ierckhampkreativity101.files.wordpress.com · Web viewKeberhasilan pendidikan dapat dilihat dari...

152
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal maupun non formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh. Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

Transcript of ierckhampkreativity101.files.wordpress.com · Web viewKeberhasilan pendidikan dapat dilihat dari...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai

sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib

untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal maupun non

formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh.

Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan

sangat pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat

kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan

dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan

penduduknya.

Dengan adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai

sarana untuk menyampaikan ilmu tetapi diharapkan adanya perubahan pola

kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas

akan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan bangsa

dan negara. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) “Pendidikan merupakan

sesuatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan”.

Sedangkan menurut Sardiman (2001:12) “Pendidikan dan pengajaran adalah

2

satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada

perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik”.

Peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu penekanan dari

tujuan pendidikan, seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun

2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Keberhasilan pendidikan akan dicapai oleh suatu bangsa apabila ada

usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Untuk

menghasilkan output yang berkualitas dalam proses pendidikan sangat

dipengaruhi oleh berhasil tidaknya kegiatan belajar. Keberhasilan dalam

belajar dapat diketahui dari prestasi yang dicapai oleh siswa, karena prestasi

belajar merupakan hasil yang telah dikerjakan. Menurut Nana Syaodih

Sukmadinata (2003:101) “Prestasi belajar adalah realisasi dari kecakapan-

kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar

pada hakikatnya merupakan pencerminan dari usaha belajar.

Rendahnya hasil belajar akuntansi dapat dilihat dari nilai ulangan

harian dan ujian semester yang terhitung kurang memuaskan. Hal ini

merupakan masalah yang sangat memprihatinkan bagi semua pihak, ini dapat

diasumsikan sebagai hambatan yang dialami siswa. Hambatan yang dimaksud

dapat berupa faktor internal (dari dalam diri siswa) maupun faktor eksternal

3

(dari luar diri siswa), diantaranya: fasilitas belajar, partisipasi orang tua,

perhatian orang tua, lingkungan keluarga, kebiasaan belajar mandiri, aktivitas

belajar, motivasi berprestasi, serta kemampuan dasar lainnya. Dari beberapa

faktor tersebut, faktor lingkungan keluaraga merupakan faktor yang cukup

penting dibandingkan dengan beberapa faktor lainnya.

Setiap manusia dilahirkan di lingkungan keluarga tertentu yang

merupakan lingkungan pendidikan terpenting. Oleh karena itu, keluarga sering

dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang utama dalam masyarakat,

karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi

dewasa. Lingkungan keluarga menurut Hibana Rahman (2002:38)

“Lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga,

baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung”. Menurut Syamsu

Yusuf dan Juntika (2007:27) “Suasana keluarga sangat penting bagi

perkembangan kepribadian anak”. Seorang anak yang dibesarkan dalam

lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang

memberikan curahan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dalam bidang

agama, maka perkembangan kepribadian anak cenderung positif dan sehat.

Sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang kurang

harmonis, orang tua yang bersikap keras kepada anak, atau orang tua yang

tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadian anak

cenderung mangalami kalainan dalam penyesuaian diri. Dengan adanya

perbedaan ini kemungkinan akan mempengaruhi siswa dalam meningkatkan

hasil belajarnya.

4

Faktor penentu keberhasilan dalam belajar adalah siswa sebagai

pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, dan keterlibatan

siswa, maka proses belajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam

belajar, siswa dituntut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki

kesadaran, kamauan dan motivasi dari dalam diri siswa dan bukan semata-

mata tekanan orang tua maupun pihak lain. Dengan adanya sikap mandiri

dalam diri siswa, tujuan belajar akan berhasil dicapai sebagaimana yang

diharapkan. Jadi kemandirian seseorang dalam belajar akan menentukan arah

belajar dan prestasi belajar seseorang. Kemandirian akan membuat seorang

siswa mampu belajar sendiri tanpa disuruh oleh pihak luar dalam kondisi ujian

atau tidak ujian. Hal ini termasuk mengembangkan konsep untuk

diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Kemandirian ini menekankan pada

aktivitas dalam belajar yang penuh tanggung jawab sehingga mampu

mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Akan tetapi dalam belajar setiap siswa mempuanyai suatu kebiasaan

yang berbeda-beda. Dalam belajar siswa memerlukan sebuah proses, tidak

bisa dilakukan dalam satu waktu saja namun belajar harus rutin dilakukan

perlahan-lahan secara mandiri, sehingga rutinitas belajar mandiri tersebut akan

menjadi suatu kebiasaan yang harus dilakukan oleh siswa. Belajar

memerlukan proses yang berulang-ulang dan bertahap, sering kali dijumpai

seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar yang tinggi, prestasi

belajarnya juga tinggi dan juga lingkungan keluarga yang mendukung siswa

dalam belajar, kemungkinan prestasi belajarnya juga tinggi. Namun ada juga

5

seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar, hasil belajarnya cukup

rendah karena tidak adanya dukungan dari lingkungan keluarga.

Dari kenyataan dan hasil pengamatan selama ini sering kali siswa

tidak mengganggap bahwa lingkungan keluaraga merupakan pendukung

untuk berlatih belajar mandiri supaya terbiasa belajar mandiri. Maka perlu

diciptakan lingkungan keluarga yang nyaman agar siswa betah belajar di

rumah. Jika lingkungan keluarga telah tercipta dengan baik, siswa akan dapat

meraih prestasi belajar yang memuaskan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong untuk

mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul

”PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN

BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA

SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK

TAMANSISWA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010”.

B. Pembatasan Masalah

Dalam melakukan penelitian perlu adanya pembatasan masalah

terhadap masalah yang diteliti, hal ini menjaga agar masalah yang diteliti tidak

terlepas dari pokok permasalahan yang ditentukan. Untuk langkah yang paling

tepat adalah membatasi permasalahan agar dalam melaksanakan pembahasan

masalah tidak meluas. Dalam penelitian ini pembatasan masalahnya sebagai

berikut :

6

1. Penelitian terbatas pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

2. Lingkungan keluarga pada penelitian ini dibatasi pada lingkungan inti

yang demokratis, terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

3. Kemandirian belajar siswa.

4. Prestasi belajar akuntansi.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan :

1. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi

pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa

Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010?

2. Adakah pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi

pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa

Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010?

3. Apakah lingkungan keluarga dan kemandirian belajar secara bersama-

sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar

akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010?

7

D. Tujuan Penelitian

Adanya tujuan dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat

penting karena dengan tujuan yang tepat menjadikan tolok ukur keberhasilan

dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar

pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian akuntansi

SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar

pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian akuntansi

SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X program keahlian

akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atas

teori-teori tentang hubungan lingkungan keluarga dan kemandirian

belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang kemandirian belajar.

8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis, yaitu :

a. Sebagai masukan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk

menciptakan lingkungan keluarga yang lebih kondusif sehingga

meningkatkan prestasi belajar akuntansi dan menumbuhkan kesadaran

bagi orang tua dalam memperhatikan fasilitas belajar anak, perhatian

terhadap pendidikan anak, dan motivasi yang diberikan kepada anak di

lingkungan keluarga.

b. Sebagai masukan bagi siswa akan pentingnya penerapan kemandirian

dalam diri siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi

untuk penilaian berikutnya yang sejenis.

F. Sistematika Laporan

Secara garis besar penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,

yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika laporan.

9

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang prestasi belajar akuntansi, lingkungan

keluarga, kemandirian belajar, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel, dan

sampling, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji

instrumen, teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, uji

prasyarat analis, analisi data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Penutup menguraikan tentang kesimpulan akhir penelitian dan saran

dari peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Belajar Akuntansi

1. Pengertian Prestasi

Menurut Sardiman AM (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan

nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.

Sedangkan Winkel (1996:161) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah

bukti usaha yang dicapai”.

Definition of achievement, the act of achieving or performing; an obtaining by exertion; successful performance; accomplishment; as, the achievement of his object.

http://www.brainyquote.com/words/ac/achievement126858.html.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang

telah dilakukan.

2. Pengertian Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya kita selalu dekat

dengan apa yang disebut belajar, tetapi sering kali kita belajar tanpa kita

sadari. Menurut Sardiman (2001:21) “Belajar adalah berubah”. Dalam hal

ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku, jadi

belajar membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian

11

kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi

manusia seutuhnya.

Definition of study, a setting of the mind or thoughts upon a subject; hence, application of mind to books, arts, or science, or to any subject, for the purpose of acquiring knowledge.

http://www.brainyquote.com/words/st/study224983.html.

Menurut pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2002:16) “Belajar

pada dasarnya sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

yang bersifat menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dengan mencakup seluruh

tingkah laku”. Pengertian belajar disini dimaksud perubahan tingkah laku

tidak hanya mengenai perubahan pengetahuan, tetapi juga berbentuk

kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian

diri, pendeknya mengenai segala aspek organism atau pribadi seseorang.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku meliputi aspek pengetahuan, keterampilan

dan aspek yang lain sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

3. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “Prestasi” dan

“Belajar”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah

dilakukan dan dikerjakan, sedangkan belajar adalah perubahan tingkah

laku yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan aspek yang lain

sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

12

Menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) “Prestasi

belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang

dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode

tertentu”. Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:101)

“Prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-

kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.

Dari pengertian-pengertian yang telah diutarakan, pada

prinsipnya prestasi belajar merupakan suatu hasil dari usaha belajar atau

kegiatan belajar yang diperoleh melalui pengukuran atau penilaian baik

angka, huruf, serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar.

Menurut Depdiknas (2000:07) “Akuntasi merupakan bahan

kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan

dengan transaksi keuangan”. Sedangkan menurut Haryono (1994:23) :

“Akuntansi ditinjau dari sudut pemakaiannya akuntansi adalah disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mgevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sudut pandang yang kedua ditinjau dari kegiatannya akuntansi dalah proses pencatatan, pengelolaan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan organisasi”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa prestasi belajar akuntansi

adalah bukti keberhasilan siswa dalam memperoleh keterampilan belajar

akuntansi yang dilakukan dalam jangka waktu tertantu yang diwujudkan

dalam bentuk nilai atau angka.

13

4. Bentuk dan Wujud Prestasi Belajar

Bentuk dan wujud prestasi belajar banyak sekali ragamnya yaitu :

a. Keterampilan Kognitif

Seseorang yang berhasil dalam belajarnya akan menghasilkan suatu

keterampilan intelektual, yaitu kemampuan untuk mencari pemecahan

masalah dari setiap permasalahan yang dihadapi.

Contoh : Mampu menyampaikan kembali ilmu yang dimiliki kepada

orang lain, dengan metode belajar yang tepat agar pendidik

mudah menangkap ilmu yang disampaikan.

b. Nilai

Nilai adalah hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program yang

diinterprestasikan dalam bentuk skor atau angka sebagai hasil dari

pengukuran.

Contoh : Nilai ujian akhir semester untuk mengetahui tingkat

kemampuan hasil belajar siswa selama satu semester.

c. Strategi Kognitif

Lebih mengacu pada kemampuan untuk memecahkan masalah baru,

kemampuan dalam segi kognitif ini meliputi kemampuan untuk

belajar, mengingat, berfikir.

Contoh : Mengerjakan tugas yang diberikan guru, dalam mengerjakan

tugas tersebut berarti ia belajar mengingat pelajaran yang

pernah disampaikan oleh guru, dan berpikir bagaimana cara

mengerjakan tugas tersebut.

14

d. Informasi Verbal

Dengan belajar seseorang dapat menghasilkan kemampuan untuk

mendiskripsikan informasi yang diperoleh dengan kata-kata

menggunakan jalan mengalir dari informasi yang relevan.

Contoh : Mengungkapkan kembali kepada orang lain informasi yang

diperoleh dengan kata-kata sendiri tanpa menyimpang dari informasi

sesungguhnya.

e. Keterampilan Motorik

Salah satu dari hasil belajar adalah keterampilan motorik, yaitu

keterampilan seseorang yang mengacu pada kemampuan seseorang

untuk mewujudkan daya kreasi kedalam bentuk benda seni.

Contoh : Memanfaatkan barang-barang bekas untuk dijadikan barang

berharga.

f. Sikap

Adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang dan

disadari oleh emosi serta dilandasi kepercayaan pada orang yang

memberikan pengaruh.

Contoh : Memberikan contoh yang baik kepada peserta didik untuk

membantu perkembangan agar peserta didik bisa

mengembangkan potensinya kearah yang positif.

Misal : Sopan, saling menghormati, dan lain-lain.

15

g. Kemampuan Berfikir Asosiatif dan Rasional (daya nalar atau logika).

Adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan permasalahan yang

dihadapi dangan cara berfikir dengan nalar yang logis.

Contoh : Menghitung saldo/laba penjualan sesuai dengan rumus yang

ada.

h. Perubahan Kebiasaan

Dengan belajar seseorang bisa merubah kebiasaan yang buruk menjadi

kebiasaan yang baik.

Contoh : Setelah belajar mandiri siswa bisa berubah kebiasaan tidak

tergantung kepada orang lain.

http://zanikhan.multiply.com/journal/item/10920/Landasan_Teori.

5. Indikator Prestasi Belajar

Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan

bahwa prestasi belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi

ketentuan kurikulum yang disempurnakan. Pada dunia pendidikan,

pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan. Karena dengan diketahui

prestasi siswa maka diketahui pula kemampuan dan keberhasilan siswa

dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan

cara memberikan penilaian atau evaluasi dengan tujuan supaya siswa

mengalami perubahan secara positif.

Menurut Muhibbin Syah (2008:141) “Evaluasi adalah penilaian

terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam sebuah progam”. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana perubahan

16

yang telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Pengajaran harus

mengetahui sejauh mana siswa akan mengerti bahan yang akan diajarkan.

Penilaian memberi informasi tentang hasil pengajaran yang telah

disajikan. Pengukuran prestasi belajar tersebut dapat menggunakan suatu

alat untuk mengevaluasi yaitu test. Test dipakai untuk menilai hasil belajar

siswa dan hasil belajar mengajar dari pendidik.

Menurut Muhibbin Syah (2008:142) :

“Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian atau evaluasi yaitu untuk memeriksa kesesuian antara apa yang diharapkan dan apa yang tercapai, hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki dan mendekatkan tujuan yang diinginkan”.

Menurut Sumadi Suryadibrata (1993:26) menyatakan “Bahwa

prestasi belajar siswa dinyatakan dengan nilai dalam rapor”. Nilai rapor

merupakan rumusan terakhir dari guru mengenai kemajuan atau hasil

belajar siswa dalam masa tertentu yaitu 4 ataupun 6 bulan. Sedangkan

menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102) “Prestasi belajar

merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial

atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar siswa secara nyata

dapat dilihat dalam bentuk kuantitas yaitu angka. Dalam penelitian ini

prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai pelajaran akuntansi pada

waktu ujian akhir semester.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan indikator prestasi belajar

antara lain:

a. Kemampuan menciptakan hasil belajar yang optimal.

17

b. Siswa menguasai materi yang telah diajarkan.

c. Meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.

d. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Sumadi Suryabrata (2002:233) mengklasifikasikan

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

a. Faktor eksternal merupakan suatu keadaan yang ada di luar diri siswa,

yang terdiri dari :

1) Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-

alat yang dipakai belajar.

2) Faktor sosial seperti faktor manusia.

b. Faktor internal merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri siswa,

yang terdiri dari :

1) Faktor Fisiologis seperti jasmani.

2) Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan,

fantasi, ingatan, berpikir, dan motifasi.

Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:162)

mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor dari dalam individu

1) Aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani

18

2) Aspek rohaniah menyangkut kondisi psikis, kemampuan

intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan kognitif

dari individu.

3) Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat,

baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan.

4) Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain,

baik guru, teman, orang tuanya, maupun orang-orang lainnya.

b. Faktor-faktor lingkungan

1) Keluarga, meliputi keadaan rumah dan ruang tempat belajar, sarana

dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah

tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar

rumah.

2) Sekolah meliputi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar

yang ada, sumber-sumber belajar, dan media belajar.

3) Masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan

yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-

sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang

positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi

muda.

Dari pendapat tersebut bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal

dari pengaruh diluar siswa (ekstern). Termasuk faktor dalam diri siswa,

antara lain kecerdasan, bakat, dan kemandirian belajar yang ada dalam

19

dirinya. Faktor yang ada di luar diri siswa, bisa berasal dari kondisi rumah

dan hubungan orang tua dengan anak. Lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Diantara ketiga

lingkungan tersebut, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang

utama dalam belajar.

B. Lingkungan Keluarga

1. Pengertian Lingkungan Keluarga

Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan

sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat

hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia

dan manusia mempengaruhi lingkungan. Begitu pula dalam proses belajar,

lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh dalam

proses belajar maupun perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Slameto (2003:2) menyatakan “Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.

Pengertian belajar di atas menekankan bahwa belajar merupakan

suatu pengalaman dan pengalaman itu salah satunya diperoleh berkat

adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Lingkungan

sebagai sumber belajar menurut Depdikbud (1998:70) menyatakan

20

“Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan atas lingkungan fisik

dan lingkungan sosial”.

Contoh lingkungan fisik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar

adalah buku, musium, toko, pasar, jalan, sungai. Sedangkan yang termasuk

dalam contoh lingkungan sosial adalah keluarga dan masyarakat. Dari

contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar sebagai

sumber belajar meliputi aspek manusia dan non manusia.

Menurut pendapat diatas, lingkungan yang banyak memberikan

sumbangan dan besar pengaruhnya terhadap proses belajar maupun

perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Karena lingkungan

keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat pengaruhnya kepada

individu dibandingkan dengan lingkungan sekunder yang ikatannya agak

longgar. Selain itu keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan

pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan

dan perkembangannya.

Definition of family, in various societies across the globe, the society might differ but the fundamental structure of the family remains the same. Family is the fundamental unit in the entire social structure. Society is a web of relationships between individual members and also between individuals and social organizations and social institutions. The Definition of Family is given in various ways in various societies.

Perenting Definition, an effective Parenting definition definitely calls for a close watch on the growth of the children. However, that does no mean parents should over protect their children. By keeping a keen watch you are just ensuring the necessary amount of security for your child. Whether it is building sand castles or drawing a picture, let your child do his chores all by himself. As a part of Parenting definit.

Foul environment, watch it, Indian city-zen! Our fresh air is long gone now. We're inhaling noxious fumes and gases. Recent

21

health studies have declared lung cancer as one of the major killers. Asthma is another one on the rampage.There's more toxin in the air than oxygen. The Indian automobiles seem to be turning cities into gas chambers.And why is this happening? Let's study the cause - so we can conceive.

http://sitagita.com/topic/article/family-environment-definition.

Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum

lingkungan sekolah dan masyarakat, Ngalim Purwanto (2004:141)

menyatakan “Lingkunga pendidikan yang ada dapat digolongkan menjadi

tiga yaitu :

a. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.

b. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.

c. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan katiga”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa anak

menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga kemudian

dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain

tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara keluarga,

sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini keluarga sebagai lingkungan

belajar pertama mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam

menuntun perkembangan anak untuk menjadi manusia dewasa.

Pengertian lingkungan keluarga berasal dari kata lingkungan dan

keluarga. Imam Supardi (2003:2) menyatakan “Lingkungan adalah jumlah

semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang

yang kita tempati”.

22

Menurut Abu Ahmadi (1991:167) menyebutkan “Keluarga

adalah kelompokm sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan

anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas

ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi”.

Jadi, lingkungan keluarga adalah jumlah semua benda hidup dan

mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial kecil

tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan

sosial karena adanya ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.

2. Fungsi-fungsi Keluarga

Khairuddin (1990:58) menyatakan bahwa fungsi keluarga secara

garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Fungsi-fungsi pokok, yakni funsi yang tidak dapat diubah atau digantikan oleh orang lain. Fungsi ini meliputi :1) Fungsi Biologis2) Fungsi Afeksi3) Fungsi Sosiologi

b. Fungsi-fungsi lain, yakni fungsi yang relatif lebih mudah diubah atau mengalami perubahan. Fungsi ini meliputi : 1) Fungsi Ekonomi 2) Fungsi Perlindungan 3) Fungsi Pendidikan4) Fungsi Rekreasi5) Fungsi Agama

Dari fungsi-fungsi keluarga yang dikemukakan di atas dapat

diuraikan sebagai berikut :

1) Fungsi Biologis

Keluarga terjadi karena adanya ikatan darah atau atas dasar

perkawinan. Keluarga yang dibangun atas dasar perkawinan

23

menjadikan suami isteri sebagai dasar untuk melanjutkan keturunan

yang berarti melahirkan anggota-anggota baru.

2) Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan

dengan kemesraan antar anggotanya. Hal ini dapat terlihat dari cara

orang tua dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa

penuh kasih sayang. Dan hal ini menjadikan anak selalu

menggantungkan diri dan mencurahkan isi hati sepenuhnya kepada

orang tua.

3) Fungsi Sosiologi

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan

manusia, oleh sebab itu disamping tugasnya mengantarkan

perkembangan individu tersebut menjadi anggota masyarakat yang

baik. Anggota masyarakat yang baik yaitu apabila individu tersebut

dapat menyatakan dirinya sebagai manusia atau kelompok lain dalam

lingkungannya. Hal tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh

kualitas pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.

4) Fungsi Ekonomi

Keluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi, terutama dalam hal

pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan material

lainnya. Keadaan ekonomi keluarga yang baik juga turut mendukung

dan berperan dalam perkembangan anak, sebab dengan kondisi

tersebut anak akan berada dalam keadaan material yang lebih luas

24

sehingga banyak mendapat kesempatan untuk mengembangkan

berbagai kecakapan yang dimilikinya. Dengan demikian kondisi

ekonomi keluarga yang baik akan membantu anak dalam mencapai

prestasi yang maksimal dalam belajarnya.

5) Fungsi Perlindungan

Keluarga selain sebagai unit masyarakat kecil yang berfungsi

melanjutkan keturunan, secara universal juga sebagai penanggung

jawab dalam perlindungan, pemeliharaan dan pengasuhan terhadap

anak-anaknya.

6) Fungsi Pendidikan

Orang tua secara kodrati atau alami mempunyai peranan sebagai

pendidik bagi anak-anaknya sejak anak tersebut dalam kandungan.

Selain pendidikan kepribadian orang tua juga memberikan kecakapan-

kecakapan lain terhadap anak-anaknya sebagai bekal untuk mengikuti

pendidikan berikutnya.

7) Fungsi Rekreasi

Keluarga selain sebagai lembaga pendidikan informal juga merupakan

tempat rekreasi. Keluarga sebagai tempat rekreasi perlu ditata agar

dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Misalnya situasi

rumah dibuat bersih, rapi, tenang dan sejuk yang menimbulkan rasa

segar sehingga dapat menghilangkan rasa capek dan kepenatan dari

kesibukan sehari-hari. Situasi rumah yang demikian itu juga dapat

digunakan untuk belajar, menyusun dan menata kembali program

25

kegiatan selanjutnya sehingga dapat berjalan lancar. Dan konsentrasi

belajar anak juga turut terbantu sehingga memudahkan mereka dalam

mencapai prestasi belajar yang maksimal.

8) Fungsi Agama

Keluarga yang menyadari arti penting dan manfaat agama bagi

perkembangan jiwa anak dan kehidupan manusia pada umumnya akan

berperan dalam meletakkan dasar-dasar pengenalan agama. Hal ini

sangat penting untuk pembinaan perkembangan mental anak

selanjutnya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Pengenalan ini

dapat dimulai dari orang tua mengajak anak ke tempat ibadah.

3. Jenis Lingkungan keluaraga

Menurut Hurlock (1999:93), jenis lingkungan keluarga ada 3 yaitu :

a. Otoriter

Otoriter merupakan jenis lingkungan keluarga yang mengekang

dan tidak memberi kebebasan sama sekali, semua peraturan dari orang

tua harus ditaati, tidak memperhatikan kemauan dan kemampuam

yamg dimiliki oleh anak, sehingga anak kurang bisa mengembangkan

potensi yang dimiliki.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

1) Semua aturan orang tua harus diikuti anak.

2) Anak tidak boleh bertindak dan melakukan sesuatu sendiri.

3) Kemana-mana harus didampingi orang tua.

4) Tidak boleh bergaul dengan sembarang orang.

26

b. Demokratis

Demokratis merupakan jenis lingkungan keluarga yang

memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki, tanpa mengabaikan peraturan dan norma-norma yang harus

ditaati.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk

mengembangkan bakat dan potensi yang dimilki.

Contoh : Anak menyukai pelajaran akuntansi, kemudian orang tua

memberikan kebebasan kepada anak untuk mengikuti les

sesuai keinginannya.

2) Peraturan yang dibuat orang tua untuk kebaikan anak.

Contoh : Orang tua mewajibkan kepada anak untuk belajar setiap

malam dari pukul 19.00-20.00 WIB.

3) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk bergaul

dalam batas norma-norma dan kesopanan yang ada.

Contoh : Orang tua memberikan kabebasan kepada anak untuk

berteman kepada siapapun asalkan tidak dalam hal yang

negatif.

4) Orang tua dan anak saling menghargai dan menghormati hak dan

kewajiban masing-masing.

27

Contoh : Orang tua memberikan biaya pendidikan kepada anak,

sedangkan anak belajar sungguh-sungguh untuk

menghargai pengorbanan orang tua.

c. Bebas

Bebas merupakan jenis lingkungan keluarga dimana orang tua

tidak memberikan aturan dan norma-norma yang harus ditaati oleh

anak, sehingga anak merasa bebas , dan kebanyakan mereka terjebak

dalam hal-hal yang negatif karena kurangnya perhatian orang tua.

Ciri-crinya adalah sebagai berikut :

1) Tidak ada aturan yang mendidik dan membimbing anak

2) Orang tua tidak peduli dengan perkembangan dan pertumbuhan

anak

3) Membiarkan anak bergaul dengan siapa saja tanpa memperhatikan

apakah temannya baik atau tidak.

Dari apa yang telah kita amati, tentang jenis lingkungan

keluarga dan ciri-cirinya. Jenis lingkungan keluarga yang paling tepat

untuk diterapkan dalam penelitian ini ialah lingkungan keluarga yamg

demokratis. Kerena semakin kita menerapkan jenis lingkungan

keluarga yang otoriter, maka anak akan semakin terkekang dan tidak

bisa bergaul seperti anak-anak pada umumnya.

Apalagi bila lingkungan keluarganya bebas, itu sangat

memprihatikan, karena tidak ada perhatian orang tua sehingga anak

merasa bebas untuk melakukan hal-hal baik secara positif maupun

28

negatif. Yang paling disayangkan, kebanyakan anak-anak sekarang

mudah terpengaruh dalam hal-hal yang negatif.

Tapi jika kita menerapkan lingkungan keluarga yang

demokratis, kemungkinan anak akan bisa memilih mana yang positif

dan yang negatif sebelum mengambil keputusan. Sebab sebelum

mengambil keputusan, anak mempertimbangkannya dan meminta

pendapat kepada orang tua terlebih dahulu.

5) Faktor-faktor Keluarga

Slameto (2003:60) menyatakan “Anak akan menerima pengaruh

dari keluarga berupa: Cara orang tua mendidik anak, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga”. Faktor-

faktor tersebut apabila dapat menjalankan sesuai dengan fungsi dan

peranannya masing-masing dengan baik, kemungkinan dapat menciptakan

situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar.

Pendapat Slameto (2003: 61) sebagai berikut :

“Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya”.

Orang tua harus berperan aktif dalam mendukung keberhasilan

siswa, orang tua disamping menyediakan alat-alat yang dibutuhkan anak

29

untuk belajar yang lebih penting bagaimana memberikan bimbingan,

pengarahan agar anak lebih bersemangat untuk berprestasi.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang faktor-faktor keluarga

yang berpengaruh terhadap belajar anak diatas, adalah cara orang tua

dalam mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar. Untuk lebih jelasnya akan

diuraikan sebagai berikut :

a) Cara orang tua mendidik anak

Cara orang tua dalam mendidik anak kemungkinan akan

berpengaruh terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan peran

orang tua dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik,

guru dan pemimpin bagi anak-anaknya. Peran dan tugas orang tua

salah satunya dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam

mendidik anaknya, kebiasaan- kebiasaan baik yang ditanamkan agar

mendorong semangat anak untuk belajar.

b) Relasi antara anggota keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orang tua

dengan anaknya atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Wujud

relasi itu bisa berupa cara hubungan penuh kasih sayang, pengertian,

dan perhatian ataukah diliputi oleh rasa kebencian, sikap terlalu keras,

ataukah sikap acuh tak acuh. Dan relasi antara anggota keluarga ini

erat hubungannya dengan bagaimana orang tua dalam mendidik

anaknya.

30

c) Suasana rumah

Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu

diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana tersebut

dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis

antar orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang

lain. Selain itu keadaan rumah juga perlu ditata dengan rapi dan bersih

sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan sejuk yang

memungkinkan anak lebih suka tinggal di rumah untuk belajar.

Dengan demikian suasana rumah yang tenang dan tentram dapat

membantu konsentrasi anak belajar di rumah. Harapan dan tujuan anak

untuk meraih prestasi belajar yang maksimal di sekolah kemungkinan

juga akan terbantu.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar

anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

pokoknya, misal makanan, perlindungan, kesehatan dan lain-lain, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti alat-alat tulis, ruang belajar serta

sarana pelengkap belajar yang lain. Fasilitas tersebut dapat terpenuhi

jika keluarga mempunyai penghasilan yang cukup. Dan kondisi yang

demikian kemungkinan dapat memotivasi anak untuk maju.

e) Fasilitas belajar

Semua aktifitas atau kegiatan apapun selalu membutuhkan

tempat atau ruang. Demikian juga dalam belajar siswa juga

memerlukan adanya tempat belajar. Agar memperoleh hasil belajar

31

yang baik siswa membutuhkan tempat belajar yang baik. Tempat

belajar yang baik hendaknya terletak di tempat yang tenang dan

terbebas dari hal-hal yang dapat mengganggu. Agar terwujud tempat

yang kondusif untuk belajar siswa.

Hendaknya mengusahakan ruang belajar yang mendukung

untuk belajar. Dengan tempat belajar yang baik maka setiap siswa

memasuki tempat belajar akan tumbuh niatnya untuk belajar.

Penerangan di tempat belajar harus cukup agar mata tidak cepat

lelah dan tidak merusak kesehatan mata. Penerangan yang terbaik

sebenarnya adalah penerangan dari sinar matahari.

Pada umumnya siswa lebih banyak menggunakan waktu untuk

belajarnya di malam hari. Agar kesehatan mata tidak terganggu maka

sangat perlu diperhatikan penerangan dari lampu yang digunakan saat

belajar.

Penerangan terbaik untuk membaca di waktu malam adalah

penerangan tak langsung, karena cahaya yang dihasilkan memantul

dan tersebar ke semua arah sehingga sifat cahaya merata dan tidak

menimbulkan bayangan.

Sirkulasi udara dalam ruang belajar sangat penting bagi

kesehatan saat belajar. Mengenai pentingnya pertukaran udara yang

baik dalam kamar.

32

Suatu syarat yang harus diperhatikan siswa untuk menciptakan

tempat belajar yang baik adalah peredaran udara. Tempat belajar

hendaknya mempunyai peredaran udara yang lancar.

Alat untuk belajar yang lengkap dan cukup memadai untuk

belajar akan mendorong siswa belajar dengan baik, sehingga

mendukung pula pencapaian prestasi. Peralatan yang diperlukan dalam

belajar antara lain buku, alat-alat tulis, alat lain yang diperlukan dalam

belajar, buku pegangan maupun buku-buku acuan yang mendukung.

C. Kemandirian Siswa

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Kemandirian siswa adalah kelakuan atau tingkah laku individu

siswa dalam menghadapi tanggung jawabnya sebagai siswa dengan

kemampuannya sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain sampai

batas kemampuannya. Dalam melakukan aktivitas belajar, setiap siswa

dituntut kemandirian balajarnya, karena dengan adanya sikap siswa

tersebut siswa akan mencapai hasil belajar yang optimal.

Definition of independent learning, independent study is a process, a method and a philosophy of education whereby a learner acquires knowledge by his or her own efforts and develops the ability for enquiry and critical evaluation. Terms: Independent learning Self-directed learning Autonomous learning Teacher control : Learner control Teachers can facilitate independent learning through deliberate surrendering of certain prerogatives and the acceptance of responsibility.

http://www.studysphere.com/education/Learning-Styles-and-Methods-

Independent-Learning-5349.html.

33

Menurut Kartono (1997:70) menyatakan bahwa “Kemandirian

yang diartikan sebagai self standing yaitu kemampuan berdiri diatas kaki

sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku

sebagai manusia dalam melaksanakan kewajiban guna memenuhi

kebutuhan sendiri”. Demikian halnya menurut Badudu Zain (1997:874)

“Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang

lain”. Kemandirian akan mendorong manusia untuk berprestasi dan

berkreasi. Siswa yang mempunyai sikap mandiri akan lebih berani

memutuskan hal–hal yang berkenaan dengan dirinya bebas dari pengaruh

orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta

merangsang untuk berprestasi lebih baik.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) “Membantu siswa

untuk mandiri berarti menolong mereka agar bebas dari bantuan orang

lain”. Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan individual yang

mengalami secara langsung bebas dari ketergantungan. Sikap mandiri

merupakan perilaku yang terdapat pada seseorang yang timbul karena

dorongan dari diri sendiri bukan pengaruh dari orang lain. Hal ini sesuai

dengan Brawer dalam Sutrisno dan Slamet widodo (1994:2) berpendapat

bahwa “Perilaku mandiri yaitu perilaku seseorang yang timbul karena

dorongan atau kekuatan dari dalam tanpa ada pengaruh dari orang lain”.

Menurut Jerrold E Kemp (1994:54) “Mandiri adalah tanggung

jawab diri sesuai dengan kecepatan diri sendiri melakukan terhadap

bantuan orang lain”. Dengan demikian kemandirian belajar adalah

34

kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan mengendalikan diri dalam

setiap kegiatan belajar bebas dari rasa ketergantungan terhadap orang lain

dalam menyelesaikan tugas dan permasalahan belajarnya serta sikap

mengendalikan aktifitasnya sendiri.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Mandiri

Perilaku mandiri terbentuk secara mendadak tetapi melalui

proses sejak masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara

individu satu dengan yang lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mandiri individu

dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam individu dan dari luar

individu.

Menurut Bimo Walgito (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi

kemandirian ada 2 yaitu faktor eksogen dan faktor indogen. Faktor

eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri yaitu berasal

dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor yang berasal dari keluarga

misalnya, jumlah anak dalam keluarga, posisi anak dalam urutan

kelahiran, situasi anak yang kurang mendukung misalnya kekacauan

keluarga, kurang perhatian orang tua dan keadaan sosial ekonomi. Faktor

yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan

teman. Faktor dari masyarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan

pergaulan dalam masyarakat. Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari

diri sendiri yang terdiri dari faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang sehat

35

atau tidak sehat dan faktor psikologis misalnya bakat, minat, motivasi, dan

kecerdasan.

Peran faktor ini bekerja secara tidak langsung melalui perlakuan

atau sikap orang tua terhadap anak dan adanya kebutuhan individu akan

perhatian dari lingkungan ketika masih kanak–kanak.

3. Komponen-komponen Kemandirian Belajar

Siswa yang mandiri menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk

mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, secara relatif

jarang mencari perlindungan kepada orang lain dan mempunyai rasa ingin

tahu menonjol. Sedangkan Potter dkk dalam Masrun (1986) mengatakan

bahwa teori kemandirian yang dikenal sebagai teori locus of control

menyimpulkan adanya 5 komponen kemandirian yaitu :

a. Kemampuan untuk mengambil inisiatif seperti dalam perilaku yang

eksploratif, kreatif, mampu menyatakan buah pikiran, mampu

mengekspresikan diri dan bertindak secara spontan.

Contoh : Menjawab pertanyaan yang diberikan guru, secara kritis dan

sesuai dengan pendapatnya secara langsung dan percaya

diri.

b. Berusaha mengatasi masalah yang dihadapi dalam lingkungan dengan

rasa percaya diri tanpa mengharapkan bantuan orang lain, serta bebas

dalam mengambil keputusan.

Contoh : Mengerjakan ulangan dengan rasa percaya diri tanpa

menyontek pekerjaan temannya.

36

c. Melakukan aktifitas tambahan sesuai dengan kehendak sendiri,

mengerjakan sesuatu tanpa memperdulikan apa yang dipikirkan orang.

Contoh : Belajar sendiri di rumah, mengerjakan soal latihan tanpa

diperintah oleh guru.

d. Puas terhadap hasil kerja yang telah dilakukan yaitu perilakunya

diarahkan kepada diri sendiri.

Contoh : menerapkan ilmu dan skill dalam kehidupan, misal:

mengajarkan ilmu yang dikuasai kepada orang lain, seperti

guru kepada siswa.

e. Mampu melakukan tugas rutin sendiri dalam semua aspek kehidupan.

Contoh : Berusaha mengerjakan tugas-tugas harian tanpa meminta

bantuan orang lain baik tugas sekolah maupun pekerjaan

rumah.

Tugas sekolah, contoh : PR, LKS, dan lain-lain.

Tugas rumah, contoh : membantu orang tua.

Komponen–komponen tersebut diatas mempunyai kedudukan

yang sama atau saling melengkapi dalam menimbulkan perilaku mandiri.

Menurut Fromm yang dikutip oleh T. Sumadijono (2003) menyebut

kepribadian yang sehat dengan orientasi produktif. Suatu konsep yang

menggambarkan penggunaan secara penuh potensi manusia. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa individu yang produktif dapat diartikan

sebagai individu yang menggunakan semua tenaga dan potensi yang

dimilikinya, dan selalu mengartikan kehidupannya untuk kepentingan

37

individu yang mandiri yang tidak menggantungkan diri pada orang lain

dan kreatif. Dengan kata lain pada individu yang produktif selalu muncul

kreativitas untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara

maksimal.

4. Ciri-ciri kemandirian

Dari uarai komponen-komponen kemandiri diatas dapat

disimpulkan bahwa perilaku mandiri memiliki beberapa ciri tertentu,

menurut T. Sumadijono (2003) yaitu adanya tanggung jawab, keputusan

yang diambil atas dorongan dari diri sendiri (inisiatif), kebebasan,

kreatifitas, integritas dan identitas yang jelas. Kesemuanya itu akan

menghasilkan ide–ide baru sehingga sangat bermanfaat bagi diri sendiri

atau orang lain.

Ciri–ciri kemandirian dalam belajar menurut Nurjanah (1995)

yaitu :

a) Tanggung jawab dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya rasa

percaya pada diri sendiri atas kemampuannya, tidak tergantung secara

terus–menerus pada orang lain dan menentukan sendiri arah

belajarnya.

Contoh : Mengerjakan soal ujian sendiri dan tidak menyontek teman,

mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sendiri, dan lai-lain.

b) Tegas dalam mengambil keputusan dalam hal ini terlihat adanya

kebebasan dan keberanian dalam mengambil keputusan, selalu

38

mengandalkan diri sendiri dan mampu mengatasi atau memecahkan

masalah.

Contoh : Tugas observasi yang diberikan guru untuk melakukan

obsevasi untuk kemudian menyimpulkan solusi dari

kendala yang dianggap bisa mengatasi masalah yang

dihadapi.

c) Memburu minat baru dalam hal ini bertindak kreatif, keberanian

mencoba hal baru dan mampu menyatakan buah pikiran.

Contoh : Membuat kreasi-kreasi baru yang bisa dimanfaatkan.

5. Keuntungan Belajar Mandiri

Dengan dilaksanakannya belajar mandiri akan memberikan

beberapa keuntungan diantaranya adalah siswa menjadi belajar lebih

keras, lebih banyak dan lebih mampu untuk mengingat hal-hal yang

dipelajarinya dibandingkan dengan yang tidak melakukan kegiatan belajar

mandiri.

Menurut Anung Haryono dalam buku Yusufhadi Miarso (1986)

menyebutkan bahwa keuntungan belajar mandiri adalah :

a) Belajar mandiri memberi kemungkinan bagi siswa untuk maju sesuai

dengan kemampuan masing-masing.

Contoh : Belajar membaca dan menghitung bagi siswa yang suka

membaca dan menghitung.

39

b) Memberikan kesempatan baik kepada siswa yang lamban ataupun

yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat

kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.

Contoh : Menerapkan program akselerasi dan home schooling.

c) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa

dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain,

tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi.

Contoh : Belajar mandiri bisa memupuk percaya diri seseorang bahwa

ia mampu memahami dan menerapkan pada dirinya.

d) Menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa

perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk

berlangsungnya interaksi antar siswa.

Contoh : Siswa yang tidak memahami materi pelajaran bisa langsung

bertanya kepada guru atau kepada temannya yang

memahami materi.

e) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar berubah karena waktu untuk

pengajaran menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak

untuk membantu siswa dalam pertemuan kelompok dan konsultasi

perorangan.

Contoh : Guru memberikan kebebasan untuk bertanya tentang

permasalahan yang dihadapi siswa di luar kelas, sedangkan

di kelas ia hanya memberikan tugas.

40

Menurut Jerrold E. Kemp (1994:156) mengatakan bahwa

keunggulan belajar mandiri adalah :

a) Menghasilkan peningkatan baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan.

b) Memberikan kesempatan baik kepada siswa yang lamban ataupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing–masing dalam kondisi belajar yang cocok.

c) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi.

d) Menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa.

e) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar berubah karena waktu untuk pengajaran menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk membantu siswa dalam pertemuan kelompok dan konsultasi perorangan.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam belajar siswa memerlukan sebuah proses, tidak bisa dilakukan

dalam satu waktu saja namun belajar harus rutin dilakukan perlahan-lahan

secara mandiri, sehingga rutinitas belajar mandiri tersebut akan menjadi suatu

kebiasaan yang harus dilakukan oleh siswa. Belajar memerlukan proses yang

berulang-ulang dan bertahap, sering kali dijumpai seorang siswa yang

mempunyai kemandirian belajar yang tinggi, prestasi belajarnya juga tinggi

dan juga lingkungan keluarga yang mendukung siswa dalam belajar,

kemungkinan prestasi belajarnya juga tinggi. Namun ada juga siswa yang

mempunyai kemandirian belajar, hasil belajarnya cukup rendah karena tidak

adanya dukungan dari lingkungan keluaraga. Oleh karena itu, siswa yang

41

mempunyai lingkungan belajar dalam keluarga yang kondusif akan dapat

meningkatkan prestasi belajarnya.

Dari pemikiran di atas untuk memperjelas pelaksanaan penelitian

sekaligus untuk mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan maka

perlu dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Paradigma penelitian

Keterangan :

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Yaitu variabel yang merupakan rangsangan untuk mempengaruhi variabel

yang lain. Yang menjadi variabel bebas adalah :

a. Lingkungan Keluarga (X1).

b. Kemandirian Belajar (X2).

2. Variabel dependen (variabel terikat)

Yaitu suatu jawaban atau hasil dari perilaku yang dirangsang. Dalam hal

ini yang menjadi variabel terikat adalah: Prestasi Belajar (Y).

Lingkungan Keluarga (X1)

Kemandirian Belajar (X2)

Prestasi Belajar (Y)

42

E. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2003:51) “Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan pada

perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar

akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

2. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar

akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

3. Lingkungan keluarga dan kemandirian belajar berpengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas X program

keahlian akuntansi SMK Tamansiswa tahun ajaran 2009/2010.

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Pengertian Metode Penelitian

Menurut Hadari Nawawi (2005:4) “Metode adalah cara utama

yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Nana

Syaodih Sukmadinata (2007:5) “Penelitian diartikan suatu proses

pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Sugiyono (2008:3), ”Metode

penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian adalah cara utama yang digunakan dalam proses pengumpulan

dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk

mendapatkan data yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,

dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode

serta alat-alat tertentu.

2. Jenis-jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pada dasarnya dapat digunakan salah satu dari

metode yang ada, macam-macam penelitian menurut Winarno (1994:31)

mengklasifikasikan metode penelitian menjadi tiga yaitu :

44

a. Penelitian DeskriptifPenelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah aktual.

b. Penelitian HistorikPenelitian historik adalah penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan yang alamiah dan perspektif historis suatu masalah. Penelitian ini merupakan sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan yang timbul untuk menciptakan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah.

c. Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen adalah penelitian dengan mengadakan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu yang akan menegaskan variabel yang akan diselidiki. Tujuan eksperimen bukanlah pada eksperimen data melainkan pada penemuan faktor-faktor akibat.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

karena penelitian ini berdasarkan pada data yang ada pada saat sekarang,

yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan, menyusun, dan

menaganalisis data yang terkumpul. Penelitian ini mengukur tentang

pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi

belajar akuntansi. Dalam pengumpulan datanya menggunakan angket,

hasil data tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk angka (kuantitatif).

Menurut Nazir (1999:73-74) dalam melaksanakan penelitian

deskriptif ada beberapa langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai

berikut:

a. Memilih dan merumuskan masalah.b. Menentukan tujuan dari penelitian.c. Memberi batasan atas sejauh mana penelitian tersebut akan

dilaksanakan.d. Merumuskan kerangka teori.e. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya

dengan masalah yang ingin dipecahkan.f. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang akan diuji.

45

g. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data.h. Membuat tabulasi serta analisis statistik yang dilakukan terhadap data

yang telah dikumpulkan.i. Memberikan interprestasi dari hasil dalam hubunganya dengan kondisi

sosial yang akan diselidiki.j. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesis-

hipotesis yang ingin diuji.k. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2003:72) “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

kemudian dicari kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo

yang berjumlah 134 siswa, terdiri dari kelas XA: 34 siswa, XB: 34 siswa,

XC: 32 siswa, dan kelas XD: 34 siswa.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108), “Sampel adalah sebagian

atau wakil dari populasi yang diteliti”. Suatu penelitian kadang

mempunyai objek penelitian atau populasi yang banyak sehingga tidak

memungkinkan untuk melakukan penelitian secara menyeluruh. Untuk itu

diperlukan sebagian dari populasi yang ada sehingga hasil penelitian dapat

mencerminkan kecenderungan dari populasi tersebut. Suharsimi Arikunto

(2002:112) mengemukakan bahwa:

46

Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-25% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari:a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan danab. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena

hal ini menyangkut banyak sedikitnya danac. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, tentu saja

jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik

Mengingat banyaknya populasi siswa yang akan diteliti maka

peneliti hanya akan mengambil sebagian dari populasi yang ada untuk

dijadikan sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel

sebanyak 30% dari jumlah populasi sebanyak 134 siswa kelas X program

keahlian akuntansi tahun ajaran 2009/2010 yaitu sejumlah 40 subjek yang

menjadi anggota populasi. Jumlah tersebut dipandang representatif, karena

sudah melampaui jumlah batas minimal sampel yaitu 25% dari populasi

dengan jumlah sampel minimal sebanyak 33 subjek.

3. Sampling

Untuk mempermudah peneliti dalam mengambil sampel penelitian,

maka digunakan sampling. Menurut Sugiyono (2006:56) “Teknik

sampling adalah teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel

yang digunakan”. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengambilan

sampel, yaitu :

a. Random Sampling

Adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu

dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Cara

pengambilan sampel dengan random ada 3 cara :

47

1) Cara undian adalah pengambilan sampel dengan cara memberikan

kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi anggota sampel.

2) Cara ordinal adalah cara pengambilan sampel dengan cara

kelipatan dari sampel sebelumnya, misalkan kelipatan dua,

kelipatan tiga, dan seterusnya.

3) Cara randomisasi adalah pengambilan sampling melalui tabel

bilangan random.

b. Non Random Sampel

Adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota

sampel diberi kesempatan untuk dipilih sebagai anggota sampel. Cara

pengambilan sampel dengan non random sampel ada tujuh cara yaitu:

1) Proporsional sampling adalah pengambilan sampel yang

memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam

populasi penelitian.

2) Statisfied sampling adalah cara pengambilan sampel dari populasi

yang terdiri dari strata yang mempunyai susunan bertingkat.

3) Proporsive sampling adalah cara pengambilan sampel dengan

menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan.

4) Quota sampling adalah ruang dan tempat belajar baik yang

tersedeia dirumah maupun dikampus.

5) Double sampling atau sampling kembar sering digunakan dalam

research dan penelitian yang menggunakan angket lewat usaha

menampung mereka dan mengembalikan dalam angket.

48

6) Area probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang

menunjukkan cara tertentu atau bagian sampel yang memiliki ciri-

ciri populasi.

7) Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel yang

berdasarkan pada cluster-cluster tertentu.

8) Combinet adalah gabungan antara beberapa sampling dalam teknik

random sampling dan teknik non random sanpling di atas sehingga

menyaipkan tampilan komunikasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik proporsional random sampling dengan cara undian. Teknik

proporsional random sampling adalah salah satu teknik di mana sampel

diambil secara acak menurut proporsi tiap sub populasi yang ada sehingga

setiap individu mempunyai hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel

dan dari masing-masing sub populasi yang diambil 10 siswa. Alasan

digunakannya teknik ini adalah agar peneliti dapat terlepas dari perasaan

ingin mengistimewakan salah satu atau beberapa individu untuk dijadikan

sampel karena setiap individu mempunyai hak yang sama dan tiap sub

populasi mempunyai proporsi yang sama.

Adapun prosedur dalam pengambilan sampel adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan jumlah sampel pada tiap sub populasi

49

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Populasi Jumlah

Kelas X.A = 34 orang 10.14 dibulatkan 10

Kelas X.B = 34 orang 10.14 dibulatkan 10

Kelas X.C = 32 orang 9.55 dibulatkan 10

Kelas X.D = 34 orang 10.14 dibulatkan 10

Jumlah 40

Rumus: x jumlah sampel

Keterangan :

n = jumlah siswa tiap kelas

k = jumlah seluruh siswa (populasi).

b. Menulis pada kertas-kertas kecil nomor identitas sub populasi dari

nomor absen pertama sampai terakhir kemudian menggulung dan

meletakkannya dalam wadah .

c. Mengocok dan menjatuhkan satu per satu gulungan kertas tersebut dari

sub populasi masing-masing sub diambil 10 siswa sehingga dari empat

kelas diperoleh 40 siswa sebagai sampel.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli yang dikumpulkan secara khusus untuk keperluan

penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini data primernya adalah

lingkungan keluarga dan kemandirina belajar yang diperoleh dari

50

hasil angket yang diberikan langsung kepada siswa kelas X program

keahlian akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran

2009/2010.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari membaca buku-

buku literature yang digunakan sebagai dasar untuk membuat landasan

teori. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah prestasi belajar

akuntansi siswa yang diperoleh dari dokumen sekolah (rapor siswa).

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:3) “Variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tetentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi :

1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah (X1)

Lingkungan keluarga dan (X2) Kemandirian belajar.

2. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel dependen adalah (Y) Prestasi belajar akuntansi

siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

51

1. Angket

Menurut Sugiyono (2005:135) ”Kuisoner (angket) merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya”. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128-129) angket dapat

dibagi atas beberapa jenis, tergantung pada beberapa sudut pandang.

a. Dipandang dari cara jawaban yang diberikan:

1) Angket langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

2) Angket tidak langsung, yaitu responden menjawab tentang orang

lain.

b. Dipandang dari cara menjawab :

1) Angket terbuka, yang memberikan kesempatan kepada

responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.

2) Angket tertutup, yang sudah disediakan jawaban sehingga

responden tinggal memilih.

c. Dipandang dari bentuknya:

1) Angket pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan angket

tertutup.

2) Angket isian, yang dimaksud adalah angket terbuka.

3) Check list, adalah sebuah daftar dimana responden tinggal

membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.

52

4) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang

diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan

misalnya mulai dari sangat setuju sampai tidak setuju.

Dalam penelitian ini, jenis angket yang digunakan adalah angket

langsung yang tertutup dengan bentuk pilihan ganda yang akan disediakan

lima alternatif jawaban pertanyaan sehingga responden tinggal

memberikan tanda pada salah satu jawaban yang tersedia yang

menurutnya benar. Sebelum angket digunakan terlebih dahulu diuji

cobakan, perlakuan ini untuk mengetahui tingkat kevaliditasan dan

kereabilitasan angket.

Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengali data

tentang lingkungan keluarga dan kemandirian belajar yang diberikan

langsung kepada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Bentuk angket yang

digunakan adalah sistem chek list (√). Alasan peneliti mengunakan angket

adalah :

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, oleh karena itu

individu yang diselidiki adalah benar-benar dapat dipercaya karena

dari sumber-sumber yang berkepentingan.

b. Data akan diperoleh dalam waktu bersamaan.

c. Angket memberikan kemudahan dalam proses penggolongan data

karena adanya keseragaman dalam memberikan pertanyaan dan

jawaban yang telah dibuat peneliti.

53

d. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya karena dapat dilaksanakan secara

serempak.

Menurut Sanafiah Faizal (1999:30), langkah-langkah dalam

menyusun angket yaitu:

a. Melakukan penjabaran variabel ke dalam indikator-indikator yang

hendak diukur. Adapun variabel lingkungan keluarga yang demokratis

dapat dijabarkan dalam indikator-indikator sebagai berikut:

1) Memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan bakat

dan potensi yang dimiliki.

2) Peraturan yang dibuat orang tua untuk kebaikan anak.

3) Memberikan kebebasan kepada anak untuk bergaul dalam batas

norma-norma dan kesopanan yang ada.

4) Orang tua dan anak saling menghargai dan menghormati hak dan

kewajiban masing-masing.

Adapun variabel kemandirian belajar dapat dijabarkan dalam

indikator-indikator sebagai berikut:

1) Tanggung jawab dan percaya diri.

2) Tegas dalam mengambil keputusan.

3) Memburu minat baru (inovatif).

b. Menyusun kisi-kisi angket dan kisi-kisi tes. Adapun kisi-kisi angket

untuk lingkungan keluarga dan kemandirian belajar selengkapnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

54

Tabel 3.2 Kisi- kisi angket

No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

Soal

1. Lingkungan keluarga

Kebebasan mengembangkan bakat dan potensi

1, 2, 3 dan 4

15

Peraturan yang dibuat orang tua untuk kebaikan anak

5, 6, 7 dan 8

Kebebasan kepada anak untuk bergaul

Orang tua dan anak saling menghargai

9, 10, 11, dan 12

13, 14 dan 15

2. Kemandirian belajar

Tanggung jawab dan percaya diri

1, 2, 3 dan 4

15

Tegas dalam mengambil keputusan

5, 6, 7, 8 dan 9

Memburu minat baru (Inovatif)

10, 11, 12, 13, 14 dan 15

c. Merumuskan Item Pertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya menggunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh responden. Dalam

penelitian ini menggunakan pertanyaan positif semua, hal ini

dimaksudkan agar tidak menimbulkan arti ganda responden.

d. Menentukan alternatif jawaban dan sistem penilaian

Dalam angket yang disajikan untuk setiap pertanyaan diberikan

alternatif jawaban yang berjenjang. Dalam penelitian ini alternatif

55

jawaban yang disediakan untuk angket lingkungan keluarga dan

kemandirian belajar menggunakan 5 alternatif jawaban, yaitu :

1) Selalu (SL) : Bila frekuensi kejadiannya 75 % -100%.

2) Sering (SR) : Bila frekuensi kejadiannya 50 % - < 75%.

3) Kadang-kadang (K) : Bila frekuesi kejadiannya 25% - < 50%.

4) Jarang (JR) : Bila frekuensi kejadiannya 10% - < 25%.

5) Tidak pernah (TP) : Bila frekuensi kejadianya < 10%.

Penilaian angket lingkungan keluarga dan kemandirian belajar

menggunakan skala Likert dengan penilaian sebagai berikut:

1) Jawaban Selalu (SL) diberi nilai 5

2) Jawaban Sering (SR) diberi nilai 4

3) Jawaban Kadang-kadang (K) diberi nilai 3

4) Jawaban Jarang (JR) diberi nilai 2

5) Jawaban Tidak pernah (TP) diberi nilai 1

e. Membuat surat pengantar angket

Surat pengantar ini berisi tentang tujuan yang diinginkan dalam

pengisian angket tersebut.

f. Mengadakan Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Angket

Sebelum angket disebarkan kepada responden dalam hal ini

anggota sampel, terlebih dahulu harus diuji cobakan pada individu di

luar sampel tetapi masih dalam anggota populasi. Hal ini untuk

menghindari pertanyaan yang kurang jelas sehingga menimbulkan

penafsiran yang salah/pertanyaan yang tidak relevan dengan

56

permasalahan yang diteliti, selain itu tujuan diuji coba untuk

mengetahui apakah alat ukur yang dibuat telah memenuhi validitas dan

reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:183), ada beberapa hal

yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan banyaknya subjek

dalam uji coba angket antara lain:

1) Tersedianya subjek yang akan dijadikan sasaran

2) Unit analisis yang diambil.

3) Kemampuan peneliti dalam hal waktu dan dana

4) Tingkat kesulitan dalam pelaksanaan

Dalam penelitian ini uji coba angket diberikan kepada 20 orang

siswa di luar anggota sampel penelitian. Prosedur pelaksanaan uji coba

dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) Menentukan subjek yaitu sejumlah 20 orang diluar anggota

sampel, tetapi masih dalam anggota populasi.

2) Memberikan lembar angket untuk dijawab

3) Mengumpulkan hasil uji coba angket

4) Melakukan tabulasi data yang terkumpul.

5) Menganalisis data untuk mengetahui valid dan reliabel.

2. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:158) Dokumentasi adalah

mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya. Metode

dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan sumber

57

data yang ada di sekolah. Dalam penelitian ini metode dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar akuntansi siswa

yang meliputi nama siswa, no induk, dan nilai akhir siswa kelas X

program keahlian akuntansi semester genap SMK Tamansiswa Sukoharjo

tahun ajaran 2009/2010 yang diambil dari nilai rapor yang diperoleh dari

dokumen sekolah.

E. UJI INSTRUMEN

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:126) “Variasi jenis

instrument penelitian adalah angket, cek lis (check list), daftar tentang

pedoman wawancara dan pedoman pengamatan”.

Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting yaitu valid

dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan

instrumen dalam mengumpulkan data. Uji validitas dilaksanakan dengan

rumus korelasi product moment. Item angket dinyatakan valid jika harga

rhitung > rtabel pada taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar 0,444. Pengujian

validitas butir soal menggunakan bantuan program SPSS for Windows

58

15.0. Hasil perhitungan uji validitas terhadap angket menunjukkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 3.3

Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Lingkungan keluarga

No. item rxy rtabel 5% (N=20) Keterangan

1 0,705 0,444 Valid

2 0,544 0,444 Valid

3 0,562 0,444 Valid

4 0,832 0,444 Valid

5 0,634 0,444 Valid

6 0,741 0,444 Valid

7 0,720 0,444 Valid

8 0,678 0,444 Valid

9 0,644 0,444 Valid

10 0,791 0,444 Valid

11 0,631 0,444 Valid

12 0,586 0,444 Valid

13 0,782 0,444 Valid

14 0,647 0,444 Valid

15 0,605 0,444 Valid

Hasil perhitungan uji validitas terhadap angket lingkungan

keluarga menunjukkan bahwa dari 15 butir angket semuanya valid karena

nilai rxy untuk semua item angket lebih besar dari rtabel pada taraf

59

signifikansi () = 5% yaitu sebesar 0,444, sehingga angket ini sahih dan

dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian.

Tabel 3.4

Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Kemandirian belajar

No. item rxy rtabel 5% (N=20) Keterangan

1 0,648 0,444 Valid

2 0,602 0,444 Valid

3 0,689 0,444 Valid

4 0,741 0,444 Valid

5 0,664 0,444 Valid

6 0,585 0,444 Valid

7 0,680 0,444 Valid

8 0,650 0,444 Valid

9 0,748 0,444 Valid

10 0,722 0,444 Valid

11 0,539 0,444 Valid

12 0,563 0,444 Valid

13 0,636 0,444 Valid

14 0,636 0,444 Valid

15 0,594 0,444 Valid

Hasil perhitungan uji validitas terhadap angket kemandirian belajar

menunjukkan bahwa dari 15 butir angket semuanya valid karena nilai rxy

untuk semua item angket lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () =

60

5% yaitu sebesar 0,444, sehingga angket ini sahih dan dapat dipercaya

untuk mengambil data penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Umar (2003:86), “Reliabilitas adalah suatu nilai yang

menunjukkan kosistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala

yang sama”. Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui keajegan

instrument atau data yang diteliti.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana angket

dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten jika dilakukan

dua kali pengukuran atau lebih pada kelompok yang sama dengan alat

ukur yang sama. Pengujian Cronbach Alpha digunakan untuk menguji

tingkat keandalan (reliability) dari masing-masing angket variabel.

Adapun secara ringkas hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam tabel 3.5

berikut ini :

Tabel 3.5

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Angket

Variabel rxyrtabel 5% (N=20) Keterangan

Lingkungan keluarga 0,9113 0,444 Reliabel

Kemandirian belajar 0,8986 0,444 Reliabel

Dari hasil uji reliabilitas terhadap angket lingkungan keluarga

memperoleh koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,9113, dimana nilai

61

tersebut lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar

0,444, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket ini reliabel atau dapat

dipercaya dan mampu untuk menjadi alat pengumpul data.

Selanjutnya dari hasil uji reliabilitas terhadap angket kemandirian

belajar memperoleh koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,8986, dimana nilai

tersebut lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar

0,444, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket ini reliabel atau dapat

dipercaya dan mampu untuk menjadi alat pengumpul data.

Selain itu, hasil uji reliabilitas dikonsultasikan dengan ketetapan

reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002:117) sebagai berikut :

Antara 0,800 – 1, 000 = sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,800 = tinggi

Antara 0,400 – 0,600 = cukup

Antara 0,200 – 0,400 = rendah

Antara 0,001 – 0,200 = sangat rendah

Hasil uji reliabilitas terhadap angket lingkungan keluarga dan

kemandirian belajar memperoleh koefisien reliabilitas (r11) masing-masing

sebesar 0,9113 dan 0,8986, dimana nilai tersebut berada pada ketetapan

reliabilitas sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket atau

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan dapat

dipercaya.

3. Uji Prasarat Analisis

62

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan dalam

regresi ini untuk memperoleh data yang valid dan reliabel maka perlu

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan statistik yang antara lain uji

normalitas dan uji linieritas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah

regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk

menggunakan uji normalitas sebagai berikut: (Sudjana, 1996:466-469).

Nilai terbesar selisih F (Z1)-S-(Z1) dan dijadikan L hitung.

Kesimpulan:

1) Jika Lhitung > Ltabel maka Ho diterima berarti distribusi sebenarnya

normal.

2) Jika Lhitung < Ltabel maka Ho ditolak berarti distribusi sebenarnya

tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji Linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model

persamaan yang kita peroleh cocok atau tidak. Adapun menurut

Sudjana (1996:330-337) adalah sebagai berikut:

1)

2) Ftabel = (1- ) (k-2;N,k)s

63

3) Menghitung:

a) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaanya tidak

linier.

b) Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima berarti persamaannya

linier.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Analisis Regresi Linier Ganda

Menurut Subagyo (1997:315), regresi linier adalah status teknik

statistik untuk mengetahui besar hubungan antara variabel X1, X2 terhadap

variabel Y, adapun rumus regresi linier yang akan digunakan dalam

penelitian adalah:

Y = a + b1X1 + b2 X2 + e

Keterangan:

Y : Prestasi belajar Akuntansi

X1 : Lingkungan keluarga

X2 : Kemandirian belajar

a : Bilangan konstanta

b : Koefisien regresi linier tiap variabel

e : Error

2. Uji t

64

Yaitu digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-

langkah pengujian secara umum:

a. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternatif

Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ho : β ≠ 0,berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

b. Menentukan level of significance α = 0.05

Dengan derajat kebebasan n – 1 – k

ttabel = t ( ;n – 1 – k)

c. Kriteria Pengujian

Ho diterima apabila –ttabel thitung ttabel

Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau – thitung < –ttabel

d. Nilai thitung

t =

Keterangan:

b = koefisien regresi

Sb = Standar error of regression coeffisien

65

= nilai beta

e. Kesimpulan

Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabe1 maka dapat diambil

kesimpulan Ho diterima atau Ho ditolak.

3. Uji F

Uji F digunkan untuk mengetahui significance pengaruh variabel

Lingkungan keluarga (X1), Kemandirian belajar (X2), secara bersama-sama

terhadap variabel prestasi belajar Akuntansi (Y). Langkah-langkah

pengujian secara umum:

a. Perumusan Hipotesis

H0 : l = 2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen.

H1 : l 2 0, artinya ada pengaruh yang signifikan variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen

b. Level of significance (α = 5%)

Dengan derajat kebebasan (dk); k, (n–1–k)

Ftabel = ; k; (n–1–k) atau 0,05; k; (n–1–k)

c. Kriteria pengujian

Daerah diterimaDaerah ditolak

F0,05,k,n-k-1

66

Ho diterima apabila Fhitung Ftabel

Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel

d. Perhitungan nilai Fhitung :

F =

Keterangan:

SSR = Sum of square-res for the requestion

SSRes = Sum squares for the residual

e. Kesimpulan

Dengan membandingkan antara Fhitung dan Ftabel maka akan dapat

diambil kesimpulan apakah Ho diterima ataukah Ho ditolak.

4. Analisi Koefisien Determinasi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen yang

ditunjukkan dalam persentase. Menurut Subagyo (1997:350), adapun

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

R2 =

Keterangan:

R2 = Koefisien Determinasi

b1, b2 = Koefisien regresi

67

X = Variabel independen

Y = Variabel dependen

5. Sumbangan

Sumbangan Relatif maupun efektif digunakan untuk mengetahui

kontribusi masing-masing independen (X1, X2) terhadap perubahan

variabel dependen (Y). Menurut Hadi (2004:41), “Penelitian yang juga

dapat menghitung besar sumbangan relatif masing-masing kreditor

terhadap prediksi”.

Untuk melihat signifikansi suatu garis regresi antara kriterium

dengan prediktornya yang ditunjuk dari korelasi tiap variabel yang diteliti.

Dengan rumus Sumbangan Relatif sebagai berikut:

a. Sumbangan Relatif (SR%)

b. Sumbangan Efektif (SE%)

SE % X1 = SR % X1 . R2

SE % X1 = SR % X1 . R2

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

68

A. Gambaran Umum SMK Tamansiswa Sukoharjo

1. Berdirinya dan Keadaan Sekolah

Sebagai realisasi dari tugas menyelenggarakan pendidikan untuk

anak-anak, Suwardi Suryaningrat barsama teman-temannya mendirikan

Perguruan Nasional Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1922 (saat itu

bersamaan dengan hari Senin Kliwon tanggal 8 Zulka’idah tahun Hijrah

1340). Perguruan Nasioanal Tamansiswa yang pertama kali berdiri disebut

dalam bahasa Belanda “National Onderwijs Instituut Taman Siswo”.

Bagian perguruan yang mula-mula didirikan ialah Taman Anak (Taman

Lare, Kindertuin, Kindergarten) yang sekarang disebut Taman Indria

(Taman Kanak-kanak) dan Kursus Guru, gedung pertemuan terletak di

Jalan Tanjung, sekarang Jalan Gajah Mada di Yogyakarta. Sebagai modal

membuka Taman Indria itu terdapat satu kelas siswa dan bangku sekolah

pemberian dari Sekolah Adidarmo pimpinan Suryopranoto (kakak

Suwardi Suryaningrat). Menurut pesan Suryopranoto agar Suwardi

membuka Taman Anak dan Kursus Guru. Sebelumnya Suwardi pernah

menjadi guru di sekolah Adidarmo tersebut.

Maksud dan tujuan mendirikan Tamansiswa itu tercantum dalam

pokok pikiran Suwardi yang disampaikan melalui pidato pembukaan

Perguruan Nasional Tamansiswa yang intinya sebagai berikut :

69

a. Pendidikan dan pengajaran bagi bangsa sebagai perwujudan

pemeliharaan dan pengembangan turunan bangsa itu agar bertumbuh

dengan sehat lahir-batinnya untuk mencapai masayarakat yang

berkebudayaan.

b. Pendidikan dan pengajaran bagi tiap pribadi (individu) harus

mengembangkan jiwa dan raganya. Segala peralatan yang digunakan

hendaklah berdasarkan adat istiadat rakyat, agar dapat bertumbuh

cepat menurut kodratnya sesuai dengan kemajuan bangsanya.

c. Pengajaran barat tidak luput dari pengaruh kolonial, ialah seseorang

dididik untuk keperluan yang mendidiknya.

d. Pendidikan barat dilaksanakan semata-mata untuk mendapatkan

“diploma” (ijazah) buat menjadi “buruh” (pegawai), tidak untuk isi

pendidikan yang mendapatkan pengetahuan bagi kemajuan jiwa

raganya.

Akibat dari pendidikan yang berjiwa kolonial, bangsa Indonesia tidak

dapat membangun masyarakat sendiri, selalu bergantung pada bangsa

barat (berkebudayaan barat). Untuk melenyapkan pengaruh pendidikan

kolonial itu tidak cukup dilawan dengan gerakan polotik saja, tetapi harus

dengan gerakan pendidikan yang menyebar benih hidup merdeka. Cara

pendidikan dan pengajaran kolonial untuk kepentingan kaum kolonial

harus kita tentang dengan pendidikan yang berdasarkan kultur kita sendiri

dan mengutamakan kepentingan rakyat.

2. Visi dan Misi SMK Tamansiswa Sukoharjo

70

a. Visi SMK Tamansiswa Sukoharjo

Pendidikan dan latihan kejurusan serta pengembangan

akuntansi dan sekretaris yang diterima dunia usaha dan industri pada

tahun 2010. Gambaran kondisinya adalah:

1) Seluruh guru, karyawan, siswa memiliki rasa bangga, hormat dan

percaya pada sekolahnya.

2) Masyarakat umum dan dunia usaha/industri mengetahui

keberadaan dan prestasi SMK Tamansiswa Sukoharjo.

b. Misi SMK Tamansiswa Sukoharjo

SMK yang mandiri dan dikelola secara profesional untuk

mencetak tamatan yang siap kerja di bidang akuntansi dan sekretaris.

Untuk menyongsong era globalisasi dan informasi melalui pelaksanaan

diklat dengan sistem ganda yang mengacu pada sistem pendidikan

nasional. Untuk mencapai misi tersebut diperlukan langkah-langkah:

1) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan sistem ganda yang

seimbang dan berkualitas

2) Menyelenggarakan diklat oleh guru profesional dan dengan mutu

yang mantap

3) Bekerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya

4) Menyelenggarakan kegiatan bersama pihak lain yang terkait untuk

peningkatan kualitas pendidikan.

c. Tujuan SMK Tamansiswa Sukoharjo

71

1) Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta

mengembangkan sikap professional.

2) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu

berkompetisi, dan mengembangkan diri.

3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi

kebutuhan dunia usaha/industri saat ini dan masa mendatang.

4) Meningkatkan tamatan sekolah menjadi warga negara normatif,

adaptif, kreatif dan inovatif.

3. Struktur Organisasi SMK Tamansiswa Sukoharjo

SMK Tamansiswa Sukoharjo sebagai salah satu bentuk organisasi

memiliki struktur organisasi sebagaimana lembaga-lembaga lain. Struktur

organisasi tersebut dibuat untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil

yang mengelola lembaga tersebut. Melalui struktur organisasi tersebut

dapat terlihat adanya garis yang berhubungan langsung dari pimpinan

dalam hal ini adalah kepala sekolah.

Adapun struktur organisasi SMK Tamansiswa Sukoharjo adalah

sebagai berikut :WAKASEK

UR. SARANA/PRASARANA

BP3/POMG

TATA USAHA

WAKASEKUR. KESISWAAN

WAKASEKKURIKULUM

WAKASEKUR. HUMAS

BIMBINGANPENYULUHANWALI

KELAS

KETUA JURUSAN

GURU

SISWA

KEPALA SEKOLAH

72

Gambar 4.1

Struktur Organisasi SMK Tamansiswa Sukoharjo

Sumber: Arsip SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun 2009/2010.

Dalam suatu sekolah, pihak yang berwenang penuh sebagai pengemudi

yang akan mengarahkan sekolah tersebut adalah Kepala Sekolah.

Meskipun keseluruhannya itu tidak dilaksanakan dan tidak tergantung

kepada Kepala Sekolah secara individual, tetapi Kepala Sekolah sebagai

penanggung jawab serta pengkoordinir seluruh aparat sekolah yang ada di

bawahnya, dalam usaha memajukan sekolah serta mempertahankan mutu

out put atau keluaran dari sekolah tersebut.

a. Tugas Kepala Sekolah

1) Memimpin semua bidang-bidang yang ada di bawahnya.

73

2) Bertanggung jawab atas baik buruknya sekolah, baik yang sifatnya

kedalam maupun keluar untuk memperhatikan mutu pendidikan

yang dicapai siswa di mata masyarakat.

3) Mengawasi ketertiban guru dan karyawan dalam melaksanakan

tugasnya serta mengawasi keteriban kelas.

Selain tugas-tugas yang harus dilaksanakan, seorang Kepala

Sekolah juga mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab kepada atasan.

2) Melaksanakan tata tertib dari Kanwil.

3) Memberi laporan-laporan ke atas mengenai keadaan di sekolahnya,

misalnya:

a) Kekurangan-kekurangan sekolah.

b) Prestasi belajar tiap semester.

c) Jumlah keseluruhan siswa.

d) Bertanggung jawab atas semua peralatan sekolah dengan

pengolahan sekolah.

Dalam malaksanakan tugas-tugas dan kewajiban Kepala

Sekolah dibantu oleh pembantu-pembantu dan guru-guru yang lain.

Adapun pembantu bidang terdiri dari:

1) Wakil kepala bidang kurikulum

2) Wakil kepala bidang sarana dan prasarana

3) Wakil kepala bidang kesiswaan

4) Kepala perpustakaan

74

5) Koordinator BP

Wakil kepala sarana dan prasarana mempunyai tugas

melaksanakan urusan ketata usahaan sekolah yang meliputi:

1) Penyusunan program tata usaha sekolah.

2) Penyusunan keuangan sekolah.

3) Pengurusan kepegawaian.

4) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah.

5) Penyusunan perlengkapan sekolah.

6) Penyusunan dan penyajian statistik sekolah.

7) Penyusunan laporan kegiatan pengurusan tata usaha sekolah.

8) Bertanggung jawab urusan kesiswaan.

9) Bertanggung jawab bidang tata laksana kantor.

Bidang tata usaha bertugas untuk:

Mengurus dan mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan

peraturan yang berlaku dengan menyelenggarakan administrasi keuangan

antara lain:

1) Menyiapkan rencana keuangan sekolah.

2) Mengelola penggunaan keuangan sekolah.

3) Mempertanggungjawabkan keuangan sekolah.

Wakil kepala bidang sarana dan prasarana bertugas untuk :

1) Menyusun rencana pembiayaan anggaran untuk keperluan

laboratorium.

75

2) Mengatur penggunaan laboratorium bersama guru bidang studi

mengatur tata ruang laboratorium.

3) Melakukan penyusunan terhadap benda/alat laboratorium.

4) Mengatur penyimpanan benda/alat laboratorium.

5) Melakukan perawatan/ pemeliharaan benda/alat laboratorium.

6) Mengusahakan pengembangan laboratorium.

7) Melakukan tugas lain dari Kepala Sekolah.

8) Menyusun laporan kegiatan di laboratorium.

Wakil kepala bidang kurikulum bertugas untuk :

1) Mempersiapkan buku induk dan mengisi data siswa.

2) Menyiapkan absensi murid.

3) Membuat statistik kegiatan sekolah.

Bidang perpustakaan bertugas untuk:

1) Bersama Kepala Urusan Tata Usaha menyusun untuk pengelolaan

perpustakaan.

2) Bersama Urusan tata tertib dan guru menyusun rencana pengadaan

buku perpustakaan.

3) Menerima dan memeriksa buku untuk perpustakaan.

4) Menyelesaikan mengklasifikasikan dan membubuhkan cap buku dan

mencatat buku induk.

5) Membuat kantong buku dan sampul buku.

6) Menyusun daftar katalog buku perpustakaan.

76

7) Mengatur penggunaan/pemakaian buku perpustakaan, baik untuk

dipergunakan siswa maupun guru sesuai dengan pedoman pelaksanaan

pengelolaan perpustakaan.

Urusan bimbingan dan penyuluhan selaku pembantu kepala sekolah

bertanggung jawab kepada Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan

dalam rangka membantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan

kesejahteraan sekolah:

1) Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan

yang meliputi waktu kegiatan, metode bimbingan dan penyuluhan,

peralatan dan biaya teknik pengolahan data hasil bimbingan dan

penyuluhan serta petugas BP.

2) Mengadakan koordinasi dengan wali kelas, guru bidang studi dan

ketua jurusan serta urusan kesiswaan dalam rangka pembinaan

kesiswaan dan orang tua/wali siswa.

3) Menyusun dan melaksanakan program kerjasama dengan instansi lain

yang relevan serta urusan baik pemerintah maupun swasta dengan

memelihara dan mengembangkan hubungan baik dengan sekolah

dengan orang tua dan sekolah dengan lembaga pemerintahan maupun

swasta masyarakat.

4) Mengevaluasi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

5) Menyusun statistik hasil evaluasi bimbingan dan penyuluhan.

6) Menyusun dan memberikan saran dan pertimbangan pemilihan

jurusan bagi siswa.

77

B. Penyajian Data

1. Data Hasil Angket Lingkungan keluarga (X1)

Data lingkungan keluarga diperoleh melalui angket yang terdiri

dari 15 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SL, SR, K, JR, dan

TP dengan skor jawaban 5, 4, 3, 2, dan 1, sehingga jumlah skor maksimal

jika responden memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah

75 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 15.

Dari hasil skoring jawaban angket lingkungan keluarga kelas X

SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 diperoleh skor

tertinggi 63 dan skor terendah 47 dengan skor rata-rata sebesar 54,65,

median sebesar 54 serta standar deviasi (SD) = 3,900 (Lampiran 14). Nilai

rata-rata sebesar 54,65 menunjukkan bahwa mayoritas responden

memberikan jawaban option 4 yaitu setuju (54,65/15 = 3,6 atau option 4).

Dari deskripsi di atas diperoleh skor angket lingkungan keluarga sebagai

berikut:

a. Skor baik = X ≥ 58,55 (54,65 + 3,9)

b. Skor cukup = 50,75 < X > 58,55

c. Skor tidak baik = X ≤ 50,75 (54,65 – 3,9)

Nilai Skor Lingkungan keluarga Banyaknya siswaBaik (Mendukung) 6Cukup (Cukup mendukung) 29Tidak baik (Tidak mendukung) 5

Total 40

78

Berdasarkan skor angket lingkungan keluarga siswa kelas X SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan

kecenderungan tergolong cukup mendukung usaha belajar siswa.

Untuk mempermudah memahami data lingkungan keluarga, maka

data lingkungan keluarga siswa dapat ditransformasikan dalam tabel dan

grafik histogram sebagai berikut :

Tabel 4.1

Data Lingkungan Keluarga

Interval fi Xi Xi2 fiXi fiXi

2 Frekuensi relative

47 – 50 5 48,5 2352,25 242,5 11761,25 12,5% 51 – 53 11 52 2704 572 29744 27,5%54 – 56 13 55 3025 715 39325 32,5%57 – 58 4 57,5 3306,25 230 13225 10%59 – 60 3 59,5 3540,25 178,5 10620,75 7,5%61 – 63 4 62 3844 248 15376 10%Jumlah 40 334,5 18771,75 2186 120052 100%

Rata-Rata 54,65SD 3,87Sumber: ringkasan dari Lampiran 16.1

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa frekuensi terbanyak dari

data lingkungan keluarga adalah skor antara 54 – 56 yaitu sebanyak 13

siswa atau 32,5%. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada skor antara

59 - 60 yaitu sebanyak 3 siswa atau 7,5%.

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Frekuensi Data Lingkungan Keluarga

79

Lingkungan Keluarga

64,062,060,058,056,054,052,050,048,0

Lingkungan Keluarga

Freq

uenc

y

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = 3,90

Mean = 54,7

N = 40,00

2. Data Hasil Angket Kemandirian belajar (X2)

Data kemandirian belajar diperoleh melalui angket yang terdiri dari

15 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SL, SR, K, JR, dan TP

dengan skor jawaban 5, 4, 3, 2, dan 1, sehingga jumlah skor maksimal

jika responden memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah

75 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 15.

Dari hasil skoring jawaban angket kemandirian belajar kelas X

SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh skor

tertinggi 60 dan skor terendah 48 dengan skor rata-rata sebesar 55,075,

median sebesar 55,5 serta standar deviasi (SD) = 3,157 (Lampiran 14).

Nilai rata-rata sebesar 55,075 menunjukkan bahwa mayoritas responden

memberikan jawaban option 4 yaitu setuju (55,075/15 = 3,7 atau option 4).

Dari deskripsi di atas diperoleh skor angket kemandirian belajar sebagai

berikut:

80

a. Skor tinggi = X ≥ 58,232 (55,075 + 3,157)

b. Skor sedang = 51,918 < X > 58,232

c. Skor rendah = X ≤ 51,918 (55, 075 – 3,157)

Nilai Skor Kemandirian Belajar Banyaknya siswaTinggi 7Sedang 26Rendah 7

Total 40

Berdasarkan skor angket kemandirian belajar siswa kelas X SMK

Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan

kecenderungan tergolong cukup tinggi.

Untuk mempermudah memahami data kemandirian belajar, maka

data kemandirian belajar siswa dapat ditransformasikan dalam tabel dan

grafik histogram sebagai berikut :

Tabel 4.2Data Kemandirian Belajar

Interval fi Xi Xi2 fiXi fiXi

2 Frekuensi relative

38-50 3 49 2401 147 7203 7,5%51-52 4 51,5 2652,25 206 10609 10%53-54 8 53,5 2862,25 428 22898 20%55-56 13 55,5 3080,25 721,5 40043,25 32,5%57-58 5 57,5 3306,25 287,5 16531,25 12,5%59-60 7 59,5 3540,25 416,5 24781,75 17,5%

Jumlah 40 231,5 17840,25 2206,5 122066,25 100%Rata-Rata 55,16

SD 2,99Sumber: ringkasan dari Lampiran 16.2

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa frekuensi terbanyak dari

data kemandirian belajar terdapat pada skor antara 55-56 yaitu sebanyak

81

13 siswa atau 32,5% . Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada skor

antara 38-50 yaitu sebanyak 3 siswa atau 7,5%.

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar

Kemandirian Belajar

60,058,056,054,052,050,048,0

Kemandirian Belajar

Freq

uenc

y

14

12

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = 3,16

Mean = 55,1

N = 40,00

3. Data Prestasi Belajar Akuntansi Siswa (Y)

Data prestasi belajar akuntansi siswa diperoleh melalui teknik

dokumentasi pada nilai rapor siswa. Dari hasil dokumentasi prestasi

belajar pada siswa kelas X SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran

2009/2010 diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60 dengan nilai

rata-rata sebesar 73,7, median sebesar 74 serta standar deviasi (SD) =

6,738 (Lampiran 14). Nilai rata-rata lebih rendah dari median, artinya

sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dari rata-

rata kelas. Nilai rata-rata sebesar 73,7 menunjukkan bahwa mayoritas

responden memiliki prestasi belajar yang termasuk kategori cukup tinggi

82

(0 – 29 = sangat rendah; 30 - 59 = rendah; 60 - 79 = cukup; 80 - 90 =

tinggi; 100 = exelent).

Untuk mempermudah memahami data prestasi belajar akuntansi,

maka data prestasi belajar akuntansi dapat ditransformasikan dalam tabel

dan grafik histogram sebagai berikut :

Tabel 4.3Data Prestasi Belajar Akuntansi

Interval fi Xi Xi2 fiXi fiXi

2 Frekuensi relative

60 – 65 6 62,5 3906,25 374 23447,5 15%66 – 70 6 68 4624 408 27744 15%71 – 75 14 73 5329 1022 74606 35%76 – 80 11 78 6084 858 66924 27,5%81 – 85 2 83 6889 166 13778 5%86 – 90 1 88 7744 88 7744 2,5%Jumlah 40 435 34576,25 2916 214243,5 100%

Rata-Rata 72,9

SD 6,53Sumber: ringkasan dari Lampiran 16.3

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa frekuensi terbanyak dari

data prestasi belajar akuntansi siswa terdapat pada skor antara 71 - 75

yaitu sebanyak 14 siswa atau 35% . Sedangkan frekuensi terendah

terdapat pada skor antara 86 - 90 yaitu sebanyak 1 siswa atau 2,5%.

Gambar 4.4Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Akuntansi

83

Prestasi Belajar Akuntansi

90,085,080,075,070,065,060,0

Prestasi Belajar Akuntansi

Freq

uenc

y

14

12

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = 6,74

Mean = 73,7

N = 40,00

C. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui apakah data memiliki sebaran yang normal. Untuk menguji

normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Lillefors. Dalam

pengerjaan dengan program SPSS for windows 15.0, perhitungan uji

normalitas dengan rumus Lillifors dapat dilakukan dengan uji

Kolmogorov-Smirnov. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan

cara membandingkan Lomaks dengan nilai kritis yang diambil dari daftar

nilai kritis uji Liliefors, untuk taraf nyata () 0,05. Jika Lomaks < Ltabel dari

daftar pada taraf nyata = 0,05 dengan ukuran sampel N = 40, maka data

berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat tabel 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.4

84

Hasil Uji Normalitas

Variabel LoHitungLtabel 5% (N=40) Keterangan

Lingkungan keluarga 0,091 0,140 Sebaran data Normal

Kemandirian belajar 0,115 0,140 Sebaran data Normal

Prestasi belajar akuntansi 0,077 0,140 Sebaran data Normal

Rangkuman Lampiran 17, 18, dan 19

Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan bahwa semua harga

Lohitung lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%, sehingga data yang

digunakan dalam penelitian ini dinyatakan memiliki sebaran data atau

distribusi data yang normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas regresi digunakan untuk mengetahui apakah model

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat berupa garis lurus

(hubungan linier) atau tidak. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada

Lampiran 20 dan 21. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji LinieritasVariabel Fhitung Ftabel 5% Keterangan

Lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi siswa

0,728 2,13 Regresi Linier

85

Kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa

1,792 2,16 Regresi Linier

Dari hasil uji linieritas lingkungan keluarga terhadap prestasi

belajar akuntansi diperoleh harga Fhitung sebesar 0,728. Harga ini

dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (15;23)

sebesar = 2,13. Hasilnya adalah Fhitung < Ftabel (0,728 < 2,13), maka model

regresi antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi

merupakan hubungan linier atau berupa garis lurus.

Dari hasil uji linieritas kemandirian belajar terhadap prestasi

belajar akuntansi diperoleh harga Fhitung sebesar 1,792. Harga ini

dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db

(10;28) sebesar = 2,16. Hasilnya adalah Fhitung < Ftabel (1,792 < 2,16),

maka model regresi antara kemandirian belajar terhadap prestasi belajar

akuntansi merupakan hubungan linier atau berupa garis lurus.

D. Analisis Data

1. Analisis Regresi Linier Ganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap

prestasi belajar akuntansi siswa. Adapun model persamaan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1.X1 + b2.X2

86

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dengan program SPSS for

windows 15.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6Hasil Analisis Regresi Linier Ganda

Koefisien thitung SignifikansiKonstanta 42,145Lingkungan keluarga 0,892 4,144 0,000Kemandirian belajar 0,855 3,213 0,003

R2 0,727F Statistik 49,306 0,000

Rangkuman Lampiran 22.

Berdasarkan hasil regresi diatas, maka dapat disusun persamaan sebagai

berikut:

Y = 42,145 + 0,892.X1 + 0,855.X2

Interpretasi dari persamaan tersebut adalah:

Konstanta (a) = 42,145, berarti jika lingkungan keluarga dan

kemandirian belajar dianggap 0 atau tidak ada, maka

prestasi belajar akuntansi siswa hanya sebesar 42,145.

Koefisien b1 = 0,892, berarti jika skor lingkungan keluarga meningkat

satu poin maka prestasi belajar akuntansi siswa akan

meningkat sebesar 0,892 (dengan asumsi variabel

kemandirian belajar dianggap konstan).

Koefisien b2 = 0,855, berarti jika skor kemandirian belajar meningkat

satu poin maka prestasi belajar akuntansi siswa akan

meningkat sebesar 0,855 (dengan asumsi variabel

lingkungan keluarga dianggap konstan).

2. Uji t

87

Uji t parsial digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh

positif lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi

belajar akuntansi siswa secara parsial (Lampiran 22). Untuk menentukan

apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak adalah dengan

melihat tabel signifikansi. Hasil uji t secara ringkas ditunjukkan dalam

tabel 4.7.

Tabel 4.7

Rangkuman Hasil Uji t

Variabel thitung ttabel5% Keterangan

Lingkungan keluarga 4,144 2,021 H0 ditolak

Kemandirian belajar 3,213 2,021 H0 ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS for windows 15.0

diperoleh nilai t variabel lingkungan keluarga sebesar 4,144 dan nilai

probabilitas = 0,000 (Lampiran 22). Karena nilai thitung > ttabel (4,144 >

2,021) dengan p<0,05, maka Ho ditolak. Artinya dapat dinyatakan bahwa

terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi

siswa dan hipotesis pertama dinyatakan dapat diterima.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS for windows 15.0

diperoleh nilai t variabel kemandirian belajar sebesar 3,213 dan nilai

probabilitas = 0,003 (Lampiran 22). Karena nilai thitung > ttabel (3,213 >

2,021) dengan p<0,05, maka Ho ditolak. Artinya dapat dinyatakan bahwa

terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi

siswa dan hipotesis kedua dinyatakan dapat diterima.

88

3. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga

dan kemandirian belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa. Perhitungan uji F menggunakan SPSS for windows 15.0

memperoleh nilai F sebesar 49,306 dengan nilai p-value = 0,000

(Lampiran 22). Sedangkan untuk mencari Ftabel adalah dengan

menggunakan derajat bebas jumlah variabel bebas (k) dan N-k-1 adalah

jumlah sampel, sehingga Ftabel = 0,05 (2;37) adalah 3,23. Berdasarkan hasil

uji F dapat diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (49,306 > 3,23) dengan p<0,05,

maka Ho ditolak berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan

keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi

siswa, dengan demikian hipotesis ketiga yang diajukan dapat diterima

kebenarannya.

4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Uji kofeisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya variasi dari

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam

model. Apabila R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel

dependen secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variasi variabel

independen. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka variasi dari

variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen.

Dari hasil analisis data dengan bantuan komputer program SPSS

release 15.0 diperoleh nilai koefisien regresi ganda R2 sebesar 0,727

(Lampiran 22). Ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh lingkungan

89

keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa

adalah sebesar 72,7%, sedangkan 27,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diteliti, misalnya motivasi belajar, sarana belajar,

bimbingan guru, bimbingan orang tua, dan sebagainya.

5. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)

Perhitungan Sumbangan Relatif (SR %) dan Sumbangan Efektif

(SE %) dilakukan untuk melihat besarnya sumbangan yang diberikan oleh

masing-masing variabel lingkungan keluarga dan kemandirian belajar

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa ditunjukkan pada perhitungan

sumbangan relatif (SR%) dan sumbangan efektif (SE%) (Lampiran 23).

Variabel pengaruh lingkungan keluarga memberikan sumbangan relatif

sebesar 57,3% dan sumbangan efektif 41,7% terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa. Variabel kemandirian belajar memberikan sumbangan

relatif sebesar 42,7% dan sumbangan efektif 31% terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa. Secara keseluruhan variabel pengaruh lingkungan

keluarga dan kemandirian belajar memberikan sumbangan sebesar 72,7%

terhadap prestasi belajar akuntansi (Lampiran 23). Selanjutnya di antara

kedua variabel tersebut dapat diketahui bahwa variabel lingkungan

keluarga memberikan sumbangan lebih besar terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa (41,7%), sehingga dapat dinyatakan bahwa lingkungan

keluarga merupakan faktor yang memberikan pengaruh dominan terhadap

prestasi belajar akuntansi siswa.

90

E. Pembahasan

Hasil analisis regresi terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan

kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa memperoleh

persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 42,145 + 0,892.X1 + 0,855.X2.

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar

akuntansi siswa ditentukan oleh dukungan lingkungan keluarga dan

kemandirian siswa dalam belajar.

Hasil pengujian hipotesis pertama memperoleh nilai thitung variabel

lingkungan keluarga sebesar 4,144 > ttabel (2,021) dengan p-value = 0,000

diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa

terdapat pengaruh positif dari lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa. Artinya semakin demokratis lingkungan keluarga, maka

prestasi belajar akuntansi semakin tinggi. Sebaliknya semakin kurang

demokratis lingkungan keluarga, maka prestasi belajar akuntansi semakin

rendah.

Lingkungan keluarga yang kurang demokratis, akan mengakibatkan

rendahnya interaksi orang tua-anak dan dapat menurunkan semangat belajar

anak. Karena itu untuk menciptakan lingkungan keluarga yang demokratis,

orang tua harus mempunyai kemampuan dalam memberikan dorongan-

dorongan kepada anak, menciptakan suasana belajar yang baik, serta berusaha

mendapatkan dan menimbulkan reaksi anak, dalam arti dapat mengusahakan

bermacam-macam upaya agar anak dapat tertarik untuk belajar, sehingga anak

91

akan menaruh minat dan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar ketika

sedang berada di rumah.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sayekti Pujo dan Sugihartomo

(2001:32) yang menyatakan, bahwa lingkungan keluarga yang baik dapat

dilihat dari kemampuan menyediakan fasilitas belajar, pengawasan kegiatan

belajar, mengenal kesulitan belajar siswa, dan menolongnya dari kesulitan

belajar tersebut. Fasilitas belajar dapat berupa alat tulis, buku tulis, buku

pelajaran dan tempat untuk belajar. Kemudian orang tua perlu mengawasi

kegiatan belajar anaknya di rumah. Karena dengan mengawasi kegiatan

belajarnya anaknya, dia dapat mengetahui apakah anaknya belajar dengan

sebaik-baiknya. Selanjutnya orang tua harus mengenal kesulitan kesulitan

anaknya dalam belajar dengan cara menanyakan kepada anaknya apakah ada

pelajaran yang sukar untuk diikuti, atau orang tua menanyakan kapada guru

mengenai pelajaran yang sukar didikuti oleh anak-anaknya. Selanjutnya orang

tua harus membantu anak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar,

berarti orang tua berusaha menolong anak agar berhasil dalam proses

belajarnya. Melalui upaya-upaya tersebut, maka proses belajar siswa akan

lebih berkualitas.

Dari tabulasi data lingkungan keluarga, dapat disimpulkan bahwa

walaupun orang tua mengijinkan untuk melaksanakan atau mengembangkan

bakat dan potensi sesuai keinginan anak, tetapi jika tidak ditopang dengan

fasilitas yang memadai maka anak tidak bisa mengembangkan bakat dan

potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, walaupun orang tua sudah memenuhi

92

fasilitas yang dibutuhkan dan anak tidak berminat, maka bakat dan potensi

tersebut tidak bisa berkembang secara maksimal.

Hasil pengujian hipotesis kedua memperoleh nilai thitung variabel

kemandirian belajar sebesar 3,213 > ttabel (2,021) dengan p-value = 0,003

diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh positif dari kemandirian belajar terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa. Artinya semakin tinggi kemandirian belajar, maka semakin

tinggi prestasi belajar akuntansi siswa. Sebaliknya semakin rendah

kemandirian belajar, maka semakin rendah pula prestasi belajar akuntansi

siswa, anak yang mandiri memiliki ciri yang mendukungkeberhasilan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suparmi (2001:62) bahwa ciri-

ciri siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi adalah belajar atas

kemauan sendiri tanpa perintah pihak lain di luar dirinya sendiri, tidak suka

tergantung pada orang lain, mempunyai kemauan yang keras untuk mencapai

tujuan hidup, tidak suka menunda waktu, rajin dan tidak mudah putus asa,

serta mempunyai ide atau gagasan dan berusaha untuk mempertahankan

argumen logisnya. Individu yang mempunyai sikap mandiri akan lebih berani

memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya, bebas dari pengaruh

orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta

merangsangnya berprestasi lebih baik.

Dari tabulasi data kemandirian belajar, dapat disimpulkan bahwa

selama anak memperkirakan bisa mengerjakan ulangan akuntasi tanpa bantuan

orang lain atau teman maka akan dikerjakan sendiri. Dan pada saat jam belajar

93

anak diajak teman bermain dia tetap belajar, maka anak tersebut memiliki ciri-

ciri kemandirian belajar yang tinggi. Sebaliknya, pada saat jam belajar anak

diajak teman bermain dan dia mau, maka anak tersebut belum termasuk anak

yang mandiri.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan analisis regresi

ganda yang mendapatkan harga Fhitung sebesar 49,306 lebih besar dari nilai Ftabel

sebesar 3,23 pada taraf signifikansi 5%. Artinya terdapat pengaruh yang

signifikan dari lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi

belajar akuntansi siswa. Berarti tinggi rendahnya prestasi belajar akuntansi

siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar.

Penerimaan hipotesis ketiga tersebut sesuai dengan pendapat Slameto

(2005:16) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik

dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (external). Adapun faktor

internal adalah kemandirian belajar, motivasi belajar, minat dan sebagainya.

Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, bimbingan guru,

sarana belajar, dan lain-lain.

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis regresi terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan

kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa memperoleh

persamaan garis regresi sebagai berikut:Y = 42,145 + 0,892.X1 + 0,855.X2.

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar

akuntansi siswa ditentukan oleh dukungan lingkungan keluarga dan

kemandirian siswa dalam belajar.

2. Lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa kelas X SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran

2009/2010. Hasil analisis regresi memperoleh nilai thitung sebesar 4,144 >

ttabel (2,021) dengan p-value = 0,000 diterima pada taraf signifikansi 5%.

Kontribusi lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi adalah

sebesar 41,7%.

3. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa kelas X SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran

2009/2010. Hasil analisis regresi memperoleh nilai thitung sebesar 3,213 >

ttabel (2,021) dengan p-value = 0,003 diterima pada taraf signifikansi 5%.

95

Kontribusi kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi adalah

sebesar 31%.

4. Lingkungan keluarga dan kemandirian belajar berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X SMK Tamansiswa

Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari hasil analisis uji F

yang memperoleh nilai Fhitung sebesar 49,306 lebih besar dari nilai Ftabel

sebesar 3,23 pada taraf signifikansi 5%. Secara keseluruhan variabel

pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar memberikan

kontribusi sebesar 72,7% terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Bagi para siswa

a. Berdasarkan hasil penelitian, lingkungan keluarga berpengaruh

terhadap prestasi belajar, maka siswa diharapkan lebih meningkatkan

komunikasai yang sehat dengan keluarga agar tercapai lingkungan

keluarga yang harmonis dan membangun lingkungan keluarga yang

demokratis. Hal ini agar suasana rumah berlangsung dengan baik dan

nyaman untuk belajar.

b. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar

akuntansi siswa, tetapi nilai rata-rata kemandirian belajar sedang hal

96

ini ditunjukkan pada hasil penelitian melalui angket diperoleh skor

tertinggi pada item pernyataan nomor 1 berkenaan dengan siswa bisa

memperkirakan mengerjakan ulangan akuntasi tanpa bantuan orang

lain atau teman, sedangkan skor terendah terdapat pada item

pernyatan nomor 5 berkaitan dengan pada saat jam belajar siswa

diajak teman bermain tapi siswa tetap belajar, dari hasil angket diatas

ternyata masih banyak siswa yang tidak memiliki kesadaran untuk

tetap belajar. Untuk itu peneliti menyarankan agar siswa lebih

meningkatkan kesadaran dalam belajar dengan cara belajar pada

waktunya tanpa disuruh dan mempertahankan rasa percaya diri dalam

belajar untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

2. Bagi Guru

97

a. Bekerja sama dengan orang tua dalam memantau perkembangan

proses belajar anak dengan cara membantu siswa dalam menghadapi

kesulitan belajar, memberikan bimbingan dan arahan (konseling)

untuk menumbuhkan motivasi dan minat yang positif dalam belajar,

dan mencoba mengadakan pendekatan personal tiap siswa. Sehingga

didapat kemajuan yang saling mendukung antara belajar di sekolah

dan di rumah.

b. Memberikan bimbingan dan arahan (konseling) untuk menumbuhkan

kemandirian belajar, dan mencoba mengadakan pendekatan personal

tiap siswa. Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengontrol setiap

tugas yang diberikan untuk melihat apakah siswa benar-benar

mengerjakan tugas dengan baik dan mandiri.

3. Bagi Orang tua

Pada penelitian ini lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap

prestasi belajar siswa, tetapi nilai rata-rata lingkungan keluarga sedang hal

ini ditunjukkan pada hasil penelitian melalui angket diperoleh skor

tertinggi pada item pernyataan nomor 1 berkenaan dengan orang tua

mengijinkan anak untuk melaksanakan atau mengembangkan bakat dan

potensi sesuai dengan keinginan anak, sedangkan skor yang terendah

terdapat pada item pernyatan nomor 4 yaitu orang tua menopang fasilitas

bakat dan kemampuan anak, dari hasil angket diatas ternyata masih

banyak orang tau yang kurang menopang fasiltas untuk bakat dan

98

kemampuan anak. Untuk itu peneliti menyarankan agar orang tua sedikit

menopang fasilitas untuk mengembangkan bakat dan kemampuan anak.

4. Saran bagi peneliti yang akan datang

Bagi peneliti di masa mendatang hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya, karena pada

dasarnya terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa, misalnya motivasi belajar, bimbingan guru, sarana belajar, dan

sebagainya.