Ikhlas Tempat Persinggahan Iyyaka Na'Budu Wa Iyyaka Nasta'In

download Ikhlas Tempat Persinggahan Iyyaka Na'Budu Wa Iyyaka Nasta'In

If you can't read please download the document

description

dasasdas

Transcript of Ikhlas Tempat Persinggahan Iyyaka Na'Budu Wa Iyyaka Nasta'In

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhBerikut ini kutipan dari terjemahan buku karya Ibnu Qayyim Al-JauziyahSemoga bermanfaat (untuk bekal weekend )....Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhZainalIkhlas Tempat Persinggahan Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'inIbnu Qoyyim Al-Jauziyah Pengantar:"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan (membawa)kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)."(Az-Zumar: 2-3)"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antarakalian yang lebih baik amalnya." (Al-Mulk: 2) Al-Fudhail berkata, "Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalahyang paling ikhlas dan paling benar." Orang-orang bertanya, "Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas danpaling benar itu ?"Dia menjawab, "Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka iatidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akanditerima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yangdikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurutAs-Sunnah." Kemudian ia membaca ayat, (artinya): "Barangsiapa mengharapperjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalihdan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepadaRabbnya." (Al-Kahfi: 110) Allah juga berfirman, (artinya):"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlasmenyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?"(An-Nisa': 125)Menyerahkan diri kepada Allah artinya memurnikan tujuan dan amal karenaAllah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah ShallallahuAlaihi wa Sallam dan Sunnah beliau. Allah juga berfirman, (artinya):"Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amalitu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqan: 23)Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepadaAs-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Allah. Nabi Shallallahu Alaihi waSallam pernah bersabda kepada Sa'ad bin Abi Waqqash, "Sesungguhnyasekali-kali engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatuamal untuk mencari Wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan,derajad dan ketinggian karenanya." Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, diaberkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, (artinya):"Tiga perkara, yang hati orang mukmin tidak akan berkhianat jika adapadanya: Amal yang ikhlas karena Allah, menyampaikan nasihat kepada parawaliyul-amri dan mengikuti jama'ah orang-orang Muslim karena doa merekameliputi dari arah belakang mereka." (HR. At-Thirmidzi dan Ahmad) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang berperangkarena riya', berperang karena keberanian dan berperang karena kesetiaan,manakah diantaranya yang ada di jalan Allah? Maka beliau menjawab, "Orangyang berperang agar kalimat Allah lah yang paling tinggi, maka dia berada dijalan Allah.Beliau juga mengabarkan tiga golongan orang yang pertama-tama diperintahkanuntuk merasakan api neraka, yaitu qari' Al-Qur'an, mujahid dan orang yangmenshadaqahkan hartanya; mereka melakukannya agar dikatakan, "Fulan adalahqari', fulan adalah pemberani, Fulan adalah orang yang bershadaqah", yangamal-amal mereka tidak ikhlas karena Allah. Di dalam hadits qudsi yang shahih disebutkan; "Allah berfirman, 'Aku adalahyang paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada.Barangsiapa mengerjakan suatu amal, yang di dalamnya ia menyekutukanselain-Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukan, dan Aku terbebasdarinya'." (HR. Muslim)Di dalam hadits lain disebutkan; "Allah berfirman pada hari kiamat,'Pergilah lalu ambillah pahalamu dari orang yang amalanmu kamu tujukan. Kamutidak mempunyai pahala di sisi Kami'." Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian,tetapi Dia melihat hati kalian." (HR. Muslim) Banyak difinisi yang diberikan kepada kata ikhlas dan shidq, namun tujuannyasama. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya menyendirikan Allah sebagaitujuan dalam ketaatan. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya membersihkanperbuatan dari perhatian manusia, termasuk pula diri sendiri. Sedangkanshidq artinya menjaga amal dari perhatian diri sendiri saja. Orang yangikhlas tidak riya' dan orang yang shidq tidak ujub. Ikhlas tidak bisasempurna kecuali shidq, dan shidq tidak bisa sempurna kecuali dengan ikhlas,dan keduanya tidak sempurna kecuali dengan sabar. Al-Fudhail berkata, "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya',Mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas ialah jikaAllah memberikan anugerah kepadamu untuk meninggalkan keduanya."Al-Junaid berkata, "Ikhlas merupakan rahasia antara Allah dan hamba, yangtidak diketahui kecuali oleh malaikat sehingga dia menulis-nya, tidakdiketahui syetan sehingga dia merusaknya dan tidak pula diketahui hawa nafsusehingga dia mencondongkannya."Yusuf bin Al-Husain berkata. "Sesuatu yang paling mulia di dunia adalahikhlas. Berapa banyak aku mengenyahkan riya' dari hatiku, tapi seakan-akania tumbuh dalam rupa yang lain." Pengarang Manazilus-Sa'irin berkata, "Ikhlas artinya membersihkan amal darisegala campuran." Dengan kata lain, amal itu tidak dicampuri sesuatu yangmengotorinya karena kehendak-kehendak nafsu, entah karena inginmemperlihatkan amal itu tampak indah di mata orang-orang, mencari pujian,tidak ingin dicela, mencari pengagungan dan sanjungan, karena inginmendapatkan harta dari mereka atau pun alasan-alasan lain yang berupa celadan cacat, yang secara keseluruhan dapat disatukan sebagai kehendak untukselain Allah, apa pun dan siapa pun." Dipetik dari: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, "Madarijus-Salikin Manazili IyyakaNa'budu wa Iyyaka Nasta'in, Edisi Indonesia: Madarijus Salikin PendakianMenuju Allah." Penerjemah Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur,Cet. I, 1998, hal. 175 - 178