identifikasi Ranitidin Hcl

download identifikasi Ranitidin Hcl

of 3

Transcript of identifikasi Ranitidin Hcl

BAB IV ANALISIS KIMIA

A. Identifikasi Zat Aktif Identifikasi Ranitidin HCl pada tablet dapat dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), dimana harga Rf yang diperoleh sama dengan yang diperoleh dari larutan baku Ranitidin Hidroklorida BPFI (Anonim, 1995). Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (Skoog DA, West DM, Holler FJ, 1996). Identifikasi Ranitidin HCl menggunakan teknik kromatografi lapis tipis, pertama-tama dibuat larutan uji, larutan baku dan larutan resolusi. Caranya membuat larutan uji adalah dengan melarutkan sejumlah tablet dengan methanol P hingga larut sempurna dan disaring, sehingga diperoleh larutan yang mengandung Ranitidin HCl 22,4 mg per ml. Untuk larutan pembanding, digunakan larutan baku yang dibuat dengan cara melarutkan sejumlah Ranitidin HCl BPFI ke dalam methanol P hingga diperoleh kadar 0,22 mg per ml. Larutan baku tersebut kemudian diencerkan menjadi empat seri pengenceran dengan kadar 110 g (enceran larutan baku A); 66 g (enceran larutan baku B); 22 g (enceran larutan baku C); dan 11 g (enceran larutan baku D) per ml. adapun larutan resolusi, dibuat dengan cara melarutkan senyawa sejenis A Ranitidin BPFI (5-[[(2-amino-etil)tiometil]-N,N-dimetil-2-furanmetanamina, garam hemifumarat) dengan methanol P hingga diperoleh kadar 1,27 mg per ml (Anonim, 1995). Fase diam yang digunakan dalam identifikasi dengan teknik KLT adalah lempeng kromatografi silika gel dengan ketebalan 0,25 mm, sementara fase gerak yang digunakan adalah campuran etil asetat P-isopropil alkohol P-amonium hidroksida-air (25:15:5:1). Larutan uji, larutan baku, enceran larutan baku A, B, C dan D ditotolkan pada silika gel masing-masing sebanyak 10 l, ditotolkan juga 10 l larutan uji yang ditambahkan dengan 10 l larutan resolusi diatas totolan tersebut. Lempeng silika gel yang telah diberi totolan-totolan tersebut dibiarkan

kering dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam bejana (chamber) yang berisi fase gerak yang telah dijenuhkan sebelumnya. Fase gerak akan merambat sepanjang tidak kurang dari 15 cm diatas garis penotolan pada fase diam silika gel. Setelah itu, lempeng silika gel diangkat dan fase gerak dibiarkan menguap sehingga lempeng silika gel kering. Selanjutkan pada lempeng kromatografi dipaparkan uap iodium agar bercak-bercak yang dihasilkan tampak secara visual. Intensitas bercak-bercak yang timbul kemudian dibandingkan dan dihitung harga Rf bercakbercak tersebut, dimana apabila harga Rf bercak larutan uji sama dengan harga Rf bercak utama larutan baku hal tersebut berarti bahwa dalam tablet Ranitidin HCl mengandung senyawa Ranitidin HCl (Anonim, 1995). Identifikasi Ranitidin HCl juga dapat dilakukan dengan melarutkan sejumlah serbuk tablet dengan 2 ml air, disaring dan filtratnya direaksikan yang mana akan menunjukkan reaksi klorida cara A, B dan C. Reaksi klorida cara A, adalah dengan menambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan uji, hasilnya adalah terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam ammonium hidroksida 6 N sedikit berlebih. Reaksi klorida cara B, yaitu pada saat pengujian alkaloida hidroklorida, ditambahkan ammonium hidroksida 6 N, disaring dan filtratnya diasamkan dengan asam nitrat P, selanjutnya adalah dilakukan prosedur seperti pada uji A. Sedangkan reaksi klorida cara C, adalah mencampurkan senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P dalam bobot yang sama, campuran tersebut dibasahi dengan asam sulfat P dan dipanaskan perlahan-lahan, hasilnya adalah terbentuknya klor yang memberikan warna biru pada kertas kanji iodide P basah (Anonim, 1995).

B. Evaluasi Kimia 1. Penetapan Kadar Penetapan kadar Ranitidin HCl pada tablet dilakukan dengan teknik Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Fase gerak yang digunakan dalam KCKT ini adalah campuran methanol P-amonium asetat 0,1 M (70:30) yang disaring dan diawaudarakan. Larutan baku yang digunakan adalah Ranitidin HCl BPFI yang dilarutkan dalam fase gerak, kemudian diencerkan secara bertahap dengan pelarut yang sama sampai kadar 0,112 mg per ml. Sedangkan larutan uji dibuat dengan menimbang seksama 10 tablet Ranitidin HCl, dilarutkan dengan 250 ml fase gerak, dikocok dan dicampur hingga tablet hancur sempurna dan disaring. Larutan kemudian

diencerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan fase gerak hingga diperoleh larutan dengan kadar yang sama dengan larutan baku (Anonim, 1995). Sistem kromatografi menggunakan kolom berisi bahan pengisi L1 (oktadesil silana yang terikat secara kimiawi pada partikel mikro silica berpori atau partikel mikro keramik, dengan diameter 5 m sampai 10 m) dengan ukuran kolom 4,6 mm x 20 cm 30 cm. Larutan uji dan larutan baku masing-masing disuntikkan ke dalam kromatograf sebanyak kurang lebih 10 l, laju aliran dalam kolom kurang lebih 2 ml per menit. Respon puncak utama pada kromatogram diukur dengan detektor 322 nm, dan kadar (dalam mg) Ranitidin HCl dalam tablet dihitung menggunakan rumus: ( Keterangan: 314,40 = bobot molekul Ranitidin; 350,86 = bobot molekul Ranitidin HCl; L D = jumlah Ranitidin dalam mg yang tertera pada etiket = kadar Ranitidin dalam mg/ml larutan uji (berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket per tablet dan faktor pengenceran); C ru rs = kadar Ranitidin Hidroklorida BPFI dalam mg/ml larutan baku; = respon puncak larutan uji; = respon puncak larutan baku (Anonim, 1995). )( ) ( )

DAPUS: Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Skoog DA, West DM, Holler FJ. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. 7th edition. Saunders College Publishing. Hal. 17-25 : New York.