IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB...

50
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT LATIHAN GAJAH (PLG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (Skripsi) Oleh Purwo Kuncoro JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH SUMATERA(Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT LATIHAN

GAJAH (PLG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

(Skripsi)

Oleh

Purwo Kuncoro

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

ABSTRAK

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH SUMATERA(Elephas maximus-sumatranus) DI PUSAT LATIHAN GAJAH (PLG)

TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

Oleh

Purwo Kuncoro

Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu megasatwa yang berada di PLG TNWK. Gajah sumatera menurut IUCN tahun 2011termasuk kedalam status kritis (critically endangered). Saat ini kedala yangdihadapi dalam upaya konservasi gajah adalah infeksi parasit baik endoparasitmaupun ektoparasit. Kajian tentang ektoparasit pada gajah sumatera masih belumbanyak informasinya, untuk itu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untukmengetahui jenis-jenis ektoparasit yang menginfeksi gajah sumatera di PLGTNWK. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2017 di PLGTNWK. Metode pemilihan sampel gajah dilakukan secara purposive samplingsedangkan metode pengambilan sampel secara rabaan, sweep net, dan light trap.Hasil dari penelitian ini teridentifikasi sebanyak empat famili dan lima jenisektoparasit yaitu dari Famili Tabanidae: Tabanus sp. 1, Tabanus sp. 2, Chrysopssp.; Family Muscidae: Musca domestica,; Famili Calliphoridae: Chrysomya sp.;dan Family Haematomyzidae: Haematomyzus elephantis. Prevalensi jenisektoparasit tertinggi pada gajah sumatera di PLG, TNWK yaitu pada Tabanus sp.1 sebesar 100% dan terendah pada Chrysops sp. sebesar 7 %.

Kata kunci : Gajah sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Ektoparasit.

Page 3: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT LATIHAN

GAJAH (PLG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

Oleh

Purwo Kuncoro

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA SAINS

pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi
Page 5: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi
Page 6: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

RIWAYAT HIDUP

Penulis ini dilahirkan di Bumi Kencana pada tanggal 09

Januari 1996. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara, dari pasangan Bapak Suyanto dan Ibu Dewi.

Memiliki dua orang adik yang bernama Adi Wicaksono

dan Asyifa Safira Sari.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis

diawali dari Taman Kanak-Kanak Bumi Kencana tahun 2000-2007. Selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Bumi

Kencana tahun 2001-2007, penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 03 Terbanggi Besar tahun 2007-2010.

Kemudian Melanjutkan kembali ke Sekolah Menengah Atas (SMAN) 01 Seputih

Agung tahun 2010-2013. Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

Melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis Pernah

menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan,

Parasitologi dan Biologi Konservasi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif

dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Sebagai Anggota

Biro Kesekretariatan dan logistik (2014-2015) dan pada tahun 2015-2016 di

Page 7: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

himpunan yang sama sebagai Anggota Bidang Komunikasi dan Informasi

(KOMINFO).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Kampung Baru, Kecamatan

Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus pada Januari-Maret 2016 dan

Melaksanakan Kerja Praktik di Laboratorium Parasitologi Balai Veteriner

Lampung pada Juli-Agustus 2016 dengan Judul “Indentifikasi Jenis Telur

Cacing Parasit Nematoda pada Sapi (Bos Sp.) di Balai Veteriner Lampung.

Page 8: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

Kupersembahkan Karya Kecilku ini:

Kepada Kedua Orang Tua ku Bapak Suyanto dan IbuDewi yang telah memberikan segalanya untukku, kalian

adalah orang tua terbaik di dunia

Kakak dan Adikku serta nenek, pakde, dan bude yangmemberikan dukungan, semangat, dan bantuannya

untukku

Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing danmemberikan nasihat yang baik selama ini

Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik yang selalumemberikanku pengalaman berharga, motivasi, dan

semangat,

Almamaterku tercinta yang menjadi kebanggaanku

Page 9: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

MOTTO

No pain, no gain-Saadi Shirazi

Kebahagiaan itu bergantung pada dirimusendiri.- Aristoteles

Page 10: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya,

lantunan shalawat beriring salam menjadi persembahan penuh kerinduan pada suri

tauladan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “ IDENTIFIKASI

EKTOPARASIT PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus

sumatranus) DI PUSAT LATIHAN GAJAH (PLG) TAMAN NASIONAL

WAY KAMBAS” tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada semua yang telah membatu sejak

memulai kegiatan sampai terselesaikannya skripsi ini, ucapan tulus penulis

sampaikakn kepada:

1. Keluargaku tercinta, Bapak Suyanto dan Ibu Dewi, adik-adik tersayang Adi

Wicaksono dan Asyifa Safira Sari, Nenekku Muntirah tersayang, Pakde

Sutikno dan Bude Ning Astuti, dan Kak Chandra atas segala kasih sayang

yang telah diberikan, do’a yang terus dipanjatkan, serta memberikan nasihat,

semangat serta canda tawa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Pembimbing 1 atas semua ilmu,

bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik selama perkuliahan

maupun dalam penyusunan skripsi.

Page 11: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

3. Bapak drh. Dedi Candra, M.Si. selaku Pembimbing 2 atas semua ilmu

bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik selama pelaksanaan

penelitian maupun dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Elly L. Rustiati, M.Sc. selaku Pembahas atas semua ilmu bantuan,

bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik selama perkuliahan maupun

dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Ir. Salman Farizi, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan maupun dalam

penyusunan skripsi.

6. Prof. Dr. Ir Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.

7. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

8. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Lampung.

9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung,

Terima Kasih Telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama

perkuliahan.

10. Bapak Subakir S.H., M.H., selaku kepala Balai Taman Nasional Way

Kambas.

11. Ibu Elisabeth Devi Krismurniati, S.Si., M.E., Selaku Koordinator Pusat

Konservasi Gajah (PKG) Taman Nasional Way Kambas.

iv

Page 12: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

12. Dokter Hewan dan Staf Medis di Rumah Sakit Gajah Prof Dr. Ir. H. Rubini

Atmawidjaja., atas semua ilmu, bantuan, pengarahan, saran dalam

pelaksanaan penelitian.

13. Pawang-pawang gajah di Pusat Latihan Gajah ( Bapak Mahfud, Abah

Mandra, Mas Dwi, Mas Sigit, Pak Diki, Hendri, Putra, Pak Dedi, dan lainnya

yang tidak dapak disebutkan satu-persatu) atas pengarahan, nasihat,

dukungan, keakraban, canda dan tawa di dalam pelaksanaan penelitian di

Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way kambas.

14. Ibu drh. Sulinawati selaku Kepala Laboratorium Parasitologi Balai Veteriner

Lampung.

15. Keluarga besar HIMBIO FMIPA Universitas Lampung.

16. Teman-teman Biologi Angkatan 2013 (Nurohman, Hafiz Auzar, Rio Riski

Ananda, Muhammad Pazry, Nadia Eka Yulian, Alfi Hidayat, Iffa Afiqa KH, I

Nyoman Hitakarana, Merry Jayanti, Agung Kurniawan, Firda Nur Islami dan

lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu) atas keakraban, canda tawa,

dukungan, kritik dan saran, motivasi dan semangat, serta sudah memberikan

kenangan indah.

17. Kakak tingkat 2009, 2010, 2011, 2012 dan adik tingkat 2014, 2015, dan 2016

terutama untuk Kak Andes, Kak Aris, Mba Dwi, Dona, Pram, Anas, Meri,

Mamat Made yang sudah membantu dan memberikan kritik dan saran.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan penulis dukungan, berbagai kritik dan saran.

v

Page 13: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

19. Serta Almamater Universitas Lampung Yang tercinta.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan pula

dari Allah SWT. Aamiin. Demikianlah semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya.

Bandar Lampung, 1 Juli 2018

Penulis,

Purwo Kuncoro

vi

Page 14: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ...................................................................................................

ABSTRAK ..............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

PERSEMBAHAN ................................................................................... i

MOTTO .................................................................................................. ii

SANWACA ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ........................................................................... 1B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4C. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4D. Kerangka Pikir ........................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional Way Kambas (TNWK).................................... 6B. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) ....................... 7

1. Klasifikasi ............................................................................. 72. Morfologi ............................................................................. 83. Habitat dan Penyebaran ....................................................... 94. Pakan Gajah Sumatera ......................................................... 9

C. Ektoparasit .................................................................................. 101. Kutu ...................................................................................... 11

Page 15: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

1.1. Haematomyzus elephantis ............................................. 122. Lalat ..................................................................................... 13

2.1. Tabanus sp. ................................................................... 152.2. Musca domestica ........................................................... 162.3. Chrysomya sp. ............................................................... 172.4. Chrysops sp. .................................................................. 18

3. Beberapa Ektoparasit yang Berperan Sebagai VektorPenyakit pada Gajah Sumatera ............................................ 19

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat ..................................................................... 21B. Alat dan Bahan ........................................................................... 21C. Metode Penelitian ..................................................................... 21D. Prosedur Kerja ........................................................................... 22

1. Pengambilan Sampel ............................................................ 222. Pengamatan Ektoparasit ....................................................... 23

E. Analisis Data ............................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil ..................................................................................... 25

1.1. Jenis Ektoparasit pada gajah Sumatera (Elephasmaximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah TamanNasional Way Kambas ................................................ 25

1.2. Prevalensi Ektoparasit pada Gajah Sumatera(Elephas maximus sumatranus) di Pusat LatihanGajah Taman Nasional Way Kambas........................... 28

B. Jenis Ektoparasit yang ditemukan pada gajahsumatera (Elephas maximus sumatranus) di PusatLatihan Gajah Taman Nasional Way Kambas .................... 29

C. Prevalensi Ektoparasit pada gajah Sumatera di Pusatlatihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas .......... 37

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ................................................................................. 40B. Saran ........................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 41

LAMPIRAN ............................................................................................ 48

Perhitungan .............................................................................................. 50

viii

Page 16: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria prevalensi tingkat serangan menurut William andBunkley (1996) .......................................................................... 24

Tabel 2. Hasil identifikasi ektoparasit pada gajah sumatera (Elephasmaximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah TamanNasional Way Kambas............................................................... 25

Tabel 3. Prevalensi jenis ektoparasit di Pusat Latihan Gajah TamanNasinal Way Kambas.................................................................. 28

Page 17: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ektoparasit yang ditemukan di E. Maximus sumatranusPLG TNWK ........................................................................... 28

Gambar 2. Pemasangan light trap malam ..................................................... 50

Gambar 3. Light trap malam ............................................................................ 50

Gambar 4. Pemasangan light trap siang ................................................... 51

Gambar 5. Jaring sweep net ..................................................................... 51

Gambar 6. Kandang gajah sumatera ........................................................ 52

Gambar 7. Tempat Penggembalaan gajah sumatera ................................ 52

Gambar 8. Diplacodes trivialis ................................................................ 53

Gambar 9. Dundubia sp. .......................................................................... 53

Gambar 10. Drosophila melanogaster ..................................................... 54

Gambar 11. Kolam untuk memandikan gajah .......................................... 54

Gambar 12. Kait pada rostrum Haematomyzus elephantis ....................... 55

Gambar 13. Antena Tabanus sp. 1 dan mata mata majemukTabanus sp. 1 ......................................................................... 55

Gambar 14. Sayap dan bagian posterior Tabanus sp. 1 ........................... 56

Gambar 15. Mata majemuk Tabanus sp. 2 dan antena Tabanus sp. 2 ..... 56

Gambar 16. Sayap dan bagian posterior Tabanus sp. 2 ........................... 57

Gambar 17. Antena pada Chrysops sp. .................................................... 57

Page 18: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

Gambar 18. Musca domestica Posterior (b) Musca domestica anterior ... 58

Gambar 19. Haematomyzus elephantis menginfeksi gajah ...................... 58

xi

Page 19: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Lampung memiliki dua taman nasional yaitu Taman Nasional Way

Kambas (TNWK) dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Taman Nasional Way Kambas memiliki potensi sumber daya alam yaitu lima

megasatwa yang sangat khas di Indonesia harimau sumatera (Panthera tigris

sumatrae), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus

indicus), beruang madu (Helarctos malayanus), dan gajah sumatera (Elephas

maximus sumatranus) yang merupakan satwa endemik khas Sumatera

(Departemen Kehutanan, 2002).

Gajah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu gajah asia dan

gajah afrika. Gajah sumatera termasuk kedalam gajah asia. Gajah sumatera

adalah anggota dari ordo Proboscidea yang terancam kelestariannya. Gajah

sumatera merupakan satwa langka yang keberadaannya dilindungi undang-

undang sejak zaman Belanda dengan Peraturan Perlindungan Binatang Liar

Tahun 1931 No 134 dan 266 (Jajak, 2004).

Gajah sumatera menurut IUCN status konservasinya terdaftar dalam critically

endangered (kritis) atau status konservasi yang diberikan kepada spesies yang

menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat. Status konservasi gajah

Page 20: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

2

sumatera dalam keterangan lembaga CITES (2013) terdaftar dalam

Appendiks 1 yaitu satwa liar yang tidak boleh diperdagangkan secara

international baik gading maupun bagian tubuh lainnya. Selama kurun waktu

satu generasi atau dalam 25 tahun terakhir lebih dari 69% habitat gajah telah

hilang akibat dari pembangunan pemukiman ataupun alih fungsi lahan

menjadi perkebunan sehingga memicu terjadinya konflik antara gajah dan

manusia (IUCN, 2011).

Dalam upaya konservasi gajah sumatera tindakan seperti menangkap gajah

secara ilegal di habitat alaminya, memperjual-belikannya dan melakukan

perburuan merupakan tindakan melawan hukum. Tetapi gajah yang

memasuki pemukiman penduduk dan lahan pertanian dapat ditangkap oleh

aparat yang berwenang. Gajah hasil tangkapan kemudian dibawa ke Pusat

Latihan Gajah (PLG) yang merupakan tempat penangkaran gajah (Alikodra,

1990). Daerah sebaran gajah sumatera meliputi Povinsi Aceh, Sumatera

Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung (Altevogt dan

Kurt, 1997).

Dalam upaya konservasi gajah sumatera ada berbagai kendala yang antara

lain yaitu penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang gajah yaitu parasit.

Parasit yang menyerang tubuh bagian dalam disebut endoparasit, sedangkan

parasit yang menyerang tubuh bagian luar disebut ektoparasit. Ektoparasit

adalah salah satu penyakit yang menyerang tubuh gajah pada bagian kulitnya.

Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya pada permukaan tubuh inangnya

(host). Keberadaan ektoparasit pada tubuh hewan dapat menyebabkan

Page 21: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

3

kerugian yang sangat beragam (Price dan Graham, 1997).

Menurut Hadi dan Susi (2010), ektoparasit yang hidup di bagian

permukaan kulit dan diantara rambut dapat menimbulkan iritasi, gatal,

peradangan, kudis, miasis, atau berbagai bentuk reaksi alergi dan sejenisnya.

Gejala-gejala tersebut mengakibatkan rasa yang tidak nyaman dan

kegelisahan yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari satwa.

Ektoparasit dapat menyerang hewan antara lain mamalia (kelinci, tikus,

orang utan), unggas (ayam dan burung), dan gajah. Ektoparasit yang banyak

dijumpai di Indonesia antara lain adalah berbagai jenis nyamuk (Culicidae),

lalat (Muscidae), kecoa (Diptera), tungau (Parasitiformes), caplak

(Acariformes), kutu (Phthriraptera), kutu busuk (Hemiptera), dan pinjal

(Siphonaptera) (Hadi dan Susi, 2010).

Penelitian ini dilaksanakan di PLG TNWK yang merupakan sarana hiburan

dan edukasi bagi masyarakat. Sehingga kemungkinan terjadinya kontak

antara gajah dan manusia, dan sekaligus juga kemungkinan terjadinya

penularan antara ektoparasit gajah dengan manusia. Penelitian mengenai

ektoparasit ini perlu dilakukan karena informasi mengenai ektoparasit yang

menginfeksi gajah sumatera masih terbatas. Selain dari itu keberadaan

ektoparasit yang menginfeksi gajah sumatera cenderung terus berubah sesuai

dengan kondisi lingkungan.

Page 22: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

4

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan prevalensi

ektoparasit yang menginfeksi gajah sumatera di PLG, TNWK.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai jenis-

jenis ektoparasit gajah sumatera di PLG, TNWK. Penelitian ini juga dapat

dijadikan salah satu upaya dalam melakukan konservasi gajah sumatera di

TNWK.

D. Kerangka Pikir

Gajah sumatera merupakan satwa endemik Pulau Sumatera karena satwa ini

tidak dapat ditemukan di daerah lainnya. Penyebaran gajah sumatera meliputi

hutan di Pulau Sumatera termasuk TNWK, Provinsi Lampung.

Keberadaannya sebagai spesies payung dapat mempertahankan

keanekaragaman dalam ekosistem dianggap sangat penting.

Permasalahan yang terjadi mengenai gajah sumatera ini adalah populasinya

yang terus menurun. Hal ini disebabkan karena berkurangnya habitat alami

gajah sumatera akibat adanya alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan

pemukiman dan konflik antara gajah dan manusia tidak dapat terhindarkan.

Selain itu, permasalahan yang diakibatkan oleh penyakit juga menjadi salah

satu faktor utama menurunnya populasi gajah khususnya yang berada di

penangkaran.

Page 23: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

5

Salah satu penyakit yang sering menyerang gajah adalah penyakit yang

disebabkan oleh parasit seperti ektoparasit. Ektoparasit akan mengisap darah

gajah dan menimbulkan gatal, dan kekurangan darah sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan gajah. Infeksi ektoparasit yang berat dapat

juga mempengaruhi konsumsi pakan dan selanjutnya dapat

mengakibatkan penurunan berat badan pada gajah.

Page 24: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional Way Kambas (TNWK)

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah salah satu dari dua taman

nasional di Provinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

yang menjadi aset penting bagi Provinsi Lampung yang merupakan sumber

keanekaragaman hayati dan sumber daya alam (Departemen Kehutanan,

2002).

Secara administratif wilayah TNWK terletak di Kecamatan Way Jepara,

Labuhan Meringgai, Sukadana, Purbolinggo, Rumbia, dan Seputih Surabaya,

Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional

pada tahun 1990 dan ditetapkan berdasarkan SK No. 670/Kpts-II/1999

dengan luas 125621,3 hektar (Departemen Kehutanan, 2002).

Sedangkan secara geografis TNWK terletak pada106° 32' - 106° 52' BT dan

04° 37' - 05° 15' LS. termasuk dalam hutan dataran rendah, memiliki

ketinggian antara 0 m-60 m diatas permukaan laut, memiliki curah hujan

berkisar 2500 mm/tahun - 3000 mm/tahun, dan temperatur udara berkisar

28oC-37

oC. Ekosistem yang dimiliki TNWK yaitu, hutan rawa air tawar,

Page 25: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

7

hutan bakau, padang alang-alang atau semak belukar, dan hutan sekunder

(Departemen Kehutanan, 2002).

Selain dari kelima megasatwa yang berada di TNWK, potensi fauna lainnya

yaitu anjing hutan (Cuon alpinus), rusa (Cervus unicolor), ayam hutan

(Gallus gallus), rangkong (Buceros sp.), owa (Hylobates moloch), lutung

merah (Presbytis rubicunda), siamang (Hylobates syndactylus), monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), mentok rimba

(Cairina scutulata), burung pecuk ular (Anhinga melanogaster) dan

sebagainya (Departemen Kehutanan, 2002).

Terdapat dua penangkaran di TNWK yaitu Pusat Konservasi Gajah (PKG)

Pada awalnya PKG sendiri bernama pusat latihan gajah (PLG) yang

merupakan tempat penangkaran bagi gajah sumatera secara eks situ dan

Suaka Rhino Sumatera (SRS) merupakan tempat penangkaran bagi badak

sumatera. (Soehartono et al., 2007).

B. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)

1. Klasifikasi

Klasifikasi gajah sumatera menurut Murray dan Mikota (2006) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Mammalia

Order : Proboscidea

Page 26: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

8

Family : Elephantidae

Genus : Elephas

Species : Elephas maximus

Sub species : Elephas maximus sumatranus

2. Morfologi

Gajah sumatera yang termasuk dalam gajah asia (E. maximus) memiliki

ukuran tubuh lebih kecil dari gajah yang ada di Afrika (Loxodonta

africana, Loxodonta cyclotis), Gajah sumatera mempunyai perbedaan

ukuran tubuh pada gajah jantan dan gajah betina. Berat tubuh yang

dimiliki gajah jantan dapat mencapai 5.400 kg dan tinggi tubuh mencapai

3,2 m. Sedangkan berat dari gajah betina dapat mencapai 4.160 kg dan

tinggi tubuh mencapai 2,54 m. (Sukumar, 2003)., (Shoshani and

Eisenberg, 1982).

Gajah sumatera memiliki gading pada yang jantan, sedangkan pada

betina memiliki gading yang berukuran jauh lebih kecil atau disebut

dengan caling, gading dan caling akan terus tumbuh selama hidupnya.

Warna kulit gajah gajah sumatera cenderung memiliki abu-abu terang

dengan ciri pada kulit, mempunyai bintik kecil terang di permukaan

telinga dan belalai (Deraniyagala, 1955)., (Sukumar, 2003).

Page 27: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

9

3. Habitat dan Penyebaran

Habitat gajah sumatera tersebar di berbagai wilayah antara lain di hutan

Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan

Lampung (Altevogt dan Kurt, 1997). Gajah dapat hidup mulai dari hutan

basah berlembah dan hutan payau di dekat pantai sampai hutan yang

terletak di pegunungan pada ketinggian 2.000 m (Abdullah dkk., 2005)

Gajah sumatera memiliki kriteria khusus dalam pemilihan habitat, antara

lain didaerah dengan kemiringan yang landai (0 m - 20 m); jarak sumber

air yang dekat (0 m - 250 m), kondisi habitat dengan jarak hutan primer

yang dekat (0 m - 500 m), ketersediaan pohon dengan frekuensi jarang

(< 3 pohon), ketinggian lahan (0 m - 400 m), ketersediaan pakan yang

banyak (75%), penutupan tajuk yang jarang (0%-25%), dan gajah lebih

suka memilih hutan sekunder (Abdullah dkk., 2005).

Sanjutnya Abdullah dkk (2012) melaporkan bahwa kolam-kolam yang

mengandung garam mineral biasanya berada dihutan sekunder yang

merupakan habitat yang disukai gajah sumatera. Kolam ini akan

digunakan gajah sumatera untuk berkubang (menggaram) dalam

memenuhi kebutuhan garam bagi tubuhnya.

4. Pakan Gajah Sumatera

Gajah sumatera menyukai makanan beragam yang terdiri dari tumbuhan

ilalang, semak, ranting pohon, kulit kayu, pohon palem, biji-bijian, dan

Page 28: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

10

berbagai macam jenis rumput (Murray dan Mikota, 2006). Menurut

Saragih (2014) terdapat dua jenis tumbuhan yang menjadi preferensi

paling tinggi dipilih oleh gajah sumatera. Jenis tumbuhan tersebut adalah

tepus (Alpinia spp.) dan alang-alang (Imperata cylindrica).

Tepus merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari suku Zingiberaceae

yaitu banyak ditemukan di tipe habitat hutan sekunder dan hutan primer

dan alang-alang yang berasal dari suku Poaceae banyak ditemukan di

tipe habitat semak belukar. Gajah sumatera yang berada di lokasi

penggembalaan seperti gajah sumatera di PKG tidak hanya memakan

satu jenis pakan, tetapi berganti jenis pakan apabila terdapat jenis lain

yang disukai oleh gajah (Maharani, 2014).

C. Ektoparasit

Ektoparasit merupakan parasit yang hidup di luar tubuh host (inang).

Ektoparasit pada umumnya termasuk dalam filum Arthropoda yang terdiri

dari berbagai subfilum, seperti subfilum Chelicerata (mites, ticks) dan

subfilum Mandibulata (Insecta). Subfilum Mandibulata merupakan subfilum

paling penting dalam dunia peternakan karena dapat berperan sebagai agen

penyebab penyakit patologis pada hewan (Hendrix and Robinson, 2006).

Menurut Hopla dkk. (1994) ada tiga jenis ektoparasit yang menyerang, yaitu

kutu, nyamuk dan lalat. Ektoparasit yang menyerang gajah dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Page 29: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

11

1. Kutu

Kutu merupakan serangga ektoparasit obligat karena seluruh hidupnya

berada pada dan tergantung pada tubuh inangnya. Oleh karena itu secara

morfologi kutu ini sudah beradaptasi dengan cara hidupnya, misalnya

dengan tidak memiliki sayap, sebagian besar tidak bermata, bentuk tubuh

yang pipih dorsoventral, bagian mulut disesuaikan untuk menusuk-isap

atau untuk mengunyah, dan memiliki enam tungkai atau kaki yang kokoh

dengan kuku yang besar pada ujung tarsus yang bersama dengan tonjolan

tibia berguna untuk merayap dan memegangi bulu atau rambut inangnya.

(Hadi, 2010).

Kutu mengalami metamorfosis tidak sempurna, mulai dari telur, nimfa

instar pertama sampai ketiga lalu dewasa. Seluruh tahap

perkembangannya secara umum berada pada inangnya. Telurnya

berukuran 1–2 mm, berbentuk oval, berwarna putih dan pada beberapa

jenis permukaan telur bercorak-corak dan dilengkapi dengan operkulum.

Telur kutu disebut nits (lingsa, Jawa), yang direkatkan pada bulu

(rambut) inangnya dengan semacam zat semen pada bagian ujung dasar

telur. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk kutu mencapai 10–

300 butir selama hidupnya. Telur menetas menjadi nimfa (kutu

muda)setelah 5–18 hari tergantung jenis kutu. Warna nimfa dan kutu

dewasa keputih-putihan, dan makin tua umurnya makin berwarna gelap.

Kutu dewasa bisa hidup 10 hari hingga beberapa bulan (Hadi, 2010).

Page 30: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

12

Kutu termasuk kedalam serangga yang diklasifikasikan kedalam ordo

Phthiraptera atau dapat dibagai kedalam dua sub ordo yaitu Anoplura

(kutu hisap) dan Mallophaga (kutu mengunyah atau menggigit). Sekitar

540 spesies dari kutu hisap diantaranya merupakan ektoparasit

haematophagous obligat pada mamalia. Dua Marga dari kutu penghisap

Haematopinus dan Linognathus sangat menonjol sebagai ektoparasit

ternak. Pada Kuda, sapi, domba, kambing dan babi dapat sangat penuh

dengan kutu penghisap (Hopla et al., 1994).

Ektoparasit yang menyerang gajah yaitu Haematomyzus elephantis. H.

elephantis ditemukan di gajah Afrika dan India biasanya menyebabkan

dermatitis (Raghavan et al., 1968).

1.1. Haematomyzus elephantis

Klasifikasi Haematomyzus Elephantis menurut (Price dan Graham,

1997) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Phthiraptera

Family : Haematomyzidae

Genus : Haematomyzus

Spesies : Haematomyzus elephantis

Page 31: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

13

Menurut Wall dan Shearer (2001) Haematomyzus elephantis

memiliki tubuh dengan bentuh pipih dorsoventral, dengan tubuh

yang tersegmentasi. Caput terdiri dari antena tersegmentasi rostum

dengan rahang bawah yang dikembangkan sebagai organ

menggigit. Tiga pasang kaki, masing-masing dengan lima segmen,

bergabung dari thorax. Abdomen yang memiliki enam pasang

spirakel, adalah bagian terpanjang dari tubuh, betina yang relatif

lebih besar dan lebih panjang

Telur dari kutu gajah yang melekat pada rambut gajah. Induk dari

kutu gajah melubangi atau memahat bulu-bulu seperti proses untuk

menanamkan telur ke dalam kulit. Telur tunggal melekat di tubuh

inang dengan setetes cairan seperti lem dari kutu yang tahan air.

Dasar poros telur dan rambut dikelilingi oleh cairan lem ini untuk

tetap diam. Zigot dalam telur menetas dari telur, berkembang

menjadi nimfa, dan dalam perkembangan selanjutnya berubah

menjadi kutu dewasa untuk menghisap darah dari tubuh inangnya.

Nimfa menyerupai kutu gajah dewasa dan memiliki kebiasaan yang

sama, tetapi terdapat sedikit perbedaan dari morfologi tubuh nimfa

(Grzimek, 1972).

2. Lalat

Lalat pada umumnya termasuk kedalam ordo Diptera, yang dibagi

menjadi tiga subordo yaitu Nematocera, Bachycera dan Cyclorrhapha.

Page 32: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

14

Lalat juga masuk kedalam ketiga subordo tersebut (Hadi, 2010) Ciri

utama lalat yaitu memiliki sepayang sayap pada mesothorax, bagian

tubuhnya dibagi atas tiga bagian yaitu caput, thorax, abdomen. Bagian

mulut atau probosis yang memanjang digunakan untuk menghisap dan

menusuk makanan. Memiliki antena yang bervariasi tergantung pada

famili lalat tersebut.

Semua lalat mengalami metamorfosis sempurna dalam

perkembangannya. Telurnya diletakkan dalam medium yang dapat

menjadi tempat perindukan larva. Larva seringkali makan dengan rakus.

Umumnya larva lalat mengalami empat kali molting selama hidupnya.

Periode makan ini bisa berlangsung beberapa hari atau minggu,

tergantung suhu, kualitas makan, jenis lalat dan faktor lain. Setelah itu

berubah menjadi pupa. Kebanyakan larva yang bersifat terestrial ini

cenderung meninggalkan medium larva menuju tempat yang lebih kering

untuk pupasi. Stadium pupa bisa beberapa hari, minggu atau bulan. Lalat

dewasa muncul, kemudian terbang, mencari pasangan untuk kawin, dan

yang betina setelah itu akan bertelur (Hadi, 2010).

Populasi lalat meningkat tergantung musim dan kondisi iklim, dan

tersedianya tempat perindukan yang cocok. Suhu lingkungan,

kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca yang

mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup di alam. Larva lalat

amat rentan terhadap kelembaban udara, suhu udara yang menyimpang

dan curah hujan yang berlebihan (Hadi, 2010).

Page 33: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

15

Menurut Zumpt et al (1970) ada beberapa lalat yang menyerang gajah

semak afrika Loxodonta africana, dan gajah India (Elephas Maximus)

yaitu lalat Pharyngobolus africanus menyerang bagian faring, larva lalat

ini ditemukan di daerah di sekitar esofagus pada gajah afrika yang telah

mati di kebun binatang di Vienna. Lalat Cobboldia elephantis larva lalat

ini ditemukan di bagian perut pada gajah India, dan beberapa lalat

lainnya seperti Cobboldia loxodontis, Cobboldia roverei Neocuterebra

squamosa, Ruttenia loxodontis, dan Radhainomyia roverei kebanyakan

dari lalat ini menyerang gajah africa dan gajah india merupakan hospes

yang rentan terserang lalat tersebut.

2.1. Tabanus sp.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Tabanidae

Genus : Tabanus

Species : Tabanus sp. (Astuti, 2007)

Tabanus sp. memiliki nama lain yaitu lalat pitak, lalat kuda, lalat

piteuk, buyung jaran, hourse fly. Lalat ini mempunyai bentuk tubuh

berupa lalat besar, ukuran berkisar 10 - 25 mm, antena nya

tergolong berukuran pendek yang terdiri dari tiga ruas. Habitat lalat

Page 34: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

16

ini biasa berada disawah, aliran air yang lambat, dan rawa-rawa

(Hadi dkk., 2013)

Metamorfosis lalat ini tergolong sempurna yaitu dari telur, larva,

pupa sampai dewasa. Siklus hidup Tabanus berlangsung beberapa

bulan hingga tahun tergantung kepada jenis spesies dan suhu

dilingkungan sekitar. Tempat-tempat yang bersifat akuatik dan

semiakuatik, seperti persawahan, rawa-rawa, lumpur atau kolam air

payau dan tawar menjadi tempat perindukan yang disukai lalat ini

(Soviana, 1988)

2.2. Musca Domestica

Klasifikasi Musca Domestica

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Muscidae

Genus : Musca

Species : Musca domestica (Lilies, 1991).

Menurut Arroyo dan Capinera (1998) lalat Musca domestica

dewasa memiliki panjang 6-7 mm, betina biasanya lebih besar dari

individu jantan. Lalat betina dan jantan bisa dibedakan dengan

ruang yang relatif lebar antar mata (pada jantan, mata hampir

Page 35: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

17

menyentuh). Kepala lalat dewasa memiliki mata kemerahan dan

bagian mulut ang menempel, pada bagian thorax ada empat garis

hitam yang sempit dan terdapat lengkungan tajam ke atas pada

vena sayap longitudinal keempat.

Abdomen berwarna abu-abu atau kekuningan dengan garis tengah

gelap dan tanda-tanda gelap yang tidak teratur di kedua sisinya.

Bagian bawah jantan berwarna kekuningan (Arroyo and Capinera,

1998). Menurut Hastutiek dan Fitri (2007) sebagian besar (95%)

dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan

kandang, adalah lalat jenis ini.

2.3. Chrysomya sp.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Calliphoridae

Genus : Chrysomya

Species : Chrysomya sp. (Hadi dkk., 2013)

Chrysomya sp. memiliki morfologi yaitu warna tubuh hijau

kebiruan metalik, panjang tubuh 9,5 mm, panjang venasi sayap 5

mm, thorax berwarna hijau metalik kecokelatan, permukaan tubuh

tertutup dengan bulu-bulu pendek keras dan jarang letaknya.

Page 36: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

18

Abdomen berwarna hijau metalik mempunyai garis-garis

transversal. Pada bagian mulutnya bewarna kuning. Mata

berukuran besar dan berwarna merah gelap. Sayap jernih dengan

guratan urat-urat yang jelas (Putri, 2015). Ciri-ciri lalat Chrysomya

sp menurut (Borror et al., 1992) adalah memiliki tubuh berwarna

hijau metalik, mempunyai sungut (arista) plumosa pada ujungnya.

2.4. Chrysops sp.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Tabanidae

Genus : Chrysops

Species : Chrysops sp. (Hadi dkk., 2013)

Larva Chrysops memakan bahan organik di dalam tanah. Larva

dari Chrysops sp. disebut hydrobiont yaitu hewan yang

menghabiskan waktu di air dan ditemukan di daerah dengan kadar

air tinggi. Lalat rusa dewasa berukuran berkisar dari 7 sampai 10

mm, memiliki garis-garis di perut, dan memiliki belang-belang

sayap dengan bercak gelap (Squiter, 2014).

Page 37: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

19

Chrysops biasanya memiliki inang sapi dan kerbau, habitat

pradewasa di daerah akuatik, dan rawa-rawa. Chrysops dapat

menyebabkan anemia, kegatalan, sebagai vektor dari penyakit

surra, serta dapat menyebabkan antraks. Bentuk umum dari lalat ini

besar, berukuran 10 - 15 mm, mulut untuk merobek jaringan dan

menghisap darah, antena panjang terdiri dari tiga ruas, memiliki

pola sayap khas (Hadi dkk., 2013).

3. Beberapa Ektoparasit yang Berperan Sebagai Vektor Penyakit pada

Gajah Sumatera

Tabanus berperan sebagai vektor penyakit sura (Veer et al., 2002),

anaplasmosis (Rodriguez-Vivas et al., 2004), dan antraks. Trypanosoma

evansi yang merupakan agen penyakit sura dapat bertahan selama 10

sampai 15 menit pada probosis Tabanus. Waktu yang dibutuhkan lalat ini

untuk mengisap darah inangnya dalam sekali makan sekitar 4 menit,

sedangkan aktifitas tersebut terjadi dalam 3 sampai 4 hari sekali.

Tabanus berpotensi menyebarkan agen penyakit apabila jumlah

populasinya meningkat pada musim hujan (Baticados et al., 2011).

Selain itu, Tabanus juga berisiko menjadi vektor mekanik bagi penyebaran

rickettsia Anaplasma marginale (Inci et al., 2013). Menurut Scoles (2008),

A. marginale dapat ditemukan pada probosis Tabanus, rata-rata jumlah

agen penyakit tersebut menurun pada probosis lalat yang dibedah 20 menit

setelah lalat selesai mengisap darah.

Page 38: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

20

Lalat Chrysops menjadi vektor dari penyakit surra, Loaiasis, dan

Tularemia (Hadi, 2010) Loaiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh

cacing Loa loa. Cacing Loa loa adalah parasit menyerang mata. Tularemia

adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh Pasteurella

tularensis.

Lalat Chrysomya dapat menyebabkan miasis Menurut Wardhana (2006)

infestasi larva myiasis tidak menimbulkan gejala klinis yang spesifik dan

sangat bervariasi tergantung pada lokasi luka. Gejala klinis pada hewan

antara lain berupa demam, radang, peningkatan suhu tubuh, kurang nafsu

makan, tidak tenang sehingga mengakibatkan ternak mengalami

penurunan bobot badan dan produksi susu, kerusakan jaringan, infertilitas,

hipereosinofilia serta anemia. Apabila tidak diobati, miasis dapat

menyebabkan kematian ternak sebagai akibat keracunan kronis amonia.

M. domestica dianggap sebagai serangga pengganggu karena merupakan

vektor mekanis beberapa penyakit dan penyebab miasis pada manusia dan

hewan. Lalat Musca juga mengganggu dari segi kebersihan dan

ketenangan (Hastutiek dan Fitri, 2007)

Page 39: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

21

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Meret sampai Mei 2017. Pengambilan

sampel dilaksanakan di Pusat Latihan Gajah (PLG) dan Rumah Sakit Gajah

Prof Dr. Ir. H. Rubini Atmawidjaja, Taman Nasional Way Kambas (TNWK)

dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Parasitologi, Balai Veteriner

Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol koleksi, sweep net,

light trap, kelambu putih, pisau, kertas label, cawan petri, pinset, kapas,

mikroskop bedah, dan buku identifikasi ektoparasit. Bahan - bahan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohol 70%, air dan gajah sumatera.

C. Metode Penelitian

Pemilihan sampel gajah dilakukan secara Purposive Sampling yaitu memilih

gajah sumatera yang berada di lingkungan PLG, TNWK yang kesehatannya

terganggu atau terinfeksi, informasinya diperoleh atas bantuan bantuan

anggota medis dan pawang gajah (Mahout) yang ada Rumah Sakit Gajah Prof

Dr. Ir. H. Rubini Atmawidjaja.

Page 40: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

22

Pengambilan sampel ektoparasit dilakukan dengan memilih gajah sebanyak

14 ekor yang terduga atau terindikasi kurang sehat dengan ciri-ciri aktivitas

kurang menurun, lebih banyak mengosokkan tubuh ke tanah, atau batang

pohon, nafsu makan berkurang.

D. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Sampel

1.1. Pengambilan sampel ektoparasit berupa kutu diambil dari gajah

dengan cara melakukan rabaan jari diseluruh tubuhnya di rumah sakit

gajah dan di lapangan tempat penggembalaan gajah. Kemudian sampel

yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol

70% dan diberi label untuk selanjutnya diidentifikasi.

1.2. Pengambilan ektoparasit yang bersifat fakultatif pada stadium

dewasa dilakukan dengan menggunakan perangkap cahaya (Ligth Trap)

mengikuti metode Gevit dkk. (2013). Light trap diletakkan didekat gajah

yang diduga terinfeksi ektoparasit, dan peletakan dilakukan malam hari

dari jam 17.00-06.00 pagi dan dari jam 09.00-15.00 dengan selama tiga

hari. Ektoparasit yang tertangkap dalam light trap dimasukkan dalam

botol yang berisi alkohol 70%, untuk selanjutnya di identifikasi.

1.3. Sweep net digunakan untuk menangkap serangga yang aktif terbang.

Caranya dengan mengayun-ayunkan sweep net zig zag sebanyak 10 kali

pengayunan disetiap patok atau tempat penggembalaan gajah yang

Page 41: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

23

terindikasi terinfeksi ektoparasit. Penangkapan dilakukan pagi pada pukul

09.00- 10.30 WIB pagi, sedangkan untuk penangkapan kedua dilakukan

pada sore hari yaitu pada pukul 15.00-16.30 WIB. Serangga yang berhasil

tertangkap akan dimasukkan ke dalam botol koleksi yang sudah diberi

alkohol 70% untuk selanjutnya diidentifikasi (Gevit, dkk 2013). Semua

sampel yang telah diperoleh dari gajah kemudian dipisahkan berdasarkan

taksa serangga.

2. Pengamatan Ektoparasit

Sampel yang telah diperoleh dari gajah kemudian di identifikasi dengan

cara meletakkan sampel ke dalam cawan petri. Sampel yang sudah

terbius atau mati diambil satu persatu dan diletakkan pada cawan petri

dengan menggunakan pinset. Kemudian, sampel diidentifikasi di bawah

mikroskop untuk diamati ciri morfologinya dengan menggunakan buku

panduan Hidajati, et. al. (2009), Lilies (1991), Noble and Noble (1989).

E. Analisa data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, foto dan selanjutnya

dideskripsikan masing-masing jenisnya sesuai dengan ciri-ciri yang telah

diamati.

Untuk mengetahui prevalensi ektoparasit dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut, (Kabata, 1986) :

Prevalensi:

Page 42: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

24

Untuk mengetahui tingkat serangan ektoparasit yang menginfeksi gajah

sumatera, mengikuti kriteria menurut William and Bunkley (1996) dalam

Maulana (2017) (Tabel 1).

Tabel 1. Kriteria prevalensi tingkat serangan menurut William and Bunkley

(1996)

No. Tingkat serangan Keterangan Prevalensi

1 Selalu Infeksi sangat parah 100-99 %

2 Hampir selalu Infeksi parah 98-90 %

3 Biasanya Infeksi sedang 89-70 %

4 Sangat sering Infeksi sangat sering 69-50 %

5 Umumnya Infeksi biasa 49-30 %

6 Sering Infeksi sering 29-10 %

7 Kadang Infeksi kadang 9-1 %

8 Jarang Infeksi jarang >1-0,1 %

9 Sangat jarang Infeksi sangat jarang >0,1-0,01 %

10 Hampir tidak pernah Infeksi tidak pernah >P0, 01 %

Page 43: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan dari penelitian ini terdapat 4 famili

dan 5 jenis ektoparasit. Famili Tabanidae jenisnya Tabanus sp. 1,

Tabanus sp. 2, dan Chrysops sp.; famili Muscidae jenisnya Musca

domestica,; famili Calliphoridae jenisnya Chrysomya sp. dan famili

Haematomyzidae jenisnya Haematomyzus elephantis.

2. Prevalensi jenis ektoparasit tertinggi pada gajah sumatera di PLG, TNWK

yaitu pada Tabanus sp. 1 sebesar 100% dan terendah pada Chrysops sp.

sebesar 7 %

B. Saran

Dari hasil penelitian identifikasi ektoparasit pada gajah sumatera di pusat

latihan gajah Taman Nasional Way Kambas yang telah dilakukan, disarankan

untuk melakukan penelitian dengan menyesuaikan jadwal pemberian obat dan

vitamin pada gajah sumatera sehingga dapat diperoleh ektoparasit yang

berbeda baik jenis maupun jumlah.

Page 44: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Asiah, dan T. Japisa. 2012. Karakteristik habitat gajah sumatera

(Elephas maximus sumatranus) di kawasan ekosistem seulawah kabupaten

Aceh besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Biologi Edukasi 4(1): 41--

45.

Abdullah, D.N. Choesin dan A. Sjarmidi. 2005. Estimasi Daya Dukung Pakan

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temmick) di Kawasan

Hutan Tessonilo. Prov Riau. J. Ekologi dan Biodiversitas Vol. 4 No. 2.

Intitut Teknologi Bandung, Bandung. 37-41 hlm.

Altevogt, R., dan Kurt. 1997. Elephant in Sumatera Island In Managing. Elephant

Depredetion in Agriculture and Foerstry Project. Washington DC, Word

Bank.

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid 1. Penerbit IPB Press, Bogor.

Arnest. 1985. American Insects: A Handbook of the Insects of America North of

Mexico. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Arroyo H. S., Capinera J. L. 1998. House fly, Musca domestica Linnaeus (Insecta:

Diptera: Muscidae) Entomology and Nematology Department, university of

florida

Baticados, W. N., C. P. Fernandez dan A. B. Baticados. 2011. Molecular

detection of Trypanosoma evansi in cattle from Quirino Province,

Philippines. Veterinarski Arhiv 81 (5), 635-646, 2011

Borror, D.J., C.A. Triplehom., and N.F. Jonhson, 1992. An introduction to the

insect terjemahan Partosoedjono, S dan Mukayat, D.B. Gajah Mada

Universitas Press. Yogyakarta: xviii+1009 hlm.

Brauer, F. 1866. Pharyngolobus africanus m. Eine Oestride aus dem rachen eines

afrikanischen Elefanten. Nachtrag zur Monographic der Oestriden Verh.

Zool. Bet. Gets wien. 16:879-884.

Brauer, F. 1897. Beitrage zur kenntnis aussereuropaischer Oestriden und

parasitischer Muscarien. Denkschr. Akad. Wiss. Wien 64:259-282.

Page 45: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

42

Brotowidjoyo, M. D. 1987. Parasit dan Parasitisme edisi 1. Media Press. Jakarta.

Bunchu, Nophawan. 2012. Blow Fly (Diptera: Calliphoridae) In Thailand:

Distribution, Morphological Identification and Medical Importance

Appraisals. International Journal of Parasitology Research. Vol. 4, Issue 1

Pp.-57-64.

By D. A. Parry. 1947. The Function Of The Insect Ocellus. From The Department

Of Zoology, University Of Cambridge

Cantu A, Ortega JA, Mosqueda J, Zeferino GV, Scott EH, John EG. 2007.

Immunologic and molecular identification of Babesia bovis and Babesia

bigemina in free-ranging white-tailed deer in Northern Mexico. J Wildl Dis.

43(3):504–507.

CITES. 2013. Appendix 1, as adopted by the conference of the parties. Diakses 15

November 2016. Pukul 15.30 WIB. Sumber http://www. cites.org/eng/

append/ III. html.

Departemen Kehutanan. 2002. Data dan Informasi Kehutanan Provinsi lampung.

Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan,

Departemen Kehutanan. 13 hlm.

Deraniyagala, P. E. P. 1955. Some extinct elephants, their relatives, and the two

living species. National Museum of Ceylon, Colombo.

Dendo, F. T. 2003. Lalat Penghisap Darah (Haematobia exigua de Meijere, 1903)

pada Sapi Sumba Ongole dan Musuh Alaminya [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Ferris, G. F. 1931. The louse of elephants Haematomysvs elephantis Piaget

(Mallophaga:Haematoinyzidae). Parasitology, (1) :112-127.

Firqan, I. 2012. Melirik peran dan daya guna taman konservasi Lampung.

Diakses: 23 November 2016. Pukul 11:05 WIB. Sumber. http:// astacala.

org/wp/2012/03/melirik-peran-dan-daya-guna-taman-konservasi-gajah-di-

lampung/.

Fotedar R. Vector Potensial of Houseflies (M. domestica) in Tranmission of

Vibrio cholera in India. Acta Tropica. 2000. 78 (220): 31-34.

Gevit RT., Mena U., dan Lisnawita. 2013. Indeks Keanekaragaman Jenis

Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di

Kebun Helvetia Pt. Perkebunan Nusantara II. Jurnal Online

Agroekoteknologi Vol.1, No.4,

Page 46: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

43

Grzimek. 1972. Grhizmek's Animal Encyclopedia: Volume 2 Insects. New York:

Van Nostrand Reinhold Company.

Hadi, U.K. 2010. Bioekologi Berbagai Jenis Serangga Pengganggu pada Hewan

Ternak di Indonesia dan Pengendaliannya. Dept Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.

Hadi, U. K., S. Soviana, dan T. Syafriati. 2011. Ragam jenis nyamuk di

sekitarkandang babi dan kaitannya dalam penyebaran Japanese

Encephalitis. J Vet. 12(4):326-334.

Hadi, U. K., dan S. Soviana. 2010. Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan

Pengendaliannya. IPB Press. Bogor.

Hadi, U. K., D. J., Gunandini, S. Soviana, dan Supriyono. 2013. Atlas Entomologi

Veteriner. IPB Press. Bogor

Hastutiek, P., Fitri L. E. 2007. Potensi Musca domestica Linn. Sebagai Vektor

Beberapa Penyakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. Xxiii, No. 3,

Hamid I. M. N. Croof, Mai M. Nour. and Nahla O. M. Ali. 2017. Morphological

Identification of Horse Flies (Diptera: Tabanidae) and Estimation of their

Seasonal Abundance in Al-Showak District, Gedaref State, Eastern Sudan.

IRA-International Journal of Applied Sciences ISSN 2455-4499; Vol.06,

Issue 02

Hendrix, C. M., and E. Robinson. 2006. Diagnostic Parasitology for Veterinary

Technicians. 3th Ed. Mosby Inc. an affiliate Elsevier Inc.

Hidayajati, S., Y. P. Dachlan, dan S. Yotopranoto. 2009. Atlas Parasitologi

Kedokteran. EGC. Jakarta.

Homer MJ, Delfin IA, Telford III SR, Krause PJ, Persing DH. 2000. Babesiosis.

Clin. Microbiol. Rev. 13(3):451.

Hoogstraal, H. The Elephant Louse, Haematomyzus Elephahtis Piaget, 1869,On

Wild African Elephants And Warthogs. Department Of Medical Zoology,

Ff. S. .Naval Medical Research Unit Number Three, Cairo, Egypt. Proc.

Ext. Soc. Wash., Vol. 60, So. 5,

Hopla, C.E., Durden, L.A. and Keirans, J.E. 1994 Ectoparasites and

Classification. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 1994, 13 (4), 985-1017IUCN.

2001. IUCN Red List Categories and Criteria: version 3.1. IUCN Species

Survival Commission. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.

Page 47: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

44

Indayati, N. 1999. Pengaruh Umur Betina dan Macam Strain Jantan Terhadap

Keberhasilan Kawin Kembali Individu Betina D. Melanogaster. Skripsi.

Tidak diterbitkan. Malang: FPMipa IKIP Malang.

Inci, A., S. Yazar, A. S. Tuncbilek, R. Canhilal, M. Doganay, L. Aydin, M. Aktas,

Z. Vatansever, A. Ozdarendeli,Y. Ozbel, A. Yildirim, and O. Duzlu. 2013.

Vectors Vector-Borne Diseases in Turkey. Ankara Üniv Vet Fak Derg, 60,

281-296,

IUCN (International Union for Concervation of Nature). 2011. Elephas maximus

ssp. sumatranus. http://www.iucnredlist.org/details/199856/0 dikunjungi

pada tanggal 6 Oktober 2016 pukul 14. 25 WIB.

Jajak M.D. 2004. Binatang-Binatang Yang Dilindungi. Jakarta. Progres.

Karmana, I. Wayan. 2010. Pengaruh macam strain dan umur beina terhadap

jumlah turunan lalat buah (Drosophila melanogaster). Dalam jurnal Gane

C. Swara Vol. 4 No. 2, semptember 2010

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of fish cultured in the tropics. Taylor and

Francis, London.

Lilies, C. 1991. Kunci Determinasi Serangga, Kanisius. Yogyakarta.

Mahanani, A.I. 2012. Strategi konservasi gajah sumatera (elephas maximus

sumatranus) di Suaka Margasatwa Padang Pesugihan provinsi Sumatera

selatan berdasarkan daya dukung habitat. Tesis. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Murray, E. F., dan S. K. Mikota. 2006. Biology, Medicine, and Surgery of

Elephant. Wiley-Blackwell Publishing. New Jersey, United States.

Meytasari, P., S. Bakri, dan S. Herwanti. 2014. Penyusunan Kriteria Domestikasi

dan Evaluasi Praktek Pengasuhan Gajah: Studi di Taman Nasional Way

Kambas Kabupaten Lampung Timur. J. Sylva Lestari Vol. 2 No. 2 Mei

2014. Jurusan kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 79-88

hlm.

Noble, E.R. and G. A. Noble. 1989. Parasitologi : Biologi Parasit Hewan edisi 5.

UGM Press. Yogyakarta.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi edisi 3 . Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

O'Toole. 1986. The Encyclopedia of Insects. New York: Facts on File Publica-

tions.

Page 48: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

45

Overmeer, W. P. J. and J. P. Duffels. 1967. A Revsionary Study of the Genus

Dundubia Amyot and serville (Homoptera, Cicadidae). Zoological

Museum of the University of The Amsterdam. Vol. 14 No. 166.

Price, M.A. and O.H. Graham. 1997. Chewing and Sucking Lice as Parasites of

Mammals and Birds. Department of Agriculture. United States

Putri, Y. P. 2015. Keanekaragaman Spesies Lalat (Diptera) dan Bakteri pada

Tubuh Lalat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Tpa) dan Pasar.

Jurnal Teknik Lingkungan Unuversitas Andalas 12 (2) : 79-89

Raghavan, R.S., Reddy, K.R. and Khang, A . ( 1968) . Dermatitis In Elephants

Caused By The Louse Haematomyzus Elephantis (Piaget 1 8 6 9 ) . Indian

Vet. J., 45, 700-701.

Robert. J. Brokers. 2005. Genetic Analysis and Principles. Third Edition

McGrow. Hill International edition

Rodriguez-Vivas, R. I., Y, Mata-Mendez, E, Perez-Gutierrez, and G, Wagner.

2004. The Effect of Management Factor on the Seroprevalence of

Anaplasma marginale in bos indicus cattle in the Mexican Tropics.

Tropical Animal Health and Production, 36(2), 135-143.

Saragih, C. O. 2014. Kajian Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus

sumatranus) di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Skripsi. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Lampung. 48 hlm.

Scoles, G.A, W. L. Goff, T. J. Lysyk, G. S. Lewis, and D. P. Knowles. 2008.

Validation of an Anaplasma marginale cELISA for use in the diagnosis of

A. ovis infections in domestic sheep and Anaplasma spp. in wild ungulates.

Veterinary Microbiology 130 (2008) 184–190

Service, M. 2012. Medical Entomologi For Student. Cambridge University Press.

New York.

Shoshani, J. dan J. F Eisenberg, 1982. Elephas Maximus. The American Society

of Mammalogists.

Siregar A. N., D. Bakti, F. Zahara. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga di

Berbagai Tipe Lahan Sawah. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597 Vol.2, No.4 : 1640 – 1647

Soehartono, T., H. D. Susilo, A. F. Sitompul, D. Gunaryadi, E. M. Purastuti W. Azmi,

N. Fadhli dan C. Stremme. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi

Gahah Sumatera dan Gajah Kalimantan 2007-2017. Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan RI. 36

hlm.

Page 49: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

46

Soviana, S. 1988. Lalat Tabanidae dan Peranannya dalam Epidemologi Penyakit

Surra. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Squitier J. M., 2014. Deer Flies, Yellow Flies, and Horse Flies: Chrysops,

Diachlorus, and Tabanus spp. (Insecta: Diptera: Tabanidae) Entomology

and Nematology Department, university of florida.

Subramanian, K.A. (2005). Dragonflies and Demselflies of Peninsular India-A

Field Guide. A collaboration of centre for Ecological Science, Institute of

Science, Bangalor and Indian Academy of Science.

Suranga H.VW., et al. 2016. Morphology and plevalence of the louse

Haematomyzus elephantis in captive asian elephants in Sri Langka.

Departement of Verterinary Clinical Sciences University of Peradeniya.

Peradeniya

Sukumar, R. 2003. The Living Elephants. Evolutionary Ecology, Behavior, and

Conservation. Oxford University Press. UK.

Urquhart GM, Armour J, Duncan JL, Dunn AM, Jennings FW. 2003. Vet

Parasitol. Ed ke-2. Scotland (GB): Blackwell Pub.

Veer, V., Parashar, B. D. And S. Prakash, 2002. Tabanid and muscoid

Haematophagous Flies, Vektor of Trypanosomiasis or surra disease in wild

animal and livestock in Nandankanan Biological Park, Bhubaneswar

(Orissa, India). Current Science 82 (5): 500-503.

Wall, R and Shearer, D. 2001. Veterinary Entomology :Arhtropod Parasites of

Veterinary Importance. 1st

Edition. Chapman and Hall. London, UK.

Wardhana A. H., S. Muharsini dan Suhardono. 2003 Koleksi dan Kejadian

Myiasis Yang Disebabkan oleh Old World Screwworm Fly, Chrysomya

Bezziana di Daerah Endemis di Indonesia. Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September

2003

Williams, E.H., L.B. Williams. 1996. Parasites Off shore big game fishes of

Puerto Rico and the Western Atlantic. Puerto Rico.Department of Natural

Environmental Risourses and University of Puerto Rico, Rio Piedras.

Zajac AM dan Conboy GA. 2013. Veterinary Clinical Parasitology 8th ed. New

York (US): Willey-Blackwell

Page 50: IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA GAJAH …digilib.unila.ac.id/32344/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmenjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Kehutanan, Parasitologi

47

Zumpt, F., dan Wetzel, H. 1970. Fly Parasites (Diptera : Oestridae and

Gasterophilidae of The African Elephant Loxodonta africana

(Blumencbach) and Their Problem. Koede (13): 109-121 (1970)