Identifikasi Pasien Khusus

17
SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN KLINIK KDM II RS PKU MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI RSIA MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI BANYUWANGI 2008 1

description

rumah sakit

Transcript of Identifikasi Pasien Khusus

EVALUASI PEMBELAJARAN KLINIK

SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN

KLINIK KDM II RS PKU MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI

RSIA MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI

BANYUWANGI

2008

EVALUASI PEMBELAJARAN KLINIK

RS PKU MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI

A. Pendahuluan

Evaluasi merupakan satu rangkaian kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan di lingkungan pendidikan keperawatan. Kegiatan ini merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran, yang tidak kalah pentingnya dengan kegiatan pembelajaran lainnya.

Evaluasi pembelajaran klinik merupakan evaluasi terhadap proses pembelajaran klinik yang telah dilaksanakan. Evaluasi pembelajaran klinik diperlukan untuk mengetahui sejauhmana kompetensi peserta didik telah tercapai, yang akhirnya dapat dipergunakan untuk perencanaan pembelajaran berikutnya dan untuk menentukan standar kelulusan peserta didik.

Evaluasi pembelajaran klinik seringkali menghadapi beberapa masalah yang berhubungan dengan waktu dan tenaga, ketidaklengkapan data untuk penilaian dan keterbatasan jumlah penilai, ketidakteraturan penilaian, penggunaan metode yang kurang sesuai, penilaian yang berfokus pada kesalahan serta kebingungan terhadap penerapan standar performa.

Oleh sebab itu evaluasi pembelajaran klinik perlu direncanakan dengan baik, berkelanjutan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk benar benar menampilkan kemampuan profesional yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

B. Pengertian

Evaluasi adalah proses terencana dan sistematis untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik. Evaluasi pembelajaran klinik adalah evaluasi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan di klinik yang merupakan tempat untuk mencari pengalaman belajar klinik.

Evaluasi merupakan dua rangkaian kegiatan pokok yang harus dilaksanakan, yang meliputi kegiatan pengukuran dan penilaian. Pengukuran adalah kegiatan atau proses untuk menentukan kuantitas kompetensi peserta didik dengan membandingkan pada standar / patokan yang telah ditentukan. Pengukuran diartikan juga sebagai mengamati penampilan peserta didik dengan indikator tertentu. Dalam hal ini, kegiatan pengukuran perlu alat bantu yang telah disusun dengan baik yang akan dijadikan sebagai indikator.

Penilaian adalah kegiatan untuk menilai hasil pengukuran kompetensi peserta didik dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Proses pemberian nilai dilakukan secara bertahap sepanjang kegiatan evaluasi pembelajaran klinik berlangsung.

C. Macam Evaluasi

Evaluasi pembelajaran klinik merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus sepanjang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi ini dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan ketrampilan profesional keperawatan sesuai dengan tujuan pembelajaran klinik sendiri.

Evaluasi pembelajaran klinik dibedakan menjadi 2 macam yaitu evaluasi yang dilaksanakan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengenali kekurangan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan dan merupakan dasar untuk pemberian bimbingan selanjutnya. Dengan demikian evaluasi formatif erat kaitannya dengan proses pemberian bimbingan Evaluasi formatif dilakukan sepanjang proses pembelajaran.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Evaluasi sumatif akan memberikan informasi secara luas tentang pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik berdasar tujuan yang telah ditetapkan.

D. Aspek Evaluasi Pembelajaran Klinik

Evaluasi pembelajaran klinik merupakan evaluasi terhadap ketrampilan profesional keperawatan. Evaluasi ini cukup komplek yang meliputi tiga ketrampilan yaitu, ketrampilan intelektual tingkat tinggi ( problem solving ), interpersonal ( sosial dan komunikasi ) dan ketrampilan teknikal. Sedangkan menurut Bradshaw ( 1989 ), aspek yang perlu dievaluasi dalam pembelajaran klinik adalah meliputi 4 ( empat ) ketrampilan, yaitu : 1) ketrampilan sosial yang merupakan kemampuan akan kesadaran dan kemampuan bekerja dengan teman sejawat, 2) ketrampilan berkomunikasi, adalah kemampuan untuk berbicara dan mendengar, 3) ketrampilan praktek, merupakan kemampuan untuk menggunakan alat dan menguasai prosedur perasat, 4) ketrampilan mengambil keputusan, adalah kemampuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara paripurna.

Evaluasi intelektual / kognitif adalah proses evaluasi yang bertujuan mengetahui tentang apa yang harus diketahui, dimengerti dan dinterpretasikan melalui proses intelektual oleh peserta didik. Menurut Bloom ( 1997 ) aspek kognitif terdiri dari 6 domain, yaitu ; 1) pengetahuan hafalan, 2) pemahaman, 3) penerapan / aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis dan 6) evaluasi.

Pengetahuan hafalan merupakan kemampuan untuk mengingat kembali memori yang telah tersimpan. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan konsep yang telah diterima. Penerapan / aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan, mengembangkan dan bahkan mengubah struktur dari teori yang pernah diterima ke dalam hal yang lain. Analisis adalah kemampuam menganalisa dan membandingkan teori yang dipelajarinya. Sistesia adalah kemampuan untuk menghubungkan dan menggabungkan semua teori yang telah diterima. Evaluasi adalah kemampuan untuk menafsirkan, menilai teori dan memutuskan sesuatu sesuai dengan teori yang diterima.

Ketrampilan intelektual tingkat tinggi merupakan kemampuan tentang pengetahuan yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan melalui proses analisa dan kemampuan untuk menggunakan ketrampilan ketrampilan dalam praktek. Dengan kata lain, ketrampilan intelektual tingkat tinggi merupakan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan klinik yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode proses keperawatan. Evaluasi terhadap ketrampilan intelektual dapat dilaksanakan secara tertulis maupun lisan.

Evaluasi interpersonal pada dasarnya merupakan evaluasi terhadap afektif / sikap dari peserta didik. Evaluasi sikap adalah proses untuk mendapatkan informasi yang menggambarkan proses seseorang dalam mengenali serta mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman untuk berperilaku. Bloom (1964) mengembangkan aspek sikap dalam 5 domain, yaitu ; 1) menerima, 2) berespon, 3) berperilaku sesuai nilai, 4) mengorganisasikan berbagai nilai dan 5) mempunyai ciri perilaku/ karakteristik.

Menerima adalah kemampuan untuk mengenal dan memperhatikan berbagai stimulus yang diterimanya. Dalam hal ini peserta didik bersifat pasif dan hanya sekedar mendengar atau memperhatikan saja. Berespon artinya peserta didik memberikan respon atau tanggapan terhadap gagasan yang diberikan. Sehingga pada domain ini peserta didik lebih aktif untuk memberikan tanggapan ketika diminta. Berperilaku artinya peserta didik secara konsisten berperilaku sesuatu dengan nilai, meskipun tidak diminta pihak lain. Organisasi artinya peserta didik dapat mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam sistem nilai yang diinginkan. Karakteristik artinya peserta didik telah memiliki perilaku diatas level sebelumnya. Dalam hal ini peserta didik telah mengintegrasikan nilai dan perilakunya dalam falsafah hidup.

Dalam pembelajaran klinik, ketrampilan interpersonal merupakan evaluasi sikap dalam tingkat tinggi yang merupakan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dan bekerja dengan sejawat, pasien, maupun penguji. Evaluasi ini memerlukan waktu yang panjang untuk memperoleh gambaran perilaku yang konsisten. Kesulitan terhadap evaluasi ini sering dirasakan akibat perbedaan latar belakang dari peserta didik dengan penilai. Oleh karena itu alat evaluasi perlu disusun dengan baik. Alat evaluasi yang sering digunakan adalah tertulis atau lisan baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur.

Evaluasi teknikal merupakan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik dalam melaksanakan ketrampilan teknis / tindakan keperawatan langsung kepada pasien. Bloom mengklasifikasi aspek teknikal dalam 5 domain, yaitu imitasi, manipulasi, teliti, artikulasi dan naturalisasi.

Imitasi merupakan kegiatan peserta didik yang masih belum benar dan kurang koordinasi, sehingga membutuhkan waktu yang lama. Manipulasi berarti peserta didik masih memerlukan instruksi dari pembimbing, sehingga ketepatan pelaksanaan masih bervariasi. Seksama dan teliti merupakan kemampuan peserta didik melaksanakan ketrampilan dengan urutan logis, kesalahan minimal dan waktu masih bervariasi. Artikulasi adalah kemampuan peserta didik untuk dapat melakukan ketrampilan sesuai dengan urutan logis, koordinasi baik, kesalahan terbatas pada aspek kritikal dan penyelesaian kegiatan sesuai dengan harapan. Sedangkan naturalisasi adalah kemampuan untuk dapat melaksanakan ketrampilan dengan urutan logis, koordinasi baik, tepat waktu dan kompetensi profesional.

Evaluasi ketrampilan teknikal pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan motorik. Pengetahuan merupakan pemahaman peserta didik terhadap prosedur kerja dan akibat yang dapat ditimbulkannya. Sikap merupakan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dengan pasien sehingga dapat melaksanakan tindakan yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien. Motorik adalah evaluasi yang berhubungan dengan ketepatan koordinasi dan kecepatan penampilan dalam melaksanakan tindakan ketrampilan yang ditentukan. Evaluasi motorik meliputi evaluasi terhadap prosedur kerja dan hasil kerja. Akan tetapi pada jenis ketrampilan tertentu ( terutama ketrampilan kritikal ) mungkin evaluasi hanya ditujukan pada prosedur kerja saja.

E. Metode dan Teknik Evaluasi Pembelajaran Klinik

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi yang lebih komplek yang perlu pengelolaan dengan baik. Perencanaan evaluasi dengan menentukan metode yang tepat merupakan salah satu langkah pengelolaan evaluasi yang baik. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi pembelajaran klinik adalah; observasi, tertulis / laporan, lisan / diskusi dan OSCE ( Objective Structure Clinical Evaluation ).

1. Observasi

Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis dan obyektif mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu / kelompok secara langsung. Metode observasi digunakan untuk mengevaluasi penampilan motorik, sikap serta interaksi verbal dan non verbal.

Teknik pelaksanaan observasi terdiri dari 3 langkah, yaitu 1) Melaksanakan pengamatan perilaku sesuai dengan komponen pengamatan, 2) Melakukan validasi terhadap perilaku peserta didik dan mencatat hasil validasi, 3) memberikan penilaian sesuai dengan skala penilaian.

Penggunaan metode ini cenderung dipengaruhi oleh subyektifitas pengamat. Dengan demikian dapat mempengaruhi reliabilitas / keajegan dan obyektivitas evaluasi. Oleh karena itu perlu dikembangkan cara penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan obyektifitas, validitas dan keteradalannya. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi subyektifitas antara lain :

a. Aspek yang diobservasi dan pemberian nilai ( score ) harus jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat formulir penilaian yang berisi aspek yang akan dievaluasi secara jelas.

b. Pemberian umpan balik dilakukan segera setelah observasi melalui proses diskusi. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan validasi dan klasifikasi terhadap kualitas penampilan yang dievaluasi.

Adapun alat evaluasi yang sering digunakan berupa daftar ceklyst ketrampilan yang dilengkapi dengan skala penilaian ( rating scale) dan catatan anekdot.

Daftar ceklyst adalah suatu daftar kalimat yang menggambarkan aspek khusus perilaku yang ingin diamati pada seorang peserta didik yang sedang melakukan tugas. Daftar cheklyst harus dilengkapi dengan skala penilaian. Skala penilaian adalah alat pengukuran untuk memutuskan hasil observasi dari suatu prosedur yang sistematis. Skala penilaian berguna untuk menilai tingkat kemampuan yang diharapkan dan memuat sejumlah karakteristik atau kualitas yang akan dinilai.

Skala penilaian dapat berupa angka dan grafik. Skala penilaian angka adalah dengan memberikan angka yang sesuai dengan kriteria dan kemudian diberi tanda chek / lingkaran pada karakteristik yang dipilih. Sedangkan skala penilaian dengan grafik adalah bahwa setiap karakteristik diikuti dengan garis horizontal. Penilaian dibuat dengan meletakkan tanda cek pada garis. Sekumpulan kategori yang diidentifikasi secara spesifik diletakkan sepanjang garis tetapi penilai bebas menilai diantara point point tersebut.

Catatan anekdot adalah catatan singkat yang dapat memberikan gambaran faktual tentang kejadian yang bermakna pada peserta didik dan dicatat segera setelah terjadi peristiwa. Catatan anekdot yang baik akan dapat menyampaikan uraian kejadian obyektif kemudian diikuti dengan interpretasi. Catatan ini hanya berisi peristiwa yang penting yang dilakukan oleh peserta didik.

Catatan anekdot sangat berguna untuk mencatat perilaku khusus pada waktu tertentu. Catatan ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana melakukan pendekatan kepada pasien, ketekunan peserta didik dalam menyelesaiakan tugas, bagaimana peserta didik mendengarkan pendapat orang lain serta sikap dan kebiasaan yang dilakukan.

Catatan anekdot yang baik adalah :

a. Harus merupakan gambaran yang tepat tentang apa yang sebenarnya terjadi.

b. Harus mengandung banyak hal tentang suasana, situasi dan kondisi peristiwa yang terjadi.

c. Harus dibubuhi waktu sehingga kronologis peristiwa dapat dipertimbangkan bila peristiwa itu ditinjau kembali.

d. Catatan harus dibuat segera setelah pengamatan

e. Kalimat harus jelas , tegas dan tidak mempunyai arti dua.

f. Pertimbangan penilaian harus dihindarkan.

2. Tertulis / Laporan

Metode tertulis / laporan adalah metode evaluasi yang dilakukan dengan cara memberi penugasan pada peserta didik untuk menuliskan laporan hasil pengamatan dan hasil melakukan tindakan asuhan keperawatan. Metode tertulis digunakan untuk mengevaluasi kemampuan kognitif tingkat tinggi, yaitu jenjang aplikasi dan pemecahan masalah melalui proses analisa sintesa dan evaluasi.

Laporan yang dapat dinilai dapat berupa rencana perawatan, laporan studi kasus, laporan proses keperawatan dan rencana pendidikan kesehatan. Dengan laporan / tulisan ini penilai dapat mengevaluasi kemampuan analisa, pemecahan masalah dan kemampuan untuk menulis.

Pelaksanaan metode ini diawali dengan penugasan peserta didik untuk melaksanakan tindakan keperawatan secara prosedural. Tahap kedua peserta didik membuat laporan hasil tindakan keperawatan. Sedangkan tahap selanjutnya, hasil laporan tersebut dinilai sesuai dengan alat evaluasi. Biasanya metode tertulis akan dilanjutkan dengan metode lisan.

Seperti halnya observasi, evaluasi dengan metode ini juga dapat dipengaruhi subyektifitas penilai. Oleh sebab itu pedoman penilaian dan skala penilaian perlu disusun untuk memperkecil subyektifitas. Alat evaluasi yang dapat digunakan dapat berupa daftar cheklyst dengan skala penilaian yang merupakan gambaran dari hal hal yang akan dinilai.

3. Lisan / Diskusi

Metode lisan merupakan metode evaluasi yang berupa tanya jawab dan dialog terhadap pertanyaan yang diajukan oleh penguji. Metode ini dapat digunakan pada saat penguji melakukan validasi terhadap data yang dikumpulkan dalam penyusunan rencara perawatan, menilai alasan dari suatu tindakan dan menilai kemampuan peserta didik terhadap perkembangan kasus. Sehingga metode ini juga merupakan kelanjutan dari metode observasi dan tertulis / laporan.

Pada penggunaan metode lisan akan terjadi interaksi langsung antara penguji dengan peserta didik yang dapat mempengaruhi obyektifitas dan reliabilitas evaluasi. Kecenderungan yang kurang baik dapat dikurangi dengan menyusun perangkat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan dan memberi nilai. Alat evaluasi yang digunakan dapat berupa daftar cheklist.

Metode diskusi merupakan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik dalam :

Menyampaikan ide secara jelas dan ringkas dalam diskusi kelompok

Mengambil peran sebagai pemimpin atau peserta dalam kelompok diskusi.

Mengajukan informasi, ide atau saran yang bermanfaat untuk kelompok.

Memudahkan kelompok dalam mengambil keputusan / menyelesaikan masalah.

Metode evaluasi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan seminar atau konferensi hasil praktek klinik. Kecenderungan terhadap subyektifitas penguji, dapat dikurangi dengan penyusunan alat evaluasi yang sistematis dan jelas dengan skala penilaian yang baku. Dengan demikian hasil evaluasi benar benar menggambarkan kemampuan peserta didik dalam berdiskusi.

Teknik pelaksanaan metode diskusi adalah dengan melakukan pengamatan terhadap peserta diskusi dan memberikan penilaian sesuai dengan alat evaluasi yang digunakan.

4. OSCE ( Obyective Structure Clinical Evaluation )

OSCE merupakan metode untuk menilai penampilan klinik secara terstruktur dan bersifat obyektif. Metode ini dapat secara bersamaan mengevaluasi intelektual, interpersonal dan teknikal. Metode OSCE dapat digunakan untuk mengevaluasi proses keperawatan secara keseluruhan, demonstrasi prosedur tindakan keperawatan, kemajuan berkomunikasi serta pemberian pendidikan keperawatan.

Pelaksanaan metode OSCE dibagi beberapa terminal / cermin yang masing masing dibatasi oleh waktu. Dengan demikian peserta didik melakukan ketrampilan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan berpindah ke cermin yang lain. Tiap tiap cermin mempunyai pertanyaan atau aspek penilaian yang berbeda. Pada akhir pelaksanaan evaluasi penilaian dikumpulkan dan dibuat rata rata nilai.

F. Prosedur Evaluasi Pembelajaran Klinik

Teknik evaluasi merupakan cara cara yang ditempuh untuk melaksanakan evaluasi. Evaluasi perlu direncanakan dengan baik agar tujuan evaluasi dapat dicapai sesuai dengan harapan. Tahap tahap pelaksanaan evaluasi pembelajaran klinik adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan evaluasi.

Penentuan tujuan evaluasi harus mempertimbangkan filosofi dan tujuan institusi pendidikan. Tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pembelajaran klinik yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian aspek yang akan dievaluasi harus dijelaskan dalam tujuan sehingga tidak menyimpang dari harapan.

2. Menentukan metode evaluasi

Penentuan metode disesuaikan dengan aspek yang akan dievaluasi, apakah kognitif, afektif atau psikomotor. Penentuan metode juga dimaksudkan untuk memberikan evaluasi yang tepat kepada peserta didik.

3. Menentukan alat evaluasi.

Alat evaluasi harus memenuhi persyaratan; valid / benar, dapat dipercaya, obyektif dan praktis atau mudah digunakan. Dengan demikian dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Alat evaluasi harus menggambarkan apa yang akan diukur, hasil apa yang diharapkan, bagaimana mengukurnya, kapan dilakukan pengukuran dan dimana alat ukur dipergunakan.

Langkah untuk menentukan alat evaluasi adalah :

1) menetapkan tujuan ketrampilan yang harus dikuasai peserta didik.

2) Menentukan komponen spesifik yang akan dinilai. Tinjau kembali tiap tiap komponen untuk menghindari istilah yang kabur.

3) Susunlah komponen tersebut sesuai dengan urutan kerja.

4) Membuat skala penilaian untuk mengevaluasi tiap prosedur kerja atau setiap komponen yang akan dinilai.

5) Menentukan norma penilaian secara kualitatif .

6) Mengubah nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif.

4. Menentukan team evaluasi

Team evaluasi harus melibatkan pembimbing klinik dari ruangan maupun dari insttusi pendidikan, terutama yang membimbing peserta didik secara langsung. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penilaian yang lebih obyektif, dan mengurangi kecemasan peserta didik sehingga akan memberikan gambaran tentang pelaksanaan bimbingan.

5. Menentukan waktu evaluasi

Waktu pelaksanaan perlu ditetapkan, agar penguji dan peserta didik lebih siap untuk melakukan evaluasi. Waktu evaluasi juga berguna untuk membatasi tujuan evaluasi yang ditetapkan. Seperti telah dijelaskan diatas, evaluasi formatif untuk menentukan bimbingan selanjutnya dan evaluasi sumatif untuk menentukan kemampuan dan standar kelulusan peserta didik.

6. Melaksanakan evaluasi

Pelaksanaan evaluasi merupakan waktu evaluasi dilaksanakan sesuai dengan tujuan, metode dan aspek evaluasi serta alat evaluasi yang telah ditetapkan.

G. Penutup

Evaluasi pembelajaran klinik merupakan hal yang mutlak harus dilaksanakan dalam pendidikan keperawatan. Hal ini bertujuan untuk memberikan bimbingan ke arah yang lebih baik dan untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta didik terhadap program pembelajaran.

Metode evaluasi harus dilaksanakan sesuai dengan aspek yang dinilai meliputi aspek kognitif, interpersonal dan teknikal. Dengan demikian dapat menggambarkan kemampuan profesional yang sebenarnya dari peserta didik.

Oleh karena itu evaluasi harus direncanakan dengan seksama dan dilaksanakan dengan cermat dan berkesinambungan dalam setiap tahap pembelajaran.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1999. Kurikulum Nasional Program DIII Keperawatan di Indonesia. Jakarta

Kelompok Kerja Keperawatan Konsorsium Ilmu Keperawatan. 1995. Pengajaran Klinik Pada pendidikan Keperawatan. Surabaya

Nana Sudjana,. ( 1989 ). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Nursalam. 1999. Evaluasi Klinik. ( Makalah ) Surabaya.

Oemar Hamalik. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Mandar Maju. Bandung.

Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus. 2004. Pelatihan Pembimbing Klinik Keperawatan. Madiun.

PAGE 11