I. PENDAHULUAN - litbang.pertanian.go.id · benih hibrida dan komposit, mampu meningkatkan produksi...

58
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI I. PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multi- guna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman terus meningkat 0-5% per tahun. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja industri peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dalam perekonomian nasional, jagung ditempatkan sebagai kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung mencapai Rp 9,4 triliun, dan pada tahun 2003 meningkat secara tajam menjadi Rp 8,2 triliun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan pertanian serta perekonomian nasional secara umum. Upaya keras untuk meningkatkan produksi jagung nasional, baik melalui perluasan areal tanam maupun perluasan penggunaan benih hibrida dan komposit, mampu meningkatkan produksi jagung dari 6,26 juta ton pada tahun 99 menjadi 0,9 juta ton pada tahun 2003. Namun demikian jumlah produksi tersebut hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan, sehingga masih diperlukan impor. Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,24% per tahun, sehingga pada tahun 2009 diproyeksikan mencapai 3,98 juta ton dan tahun 205 mencapai 7,93 juta ton. Publikasi ini berisikan pokok pikiran tentang prospek dan arah pengembangan jagung di Indonesia.

Transcript of I. PENDAHULUAN - litbang.pertanian.go.id · benih hibrida dan komposit, mampu meningkatkan produksi...

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multi­guna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000­2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman terus meningkat �0­�5% per tahun. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja industri peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Dalam perekonomian nasional, jagung ditempatkan sebagai kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung mencapai Rp 9,4 triliun, dan pada tahun 2003 meningkat secara tajam menjadi Rp �8,2 triliun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan pertanian serta perekonomian nasional secara umum.

Upaya keras untuk meningkatkan produksi jagung nasional, baik melalui perluasan areal tanam maupun perluasan penggunaan benih hibrida dan komposit, mampu meningkatkan produksi jagung dari 6,26 juta ton pada tahun �99� menjadi �0,9� juta ton pada tahun 2003. Namun demikian jumlah produksi tersebut hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan, sehingga masih diperlukan impor. Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,24% per tahun, sehingga pada tahun 2009 diproyeksikan mencapai �3,98 juta ton dan tahun 20�5 mencapai �7,93 juta ton.

Publikasi ini berisikan pokok pikiran tentang prospek dan arah pengembangan jagung di Indonesia.

AGRO INOVASI

2

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

II. KONDISI PERJAGUNGAN SAAT INI

A. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas

Selama periode �990­2004, luas areal pertanaman jagung di Indonesia rata­rata 3,37 juta hektar dengan peningkatan sebesar 0,49% per tahun (Tabel �). Dibandingkan dengan tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung pada periode yang sama hanya sekitar 0,3� kali dari luas pertanaman padi atau 2,49 kali luas pertanaman kedelai.

Produktivitas jagung yang masih rendah (3,34 ton/ha), walaupun cenderung meningkat 3,34% per tahun, menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung berkualitas di tingkat petani belum berkembang seperti diharapkan, disamping cara pemeliharaan yang juga belum intensif. Dalam periode �990­2004 rata­rata produksi jagung 8,72 juta ton dan cenderung meningkat 3,7�% per tahun.

Tampak bahwa peningkatkan produksi jagung lebih banyak ditentukan oleh adanya peningkatan produktivitas daripada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa perluasan penggunaan benih hibrida di tingkat petani diperkirakan mampu meningkatkan produksi jagung, mengingat hasilnya dapat mencapai 6 ton/ha.

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi �8 tahun yang lalu menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di lahan kering, ��% terdapat di lahan sawah irigasi, dan �0% di sawah tadah hujan. Dewasa ini data tersebut telah mengalami pergeseran. Diperkirakan areal per­tanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut­turut menjadi �0­�5% dan 20­30%, terutama di daerah produksi jagung komersial.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

3

Tabel �. Perkembangan areal, produktivitas dan produksi jagung di Indonesia, tahun �990­2004.

Tahun Areal Produktivitas Produksi (000 ha) (ton/ha) (000 ton) �990 3.�58 2,�3 6.734 �99� 2.909 2,�5 6.255 �992 3.629 2,20 7.995 �993 2.939 2,20 6.459 �994 3.�09 2,2� 6.869 �995 3.65� 2,26 8.245 �996 3.744 2,49 9.307 �997 3.355 2,6� 8.77� �998 3.456 2,94 �0.�69 �999 3.848 2,39 9.204 2000 3.500 2,76 9.677 200� 3.286 2,79 9.�65 2002 3.�27 3,09 9.654 2003 3.359 3,24 �0.886 2004 3.403 3,34 ��.355 Rataan 3.365 2,59 8.7�6 r (%/th) 0,49 3,34 3,7�

Daerah penghasil utama jagung di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Barat. Areal panen dan total produksi jagung dari ketujuh propinsi tersebut berturut­turut adalah 84,43% dan 87,80% dari luas panen dan produksi total jagung nasional.

Sekitar 57% produksi biji jagung di Indonesia dihasilkan oleh pertanaman jagung pada musim hujan (MH), 24% pada musim kemarau (MK) I dan �9% pada MK II. Pada MH, jagung umumnya diusahakan pada lahan kering, sedangkan pada MK ditanam pada sawah tadah hujan dan irigasi.

AGRO INOVASI

4

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

B. Impor Jagung

Produksi jagung Indonesia dalam periode �990­2003 belum mampu memenuhi kebutuhan. Status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia adalah sebagai net importir (Tabel 2). Impor jagung dalam kurun waktu �990 – 2003 rata­rata 750 ribu ton per tahun atau me­ningkat �0,5% per tahun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bahkan sejak tahun 2000, volume impor jagung sudah di atas � juta ton. Kalau dilihat dari pangsanya terhadap kebutuhan dalam negeri memang masih kecil (8,2�%) dengan laju peningkatan pangsa sekitar 7% per tahun. Namun tanpa upaya pemacuan produksi dalam negeri, volume dan pangsa impor jagung terus meningkat, mengingat laju peningkatan kebutuhan lebih cepat dari laju peningkatan produksi.

Tabel 2. Perkembangan ekspor, impor, dan kebutuhan jagung Indonesia, tahun �990­2003.

Ekspor Impor Kebutuhan Tahun (000 ton) Volume Pangsa Pasar (000 ton) (000 ton) (%)

�990 �4�,8 90,� �,42 6.352,3 �99� 33,2 323,3 5,20 6.220,� �992 �49,7 55,7 0,74 7.556,0 �993 60,8 494,5 7,6� 6.497,7 �994 37,4 �.��8,3 �4,8� 7.55�,9 �995 79,� 969,2 ��,�7 8.678,� �996 26,8 6�6,9 6,56 9.402,� �997 �8,9 �.098,4 ��,74 9.357,5 �998 632,5 3�3,5 3,35 9.357,0 �999 90,6 6�8,� 6,69 9.244,5 2000 28,� �.264,6 �2,20 �0.366,5 200� 90,5 �.035,8 �0,79 9.595,3 2002 �6,3 �.�54,� ��,�9 �0.309,2 2003 33,7 �.345,5 ��,52 ��.676,4 Rataan �02,8 749,9 8,2� 8.726,0 Laju (%/th) ­ 0,93 �0,46 6,99 4,28

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

5

C. Profil Teknologi Jagung

Dalam periode �990­2004 rata­rata produksi jagung 8,72 juta ton dan cenderung meningkat 3,7�% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung lebih banyak disebabkan adanya peningkatan produktivitas dari pada peningkatan luas tanam.

Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas/produksi dan pendapatan usahatani jagung sangat tergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang meliputi: varietas unggul berikut benih berkualitas dan komponen teknologi budidaya serta pascapanen. Komponen teknologi tersebut meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, irigasi, dan prosesing hasil.

Varietas jagung unggul komposit Lamuru, yang dilepas pada tahun 200� dengan potensi hasil 7,6 ton/ha, telah mulai populer di beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia yang beriklim kering. Varietas Sukmaraga, dengan potensi hasil 8,4 ton/ha yang dilepas pada tahun 2003, memiliki keunggulan toleran kemasaman tanah, sehingga sesuai dikembangkan pada lahan bereaksi masam.

Jagung hibrida yang telah dilepas, baik oleh Badan Litbang Pertanian maupun swasta, memiliki potensi hasil 9,0 – �4,0 ton/ha. Varietas jagung hibrida yang banyak ditanam adalah produk perusahaan multinasional, seperti Bisi, Pioneer, dan NK.

D. Profil Usahatani Jagung

Penerapan inovasi teknologi di tingkat petani cukup beragam, sangat tergantung pada orientasi produksi (subsisten, semi komersial, komersial), kondisi kesuburan tanah, resiko yang dihadapi, dan kemampuan petani membeli atau mengakses sarana produksi. Penyebaran penggunaan varietas pada tahun 2002 adalah 28% hibrida, 47% komposit unggul, dan 25% komposit lokal. Karena pertimbangan harga dan resiko yang dihadapi, cukup banyak petani yang menanam benih hibrida turunan (F2).

AGRO INOVASI

6

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Pemberian pupuk juga sangat beragam. Petani yang berorientasi subsisten dan semi komersial tidak memupuk atau memberikan pupuk pada takaran sangat rendah, biasanya hanya urea dengan takaran �00 – �50 kg/ha. Bagi petani yang berorientasi komersial, penggunaan pupuk anorganik berkisar: urea 250 – 700 kg/ha, SP36 0 – �50 kg/ha, dan KCl 0 – �00 kg/ha. Penetapan jenis dan takaran pupuk anorganik belum didasarkan pada rekomendasi spesifik lokasi, sesuai hasil analisis tanah dan/atau petak omisi. Bahan organik/pupuk kandang umumnya diberikan pada lobang tanam sebagai penutup benih dengan takaran �,5 – 2,0 ton/ha.

Dalam penyiapan lahan, kebanyakan petani mengolah secara sempurna, namun ada pula yang tanpa olah tanah. Penyiangan dilakukan secara manual (cangkul, bajak ternak) ataupun dengan herbisida. Untuk irigasi pertanaman jagung pada MK, petani umumnya menggunakan air tanah dangkal dengan pompanisasi. Dengan kondisi lahan dan penerapan teknologi budidaya yang beragam tersebut, produktivitas jagung di tingkat petani juga beragam, ber­kisar antara �,5 – 9,0 ton/ha. Dalam memproses hasil panen, alat pemipil sudah umum digunakan petani. Pengeringan hasil panen masih mengandalkan sinar matahari. Jagung yang dipanen pada musim hujan, kualitasnya rendah (berjamur, aflatoksin).

Jagung hibrida yang ditanam pada lahan sawah mampu ber­produksi di atas 6,0 ton/ha, sementara yang ditanam pada lahan kering mampu berproduksi sekitar 5,0 ton/ha. Dengan memasukkan semua biaya produksi (termasuk sewa lahan, tenaga kerja keluarga, korbanan modal yang digunakan), jagung yang diusahakan pada lahan sawah maupun lahan kering memberikan keuntungan yang menarik bagi petani, berkisar antara Rp. 0,884 – Rp. 2,� juta per ha. Penggunaan input produksi pada usahatani jagung cukup efisien, yang ditunjukkan oleh nilai B/C �,24 ­ �,50.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

7

Usahatani jagung cukup lentur terhadap perubahan harga dan produktivitas, yang masing­masing ditunjukkan oleh Titik Impas Produksi (TIP) dan Titik Impas Harga (TIH). Usahatani jagung akan tetap menguntungkan jika penurunan harga atau produksi tidak lebih dari 3�,52%; �9,355; dan �6,4�% berturut­turut untuk usahatani jagung hibrida lahan sawah di Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Timur, serta 37,35% dan 28,07% untuk usahatani jagung lahan kering di Sumatera Utara dan Lampung.

Nilai DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) merupakan salah satu parameter untuk menilai daya saing produksi jagung nasional, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (substitusi impor) maupun ekspor. Nilai DRCR < �, menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai daya saing untuk memproduksi jagung, demikian sebaliknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai

AGRO INOVASI

8

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

keunggulan komparatif untuk memproduksi jagung, khususnya untuk tujuan substitusi impor, baik pada lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan maupun lahan kering. Artinya, upaya pemenuhan kebutuhan jagung domestik akan lebih menguntungkan jika diproduksi di dalam negeri, karena biayanya lebih murah dibanding impor. Daya saing produksi jagung pada lahan sawah sama baiknya dengan di Jawa maupun di luar Jawa. Namun memproduksi jagung pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering di luar Jawa mempunyai daya saing relatif lebih baik dibanding di Jawa.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

9

III. PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN

A. ProspekSelama tahun �990­2004, produksi jagung dunia sekitar 575

juta ton dan meningkat 2,23% per tahun. Di pasar dunia, negara produsen utama jagung adalah Amerika Serikat. Produksi jagung AS selama tahun �990­2004 mencapai 23�,3 juta ton/tahun atau 40,23% dari total produksi dunia. Produsen utama berikutnya adalah Cina, dengan pangsa pasar �9,6%.

Selain sebagai produsen utama, AS juga merupakan eksportir utama komoditas jagung, dengan pangsa ekspor 6�,7% dan meningkat 0,�5% per tahun. Ekspor jagung AS rata­rata 2�,0% dari total produksi, sehingga penggunaan jagung untuk kebutuhan domestiknya mencapai 79,0%. Argentina merupakan eksportir utama jagung setelah AS dengan pangsa �0,3�% terhadap total ekspor dunia. Selama tahun �990­2003, ekspor jagung dunia rata­rata 75,5 juta ton atau �3,5% dari total produksi dunia. Volume ekspor dunia meningkat �,79% per tahun, akan tetapi pangsanya terhadap total produksi dunia menurun 0,02% per tahun.

Dari sisi impor, Jepang merupakan negara impotir utama untuk komoditas jagung. Selama tahun �990­2003, Jepang mengimpor jagung �6,4 juta ton per tahun atau 2�,73% dari total impor dunia. Volume impor jagung Jepang relatif stabil dengan sedikit peningkatan (0,09% per tahun). Korea Selatan juga termasuk negara importir utama, dengan pangsa �0,�% per tahun. Sementara itu, walaupun dengan pangsa impor sangat kecil (0,99% dari total impor dunia), peningkatan volume impor jagung Indonesia cukup tajam (�0,85%) dan jauh di atas rata­rata peningkatan impor dunia (�,97% per tahun).

Permintaan jagung di pasar domestik dan pasar dunia terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan pangan. Meningkatnya pendapatan per kapita menyebabkan meningkatnya per­mintaan terhadap produk turunan jagung, seperti produk makanan yang menggunakan bahan baku jagung, daging ayam, telur dan sebagainya.

AGRO INOVASI

�0

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Selama periode �990­200�, pangsa penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan dalam negeri meningkat cukup tajam, yaitu ��,8% per tahun. Sebaliknya, pangsa penggunaan jagung produksi domestik turun 3,77% per tahun. Mulai tahun �994, ketergantungan pabrik pakan dalam negeri terhadap jagung impor sangat tinggi, mencapai 40,3%. Pada tahun 2000 penggunaan jagung impor dan jagung domestik dalam industri pakan ternak hampir berimbang, yaitu 47,0% dan 53,0%.

Kebutuhan jagung domestik pada tahun 2005 mencapai ��,8 juta ton, pada tahun 20�0 diperkirakan meningkat menjadi �3,6 juta ton, dan pada tahun 20�5 dan 2020 masing­masing �5,9 juta ton dan �8,9 juta ton. Tanpa upaya khusus untuk memacu produksi nasional, maka impor jagung diperkirakan pada tahun 2005 dan 20�0 masing­masing sebesar 937 ribu ton dan 740 ribu ton, dan pada tahun 20�5 dan 2020 berturut­turut mencapai �,03 juta ton dan �,68 juta ton. Di sisi lain, rata­rata volume jagung yang diperdagangkan di pasar dunia dalam periode �990­2003 hanya 75,5 juta ton atau �3,5% dari total produksi dunia, dan menurun 0,02% per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar jagung dunia relatif tipis (thin market).

Berpijak dari informasi di atas, maka prospek pasar jagung baik di pasar domestik maupun pasar dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Meningkatnya permintaan dan tipisnya pasar jagung dunia menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terbuka lebar bagi para eksportir baru. Oleh karena itu, upaya Indonesia untuk mengem­bangkan jagung dalam jangka menengah (2005­2009) dan jangka panjang (20�0­2025) prospektif ditinjau dari aspek pasar.

B. Potensi Peningkatan Produksi

1. Potensi sumber daya lahan

Pengembangan jagung melalui perluasan areal diarahkan pada lahan­lahan potensial, seperti, sawah irigasi dan tadah hujan yang

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

��

belum dimanfaatkan pada musim kemarau, serta lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Berdasarkan penye­baran luas sawah dan jenis irigasinya, diperkirakan potensi pengem­bangan areal jagung melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP) di lahan sawah adalah 457.�63 ha, dengan rincian: a) 295.795 ha di pulau Sumatera dan Kalimantan, b) �30.834 ha di Sulawesi, dan c) 30.534 ha di Bali dan Nusa Tenggara.

Luas lahan kering yang sesuai dan belum dimanfaatkan untuk pertanaman jagung mencapai 20,5 juta ha, dimana 2,9 juta ha diantaranya di Sumatera, 7,2 juta ha di Kalimantan, 0,4 juta ha di Sulawesi, 9,9 juta ha di Maluku dan Papua, serta 0,06 juta ha di Bali dan Nusa Tenggara. Potensi tersebut jauh lebih besar dari luas per­tanaman jagung saat ini. Namun potensi riil yang diperuntukkan bagi pengembangan jagung perlu ditetapkan sebab lahan tersebut juga menjadi sasaran pengembangan komoditas lainnya (perkebunan, hortikultura, pangan lainnya).

2. Potensi inovasi teknologiKeberhasilan upaya peningkatan produktivitas/produksi dan

pendapatan usahatani jagung sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang meliputi: varietas unggul berikut benih berkualitas dan komponen teknologi budidaya dan pascapanen.

Varietas Unggul. Diantara komponen teknologi produksi jagung, varietas unggul mempunyai peranan penting dalam peningkatan hasil per satuan luas dan salah satu komponen pengendalian penyakit tanaman. Telah banyak varietas unggul yang dilepas, baik jenis komposit maupun hibrida. Jagung komposit yang dilepas semuanya berasal dari Badan Litbang Pertanian, dengan potensi hasil 7,0 – 8,0 ton/ha.

Varietas jagung komposit Lamuru yang dilepas pada tahun 200� dengan potensi hasil 7,6 ton/ha telah mulai populer di bebe­rapa daerah di Kawasan Timur Indonesia yang beriklim kering seperti Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat, karena relatif toleran kekeringan, genjah, dan bijinya berwarna kuning kemerahan. Varietas Sukmaraga

AGRO INOVASI

�2

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

dengan potensi hasil 8,4 ton/ha dilepas pada tahun 2003 toleran terhadap kemasaman tanah, sehingga sesuai dikembangkan pada lahan masam yang banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi. Varietas Sukmaraga telah mulai diterima di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Lampung.

Jagung hibrida yang telah dilepas, baik oleh Badan Litbang Pertanian maupun swasta, memiliki potensi hasil 9,0 – �4,0 ton/ha. Varietas jagung hibrida yang banyak ditanam adalah produk perusahaan multinasional dan yang populer adalah Bisi, Pioneer, dan NK. Jagung hibrida varietas Semar­�0 dan Bima­� benihnya diproduksi oleh swasta nasional.

Baik untuk pangan maupun pakan, jenis jagung yang berkembang di Indonesia saat ini memiliki kelemahan dari segi nutrisi. Kandungan protein biji jagung biasa berkisar antara 8­�0%, tetapi kekurangan dua asam amino esensial lisin dan triptofan yang masing­masing hanya 0,225% dan 0,05%. Nilai ini kurang dari setengah konsentrasi yang disarankan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). Untuk diet sehat, ke dalam bahan jagung/ransum untuk manusia dan ternak monogastrik perlu dimasukkan asam amino lisin dan triptofan dari sumber lain. Pada tahun 2004, Badan Litbang Pertanian telah melepas dua varietas jagung jenis QPM (Quality Protein Maize) bersari bebas berbiji putih dengan nama Srikandi Putih­� dan berbiji kuning dengan nama Srikandi Kuning­�. Srikandi Putih­� potensi hasilnya mencapai 8,09 ton/ha, dengan kadar protein �0,44%, lisin 0,4�% dan triptofan 0,09%; sedangkan Srikandi Kuning­� potensi hasilnya mencapai 7,92 ton/ha, berkadar protein �0,38%, lisin 0,48%, dan triptofan 0,09%. Beberapa perusahaan swasta telah mulai tertarik memproduksi benihnya.

Perbenihan. Hasil survei di �9 propinsi menunjukkan bahwa dari total areal jagung pada tahun 2000, 28% ditanami jenis hibrida, 47% varietas unggul komposit, dan 25% jenis komposit lokal. Masih banyak petani yang menanam benih turunan hibrida (F2) karena harga benih F� relatif mahal dan resiko yang dihadapi besar (misalnya kekeringan).

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

�3

Produktivitas benih turunan (F2) jagung hibrida silang tunggal varietas Bisi­2 dan C7 menurun tajam dibandingkan dengan benih murni (F�), yakni Bisi­2 dari 8,38 ton/ha menjadi 6,5 ton/ha, dan C7 dari 8,84 ton/ha menjadi 6,�4 ton/ha. Untuk hibrida Semar­�0 yang tergolong silang tiga jalur, produktivitas tanaman dari benih F2 tidak banyak menurun dibandingkan dengan tanaman dari benih F�­nya, yakni 8,58 ton/ha (F�) menjadi 8,32 ton/ha, dengan demikian, bagi hibrida silang tiga jalur, penggunaan benih turunan (F2) dapat diterima.

Untuk pertanaman jagung komposit, petani belum menyiapkan benih secara baik. Petani cenderung menggunakan benih hasil panen dari musim tanam sebelumnya hingga beberapa siklus. Hal ini menyebabkan potensi hasilnya menurun, terutama jika diserbuki oleh jagung lokal yang potensi hasilnya rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya produksi dan distribusi benih varietas jagung unggul komposit secara memadai, terutama di wilayah/daerah suboptimal (lahan dan sosial­ekonomi). Upaya yang dapat dilakukan diantaranya melalui pengembangan sistem penangkaran benih berbasis komunal (community based seed production) di pedesaan. Upaya ini telah dicoba di lima propinsi (Sulsel, NTB, Kalsel, Jateng, dan Lampung) pada tahun 2004 dan hasilnya memberikan prospek yang baik bagi pengembangan perbenihan varietas jagung unggul komposit nasional.

Pemupukan. Selain varietas unggul, komponen budidaya yang sangat menentukan produktivitas jagung adalah pemupukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kesuburan lahan sangat beragam, sehingga jenis dan takaran pupuk juga bervariasi, bergantung pada jenis dan tingkat kesuburan tanah. Oleh karena itu, diperlukan pemupukan spesifik lokasi melalui pendekatan tanggapan tanaman (petak omisi) dan analisis tanah.

Secara umum, kandungan N dalam tanah tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan optimal jagung. Dengan pemberian yang benar, takaran pupuk N optimal untuk jagung hibrida adalah sekitar 200 kg N (445 kg urea) per hektar, sedang untuk jenis jagung komposit sekitar �60 kg N (350 kg urea) per hektar.

AGRO INOVASI

�4

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Keberhasilan upaya pengembangan jagung untuk memanfaatkan potensi lahan dipe­ngaruhi oleh tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Untuk itu diperlukan teknologi atau pendekatan budidaya jagung yang mampu memberikan produktivitas tinggi persatuan luas dengan proses produksi yang efisien. Berkaitan dengan hal tersebut produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT Jagung) dengan menerapkan sejumlah komponen teknologi budi daya yang memberikan pengaruh secara sinergistik merupakan pendekatan yang sesuai.

Pada lahan kering masam di Kabupaten Tanah Laut (Kalimantan Selatan) sebagai salah satu wilayah pengembangan jagung di luar Jawa yang tanahnya tergolong Podsolik Merah Kuning, bereaksi masam dan banyak mengandung Al terlarut, serta miskin bahan organik dan unsur hara, budidaya jagung dengan pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani secara signifikan dibandingkan dengan cara budidaya petani setempat (existing practices). Dengan pendekatan PTT, produktivitas meningkat dari 3,6 – 3,9 ton/ha menjadi 6,� ton/ha sehingga meningkatkan keuntungan dari Rp. 690.250 – Rp. �.050.750/ha menjadi Rp. 2.7�9.300/ha. Komponen penting dalam teknologi PTT jagung di lokasi tersebut adalah varietas unggul toleran kemasaman tanah (Sukmaraga), benih berkualitas (daya kecambah minimal 90%) yang telah di seed treatment dengan fungisida metalaxyl, populasi tanaman sekitar 66.000/ha, penanaman dengan alat tanam ATB�­2R­Balitsereal, pupuk kandang (�,5 ton/ha) sebagai penutup benih, dan penggunaan pupuk anorganik berdasarkan analisis tanah.

Pada lahan kering beriklim kering di Kabupaten Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat) yang bertopografi datar sampai bergelombang, jenis tanah Entisol dengan tekstur ringan, miskin bahan organik dan N, kandungan hara P tergolong sedang dan K tinggi, budidaya jagung dengan pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani secara meyakinkan. Dengan penerapan PTT di lahan kering, hasil jagung meningkat dari 4,8 ton/ha menjadi 7,9 ton/ha, dengan

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

�5

peningkatan keuntungan dari Rp. �.226.950 menjadi Rp. 3.045.500. Komponen teknologi penting dalam PTT di lokasi ini adalah varietas unggul Lamuru, benih berkualitas (daya kecambah minimal 90%) yang telah di seed treatment dengan fungisida metalaxyl, populasi tanaman sekitar 66.000/ha, pupuk kandang (�,5 ton/ha) sebagai penutup benih, dan pupuk anorganik berdasarkan analisis tanah.

C. Arah Pengembangan Produksi JagungApabila laju kecepatan peningkatan produksi jagung dalam

negeri dapat dipertahankan sebesar 4,24%, seperti rata­rata tahun 2000 – 2004, dan laju peningkatan kebutuhan seperti saat ini, maka pada tahun 2006 Indonesia telah berswasembada jagung, bahkan kelebihan produksi sebanyak �87.760 ton dapat diekspor.

Hingga tahun 20�0, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mem­pertahankan laju peningkatan produksi sebesar 4,24% per tahun akan lebih mengandalkan peningkatan produktivitas (3,38% per tahun); sementara laju peningkatan areal panen diproyeksikan hanya �% per tahun. Hal ini dapat ditempuh melalui perluasan penggunaan benih jagung hibrida dan komposit unggul yang berkualitas, disertai dengan penerapan teknologi budidaya maju.

1. Faktor produksiUntuk menjamin keberhasilan pengembangan jagung perlu adanya

sistem pengadaan yang lebih baik untuk benih berkualitas dari varietas unggul, pupuk, herbisida/pestisida, dan alsintan. Hal ini diupayakan dengan cara (a) mendorong tumbuh kembangnya kemitraan antara petani dengan swasta/pengusaha dan pemerintah dalam menyediakan sarana produksi, (b) perbaikan sistem produksi benih jagung nasional dalam penyediaan benih jagung yang berkualitas dengan harga murah, antara lain dengan menumbuhkembangkan penangkar benih jagung unggul komposit di pedesaan, dan (c) menumbuhkembangkan usaha jasa alsintan dalam penyiapan lahan, penanaman, dan pascapanen (traktor, alat tanam, pemipil, dan pengering).

AGRO INOVASI

�6

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

2. Peningkatan produktivitas

Dalam upaya peningkatan produktivitas, pijakan yang digunakan adalah tingkat produktivitas yang telah dicapai saat ini. Pada daerah­daerah yang telah memiliki tingkat produktivitas tinggi (>6,0 ton/ha) program yang diperlukan adalah pemantapan produktivitas. Untu k meningkatkan hasil di areal yang tingkat produktivitasnya masih rendah (<5,0 ton/ha), diprogramkan adanya pergeseran penggunaan jagung ke jenis hibrida dan komposit dengan benih berkualitas (Tabel 3).

Tabel 3. Rencana pergeseran penggunaan jenis, varietas, dan benih jagung di Indonesia.

Komposit (%)

Tahun Hibrida (%) Unggul Unggul Lokal Benih benih benih petani berkualitas petani

2005 30 5 40 25

20�0 50 25 �0 �5

20�5 60 25 5 �0

2020 70 25 0 5

2025 75 20 0 5

Dalam program pergeseran penggunaan jenis, varietas, dan benih tersebut diperlukan kegiatan seperti: (a) perbaikan produksi dan distribusi benih berkualitas, (b) pembentukan penangkar benih berbasis komunal di pedesaan, serta (c) penerapan teknologi budidaya melalui pendekatan PTT, di antaranya varietas yang sesuai, pemupukan berdasarkan status hara tanah (spesifik lokasi), dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Upaya tersebut perlu dibarengi dengan penerapan teknologi pascapanen untuk menjamin kualitas dan nilai tambah produksi.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

�7

3. Perluasan areal tanam

Perluasan areal tanam diarahkan ke luar Jawa pada lahan sawah yang tidak ditanami padi selama musim kemarau dan lahan kering.

Dalam kurun waktu 2005–20�5 terjadi tambahan areal panen seluas 456.8�0 ha, penambahan luas lebih difokuskan pada lahan sawah setelah padi (peningkatan Indek Pertanaman). Pilihan ini didasarkan pada pertimbangan investasi yang lebih murah (tidak membuka lahan), produk yang akan diperoleh lebih berkualitas, dan harga akan lebih baik karena pasokan jagung kurang pada musim kemarau. U ntuk penetapan daerah/lokasi diupayakan melalui analisis daya saing komoditas, kecukupan air irigasi (permukaan atau air tanah), dan ketersediaan tenaga kerja.

Selama kurun waktu 20�5–2025, pengembangan areal tanam (minimal 974.490 ha) difokuskan kepada lahan kering di luar Jawa. Dalam kaitan ini diperlukan pewilayahan komoditas, sebab areal yang sama juga berpeluang dikembangkan untuk komoditas selain jagung (perkebunan, pangan, dan hortikultura).

Pemanfaatan lahan sawah setelah padi (musim kemarau) perlu diarahkan pada lahan yang ketersediaan air irigasinya memadai, baik dari air permukaan maupun air tanah. Untuk memanfaatkan air tanah perlu direncanakan pembuatan sumur dan penyediaan pompa. Bagi lahan kering, untuk penetapan areal perlu dilakukan pewilayahan komoditas agar tidak terjadi tumpang tindih rencana penggunaan lahan dengan komoditas lain. Agar proses produksi jagung pada lahan kering berkelanjutan, maka aspek konservasi lahan perlu mendapat perhatian. Untuk daerah­daerah yang baru dibuka perlu dukungan pembangunan infrastruktur (jalan, transportasi), kelembagaan sarana produksi, alsintan, serta permodalan.

4. Peningkatan nilai tambah dan daya saing

Pengolahan dan pemasaran jagung diarahkan untuk mewujudkan tumbuhnya usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan harga

AGRO INOVASI

�8

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

yang wajar di tingkat petani, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka strategi yang perlu ditempuh antara lain: (a) meningkat­kan mutu produk dan mengolah produksi menjadi bahan setengah jadi, (b) meningkatkan harga jagung dan pembagian keuntungan (profit sharing) yang proporsional bagi petani, (c) menumbuhkan unit­unit pengolahan dan pemasaran jagung yang dikelola oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani atau asosiasi perjagungan, (d) meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan pemasaran serta memperpendek mata rantai pemasaran, dan (e) mengurangi impor jagung dan meningkat­kan ekspor jagung.

Upaya pengembangan pengolahan dan pemasaran jagung yang akan dilaksanakan antara lain: (�) pengembangan dan penanganan pascapanen dengan penerapan manajemen mutu sehingga produk yang dihasilkan sesuai persyaratan mutu pasar, dalam kaitan tersebut diperlukan pelatihan dan penyuluhan yang intensif tentang manajemen mutu, (2) pembangunan unit­unit pengolahan di tingkat petani/gapoktan /asosiasi, (3) pembangunan pusat pengeringan dan penyimpanan di sentra produksi jagung, (4) penguatan peralatan mesin yang terkait dengan kegiatan pengolahan dan penyimpanan jagung, antara lain, alat pengering (dryer), corn sheller (pemipil), penepung, pemotong/pencacah bonggol, mixer (pencampur pakan), dan gudang, (5) penguatan modal, (6) pembentukan dan fasilitasi sistem informasi dan promosi, serta asosiasi jagung, dan (7) pengem­bangan industri berbasis jagung produk dalam negeri.

5. Dukungan inovasi teknologi

Penelitian juga diperlukan untuk mendukung program pengem­bangan jagung, seperti (a) pembentukan varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan bioteknologi), diantaranya varietas toleran kemasaman tanah dan kekeringan, (b) produksi benih sumber dan sistem perbenihannya, (c) teknologi budidaya yang makin efisien (pendekatan PTT), serta (d) pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

�9

IV. TUJUAN DAN SASARAN

Pengembangan jagung ke depan ditujukan untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri, mengarah kepada pencapaian swasembada dan ekspor jagung. Terbukanya pasar jagung dunia dengan volume 77 – 90 juta ton per tahun akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengisi sebagian pangsa pasar tersebut, apalagi dengan adanya gejala penurunan kemampuan ekspor beberapa negara pengekspor seperti Amerika Serikat dan Cina karena meningkatnya kebutuhan dalam negeri. Indonesia diarahkan menjadi produsen jagung yang tangguh dan mandiri.

Indonesia ditargetkan telah berswasembada jagung pada tahun 2006 dan bahkan telah mulai mengekspor kelebihan produksi. Untuk mencapai hal tersebut, proses produksi dalam negeri harus berciri­kan: (a) bermuatan inovasi teknologi maju sehingga proses produksi berlangsung efisien, (b) menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai tambah, (c) mempunyai daya saing di pasar global, (d) meningkatnya peran stakeholders dan swasta, serta (e) adanya dukungan pemerintah daerah dan pusat.

AGRO INOVASI

20

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

V. STRATEGI, KEBIJAKAN, DAN PROGRAM

Penyusunan strategi pengembangan jagung diawali dengan mengidentifikasi isu­isu yang terkait dengan aspek berikut: (�) pene­litian dan pengembangan, (2) sistem produksi benih, (3) sistem produksi, (4) penanganan panen dan pascapanen, (5) sistem distribusi dan pemasaran, serta (6) kelembagaan. Dari masing­masing isu tersebut diidentifikasi permasalahan yang paling relevan. Masing­masing kelompok masalah kemudian diurut atas dasar indikator prioritas yaitu urgent, seriousness, dan growth. Dari masing­masing isu kemudian ditentukan tiga masalah prioritas. Masalah tersebut kemudian dianalisis dengan SWOT yang terdiri atas faktor internal (strength, weakness) dan faktor eksternal (opportunity, threat). Dari hasil analisis ditentukan prioritas masing­masing isu untuk kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Berdasarkan masing­masing masalah disusun strategi pemecahannya yang terdiri atas strategi agresif, diversifikatif, konsolidatif, dan defensif.

A. Strategi Pemecahan Masalah

1. Strategi penelitian dan pengembangan

Agresif

a. Percepatan perakitan varietas unggul dan teknologi budidaya yang sesuai dengan keinginan pengguna.

b. Pemanfaatan sumber daya genetik untuk pembentukan varietas unggul baru, baik komposit/bersari bebas maupun hibrida.

c. Pemanfaatan kerja sama penelitian dan alih teknologi secara optimal.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

2�

Diversifikatif

a. Peningkatan konsistensi antara perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi penelitian.

b. Peningkatan kerja sama penelitian dengan perguruan tinggi guna mengatasi keterbatasan tenaga peneliti.

c. Optimalisasi kemitraan dengan swasta dan petani dalam diseminasi hasil penelitian.

Konsolidatif

a. Pembentukan varietas jagung hibrida spesifik dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya genetik.

b. Peningkatan pengawasan terhadap kekayaan sumber daya genetik dengan membentuk pusat perlindungan plasma nutfah.

c. Percepatan proses alih teknologi melalui unjuk kinerja (demo­plot) di lapangan dengan melibatkan petani secara aktif.

Defensif

a. Peningkatan konsistensi program penelitian guna menekan arus teknologi impor yang tidak sesuai dengan kondisi Indonesia.

b. Peningkatan kuantitas peneliti melalui penerimaan tenaga baru sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung diseminasi dan alih teknologi.

c. Peningkatan kualitas peneliti melalui pelatihan untuk men­dukung pengawasan terhadap pencurian plasma nutfah.

2. Strategi sistem produksi benih

Agresif

a. Penyediaan benih sumber bermutu dari varietas unggul baru yang sesuai dengan kebutuhan.

AGRO INOVASI

22

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

b. Percepatan alih teknologi produksi benih bermutu kepada penangkar untuk memenuhi kebutuhan petani.

c. Pembinaan penangkar benih bermutu di daerah untuk memudahkan penyaluran subsidi bagi petani.

Diversifikatif

a. Peningkatan kerja sama dengan industri benih dalam pengawasan kualitas benih di tingkat petani.

b. Penerapan delineasi kebutuhan varietas unggul dan jumlah benih bermutu sesuai kebutuhan petani.

c. Penguatan database perbenihan melalui kerja sama dengan industri benih.

Konsolidatif

a. Sertifikasi benih dengan mencantumkan keunggulan varietas dan batas waktu penggunaan benih pada setiap kemasan.

b. Pembatasan jumlah impor benih.

c. Peningkatan kemampuan petani mengenali fisik benih untuk menumbuhkan kepercayaan terhadap mutu benih.

Defensif

a. Peningkatan pengawasan mutu benih untuk menghindari pemalsuan benih.

b. Pemberian pemahaman kepada pengguna perihal pentingnya database perbenihan untuk membangun kepercayaan terhadap mutu dan mencegah pemalsuan benih.

c. Percepatan delineasi kebutuhan varietas unggul baru untuk menekan laju penyebaran benih impor.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

23

3. Strategi sistem produksi

Agresif

a. Percepatan alih teknologi budidaya yang efisien untuk me­numbuhkan minat petani berusahatani jagung.

b. Pengawalan kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan jagung yang semakin meningkat.

c. Peningkatan efisiensi produksi melalui penerapan kesesuaian varietas unggul dengan ketersediaan lahan.

Diversifikatif

a. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen dengan penggunaan teknologi bagan warna daun.

b. Peningkatan kemitraan dengan swasta untuk meningkatkan akses petani terhadap modal usahatani jagung.

c. Penerapan model penyuluhan melalui kerja sama dengan penyalur sarana produksi untuk mempercepat pemanfaatan lahan untuk usahatani jagung.

Konsolidatif

a. Penerapan teknologi budidaya jagung berimbang untuk mengimbangi terjadinya fluktuasi harga.

b. Pengawalan kebijakan pemerintah untuk melindungi petani dari ancaman teknologi impor.

c. Penyebarluasan varietas unggul baru berpotensi hasil tinggi dengan penyesuaian kondisi iklim/cuaca setempat.

Defensif

a. Penggunaan sarana produksi yang sesuai untuk mengurangi kerugian karena fluktuasi harga.

AGRO INOVASI

24

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

b. Peningkatan kemampuan petani untuk mempermudah akses modal dan menumbuhkan kepercayaan terhadap teknologi sendiri.

c. Penguatan sistem penyuluhan untuk mengawal penerapan tek­nologi yang berkaitan dengan antisipasi dampak anomali iklim.

4. Strategi penanganan panen dan pascapanen

Agresif

a. Penerapan teknologi panen dan pascapanen yang diikuti oleh penerapan standar mutu untuk memenuhi tuntutan kualitas dari industri produk olahan.

b. Pemberdayaan bengkel pertanian untuk lebih berinovasi guna memenuhi kebutuhan alat dan mesin industri produk olahan yang semakin beragam.

c. Peningkatan efisiensi biaya produksi melalui penggunaan alat dan mesin panen dan pascapanen yang sekaligus untuk meningkatkan mutu produk yang dipanen pada musim hujan.

Diversifikatif

a. Peningkatan kemitraan dengan industri produk olahan terkait dengan penerapan teknologi panen dan pascapanen untuk memenuhi standar mutu bahan baku.

b. Penerapan kerja sama dengan industri produk olahan dalam hal pembelian alat dan mesin panen dan pascapanen secara kredit, terkait dengan pemenuhan mutu bahan baku.

c. Peningkatan mutu hasil dengan memanfaatkan alat dan mesin panen dan pascapanen yang dapat diperoleh secara kredit untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat.

Konsolidatif

a. Penerapan teknologi panen dan pascapanen dengan

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

25

penggunaan alat dan mesin sederhana untuk menekan biaya operasional dan mengendalikan hama gudang.

b. Pemberlakuan harga yang signifikan berdasarkan mutu produk.

c. Pembuatan alat dan mesin hemat bahan bakar minyak oleh bengkel­bengkel lokal.

Defensif

a. Penggunaan teknologi panen dan pascapanen yang memadai untuk meningkatkan mutu dan harga.

b. Penguatan modal melalui kelompok tani untuk pengadaan alat dan mesin panen dan pascapanen guna mengurangi serangan hama gudang dan peningkatan mutu.

c. Perbaikan kualitas hasil melalui penerapan teknologi panen dan pascapanen untuk menghindari biaya operasional yang mahal.

5. Strategi distribusi dan pemasaran

Agresif

a. Pemberdayaan pengusaha penampung jagung untuk dapat memenuhi permintaan dengan beragamnya pemanfaatan jagung.

b. Peningkatan pemanfaatan infrastruktur distribusi untuk kelancaran pemenuhan kebutuhan jagung yang meningkat.

c. Penganekaragaman produk inovatif berbahan baku jagung.

Diversifikatif

a. Peningkatan kemampuan petani melalui pelatihan teknik pengolahan hasil yang berdaya saing untuk memenuhi permintaan jagung yang terus meningkat.

b. Peningkatan daya simpan biji jagung dengan pemanfaatan kelancaran transportasi ke pusat proses pengeringan dan penyimpanan.

AGRO INOVASI

26

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

c. Penempatan pusat pengolahan dekat dengan sentra pertanaman untuk efisiensi usaha yang semakin beragam.

Konsolidatif

a. Pemberdayaaan pengusaha penampung jagung untuk membantu menekan fluktuasi harga melalui peningkatan efisiensi mata rantai pemasaran.

b. Peningkatan pemanfaatan infrastruktur distribusi untuk efisiensi dan menjaga kontinuitas ketersediaan produk.

c. Pemanfaatan sifat multiguna jagung untuk meningkatkan kesinambungan produksi.

Defensif

a. Peningkatan kemampuan petani dalam pengelolaan hasil untuk perbaikan mutu agar mampu bertahan dalam kondisi harga yang fluktuatif.

b. Peningkatan daya simpan biji jagung melalui teknologi proses pengeringan dan penyimpanan untuk mempertahankan kontinuitas pasokan produk.

c. Pengaturan pusat pengolahan pada sentra produksi jagung untuk memperpendek rantai pemasaran.

6. Strategi penguatan kelembagaan

Agresif

a. Peningkatan kinerja lembaga pemasaran untuk dapat bermi­tra dengan swasta dalam pemantapan industri perjagungan.

b. Penguatan lembaga permodalan (kredit) untuk menum­buhkembangkan industri jagung.

c. Penguatan lembaga pengembangan yang disertai dengan revitalisasi penyuluhan dan alih teknologi.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

27

Diversifikatif

a. Optimalisasi kelembagaan petani agar dapat menjalin kemitraan dengan industri jagung.

b. Peningkatan kemampuan petani melalui program penyuluhan dan alih teknologi untuk mempermudah akses ke lembaga permodalan.

c. Pembenahan lembaga penyuluhan melalui revitalisasi penyuluhan dan alih teknologi.

Konsolidatif

a. Peningkatan peran lembaga pemasaran dan permodalan (kredit) untuk menumbuhkan kepercayaan petani terhadap kelembagaan yang ada.

b. Pemantapan lembaga pengembangan untuk membangun komitmen dan konsistensi antara kelembagaan pusat dan daerah.

Defensif

a. Optimalisasi kelembagaan petani melalui pembinaan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan terhadap pentingnya peran sebuah lembaga.

b. Revitalisasi kelembagaan petani agar mampu menjalin kemitraan dengan lembaga permodalan yang dilindungi oleh peraturan secara konsisten untuk mendapatkan kemudahan akses modal.

c. Revitalisasi lembaga penyuluhan yang didukung oleh peraturan dari pusat agar terhindar dari pengingkaran komitmen pimpinan lembaga dalam menjalankan peraturan.

AGRO INOVASI

28

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

B. Prioritas Kebijakan dan Program Pengembangan

1. Kebijakan dan program penelitian dan pengembangan

Kebijakan. Kebijakan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan jagung disusun berdasarkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan yang telah dibuat kemudian ditapis dengan indikator kontribusi, biaya, dan kelayakan. Urutan kebijakan yang muncul sebagai hasil tapisan untuk penelitian dan pengembangan jagung adalah:

Agresif

a. Pemberdayaan peneliti untuk merakit varietas unggul baru dan teknologi budidaya sesuai keinginan pengguna.

b. Seleksi plasma nutfah spesifik untuk pembentukan varietas unggul baru komposit dan hibrida.

c. Pemberian kemudahan bagi swasta dalam kerja sama penelitian dan alih teknologi.

Diversifikatif

a. Peningkatan kemampuan peneliti melalui pelatihan formal dan non formal.

b. Pemberian kemudahan fasilitas bagi perguruan tinggi dalam kerja sama penelitian dan pemanfaatan hasil secara bersama.

c. Pemberian kepercayaan kepada petani untuk terlibat aktif dalam kegiatan diseminasi yang bermitra dengan swasta.

Konsolidatif

a. Peningkatan pemanfaatan jaringan plasma nutfah jagung untuk pembentukan varietas hibrida spesifik.

b. Pembentukan jaringan pengawasan kekayaan plasma nutfah terkonsentrasi melalui pemanfaatan database plasma nutfah.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

29

c. Pemberdayaan petani dengan melibatkan secara aktif di lapangan dalam kegiatan unjuk kinerja hasil penelitian sebagai proses alih teknologi.

Defensif

a. Penyelarasan program, pelaksanaan, dan monitoring penelitian agar lebih konsisten guna menangkal arus teknologi impor yang tidak sesuai di Indonesia.

b. Penambahan tenaga peneliti melalui seleksi kemampuan dan kepatutan untuk bidang diseminasi dan alih teknologi.

c. Pemberian kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pelatihan formal maupun non formal untuk penyelamatan plasma nutfah.

Program. Kebijakan utama yang lolos penapisan diterjemahkan ke dalam program penelitian dan pengembangan jagung yang diurut berdasarkan skala prioritas sebagai berikut:

�. Diseminasi hasil penelitian dalam bentuk unjuk kinerja di lapangan (lahan petani) dengan melibatkan petani secara aktif, diikuti temu lapang dan diskusi di lapangan;

2. Seleksi plasmanutfah dan persilangan galur yang mempunyai keunggulan spesifik untuk pembentukan varietas unggul baru komposit maupun hibrida;

3. Pemberdayaan petani untuk terlibat aktif dalam kegiatan diseminasi di lapangan (lahan petani) yang dilakukan bekerja sama dengan swasta;

4. Penelitian dengan program khusus/spesifik pembentukan varietas unggul baru yang disesuaikan dengan keinginan pengguna, sekaligus teknologi budidayanya;

5. Pemanfaatan plasma nutfah melalui akses jaringan internasional;

AGRO INOVASI

30

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

6. Pelatihan formal maupun nonformal bagi peneliti yang berkompeten di dalam dan luar negeri.

2. Kebijakan dan program produksi benih

Kebijakan. Kebijakan untuk mencapai sasaran peningkatan kuantitas dan kualitas benih jagung disusun berdasarkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan yang dibuat ditapis dengan indikator kontribusi, biaya, dan kelayakan. Urutan kebijakan yang muncul sebagai hasil tapisan untuk produksi benih jagung adalah:

Agresif

a. Peningkatan fasilitas dan kemampuan untuk memproduksi benih sumber bermutu dari varietas unggul baru.

b. Pemberdayaan kelompok tani/calon penangkar di daerah agar mampu memproduksi benih bermutu dan mudah diakses petani.

c. Pemantapan penangkar benih bermutu di daerah sehingga mampu diberdayakan sebagai penyalur subsidi bagi petani.

Diversifikatif

a. Pemberian kemudahan bagi industri benih swasta dalam kerja sama pengawasan kualitas benih di tingkat petani.

b. Pemberdayaan kelompok tani untuk dapat memberikan data kebutuhan varietas dan jumlah benih bermutu yang diperlukan.

c. Pemberian fasilitas yang memadai dalam kerja sama dengan industri benih untuk kepentingan akses database perbenihan.

Konsolidatif

a. Pemberian kemudahan untuk memperoleh sertifikasi benih agar kualitas benih terpantau.

b. Pemberian ijin impor hanya diberlakuan pada benih berkualitas yang belum dapat diproduksi di Indonesia.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

3�

c. Pelatihan petani di lapangan untuk dapat memahami secara langsung berbagai tingkat mutu benih.

Defensif

a. Pemberdayaan petugas pengawas mutu benih untuk melaku­kan pengambilan sampel di kios penjual sarana produksi.

b. Penyebarluasan informasi keberadaan dan pentingnya database perbenihan sebagai sumber informasi formal tentang benih.

c. Pemberian pemahaman kepada petani agar dapat meng­informasikan kebutuhan varietas unggul sehingga keterse­diaan varietas di tingkat petani lebih beragam dan dapat mengurangi laju penyebaran benih impor.

Program. Kebijakan utama yang lolos penapisan diterjemahkan ke dalam program produksi benih jagung yang diurut berdasarkan skala prioritas sebagai berikut:

�. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium benih untuk jagung dan peningkatan keterampilan pengelola benih sumber, terutama untuk jenis komposit;

2. Sosialisasi tentang permohonan sertifikasi benih untuk jagung komposit dan hibrida;

3. Pelatihan kelompok tani/calon penangkar tentang teknik produksi benih bermutu;

4. Pelatihan perbenihan untuk petani secara langsung di lapangan dengan menggunakan alat peraga;

5. Pemetaan varietas menurut wilayah dan kebutuhan petani;

6. Pembinaan penangkar di daerah secara berkesinambungan.

AGRO INOVASI

32

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

3. Kebijakan dan program sistem produksi

Kebijakan. Kebijakan untuk mencapai sasaran peningkatan kuantitas dan kualitas dalam sistem produksi jagung disusun berdasarkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan yang dibuat ditapis dengan indikator kontribusi, biaya, dan kelayakan. Urutan kebijakan yang muncul dalam sistem produksi jagung adalah:

Agresif a. Pemenuhan kebutuhan usahatani jagung yang memadai

untuk meningkatkan minat petani.b. Pemberdayaan berbagai pihak yang terlibat dalam usahatani

jagung untuk mengawal kebijakan pemerintah agar kebutuhan jagung dapat terpenuhi.

c. Pemberian pemahaman kepada petani tentang pentingnya kesesuaian varietas dengan kondisi lahan untuk efisiensi produksi.

Diversifikatif a. Pemberian pelatihan bagi petani secara langsung di lapa­

ngan dalam penggunaan bagan warna daun untuk efisiensi penggunaan pupuk.

b. Pemberian kemudahan bagi swasta untuk bermitra dengan petani agar akses modal meningkat dan kebutuhan jagung dapat terpenuhi.

c. Pemberian ijin kepada penyalur sarana produksi untuk meng­informasikan berbagai produk yang mampu mendukung per­cepatan pemanfaatan lahan dan peningkatan produksi.

Konsolidatif a. Pemberian pemahaman kepada petani/kelompok tani untuk

melakukan efisiensi penggunaan sarana produksi untuk menekan kerugian bila terjadi fluktuasi harga.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

33

b. Pemberdayaan lembaga pengawasan untuk melakukan penga­walan kebijakan yang berhubungan dengan teknologi impor.

c. Pemberian pemahaman kepada petani tentang pentingnya kesesuaian varietas dengan kondisi lahan untuk efisiensi produksi.

Defensif

a. Pemberian pemahaman kepada petani/kelompok tani untuk melakukan efisiensi penggunaan sarana produksi, terutama pupuk dengan menggunakan teknologi bagan warna daun.

b. Pemberian penyuluhan dan pelatihan kepada petani untuk memperkuat kemampuan dalam memperoleh modal dan keterampilan.

c. Pemberian fasilitas yang memadai kepada penyuluh untuk memperlancar pelaksanaan tugas.

Program. Kebijakan utama yang muncul dalam penapisan diformulasikan ke dalam program prioritas sistem produksi jagung sebagai berikut:

�. Sosialisasi dan uji multilokasi varietas jagung komposit yang mempunyai keunggulan spesifik;

2. Peningkatan sarana dan prasarana penyuluhan;

3. Pelatihan tentang efisiensi pemupukan dengan penggunaan bagan warna daun;

4. Pembinaan langsung dengan sistem pendampingan kepada kelompok tani;

5. Penyuluhan khusus kepada kelompok tani untuk dapat memahami pentingnya efisiensi pupuk;

6. Peningkatan sistem kemitraan swasta dengan petani.

AGRO INOVASI

34

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

4. Kebijakan dan program penanganan panen dan pascapanen

Kebijakan. Kebijakan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas sebagai penjabaran dari strategi penanganan panen dan pasca­panen jagung. Kebijakan yang dibuat ditapis dengan indikator kontribusi, biaya, dan kelayakan pengembangan jagung. Kebijakan utama yang muncul dalam penanganan panen dan pascapanen adalah:

Agresif

a. Peningkatan kemampuan petani agar dapat menerapkan teknologi panen dan pascapanen sehingga produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu.

b. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan bagi pengusaha bengkel pertanian untuk dapat membuat berbagai alsin sesuai dengan macam produk olahan.

c. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani untuk dapat memanfaatkan alsin panen dan pascapanen agar hasil lebih berkualitas.

Diversifikatif

a. Pemberian kemudahan kemitraan kepada industri produk olahan dalam penerapan teknologi panen dan pascapanen.

b. Pemberian kemudahan dan fasilitas kepada industri produk olahan untuk memperoleh tambahan modal sehubungan dengan kerja sama pengadaan alat dan mesin secara kredit.

c. Pemberian subsidi dan kredit untuk pengadaaan alat dan mesin panen dan pascapanen.

Konsolidatif

a. Pemberian fasilitas dan kemudahan memperoleh tambahan modal kepada bengkel pembuat alat dan mesin panen dan pascapanen sederhana.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

35

b. Penerbitan peraturan standar harga jagung berdasarkan kadar air biji.

c. Peningkatan kemampuan bengkel pertanian lokal untuk memproduksi alat dan mesin hemat BBM.

Defensif

a. Pemberian kemudahan kepada kelompok tani dalam mem­peroleh sarana yang memadai untuk penerapan teknologi panen dan pascapanen.

b. Pembinaan kelompok tani dalam hubungannya dengan penghimpunan modal kelompok untuk pengadaan alat dan mesin panen dan pascapanen.

c. Pelatihan teknologi panen dan pascapanen.

Program. Kebijakan utama yang lolos dalam penapisan diter­jemahkan ke dalam program penanganan panen dan pascapanen jagung yang diurut berdasarkan skala prioritas sebagai berikut:

�. Pembinaan dan pendampingan kelompok tani untuk peningkatan kemampuan dalam bidang panen dan pascapanen;

2. Peningkatan keterampilan bengkel lokal pembuat alat dan mesin panen dan pascapanen;

3. Penentuan harga dasar jagung berdasarkan kadar air biji di tingkat propinsi;

4. Peningkatan keterampilan mengoperasikan alat dan mesin panen dan pascapanen;

5. Pengadaan alat dan mesin panen dan pascapanen untuk kelompok tani dengan sistem dana bergulir.

6. Pemberian subsidi kredit bagi kelompok tani untuk pengadaan alat dan mesin panen dan pascapanen.

AGRO INOVASI

36

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

5. Kebijakan dan program distribusi dan pemasaran

Kebijakan. Kebijakan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas dalam program distribusi dan pemasaran jagung disusun ber­dasarkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan yang dibuat ditapis dengan indikator kontribusi, biaya dan kelayakan. Kebijakan utama yang muncul dalam program distribusi dan pemasaran jagung adalah :

Agresif

a. Pemberian kemudahan fasilitas dan penambahan modal kepada pengusaha penampung produksi jagung.

b. Pengamanan kelancaran distribusi dan pemasaran.

c. Pelatihan pembuatan aneka produk berbahan baku jagung.

Diversifikatif

a. Peningkatan keterampilan petani melalui pelatihan.

b. Peningkatan pengamanan transportasi jagung.

c. Penyebaran lokasi pengolahan berdasar analisis kelayakan.

Konsolidatif

a. Penyebaran lokasi penampungan jagung dekat dengan sentra produksi.

b. Penerbitan peraturan pemanfaatan infrastruktur distribusi.

c. Pelatihan peningkatan kemampuan pemanfaatan jagung.

Defensif

a. Pelatihan peningkatan kemampuan petani dalam pengelolaan hasil.

b. Pelatihan teknologi proses pengeringan dan penyimpanan.

c. Penempatan unit pengolahan dekat dengan sentra produksi.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

37

Program. Kebijakan yang terpilih dijabarkan ke dalam program yang sesuai dan operasional untuk menangani aspek distribusi dan pemasaran jagung yang diurut berdasarkan skala prioritas sebagai berikut:

�. Peningkatan keterampilan petani dalam pengelolaan hasil yang berdaya saing;

2. Pelatihan pembuatan aneka produk berbahan baku jagung;

3. Peningkatan keterampilan dalam proses pengeringan dan penyimpanan;

4. Realokasi pusat penampungan jagung dekat dengan sentra produksi;

5. Peningkatan kemampuan petani dalam pengelolaan hasil;

6. Realokasi pusat pengolahan hasil dekat dengan pusat penampungan berdasarkan studi kelayakan.

6. Kebijakan dan program kelembagaan

Kebijakan. Kebijakan untuk mencapai sasaran pengembangan jagung dari aspek kelembagaan disusun berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan yang muncul ditapis dengan indikator kontribusi, biaya, dan kelayakan. Kebijakan utama kelembagaan pengembangan jagung adalah:

Agresif

a. Penguatan peran lembaga pemasaran dan pemberian kemudahan kepada swasta untuk bermitra.

b. Pemberian fasilitas dan kemudahan memperoleh tambahan modal.

c. Pengaktifan lembaga penyuluhan dengan pemberian fasilitas yang memadai.

AGRO INOVASI

38

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Diversifikatif

a. Pembinaan kelembagaan petani disertai dengan pelatihan.b. Peningkatan kemampuan petani melalui pelatihan dan

penyuluhan.

c. Revitalisasi penyuluhan dan alih teknologi secara menyeluruh.

Konsolidatif

a. Pemberian pemahaman kepada petani dan pengaktifan peran lembaga pemasaran dan permodalan.

b. Penerbitan peraturan tentang keterkaitan lembaga pusat dan daerah.

c. Pembinaan kelembagaan petani secara berkesinambungan.

Defensif

a. Pembinaan kelembagaan petani disertai dengan dukungan penerbitan peraturan tentang perkreditan.

b. Pembinaan kelembagaan penyuluh disertai dengan duku­ngan penerbitan peraturan tentang operasional lembaga.

Program. Program utama yang terkait dengan penanganan kelembagaan pengembangan jagung adalah sebagai berikut:

�. Revitalisasi lembaga penyuluh dan pembenahan Sumber Daya Manusia, serta lembaga alih teknologi secara menyeluruh;

2. Peningkatan sarana dan prasarana lembaga penyuluh secara memadai;

3. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani dan keterampilan anggota kelompok tani melalui berbagai pelatihan;

4. Penguatan kelompok tani melalui pembinaan dan penyuluhan; 5. Sosialisasi peran lembaga pemasaran kepada stakeholder; 6. Pemberian kredit dengan suku bunga rendah kepada industri

jagung.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

39

VI. PETA JALAN DAN PRIORITAS KEGIATAN MENUJU PENCAPAIAN SASARAN PENGEMBANGAN

A. Peta Jalan Menuju Sasaran Jangka Menengah

Indonesia ditargetkan telah berswasembada jagung pada tahun 2007 dan bahkan telah mulai mengekspor kelebihan produksi. Oleh karena itu, untuk dapat tercapainya sasaran pengembangan jagung di Indonesia, dalam jangka 5­�0 tahun ke depan, proses produksi dalam negeri harus memiliki ciri: a) bermuatan inovasi teknologi maju sehingga proses produksi berlangsung efisien, b) menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai tambah, c) mempunyai daya saing di pasar global, d) meningkatnya peran stakeholder dan swasta, serta e) adanya dukungan pemerintah daerah dan pusat. Secara simultan program litbang jagung harus diikuti oleh diseminasi iptek jagung, peningkatan produktivitas, perluasan areal panen, pembentukan jaringan pasar, dan dukungan kebijakan pemerintah (Gambar �).

Peta jalan (road map) untuk menuju sasaran pengembangan jagung perlu dibuat secara cermat agar tahapan pengembangan dan langkah­langkah operasional dapat lebih terarah. Roadmap pengem­bangan jagung untuk sasaran jangka menengah 5­�0 tahun meng­gambarkan lima program utama yaitu: �) program penelitian dan pengembangan, 2) program diseminasi inovasi teknologi, 3) program aksi atau scaling up, 4) program produksi masal (mass production), dan 5) program pembentukan jaringan pasar. Hirarki ke­4 dan ke­5 masing­masing adalah calon penerima manfaat dan dampak yang diharapkan.

Program penelitian dan pengembangan jagung diawali dengan pengayaan materi genetik untuk pembentukan varietas unggul, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Secara simultan juga dilakukan perakitan varietas­varietas unggul baru komposit maupun hibrida. Perakitan varietas unggul baru yang toleran terhadap cekaman lingkungan pada lahan marjinal, seperti toleran kemasaman tanah, toleran kekeringan, dan umur genjah harus diintensifkan agar

AGRO INOVASI

40

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

jagung dapat dikembangkan pada lahan­lahan marjinal potensial. Penciptaan teknologi budidaya yang produktif dan efisien, terutama pada lahan­lahan marjinal perlu terus dikaji. Pemberian pupuk yang lebih efisien dapat diupayakan dengan penggunaan bagan warna daun untuk lebih menghemat tenaga dan biaya produksi. Teknologi penanganan panen dan pascapanen yang efektif dan efisien perlu terus dikaji untuk meningkatkan mutu hasil serta mampu bersaing dipasar global. Dalam aspek kelembagaan, perlu segera dilakukan revitalisasi kelompok tani, penyuluhan, permodalan, dan konsolidasi manajemen agribisnis.

Diseminasi iptek jagung ditujukan untuk mempercepat penera­pan teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian maupun teknologi introduksi. Program ini dapat dilakukan dengan penyuluhan langsung kepada petani, mengembangkan sistem perbenihan berbasis komu­nitas, mengadakan dem-farm usahatani jagung, dem-farm teknologi panen di tingkat primer maupun sekunder. Pemasyarakatan iptek jagung juga dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik. Penerbitan dan penyebarluasan brosur dengan bahasa yang mudah dipahami diyakini dapat memberi pengertian dan pengetahuan kepada petani. Pembuatan format diseminasi dalam bentuk VCD diharapkan mampu menyebarluaskan iptek lebih cepat karena teknologi audio­visual sudah berkembang ke desa.

Peningkatan produksi jagung nasional dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas, perluasan penggunaan benih hibrida dan komposit unggul yang berkualitas, serta penerapan teknologi budi­daya yang efisien. Pada daerah­daerah yang telah memiliki tingkat produktivitas tinggi (>6,0 t/ha), program yang dikembangkan adalah pemantapan produktivitas. Untuk daerah yang tingkat produktivitas­nya masih rendah (<5,0 t/ha), diperlukan pergeseran penggunaan jagung ke jenis hibrida dan komposit dengan benih berkualitas. Peningkatan produksi dapat pula ditempuh melalui perluasan areal panen, dengan memanfaatkan lahan kering potensial yang belum diusahakan dan lahan sawah setelah padi. Pemanfaatan lahan sawah setelah padi (musim kemarau) perlu diarahkan pada lahan yang

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

4�

ketersediaan air irigasinya memadai, baik dari air permukaan mau­pun air tanah. Untuk memanfaatkan air tanah perlu direncanakan pembuatan sumur dan penyediaan pompa.

Pengembangan jagung nasional harus diikuti dengan pengembangan jaringan pasar global. Pengolahan dan pemasaran jagung diarahkan untuk mewujudkan tumbuhnya usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan harga yang wajar di tingkat petani, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka program yang perlu dibangun dan diimplementasikan antara lain: a) meningkatkan mutu produk dan mengolah produksi menjadi bahan setengah jadi, b) pembagian keuntungan (profit sharing) yang proporsional bagi petani, c) menumbuhkan unit­unit pengolahan berbahan baku jagung dan pemasaran jagung yang dikelola oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani atau asosiasi perjagungan, d) meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan pemasaran, juga memperpendek mata rantai pemasaran, serta e) mengurangi impor dan meningkatkan ekspor jagung.

Penerima manfaat dari pengembangan jagung nasional adalah rumah tangga petani yang mengembangkan usahatani jagung secara efisien. Dengan pengembangan jagung melalui peningkatan produktivitas dan kualitas, petani akan memperoleh peningkatan harga jual produk. Pengembangan jagung melalui per­luasan areal panen pada lahan sawah setelah padi, petani akan mampu meningkatkan indeks pertanaman, memperoleh pendapatan tambahan, dan sekaligus melakukan konservasi tanah. Di lain pihak, pengusaha yang bergerak di bidang prosesing bahan baku maupun makanan jadi juga mendapat keuntungan dari proses peningkatan nilai tambah.

AGRO INOVASI

42

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Gam

bar �

. Pe

ta ja

lan

men

uju

sasa

ran

jang

ka m

enen

gah

(5­�

0 ta

hun

ke d

epan

) pen

gem

bang

an

jagu

ng d

i Ind

ones

ia.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

43

B. Peta Jalan Menuju Sasaran Jangka Panjang

Sasaran jangka panjang pengembangan jagung nasional adalah meningkatnya luas panen jagung. Pada tahun 2025 diharapkan luas panen jagung akan mencapai 4.885.880 ha, difokuskan pada lahan kering di luar Jawa. Dengan luas panen ini, produksi jagung nasional diharapkan mencapai 27.�58.390 ton. Dalam perluasan areal panen pada lahan kering, perlu dilakukan pewilayahan komoditas agar tidak terjadi tumpang tindih rencana penggunaan lahan untuk jagung dengan komoditas lain. Agar proses produksi jagung pada lahan kering dapat berkelanjutan, maka aspek konservasi lahan perlu mendapat perhatian. Untuk daerah­daerah yang baru dibuka perlu dukungan pembangunan infrastruktur (jalan, transportasi), kelembagaan sarana produksi, alsintan, dan permodalan.

Peta jalan menuju sasaran jangka panjang yang ditunjukkan pada Gambar 2 ditinjau dari beberapa keterkaitan dalam pengem­bangan jagung yaitu: �) keterkaitan institusional, 2) keterkaitan horisontal, 3) keterkaitan vertikal, 4) keterkaitan regional, dan 5) penerima manfaat.

Keterkaitan institusional merupakan pre-requisite dan pondasi yang kokoh, meliputi: �) revitalisasi kelembagaan petani, penyuluhan, serta kelembagaan permodalan untuk percepatan proses adopsi dan difusi inovasi teknologi, 2) konsolidasi manajemen usaha agribisnis dan pengembangan sistem agribisnis kemitraan, serta 3) regulasi kebijakan pemerintah.

Keterkaitan horizontal adalah pelaksanaan program secara konsisten dalam sistem produksi jagung yang diawali dengan pem­bentukan varietas dan litkaji efisiensi pemberian pupuk berdasarkan bagan warna daun, litkaji teknologi produksi jagung yang produk­tif dan efisien pada lahan marjinal, serta penanganan panen dan pascapanen primer yang efektif dan efisien. Selanjutnya dilakukan pengembangan sistem usahatani jagung yang produktif dan efisien pada lahan kering maupun lahan sawah. Dalam hal ini diperlukan varietas jagung yang toleran terhadap cekaman lingkungan.

AGRO INOVASI

44

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Keterkaitan vertikal dimaksudkan untuk menciptakan nilai tambah produk melalui penerapan inovasi teknologi pengolahan hasil, meliputi: �) penerapan teknologi pengolahan hasil jagung yang berdaya saing, 2) pengembangan pemanfaatan produk berbahan baku jagung, dan 3) pengembangan industri berbahan baku jagung. Program­program ini akan memberikan arah pada penganeka­ragaman pemanfaatan jagung yang dihasilkan petani sehingga harga jagung mempunyai nilai tambah. Proses nilai tambah ini akan meng­gerakkan roda perekonomian di semua lini, mulai dari tingkat daerah hingga tingkat nasional.

Selain itu, diperlukan delineasi wilayah yang prospektif untuk pengem­bangan jagung. Dari sisi pemasaran hasil secara luas, perlu penguatan dan peningkatan infrastruktur dan jasa angkutan antar maupun dalam wilayah, serta peningkatan arus barang dan jasa melalui perdagangan antara wilayah surplus dengan wilayah defisit. Arus barang dan jasa akan memacu pertumbuhan ekonomi regional.

Muara dari semua program yang dicanangkan tersebut adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani dan keluarganya. Berkembangnya industri jagung akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah komoditas jagung.

C. Operasionalisasi Kegiatan

1. Kegiatan penelitian dan pengembangan

Dari hasil tapisan program disusun kegiatan untuk penelitian dan pengembangan jagung. Prioritas kegiatan sebagai berikut:

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

45

Agresif

a. Pembentukan varietas unggul baru dan teknologi budidaya sesuai keinginan pengguna.

b. Karakterisasi genetik plasma nutfah spesifik.c. Kerja sama penelitian dan alih teknologi.

Diversifikatif

a. Pelatihan formal dan non formal tenaga peneliti.b. Kerja sama penelitian dengan perguruan tinggi.c. Kerja sama alih teknologi dengan petani dan swasta.

Konsolidatif

a. Pemanfaatan jaringan plasma nutfah jagung.b. Implementasi pengawasan plasma nutfah terkonsentrasi.c. Pemberdayaan petani dalam kegiatan gelar teknologi dan

alih teknologi.

Defensif

a. Penyelarasan program, pelaksanaan, dan monitoring penelitian.b. Usulan penerimaan tenaga peneliti.c. Pengusulan peneliti mengikuti pelatihan formal atau non

formal bidang penyelamatan plasma nutfah

AGRO INOVASI

46

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Gam

bar 2

. Pe

ta ja

lan

(roa

d m

ap) p

enge

mba

ngan

jagu

ng m

enuj

u pe

ncap

aian

sas

aran

jang

ka

panj

ang

20 ta

hun

ke d

epan

.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

47

2. Kegiatan produksi benih

Berdasarkan hasil tapisan program disusun kegiatan untuk produksi benih jagung. Prioritas kegiatan sebagai berikut:

Agresif

a. Pembenahan fasilitas dan kemampuan produksi benih sumber jagung.

b. Pembinaan penangkar benih di daerah.c. Peningkatan kemampuan penangkar benih di daerah.

Diversifikatif

a. Pelatihan penangkar benih terkait kualitas benih.b. Pendataan kebutuhaan varietas dan jumlah benih di tingkat

petani.c. Kerja sama dengan industri benih.

Konsolidatif

a. Kerja sama pemantauan kualitas benih dan sertifikasi.b. Pembatasan impor benih khusus yang belum dapat diproduksi

di Indonesia.c. Pelatihan petani mengenal tingkat mutu benih.

Defensif

a. Kerja sama pengawasan mutu benih dengan pengambilan sampel di kios sarana produksi.

b. Menginformasikan keberadaan database perbenihan melalui jaringan internet.

c. Memberikan pemahaman petani pentingnya informasi kebutuhan varietas unggul.

AGRO INOVASI

48

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

3. Kegiatan produksi

Dari hasil tapisan program disusun kegiatan produksi jagung. Prioritas kegiatan sebagai berikut:

Agresif

a. Penyediaan sarana usahatani jagung yang memadai.b. Kerja sama dengan berbagai pihak dalam pengawalan

kebijakan pemerintah terkait usahatani jagung.c. Sosialisasi pemahaman kesesuaian varietas dengan

lingkungan kepada petani.

Diversifikatif

a. Pelatihan petani penggunaan bagan warna daun untuk efisiensi pupuk.

b. Menjalin kemitraan dengan swasta dan petani terkait modal dan pasokan jagung.

c. Pelatihan penyalur sarana produksi dan pemberian ijin untuk terlibat aktif menginformasikan produk pendukung peningkatan produksi.

Konsolidatif

a. Sosialisasi efisiensi sarana produksi ke petani.b. Pengawalan kebijakan teknologi impor oleh petugas yang

berkompeten.c. Pemahaman karakterisasi varietas ke petani.

Defensif

a. Pemahaman efisiensi pupuk dengan bagan warna daun.b. Pelatihan kelompok tani untuk memperkuat permodalan.c. Reviatalisasi menyeluruh pelaksana tugas penyuluhan.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

49

4. Kegiatan panen dan pascapanen

Dari hasil tapisan program disusun kegiatan panen dan pasca­panen. Prioritas kegiatan mencakup:

Agresif

a. Sosialisasi pentingnya kualitas produk sesuai standar mutu.b. Peningkatan keterampilan bengkel pembuat aneka alsintan.c. Sosialisasi penggunaan alsintan dalam prosesing hasil panen.

Diversifikatif

a. Kemitraan dengan industri produk olahan.b. Memfasilitasi industri produk olahan mendapatkan alsin

dengan kredit.c. Memberikan kemudahan memperoleh alsin secara kredit.

Konsolidatif

a. Memfasilitasi bengkel pembuat alsin memperoleh kredit modal.

b. Penentuan standar harga berdasar kadar air.c. Pelatihan bengkel pembuat alsin hemat BBM.

Defensif

a. Memfasilitasi kelompok tani dalam penerapan teknologi panen dan pascapanen.

b. Pembinaan kelompok dalam menghimpun modal.c. Pelatihan penerapan teknologi panen dan pascapanen.

5. Kegiatan distribusi dan pemasaran

Dari hasil tapisan program disusun kegiatan distribusi dan pemasaran. Prioritas kegiatan sebagai berikut:

Agresif

a. Memfasilitasi modal untuk pedagang pengumpul.

AGRO INOVASI

50

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

b. Perbaikan prasarana jalan untuk distribusi produk.c. Pelatihan pembuatan aneka produk olahan baru.

Diversifikatif

a. Pelatihan keterampilan petani.b. Peningkatan pengamanan transportasi.c. Pemetaan lokasi pengolahan hasil.

Konsolidatif

a. Pengaturan lokasi penampung hasil dekat sentra produksi.b. Pengaturan infrastruktur distribusi.c. Peningkatan keterampilan pemanfaatan jagung.

Defensif

a. Peningkatan keterampilan petani mengelola hasil.b. Sosialisasi teknologi prosesing.c. Pengaturan unit pengolahan dekat sentra produksi.

6. Kegiatan pengembangan kelembagaan usahatani

Dari hasil tapisan program disusun kegiatan pengembangan kelembagaan usahatani. Prioritas kegiatan meliputi:

Agresif

a. Peningkatan kemampuan kelompok tani/gapoktan bermitra dengan swasta.

b. Memfasilitasi memperoleh tambahan modal.c. Revitalisasi menyeluruh lembaga penyuluhan.

Diversifikatif

a. Pembinaan intensif kelompok tani.b. Peningkatan peran penyuluh untuk alih teknologi.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

5�

Konsolidatif

a. Memfasilitasi peran lembaga pemasaran dan permodalan petani.

b. Pembuatan peraturan yang aplikatif keterkaitan lembaga pusat dan daerah.

c. Pembinaan kelompok tani/gapoktan secara berkesinam­bungan.

Defensif

a. Pengaturan perkreditan untuk memudahkan lembaga petani memperoleh modal.

b. Pengaturan operasional lembaga penyuluh.

AGRO INOVASI

52

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

VII. KEBUTUHAN INVESTASI

Kebutuhan investasi publik untuk pengembangan jagung di­golongkan dalam tiga skenario, yaitu, skenario I, skenario II, dan skenario III. Pada skenario I, berdasarkan laju pertumbuhan produksi (luas areal dan produktivitas) dan kebutuhan saat ini, dalam 20 tahun ke depan (2025) Indonesia sudah menjadi negara pengekspor jagung yang dimulai sejak tahun 2006, dengan rata­rata eskpor 9,5% per tahun. Agar skenario ini dapat tercapai, maka investasi yang dibutuhkan sampai 2025 sekitar Rp 29 triliun. Biaya ini diperlukan untuk: a) perluasan areal tanam pada lahan sawah yang meliputi pengadaan pompa air, pembuatan sumur bor, dan perbenihan, b) pem­bukaan lahan baru (lahan kering), dan pembangunan infrastruktur (jalan), termasuk perbenihan, c) penyuluhan oleh direktorat jenderal dan dinas­dinas terkait, serta d) penelitian dan pengembangan oleh lembaga penelitian pemerintah maupun swasta.

Investasi yang dibutuhkan pada skenario II, dengan rata­rata ekspor jagung sampai 2025, sebanyak �5% per tahun, adalah Rp 33,68 triliun. Sedangkan Investasi yang dibutuhkan pada skenario III, dengan rata­rata ekspor jagung sampai 2025 menurun menjadi 8% per tahun, adalah Rp 27,70 triliun.

Kebutuhan dan penyebaran investasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, dan masyarakat disajikan pada Tabel 7. Proporsi investasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat pada ketiga skenario berkisar antara 3,8 ­ 4,3%. Sedangkan yang bersumber dari pemerintah (APBN) dan swasta berturut­turut 74,2 ­ 74,5% dan 2�,3 ­ 2�,7%.

Investasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah meliputi biaya pembukaan lahan baru (lahan kering) berikut pengembangan infrastruktur, terutama jalan, penyuluhan, dan penelitian untuk mem­peroleh teknologi yang semakin maju. Swasta diharapkan berinvestasi dalam pengadaan alsintan pra dan pascapanen, diantaranya traktor, pompa, alat pemipil, dan penelitian. Petani/masyarakat menanggung biaya investasi berupa handsprayer dan pembuatan sumur bor.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

53

Tabe

l 4.

Keb

utuh

an b

iaya

inv

esta

si d

alam

pen

gem

bang

an k

omod

itas

jagu

ng,

2005

­202

5.

(Ske

nario

I, M

oder

at, r

ata­

rata

eks

por 2

005­

2025

seb

esar

9,5

%).

La

han

(000

ha)

In

vest

asi (

Rp

Trili

un)

Ta

hun

Tota

l Ek

sist

ing

Peni

ngka

tan

B

ukaa

n

Trak

tor

Pom

pa

Han

d Sp

raye

r Su

mur

B

uka

Laha

n Pe

mip

il Pe

nang

kar

Li

tban

g

Peny

uluh

an

Litb

ang

IP

B

aru

B

or

Bar

u

Ben

ih

Pem

erin

tah

Sw

asta

TO

TAL

(�)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(�0)

(�

�)

(�2)

(�

3)

(�4)

(�

5)

20

05

3.45

4,50

3.

336

�06,

65

��,8

5 0,

0086

0.

77�

0.

�642

0

,�06

7 0,

�422

0,

�833

0,

0086

0,

0�70

0,

0863

0,

005�

0,

7932

20

06

3.48

9,05

3.

336

�37,

75

3,46

0,

0���

0,

0223

0,

00�8

0,

0334

0,

0446

0,

�99�

0,

0�38

0,

0�83

0,

0928

0,

0055

0,

442

6

20

07

3.52

3,94

3.

336

�69,

�5

3,49

0,

0�37

0,

0225

0,

00�8

0,

0338

0,

0450

0,

0020

0,

0�90

0,

0�96

0,

0998

0,

0059

0,

2630

20

08

3.55

9,�7

3.

336

200,

85

3,52

0,

0�62

0,

0227

0,

00�8

0,

034�

0,

0454

0,

0020

0,

0243

0,

02��

0,

�073

0,

0063

0,

28�3

20

09

3.59

4,77

3.

336

232,

89

3,56

0,

0�88

0,

0230

0,

00�8

0,

034

4 0,

0459

0,

0020

0,

0297

0,

0227

0,

��53

0,

0068

0,

3006

20

�0

3.63

0,7�

3.

336

258,

77

�0,0

6 0,

028�

0,

�090

0,

0090

0,

2782

0,

�298

0,

0�0�

0,

04�8

0,

024

4 0,

�240

0,

0073

0,

76�7

20

��

3.68

5,�7

3.

336

258,

77

54,4

6 0,

0426

0,

0000

0,

0�00

0,

0000

0,

7025

0,

0��2

0,

038�

0,

0262

0,

�333

0,

0079

0,

97�8

20

�2

3.74

0,45

3.

336

258,

77

55,2

8 0,

0432

0,

0000

0,

0���

0,

0000

0,

7�3�

0,

0�24

0,

0354

0,

0282

0,

�433

0,

0085

0,

995�

20

�3

3.79

6,56

3.

336

258,

77

56,�

� 0,

0439

0,

0000

0,

0�2�

0,

0000

0,

7238

0,

0�35

0,

0325

0,

0303

0,

�540

0,

009�

�,

0�93

20

�4

3.85

3,5�

3.

336

258,

77

56,9

5 0,

0445

0,

0000

0,

0�32

0,

0000

0,

7347

0,

0�48

0,

0296

0,

0326

0,

�656

0,

0098

�,

0447

20

�5

3.9�

�,3�

3.

336

258,

77

57,8

0 0,

2�94

0,

�855

0,

0�43

0,

0000

0,

7456

0,

0�60

0,

0280

0,

0350

0,

�780

0,

0�05

�,

4324

20

�6

3.98

9,54

3.

336

258,

77

78,2

3 0,

2380

0,

0000

0,

0�56

0,

0000

�,

0092

0,

0�74

0,

0286

0,

0377

0,

�9�3

0,

0��3

�,

5489

20

�7

4.06

9,33

3.

336

258,

77

79,7

9 0,

257�

0,

0000

0,

0�68

0,

0000

�,

0293

0,

0�88

0,

0292

0,

0405

0,

2057

0,

0�2�

�,

6095

20

�8

4.�5

0,7�

3.

336

258,

77

8�,3

8 0,

2769

0,

0000

0,

0�8�

0,

0000

�,

0498

0,

0202

0,

0297

0,

0435

0,

22��

0,

0�3�

�,

6724

20

�9

4.23

3,73

3.

336

258,

77

83,0

2 0,

2973

0,

0000

0,

0�94

0,

0000

�,

07�0

0,

02�7

0,

0308

0,

0468

0,

2377

0,

0�40

�,

738

20

20

4.3�

8,40

3.

336

258,

77

84,

67

0,3�

83

0,�8

55

0,02

08

0,27

82

�,09

22

0,02

32

0,03

�9

0,05

03

0,25

55

0,0�

5�

2,27

�0

20

2�

4.42

6,36

3.

336

258,

77

�07,

96

0,34

�5

0,00

00

0,02

23

0,00

00

�,39

27

0,02

49

0,02

86

0,05

4�

0,27

47

0,0�

62

2,�5

50

20

22

4.53

7,02

3.

336

258,

77

��0,

66

0,36

56

0,00

00

0,02

39

0,00

00

�,42

75

0,02

67

0,02

60

0,05

8�

0,29

53

0,0�

74

2,24

06

20

23

4.65

0,45

3.

336

258,

77

��3,

43

0,39

07

0,00

00

0,02

55

0,00

00

�,46

32

0,02

85

0,02

33

0,06

25

0,3�

75

0,0�

87

2,33

00

20

24

4.76

6,7�

3.

336

258,

77

��6,

26

0,4�

67

0,00

00

0,02

72

0,00

00

�,49

98

0,03

04

0,02

05

0,06

72

0,34

�3

0,02

02

2,42

32

20

25

4.88

5,88

3.

336

258,

77

��9,

�7

0,4

437

0,�8

55

0,02

90

0,00

00

�,53

73

0,03

24

0,0�

75

0,07

22

0,36

69

0,02

�7

2,70

60

200

5­20

09

�7.6

2�,4

3 �6

.680

,00

847

,29

25,8

8 0,

0685

0,

�6�6

0,

�7�4

0,

2424

0,

323�

0,

388

4 0,

0954

0,

0987

0,

50�6

0,

0296

2,

0808

20�

0­20

�4

�8.7

06,4

0 �6

.680

,00

�.29

3,.8

5 23

2,86

0,

2023

0,

�090

0,

0554

0,

2782

3,

0039

0,

06�9

0,

�775

0,

�4�8

0,

7202

0,

0425

4,

7926

20�

5­20

�9

20.3

54,6

2 �6

.680

,00

�.29

3,85

38

0,22

�,

2886

0,

�855

0,

0842

0,

0000

4,

9048

0,

0940

0,

�463

0,

2035

�,

0339

0,

06��

8,

00�9

202

0­20

25

27.5

84,

82

20.0

�6,0

0 �.

552,

62

652,

�5

2,27

65

0,37

09

0,�4

88

0,27

82

8,4�

27

0,�6

6�

0,�4

78

0,36

44

�,85

��

0,�0

93

�4,�

258

200

5­20

25

84.

267,

27

70.0

56,0

0 4.

987,

6�

�.29

�,��

3,

8359

0,

8269

0,

4598

0,

7987

�6

,64

47

0,7�

05

0,56

70

0,80

84

4,�0

68

0,24

25

29,0

0�0

AGRO INOVASI

54

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis JagungTa

bel 5

. Ke

butu

han

biay

a in

vest

asi d

alam

pen

gem

bang

an k

omod

itas

jagu

ng, 2

005­

2025

(S

kena

rio II

, Opt

imis

, rat

a­ra

ta e

kspo

r 200

5­20

25 s

ebes

ar �

5%).

Laha

n (0

00 h

a)

Inve

stas

i (R

p Tr

iliun

)

Ta

hun

Tota

l Ek

sist

ing

Peni

ngka

tan

B

ukaa

n

Trak

tor

Pom

pa

Han

d Sp

raye

r Su

mur

B

uka

Laha

n Pe

mip

il Pe

nang

kar

Li

tban

g

Peny

uluh

an

Litb

ang

IP

B

aru

B

or

Bar

u

Ben

ih

Pem

erin

tah

Sw

asta

TO

TAL

(�)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(�0)

(�

�)

(�2)

(�

3)

(�4)

(�

5)

20

05

3.64

4,50

3.

336

�06,

65

20�,

85

0,�4

68

0,07

��

0,�7

32

0,�0

67

2,42

22

0,�9

34

0,00

9�

0,0�

70

0,09

��

0,00

5�

3,23

57

20

06

3.68

0,95

3.

336

�37,

75

5,36

0,

�507

0,

0223

0,

00�9

0,

0334

0,

069�

0,

2�00

0,

0�45

0,

0�83

0,

0979

0,

0055

0,

6236

20

07

3.7�

7,76

3.

336

�69,

�5

5,4�

0,

�546

0,

0225

0,

00�9

0,

0338

0,

0698

0,

002�

0,

0200

0,

0�96

0,

�053

0,

0059

0,

4355

20

08

3.75

4,92

3.

336

200,

85

5,46

0,

�586

0,

0227

0,

00�9

0,

034�

0,

0704

0,

002�

0,

0256

0,

02��

0,

��32

0,

0063

0,

4562

20

09

3.79

2,48

3.

336

232,

89

5,52

0,

�626

0,

0230

0,

00�9

0,

034

4 0,

07�2

0,

002�

0,

03�4

0,

0227

0,

�2�7

0,

0068

0,

4778

20

�0

3.83

0,40

3.

336

258,

77

�2,0

4 0,

�842

0,

�090

0,

0095

0,

2782

0,

�553

0,

0�06

0,

044�

0,

024

4 0,

�308

0,

0073

0,

9535

20

��

3.88

7,85

3.

336

258,

77

57,4

6 0,

0449

0,

0000

0,

0�06

0,

0000

0,

74�2

0,

0��8

0,

0402

0,

0262

0,

�406

0,

0079

�,

0234

20

�2

3.94

6,�7

3.

336

258,

77

58,3

2 0,

0456

0,

0000

0,

0��7

0,

0000

0,

7523

0,

0�30

0,

0373

0,

0282

0,

�5�2

0,

0085

�,

0478

20

�3

4.00

5,37

3.

336

258,

77

59,2

0 0,

0463

0,

0000

0,

0�28

0,

0000

0,

7636

0,

0�43

0,

0343

0,

0303

0,

�625

0,

009�

�,

0732

20

�4

4.06

5,45

3.

336

258,

77

60,0

8 0,

0470

0,

0000

0,

0�39

0,

0000

0,

775�

0,

0�56

0,

03�2

0,

0326

0,

�747

0,

0098

�,

0998

20

�5

4.�2

6,43

3.

336

258,

77

60,9

8 0,

23�4

0,

�855

0,

0�5�

0,

0000

0,

7866

0,

0�69

0,

0296

0,

0350

0,

�878

0,

0�05

�,

498

4

20

�6

4.20

8,96

3.

336

258,

77

82,5

3 0,

25�0

0,

0000

0,

0�64

0,

0000

�,

0647

0,

0�83

0,

0302

0,

0377

0,

20�9

0,

0��3

�,

63�4

20

�7

4.29

3,�4

3.

336

258,

77

84,

�8

0,27

�3

0,00

00

0,0�

77

0,00

00

�,08

59

0,0�

98

0,03

08

0,04

05

0,2�

70

0,0�

2�

�,69

5�

20

�8

4.37

9,00

3.

336

258,

77

85,8

6 0,

292�

0,

0000

0,

0�9�

0,

0000

�,

�075

0,

02�3

0,

03�4

0,

0435

0,

2333

0,

0�3�

�,

76�3

20

�9

4.46

6,59

3.

336

258,

77

87,5

9 0,

3�36

0,

0000

0,

0205

0,

0000

�,

�299

0,

0229

0,

0325

0,

0468

0,

2508

0,

0�40

�,

8309

20

20

4.55

5,9�

3.

336

258,

77

89,3

3 0,

3358

0,

�855

0,

02�9

0,

2782

�,

�523

0,

0245

0,

0336

0,

0503

0,

2696

0,

0�5�

2,

3668

20

2�

4.66

9,8�

3.

336

258,

77

��3,

90

0,36

03

0,00

00

0,02

35

0,00

00

�,46

93

0,02

63

0,03

0�

0,05

4�

0,28

98

0,0�

62

2,26

96

20

22

4.78

6,56

3.

336

258,

77

��6,

75

0,38

58

0,00

00

0,02

52

0,00

00

�,50

60

0,02

8�

0,02

74

0,05

8�

0,3�

�5

0,0�

74

2,35

97

20

23

4.90

6,22

3.

336

258,

77

��9,

67

0,4�

22

0,00

00

0,02

69

0,00

00

�,54

37

0,03

0�

0,02

46

0,06

25

0,33

49

0,0�

87

2,45

37

20

24

5.02

8,88

3.

336

258,

77

�22,

65

0,43

96

0,00

00

0,02

87

0,00

00

�,58

22

0,03

2�

0,02

�6

0,06

72

0,36

00

0,02

02

2,55

�6

20

25

5.�5

4,60

3.

336

258,

77

�25,

72

0,46

8�

0,�8

55

0,03

06

0,00

00

�,62

�8

0,03

42

0,0�

85

0,07

22

0,38

70

0,02

�7

2,83

95

200

5­20

09

�8.5

90,6

� �6

.680

,00

847

,29

223,

59

0,77

33

0,�6

�6

0,�8

08

0,24

24

2,70

26

0,40

98

0,�0

07

0,09

87

0,52

92

0,02

96

5,22

87

20�

0­20

�4

�9.7

35,2

5 �6

.680

,00

�.29

3,85

24

7,09

0,

3680

0,

�090

0,

0585

0,

2782

3,

�875

0,

0653

0,

�872

0,

�4�8

0,

7598

0,

0425

5,

�977

20�

5­20

�9

2�.4

74,�

2 �6

.680

,00

�.29

3,85

40

�,�3

�,

3595

0,

�855

0,

0888

0,

0000

5,

�746

0,

0992

0,

�543

0,

2035

�,

0907

0,

06��

8,

4�72

202

0­20

25

29.�

0�,9

9 20

.0�6

,00

�.55

2,62

68

8,02

2,

40�7

0,

3709

0,

�570

0,

2782

8,

8754

0,

�752

0,

�559

0,

364

4 �,

9529

0,

�093

�4

,840

9

200

5­20

25

88.9

0�,9

7 70

.056

,00

4.98

7,6�

�.

559,

83

4,90

25

0,82

69

0,48

5�

0,79

87

�9,9

402

0,74

95

0,59

8�

0,80

84

4,33

26

0,24

25

33,6

846

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

55

Laha

n (0

00 h

a)

Inve

stas

i (R

p Tr

iliun

)

Ta

hun

Tota

l Ek

sist

ing

Peni

ngka

tan

Buk

aan

Tr

akto

r Po

mpa

H

and

Su

mur

B

uka

Laha

n Pe

mip

il Pe

nang

kar

Li

tban

g

Peny

uluh

an

Litb

ang

IP

Bar

u

Spra

yer

Bor

B

aru

B

enih

Pe

mer

inta

h

Swas

ta

TOTA

L

(�)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(�0)

(�

�)

(�2)

(�

3)

(�4)

(�

5)

20

05

3.40

2,68

3.

336

60,0

� 6,

67

0,00

48

0,04

00

0,�6

�7

0,06

00

0,08

00

0,�8

06

0,00

85

0,0�

70

0,08

50

0,00

5�

0,64

28

20

06

3.43

6,7�

3.

336

90,6

4 3,

40

0,00

73

0,02

20

0,00

�7

0,03

29

0,04

39

0,�9

6�

0,0�

36

0,0�

83

0,09

�4

0,00

55

0,43

27

20

07

3.47

�,08

3.

336

�2�,

57

3,4

4 0,

0098

0,

0222

0,

00�8

0,

0332

0,

0443

0,

0020

0,

0�87

0,

0�96

0,

0983

0,

0059

0,

2558

20

08

3.50

5,78

3.

336

�52,

80

3,47

0,

0�23

0,

0224

0,

00�8

0,

0336

0,

0448

0,

0020

0,

0239

0,

02��

0,

�057

0,

0063

0,

2739

20

09

3.54

0,85

3.

336

�84,

36

3,5�

0,

0�49

0,

0226

0,

00�8

0,

0339

0,

0452

0,

0020

0,

0293

0,

0227

0,

��36

0,

0068

0,

2929

20

�0

3.57

6,25

3.

336

2�6,

22

3,54

0,

0�88

0,

��20

0,

0089

0,

2324

0,

0457

0,

0099

0,

04�2

0,

024

4 0,

�22�

0,

0073

0,

6227

20

��

3.62

9,89

3.

336

258,

77

��,�

0 0,

0087

0,

0000

0,

0099

0,

0000

0,

�432

0,

0��0

0,

0376

0,

0262

0,

�3�3

0,

0079

0,

3757

20

�2

3.68

4,34

3.

336

258,

77

54,4

5 0,

0426

0,

0000

0,

0�09

0,

0000

0,

7024

0,

0�22

0,

0348

0,

0282

0,

�4��

0,

0085

0,

9807

20

�3

3.73

9,6�

3.

336

258,

77

55,2

7 0,

0432

0,

0000

0,

0��9

0,

0000

0,

7�30

0,

0�33

0,

0320

0,

0303

0,

�5�7

0,

009�

�,

0046

20

�4

3.79

5,7�

3.

336

258,

77

56,�

0 0,

0439

0,

0000

0,

0�30

0,

0000

0,

7236

0,

0�45

0,

0292

0,

0326

0,

�63�

0,

0098

�,

0297

20

�5

3.85

2,64

3.

336

258,

77

56,9

3 0,

�828

0,

�855

0,

0�4�

0,

0000

0,

734

4 0,

0�58

0,

0276

0,

0350

0,

�753

0,

0�05

�,

38��

20

�6

3.92

9,70

3.

336

258,

77

77,0

6 0,

234

4 0,

0000

0,

0�53

0,

0000

0,

9940

0,

0�7�

0,

0282

0,

0377

0,

�885

0,

0��3

�,

5264

20

�7

4.00

8,29

3.

336

258,

77

78,5

9 0,

2533

0,

0000

0,

0�66

0,

0000

�,

0�39

0,

0�85

0,

0287

0,

0405

0,

2026

0,

0�2�

�,

586�

20

�8

4.08

8,45

3.

336

258,

77

80,�

6 0,

2727

0,

0000

0,

0�78

0,

0000

�,

034�

0,

0�99

0,

0293

0,

0435

0,

2�78

0,

0�3�

�,

6482

20

�9

4.�7

0,22

3.

336

258,

77

8�,7

7 0,

2928

0,

0000

0,

0�9�

0,

0000

�,

0549

0,

02�4

0,

0303

0,

0468

0,

234�

0,

0�40

�,

7�35

20

20

4.25

3,62

3.

336

258,

77

83,4

0 0,

3�35

0,

�855

0,

0205

0,

2782

�,

0759

0,

0229

0,

03�4

0,

0503

0,

25�7

0,

0�5�

2,

2448

20

2�

4.35

9,96

3.

336

258,

77

�06,

34

0,33

64

0,00

00

0,02

20

0,00

00

�,37

�8

0,02

45

0,02

8�

0,05

4�

0,27

06

0,0�

62

2,�2

37

20

22

4.46

8,96

3.

336

258,

77

�09,

00

0,36

02

0,00

00

0,02

35

0,00

00

�,40

6�

0,02

63

0,02

56

0,05

8�

0,29

09

0,0�

74

2,20

8�

20

23

4.58

0,69

3.

336

258,

77

���,

73

0,38

48

0,00

00

0,02

52

0,00

00

�,4

4�3

0,02

8�

0,02

30

0,06

25

0,3�

27

0,0�

87

2,29

63

20

24

4.69

5,2�

3.

336

258,

77

��4,

52

0,4�

04

0,00

00

0,02

68

0,00

00

�,47

73

0,02

99

0,02

02

0,06

72

0,33

6�

0,02

02

2,38

8�

20

25

4.8�

2,59

3.

336

258,

77

��7,

38

0,43

70

0,�8

55

0,02

86

0,00

00

�,5�

42

0,03

�9

0,0�

72

0,07

22

0,36

�4

0,02

�7

2,66

96

200

5­20

09

�7.3

57,�

� �6

.680

,00

609,

40

3,5�

0,

0492

0,

�29�

0,

�688

0,

�937

0,

2583

0,

3826

0,

0940

0,

0987

0,

494�

0,

0296

�,

8982

20�

0­20

�4

�8.4

25,8

0 �6

.680

,00

�.25

�,30

52

,59

0,�5

7�

0,��

20

0,05

46

0,23

24

2,32

78

0,06

�0

0,�7

48

0,�4

�8

0,70

93

0,04

25

4,0�

33

20�

5­20

�9

20.0

49,3

0 �6

.680

,00

�.29

3,85

25

,68

�,23

60

0,�8

55

0,08

29

0,00

00

4,83

�3

0,09

26

0,�4

4�

0,20

35

�,0�

84

0,06

��

7,85

53

202

0­20

25

27.�

7�,0

5 20

.0�6

,00

�.55

2,62

35

,6�

2,24

24

0,37

09

0,�4

65

0,27

82

8,28

65

0,�6

36

0,�4

55

0,36

44

�,82

33

0,�0

93

�3,9

307

200

5­20

25

83.0

03,2

6 70

.056

,00

4.70

7,�7

��

7,38

3,

6847

0,

7974

0,

4529

0,

7043

�5

,703

9 0,

6998

0,

5585

0,

808

4 4,

0452

0,

2425

27

,697

6

Tabe

l 6.

Kebu

tuha

n bi

aya

inve

stas

i dal

am p

enge

mba

ngan

kom

odita

s ja

gung

, 200

5­20

25

(S

kena

rio II

I, Pe

sim

is, r

ata­

rata

eks

por 2

005­

2025

seb

esar

8%

).

AGRO INOVASI

56

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Ske

nario

I ­ M

oder

at

S

kena

rio II

­ O

ptim

is

Sken

ario

III ­

Pes

imis

Ta

hun

(eks

por 9

,5%

)

(ek

spor

�5%

)

(ek

spor

8%

)

Pe

m.

Swas

. M

asy.

To

tal

Pem

. Sw

as.

Mas

y.

Tota

l P

em.

Swas

. M

asy.

T

otal

R

p tr

iliu

n 2

005­

2009

0,

92

0,74

0,

4�

2,08

3,

33

�,48

0,

42

5,23

0,

85

0,68

0,

36

�,90

20�

0­20

�4

3,87

0,

59

0,33

4,

79

4,09

0,

77

0,34

5,

20

3,�8

0,

55

0,29

4,

0� 2

0�5­

20�9

6,

�4

�,78

0,

08

8,00

6,

47

�,86

0,

09

8,42

6,

05

�,72

0,

08

7,86

202

0­20

25

�0,6

3 3,

07

0,43

�4

,�3

��,2

3,

2�

0,44

�4

,84

�0,5

3,

03

0,42

�3

,93

200

5-20

25

21,5

6 6,

18

1,26

29

,00

25,1

7,

32

1,28

33

,68

20,6

5,

98

1,16

27

,70

%

200

5­20

09

44,4

35

,7

�9,9

�0

0 63

,7

28,2

8,

� �0

0 44

,8

36,�

�9

,�

�00

20�

0­20

�4

80,7

�2

,4

7,0

�00

78,7

�4

,9

6,5

�00

79,2

�3

,6

7,2

�00

20�

5­20

�9

76,8

22

,2

�,�

�00

76,9

22

,�

�,�

�00

77,�

2�

,9

�,�

�00

202

0­20

25

75,2

2�

,7

3,0

�00

75,4

2�

,6

2,9

�00

75,2

2�

,8

3,0

�00

200

5-20

25

74,3

21

,3

4,3

100

74,5

21

,7

3,8

100

74,2

21

,6

4,2

100

Tabe

l 7.

Alo

kasi

bia

ya in

vest

asi d

alam

pen

gem

bang

an k

omod

itas

jagu

ng, 2

005­

2025

.

Cata

tan:

�) in

vest

asi p

emer

inta

h te

rdiri

dar

i: pe

mbu

kaan

laha

n ba

ru +

litb

ang

pem

erin

tah

+ pe

nyul

uhan

2) in

vest

asi s

was

ta te

rdiri

dar

i: tr

akto

r + p

ompa

+ p

emip

il +

pena

ngka

r ben

ih +

litb

ang

swas

ta3)

inve

stas

i mas

yara

kat t

erdi

ri da

ri: h

ands

pray

er +

sum

ur b

or

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung AGRO INOVASI

57

VIII. IMPLIKASI KEBIJAKAN

Implikasi kebijakan pengembangan jagung untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri meliputi:

�. Diperlukan percepatan dan akselerasi alih teknologi melalui revitalisasi kelembagaan penyuluhan dan petani sehingga peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani maupun penyuluh dapat terus ditingkatkan.

2. Delineasi wilayah pengembangan sangat diperlukan untuk memperoleh luas lahan yang secara operasional dapat dikembangkan untuk pertanaman jagung. Upaya ini diperlukan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif di tingkat on-farm maupun keunggulan komparatif di tingkat global.

3. Delineasi wilayah pengembangan atas dasar varietas unggul baru juga sangat penting. Jagung hibrida sebaiknya diarahkan ke lahan sawah irigasi untuk meningkatkan produktivitas. Jagung komposit diarahkan ke lahan suboptimal untuk menekan senjang hasil antara penelitian dan tingkat on-farm dengan dukungan PTT spesifik lokasi.

4. Dukungan kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan jagung untuk mencapai sasaran jangka menengah maupun jangka panjang adalah: �) dari aspek sistem produksi, yaitu, penerapan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi guna menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik (less cost better quality), 2) dari aspek promosi dan diseminasi, yaitu, memenuhi kualitas yang diminta pasar, waktu yang tepat, jumlah produk yang tersedia secara kontinu (timing know how), 3) aspek distribusi dan pemasaran, yaitu, pengembangan jaringan pasar antar­rantai pemasaran (networking), dan 4) prioritasi program dan kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya (deep pocket policy).

AGRO INOVASI

58

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

5. Dukungan investasi melalui penyederhanaan prosedur dan birokrasi agar iklim investasi menjadi kondusif sehingga menarik para investor untuk menanamkan modalnya dalam bisnis jagung. Kebijakan permodalan yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha kecil­menengah di pedesaan diharapkan dapat mendorong investor dalam berinvestasi. Hal ini dapat ditempuh melalui pengembangan micro-finance di pedesaan, baik bagi petani produsen maupun para pelaku usaha kecil dan menengah.

6. Konsolidasi manajemen usaha agribisnis jagung di tingkat petani produsen untuk meningkatkan posisi tawar petani perlu mendapat bantuan dan pembinaan dari aparat pemerintah. Konsolidasi manajemen dapat dilakukan dalam bentuk kelompok usaha seperti korporasi, koperasi, asosiasi, atau kelompok usaha agribisnis terpadu (KUAT) yang berbadan hukum.

7. Membuka akses kelompok usaha agribisnis yang berbadan hukum ke sumber modal, baik milik pemerintah maupun swasta. Hubungan bisnis dalam bentuk kemitraan perlu difasilitasi oleh pemerintah, antara swasta dan KUAT di tingkat petani. Salah satu hubungan yang telah terbukti berhasil di negara­negara berkembang adalah Integrated Corporate Agribusiness System (ICAS) seperti di Cina, Taiwan, Banglades, India, dan Thailand.