ierckhampkreativity101.files.wordpress.com · Web viewData sekunder yaitu data yang diperoleh dari...
Transcript of ierckhampkreativity101.files.wordpress.com · Web viewData sekunder yaitu data yang diperoleh dari...
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA
SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI
SMK TAMANSISWA SUKOHARJO
Tahun Ajaran 2009/2010
A. Latar Belakang Masalah
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai
sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia
wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal maupun non
formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat
diperoleh. Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka
perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa
diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin
maju ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf
hidup dan kesejahteraan penduduknya.
Dengan adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai
sarana untuk menyampaikan ilmu tetapi diharapkan adanya perubahan
pola kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang
berkualitas akan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk
kemajuan bangsa dan negara. Salah satu upaya membina dan membangun
SDM yang tangguh dan dapat diandalkan diantaranya adalah melalui
pendidikan, baik yang diberikan melalui pendidikan formal di sekolah,
maupun pendidikan non formal di lingkungan keluarga. Menurut Dimyati
dan Mujiono (2006:7) “Pendidikan merupakan sesuatu tindakan yang
memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan”. Sedangkan
menurut Sardiman (2001:12) “Pendidikan dan pengajaran adalah satu
usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik”.
Peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu penekanan dari
tujuan pendidikan, seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang
berbunyi :
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Hambatan yang dimaksud dapat berupa faktor internal (dari dalam
diri siswa) maupun faktor eksternal (dari luar diri siswa), diantaranya:
fasilitas belajar, partisipasi orang tua, perhatian orang tua, lingkungan
keluarga, kebiasaan belajar mandiri, aktivitas belajar, motivasi berprestasi,
serta kemampuan dasar lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, faktor
lingkungan keluaraga merupakan faktor yang cukup penting dibandingkan
dengan beberapa faktor lainnya.
Setiap manusia dilahirkan di lingkungan keluarga tertentu yang
merupakan lingkungan pendidikan terpenting. Oleh karena itu, keluarga
sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan
berkembang menjadi dewasa. Lingkungan keluarga menurut Hibana
Rahman (2002:38) “Lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi
dengan anggota keluarga, baik interaksi secara langsung maupun tidak
langsung”. Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika (2007:27) “Suasana
keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak”. Seorang
anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan
agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian
dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian
anak cenderung positif dan sehat. Sedangkan anak yang dikembangkan
dalam lingkungan keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang
bersikap keras kepada anak, atau orang tua yang tidak memperhatikan
nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadian anak cenderung
mangalami kalainan dalam penyesuaian diri. Dengan adanya perbedaan ini
kemungkinan akan mempengaruhi siswa dalam meningkatkan hasil
belajarnya.
Faktor penentu keberhasilan dalam belajar adalah siswa sebagai
pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, dan
keterlibatan siswa, maka proses belajar tidak akan berhasil. Dengan
demikian dalam belajar, siswa dituntut memiliki sikap mandiri, artinya
siswa perlu memiliki kesadaran, kamauan dan motivasi dari dalam diri
siswa dan bukan semata-mata tekanan rang tua maupun pihak lain.
Dengan adanya sikap mandiri dalam diri siswa, tujuan belajar akan
berhasil dicapai sebagaimana yang diharapkan. Jadi kemandirian
seseorang dalam belajar akan menentukan arah belajar dan prestasi belajar
seseorang. Kemandirian akan membuat seorang siswa mampu belajar
sendiri tanpa disuruh oleh pihak luar dalam kondisi ujian atau tidak ujian.
Hal ini termasuk mengembangkan konsep untuk diaplikasikan dalam
kehidupan nyata. Kemandirian ini menekankan pada aktivitas dalam
belajar yang penuh tanggung jawab sehingga mampu mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
Akan tetapi dalam belajar setiap siswa mempuanyai suatu
kebiasaan yang berbeda-beda. Dalam belajar siswa memerlukan sebuah
proses, tidak bisa dilakukan dalam satu waktu saja namun belajar harus
rutin dilakukan perlahan-lahan secara mandiri, sehingga rutinitas belajar
mandiri tersebut akan menjadi suatu kebiasaan yang harus dilakukan oleh
siswa. Belajar memerlukan proses yang berulang-ulang dan bertahap,
sering kali dijumpai seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar
yang tinggi, prestasi belajarnya juga tinggi dan juga lingkungan keluarga
yang mendukung siswa dalam belajar, kemungkinan prestasi belajarnya
juga tinggi. Namun ada juga seorang siswa yang mempunyai kemandirian
belajar, hasil belajarnya cukup rendah karena tidak adanya dukungan dari
lingkungan keluarga.
Dari kenyataan dan hasil pengamatan selama ini sering kali siswa
tidak mengganggap bahwa lingkungan keluaraga merupakan dukungan
untuk berlatih belajar mandiri supaya terbiasa belajar mandiri. Maka perlu
diciptakan lingkungan keluarga yang nyaman agar siswa betah belajar di
rumah. Jika lingkungan keluaraga telah tercipta dengan baik, siswa akan
dapat meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong
untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul
”PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA
SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK
TAMANSISWA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010”.
B. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian perlu adanya pembatasan masalah
terhadap masalah yang diteliti, hal ini menjaga agar masalah yang diteliti
tidak terlepas dari pokok permasalahan yang ditentukan. Untuk langkah
yang paling tepat adalah membatasi permasalahan agar dalam
melaksanakan pembahasan masalah tidak meluas. Dalam penelitian ini
pembatasan masalahnya sebagai berikut :
1. Penelitian terbatas pada siswa kelas X di SMK Tamansiswa Sukoharjo.
2. Lingkungan keluaraga pada penelitian ini dibatasi pada lingkungan
inti, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
3. Kemandirian belajar dibatasi pada tanggung jawab belajar, tegas dalam
mengambil keputusan, serta mempunyai sifat inovatif.
4. Prestasi belajar dibatasi pada nilai ulangan akhir semester yang
diperoleh dari nilai rapor.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan :
1. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi di SMK
Tamansiswa Sukoharjo?
2. Adakah pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi di SMK
Tamansiswa Sukoharjo?
3. Apakah lingkungan keluarga dan kemandirian belajar secara bersama-
sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi di SMK
Tamansiswa Sukoharjo?
D. Tujuan Penelitian
Adanya tujuan dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat
penting karena dengan tujuan yang tepat menjadikan tolok ukur
keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi
belajar pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian
akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian
akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan antara
lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian
akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo.
E. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep
atas teori-teori tentang hubungan lingkungan keluarga dan
kemandirian belajar terhadap prestasi siswa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang kemandirian belajar.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis, yaitu :
a. Sebagai masukan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk
menciptakan lingkungan keluarga yang lebih kondusif sehingga
meningkatkan prestasi belajar ekonomi dan menumbuhkan
kesadaran bagi orang tua dalam memperhatikan fasilitas belajar
anak, perhatian terhadap pendidikan anak, dan motivasi yang
diberikan kepada anak di lingkungan keluarga.
b. Sebagai masukan bagi siswa akan pentingnya penerapan
kemandirian dalam diri siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau
referensi untuk penilaian berikutnya yang sejenis.
F. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “Prestasi”
dan “Belajar”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa
yang telah dilakukan dan dikerjakan, sedangkan belajar adalah
perubahan tingkah laku yang meliputi aspek pengetahuan,
ketrampilan dan aspek yang lain sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan.
Menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (2001:43)
“Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu”. Sedangkan menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2003:101) “Prestasi belajar adalah realisasi
atau pemekaran dari kecakapa-kecakapan potensial atau kapasitas
yang dimiliki seseorang”.
Dari pengertian-pengertian yang telah diutarakan, pada
prinsipnya prestasi belajar merupakan suatu hasil dari usaha belajar
atau kegiatan belajar yang diperoleh melalui pengukuran atau
penilaian baik angka, huruf, serta tindakan yang mencerminkan
hasil belajar.
Menurut Depdiknas (2000:07) “Akuntasi merupakan bahan
kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi
berkenaan dengan transaksi keuangan”. Sedangkan menurut
Haryono (1994:23) :
Akuntansi ditinjau dari sudut pemakaiannya akuntansi adalah disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mgevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sudut pandang yang kedua ditinjau dari kegiatannya akuntansi dalah proses pencatatan, pengelolaan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan organisasi.Berdasarkan pendapat di atas bahwa prestasi belajar
akuntansi adalah bukti keberhasilan siswa dalam memperoleh
keterampilan belajar akuntansi yang dilakukan dalam jangka waktu
tertantu yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
b. Bentuk dan Wujud Prestasi Belajar
Bentuk dan wujud prestasi belajar banyak sekali ragamnya yaitu :
1) Ketrampilan Kognitif
Seseorang yang berhasil dalam belajarnya akan menghasilkan
suatu ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan untuk mencari
pemecahan masalah dari setiap permasalahan yang dihadapi.
2) Nilai
Nilai adalah hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program
yang diinterprestasikan dalam bentuk skor atau angka sebagai
hasil dari pengukuran.
3) Stategi Kognitif
Lebih mengacu pada kemampuan untuk memecahkan masalah
baru, kemampuan dalam segi kognitif ini meliputi kemampuan
untuk belajar, mengingat, berfikir.
4) Informasi Verbal
Dengan belajar seseorang dapat menghasilkan kemampuan
untuk mendiskripsikan informasi yang diperolehdengan kata-
kata menggunakan jalan mengalir dari informasi yang relevan.
5) Ketrampilan Motorik
Salah satu dari hasil belajar adalah ketrampilan motorik, yaitu
ketrampilan seseorang yang mengacu pada kemampuan
seseorang untuk mewujudkan daya kreasi kedalam bentuk
benda seni.
6) Sikap
Adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang dan disadari oleh emosi serta dilandasi kepercayaan
pada orang yang memberikan pengaruh.
7) Kemampuan Berfikir Asosiatif dan Rasional (daya nalar atau
logika)
Adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan permasalah
yang dihadapi dangan cara berfikir dengan nalar yang logis.
8) Perubahan Kebiasaan
Dengan belajar seseorang bias merubah kebiasaan yang buruk
menjadi kebiasaan yang baik.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata (2002:233)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar adalah :
1) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) terdiri dari :
a) Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat,
alat-alat yang dipakai belajar.
b) Faktor sosial seperti faktor manusia.
2) Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) terdiri dari :
a) Faktor Fisiologis seperti jasmani.
b) Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan,
fantasi, ingatan, berpikir, dan motif.
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:162)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar sebagai berikut :
1) Faktor-faktor dari dalam individu
a) Aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani
b) Aspek rohaniah menyangkut kondisi psikis, kemampuan
intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan
kognitif dari individu.
c) Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-
bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan.
d) Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang
lain, baik guru, teman, orang tuanya, maupun orang-orang
lainnya.
2) Faktor-faktor lingkungan
a) Keluarga, meliputi keadaan rumah dan ruang tempat
belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana
dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga
suasana lingkungan disekitar rumah.
b) Sekolah meliputi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana
belajar yang ada, sumber-sumber belajar, dan media
belajar.
c) Masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga
pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan
perkembangan belajar generasi muda.
Dari pendapat tersebut bahwa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan
faktor yang berasal dari pengaruh diluar siswa (ekstern).
Sehubungan dengan hal tersebut agar siswa dapat memperoleh
prestasi belajar yang seoptimal mungkin, maka siswa perlu
meningkatkan kemandirian belajar yang ada dalam dirinya.
Demikian pula halnya dengan faktor yang ada di luar diri siswa.
Faktor ini dapat mendorong dan menghambat siswa dalam proses
belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memberi
dukungan siswa di dalam belajar. Diantara ketiga lingkungan
tersebut, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama
dalam belajar.
2. Tinjauan Tentang Lingkungan Keluarga
a. Pengertian Lingkungan Keluarga
Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan
sampai meningglanya, sehingga antara lingkunagan dan manusia
terdapat hubungan timbal balik dalam artian lingkungan
mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan.
Begitu pula dalam proses belajar, lingkungan merupakan sumber
belajar yang banyak berpengaruh dalam proses belajar maupun
perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
(2003:2) menyatakan “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum
lingkungan sekolah dan masyarakat, Ngalim Purwanto (2004:141)
menyatakan “Lingkunga pendidikan yang ada dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu :
1. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.
2. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.
3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan katiga”.
Menurut Abu Ahmadi (1991:167) menyebutkan
“Keluarga adalah kelompokm sosial kecil yang umumnya terdiri
atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif
tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau
adopsi”.
Jadi, linkungan keluarga adalah jumlah semua benda hidup
dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial
kecil tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
mempunyai hubungan sosial karena adanya ikatan darah,
perkawinan dan atau adopsi.
b. Fungsi-fungsi Keluarga
Khairuddin (1990:58) menyatakan bahwa fungsi keluarga
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Fungsi-fungsi pokok, yakni fungsi yang tidak dapat diubah atau digantikan oleh orang lain. Fungsi ini meliputi :a) Fungsi Biologis
Keluarga terjadi karena adanya ikatan darah atau atas dasar perkawinan.
b) Fungsi AfeksiDalam keluaega terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan antar anggotanya.
c) Fungsi Sosiologi Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu disamping tugasnya mengantarkan perkembangan individu tersebut menjadi anggota masyarakat yang baik.
2. Fungsi-fungsi lain, yakni fungsi yang relatif lebih mudah diubah atau mengalami perubahan. Fungsi ini meliputi : a) Fungsi Ekonomi
Keluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan material lainnya.
b) Fungsi Perlindungan Keluarga selain sebagai unit masyarakat kecil yang berfungsi melanjutkan keturunan, secara universal juga sebagai penanggung jawab dalam perlindungan, pemeliharaan dan pengasuhan terhadap anak-anaknya.
c) Fungsi PendidikanOrang tua secara kodrati atau alami mempunyai peranan sebagai pendidik bagi anak-anaknya sejak anak tersebut dalam kandungan.
d) Fungsi RekreasiKeluarga selain sebagai lembaga pendidikan informal juga merupakan tempat rekreasi.
e) Fungsi Agama Keluarga yang menyadari arti penting dan manfaat agama bagi perkembangan jiwa anak dan kehidupan manusia pada umumnya akan berperan dalam meletakkan dasar-dasar pengenalan agama.
c. Jenis Lingkungan Keluarga
Jenis lingkungan keluarga ada 3, yaitu :
1. Otoriter
Otoriter merupakan jenis lingkungan keluarga yang
mengekang dan tidak memberi kebebasan sama sekali, semua
peraturan dari orang tua harus ditaati, tidak memperhatikan
kemauandan kemampuam yamg dimiliki oleh anak, sehingga
anak kurang bisa mengembangkan potensi yang dimiliki.
2. Demokratis
Demokratis merupakan jenis lingkungan keluarga yang
memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangakan
potensi yanmg dimiliki, tanpa mengabaikan peraturan dan
norma-norma yang harus ditaati.
3. Bebas
Bebas merupakan jenis lingkungan keluarga dimana
orang tua tidak memberikan aturan dan norma-norma yang
harus ditaati oleh anak, sehingga anak merasa bebas , dan
kebanyakan mereka terjebak dalam hal-hal yang negatif karena
kurangnya perhatian orang tua.
Dari apa yang telah kita amati, tentang jenis lingkungan
keluarga. Jenis lingkungan keluarga yang paling tepat untuk
diterapkan dalam lingkungan keluarga ialah lingkungan
demokratis. Kerena semakin kita menerapkan jenis lingkungan
keluarga yang otoriter, maka anak akan semakin terkekang dan
tidak bisa bergaul seperti anak-anak pada umumnya.
Apalagi bila lingkungan keluarganya bebas, itu sangat
memprihatikan, karena tidak ada perhatian orang tua sehingga anak
merasa bebas untuk melakukan hal-hal baik secara positif maupun
negatif. Yang paling disayangkan, kebanyakan anak-anak sekarang
mudah terpengaruh dalam hal-hal yang negatif.
Tapi jika kita menerapkan lingkungan keluarga yang
demokrasi, kemungkinan anak akan bisa memilih mana yang
positif dan yang negatif sebelum mengambil keputusan. Sebab
sebelum mengambil keputusan, anak mempertimbangkannya dan
meminta pendapat terhadap orng tua terlebih dahulu.
d. Faktor-faktor Keluarga
Slameto (2003:60) menyatakan “Anak akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: Cara orang tua mendidik anak,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluaga”. Faktor-faktor
tersebut apabila dapat menjalankan sesuai dengan fungsi dan
peranannya masing-masing dengan baik, kemungkinan dapat
menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk
lebih giat belajar.
Pendapat Slameto (2003:61) sebagai berikut :
“Orang tua yang kurang / tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar , tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan / melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak / kurang berhasil dalam belajarnya”.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang faktor-faktor
keluarga yang berpengaruh tergadap belajar anak diatas, yang akan
menjadi indikator dalam penelitian ini adalah cara orang tua dalam
mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar. Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
1) Cara orang tua mendidik anak
2) Relasi antara anggota keluarga
3) Suasana rumah
4) Keadaan ekonomi keluarga
5) Fasilitas belajar
3. Tinjauan Kemandirian Belajar Siswa
a. Pengertaian Kemandirian Belajar
Kemandirian siswa adalah kelakuan atau tingkah laku
individu siswa dalam menghadapi tanggung jawabnya sebagai
siswa dengan kemampuannya sendiri tanpa menggantungkan pada
orang lain sampai batas kemampuannya. Dalam melakukan
aktivitas belajar, setiap siswa dituntut kemandirian balajarnya,
karena dengan adanya sikap siswa tersebut siswa akan mencapai
hasil belajar yang optimal.
b. Komponen-komponen Kemandirian Belajar
Siswa yang mandiri menunjukkan inisiatif dan berusaha
untuk mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang
besar, secara relative jarang mencari perlindungan kepada orang
lain dan mempunyai rasa ingin tahu menonjol. Sedangkan Potter
dkk dalam Masrun (1986) mengatakan bahwa teori kemandirian
yang dikenal sebagai teori locus of control menyimpulkan adanya
5 komponen kemandirian yaitu :
1) Kemampuan untuk mengambil inisiatif seperti dalam perilaku
yang eksploratif, kreatif, mampu menyatakan buah pikiran,
mampu mengekspresikan diri dan bertindak secara spontan.
Contoh : Menjawab pertanyaan yang diberikan guru, secara
kritis dan sesuai dengan pendapatnya secara
langsung dan percaya diri.
2) Berusaha mengatasi masalah yang dihadapi dalam lingkungan
dengan rasa percaya diri tanpa mengharapkan bantuan orang
lain, serta bebas dalam mengambil keputusan.
Contoh : Mengerjakan ulangan dengan rasa percaya diri
tanpa menyontek pekerjaan temannya.
3) Melakukan aktifitas tambahan sesuai dengan kehendak sendiri,
mengerjakan sesuatu tanpa memperdulikan apa yang dipikirkan
orang.
Contoh : Belajar sendiri di rumah, mengerjakan soal latihan
tanpa diperintah oleh guru.
4) Puas terhadap hasil kerja yang telah dilakukan yaitu
perilakunya diarahkan kepada diri sendiri.
Contoh : menerapkan ilmu dan skill dalam kehidupan, misal:
mengajarkan ilmu yang dikuasai kepada orang lain,
seperti guru kepada siswa.
5) Mampu melakukan tugas rutin sendiri dalam semua aspek
kehidupan.
Contoh : Berusaha mengerjakan tugas-tugas harian tanpa
meminta bantuan orang lain baik tugas sekolah
maupun pekerjaan rumah.
Tugas sekolah, contoh : PR, LKS, dan lain-lain.
Tugas rumah, contoh : membantu orang tua.
Ciri–ciri kemandirian dalam belajar menurut Nurjanah (1995)
yaitu :
1) Tanggung jawab dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya rasa
percaya pada diri sendiri atas kamampuannya, tidak tergantung
secara terus-menerus pada orang lain dan menentukan sendiri
arah belajarnya.
2) Tegas dalam mengambil keputusan dalam hal ini terlihat
adanya kebebasan dan keberanian dalam mengambil keputusan,
selalu mengandalkan diri sendiri dan mampu menagatasi atau
memecahkan masalah.
3) Memburu minat baru dalam hal ini bertindak kreatif,
keberanian mencoba hal baru dan mampu menyatakan buah
pikiran.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Mandiri
Perilaku mandiri terbentuk secara mendadak tetapi melalui
proses sejak masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara
individu satu dengan yang lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mandiri
individu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam
individu dan dari luar individu :
Menurut Bimo Walgito (1997) faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian ada 2 yaitu faktor eksogen dan faktor
indogen.Faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar
diri sendiri yaitu berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Faktor yang berasal dari keluarga misalnya, jumlah anak dalam
keluarga, posisi anak dalam urutan kelahiran, situasi anak yang
kurang mendukung misalnya kekacauan keluarga, kurang perhatian
orang tua dan keadaan sosial ekonomi. Faktor yang berasal dari
sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan teman. Faktor
dari masyarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan pergaulan
dalam masyarakat.Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari
diri sendiri yang terdiri dari faktor fisiologis yaitu kondisi fisik
yang sehat atau tidak sehat dan faktor psikologis misalnya bakat,
minat, motivasi, dan kecerdasan.
d. Keuntungan Belajar Mandiri
Dengan dilaksanakannya belajar mandirikan memberikan
beberapa keuntungan diantaranya adalah siswa menjadi belajar
lebih keras, lebih banyak dan lebih mampu untuk mengingat hal-
hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan yang tidak melakukan
kegiatan belajar mandiri.
Menurut Anung Haryono dalam buku Yusufhadi Miarso
(1986) menyebutkan bahwa keuntungan belajar mandiri adalah :
1) Belajar mandiri member kemungkinan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2) Memberikan kesempatan baik kepada siswa yang lamban ataupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajar sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
3) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi.
4) Menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan member kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
5) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar berubah karena waktu untuk pengajaran menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk membantu siswa dalam pertemuan kelompok dan konsultasi perorangan.
G. Kerangka Pemikiran
Dalam belajar siswa memerlukan sebuah proses, tidak bisa
dilakukan dalam satu waktu saja namun belajar harus rutin dilakukan
perlahan-lahan secara mandiri, sehingga rutinitas belajar mandiri tersebut
akan menjadi suatu kebiasaan yang harus dilakukan oleh siswa. Belajar
memerlukan proses yang berulang-ulang dan bertahap, sering kali
dijumpai seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar yang tinggi,
prestasi belajarnya juga tinggi dan juga lingkungan keluarga yang
mendukung siswa dalam belajar, kemungkinan prestasi belajarnya juga
tinggi. Namun ada juga siswa yang mempunyai kemandirian belajar, hasil
belajarnya cukup rendah karena tidak adanya dukungan dari lingkungan
keluaraga.Oleh karena itu, siswa yang mempunyai lingkungan belajar
dalam keluarga yang kondusif akan dapat meningkatkan prstasi
belajarnya.
Dari pemikiran di atas untuk memperjelas pelaksanaan penelitian
sekaligus untuk mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan
maka perlu dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma penelitian
Keterangan :
1. Variabel Independen (variabel bebas)
Yaitu variabel yang merupakan rangsangan untuk mempengaruhi
variabel yang lain. Yang menjadi variabel bebas adalah :
a. Lingkungan Keluarga (X1).
Lingkungan Keluarga (X1)
Kemandirian Belajar (X2)
Prestasi Belajar (Y)
b. Kemandirian Belajar (X2).
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Yaitu suatu jawaban atau hasil dari perilaku yang dirangsang. Dalam
hal ini yang menjadi variabel terikat adalah: Prestasi Belajar (Y).
H. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2003:51) “Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan pada
perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
2. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
3. Lingkungan keluarga dan kemandirian belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas X
program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010.
I. Metode Penelitian
1. Pengertian Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:4) “Metode penelitian adalah cara
ilmiah untuk mendapat data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah”.
2. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:11), penelitian menurut tingkat
eksplanasinya atau tingkat penjelasannya dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan
variabel lainnya.
b. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan.
c. Penelitian asosiatif atau hubungan adalah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Menurut Sugiyono (2003:13) penelitian berdasarkan jenis data
dan analisisnya dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan
gambar.
b. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitaif
yang diangkakan.
Dalam penelitian ini jenis penelitiannya termasuk penelitian
deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan dengan variabel lain dan datanya berbentuk
angka.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X.
b. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Tamansiswa Sukoharjo.
4. Populasi, Sampel, Sampling
a) Populasi
Menurut Sugiyono (2003:72) “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditari kesimpulan”. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program keahlian
akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo yang berjumlah 128
siswa.
b) Sampel
Menurut Sugiyono (2003:56) “Sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Dalam peneltian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 92
siswa dari populasi 128 siswa di SMK Tamansiswa Sukoharjo.
c) Sampling
Menurut Sugiyono (2006:56) “Teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel”.
Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengambilan
sampel, yaitu :
a. Random Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel dimana semua
individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai anggota sampel. Cara pengambilan sampel dengan
random ada 3 cara :
a) Cara undian
b) Cara ordinal
c) Cara randomisasi
b. Non Random Sampel
Adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua
anggota sampel diberi kesempatan untuk dipilih sebagai
anggota sampel.Cara pengambilan sampel dengan non random
sanpel ada tujuh cara yaitu:
1) Proporsional sampling adalah pengambilan sampel yang
memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori
dalam populasi penelitian.
2) Statisfied sampling adalah cara pengambilan sampel dari
populasi yang terdiri dari strata yang mempunyai susunan
bertingkat.
3) Proporsive sampling adalah cara pengambilan sampel
dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan.
4) Quota sampling adalah ruang dan tempat belajar baik yang
tersedeia dirumah maupun dikampus.
5) Double sampling atau sampling kembar sering digunakan
dalam research dan penelitian yang menggunakan angket
lewat usaha menampung mereka dan mengembalikan
dalam angket.
6) Area probability sampling adalah cara pengambilan sampel
yang menunjukkan cara tertentu atau bagian sampel yang
memiliki ciri-ciri populasi.
7) Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel yang
berdasarkan pada cluster-cluster tertentu.
8) Combinet adalah gabungan antara beberapa sampling
dalam teknik random sampling dan teknik non random
sanpling di atas sehingga menyaipkan tampilan
komunikasi.
Dalam penelitian ini sampling yang digunakan adalah
Proporsional random sampling. Yang artinya, seluruh populasi
diberikan kesempatan untuk dijadikan sampel, yaitu dengan cara
mengambil sampel berdasarkan pertimbangan unsur-unsur atau
kategori dalam populasi penelitian. Proporsional digunakan untuk
memperoleh jumlah sampel dari populasi siswa di masing-masing
kelas.
Tabel 3. 1 Sampel Penelitian
Populasi Jumlah
Kelas X.1 = 34 orang 24.43 dibulatkan 24
Kelas X.2 = 33 orang 23.71 dibulatkan 24
Kelas X.3 = 27 orang 19.48 dibulatkan 20
Kelas X.4 = 34 orang 24.43 dibulatkan 24
Jumlah 92
Rumus: x jumlah sampel
Keterangan :
n = jumlah siswa tiap kelas
k = jumlah seluruh siswa (populasi)
5. Sumber Data
a) Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh,diamati, dan dicatat
langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data yang diperoleh
adalah hasil angket lingkungan keluarga dan kemandirian belajar
siswa yang diberikan kepada siswa kelas X SMK Tamansiswa
Sukoharjo.
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari membaca
buku-buku literature yang digunakan sebagai dasar untuk membuat
landasan. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah prestasi
belajar akuntansi siswa akhir semester yang diperoleh dari nilai
rapor.
J. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini ada 2 macam yaitu :
1. Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) “Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
mengenai hal-hal yang ia ketahui”.
Dalam penelitian ini, jenis angket yang digunakan adalah
angket langsung yang tertutup dengan bentuk pilihan ganda yang akan
disediakan empat alternatif jawaban pertanyaan sehingga responden
tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang tersedia yang
menurutnya benar.
Sebelum angket digunakan terlebih dahulu diuji cobakan,
perlakuan ini untuk mengetahui tingkat kevaliditan dan kereabilitasan
angket.Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk menggali
data tentang lingkungan keluarga dan kemandirian belajar.
2. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) “Dokumentasi adalah
mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya”.
Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data
berdasarkan sumber data yang ada di sekolah. Dalam penelitian ini
metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
prestasi belajar siswa yang meliputi nama siswa, no induk, dan nilai
akhir siswa kelas X semester genap SMK Tamansiswa Sukoharjo
tahun ajaran 2009/2010 yang diambil dari nilai rapor.
K. Uji Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Variasi jenis
instrument penelitian adalah angket, Check list atau daftar centang,
pedoman wawancara dan pedoman pengamatan”. Instrumen yang baik
harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kestabilan suatu instrument. Suatu instrument
yang valid yang shahih mempunyai validitas tinggi. Namun sebaliknya
instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah.
Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan, dan mampu mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument
menunjukkan sejumlah nama data yang terkumpul tidak menyimpang
dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Pengujian validitas item dalam penelitian ini menggunakan
bantuan program SPSS for Windows 15.0. Jika rhitung > rtabel pada taraf
signifikan 5 % berarti item (butir soal) valid sebaliknya jika rhitung < rtabel
maka butir soal tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2003:86), “Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan kosistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala
yang sama”. Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui
keajegan instrument atau data yang diteliti. Untuk menghitung
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS
for windows 15.0
Jika rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal)
reliabel dan sebaliknya bila rhitung < rtabel pada taraf signifikan 55 maka
butir soal tersebut tidak reliabel sekaligus tidak memenuhi prasyaratan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:75) untuk interprestasi
besarnya koefisien korelasi dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:
0.800 – 1.000 = sangat tinggi
0.600 – 0.800 = tinggi
0.400 – 0.600 = cukup
0.200 – 0.400 = rendah
0.000 – 0.100 = sangat rendah
3. Uji Prasarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk
menggunakan uji normalitas menurut Sudjana (1996:466-469), adalah
sebagai berikut :
Nilai terbesar selisih F (Z1)-S-(Z1) dan dijadikan L hitung.
Kesimpulan:
1) Jika Lhitung < Ltabel maka Ho diterima berarti distribusi sebenarnya
tidak normal.
2) Jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak berarti distribusi sebenarnya
tidak normal.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
persamaan yang kita peroleh cocok atau tidak. Adapun menurut
Sudjana (1996:330-337) adalah sebagai berikut :
1) Fhitung =
2) Ftabel = (1 - ) (K – 2; n, k).
3) Kesimpulan :
a) Jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol ditolak berarti persamaan
tidak linier.
b) Jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol ditolak berarti persamaan
linier.
L. Teknik Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Subagyo (1997:315) “Regresi linier adalah status
teknik statistik untuk mengetahui besar hubungan antara variabel X1
dan X2 terhadap variabel Y”, adapun rumus regresi linier yang akan
digunakan dalam penelitian adalah:
Y= a + b1 X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y = Prestasi belajar siswa
a = Bilangan konstanta
b = Koefisien regresi linier tiap variabel
X1 = Lingkungan keluarga
X2 = Kemandirian belajar
e = Error
2. Uji F
Uji F digunkan untuk mengetahui significance pengaruh
variabel lingkungan keluarga (X1), kemandirian belajar (X2), secara
bersama-sama terhadap variabel prestasi belajar siswa (Y). Langkah-
langkah pengujian secara umum :
a. Perumusan Hipotesis
Ho : l = 2, 3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen.
Ho : l 2 3 0, artinya ada pengaruh antara variabel
independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
b. Level of significance (α = 5%)
Dengan derajat kebebasan (dk); k, (n–1–k)
Ftabel = ; k; (n–1–k) atau 0,05; k; (n–1–k)
c. Kriteria pengujian
Ho diterima apabila Fhitung Ftabel
Ho diterima apabila Fhitung Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel
d. Perhitungan nilai Fhitung:
F =
Keterangan:
SSR = Sum of Square-res for the requestion
SSRes = Squares for the residual
F(0,05;k; n–1–k)
e. Kesimpulan
Dengan membandingkan antara Fhitung dan Ftabel maka akan dapat
diambil kesimpulan apakah Ho diterima ataukah Ho ditolak.
3. Uji T
Yaitu digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah pengujian secara umum:
a. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternative
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ho : β ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Menentukan level of significance α = 0.05
Dengan derajat kebebasan = n – 1 – k
ttabel = t ( ;n – 1 – k)
c. Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila –ttabel thitung ttabel
Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau – thitung < –ttabel
d. Nilai thitung
t =
Dimana:
–ttabel ttabel
b = koefisien regresi
Sb = standar error of regression coeffisien
= nilai beta
e. Kesimpulan
Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabe1 maka dapat
diambil kesimpulan Ho diterima atau Ho ditolak.
4. Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel
dependen yang ditujukkan dalam persentase. Menurut Subagyo (1997 :
350), adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
b1, b2 = koefisien regresi
X = variabel independen
Y = Variabel dependen
5. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
Sumbangan Relatif maupun efektif digunakan untuk
mengetahui kontribusi masing-masing independen (X1 dan X2)
terhadap perubahan variabel dependen (Y). Menurut Hadi (2004:41),
“Penelitian yang juga dapat menghitung besar sumbangan relative
masing-masing kreditor terhadap prediksi”.
Untuk melihat signifikansi suatu garis regresi antara kriterium
dengan prediktornya yang ditunjuk dari korelasi tiap variabel yang
diteliti. Dengan rumus Sumbangan Relatif sebagai berikut:
a. Sumbangan Relatif (SR%)
b. Sumbangan Efektif (SE%)
%X
M. Sistematika Laporan
Secara garis besar penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,
yaitu :
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika laporan.
Bab II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan dalam
penyusunan penelitian yang berkaitan dengan definisi konsep,
definisi operasi, indikator, hubungan, hipotesis.
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, subjek dan
objek penelitian,populasi, sampel, sampling, data dan instrumen
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, teknik penyajian
data, teknik analisis data.
Bab IV ANALISIS DATA
Bab ini berisi hasil analisis data yang meliputi : pengujian kualitas
data dan hasil analisis data.
Bab V PENUTUP
Penutup menguraikan tentang kesimpulan akhir penelitian,
keterbatasan penelitian dan saran dari peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Amirul Sholeh. 2005. Hubungan antara Lingkungan dan Sarana Praktek dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Rumpun Bangunan SMK Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta : Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Badudu Zain. 1994. Menjadi pribadi dewasa dan mandiri.Yogyakarta: kanisius.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Nugroho. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Balai Pustaka.
Nurjannah. 1995. Murid belajar mandiri. Jakarta: Gaung Persada Pers.
Rusyan Tabrani. 1999. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Slameto. 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sutaryadi.dkk. 2000. Statistika II. Surakarta: UNS Pers.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bina aksara.
Syaifuddin azwar. 1995. Sikap manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
UU Sisdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003. Jakarta : Sinar Grafika.
USULAN PENELITIAN
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARAGA DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK
TAMANSISWA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010
Tahun Ajaran 2009/2010
Diajukan Oleh:
PUPUT PRASETYONINGSIH
A 210 060 181
Telah disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Darsinah, SE, M.Si. Drs. H. Djalal Fuadi, MM
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI
SMK TAMANSISWA SUKOHARJO
Tahun Ajaran 2009/2010
Usulan Penelitian Untuk Skripsi
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Diajukan Oleh :
PUPUT PRASETYONINGSIH
A 210 060 181
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010