LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

29
i LITERATURE REVIEW METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL OLEH KOMANG MENIK SRI KRISNAWATI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Transcript of LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

Page 1: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

i

LITERATURE REVIEW

METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

OLEH

KOMANG MENIK SRI KRISNAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

karuniaNya karya ini yang berupa kajian beberapa literatur tentang metode asuhan

keperawatan berhasil disusun.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungannya selama penyusunan

dan pengajuan karya ini kepada para Pimpinan mulai dari Bapak Rektor Universitas

Udayana, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Kepala Program studi

Ilmu Keperawatan, kepada Kepala Perpustakaan di lingkungan FK Universitas

Udayana, serta para dosen dan staff di PSIK FK Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik

dan saran membangun diharapkan dapat menjadi perbaikan untuk karya ini

selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini

dapat membantu membangun dunia keperawatan.

Penulis

Page 3: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….… i

KATA PENGANTAR……..……………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……..……………..………………………………………..… iii

Pengertian MPKP………………………………………………... 1

Komponen MPKP ………………………………………………….... 1

Pilar MPKP ....................………………………………………………... 4

Metode MPKP……………… ……………………………..................... 15

Kegiatan dalam MPKP…………………………………………..………... 17

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

1

1. Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat

profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia,

2006).

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan

tersebut.

2. Komponen MPKP

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit,

Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima

komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP,

hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,

pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan

serta sistem kompensasi dan penghargaan.

a. Nilai – nilai professional

Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,

menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan

dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk

mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang

dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina

performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.

Page 5: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

2

b. Hubungan antar professional

Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui

perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi

informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.

Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana

tindakan medik.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi

keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP,

PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat

modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.

d. Pendekatan manajemen

Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi

yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi

tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan

keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan

kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi

manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

e. Sistem kompensasi dan panghargaan.

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan

keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi

dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan

medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

Page 6: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

3

3. Tujuan MPKP

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap

tim keperawatan.

4. Pilar – Pilar MPKP

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya

adalah :

a. Pilar I : Pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar

praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen

terdiri dari :

- Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi

(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;

harian,bulanan,dan tahunan)

- Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar

alokasi pasien.

- Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,

manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference,

dan manajemen konflik

- Pengawasan

- Pengendalian.

Page 7: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

4

b. Pilar II: Sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan

professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja, orientasi,

penilaian kinerja staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum

membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.

c. Pilar III: Hubungan professional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim

kesehatan) dalam penerima palayanan keperawatan (klien dan keluarga).

Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara internal artinya

hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya

antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain –

lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan

antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan

keperawatan dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di

MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP

adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan

5. Macam – Macam Metode Asuhan Keperawatan

a. Metode Tim

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.

Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta

memiliki pengetahuan dalam bidangnya.

Page 8: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

5

Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu

pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas

dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota

tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim

yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan

keperawatan klien.

Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam

memberikan askep terhadap sekelompok pasien.

Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :

- Ketua tim

- Pelakaana perawatan

- Pembantu perawatan

Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan

menggunakan tenaga yang tersedia.

Kelebihan metode tim :

- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.

- Pasien dilayani secara komfrehesif

- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan

- Tercipta kerja sama yang baik .

- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan

efektif.

Kekurangan metode tim:

- Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung

jawabnya.

- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau

terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota

tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.

Page 9: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

6

- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau

berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.

- Akuntabilitas dalam tim kabur.

Peran Kepala Ruang dalam tahap:

1. Pengkajian : Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen

2. Perencanaan :

Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan

- Menunjuk Ka Tim

- Mengikuti serah terima klien

- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan

- Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan

kebutuhan klien

- Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan

- Merencanakan lgistik ruangan/failitas ruangan

- Melakukan pendokumentasian

3. Implementasi :

Fungsi pengorganisasian :

- Merumuskan system penugasan

- Menjelaskan rincian tugas Ketua Tim

- Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat

- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang rawat

- Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan

- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik

- Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim

Page 10: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

7

Fungsi pengarahan:

- Memberikan pengarahan kepada ketua Tim

- Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

anggota Tim

- Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik

- Membimbing bawahan

- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

- Melakukan supervisi

- Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan

- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4. Evaluasi

Fungsi pengendalian:

- Mengevaluasi kinerja katim

- Memberikan umpan balik pada kinserja katim

- Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut

- Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan

- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Peran Ketua Tim dalam tahap

1. Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien

2. Perencanaan :

Fungsi perencanaan dan ketenagaan :

- Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas

- Bersama karu melaksanakan pembagian tugas

- Menyusun rencana asuhan keperawatan

- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan

- Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

- Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

Page 11: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

8

3. Implementasi

Fungsi pengorganisasian:

- Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan

- Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien

- Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan

- Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim kesehatan lain

- Mengatur waktu istirahat anggota tim

- Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim

- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Fungsi pengarahan :

- Memberikan pengarahan kepada anggota tim

- Memberikan bimbingan pada anggota tim

- Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep

- Mengawasi proses pemberian askep

- Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan

- Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim

- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4. Evaluasi:

Fungsi pengendalian :

- Mengevaluasi asuhan keperawatan

- Memberikan umpan balik pada pelaksana

- Memperhatikan aspek legal dan etik

- Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

Page 12: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

9

Peran pelaksana dalam tahap :

1. Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk

melaksanakan asuhan keperawatan.

2. Perencanaan:

Fungsi perencanaan dan ketenagaan :

- Bersama Karu mengadakan serah terima tugas

- Menerima pembagian tugas dari katim

- Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

- Mengikuti ronde keperawatan

- Menerima klien baru

3. Implementasi

Fungsi pengorganisasian :

- Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim

- Menerima pembagian tugas

- Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim

- Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain

- Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya

- Melaksanakan asuhan keperawatan

- Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan

Fungsi pengarahan :

- Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim

- Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep dengan

etik dan legal

- Memahami pemahaman yang telah dicapai

- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian

Page 13: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

10

4. Evaluasi

Fungsi pengendalian :

- Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta ikut

mengevaluasi kondisi pasien.

b. Metode Primary Team

Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara

pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan

mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.

Tugas perawat primer adalah :

- Menerima pasien

- Mengkaji kebutuhan

- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.

- Mengkoordinasi pelayanan

- Menerima dan menyesuaikan rencana

- Menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar :

- Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

- Ada otonomi.

- Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

Ketenagaan :

- Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.

- Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat

- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

- Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.

Page 14: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

11

Kepala bangsal :

- Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer

- Orientasi dan merencanaka karyawan baru.

- Menyusun jadwal dinas

- Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer:

- Mendorong kemandirian perawat.

- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

- Berkomunikasi langsung dengan Dokter

- Perawatan adalah perawatan komprehensif

- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.

- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:

- Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat

- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

Peran Kepala Ruang :

- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer

- Orientasi dan merencanakan karyawan baru

- Menyusun jadual dinas

- Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)

- Evaluasi kerja

- Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan staf

Page 15: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

12

Peran Perawat Primer :

- Menerima pasien

- Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan

- Membuat tujuan

- Membuat rencana keperawatan

- Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada PA yang menjadi

anggota timnya.

- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama PA yang menjadi

anggota timnya.

- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

- Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan.

- Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

- Menerima dan menyesuaikan rencana

- Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

- Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan tindakan

keperawatan)

Peran Perawat Asosiate :

- Mengikuti konferens untuk menerima penjelasan tentang asuhan yang direncanakan

oleh PP.

- Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh PP

- Memberi informasi/masukan yang diperlukan kepada PP tentang klien untuk

keperluan asuahan keperawatan selanjutnya.

- Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam catatan tindakan

keperawatan.

Page 16: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

13

c. Metode Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan

sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih

terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 –

2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan

orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan)

tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).

Kerugian metode fungsional:

- Pasien mendapat banyak perawat.

- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan

- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.

- Pelayanan terputus-putus

- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

Kelebihan dari metode fungsional :

- Sederhana

- Efisien.

- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.

- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman

untuk satu tugas yang sederhana.

- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek

untuk ketrampilan tertentu.

Page 17: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

14

d. Metode Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien

akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa

pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan

kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan

untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.

Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat

bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam,

2002).

Kekurangan metode kasus :

- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga

tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh

- Membutuhkan banyak tenaga.

- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang

sederhana terlewatkan.

- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab

klien bertugas.

Kelebihan metode kasus:

- Kebutuhan pasien terpenuhi.

- Pasien merasa puas.

- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.

- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

e. Metode Modul / Distrik

Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer.

Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.

Page 18: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

15

Keuntungan dan Kerugian :

Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.

f. Metode MPKP

Suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat

menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005).

Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak diterima dan

diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak itu

berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen

Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus mengembangkan keperawatan

diantaranya membuka pendidikan pada tingklat sarjana, mengembangkan kurikulum

keperawatan dan mengembangkan standar praktik keperawatan.

7. Tingkatan MPKP

a. Model praktek Keperawatan Profesional III

Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah

doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut

juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang

dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-

hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.

Page 19: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

16

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I

Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan

keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini

adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju

profesional I.

8. Peran Staf MPKP

1. Kepala Ruangan, tugasnya :

Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat

penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.

2. Perawat staf :

-Melakukan askep langsung pada pasien

- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan

3. Perawat Pelaksana :

- Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa

pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu

tindakan sederhana (ADL).

4. Pembantu Perawat :

- Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi

tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.

5. Tenaga Administrasi ruangan

- Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan

administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat

duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-

obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.

Page 20: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

17

9. Kegiatan dalam MPKP

a. Timbang terima

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan :

- Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien

- Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya

- Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Prosedur timbang terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

1. Persiapan

-kedua kelompok dalam keadaan siap

-kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung

jawab:

- timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan

- dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan

mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,

rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya

yang perlu dilimpahkan.

- hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya

dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang

berikutnya

Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

- identitas klien dan diagnosa medik

- masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

- tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

- intervensi kolaborasi dan dependensi

Page 21: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

18

- rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,

misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,

persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara

rutin.

Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan

melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Penyampaan pada saat timbang

terima secara singkat dan jelas. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari

5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan

oleh perawat. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan

tidak terburu-buru. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift

bersama-sama secara langsung melihat keadaan kien.

b. Preconference

Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana

kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau penanggung jawab

primer. Jika yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang, maka pre conference

ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan

tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung jawab primer. (modul

mpkp,2006)

Waktu : setelah operan

Tempat : meja masing-masing perawat primer

PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer

Kegiatan :

1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara

2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan rencana harian masing-

Page 22: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

19

masing perawat pelaksana

3. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan masukan dan tindakan

lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu

4. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan reinforcement

5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara

c. Post conference

Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift

dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan

tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin

oleh kepala primer atau penanggung jawab primer. (modul mpkp, 2006)

Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya

Tempat : meja masing-masing primer

PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer

Kegiatan :

1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara

2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan kendala dalam asuhan

yang telah diberikan

4. Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan tindakan lanjut asuhan klien

yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya

5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara

d. Ronde keperawatan

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang

dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh

penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.

Page 23: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

20

Karakteristik :

- klien dilibatkan secara langsung

- klien merupakan fokus kegiatan

- perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama

- kosuler memfasilitasi kreatifitas

- konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer

untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

Tujuan :

- menumbuhkan cara berfikir secara kritis

- menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah

klien

- meningkatkan vadilitas data klien

- menilai kemampuan justifikasi

- meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

- meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.

Peran perawat primer dan perawat asosiet

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk

memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :

- Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien

- Menjelaskan masalah keperawatan utama

- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

- Menjelaskan tindakan selanjtunya

- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

Peran perawat primer lain dan atau konsuler

- memberikan justifikasi

- memberikan reinforcement

- menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta,tindakan yang

Page 24: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

21

rasional

- mengarahkan dan koreksi

- mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

Tahap pelaksanaan ronde keperawatan

1. Pesiapan

-Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde

-Pemberian informed consent kepada klien/keluarga

2. Pelaksanaan ronde

- Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan

memilih prioritas yang perlu didiskusikan

- Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang

akan dilakukan

- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan

3. Pasca ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan

yang perlu dilakukan.

e. Case studi

Menurut bog dan dan bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci

terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau

satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai

suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan

rinci. Sementarayin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan

penekanan pada ciri-cirinya. Ary, jacobs, dan razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam

studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn.

Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.

Page 25: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

22

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1)

sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-

sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar

atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang

ada di antara variabel-variabelnya.

Jenis-jenis studi kasus

1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi

tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan

organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena

sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.

2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi

peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada

suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya

antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c)

kegiatan sekolah

3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud

mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.

Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup

seseorang, dan lahir hingga sekarang. Masa remaja, sekolah. Topik persahabatan dan

topik tertentu lainnya.

4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan

(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat

sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus

organisasi dan studi kasus observasi.

Page 26: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

23

5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi

terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa

pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak

yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala

sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.

6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi

yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan

organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

Langkah-langkah penelitian studi kasus

1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan

(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan

menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit

sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga

dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia

2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang

lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis

dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara

pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat

mengumpulkan data yang berbeda secara serentak

3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.

Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum

guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis,

kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di

Page 27: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

24

lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah

selesai dan lapangan

4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan

studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement)

data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru

mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat

kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah

ada.

5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan

mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga

rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan

diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang

atau kelompok.

Page 28: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

25

MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang,

Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang

dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan

menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini

menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan

bermutu baik.

Pada modul ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan

berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory

reward, professional relationship dan patient care delivery.

Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan

professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah:

1. Modul I : Manajemen Keperawatan

2. Modul II : Compensatory Reward

3. Modul III : Professional Relationship

4. Modul IV : Patient Care Delivery

Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan

model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga

keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke

bentuk MPKP Profesional.

Page 29: LITERATURE REVIEW - erepo.unud.ac.id

26

DAFTAR PUSTAKA

Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis: Mosby.

Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd

ed. Philadelphia:

W.B. Saunder Company.

Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia:

W.B. Saunder Company.

Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management functions

in nursing: Theory and application. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan :

Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter , P.A., & Perry, A.G., (2005). Fundamental of nursing : Concepts, process &

practice, 4nd ed., Vol. 1. St. Louis: Mosby.

Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit:

Penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang

rawat. Jakarta: EGC.

Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen

keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.

Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses: an

interactive text. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.

Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan untuk

perawat klinis terjemahan. Alih bahasa Suharyati Samba, editor Monica

Ester. Jakarta: EGC.

Sullivan, E.J. dan Phillip J.D. (2005). Effective leadership and management in

nursing. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Tomey, A. M. (2009). Nursing management and leadership, 8th

ed. St. Louis: Mosby.