Ektoparasit Protozoa Pada Ikan
-
Upload
atika-mansur -
Category
Documents
-
view
1.536 -
download
7
Transcript of Ektoparasit Protozoa Pada Ikan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Aktivitas budidaya ikan menyebabkan upaya manipulasi dan modifikasi
baik terhadap lingkungan, bio-reproduksi, kepadatan, manajemen pakan dan lain-
lain. Kondisi tersebut menimbulkan tekanan (stress) terhadap komoditas yang
dibudidayakan sehingga rentan terhadap penyakit baik infeksius maupun non
infeksius. Munculnya penyakit tersebut merupakan resiko biologis yang harus
diantisipasi.
Dalam akuakultur atau budidaya perairan, kesehatan lingkungan tempat
pemeliharaan ikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Unsur
kesehatan lingkungan perairan yang dimaksud adalah terjadinya perkembangan
polusi dan penyakit. Pada kegiatan budidaya sistem tertutup, lingkungan perairan
yang terpolusi dan berpenyakit akan menyebabkan kematian ikan secara massal
dalam waktu yang singkat.
Meurut Manoppo (1995) Penyakit ikan merupakan salah satu masalah
serius yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian
yang diakibatkan oleh penyakit ikan selain dapat mematikan ikan juga dapat
menurunkan mutu dari ikan itu sendiri. Kematian yang ditimbulkan oleh penyakit
ikan sangat tergantung pada jenis penyakit ikan yang menyerang, kondisi ikan dan
kondisi lingkungan. Apabila kondisi lingkungan menurun maka kematian yang
diakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi, tapi sebaliknya apabila kondisi
lingkungan baik maka kematian akibat infeksi suatu penyakit lebih rendah. Tinggi
rendahnya kematian akibat infeksi suatu penyakit juga tergantung pada kondisi
immunitas ikan. Wabah penyakit yang terjadi pada kondisi ikan sedang sehat
1
tidak akan mengakibatkan kematian yang tinggi, dan sebaliknya akan
mengakibatkan kematian yang tinggi apabila kondisi ikan kurang sehat.
Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi
(infectious diseases) dan non infeksi (non infectious diseases). Penyakit infeksi
disebabkan oleh jasad parasitik, bakteri, jamur dan virus. Penyakit parasiter yaitu
penyakit akibat infeksi jasad parasitik seperti golongan protozoa maupun metazoa.
Protozoa yang sering ditemukan sebagai organisme parasitik meliputi sporozoa,
ciliata dan flagellate, sedangkan metazoa meliputi: crustacea, isopoda dan
helminth (cacing). Jasad parasiter tersebut dapat menginfeksi ikan air tawar
maupun ikan laut (Alifuddin, 1993).
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari pembuatan paper ini adalah agar mahasiswa
mengetahui jenis-jenis parasit protozoa yang terdapat pada ikan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Parasitologi adalah ilmu yang mengkaji mengenai segala sesuatu yang
menyebabkan penyakit atau infeksi oleh parasit, baik macam parasit atau cara
menginfeksi kepada induk semang atau hospes Parasitme adalah hubungan
interaksi antar dua individu dimana salah satu pihak dirugikan yaitu inangnya, dan
pihak lain diuntungkan. Parasit adalah organisme yang hidup pada atau didalam
tubuh beberapa organisme lain. Parasit dapat berupa hewan atau tumbuhan yaitu
virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing dan arthropoda. Parasit terdiri dari dua
macam yaitu, endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup
di dalam tubuh inangnya. Contohnya protozoa. Sedangkan ektoparasit yaitu
parasit yang hidup pada bagian luar inangnya (Manoppo, 1995).
Hadiroseyani (1990) menyatakan Protozoa adalah berasal dari bahasa
Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, Protozoa
adalah hewan pertama. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel
tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa.
Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang
tindih.
Protozoa merupakan jenis organisme yang bersifat mikroskopis dan
termasuk kedalam hewan bersel satu. Gerakan protozoa bersifat pasif ( melekat
pada inang ) dan aktif ( menggunakan kaki atau pseupodia, flagel dan silia ).
Beberapa jenis protozoa yang bersifat phatogen dan sering menyerang ikan adalah
: Ichthyopthirius multifilis, Trichodina sp, Myxosoma sp.
Ektoparasit golongan protozoa pada umumnya menyerang organ luar ikan
seprti insang, sirip dan bagian permukaan. Hal serupa juga diungkapkan oleh),
3
tingkat infeksi ektoparasit tertinggi dari golongan protozoa yang menyerang
insang dan bagian permukaan. Protozoa dapat menyebabkan penyakit yang
menyebabkan mortalitas yang tinggi dan berdampak pada kerugian ekonomi baik
dalam budidaya air tawar maupun laut (Anshary, 2004). Hasil penelitian Yuasa
(2003), ditemukan spesies ektoparasit dari jenis protozoa pada tubuh ikan
gurami(Osphronemus gouramy Lac) adalah, Trichodina sp., Ichthyophthirius
multifiliis, Chilodonella sp., Epistylis sp.,Vorticella sp.
Trichodina sp. merupakan spesies ektoparasit dari jenis protozoa. Jenis
parasit ini memilki bentuk menyerupai setengah bola dengan diameter 5 μm,
bagian tengah (dorsal) cembung, mulut terletak di bagian iventral. Mulut
trichodina sp. dilengkapi dengan alat penghisap dari chitin yang menyerupai
jangkar melingkar di sekeliling mulut (Anshary, 2004). Trichodina sp. berbentuk
seperti lonceng yang terbalik, sisi dorsalnya cembung, dan dapat berkontraksi
serta memiliki dua makhkota bersilia yang berfungsi sebagai alat penghisap
(Manoppo, 1995).
Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam yang tergenang dan
dangkal seperti pada kolam pemijahan dan pembibitan (Hoffman 1967 dalam
Yuasa, 2003). Trichodina sp. yang ditemukan diperairan tawar atau payau
merupakan spesies yang memilki toleransi yang cukup tinggi terhadap kisaran
salinitas. Trichodina sp. banyak ditemukan pada bagian permukaan dengan
prosentase 96 %, sementara pada bagian insang hanya mencapai 12 %. Trichodina
sp. memanfaatkan inang hanya sebagai subtrat dan mengambil partikel organik
dari bakteri, akan tetapi pelekatan Trichodina sp. sering menimbulkan luka
(Yuasa, 2003).
4
Gejala yang ditimbulkan karena adanya infeksi Trichodina sp. pada
umumnya ditandai dengan penampilan pucat, dan terjadi pendarahan pada tubuh
ikan, serta mengeluarkan lendir terlalu banyak (Anshary, 2004). Tingkat infeksi
yang rendah tidak mengakibatkan kerugian yang berarti, namun jika ikan
mengalami stres atau kualitas air menurun pertumbuhan Trichodina sp.
berlangsung cepat, akibatnya nafsu makan menurun serta sensitif terhadap infeksi
bakteri, sehingga menyebabkan kerugian yang besar Sedangkan tingkat infeksi
yang tinggi dapat menyebabkan kematian akut tanpa diawali dengan gejala
terlebih dahulu (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Chilodonella sp. adalah pathogen oportunistik, yaitu pathogen yang
mengambil keuntungan dari inang yang ditempelinya. Pemicu dari penularan
protozoa ini adalah tingkat kepadatan yang tinggi dan kualitas lingkungan yang
buruk.
Lamolo (2001) menyatakan Chilodonella sp. yang menyerang ikan akan
hidup pada mukosa dan system sekresi pada ikan. Parasit ini lebih banyak
menginfeksi pada bagian permukaan tubuh ikan dibandingkan pada insang dan
infeksi pada tubuh ikan banyak didukung oleh suhu yang rendah. Pada tingkat
serangan yang parah, protozoa ini dapat menyebabkan luka-lupa pada kulit yang
terkena infeksi dan lapisan mukosa menjadi kusam (Alifuddin, 1993).
Menurut Hadiroseyani (1990), Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel
pada substrat seperti insang dan kulit ikan. hidup parasit ini berkoloni dan masing-
masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi. Menurut
Alifuddin (1993), parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan
tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat "non-contractile".
5
berkembang biak dengan pembelahan. Sedangkan menurut Yuasa (2003),
Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang berbentuk silinder tipis
atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan nonkontraktil dengan panjang kira-
kira 0,4-0,5 mikrometer.
Epistylis adalah parasit yang umum di temukan pada perairan baik air
tawar maupun air laut,parasit ini biasanya menempel pada objek objek yang
terendam dalam air, seperti tumbuhan atau hewan air (Hadiroseyani, 1990).
Vorticella sp. semuanya bersifat soliter dan menempel pada substrat
dengan tangkai yang kontraktil. sel-selnya mempunyai bentuk seperti lonceng
terbalik, disekeliling peristoma terdapat cilia, sel mengandung makronukleus dan
mikronukleus, sel berwarna kekuningan atau kehijauan, dapat hidup di perairan
tawar atau laut, pada stadia dewasa menempel pada obyek-obyek yang terendam
air, baik berupa tumbuhan maupun hewan air (Alifuddin, 1993).
Ichthyophthirius multifiliis adalah jenis parasit yang digolongkan kedalam
phylum Protozoa, subphylum Ciliophora, kelas Ciliata, subkelas Holotrichia,
Ordo Hymenostomatida, famili Ophryoglenia dan genus Ichthyophthirius
multifiliis (Hoffman, 1967).
Parasit ini mempunyai panjang tubuh 0,1 – 1,0 mm dan dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan dapat menyebabkan kematian.
Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah biner. Individu muda parasit
ini memiliki diameter antara 30 – 50 m dan individu dewasanya dapat mencapai
ukuran diameter 50– 100 m.
6
Klasifikasi Myxobolus sp., tergolong jenis parasit sporozoa. Parasit dari
golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan dengan
membentuk kista (cyste) yang biasanya dilapisi dengan jaringan pengikat.
Dampak dari infeksi Myxobolus sp., tergantung pada tingkat infeksi dan
lokasi dari kista. Myxobolus sp., akan sangat berbahaya jika telah menyerang
insang dan organ dalam tubuh lainnya. Myxobolus sp., yang terdapat pada lendir
menandakan tingkat infeksi yang masih rendah, karena belum terjadi infeksi pada
organ dalam yang merupakan spesialisasi infeksi oleh Myxobolus sp (Lamolo,
2001).
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Berikut ini adalah jenis-jenis ektoparasit golongan protozoa yang sering
menyerang ikan :
3.1.1. Trichodina sp.
Gambar 1. Trichodina sp.
Klasifikasi Trichodina sp. termasuk dalam jenis parasit Ciliata,
yaitu parasit yang bergerak dengan menggunakan bulu-bulu getar (cilia) dan
memiliki susunan taksonomi sebagai berikut :
Filum : Protozoa
Sub filum : Ciliophora
Kelas : Ciliata
Ordo : Peritrichida
Sub ordo : Mobilina
Famili : Trichodinidae
Genus : Trichodina
Spesies : Trichodina sp.
8
Berdasarkan hasil pengamatan lendir dari tubuh ikan lele dengan
mikroskop, dapat diidentifikasi parasit Trichodina sp., yang juga dikenal
dengan Trichodiniella sp., dapat menyebabkan penyakit Trichodiniasis, yang
bisa menyerang kulit ikan maupun insang pada ikan (Manoppo, 1995).
Gambar 2. Ikan yang terinfeksi parasit Trichodina sp.
3.1.2. Chilodonella sp.
Gambar 3. Chilodonella sp
Klasifikasi :
Filum: Protozoa
Subphylum: Ciliophora
Kelas: Cyrtophora
Subclass: Phyllopharyngea
Urutan: Cyrtophorida
9
Keluarga: Chiliodonelllidae
Genus: Chilodonella sp.
3.1.3. Epistylis sp.
Gambar 4. Epistylis sp.
Epistylis sp. Tergolong ke dalam phylum protozoa, kelas ciliata.
Bentuk dari Epistylis sp. adalah seperti lonceng terbalik. Disekitar mulut
(peristome) seringkali membesar dengan lingkaran sillia yang melingkar
berlawanan arah jarum menuju cytostome, mempunyai makronukleus
berbentuk sosis dan mempunyai tangkai yang tidak dapat berkontraksi
(Syawal, Lukistyowati dan Morina, 2011).
3.1.4. Vorticella sp.
Gambar 5. Vorticella sp.
Vorticella sp. dari golongan protozoa, kelas ciliata. Parasit ini bersifat
soliter dan menempel pada substrat dengan tangkai yang ramping, silindris
10
dan kontraktil. Selnya ada yang berwarna kekuningan, kehijauan atau
transparan, bentuknya seperti terompet. Di dalamnya terdapat makronukleus
yang bebentuk pita, mikronukleus, serta satu atau dua vakuola kontraktil
(Syawal et al, 2011).
3.1.5. Ichthyophthirius multifiliis
Gambar 6. Ichthyophthirius multifiliis
lchthyophthirius multifiliis merupakan jenis parasit ciliata.
Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan penyakit bintik putih atau white
spot disease atau “Ich”. Adapun susunan taksonomi dari lchthyophthirius
multifiliis adalah sebagai berikut :
Filum : Protozoa
Sub filum : Ciliophora
Kelas : Ciliata
Sub kelas : Holotrichia
Ordo : Hymenostomatida
Famili : Ophryoglenia
Genus : Ichthyophthirius
Spesies : Ichthyophthirius multifiliis
Gambar 7. Ikan yang terinfeksi parasit Ich
11
4.1.6. Myxobolus sp.
Gambar 8. Myxobolus sp.
Klasifikasi Myxobolus sp., tergolong jenis parasit sporozoa. Parasit dari
golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan
dengan membentuk kista (cyste) yang biasanya dilapisi dengan jaringan
pengikat. Myxobolus sp., memiliki susunan taksonomi sebagai berikut :
Filum : Protozoa
Kelas : Sporozoa
Sub kelas : Neosporidia
Ordo : Cnodosporidia
Famili : Myxobolidae
Genus : Myxobolus
Spesies : Myxobolus sp.
12
3.2. Pembahasan
3.2.1. Trichodina sp.
Trichodina sp merupakan ektoparasit yang menyerang/menginfeksi kulit
dan insang, biasanya menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Populasi
Trichodina sp di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas
ke musim dingin. Berkembang biak dengan cara pembelahan yang
berlangsung di tubuh inang, mudah berenang secara bebas, dapat melepaskan
diri dari inang dan mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang
Parasit ini merupakan protozoa dari golongan ciliata berukuran ± 50µm
berbentuk bundar dengan sisi lateral berbentuk lonceng, memiliki cincin
dentikel sebagai alat penempel dan memiliki silia di sekeliling tubuhnya
(Manoppo, 1995).
Ikan yang terinfeksi mengalami iritasi pada kulit, produksi lendir
berlebih, insang pucat, megap-megap sehingga ikan sering menggantung di
permukaan air atau dipinggir kolam, nafsu makan menurun, gerakan ikan
lemah, sirip ekor rusak dan berawarna kemerahan akibat pembuluh darah
kapiler pada sirip pecah.
Siklus hidup trichodina sangat sederhana, dia hanya memiliki 1 host
definitif dan tidak memiliki host intermediet. Transmisi Trichodina terjadi
melalui kontak langsung dari host yg terinfeksi kepada host yang tidak
terinfeksi. Trichodina berkembngbiak dengan cara membelah diri atau binner.
Pada saat melakukan pembelahan, dentikel dari sel induk yg menghasilkan sel
anak (Yuasa, 2003).
13
Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di lapisan epitel ikan
dengan bantuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit
segera berputar-putar sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat
penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan mengakibatkan
iritasi yang serius. Pada lingkungan dengan populasi parasit yang cukup
tinggi, umumnya apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini
menjadi lebih berbahaya (Yuasa, 2003).
3.2.2. Chilodonella sp.
Parasit jenis ini memiliki ciri-ciri berukuran 80 μm, berbentuk oval
dengan bagian ventral rata, dorsal cembung dan memiliki cilia, hidup secara
eukariota uniseluler atau berkoloni. Parasit jenis protozoa ini hidup pada
lingkungan air atau daerah yang mengandung kelembaban dengan suhu
optimal antara 0,5 s/d 20"C. Protozoa ini tidak dapat hidup tanpa inang dalam
tenggang waktu antara 12 s/d 24 jam, namun dalam bentuk kista mampu
bertahan lama dan sewaktu-waktu siap untuk tumbuh polulasi aktif jika ada
keadaan yang memungkinkan. Kista akan menetas secara baik pada suhu air
9"C. Chilodonella yang menyerang ikan akan hidup pada mukosa dan system
sekresi pada ikan. Parasit ini lebih banyak menginfeksi pada bagian
permukaan tubuh ikan dibandingkan pada insang dan infeksi pada tubuh ikan
banyak didukung oleh suhu yang rendah. Pada tingkat serangan yang parah,
protozoa ini dapat menyebabkan luka-lupa pada kulit yang terkena infeksi
dan lapisan mukosa menjadi kusam Lamolo (2001).
Chilodonella adalah pathogen oportunistik, yaitu pathogen yang
mengambil keuntungan dari inang yang ditempelinya. Pemicu dari penularan
14
protozoa ini adalah tingkat kepadatan yang tinggi dan kualitas lingkungan
yang buruk.
3.2.3. Epistylis sp.
Berdasarkan hasil pengamatan Yuasa , ciri-ciri dari parasit ini
(2003) adalah berwarna transparan bertangkai namun tidak berkontraktil, sel-
selnya mampu berkontraksi. protozoa ini bukan merupakan parasit obligat
ikan yang sering kami temukan di lapisan insang kepiting dan berbentuk
mirip seperti cangkir atau tulip. Sering membentuk koloni bercabang.
Menurut Hadiroseyani (1990), Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel
pada substrat seperti insang dan kulit ikan. hidup parasit ini berkoloni dan
masing-masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi.
Menurut Alifuddin (1993), parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk
koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat
"non-contractile". berkembang biak dengan pembelahan. Sedangkan menurut
Yuasa, (2003), Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang
berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan
nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer.
Alifuddin (1993) menyatakan Epistylis adalah parasit yang umum di
temukan pada perairan baik air tawar maupun air laut,parasit ini biasanya
menempel pada objek objek yang terendam dalam air, seperti tumbuhan atau
hewan air, bagian tubuh Epistylis yang menempel pada substrat adalah bagian
batangnya , sel sel epistylis berbentuk lonceng terbalik dan disekeliling
peristomanya ber cilia, selnya mempunyai makronukleus yang berbentuk
seperti bulan sabit dan mikronucleus berbentuk bulat, parasit ini hidup
15
berkoloni dan yang terdiri dari 1 – 8 sel tiap koloninya, tangkai sel pada
epistylis tidak berkontraktil dan biasanya bercabang dan pada tiap ujung
cabang terdapat sel. Parasit ini berkembang biak dengan membelah diri .pada
komoditas perikanan parasit ini banyak ditemukan menyerang pada bagian
badan, insang, kaki renang, kaki jalan, karapaks, dan ekor. Gejala serangan
parasit ini biasanya mengakibatkan :
1.Ikan susah bernafas karena insangnya banyak tertutupi parasit ini,
2. Pertumbuhan lambat dan kerusakan pada jaringan yang di serang/
ditempeli.
3.2.4. Vorticella sp.
Parasit ini dapat ditemukan di lapisan insang kepiting, kaki renang
lobster air tawar dan insang ikan, dengan bentuk mirip seperti lonceng
terbalik dan berwarna transparan. memiliki tangkai yang pipih dan silindris.
parasit yang satu ini tidak memiliki percabangan maupun tidak dalam bentuk
koloni, Vorticella memiliki 1 individu tiap tangkainya. berkembang biak
dengan cara bertunas dan konjugasi. konjugasi merupakan reproduksi seksual
dari Vorticella yaitu dengan cara dengan menyisipkan DNA pada individu
yang lain.
Vorticella sp. semuanya bersifat soliter dan menempel pada substrat
dengan tangkai yang kontraktil. sel-selnya mempunyai bentuk seperti lonceng
terbalik, disekeliling peristoma terdapat cilia, sel mengandung makronukleus
dan mikronukleus, sel berwarna kekuningan atau kehijauan, dapat hidup di
perairan tawar atau laut, pada stadia dewasa menempel pada obyek-obyek
16
yang terendam air, baik berupa tumbuhan maupun hewan air (Alifuddin,
1993).
3.2.5. Ichthyophthirius multifiliis
Hoffman (1967) Menyatakan White spot atau dikenal juga sebagai
penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit.
Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara
potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan
munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white
spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam
akuarium memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit
tersebut.
Tanda-tanda serangan white spot tergantung pada tahapan siklus
hidupnya. Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut
secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak
infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai
fase berenang) (lihat gambar). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari
bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif
ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit,
insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai
ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan
dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian
parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam
lainnya.
17
Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-
bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini
sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi
transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik
tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut
makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik
tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu
dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.
Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan
tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap
terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat
dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan
osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan
berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari
terjangkit berat.
White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang
terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang.
Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot
terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah
terjangkit white spot sebelumnya.
3.2.6. Myxobolus sp.
Myxobolus sp., yang terdapat pada lendir menandakan tingkat infeksi
yang masih rendah, karena belum terjadi infeksi pada organ dalam yang
merupakan spesialisasi infeksi oleh Myxobolus sp., dan buruknya kualitas air
18
pada wadah ikan sehingga ditemukan Myxobolus sp., yang menempel pada
tubuh ikan (lendir). Myxobolus sp., yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan
akan memperlihatkan gejala yang sama dengan Trichodina sp., infeksi besar
yang terjadi pada insang menyebabkan occlusion pada sirkulasi branchia,
kematian jaringan (necrosis) dan tidak berfungsinya pernafasan. Infeksi yang
terjadi pada usus, akan menyebabkan myolitic pada dinding usus. Secara
umum, infeksi berat pada sub-cutaneous dan insang menyebabkan penurunan
berat badan, khususnya pada ikan muda, melemah, berenang di dekat
pematang, warna kulit mulai pucat, dan terganggu sistem syarafnya. Apabila
infeksi terjadi pada organ dalam, seperti hati, ginjal, dan selaput usus
cenderung lebih fatal.
Gejala infeksi pada ikan antara lain adanya benjolan pada bagian tubuh
luar (bintil) yang berwarna kemerahmerahan. Bintil ini sebenarnya berisi
ribuan spora yang dapat menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka. Jika
bintil ini pecah, maka spora yang ada di dalamnya akan menyebar seperti
plankton. Spora ini berukuran 0,01 – 0,02 mm, sehingga sering tertelan oleh
ikan. Pengaruh serangan myxosporea tergantung pada ketebalan serta lokasi
kistanya. Serangan yang berat pada insang menyebabkan gangguan pada
sirkulasi pernafasan serta penurunan fungsi organ pernafasan. Sedangkan
seranganyang berat pada jaringan bawah kulit dan insang menyebabkan
berkurangnya berat badan ikan, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh
menjadi gelap dan system syaraf menjadi lemah (Lamolo, 2001).
19
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan
oleh protozoa. Parasit protozoa yang Pada umunya menyerang ikan adalah ,
Chilodonella sp., Trichodina sp., Epistylis sp., Chilodonella sp., Vorticella sp.,
Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus.
4.2. Saran
Agar ikan tidak terjangkit parasit, hendaknya kualitas air yang baik di jaga
dan pemberian pakan yang tidak berlebihan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Anshary, H. 2004. Modul praktikum Parasitology ikan. Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Alifuddin, M. 1993. Penyakit Protozoa pada Ikan. Lab Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan-Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hadiroseyani, Y. 1990. Informasi Praktikum Parasit Ikan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hoffman, G.L. 1967. Parasites of north american freshwater fishes. Berkeley and Los Angeles : University of California Press
Lamolo, Muliana. 2001 Metode Pemeriksaan Parasit Ikan pada Laboratorium Uji Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai. Fakultas Perikanan Unismuh Luwuk.
Manoppo, H. 1995. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan, Unsrat-Manado.
Syawal, H., Lukistyowati, I., dan Riauwaty, M. 2011. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Yuasa, K. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar di Indonesia. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi.
21