah
karyawan 250 orang, hal ini juga kurang memenuhi kebutuhan bagi
karyawan sebanyak itu.
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Deskripsi Pasien (Identitas Pasien)
Sebanyak 65 orang karyawan dari perusahaan X terserang diare, muntah dan pusing
setelah makan siang. Jumlah karyawan perusahaan X yaitu 250 orang. Berdasarkan
penyelidikan, 60 orang menyatakan telah makan siang dengan menu B dan 5 orang makan
siang dengan menu A. Menu A dimakan oleh staff administrasi yang berjumlah 50 orang, dan
dari penyelidikan ditemukan 5 orang menderita diare. Sedangkan menu B dimakan oleh
karyawan tetap sebanyak 150 orang, dan dari hasil penyelidikan ditemukan 60 orang
menderita diare. Sisanya 50 orang adalah karyawan harian dan tidak makan kedua menu
tersebut. 5 orang staff administrasi yang menyantap menu A mengalami diare setelah makan
dengan ditambah perkedel kornet.
Menu A: Menu B:
Nasi Nasi
Ayam goreng Perkedel kornet
Tahu/tempe Tahu/tempe
Sayur sop Sayur sop
Pisang Semangka
4.2. Gejala yang dialami Pasien
Pasien mengalami diare, muntah dan pusing setelah makan siang di perusahaaan X
yang hanya memiliki 5 kamar mandi, 4 cuci tangan dan 2 ruang makan.
4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik lengkap mungkin dibutuhkan terutama untuk mengesampingkan
tanda-tanda dehidrasi. Dehidrasi ini biasanya disebabkan karena berlebihan fluida
akibat diare atau muntah. Dehidrasi dicirikan oleh kulit kering yang tetap setelah
keadaan darurat, mata cekung, mulut kering, tidak berkeringat di groins atau ketiak,
tidak buang air kecil untuk waktu yang lama, dll. Kelemahan atau kelumpuhan
mungkin juga ditemukan pada pemeriksaan fisik dan mungkin adad indikasi
botulisme yang membutuhkan terapi secepatnya.
- Vital Sign berupa tekanan darah, denyut nadi dan suhu juga diukur. Dehidrasi parah
diwujudkan dengan denyut nagi yang lemah dan tekanan darah rendah. Jika ada
demam yang menyertainya, pengukuran suhu mungkin dapat membantu.
- Tes darah rutin dapat dilakukan pada beberapa pasien dengan keracunan makanan
yang parah. Kadang-kadang ini diperintahkan untuk memeriksa kadar elektrolit
darah dan untuk memeriksa fungsi ginjal yang memadai.
- Bangku pemeriksaan dikaji pada kasus Salmonella, Shigella dan Campylobacter.
Infeksi ini sering mengakibatkan diare berdarah. Jika ada infestation parasit
dicurigai sampel bangku dikaji dan parasit diidentifikasi di bawah mikroskop.
Kadang-kadang bangku budaya mungkin diresepkan. Sampel diperbolehkan untuk
berdiri di laboratorium di kondisi lingkungan yang ideal dan pertumbuhan
mikroorganisme diperiksa.
- Pemeriksaan dubur mungkin diperlukan, terutama dalam kasus dari bangku
berdarah. Dokter melakukan tes ini dengan cara memasukkan jari yang telah
dilumasi dan dimasukan secara lembut ke rektum. Tes ini dilakukan untuk menilai
jika ada kelainan di dinding dubur.
- Studi pencitraan ini termasuk CT scan perut. Kadang-kadang sigmoidoscopy juga
dianjurkan. Ini melibatkan penyisipan tabung panjang tipis dalam rektum hingga
usus besar. Tabung memiliki kamera di ujung. Ini membantu mendiagnosa setiap
patologi dalam dinding-dinding usus.
- Toksoplasmosis tes dilakukan pada wanita hamil dengan gejala infeksi Toxoplasma.
4.4 Penatalaksanaan
Penanganan kasus ini dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu ketika pasien masih
berada di tempat kejadian dan setelah berada di rumah sakit. Di tempat kejadian, tentu saja di
luar RS, penangannya bersifat suportif. Oksigen dipersiapkan untuk berjaga-jaga seandainya
histamin berhasil menimbulkan sesak nafas dan pemantauan fungsi jantung.
Di ruang gawat darurat, bergantung pada gejala yang telah terlihat, bila rentang waktu
antara makan dan timbulnya gejala belum mencapai satu jam, bilas lambung (atau
perangsangan muntah) untuk mengeluarkan sisa makanan. Karena mediator kimiawi utama
pada keracunan ini adalah histamin (yang kerap pula menjadi perantara bagi alergi lain),
maka pasien sebaiknya diberi antihistamin tipe H1 klorfeniramin (Chlortrimeton),
difenhidramin (benadryl), dimenhidrat (dramamine) dan prometazin (phenergan), yang akan
bekerja lebih baik bila diberikan melalui suntikan. Jika keadaan tidak membaik hanya dengan
antihistamin H1, diberikan antihistamin H2 secara bersamaan. Edema saluran nafas yang
tercermin dari suara nafas (mengi pada asma) harus segera diatasi dengan pemberian (injeksi)
adrenalin, selain steroid dan asthma inhaler (albuterol).
4.5 Cara pengambilan sampel dan pengiriman ke laboratorium
4.5.1 Pengambilan sampel
Sampel yang dapat diambil berupa :
Darah
Urin : Semua urin yang didapat harus diambil.
Muntahan atau bilasan lambung : Semua cairan harus diambil.
Feses
Sisa makanan.
Sisa minuman.
pengambilan specimen penderita kasus keracunan makanan harus dilakukan
secepatnya, karena beberapa mikroorganisme pathogen penyebab keracunan makanan
terdapat dalam mukosa usus hanya bertahan beberapa hari sesudah gejala penyakit
timbul.
4.5.2 Pemeriksaan Laboratorium
Sampel yang diambil untuk konfirmasi ke laboratorium adalah perkedel kornet
dan sisa muntahan penderita yang selanjutnya akan diperiksa sesuai dengan gejala
yang timbul pada penderita kasus keracunan untuk menegakan diagnosis sebelumnya.
4.6 Tindak Lanjut
Bila terjadi suatu kasus keracunan makanan maka:
A. Puskesmas
1. Petugas Puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari masyarakat,
RS, dll, segera melakukan pengecekan ke lapangan tentang kebenaran berita
kasus keracunan.
2. Memberikan pertolongan berupa pengobatan kepada penderita keracunan, dan
bila diperlukan mengirim penderita ke unit pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi untuk referal sistem (Rumah Sakit).
3. Mengambil contoh makanan/minuman yang diduga sebagai penyebab
keracunan.
4. Mengirim contoh makanan/minuman ke Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk di
teliti.
5. Melaporkan adanya kejadian keracunan makanan ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota secepatnya.
6. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
7. Bergabung dengan TIM KLB Keracunan Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk
melakukan kajian Penyelidikan Epidemiologi.
B. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Segera melakukan koordinasi dan pembahasan tentang kasus yang terjadi.
1. Segera meneruskan contoh makanan/minuman yang diduga sebagai penyebab
keracunan ke BBTKLPM/BLK/Lab. lain yang ditunjuk dengan menggunakan
formulir Pengiriman Sampel Keracunan Makanan/Minuman .
2. Melakukan pengecekan ke lokasi keracunan dan memonitor kejadian keracunan.
3. Melakukan tindakan investigasi/penyidikan epidemiologi. Investigasi diarahkan
pada :
a. Attack rate
b. Relatif risk
c. Penjelasan lokasi
d. Penjelasan waktu
4. Segera melaporkan kejadian keracunan ke Bupati/Walikota dengan tembusan ke
Dinas Kesehatan Propinsi, dan Ditjen PPM & PL.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota memberikan keterangan/ penjelasan kepada
publik/ masyarakat tentang kasus yang terjadi, berdasarkan hasil sementara dari
kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Tim Surveilans yang ada.
C. Dinas Kesehatan Propinsi
1. Petugas Kesehatan Propinsi yang bertanggung jawab terhadap program
makanan/minuman dan surveilans setelah mendapat laporan segera melakukan
koordinasi dan evaluasi pelaporan dari DinKes Kab/Kota.
2. Memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan,
penyelidikan dan penanggulangan keracunan.
3. Bila dianggap perlu membantu dalam penyelidikan epidemiologi kasus
keracunan makanan di daerahnya, DinKes Kab/Kota dapat koordinasi dengan
laboratorium yang ada di Provinsi.
D. Pusat
Petugas Pusat (Ditjen PPM & PL) cq. Subdit HSMM dan Subdit Surveilans
setelah mendapat informasi segera melakukan koordinasi dan evaluasi
pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota.
Memberi arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan,
penyelidikan dan penanggulangan keracunan.
Memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam kasus keracunan makanan
di Daerah dan Koordinasi.
4.7 Laporan terjadinya kasus
Butir-butir minimal bahan pelaporan kasus KLB keracunan makanan :
1. Jumlah penderita.
2. Sumber penyebab keracunan dan waktu kejadian.
3. Masyarakat yang beresiko.
4. Macam gejala yang timbul pada pemderita.
5. Masa inkubasi.
6. Jenis spesimen penderita yang diambil, dimana dan kapan.
7. Waktu dan jenis makanan yang telah diambil sebagai sampel.
8. Permintaan parameter pemeriksaan di laboratorium terhadap sampel.
9. Pengobatan atau tindakan yang telah diberikan oleh pelayan kesehatan.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Pasien, Prosedur danVariabel yang diselidiki
a. Deskripsi Pasien
Sebanyak 65 orang karyawan dari perusahaan X terserang diare, muntah dan pusing
setelah makan siang. Jumlah karyawan perusahaan X yaitu 250 orang. Berdasarkan
penyelidikan, 60 orang menyatakan telah makan siang dengan menu B dan 5 orang
makan siang dengan menu A. Menu A dimakan oleh staff administrasi yang
berjumlah 50 orang, dan dari penyelidikan ditemukan 5 orang menderita diare.
Sedangkan menu B dimakan oleh karyawan tetap sebanyak 150 orang, dan dari hasil
penyelidikan ditemukan 60 orang menderita diare. Sisanya 50 orang adalah karyawan
harian dan tidak makan kedua menu tersebut. 5 orang staff administrasi yang
menyantap menu A mengalami diare setelah makan dengan ditambah perkedel kornet.
Menu A: Menu B:
Nasi Nasi
Ayam goreng Perkedel kornet
Tahu/tempe Tahu/tempe
Sayur sop Sayur sop
Pisang Semangka
b. Prosedur
- Dilakukan penyelidikan dari masalah yang muncul.
- Identifikasi masalah yang muncul.
- Mendata dan mengelompokan populasi sesuai dengan kriteria.
- Interpretasi dan diskusi tentang data yang terkumpul.
- Menganalisis data hasil interpretasi dan diskusi.
- Menetapkan prosedur pengobatannya.
c. Variabel yang diselidiki
Variabel bebas : perkedel kornet
Variabel terikat: muntah, pusing, diare
5.2 Hasil pemeriksaan
Di dapatkan 65 orang yang terserang diare, mual dan muntah dengan rincian
sebagai berikut:
Karyawan berjumlah 250 orang :
- 50 diantaranya tidak makan
- Menu A : 50 orang**
Menu B : 150 orang *
- Menu A: terdapat 5 orang dari 50 orang terserang diare, muntah dan
pusing.
- Menu B :terdapat 60 orang dari 150 orang terserang diare, muntah dan
pusing.
** Menu A berisi : nasi, ayam goreng, tahu/tempe, sayur sop, pisang
5 orang karyawan yang memakan menu A, mengonsumsi perkedel kornet
sebagai tambahan.
* Menu B berisi : nasi, perkedel kornet, tahu/tempe, sayur sop, semangka
5.3 Interpretasi dan diskusi tentang data yang terkumpul
Positif Negatif
Sakit 65 0
Sehat 185 50
OR = A X DB X C
OR = 65 x 50 / 185 x 0
OR = TAK TERHINGGA
Bila OR =1, maka pajanan bukan sebagai faktor resiko. Bila OR >1, maka pajanan merupakan faktor resiko. Bila OR <1, maka pajanan merupakan faktor protektif.
5.4 Makanan yang dicurigai sebagai penyebab dan tindakan yang harus dilakukanPara karyawan yang mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Bernas, Keracunan di Pesta, Satu Meninggal. http://www.indomedia.com/bernas/030202/04/utama, Diakses 18 Oktober 2012.
Bernas, Dua Tewas Keracunan Usai Hajatan. http://www.indomedia.com/bernas/072001/utama. Diakses 18 Oktober 2012.
Dari balik warta, Keracunan Makanan di Tanah Air. http://www.indosiar.com/news. Diakses 18 Oktober 2012.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pencegahan Keracunan Makanan pada Industri Katering. www.naketrans.go.id/Kkhiperkes.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Pengusaha Makanan dan Minuman. Yayasan Pesan. Jakarta.
Dharwiyanti. 2004. Bahaya Pencemaran Timbal pada Makanan dan Minuman. http://www.dharwiyanti.blogspot.com. Diakses 18 Oktober 2012.