SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O...

84
SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018

Transcript of SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O...

Page 1: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS)2018

Page 2: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

BUKU : PENDUGAAN KEMAMPUAN SERAPAN KARBON TANAMAN DAN PANDUAN REDUKSI GRK PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PEKEBUN, HASIL STUDI PADA KOPERASI RIMBA HARAPAN, KABUPATEN SINTANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT© Serikat Petani Kelapa Sawit 2018All rights reserved

xvi + 67 hlm; 155 x 235 mmCetakan I, Maret 2018

Disusun Oleh : Bambang Hero SaharjoEditor : SabarudinKontributor : Mansuetus Darto, Swisto Uwin, Nevi Saraswati, RahmatAbdiansya, Iga Darul DarmeydiSumber Foto : SPKS Kabupaten Sintangtata letak : Borni Alan

Diterbitkan : Serikat Petani Kelapa Sawit Perumahan Bogor Baru Blok A5 No.17, Kelurahan Tegal Lega Bogor – Jawa BaratTelepon 0251-8571263Fax 0251-8324097Email : [email protected]: www.spks-nasional.org

Page 3: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat iii

DAFTAR ISTILAH

Bahan organik (Organic matter). Bahan yang berasal dari makhluk hidup yang dapat terdekomposisi atau merupakan hasil dekomposisi atau bahan yang terdiri dari senyawa organik

BAU (business as usual). Angka perkiraan tingkat emisi gas rumah kaca pada satu atau dua periode yang akan datang (dalam panduan ini periode 2011-2016 dan 2016-2021) berdasarkan kecenderungan yang berlaku sekarang (dalam panduan ini 2006-2011).

Biomas (Biomass). Masa (berat) dari organisme yang hidup yang terdiri atas tumbuhan dan hewan yang terdapat pada suatu areal. Satuannya adalah t/ha. Untuk panduan ini biomas adalah berat kering tumbuhan dalam satu satuan luas.

Biomas di atas permukaan tanah (Above ground biomass). Masa tumbuhan yang terdapat di atas permukaan tanah yang terdiri atas pohon, dahan, ranting dan daun. Tumbuhan

Biomas di bawah permukaan tanah (Below ground biomass). Masa tumbuhan yang terdapat di bawah permukaan tanah yang terdiri atas akar tumbuhan dan makhluk hidup di dalam tanah. Pada umumnya yang dihitung untuk panduan ini adalah

Page 4: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. iv

akar tumbuhan. Satuan dari biomas adalah ton/ha atau secara umum satuan berat dibagi dengan satuan luas lahan

Cadangan karbon (Carbon stock). Jumlah berat karbon yang tersimpan di dalam ekosistem pada waktu tertentu, baik berupa biomas tumbuhan, tumbuhan yang mati, maupun karbon di dalam tanah

Ekivalen karbon dioksida (Carbon dioxide equivalent). Suatu ukuran yang digunakan untuk membandingkan daya pemanasan global (global warming potential, GWP) gas rumah kaca tertentu relatif terhadap daya pemanasan global gas CO2. Misalnya, GWP metana (CH4) selama rata-rata 100 tahun adalah 21 dan nitrous oksida (N2O) adalah 298. Ini berarti bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2.

Emisi (Emissions). Proses terbebasnya gas rumah kaca ke atmosfi r, melalui dekomposisi bahan organik oleh mikroba yang menghasilkan gas CO2 atauCH4, proses terbakarnya bahan organik menghasilkan CO2 dan proses nitrifi kasi dan denitrifi kasi yang menghasilkan gas N2O.

Kandungan bahan organik tanah (Soil organic matter content, SOM).

Masa bahan organik tanah untuk setiap satuan berat kering tanah. Satuannya adalah % berat atau g/kg (g bahan organik/kg tanah) atau t/t atau Mg/Mg. Kandungan bahan organik 98% = 980 g/kg = 0,98 Mg/Mg = 0,98 t/t atau 0,98 ton bahan organik untuk setiap satu ton berat kering tanah

Karbon (Carbon). Unsur kimia bukan logam dengan simbol atom C yang banyak terdapat di dalam semua bahan organik dan di

Page 5: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat v

dalam bahan anorganik tertentu. Unsur ini mempunyai nomor atom 6 dan berat atom 12 g.

Karbon dioksida (Carbon dioxide). Gas dengan rumus CO2 yang tidak berbau dan tidak bewarna, terbentuk dari berbagai proses seperti pembakaran bahan bakar minyak dan gas bumi, pembakaran bahan organik (seperti pembakaran hutan), dan/atau dekomposisi bahan organik serta letusan gunung berapi. Dewasa ini konsentrasi CO2 di udara adalah sekitar 0,039% volume atau 388 ppm. Konsentrasi CO2 cenderung meningkat dengan semakin banyaknya penggunaan bahan bakar minyak dan gas bumi serta emisi dari bahan organik di permukaan bumi. Gas ini diserap oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Berat molekul CO2 adalah 44 g. Konversi dari berat C ke CO2 adalah 44/12 atau 3,67.

Lahan gambut (Peatland). Lahan yang tanahnya kaya dengan sisa tumbuhan yang terdekomposisi sebagian, dengan kadar C organik tanah >18% dan ketebalan >50 cm. Tanah yang berada pada lahan gambut disebut tanah gambut. Lahan gambut banyak terdapat pada lahan basah (wetland). Tanah gambut tropis mempunyai kisaran ketebalan 0,5 - >15 m dan yang terbanyak antara 2-8 m. Pohon-pohonan, belukar, rumput-rumputan, pohon-pohonandan lumut dapat berkontribusi dalam pembentukan gambut apabila lahan berada dalam keadaan tergenang atau jenuh air.

Nekromas atau tumbuhan yang mati (Necromass/dead organic matter).

Berat dari makhluk hidup yang telah mati dalam keadaan kering oven, biasanya ditampilkan dalam satuan t/ha atau Mg/ha. Nekromas terdiri atas sisa tumbuhan (pohon, dahan, ranting dan daun dari tumbuhan yang mati) yang terdapat di atas permukaan tanah, dan sebagiannya bisa saja terkubur di

Page 6: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. vi

dalam tanah. Peningkatan jumlah nekromas pada suatu areal bisa terjadi karena matinya satu pohon atau lebih atau bisa karena matinya pohon dari lokasi tertentu karena kerusakan skala besar disebabkan kebakaran, serangan hama atau penyakit dan karena angin.

Neraca karbon (Carbon budget). Neraca dari terjadinya perpindahan karbon dari satu penyimpan karbon (carbon pool) ke penyimpan lainnya dalam suatu siklus karbon, misalnya antara atmosfi r dengan biosfi r dan tanah.

Penggunaan lahan (Land use). Klasifi kasi jenis kegiatan dan pekerjaan manusia di atas permukaan bumi, misalnya hutan, pertanian tanaman semusim, perkebunan, perkotaan dan areal konservasi.

Penyerapan karbon (Carbon sequestration). Proses penyerapan karbon dari atmosfi r ke penyimpan karbon tertentu seperti tanah dan tumbuhan. Proses utama penyerapan karbon adalah fotosintesis.

Penyimpan karbon (Carbon pool). Subsistem yang mempunyai kemampuan menyimpan dan atau membebaskan karbon. Contoh penyimpan karbon adalah biomas tumbuhan, tumbuhan yang mati, tanah, air laut dan atmosfir.

Tanah gambut (Peat soil). Tanah yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang terdekomposisi sebagian, dengan:a. ≥18% C organik (setara dengan ≥ 30% bahan organik) jika

mengandung fraksi liat ≥ 60% atau lebih, ataub. ≥12% C organik (setara dengan 20% bahan organik) jika

tidak ada kandungan fraksi liat, atauc. ≥12% + (liat dengan kelipatan 0,1 kali) C organik, jika

mengandung fraksi liat <60 dan ketebalan >50 cm.

Page 7: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat vii

Tingkat emisi referensi (Reference Emission Level, REL): Tingkat emisi kotor dari suatu area geographis yang diestimasi dalam suatu periode tertentu.

Tingkat referensi (Reference Level, RL): Tingkat emisi netto yang sudah memperhitungkan pengurangan (removals) dari sekuestrasi atau penyerapan C.

GRK adalah gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah. GRK utama dari pertanian adalah CO2 (karbondioksida), CH4 (metana), dan N2O (dinitrogen oksida), CFCs (chlorofluorocarbon), dll.

Inventory atau Inventarisasi GRK adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai sumber emisi (source) dan penyerapnya (sink), termasuk simpanan karbon (carbon stock).

Emisi GRK adalah lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer pada area tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Data Aktivitas adalah besaran kuantitatif kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat melepaskan dan/atau menyerap GRK.

Faktor Emisi adalah besaran emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer per satuan aktivitas tertentu.

Mitigasi adalah usaha untuk menurunkan emisi dan atau meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi, dalam upaya pengendalian atau pengurangan dampak perubahan iklim.

Adaptasi adalah kemampuan manusia, ternak, dan tanaman atau organisme untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, baik bersifat mikro maupun makro, baik langsung

Page 8: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. viii

maupun tidak langsung akibat perubahan iklim, agar tetap dapat menjalankan fungsi biologisnya secara wajar.

Adaptasi : Penyesuaian manusia dalam sistem alam sebagai respon terhadap rangsangan iklim aktual dan efeknya, yang merugikan atau mengeksploitasi peluang moderat menguntungkan. Berbagai jenis adaptasi dapat dibedakan, termasuk adaptasi antisipatif dan reaktif, swasta dan adaptasi publik, dan otonom (IPCC TAR, 2001). Adaptasi juga dapat diartikan sebagai langkah-langkah praktis untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan gangguan dan kerusakan yang akan ditimbulkan dari dampak perubahan iklim (Website of the UNFCCC Secretariat).

Carbon sink (Rosot karbon) : Tampungan (pool) yang menyerap karbon yang dilepaskan oleh bagian lain dalam siklus karbon

Carbon Trading (Perdagangan Karbon) : Mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca. Mekanisme pasar yang diatur dalam Protokol Kyoto ini dapat terjadi pada skala nasional maupun internasional sejauh hak-hak negosiasi dan pertukaran yang sama dapat dialokasikan kepada semua pelaku pasar yang terlibat. Pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon. Fasilitas pembangkit tenaga bisa termasuk ke dalam industri ini. Pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka. Atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka menjual emisi mereka yang telah dikurangi kepada emitor lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_karbon).

Page 9: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat ix

Degradasi : Perubahan di dalam hutan yang berdampak negatif terhadap struktur atau fungsi tegakan atau lahan hutan sehingga menurunkan kemampuan hutan dalam menyediakan jasa/produk hutan. Dalam lingkup REDD, degradasi hutan berakibat pada hilangnya karbon dari ekosistem. Satu cara untuk mengukur degradasi adalah dengan mengukur pengurangan cadangan karbon per unit area.

Lahan Gambut: Lahan basah dimana tanah mempunyai kandungan organik tinggi karena sebagian besar bahan tanah terbentuk dari pembusukan tanaman. Dalam keadaan hutan alami, lahan gambut berfungsi sebagai penambat (sequester) karbon sehingga berkontribusi dalam mengurangi GRK di atmosfir, walaupun proses penambatan berjalan sangat pelan setinggi 0-5,4 t CO2/ha/tahun (Agus, 2009). Apabila hutan gambut ditebang dan didrainase, maka karbon tersimpan pada gambut mudah teroksidasi menjadi gas CO2. Selain itu, lahan gambut juga mudah mengalami penurunan permukaan (subsiden) apabila hutan gambut dibuka.

PLTB (Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar) : Merupakan suatu cara pembukaan lahan pertanian (land clearing) tanpa melakukan pembakaran. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Sisa-sisa tanaman yang tidak diperlukan, dapat dibuat kompos untuk menambah kesuburan tanah.

RAN-GRK (Rencana Aksi National penurunan Gas Rumah Kaca) dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional.

Carbon Sequestration (Sekuestrasi karbon/Penyerapan karbon) : Penyerapan karbon adalah penangkapan karbon dioksida (CO2) atau dapat didefinisikan secara khusus: “Proses

Page 10: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. x

menghilangkan karbon dari atmosfer dan menyimpannya di reservoir. Penyerapan karbon menggambarkan penyimpanan karbon dioksida jangka panjang atau bentuk lain dari karbon untuk mengurangi atau menunda pemanasan global dan menghindari perubahan iklim yang berbahaya.

REDD (Reduction Emission from Deforestration and Degradation) : Salah satu mekanisme pendanaan international untuk pengurangan emisi dari deforestrasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang.

REDD+ (Reduction Emission from Deforestration and Degradation Plus) : Mekanisme pendanaan international yang memberikan insentif untuk pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, dan juga peningkatan penyerapan karbon melalui konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan-cadangan karbon hutan di negara-negara berkembang. Sementara itu, pendanaan untuk kegiatan aforestasi dan reforestasi (A/R) sendiri telah lama dikenal melalu mekanisme Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM).

UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change): Perjanjian internasional untuk perubahan iklim, yang berlaku mulai pada tahun 1994 bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca pada tingkat yang aman, akibat ulah manusia yang mengganggu pada sistem iklim

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAN-GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional.

Page 11: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat xi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAD-GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan daerah.

Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut GRK adalah gas yang terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah.

Emisi GRK adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tingkat emisi GRK adalah besarnya emisi GRK tahunan.

Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

Mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.

Page 12: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. xii

Page 13: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................... xiii

KATA PENGANTAR ...................................................................... xv

PENDUGAAN KEMAMPUAN SERAPAN KARBON TANAMAN KELAPA SAWIT ..................................... 1

BAB 1 : Petani, Kelapa Sawit dan Lahannya ........................ 3

BAB 2 : Melakukan Pendugaan .................................................. 8

BAB 3 : Hasil Pendugaan .............................................................. 16

BAB 4 : Kesuburan Tanah dan Ketersediaan Karbon ...... 30

BAB 5 : Kesimpulan ........................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 35

PANDUAN REDUKSI GAS RUMAH KACA TANAMAN KELAPA SAWIT PEKEBUN, KABUPATEN SINTANG,PROVINSI KALIMANTAN BARAT ............................................. 37

BAB 1 : Apa itu Gas Rumah Kaca? ............................................ 39

BAB 2 : Upaya Mengurangi Emisi GRK ................................... 42

BAB 3 : Peluang Pengurangan Emisi GRK untuk Mengurangi Karbon ....................................................... 47

Page 14: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. xiv

BAB 4 : Sumber dan Estimasi Emisi ........................................ 50

BAB 5 : Program Integrasi Mengurangi Emisi GRK .......... 61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 65

Page 15: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat xv

KATA PENGANTAR

Serikat petani kelapa sawit (SPKS) menyusun dan menerbitkan buku bertajuk Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK pada Tanaman Kelapa

Sawit Pekebun. Buku ini terdiri dari hasil studi yang dilakukan di lokasi perkebunan Koperasi Rimba Harapan di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Tentu dalam studi ini, Koperasi ini bukan hanya sekadar teman dalam penelitian, tapi mereka bersama-sama SPKS melakukan penelitian, sehingga di kemudian hari diharapkan para petani dapat menerapkan metode penelitian yang SPKS lakukan.

Dengan terbitnya buku ini, diharapkan akan menjadi panduan bagi pekebun untuk upaya mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK) di kebun. Pekebun kelapa sawit indonesia saat ini menguasai sekitar 42% dari perkebunan sawit nasional, kondisi tersebut menempatkan pekebun sebagai aktor strategis dalam perkebunan sawit Indonesia yang perlu diperhatikan. Pada sisi yang lain kebun kelapa sawit yang dikelola oleh pekebun selain ditanam tanah mineral juga ditanam pada lahan bergambut yang memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaanya karena sebagain mengandung karbon tinggi.

SPKS sejak berdiri, terus mengambil peran serta dalam mencari solusi menuju pembanguan perkebunan sawit yang berkelanjutan di sisi pekebun, salah satunya adalah dengan mengarahkan pekebun untuk bisa melakukan praktek budidaya

Page 16: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. xvi

rendah emisi yang selanjutnya akan berkontribusi terhadap target penurunan GRK sebesar 41 persen di tahun 2030 dari pemerintah indonesia.

Tata ruang buku panduan, kami pugar dalam dua ruang yakni bagian pertama menyajikan panduan melakukan pendugaan kemampuan serapan karbon tanaman kelapa sawit dan bagian kedua panduan reduksi GRK tanaman kelapa sawit. Sederhananya, dua hasil kajian dalam satu buku. Mengapa kami tempatkan sebagai buku panduan, bukan buku hasil studi, sekalipun pada dasarnya berisi hasil studi. Reasoningnya pun sederhanya, karena studi yang kami lakukan pada hakikatnya adalah menjalan suatu panduan penelitian sehingga apa yang ingin ketahui dapat kami dapatkan dengan baik. Karena itu, di dalamnya tidak hanya menyampaikan “how to” tapi juga memuat data-data serapan karbon dan evaluasi kondisi kesuburan tanahnya baik pada tanah mineral maupun lahan bergambut pada kebun sawit yang ditanam oleh petani anggota Koperasi Rimba Harapan sebagai bukti hasil penerapan “how to-nya”.

Selanjutnya, SPKS menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pengurus dan anggota Koperasi Rimba Harapan yang telah bersedia menyediakan perkebunannya sebagai lokasi penelitian, bahkan terlibat dalam penelitian ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi kita bersama, dengan harapan pekebun bisa menggunakan buku ini sebagai pedoman dalam upaya penurunan emisi GRK di lingkungan perkebunan yang mereka kelola, sehingga menuju pembangunan perkebunan sawit nasional yang rendah karbon dan berkelanjutan.

Bogor, Maret 2018

Serikat Petani Kelapa Sawit

Page 17: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

PENDUGAAN KEMAMPUAN SERAPAN KARBON TANAMAN

KELAPA SAWIT

Page 18: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 2

Page 19: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 3

BAB 1Petani, Kelapa Sawit dan Lahannya

------------------------------------------------------------------------------------

Kekuatan pasar memang luar biasa menggerakan emosi dan animo masyarakat dalam hal pemanfaatan lahan. Pasar sawit adalah salah satu kekuatan yang secara masif

mampu mempengaruhi orientasi sebagian besar petani mandiri mengembangkan sawit. Mimpi untung besar dengan berkebun sawit, mampu mengalihkan perhatian sebagian besar petani mandiri beralih dari satu komoditas perkebunan non sawit ke komoditas perkebunan sawit. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang melihat prospek cerah usaha sawit, rela beralih dari berkebun padi, atau berkebun karet ke sawit.

Salah satu cara untuk memanfaatkan lahan dengan harapan mendapatkan hasil produksi yang lebih baik yang sangat digandrungi oleh petani saat ini adalah dengan menanami lahannya dengan kelapa sawit. Petani yang semula tidak bercocok tanam sawit, rela mengalihkan sawah basah yang semula untuk bercocok tanam padi menjadi perkebunan sawit. Penanaman kelapa sawit pun tidak hanya merambah pada tanah mineral namun juga dilakukan pada lahan bergambut yang sebaiknya terbebas dari sawit yang memerlukan perhatian khusus.

Namun sangat disayangkan sekali karena tidak sedikit petani yang membuka lahan dengan tidak memperhatikan kondisi vegetasi dan lingkungan terkait dengan kemampuan

Page 20: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 4

lahan dalam memberikan lingkungan yang lebih baik. Misalnya bagaimana dengan meningkatkan kemampuan penyerapan hutan terhadap karbon. Terbukti tidak sedikit kawasan hutan yang mengandung karbon tinggi menjadi korbannya, dengan dalih untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menggantikannya dengan tanaman kelapa sawit. Dapat dimengerti kemudian bila banyak kawasan hutan yang berubaha fisik dalam kurun waktu yang pendek.

Seiring dengan makin signifikannya dampak negatif dari akibat perubahan iklim global, maka sudah saatnya untuk menanaman kelapa sawit pada tempatnya yaitu pada lahan-lahan tidak produktif. Penanaman kelapa sawit pada lahan-lahan tidak produktif selain meningkatkan kemampuan serapan karbon dari tegakan yang sudah berdiri, tumbuhan bawah, nekromas, juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani bila kegitannya dilakukan secara benar sesuai kebutuhan tanaman kelapa sawit tersebut.

Kegiatan untuk mengevaluasi kondisi kesuburan tanahnya baik pada tanah mineral maupun lahan bergambut belumlah familier bagi petani mandiri atau koperasi sawit. Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah yang sebagian pendapatan daerahnya berasal dari subsektor pekebunan sawit. Di samping itu, juga merupakan daerah yang kaya dengan kawasan gambut. Untuk mendorong peran serta petani sawit mandiri menjaga kelestarian lingkungan, maka kami memandang penting untuk mengenalkan bagaimana menduga kemampuan serapan karbon dari tanaman sawit serta bagaimana mereduksi gas rumah kaca (GRK) pada tanaman kelapa sawit. Dengan mengenal, maka harapan selanjutnya para petani akan lebih hati-hati dan tidak sembarangan melakukan ekpansi lahan, apalagi membudidayakan perkebunan sawit di lahan bergambut.

Page 21: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 5

Kandungan biomasa dan karbon dalam tanah menjadi faktor yang cukup menentukan tingkat kesuburan tanah. Karenanya bila kedua unsur tersebut tidak hadir dalam lahan kita, maka tidak terlalu berdampak baik terhadap produktivitas tanaman petani. Lalu bagaimana caranya. Semoga kehadiran buku ini dapat memberikan panduan singkat dan sederhananya. Namun sebelum kita mengetahui lembih lanjut, terlebih dahulu kita memahami sejenak tentang perbedaan antara jenis tanah mineral dengan tanah gambut.

Secara harfiah, gambut mengandung pengertian sebagai onggokan sisa tanaman yang tertimbun dalam masa dari ratusan sampai bahkan ribuan tahun. Secara epistimologi, gambut adalah materian atau bahan organik (≥ 30% atau setara dengan ≥ 18% karbon organik dengan kadar fraksi lempung ≥ 60%) yang tertimbun secara alami dalam kedaan basah berlebihan atau jenuh air, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sebagian yang mengalami perombakan (decomposed).

Secara ekologi, gambut adalah sumber dan rosot (sink) karbon sehingga dapat masuk sebagai sumber emisi gas kaca (GRK) yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim pemanasan global. Dalam pengertian teknis dan praktis, gambut dapayt doiartikan sebagai lahan pertanian, lahan penggembalaan, hutan alam, hutan rawa, bahan tambang, bahan media tumbuh, bahan kompos, bahan bakar, dan bahan industri (Noor, 2016).

Berbeda dengan tanah gambut, tanah mineral terbentuk karena proses pelapukan batuan ataupun endapan tanah di sungai yang kandungan organiknya ≤ 20%. Lapisan mineralnya pun lebih tipis dari tanah gambut yaitu ≤ 30 cm. Ketebalan tanah gambut dapat mencapai 200-an cm, bahkan lebih. Tanah gambut banyak didapati di daerah atau kawasan yang minim gunung api, seperti Sumatera dan Kalimantan. Sementara tanah mineral lebih banyak

Page 22: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 6

di dapati pada daerah yang kaya gunung api seperti Jawa, dan Nusa Tenggara Barat.

Aspek Tanah Gambut Tanah Mineral

Kandungan C-Organik

Antara 18 – 60% Antara 0,5 – 6%

Struktur Tidak berstruktur dan membentuk bongkahan

Tergantung sebaran butir (tekstur) struk-tur terdiri dari lepas, membentuk bongka-han dan masif

Berat Isi Berkisar antara 0,03 – 0,3 g/cm3 dan dalam keadaan ekstrim bisa antara <0,001 dan >0,4 g/cm3

Berkisar antara 0,6 – 1,5 g/cm3

Sebaran carbon di dalam profil

Tersebar diseluruh profil dari permukaan sampai lapisan dasar tanah mineral

Umumnya terkon-sentrasi pada lapisan 0-30cm

Tingkat kemu-dahan terbakar

Mudah terbakar Tidak mudah terba-kar

Jenis tanah yang dibutuhkan un-tuk penetapan cadangan car-bon

Kandungan C-organik dan berat isi (BI) per lapisan dari permu-kaan sampai lapisan dasar gambut

Kandungan C-organik dan berat isi (BI) pada kedalaman 0-1 m atau 0-0,3 m

Page 23: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 7

Alat yang digu-nakan untuk mengambil con-toh tanah utuh

Bor gambut untuk. Untuk penetapan BI lapisan permukaan gambut dapat juga di-gunakan ring contoh

Ring contoh ata box metal

Sumber: Agus. Fahmudin, Kurniatun Hairiah dan Anny Mulyani. 2011. Petunjuk Praktis Cadangan Karbon Tanah Gambut. Bogor: ICRAF Asia Tenggara

Page 24: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 8

BAB 2Melakukan Pendugaan

------------------------------------------------------------------------------------

Lokasi dan Pengambilan Sampel

Untuk mengetahui seberapa parah kondisi kemampuan tanah perkebunan sawit dalam hal penyerapannya terhadap karbon tanaman, Koperasi Rimba Harapan

melakukan serangkaian penelitian. Penelitian dilakukan pada periode Oktober s/d Desember 2017. Ruang lingkup penelitiannya meliputi i) pengukuran dan pengambilan sampel di lapangan, ii) analisis laboratorium dan iii) finalisasi kondisi lapangan terkini berdasarkan data yang tersedia.

Bab 2

Melakukan Pendugaan

Lokasi dan Pengambilan Sampel

Untuk mengetahui seberapa parah kondisi kemampuan tanah perkebunan sawit dalam hal penyerapannya terhadap karbon tanaman, Kelompok Tani Rimba Harapan melakukan serangkaian penelitian. Penelitian dilakukan pada periode Oktober s/d Desember 2017. Ruang lingkup penelitiannya meliputi i) pengukuran dan pengambilan sampel di lapangan, ii) analisis laboratorium dan iii) finalisasi kondisi lapangan terkini berdasarkan data yang tersedia.

Sebagai sampelnya, tanaman kelapa sawit yang menjadi objek penelitian yaitu tanaman yang ditanam di tanah mineral dan lahan bergambut pada beberapa umur tahun tanam kelapa sawit yaitu tahun 1999, 2009 2010. Dengan mengambil sampel dari dua lahan yang berbeda baik dari segi lokassi maupun jenis tanahnya, diharapkan kita dapat mengetahui secara lebih seksama korelasi jenis tanah dengan tingkat atau daya penyerapannya terhadap karbon tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tersebut adalah milik petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.

Gb 1. Kondisi tanaman kelapa sawit di tanah mineral yang ditanam tahun 1999

Gb 2. Kondisi tanaman kelapa sawit di lahan bergambut yang ditanam tahun

2010

pengukuran dan pengambilan sampel

analisis laboratorium

finalisasi kondisi lapangan berdasarkan data yang tersedia

Page 25: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 9

Sebagai sampelnya, tanaman kelapa sawit yang menjadi objek penelitian yaitu tanaman yang ditanam di tanah mineral dan lahan bergambut pada beberapa umur tahun tanam kelapa sawit yaitu tahun 1999, 2009 2010. Dengan mengambil sampel dari dua lahan yang berbeda baik dari segi lokassi maupun jenis tanahnya, diharapkan kita dapat mengetahui secara lebih seksama korelasi jenis tanah dengan tingkat atau daya penyerapannya terhadap karbon tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tersebut adalah milik petani yang tergabung dalam Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.

Gb 1. Kondisi tanaman kelapa sawit di tanah mineral yang

ditanam tahun 1999

Gb 2. Kondisi tanaman kelapa sawit di lahan bergambut yang ditanam tahun 2010

Dari gambar di atas kita dapat menyimak kualitas tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan bergambut dengan yang ditanam di lahan mineral. Meski hanya berselisih satu tahun, tampaknya tanaman sawit yang ditanam pada tahun 2010 lebih hijau dan terawat batangnya dari tanaman parasit.

Data primer yang dikumpulkan meliputi sifat kimia dan sifat fisik tanah dan lahan gambut, biomassa tanaman sawit yang dipisah berdasarkan batang, pelepah, daun, buah, bunga jantan, bunga betina, tanaman yang tumbuh pada batang pohon. Selain itu dilakukan pula pengukuran biomassa untuk tumbuhan bawah,

Page 26: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 10

serasah dan nekromas. Pengumpulan data primer yang dilakukan di lapangan yaitu bersumber dari tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tanah mineral tahun tanam 1999 dan 2009 serta yang ditanam di lahan ber-gambut untuk tahun tanam 1999 dan 2010.

Sampel tanah dan gambut diambil pada lokasi tanam yang me-wakili. Sampel tanah yang diambil adalah sampel pada bagian permukaan sedalam 0-10 cm yang meliputi contoh tanah komposit dan contoh tanah utuh. Contoh tanah komposit masing-masing 500 gram. Sampel tanah komposit diambil menggunakan bantuan alat, dan contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sampel. Contoh sampel tanah dan lahan gambut, diambil pada tanah mineral tahun tanaman 1999 dan 2009, sementara lahan gambut diambil pada tahun tanam 1999 dan 2010.

Untuk mengetahui potensi biomassa, pengukuran potensi biomasaa diambil dari tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tahun 1999 dan 2009 di tanah mineral dan tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut padda tahun tanam 1999 dan 2010. Pengambilan sampel dilakukan secara destruktif baik untuk tanaman kelapa sawit maupun tumbuhan bawahnya.

Pengukuran biomassa tanaman kelapa sawit secara destruktif yaitu pengukuran biomassa tanaman kelapa sawit yang dilakukan dengan cara menebang tanaman kelapa sawit yang telah dipilih

Dari gambar di atas kita dapat menyimak kualitas tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan bergambut dengan yang ditanam di lahan mineral. Meski hanya berselisih satu tahun, tampaknya tanaman sawit yang ditanam pada tahun 2010 lebih hijau dan terawat batangnya dari tanaman parasit.

Data primer yang dikumpulkan meliputi sifat kimia dan sifat fisik tanah dan lahan gambut, biomassa tanaman sawit yang dipisah berdasarkan batang, pelepah, daun, buah, bunga jantan, bunga betina, tanaman yang tumbuh pada batang pohon. Selain itu dilakukan pula pengukuran biomassa untuk tumbuhan bawah, serasah dan nekromas. Pengumpulan data primer yang dilakukan di lapangan yaitu bersumber dari tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tanah mineral tahun tanam 1999 dan 2009 serta yang ditanam di lahan bergambut untuk tahun tanam 1999 dan 2010.

Sampel tanah dan gambut diambil pada lokasi tanam yang mewakili. Sampel tanah yang diambil adalah sampel pada bagian permukaan sedalam 0-10 cm yang meliputi contoh tanah komposit dan contoh tanah utuh. Contoh tanah komposit masing-masing 500 gram. Sampel tanah komposit diambil menggunakan bantuan alat, dan contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sampel. Contoh sampel tanah dan lahan gambut, diambil pada tanah mineral tahun tanaman 1999 dan 2009, sementara lahan gambut diambil pada tahun tanam 1999 dan 2010.

Untuk mengetahui potensi biomassa, pengukuran potensi biomasaa diambil dari tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tahun 1999 dan 2009 di tanah mineral dan tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut padda tahun tanam 1999 dan 2010. Pengambilan sampel dilakukan secara destruktif baik untuk tanaman kelapa sawit maupun tumbuhan bawahnya.

Pengukuran biomassa tanaman kelapa sawit secara destruktif yaitu pengukuran biomassa tanaman kelapa sawit yang dilakukan dengan cara menebang tanaman kelapa sawit yang telah dipilih mewakili kondisi setempat. Untuk tanamana kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral sudah terpilih ada 2 batang untuk tahun tanam 1999, 2 batang untuk tahun tanam 2015 (berumur 2 tahun). Sementara untuk tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan bergambut dipilih 3 batang yang ditanam tahun 1999 dan 2010.

Gambar 3. Kondisi top soil permukaan tanah tanaman kelapa sawit (tahun tanam 1999)

Gambar 3. Kondisi top soil permukaan tanah tanaman kelapa sawit (tahun tanam

1999)

Page 27: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 11

mewakili kondisi setempat. Untuk tanamana kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral sudah terpilih ada 2 batang untuk tahun tanam 1999, 2 batang untuk tahun tanam 2015 (berumur 2 tahun). Sementara untuk tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan bergambut dipilih 3 batang yang ditanam tahun 1999 dan 2010.

Gb 4. Contoh tanaman kelapa sawit yang akan ditebang yang ditanam di tanah mineral (kiri) dan lahan gambut (kanan)

Proses Destruksi (Penebangan) Tanaman Sampel

Tanaman kelapa sawit yang telah dipilih kemudian ditebang menggunakan chainsaw. Setelah tanaman kelapa sawit tumbang, kemudian dilakukan pemotongan dan pembagian bagian-bagian tanam. Tanaman kelapa sawit kemudian dipotong menjadi beberapa bagian meliputi batang, pelepah, daun, bunga betina,

Page 28: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 12

bunga jantan, buah dan tumbuhan yang melekat pada batang sawit. Bagian-bagian tanaman kelapa sawit tersebut kemudian dikumpulkan/dipisahkan. Setelah itu ditimbang untuk mengetahui berat basah bagiannya masing-masing. Penimbangan bagian tanaman dilakukan menggunakan alat timbangan yang tersedia.

Gb 5 A. Tanaman kelapa sawit saat ditebang

Gb 5 B. Tenaman kelapa sawit usai ditebang dan tumbang

Gb 6. Pembagian batang dan bagian tanaman kelapa sawit

Page 29: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 13

Gb 7. Bagian tanaman kelapa sawit yang sudah dipisahkan, batang, pelepah,buah, daun, bunga betini, bunga jantan

Gb 8. Penimbangan berat pelepah dan pelepah serta daun kelapa sawit

Gb 9. Penimbangan bagian batang kelapa sawit dan buah segar

Page 30: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 14

Untuk menghitung kadar air dari setiap bagian tanaman, maka masing-masing sampel dari bagian tanaman yang terdiri dari batang, pelepah, daun, bunga betina, bunga jantan, buah dan tumbuhan yang melekat pada batang sawit, diambil sampelnya seberat 100-300 gram. Sampel-sampel tersebut kemudidan dimasukkan dalam amplop besar untuk kemudian dikirim ke laboratorium dalam rangka mengetahui kadar airnya.

Perlu disampaikan di sini, untuk mengetahui kadar air bagian-bagian tanaman atau dari setiap sampel bagian tanaman tersebut ditimbang baik ketika masih basah ataupun sesudah dikeringkan dengan oven pada suhu 900C selama 24 jam untuk kemudian dihitung berat keringnya (BSN, 2011). Adapun rumus matematikanya yaitu sebagai berikut:

Kadar air = Berat Basah-Berat Kering x 100 %. Berat Basah

Untuk menghitung berat kering biomassa dihitung dengan cara mengalikan berat basah dengan kadar airnya. Kemudian Berat Basah dikurangi kandungan air dari perhitungan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan seperti ini kemudian diketahui berat kering biomassa masing-masing bagian tanaman.

Gb 10. Tumbuhan bawah yang sedang ditebas dan plot yang sudah diambil tumbuhan bawahnya, serasah dan nekromasnya

Page 31: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 15

Pengukuran biomassa tanaman kelapa sawit dapat dilakukan secara destruktif, yaitu dengan menebas tumbuhan bawah, dan memisahkan serasah kering dan nekromas. Pada masing-masing tanaman dengan tahun tanam berbeda maka dibuat plot dengan lebar 3 m x 3 m. Seluruh tumbuhan bawah yang terdapat pada plot tersebut dtebas dan dikumpulkan. Sementara untuk serasah kering dan nekromas dapat langsung dipisahkan/dikumpulkan sesuai jenisnya. Seluruh sampel kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basahnya menggunakan alat timbang yang tersedia.

Selanjutnya untuk menghitung kadar air, masing-masing sampel yang terdiri dari tumbuhan bawah, nekromas dan serasah diambil sampelnya seberat 100 gram. Sampel-sampel tersebut kemudidan dimasukkan dalam amplop kertas untuk kemudian dikirim ke laboratorium dalam rangka menghitung kadar airnya.

Seperti halnya menghitung kadar air pada setiap bagian tanaman yang dipotong sebagai sampel, maka harus dilakukan penimbangan ketika dalam kondisi basah dan kering. pengeringan dilakukan dengan cara mengoven pada suhu 90℃ selama 24 jam untuk kemudian dihitung berat keringnyA (BSN, 2011).

Kadar air = Berat Basah-Berat Kering x 100 %. Berat Basah

Untuk perhitungan berat kering biomassa dihitung dengan cara mengalikan berat basah dengan kadar airnya. Kemudian Berat Basah dikurangi kandungan air dari perhitungan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan seperti ini kemudian diketahui berat kering biomassa masing-masing bagian tanaman. Untuk perhitungan karbon organik bagian-bagian tanaman kelapa sawit, tumbuhan basah, serasah dan nekromas, dilakukan dengan mengalikan berat kering biomassa masing-masing dengan 0,47 (BSN, 2011).

Page 32: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 16

BAB 3Hasil Pendugaan

------------------------------------------------------------------------------------

Sebagaimana telah disinggung di atass, untuk mengetahui hassil analisis sampel, dilakukan melalui dua cara yaitu pengukuran laboratorium dan pengukuran lapangan. Berikut

ini hasil analisis untuk setiap sampel baik untuk mengukur kadar carbon ataupun tingkat biomassa tanah yang dilakukan melalui analisis laboratorium dan analisa lapangan.

Hasil Analisis Laboratorium Kimia Tanah

Berdasarkan hasil analisis sampel tanah dan gambut pada lokasi tanah mineral yang dilakukan di laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, diketahui bahwa kondisi terkini untuk kesuburan tanah pada lokasi tanaman di tanah mineral yang ditanam tahun 1999 adalah seperti tercantum dalam Tabel 1, dan tahun tanam 2009 pada Tabel 2.

Dari kedua tabel tersebut diketahui kecenderungan pertama, sifat kimia tanah mineral pada tanaman sawit yang tua umurnya, maka kandungan C-organiknya lebih rendah dari pada pada tanah dengan umur tanaman sawit lebih muda. Kedua, kandungan kalium (K) dan Natrium (Na) untuk tanah pada tanaman sawit yang lebih tua, juga lebih tinggi masing-masing (0,12 & 0,22) dari

Page 33: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 17

pada tanah di mana tanaman sawit ditanam pada tahun yang lebih muda (2009). Tabel 1. Sifat kimia tanah dan hasil analisis laboratorium tanah

mineral tahun tanam 1999 dan berdasarkan kriteria Badan Penelitian Tanah tahun 2005

No. Sifat tanah Hasil analisis Hasil Penilaian1 C-organik (%) 2.0 Rendah2 N-Total (%) 0.26 Rendah3 P2O5 (ppm) 27.09 Rendah-Sedang4 Ca (%) 0.62 Sangat Rendah5 Mg (%) 0.27 Sangat Rendah6 K (%) 0.12 Sangat Rendah7 Na (%) 0.22 Sangat Rendah-Rendah8 KTK 11.269 Kejenuhan basa

(%)10.92 Sangat Rendah

10 pH (H2O) 4.20 Sangat asam

Tabel 2. Sifat kimia tanah dan hasil analisis laboratorium tanah mineral tahun tanam 2009 dan berdasarkan kriteria Badan Pene-

litian Tanah tahun 2005

No. Sifat tanah Hasil analisis Hasil Penilaian1 C-organik (%) 2.39 Rendah-Sedang2 N-Total (%) 0.30 Sangat Rendah3 P2O5 (ppm) 20.11 Rendah4 Ca (%) 0.66 Sangat Rendah5 Mg (%) 0.34 Sangat Rendah6 K (%) 0.16 Sangat Rendah-Rendah7 Na (%) 0.31 Sangat Rendah-Rendah

Page 34: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 18

No. Sifat tanah Hasil analisis Hasil Penilaian8 KTK 12.449 Kejenuhan basa

(%)11.82 Sangat Rendah

10 pH (H2O) 4.38 Sangat asam

Berdasarkan hasil analisis sampel tanah dan gambut yang dilakukan di laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, maka diketahui bahwa kondisi terkini untk kesuburan tanah pada lokasi tanam lahan bergambut tahun 1999 adalah seperti tercantum dalam Tabel 3 dan tahun tanam 2010 pada Tabel 4. Tabel 3. Sifat kimia tanah dan hasil analisis laboratorium tanah

gambut tahun tanam 1999 dan berdasarkan kriteria Badan Penelitian Tanah tahun 2005

No. Sifat tanah Hasil analisis Hasil Penilaian1 C-organik (%) 47.17 Sangat Tinggi2 N-Total (%) 2.07 Sangat Tinggi3 P2O5 (ppm) 254.08 Sangat Tinggi4 Ca (%) 2.25 Sangat rendah-Rendah5 Mg (%) 1.82 Rendah-Sedang6 K (%) 0.41 Rendah-Sedang7 Na (%) 0.76 Sedang8 KTK 104.629 Kejenuhan basa

(%)5.01 Sangat rendah

10 pH (H2O) 4.00 Sangat asam

Page 35: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 19

Tabel 4. Sifat kimia tanah dan hasil analisis laboratorium tanah gambut tahun tanam 2010 dan berdasarkan kriteria Badan Pene-

litian Tanah tahun 2005

No. Sifat tanah Hasil analisis Hasil Penilaian1 C-organik (%) 46.4 Sangat Tinggi2 N-Total (%) 2.04 Sangat Tinggi3 P2O5 (ppm) 8.8 Sangat Rendah4 Ca (%) 1.69 Sangat Rendah5 Mg (%) 0.84 Sangat Rendah-Redah6 K (%) 0.43 Rendah-Sedang7 Na (%) 0.75 Sangat Rendah8 KTK 97.989 Kejenuhan basa

(%)3.79 Sangat Rendah

10 pH (H2O) 3.72 Sangat asam

Dari uji laboratorium tanah gambut dari dua tabel di atas, diketahui kecenderungan pertama, kadar C-organik tanah gambut baik pada sekitar tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tahun 1999 maupun 2010 sama-sama memiliki kandungan yang sangat tinggi yaitu 47,17 dan 46,4. Kedua, kandungan senyawa kimia difosfor pentaoksida (P2O5) pada tanah gambut dari tanaman yang tua umurnya (1999) sangat tinggi (254,08), sementara pada tanaman yang lebih muda (2010) malah sangat rendah yaitu hanya 8,8. Senyawa kimia ini berkaitan dengan tingkat kesuburan tanah. Fosfor adalah unsur hara tanah yang bersifat makro dan sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfor berfungsi mengangkut energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembuangan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan

Page 36: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 20

sel tanaman. Bila saja tanaman kekurangan fosfor maka buahnya akan kerdil dan daunnya tidak hijau melainkan keungu-unguan atau kemerahan (Arsyad, 2011)1.

Hasil Pengukuran Lapangan Tentang Kondisi Biomassa

Di lokasi tanah mineral, berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan perhitungan kadar air bagian-bagian tanaman yang ditanam di tanah mineral yang dilakukan di laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, adalah tercantum dalam Tabel 5. Untuk tahun tanam 1999 dan Tabel 6 untuk tahun tanam 2015.

Tabel 5. Kadar air bagian-bagian tanaman kelapa sawit dan berat kering biomassa yang ditanam di tanah mineral tahun

tanam 1999

No. Bagian NilaiKadar Air

(%)Berat

Kering1 Diameter bawah 63- 68 cm2 Diameter pucuk 42- 46 cm3 Tinggi 5.5 meter

Biomassa (kg)1 Batang 1429 70.89 411.162 Buah sawit segar 93.1 32.35 63.033 Bunga jantan 2.75 27.78 1.454 Bungan Betina 5.75 72.42 1.735 Pelepah segar 145 63.59 53.66 Daun segar 232.75 38.29 143.657 Tanaman di batang 3.75 61.96 1.39

Total 676.5

1 D a l a m h t t p : / / c h y l e n z o b r y n . b l o g s p o t . c o . i d / 2 0 1 1 / 0 5 / v -behaviorurldefaulttvmlo.html?=1

Page 37: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 21

Tabel 6. Kadar air bagian-bagian tanaman kelapa sawit dan berat kering biomassa yang ditanam di tanah mineral tahun tanam

2015

No. Bagian NilaiKadar Air

(%)Berat

Kering1 Diameter bawah cm2 Diameter pucuk cm3 Tinggi meter

Biomassa (kg)1 Batang 66.5 72.69 17.962 Buah sawit segar 2.5 70.52 1.523 Pelepah segar 27 62.34 9.164 Pelepah+Daun 22.5 36.05 13.16

Total 44.54

Dari tabel 5 dan 6 di atas kita dapat mengetahui kadar air dan berat kering kandungan biomassa dari tanaman yang ditanam di tanah mineral. Kandungan biomassa pada bagian buah sawit segar dari tanaman sawit yang ditanam pada tahun 1999 lebih tinggi (93,1) dari pada buah sawit segar yang ditanam pada tahun 2015 yang hanya 2,5. Namun demikian kandungan airnya lebih rendah yaitu 32,35 berbanding 70,56.

Sementara itu, pada lokasi lahan bergambut, diketahui berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan perhitungan kadar air bagian-bagian tanaman yang ditanam di lahan bergambut yang dilakukan di laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, adalah tercantum dalam Tabel 7. Untuk tahun tanam 1999 dan Tabel 8 untuk tahun tanam 2010.

Page 38: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 22

Tabel 7. Kadar air bagian-bagian tanaman kelapa sawit dan berat kering biomassa yang ditanam di lahan bergambut tahun

tanam 1999

No. Bagian NilaiKadar Air

(%)Berat Kering

(kg)1 Diameter bawah 56 cm2 Diameter pucuk 38 cm3 Tinggi 9 meter

Biomassa (kg)1 Batang 1304 70.31 387.162 Buah sawit segar 64.6 59.59 26.163 Bunga jantan 1.8 30.31 1.254 Bungan Betina 2.8 85.45 0.415 Pelepah 63 53.7 19.876 Pelepah 263.5 53.7 1227 Daun 87.75 51.52 42.548 Tanaman di batang 5.9 56.32 2.58

Total 1793.1 601.96

Tabel 8. Kadar air bagian-bagian tanaman kelapa sawit dan berat kering biomassayang ditanam di lahan bergambut

tahun tanam 2010

No. Bagian NilaiKadar Air

(%)Berat

Kering1 Diameter bawah 78 cm2 Diameter pucuk 47 cm3 Tinggi 2 meter

Page 39: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 23

No. Bagian NilaiKadar Air

(%)Berat

KeringBiomassa (kg)

1 Batang 300.75 66.49 94.442 Buah sawit segar 28 58.11 10.933 Bunga jantan 2 54.91 0.894 Bungan Betina 2.5 71.34 0.725 Pelepah 127.58 45.74 86.386 Daun 53.18 48.9 28.6

Total

Dari tabel 7 dan 8 dapat diketahui kandungan biomassa dari kelapa sawit yang ditanam di tanah gambut sangat atau lebih tinggi dibanding kandungan biomassa pada tanaman sawit yang ditanam di tanah mineral. Secara lebih detail, dua tabel di atas juga memperlihatkan kandungan biomassa dari tanaman sawit yang lebih tua (ditanam 1999) lebih tinggi (1304) dari pada tanaman sawit yang beriusia tanam lebih muda (300,75). Demikian pula untuk kandungan airnya, masing-masing 70,31 dan 66,49. Kedua, kandungan biomassa pada bagian buah dari tanaman sawit yang berusia tua memiliki kadar lebih tinggi (64,6) dibandingkan pada buah segar dari tanaman yang berusia lebih muda (ditanam tahun 2010) yang hanya sebesar 28.

Hasil Pengukuran Lapangan Biomassa Tumbuhan Bawah, Sserasah dan Nekromas

Di lokasi tanah mineral, berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan perhitungan kadar air tumbuhan bawah, serasah kering dan nekromas, yang dilakukan di laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Kalimantan

Page 40: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 24

Barat, adalah tercantum dalam Tabel 9 berikut ini. Dari tabel 9 ini diketahui kayu busuk dengan berat basah 8,9 kg memiliki kadar air mencapai 66,5.

Tabel 9. Kondisi biomassa tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999

pada plot berukuran 9 m2

No. Jenis Berat basah

(kg)Kadar Air

(%)Berat

kering (kg)1 Tumbuhan bawah 7 43.31 3.972 Kayu busuk 8.9 66.5 2.98

Total 15.9 6.95

Lalu, berdasarkan hasil pengukuran lapamgan perhitungan kadar air tumbuhan bawah, serasah kering dan nekromas, di lokasi lahan bergambut yang dilakukan di laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, adalah tercantum dalam Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Kondisi biomassa tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999

di lahan gambut pada plot ukuran 9 m2

No. Jenis Berat basah

(kg)Kadar Air

(%)Berat kering

(kg)1 Tumbuhan bawah 9 71.35 2.602 Kayu busuk 18 52.72 8.51

Total 27 11.11

Page 41: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 25

Tabel 11. Kondisi biomassa tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit tahun tanam 2010

di lahan gambut

No. JenisBerat ba-sah (kg)

Kadar Air (%)

Berat kering (kg)

1 Tumbuhan bawah 8 56.55 3.482 Kayu busuk 59 30.33 41.69

Total 45.17

Kandungan karbon pada bagian-bagian tanaman per batang dan per hektar

Berdasarkan perhitungan biomassa kering dengan faktor pengali 0.47 (BSN, 2011) untuk mendapatkan karbon tersimpan dipermukaan untuk tanaman kelapa sawit di tanah mineral untuk tahun tanam 1999 adalah seperti tampak pada Tabel 12 dan Tabel 13 untuk tahun tanam 2015.

Tabel 12. Kandungan karbon tersimpan tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999

No. Bagian tanamanBerat

kering (kg/batang)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

Prosentase(%)

1 Batang 411.16 25.51 60.82 Buah sawit segar 63.03 3.91 9.323 Bunga jantan 1.45 0.09 0.214 Bungan Betina 1.73 0.11 0.265 Pelepah dan daun 53.6 12.24 29.186 Tanaman di batang 1.39 0.09 0.21

Total 676.5 41.95

Page 42: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 26

Tabel 13. Kandungan karbon tersimpan tanaman kelapa sawit tahun tanam 2015

No. Bagian tanamanBerat

kering (kg/batang)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

Prosentase(%)

1 Batang 17.96 1.11 43.022 Buah sawit segar 1.52 0.09 3.493 Pelepah dan Daun 22.32 1.38 53.49

Total 44.54 2.58

Sementara, untuk lokasi tanam lahan bergambut, berdasarkan perhitungan biomassa kering dengan faktor pengali 0.47 (BSN, 2011) untuk mendapatkan karbon tersimpan dipermukaan untuk tanaman kelapa sawit di lahan bergambut untuk tahun tanam 1999 adalah seperti tampak pada Tabel 14 dan Tabel 15 untuk tahun tanam 2010.

Tabel 14. Kandungan karbon tersimpan tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999 tanam di lahan bergambut

No. Bagian tanamanBerat

kering (kg/batang)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

Prosentase(%)

1 Batang 387.16 24.02 64.32 Buah sawit segar 26.16 1.62 4.343 Bunga jantan 1.25 0.08 0.214 Bungan Betina 0.41 0.03 0.085 Pelepah dan daun 184.41 11.44 30.636 Tanaman di batang 2.58 0.16 0.43

Total 601.96 37.35

Page 43: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 27

Tabel 15. Kandungan karbon tersimpan tanaman kelapa sawit tahun tanam 2010 tanam di lahan bergambut

No. Bagian tanamanBerat

kering (kg/batang)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

Prosentase(%)

1 Batang 94.44 5.86 42.532 Buah sawit segar 10.93 0.68 4.933 Bunga jantan 0.89 0.06 0.434 Bungan Betina 0.72 0.05 0.365 Pelepah 86.38 5.36 38.896 Daun 28.6 1.77 12.84

Total 221.96 13.78

Dari tabel 14 dan 15 kita dapat menyimak penjelasan bahwa berat kering, kandungan karbon dari tanaman sawit yang berusia lebih tua di lahan bergambut memiliki kadar lebih berat untuk berat kering(387,16 : 94,44) dan lebih tinggi untuk kandungan karbon (24,02 : 5,86). Demikian pula untuk bagian buah segarnya. Kandungan karbon pada buah segar dari tanaman sawit yang berusia tua di lahan gambut ternyata lebih tinggi yaitu mencapai 1,62. Sementara pada tanaman sawit yang berusia lebih muda dan ditanam di tanah bergambut hanya mencapai 0,68. Meski diambil hanya dari satu sampel dan berbeda tanaman, bukan tidak mungkin dalam perkembangan mendatang, tanaman sawit yang saat ini massih berusia muda, kelak jika semakin tua usianya, maka kandungan karbonya akan semakin tinggi.

Kandungan karbon pada tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit per hektar

Di lokasi tanam bertanah mineral, berdasarkan perhitungan biomassa kering dengan faktor pengali 0.47 (BSN, 2011) untuk

Page 44: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 28

mendapatkan karbon tersimpan dipermukaan pada tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit per ha untuk tahun tanam 1999 adalah seperti tampak pada Tabel 16.Tabel 16. Kandungan karbon tersimpan pada tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit per ha pada

tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999

No. JenisBerat ker-

ing (kg/m2)

Berat kering (Ton/ha)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

1 Tumbuhan bawah 0,44 4.4 2.072 Nekromas dan

serasah kering0,33 3.3 1.55

Total 0,77 7.7 3.62

Dari tabel di atas dapat diketahui, kandungan karbon yang tersimpan pada tanaman sawit yang ditanam tahun 1999 pada tanah mineral memiliki kadar 2,07 untuk tumbuhan bawah dan 1,55 untuk nekromass dan serasah kering, atau dengan jumlah total 3,62.

Lalu di lokasi lahan bergambut, berdasarkan perhitungan biomassa kering dengan faktor pengali 0.47 (BSN, 2011) untuk mendapatkan karbon tersimpan dipermukaan pada tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit di lahan bergambut per ha untuk tahun tanam 1999 adalah seperti tampak pada Tabel 17 dan Tabel 18 untuk tahun tanam 2015.

Dari tabel 17 dan 18 di bawah ini, pertama kiranya kita dapat membedakan kandungan karbon tanaman sawit yang ditanam di tanah bergambut ternyata lebih tinggi dari pada tanaman sawit yang ditanam di tanah mineral. Kedua, kandungan karbon tanaman sawit yang berusia lebih tua lebih rendah (5,88) dari pada tanaman yang berusia lebih muda (23,59).

Page 45: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 29

Tabel 17. Kandungan karbon tersimpan pada tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit per ha pada

tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999

No. JenisBerat

kering (kg/m2)

Berat kering (Ton/ha)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

1 Tumbuhan bawah 0.30 3.0 1.412 Nekromas dan

serasah kering0.95 9.5 4.47

Total 1.25 12.5 5.88

Tabel 18. Kandungan karbon tersimpan pada tumbuhan bawah, serasah dan nekromas pada tanaman kelapa sawit per ha pada

tanaman kelapa sawit tahun tanam 2010

No. JenisBerat

kering (kg/m2)

Berat kering (Ton/ha)

Karbon tersimpan (Ton/Ha)

1 Tumbuhan bawah 0.39 3.9 1.832 Nekromas dan

serasah kering4.63 46.3 21.76

Total 5.02 50.2 23.59

Page 46: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 30

BAB 4Kesuburan Tanah

dan Ketersediaan Karbon------------------------------------------------------------------------------------

1. Kesuburan tanah di areal tanaman kelapa sawit di tanah mineral tahun tanam 1999 dan 2009

Berdasarkan hasil analisis laboratorium dan kriteria Badan Penelitian Tanah (BPT) tahun 2005 seperti tampak pada Tabel 1 dan 2, diketahui bahwa kesuburan tanah di tanah

mineral tahun tanam 1999 dan 2009 adalah sangat miskin hara karena hampir semua unsur hara berada dalam kondisi sangat rendah dan rendah, yaitu Ca, MG, K, Na, N-Total, P2O5, serta didukung pula oleh pH tanah yang sangat masam. Kondisi ini tentu saja memang menegaskan bahwa tanah tersebut berada dalam kondisi miskin hara dan sangat tidak produktif. Kehadiran kelapa sawit dengan kondisi seperti sekarang ini, sebenarnya masih dapat ditingkatkan produksinya, namun tentu saja dengan kerja keras dan biaya yang cukup.

2. Kesuburan tanah di areal tanaman kelapa sawit di lahan bergambut tahun tanam 1999 dan 2010

Berdasarkan hasil analisis laboratorium dan kriteria Badan Penelitian Tanah (BPT) tahun 2005 seperti tampak pada Tabel 3 dan 4, memang menegaskan bahwa lahan tersebut bergambut

Page 47: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 31

yang dicirikan dengan kadar C-organik yang sangat tinggi serta didukung pula oleh pH yang sangat asam yang berkisar antara 3.72-4.00. Dapat pula dimengerti kemudian bahwa unsur hara seperti Ca, MG, K dan Na berada pada posisi yang sangat rendah, yang menunjukkan bahwa lahan tersebut bergambut yang sangat asam dengan miskin hara. Kondisi lahan seperti ini sejatinya masuk ke dalam lahan bergambut yang tidak produktif, sehingga oleh karenanya dicari jenis komoditi yang cocok, dimana tampaknya tanaman kelapa sawit merupakan salah satunya. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, maka diperlukan penambahan unsur hara pada level cukup yang harus dilakukan secara bertahap dan tentu saja diiringi pengaturan air yang benar.

3. Karbon tersimpan pada tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral tahun tanam 1999 dan 2009

Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan hasil analisa laboratorium maka diketahui berat kering per batang tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999 adalah 676.5 kg atau setara dengan 41.95 ton C/ha, sementara untuk tahun tanam 2015 adalah 44.54 kg/batang atau setara dengan 2.58 Ton C/ha. Sementara itu berat kering tumbuhan bawah, serasah dan nekromas untuk tahun taman 1999 adalah 0.77 kg/m2 atau setara dengan 3.62 Ton C/ha. Data ini memastikan bahwa di setiap ha tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral untuk yang belokasi di tanam tahun 1999 tersedia karbon dengan jumlah 45.57 Ton C/ha.

4. Karbon tersimpan pada tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan bergambut tahun tanam 1999 dan 2010

Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan hasil analisa laboratorium maka diketahui berat kering per batang tanaman kelapa sawit tahun tanam 1999 adalah 601.96 kg atau setara dengan 37.35 ton C/ha, sementara untuk tahun tanam 2010 adalah

Page 48: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 32

221.96 kg/batang atau setara dengan 13.78 Ton C/ha. Sementara itu berat kering tumbuhan bawah, serasah dan nekromas untuk tahun tanam 1999 adalah 1.25 kg/m2 atau setara dengan 5.88 Ton C/ha; untuk tahun tanam 2010 yaitu 5.02 kg/m2 atau setara dengan 23.59 Ton C/Ha. Data ini memastikan bahwa di setiap ha tanaman kelapa sawit yang ditanam tahun 1999 di lahan gambut tersimpan sekitar 43.23 Ton C/ha sementara untuk tahun tanam 2010 yaitu sekitar 37.37 Ton C/ha, besarnya nilai tersebut karena tingginya nilai nekromas.

Page 49: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 33

BAB 5 Kesimpulan

------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan hasil analisa laboratorium maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kesuburan tanah di tanah mineral tahun tanam 1999 dan 2009 adalah sangat miskin hara karena hampir semua unsur hara berada dalam kondisi sangat rendah dan rendah, yaitu Ca, MG, K, Na, N-Total, P2O5, serta didukung pula oleh pH tanah yang sangat masam. Kondisi ini tentu saja memang menegaskan bahwa tanah tersebut berada dalam kondisi miskin hara dan sangat tidak produktif.

2. Kesuburan tanah pada lahan bergambut tahun tanam 1999 dan 2010, adalah miskin hara karena Ca, MG, K dan Na pada kriteria sangat rendah, sangat masam dan dengan Kadar C-organik yang sangat tinggi. Kondisi lahan seperti ini sejatinya masuk ke dalam lahan bergambut yang tidak produktif.

3. Pada setiap ha tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral untuk yang belokasi di tahun 1999 tersedia karbon 45.57 Ton C/ha.

4. Pada setiap ha tanaman kelapa sawit yang ditanam tahun 1999 di lahan gambut tersimpan sekitar 43.23 Ton C/ha, sementara untuk tahun tanam 2010 yaitu sekitar 37.37 Ton C/ha, besarnya nilai tersebut karena tingginya nilai nekromas.

Page 50: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 34

Page 51: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 35

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,Air, dan Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan. Jakarta: SNI 7724:2011.

Page 52: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi
Page 53: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

PANDUAN REDUKSI GAS RUMAH KACA TANAMAN

KELAPA SAWIT PEKEBUN, KABUPATEN SINTANG,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Page 54: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 38

Page 55: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 39

BAB 1Apa itu Gas Rumah Kaca?

------------------------------------------------------------------------------------

Gas Rumah Kaca (GRK) adalah istilah untuk menyebut gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali

radiasi inframerah (Balitbangtan, 2011). GRK utama dari pertanian adalah CO2 (karbondioksida), CH4 (metana), dan N2O (dinitrogen oksida), CFCs (chlorofluorocarbon), dll. Inventory atau Inventarisasi GRK adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai sumber emisi (source) dan penyerapnya (sink), termasuk simpanan karbon (carbon stock). Emisi GRK adalah lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer pada area tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data Aktivitas adalah besaran kuantitatif kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat melepaskan dan/atau menyerap GRK. Faktor Emisi adalah besaran emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer per satuan aktivitas tertentu.

Gupta (1997) membuat skenario dampak terhadap lingkungan di Indonesia pada tahun 2070 apabila emisi GRK tidak ditekan, yaitu: (i) kenaikan permukaan air laut 60 cm yang akan menyebabkan 3.3 juta penduduk pesisir pantai mengungsi; (ii) di sektor kesehatan, perubahan iklim global menyebabkan meningkatnya kasus malaria dari 2.075 pada tahun 1989 menjadi

Page 56: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 40

3.246 pada tahun 2.070; (iii) 1.000 km jalan akan hilang beserta lima pelabuhan laut; (iv) 800,000 ha sawah akan mengalami salinasi dan produksi padi menurun 2,5%, jagung 20%, kedelai 40%. Total kerugian di bidang pertanian diperkirakan mencapai Rp 23 trilyun tahun-1; dan (v) 300,000 ha perikanan tepi pantai akan hilang dan 25% hutan bakau akan rusak. Semua permasalahan ini dapat menyebabkan kerugian sekitar US$ 113 milyar.

Pemanasan global juga diperkirakan meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim. Menurut Boer (2002) apabila konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat dua kali lipat dari konsentrasi CO2 saat ini, maka diperkirakan frekuensi kejadian ENSO (El-Nino and Southern Oscilation) akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadi sekali dalam 2-5 tahun. Apabila konsentrasinya meningkat tiga kali lipat, frekuensi kejadian menjadi sekali dalam 2-3 tahun. Selain itu, intensitas ENSO juga diperkirakan meningkat dua sampai tiga kali lipat.

Emisi GRK dari sektor pertanian diduga berasal dari emisi: (1) metan (CH4) dari budidaya padi sawah (2) karbon dioksida (CO2) karena penambahan bahan kapur dan pupuk urea, (3) dinitrogen oksida (N2O) dari tanah, termasuk emisi N2O tidak langsung dari penambahan N ke tanah karena penguapan/pengendapan dan pencucian, dan (4) non-CO2 dari biomas yang dibakar pada aktivitas pertanian. Untuk menghitung emisi dari sektor pertanian perlu disiapkan data aktivitas seperti luas tanam, luas panen, jenis tanah, dan data hasil penelitian seperti dosis pupuk dan kapur pertanian.

Pertanian menyumbangkan sekitar 10-12 % dari total emisi gas rumah kaca (GRK) global, dimana 60%-nya adalah gas nitrous oxide (N2O) dan 40%-nya adalah metana (CH4). Sumber utama emisi N2O dari lahan pertanian adalah dari penggunaan pupuk N. Sejak tahun 1950, konsumsi pupuk N sintetis secaraglobal telah meningkat dari sekitar 10 menjadi 100 juta ton N di tahun 2008

Page 57: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 41

(Robertson and Vitousek, 2009), dengan input N global pada sistem pertanian yang berasal dari pupuk buatan meningkat lebih dari40 kali lipat sejak 1930 (Mosier et al, 1999). Asia mengkonsumsi 58,6% dari total konsumsi pupuk dunia(FAO, 2010). Kebutuhan pangan dan energi meningkat seiring dengan peningkatan populasi manusia, hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan pupuk N buatan(untuk meningkatkan hasil panen), yang pada akhirnyamenyebabkan peningkatan emisi nitrous oxide (N2O).

Emisi N2O akibat kegiatan manusia (baik dari pertanian,maupun di luar pertanian) mengalami peningkatansebesar 150 juta ton N/tahun (Mosier, 2001), dengan konsentrasi N2O global di atmosfer sebesar 320 ppbv,sementara pada masa pra industrialisasi hanya sebesar 270 ppbv (Forster et al. 2007). Untuk menekan laju emisi GRK bukanlah suatu pekerjaan mudah, sebab sumber pelepasan GRK berhubungan erat dengan berbagai sektor yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia seperti energi, industri, pertanian, kehutanan, dan pengelolaan limbah

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK pada tahun 2020 sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai 41% jika mendapatkan bantuan internasional dari kondisi tanpa adanya intervensi aksi mitigasi (business as usual/BAU) dan pada COP 21 di Paris Perancis, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan komitmen Indonesia tahun 2030 yang akan menurunkan emisi sebesar 29% (skenario fair/menggunakan kemampuan sendiri) dan menjadi 41% (skenario ambisius/jika mendapat dukungan Internasional).

Page 58: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 42

BAB 2Upaya Mengurangi Emisi GRK

------------------------------------------------------------------------------------

Prinsip Pokok RAN GRK

Sebagai bagian pengejewantahan komitmen Pemerintah Indonesia terhaddap kesepakatan penurunan emisi GRK, pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN)

menurunkan emisi GRK. Substansi RAN ini menyangkut beberapa hal pokok yang berkaitan satu sama lain dan patut diperhitungkan. Hal-hal pokok tersebut meliputi:1. Optimalisasi lahan2. Penerapan teknologi budidaya tanaman3. Pemanfaatan pupuk organik dan biopestisida4. Pengembangan areal perkebunan (sawit, karet, kakao) di

lahan tidak berhutan/lahan terlantar/lahan terdegradasi /Areal Penggunaan Lain (APL)

5. Pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk biogas

6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Rendah Emisi dan metodologi MRV di lahan pertanian

Teknologi Mitigasi

Program-program mitigasi di lahan sawah, lahan gambut,

Page 59: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 43

peternakan dan perkebunan yang mendukung pelaksanaan Perpres 61/2011 adalah sebagai berikut:1. Penggunaan varietas padi rendah emisi gas CH4.2. Penggunaan limbah pertanian untuk bioenergi dan kompos.3. Pengembangan pupuk organik untuk peningkatan simpanan

karbon dalam tanah.4. Pengembangan teknologi biogas dan pakan untuk mengurangi

emisi GRK dari ternak.5. Optimasi lahan pertanian dengan meningkatkan produktivitas

dan indeks Pertanaman melalui dukungan inovasi teknologi rendah emisi GRK.

6. Perluasan areal pertanian dan perkebunan di lahan tidak produktif/terdegradasi.

7. Rehabilisasi, reklamasi, dan revitalisasi lahan gambut terlantar dan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan (tatakelola air dan ameliorasi).

8. Pengembangan teknologi pengelolaan lahan tanpa bakar.9. Pengembangan ICEF (Indonesian Carbon Efficient Farming),

ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), dan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari).

10. Penelitian dan pengembangan teknologi rendah emisi dan MRV di sektor pertanian.

11. Pengembangan Early Warning System (sistem peringatan dini) terhadap Kebakaran untuk mengurangi risiko kebakaran pada musim kemarau ekstrim, terutama di lahan gambut.

Kebijakan Sektor Pertanian dalam Mitigasi Perubahan Iklim

Menyikapi perubahan iklim, kebijakan pembangunan pertanian secara umum adalah meminimalisasi dampak negatif dari fenomena alam tersebut, agar sasaran pembangunan pertanian tetap dapat dicapai (Balitbangtan, 2011). Kebijakan juga

Page 60: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 44

diarahkan untuk meningkatkan peran sektor pertanian, terutama subsektor perkebunan dan subsektor pertanian di lahan gambut, dalam menurunkan emisi GRK.

Secara rinci, kebijakan yang akan ditempuh adalah: (1) meningkatkan pemahaman petani dan pihak terkait dalam mengantisipasi perubahan iklim; (2) meningkatkan kemampuan sektor pertanian untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, termasuk membangun sistem asuransi perubahan iklim; (3) merakit dan menerapkan teknologi tepat guna dalam memitigasi emisi GRK, dan (4) meningkatkan kinerja penelitian dan pengembangan di bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Sumber GRK di Sektor Pertanian

Sumber emisi utama GRK terdiri atas CO2, N2O dan CH4. Gas CO2

diserap dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan dilepaskan melalui respirasi, dekomposisi, dan pembakaran bahan organik (Balitbangtan, 2011). Gas N2O terutama diemisikan sebagai hasil samping proses nitrifikasi dan denitrifikasi, sedangkan gas CH4 diemisikan melalui proses metanogenesis pada kondisi an-aerob dalam tanah, penyimpanan pupuk kandang melalui proses enteric fermentation, dan akibat pembakaran tidak sempurna pada pembakaran bahan organik (Balitbangtan, 2011). Gas lain yang dihasilkan dari proses pembakaran adalah NOx, NH3, NMVOC dan CO yang disebut emisi tidak langsung.

Gas-gas tersebut merupakan pemicu (precursor) dalam pembentukan GRK di atmosfer. Emisi tidak langsung juga terjadi dari proses pencucian atau aliran permukaan yang membawa senyawa nitrogen, terutama NO3 yang kemudian dapat dikonversi menjadi N2O melalui proses denitrifikasi (IPCC, 2006). Menurut IPCC (2006), sumber GRK dari aktivitas pertanian dikelompokkan sebagai berikut: 1) enteric fermentation, 2) pengelolaan limbah ternak, 3) pembakaran pada aktivitas pertanian (grassland

Page 61: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 45

burning), 4) pembakaran padang rumput, 5) penggunaan kapur pertanian, 6) pemupukan urea, 7) emisi langsung dan tidak langsung N2O dari tanah, dan 8) lahan sawah irigasi.

Gb 1. Sumber GRK dari Aktivitas Pertanian

Secara rinci, kebijakan yang akan ditempuh adalah: (1) meningkatkan pemahaman petani dan pihak terkait dalam mengantisipasi perubahan iklim; (2) meningkatkan kemampuan sektor pertanian untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, termasuk membangun sistem asuransi perubahan iklim; (3) merakit dan menerapkan teknologi tepat guna dalam memitigasi emisi GRK, dan (4) meningkatkan kinerja penelitian dan pengembangan di bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Sumber GRK di Sektor Pertanian

Sumber emisi utama GRK terdiri atas CO2, N2O dan CH4. Gas CO2 diserap dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan dilepaskan melalui respirasi, dekomposisi, dan pembakaran bahan organik (Balitbangtan, 2011). Gas N2O terutama diemisikan sebagai hasil samping proses nitrifikasi dan denitrifikasi, sedangkan gas CH4 diemisikan melalui proses metanogenesis pada kondisi an-aerob dalam tanah, penyimpanan pupuk kandang melalui proses enteric fermentation, dan akibat pembakaran tidak sempurna pada pembakaran bahan organik (Balitbangtan, 2011). Gas lain yang dihasilkan dari proses pembakaran adalah NOx, NH3, NMVOC dan CO yang disebut emisi tidak langsung.

Gas-gas tersebut merupakan pemicu (precursor) dalam pembentukan GRK di atmosfer. Emisi tidak langsung juga terjadi dari proses pencucian atau aliran permukaan yang membawa senyawa nitrogen, terutama NO3 yang kemudian dapat dikonversi menjadi N2O melalui proses denitrifikasi (IPCC, 2006). Menurut IPCC (2006), sumber GRK dari aktivitas pertanian dikelompokkan sebagai berikut: 1) enteric fermentation, 2) pengelolaan limbah ternak, 3) pembakaran pada aktivitas pertanian (grassland burning), 4) pembakaran padang rumput, 5) penggunaan kapur pertanian, 6) pemupukan urea, 7) emisi langsung dan tidak langsung N2O dari tanah, dan 8) lahan sawah irigasi.

Gb 1. Sumber GRK dari Aktivitas Pertanian

Proses enteric fermentation mengemisikan CH4, sedangkan pengelolaan limbah ternak menghasilkan emisi CH4 dan N2O. Emisi N2O dari lahan pertanian bersumber dari pupuk N, pengelolaan sisa tanaman, bahan organik, dan konversi lahan yang menyebabkan mineralisasi bahan organik tanah. Emisi CO2 bersumber dari pengapuran dan pemupukan urea. Emisi non-CO2 dihasilkan dari pembakaran sisa tanaman seperti jerami (padi, jagung, tebu) dan dari pembakaran yang dilakukan pada saat konversi

enteric fermentation

pengelolaan limbah ternak

grassland burning

pembakaran padang rumput

pemupukan urea

penggunaan kapur pertanian

emisi langsung/tidak N2O dari tanah

Proses enteric fermentation mengemisikan CH4, sedangkan pengelolaan limbah ternak menghasilkan emisi CH4 dan N2O. Emisi N2O dari lahan pertanian bersumber dari pupuk N, pengelolaan sisa tanaman, bahan organik, dan konversi lahan yang menyebabkan mineralisasi bahan organik tanah. Emisi CO2 bersumber dari pengapuran dan pemupukan urea. Emisi non-CO2 dihasilkan dari pembakaran sisa tanaman seperti jerami (padi, jagung, tebu) dan dari pembakaran yang dilakukan pada saat konversi lahan. Sawah irigasi mengemisi CH4 akibat proses an-aerobik yang terjadi pada proses dekomposisi bahan organik pada tanah sawah yang tergenang dan dilepaskan ke atmosfer melalui tanaman (Conrad, 1989; Nouchi et al., 1990). Volume gas CH4 dari lahan sawah dipengaruhi oleh masa tanam, jenis irigasi, pupuk organik dan an-organik, jenis tanah, suhu, dan varietas (Minami, 1995).

Strategi Mitigasi Nasional

Sasaran penurunan emisi GRK sektor pertanian adalah pada sub-sektor tanaman pangan (Balitbangtan, 2011), perkebunan,

Page 62: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 46

peternakan, prasarana dan sarana pertanian, dan kegiatan pendukung (Litbang Pertanian). Pencapaian sasaran penurunan emisi GRK dari sektor pertanian diupayakan melalui sembilan program, enam di tanah mineral dan tiga di lahan gambut. Program mitigasi pada tanah mineral adalah (Balitbangtan, 2011): (1) pembukaan lahan tanpa bakar dan optimalisasi pemanfaatan lahan, (2) penerapan teknologi budidaya tanaman, (3) pemanfaatan pupuk organik dan bio-pestisida, (4) pengembangan areal perkebunan di lahan tidak berhutan, terlantar, dan terdegradasi atau areal penggunaan lain (APL), (5) pemanfaatan kotoran/urine ternak/limbah pertanian untuk bio-energi dan pupuk organik, dan (6) penelitian dan pengembangan teknologi rendah emisi dan metodologi MRV sektor pertanian. Program mitigasi di tanah gambut adalah: (1) pengelolaan lahan gambut melalui pertanian berkelanjutan sesuai dengan Permentan No.14/2009, (2) rehabilitasi, reklamasi, dan revitalisasi lahan gambut terlantar/terdegradasi pada areal pertanian, dan (3) penelitian dan pengembangan teknologi serta metodologi MRV pada areal pertanian di lahan gambut.

Page 63: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 47

BAB 3Peluang Pengurangan Emisi GRK

untuk Mengurangi Karbon------------------------------------------------------------------------------------

Mencegah pembakaran hutan dan lahan gambut

Penurunan emisi yang utama dapat dicapai dengan mengurangi emisi dari pembakaran hutan. Yakni dengan i) melarang pembakaran sebagai cara pintas membuka

dan menyiapkan lahan, ii) menyediakan teknologi yang tepat dan praktis (dan dimungkinkan pula insentif finansial) untuk pembersihan lahan manual, iii) mengembangkan sistem peringatan dini yang berdasarkan status resiko kebakaran dan deteksi kebakaran berbasis lapangan, iv) memperkuat pasukan pemadam kebakaran memastikan pelaksanaan yang kuat dan denda yang besar untuk pelanggaran aturan, dan v) membangun kesadaran publik akan akibat ekonomi dan sosial dari kebakaran hutan di provinsi.

Mengurangi Deforestasi Hutan Dengan Kebijakan alokasi dan Penggunaan Lahan yang lebih efektif dan meningkatkan produktivitas pertanian

Tidak memulai kegiatan ekonomi, seperti mengubah hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan tanaman pertanian lainnya adalah sebuah pendekatan alternatif untuk mengurangi emisi.

Page 64: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 48

Sebagai contoh dengan menggunakan lahan yang telah rusak dan bukan lahan hutan. Untuk lahan pertanian yang baru dengan membatasi atau menghentikan ekspansi pertanian ke lahan gambut dalam. Pendekatan ini juga akan menekankan peningkatan produktivitas pertanian pada lahan-lahan yang ada melalui pelatihan para petani dengan teknik intensifikasi pertanian dan melakukan diversifikasi terhadap pilihan tanaman.

Merehabilitasi lahan gambut yang tidak digunakan atau rusak

Mengurangi emisi lahan gambut melalui reboisasi dan rehabilitasi fungsi hidrologi lahan gambut yang rusak yang tidak memiliki nilai produksi makanan dan untuk lahan-lahan yang dilindungi oleh hukum. Di sini, para pendukung kunci akan menetapkan pedoman untuk proses-proses pembahasan.

Pencegahan Penurunan Cadangan Karbon

Kegiatan yang bertujuan untuk mencegah, menghindari, atau mengurangi penurunan cadangan karbon dari tipe tutupan lahan dengan cadangan karbon tinggi ke cadangan karbon rendah. Beberapa kegiatan yang masuk dalam kegiatan ini antara lain pengamanan (pencegahan pembalakan liar dan perambahan), perlindungan dan pencegahan kebakaran, kebijakan yang terkait dengan pengendalian alih guna lahan, serta kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki sistem tata kelola hutan dan menjaga stabilitas

Aplikasi pupuk organik tanah

Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dianggap sebagai aksi mitigasi dari kegiatan pertanian karena adanya peningkatan sekuestrasi atau penambatan karbon dalam tanah dengan asumsi pupuk organik sudah dalam kondisi terdekomposisi sehingga sudah dalam kondisi relatif stabil.

Page 65: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 49

Pengelolaan kotoran ternak

Kotoran ternak apabila disimpan di tempat terbuka akan menimbulkan emisi GRK. Akan tetapi apabila disimpan dalam biodigester, selain akan mengurangi emisi GRK terutama gas metana, gas yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif yang terbarukan. Contoh aksi mitigasi pada kelompok ini adalah BATAMAS/Biogas.

Page 66: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 50

BAB 4Sumber dan Estimasi Emisi

------------------------------------------------------------------------------------

Pupuk merupakan salah satu penyumbang emisi yang besar dalam dunia pertanian, sehingga penggunaannya harus mendapat perhatian yang khusus (Vijaya et al.

2008b). Terdapat dua jenis pupuk yang biasa digunakan dalam pertanian yakni pupuk sintetik dan pupuk organik. Pupuk yang sering digunakan dalam perkebunan sawit adalah urea, pupuk NPK, kieserit, MOP, dolomit, RP, dan TSP. Pupuk sintetik dapat menimbulkan emisi yang berasal dari produksi pupuk itu sendiri (penggunaan energi fosil selama produksi), transportasi pupuk ke lapangan, emisi langsung di lapangan baik secara fisik maupun mikroba tanah, dan emisi tidak langsung akibat re-deposisi (RSPO 2012).

Pestisida dan herbisida juga memberikan dampak terhadap lingkungan karena dapat menghasilkan emisi. Pestisida dan herbisida memiliki konversi emisi yang cukup besar (ISCC 2011). Inventori lain di perkebunan yang memberikan dampak lingkungan adalah penggunaan bahan bakar fosil seperti solar (IPCC 2006). Solar biasanya digunakan untuk menjalankan mesin pertanian atau transportasi selama di kebun. Pestisida dan herbisida digunakan pada waktu tertentu saja dalam artian tidak rutin digunakan. Penggunaan pestisida hanya jika kebun terserang hama seperti ulat api dan kumbang tanduk. Herbisida digunakan

Page 67: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 51

jika kondisi sekitar tanaman sawit terdapat banyak gulma sehingga perlu dibasmi agar tidak mengganggu pertumbuhan sawit (Nugroho,2014).

Analisis inventori selanjutnya adalah tahap transportasi tandan buah begar (TBS) dari kebun ke pabrik. Transportasi TBS dilakukan dengan menggunakan truk berbahan bakar solar. Kebutuhan solar inilah yang nantinya diperhitungkan penggunaannya karena penggunaan solar sebagai bahan bakar memberikan dampak langsung kepada lingkungan (IPCC 2006).

Emisi Karbondioksida (CO2) dari Pengapuran Tanah Pertanian

a. Estimasi Emisi

Panambahan kapur pertanian (pengapuran) bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman khususnya pada lahan pertanian. Penambahan karbonat ke tanah dalam bentuk kapur, misalnya batu kapur [CaCO3] atau dolomit [CaMg (CO3)2], menyebabkan emisi CO2 karena kapur karbonat larut dan melepaskan bikarbonat (2HCO3-), yang selanjutnya menjadi CO2dan air (H2O).

Emisi CO2 dari penambahan kapur karbonat kedalam tanah dapat diperkirakan dengan persamaan berikut.CO2-Emission = [(MLimestones x EFLimestones) + (MDolomites x EFDolomites)]Dimana : CO2-Emission Misi C tahunan dari aplikasi pengapuran,

ton C per tahunJumlah atau berat dari kapur Limestones (CaCO3) dan Dolomites (CaMg (CO3)2) yang diaplikasikan, ton per tahun

EF Faktor emisi, ton C per (limestones atau dolomites)

Catatan: Default IPCC (Tier 1) faktor emisi untuk limestone adalah 0.12 dan 0.13 untuk dolomite

Page 68: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 52

Kapur pertanian (dolomit) pada umumnya digunakan pada perkebunan kelapa sawit, lahan kering masam dan tanah gambut. Data konsumsi kapur tidak tersedia, sehingga konsumsi kapur diduga dari luas areal tanam dan dosis rekomendasi yang digunakan. Dosis dolomit yang biasa digunakan pada tanah sulfat masam adalah 2 ton/ha dan pada tanah gambut 0.5 ton/ha. dan biasanya diberikan 2 kali setahun pada musim hujan dan musim kemarau. Petani lahan kering pada tanah masam umumnya tidak menggunakan kapur dalam budidaya tanaman karena kapur sangat sulit didapatkan.

b. Contoh Perhitungan

Contoh perhitungan emisi CO2 dari penggunaan kapur pertanian sebagaimana diuraikan berikut ini.1). Data aktivitas

(1) Luas lahan kelapa sawit dilahan gambut (KLG) = 300.000 ha

(2) Luas lahan kelapa sawit di lahan kering masam (KKM) = 25.000 ha

(3) Dosis dolomit kelapa sawit pada tanah gambut (DG) = 1 ton/ha/tahun

(4) Dosis dolomit kelapa sawit pada lahan kering sulfat masam (DM) = 2 ton/ha/tahun

(5) EF dolomite = 0.13 (IPCC, 2006)2). Cara Perhitungan

(1) Menghitung konsumsi dolomit (M)M = (KLG x DG) + (KKM x DM)= (300.000 Ha x 1 ton/ha/th) + (25.000 ha x 2 ton/ha/

tahun)= 350.000 ton/tahun

Page 69: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 53

(2) Menghitung emisi CO2 dari penggunaan dolomit CO2-Emission = (MDolomites x EFDolomites)] = 350.000 ton/tahun x 0.13 = 45.500 ton C/tahun

Emisi Karbondioksida (CO2) dari Penggunaan Pupuk Urea

a. Estimasi Emisi

Penggunaan pupuk urea pada budidaya pertanian menyebabkan lepasnya CO2 yang diikat selama proses pembuatan pupuk. Urea (CO(NH2)2) diubah menjadi amonium (NH4+), ion hidroksil (OH-), dan bikarbonat (HCO3-) dengan adanya air dan enzim urease. Mirip dengan reaksi tanah pada penambahan kapur, bikarbonat yang terbentuk selanjutnya berkembang menjadi CO2 dan air.

Kategori sumber ini perlu dimasukkan karena pengambilan (fiksasi) CO2 dari atmosfer selama pembuatan urea diperhitungkan dalam sektor industri. Emisi CO2 dari penggunaan pupuk Urea dihitung dengan persamaan berikut.CO2-Emission = (MUrea x EFUrea)Di manaCO2-Emission Emisi C tahunan dari aplikasi Urea, ton CO2

per tahunMUrea jumlah pupuk Urea yang diaplikasikan, ton

per tahun EFUrea faktor emisi, ton C per (Urea)Catatan: Default IPCC (Tier 1) untuk faktor emisi urea adalah 0.20 atau setara dengan kandungan karbon pada pupuk urea berdasarkan berat atom (20% dari CO(NH2)2)

Jumlah pupuk urea yang digunakan dapat dihitung melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan data konsumsi urea nasional untuk sektor pertanian yang dikeluarkan oleh AP3I atau berdasarkan luas

Page 70: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 54

tanam dan dosis rekomendasi. Pupuk urea umumnya digunakan dalam budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Dalam menghitung jumlah pupuk tersebut digunakan beberapa asumsi agar jumlah pupuk urea yang dihitung sesuai dengan penerapan di lapangan. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Tanaman pangan

• Jumlah pupuk = luas tanam x dosis anjuran.2. Tanaman perkebunan

Perkebunan besar swasta atau BUMN memberikan pupuk sesuai anjuran, sedangkan perkebunan rakyat memberikan pupuk bervariasi sesuai kemampuannya. Faktor koreksi untuk perkebunan rakyat diasumsikan untuk kelapa sawit 80%; kopi, kakao, dan karet 40%; kelapa 30%; tebu, kapas dan tembakau 100 % dari dosis anjuran, sedangkanuntuk perkebunan besar faktor koreksi diasumsikan 100 %.• Jumlah pupuk = luas tanam x dosis anjuran x faktor

koreksi.3. Tanaman hortikultura

Perhitungan jumah pupuk untuk tanaman hortikultura (buah, sayuran dan tanaman hias) agak spesifik karena tanaman hortikulutur pada umumnya diusahakan secara tumpangsari dengan umur tanaman yang bervariasi. Asumsi yang digunakan antara lain: (1) luas areal tanam = 80% luas areal tanam, (2) dosis pupuk dihitung berdasarkan komoditas unggulan di

suatu wilayah, (3) dosis pupuk digunakan sebagai acuan adalah rata-rata

dosis anjuran komoditas hortikultura yang dikembangkan di wilayah tersebut.

Page 71: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 55

Pada dasarnya para petani hortikultura memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pupuk terutama untuk usaha tani sayuran dan tanaman hias, sedangkan untuk tanaman buah tahunan diperkirakan hanya 20 % petani yang melakukan pemupukan.• Jumlah pupuk = luas tanam x dosis anjuran x faktor koreksi

(luas dan dosis).Tabel 1. Dosis Anjuran Pupuk Urea Beberapa Komoditas

Pertanian, No., Jenis Tanaman, Dosis N (kg/ha) dan Urea (kg/ha)

No Jenis Tanaman Dosis N (kg/ha) Urea (kg/ha)A Tanaman Pangan

Padi 113 250Jadung 158 350Kedelai 25 56Kacang tanah 25 56Kacang Hijau 68 56Ubi kayu 68 150Ubi Jalar 68 150

B Tanaman HoltikulturaBuah-buahan 72 160Sayur-mayur 100 222Hias 42 93Biofarmaka 200 444

C Tanaman PerkebunanKaret 135 300Kelapa 90 200Kelapa Sawit 113 250Kopi 158 350Teh 90 200

Page 72: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 56

No Jenis Tanaman Dosis N (kg/ha) Urea (kg/ha)Kakau 200 444Tebu 158 351Tembakau 90 200Kapas 45 100

Sumber: Pawitan et.al (2009)

b. Contoh Perhitungan

Contoh perhitungan emisi CO2 dari penggunaan pupuk urea dan sebagaimana diuraikan berikut ini.1). Diketahui Data Aktivitas

• Luas tanam padi : 225.000 ha• * Luas tanam karet : 15.000 ha (perkebunan besar) dan

10.000 ha (perkebunan rakyat).• Luas tanam buah-buahan : 12.000 ha dan sayuran 15.000

ha. Dosis urea padi 200 kg/ha/tahun, karet 300 kg/ha/tahun, buah-buahan 160 kg/ha/tahun, dan sayuran 222 kg/ha/tahun.

• Karet rakyat menggunakan pupuk 40% dosis rekomendasi• Luas areal tanam hortikultura 80% karena sebagian besar

tumpang sari• Petani buah-buahan hanya 20% yang menggunakan

pupuk urea• EF urea = 0.20 (IPCC, 2006)

2). Tahapan Perhitungan:(1) Menghitung Konsumsi Pupuk

Page 73: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 57

Komoditas Penghitungan HasilPadi 225.000 ha x 200 kg/ha x 10-3 45.000 tonKaret (15.000 ha x 300 kg/ha ) + (0.40 x

10.000 ha x 300 kg/ha) x 10-3

5.700 ton

Saur-mayur (0.80 x 15.000 ha x 222 kg/ha) x 10-3

2.664 ton

Buah-buahan (0.20 x 12.000 ha x 160 kg/ha) x 10-3

384 ton

Jumlah penggunaan pupuk urea

53.748 ton

(2) Menghitung Emisi CO2 dari Penggunaan Pupuk Urea CO2-Emission = (MUrea x EFUrea)= (53.748 ton/tahun x 0.20)= 10.750 ton C/tahun

Sumber emisi N2O langsung adalah:

• Penggunaan pupuk N buatan• N organik dari pupuk kandang, kompos, limbah lumpur dan

sampah• N yang terkandung di dalam urin dan kotoran hewan• N dalam sisa tanaman• N yang terbentuk dari proses mineralisasi yang berhubungan

dengan hilangnya bahan organik tanah

Emisi N2O Tidak Langsung

• Sumber-sumber N dari emisi N2O tidak langsung dari tanah yang dikelola adalah sebagai berikut:

Page 74: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 58

• Pupuk N sintetis (misalnya, Urea, ZA, NPK), FSN• Norganik yang digunakan sebagai pupuk (misalnya, pupuk

kandang, kompos, lumpur limbah, limbah), FON• Urin dan kotoran mengandung N yang disimpan di padang

rumput, padang pengembalaan atau tempat hewan merumput. FPRP

• N dalam sisa tanaman (di atas tanah dan di bawah tanah), termasuk dari tanaman yang memfiksasi N dan dari pembaharuan hijauan atau padang rumput, FCR

• Mineralisasi N yang berhubungan dengan hilangnya bahan organik tanah akibat perubahan penggunaanlahan atau pengelolaan tanah mineral, FSOM.Faktor emisi N2O langsung dan tidak langsung bersumber dari

IPCC ( 2006). Menurut IPCC (2006) faktor emisi langsung dari pupuk N adalah sekitar 1% atau 0,01, maksudnya, dari pupuk N yang diberikan sekitar 1% N akan teremisi menjadi N2O. Untuk emisi N2O tidak langsung, menggunakan data aktivitas yang sama dengan emisi N2O langsung, hanya saja berbeda pada nilai faktor emisi.

Contoh perhitungan:

Apabila pada suatu provinsi digunakan 100.000 ton urea dan 200.000 ton ZA (Amonium Sulfat, (NH4)2SO4) maka emisi N2O langsung dan tidak langsung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:• N di dalam Urea = 46%• N di dalam ZA = 22%• Global warming potential (daya memanas, GWP) N2O = 298 N2O/N = 44/28

Page 75: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 59

• Emisi N2O langsung dari 100.000 ton Urea = 0,46*100,000*0,01*44/28*298 = 215.411 ton CO2-e

• Emisi N2O tidak langsung =0,46*100,000*0,00325*44/28*298 = 63.007 ton CO2-e

• Jumlah emisi N2O langsung dan tidak langsung dari urea = 278.448 ton CO2e

• Emisi N2O langsung dari 200.000 ton ZA = 0,22*200.000*0.01*44/28*298 = 206.045 ton CO2e• Emisi N2O tidak langsung dari dari 200.000 ton ZA

= 0,22*200.000*0,00325*44/28*298= 66.965 ton CO2e

• Jumlah emisi N2O langsung dan tidak langsung dari penggunaan 200.000 ton pupuk ZA = 273,010 ton CO2eDengan demikian jumlah emisi N2O dari penggunaan 100.000

ton urea dan 200.000 ton pupuk ZA adalah 278.448 ton CO2e + 273.010 ton CO2e = 551.458 ton CO2e.

Rencana Aksi Penurunan N2O

Penurunan emisi dari pupuk N ditempuh dengan cara meningkatkan efisiensi pupuk N, misalnya dengan penggunaan bagan warna daun (BWD), pembenaman pupuk N (deep placement), penggunaan pupuk N slow release dan penggunaan bahan penghambat nitrifi kasi. Sejauh ini faktor emisi yang tersedia berhubungan dengan efisiensi (penghematan) penggunaan pupuk N, sedangkan faktor emisi untuk pengaruh deep placement dan penggunaan zat penghambat nitrifikasi belum tersedia.

Manfaat mitigasi emisi N2O melalui usaha peningkatan efi siensi penggunaan N atau pembatasan penggunaan pupuk N secara berlebihan antara lain adalah berkurangnya pencemaran badan

Page 76: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 60

air dan berkurangnya ancaman penyakit pada bayi disebabkan pencemaran nitrat pada air tanah yang digunakan sebagai air minum. Kelebihan nitrat pada badan air juga akan menyebabkan eutrifi kasi yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan tumbuhan semak air seperti enceng gondok. Peningkatan efisiensi N juga akan menurunkan biaya usaha tani, meningkatkan produksi dan mengurangi risiko serangan hama dan penyakit tanaman.

Page 77: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 61

BAB 5Program Integrasi Mengurangi Emisi GRK

------------------------------------------------------------------------------------

Di beberapa lokasi perkebunan telah melaksanakan program integrasi tersebut. Sebagai bentuk integrasi, sapi memperoleh makanan berupa dari hijauan perkebunan

dan limbah pabrik sawit. Kotoran sapi digunakan sebagi pupuk kompos dan dapat juga sebagai penghasil biogas.

a. Pupuk organik kotoran sapi

Penggunaan hijauan antar tanaman sebagai pakan sapi akan mengurangi penggunaan herbisida sebagai pembasmi hama. Selain itu sapi juga menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk kompos. Satu ekor sapi dewasa menghasilkan 4 ton pupuk kandang dalam setahun. Dengan demikian pemeliharaan 2-3 ekor sapi akan dapat menghemat pemakaian pupuk anorganik minimal 50%/kavling/ tahun (Disnak Jambi 2003)

b. Memanfaatkan limbah pelepah dan hijauan antar tanaman

Perkebunan kelapa sawit berpotensi memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi. Sumber pakan sapi berasal dari pelepah pohon, rumput, dan limbah padat PKS. Hasil penelitian Dinas Peternakan Jambi (2003) menerangkan setiap pohon sawit besar (TM) menghasilkan sekitar 22 pelepah/tahun. Rata-rata bobot pelepah

Page 78: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 62

(setelah dikupas untuk pakan ternak) mencapai 2,2 kg/pelepah. Kebun sawit terdapat sekitar 130 pohon/ha sehingga pakan yang dihasilkan sekitar 22 (pelepah/tahun) x 2,2 (kg/pelepah) x 130 pohon = 6.292 kg/ha/tahun. Pelepah pohon sawit mampu menghasilkan sekitar 0,5 kg dauntanpa lidi sehingga pakan yang dihasilkan sekitar 22 x 0,5 kg x 130 pohon =1.430 kg/ha/tahun. Jika diasumsikan 1 ekor sapi (Bali) membutuhkan pakan dalam 1 tahun adalah 25 kg/hari x 365 hari = 9.125 kg, maka setiap ha kebun sawit dapat memenuhi 80% kebutuhan pakan satu ekor sapi.

c. Penghasil Biogas

Pemanfaatan kotoran sapi sebagai penghasil biogas banyak dilakukan di sejumah tempat karena menghasilkan gas metan yang cukup tinggi. Dalam kotoran sapi terkandung berbagai bahan yang dapat menghasilkan biogas melalui reaksi anaerobik. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa kotoran sapi mengandung 22,59% sellulosa; 18,32% hemiselulosa; 10,20% lignin; 34,72% total karbon organik; 1,26% total nitrogen; 27,56:1 rasio C:N; 0,73% P, dan 0,68% K (Lingaiah dan Rajasekaran 1986). Produksi biogas/gas metana dipengaruhi oleh C/N rasio input (kotoran ternak), residence time, pH, suhu dan toksisitas. Menurut Sutarno dan Firdaus (2007), kotoran sapi seberat 25 kg setara dengan 1 m3 biogas.

d. Pemanfaatan limbah padat (pengomposan).

Setiap limbah padat yang dibuang ke tanah akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme baik mikroba dari tanah atau mikroba dari limbah itu sendiri. Faktor penting dalam proses pengomposan adalah kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan mikroba yang dinyatakan dalam nisbah C/N. Jika nisbah C/N dalam limbah terlalu besar berarti N tidak mencukupi sehingga akan

Page 79: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 63

menggunakan cadangan N dalam tanah. Nisbah C/N yang optimal untuk pengomposan adalah antara 15-20. Sebelum melakukan pengomposan, tankos dirajang untuk memperkecil ukuran agar dekomposisi dapat dipercepat atau bisa juga pengomposan dilakukan tanpa perajangan. Meskipun biaya lebih tinggi, pengomposan dengan dirajang struktur yang dihasilkan lebih homogen, mudah dalam distribusi, dan memungkinkan produk kompos dapat dijual. Pengomposan tanpa dirajang memerlukan biaya lebih rendah namun kompos yang dihasilkan tidak homogen dan sulit dalam pendistribusian (Deptan 2006). Setiap ton Tankos mengandung unsur hara N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea; 0,6 kg CIRP; 12 kg MOP; dan 2 kg Kieserit (Lubis dan Tobing, 1989).

Tabel 2. Kandungan hara limbah padat kelapa sawit

No.Limbah

kelapa sawitKandungan hara atas dasar % berat

keringN P K Mg Ca

1 Batang pohon 0,488 0,047 0,699 0,117 0,1942 Pelepah 2,38 0,157 1,116 0,287 0,568

daun 0,373 0,066 0,873 0,161 0,2953 Tandan

kosong0,35 0,028 2,285 0,175 0,149

4 Serat buah 0,32 0,08 0,47 0,02 0,115 Cangkang 0,33 0,01 0,09 0,02 0,02

Sumber: Deptan (2006)

Page 80: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 64

Page 81: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 65

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. 2014. Inventarisasi emisi gas rumah kaca sektor pertanian dan opsi mitigasinya dengan pendekatan marginal abatement cost. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Inventarisasi dan Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri kelapa Sawit. Jakarta

[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Jambi. 2003. Potensi Dan Peluang Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi Di Provinsi Jambi. Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

F. Agus, I. Santosa, S. Dewi, P. Setyanto, S. Thamrin, Y. C. Wulan, F. Suryaningrum (eds.). 2013. Pedoman Teknis Penghitungan Baseline Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca Sektor Berbasis Lahan: Buku I Landasan Ilmiah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Republik Indonesia, Jakarta.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Volume 2: Energy. www.ipcc.ch. [Diunduh 23 Maret 2014]

Page 82: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Pendugaan Kemampuan Serapan Karbon Tanaman dan Panduan Reduksi GRK Pada Tanaman Kelapa Sawit Pekebun. 66

[ISCC] International Sustainability and Carbon Certification. 2011. GHG Emissions Calculation Methodology and GHG Audit. www.iscc-system.org [Diunduh 20 April 2014]

KLH. 2012.Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Buku II, Vol.3.

KLH. 2014. Lapoan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Tahun 2014

Lingaiah V dan Rajasekaran P. 1986. Biodigestion of Cowdung and Organic Wastes Mixed with Oil Cake in Relation to Energy in Agricultural Wastes 17 (1986): 161-173.

Lubis dan Tobing. 1994. Penggunaan Betagen-Rispa Untuk Pengendalian Limbah Kelapa Sawit. Berita PPKS. 2 (3) 221-230

Noor, Muhammad. 2016. Lahan Gambut Pengembangan, Konservasi, dan Perubahan Iklim. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nugroho AW. 2014. LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) (Studi Kasus di PTPN V (Persero) Provinsi Riau). Departemen TIP, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Skripsi S1. IPB.

Pawitan, H., Makarim, A.K., Setyorini, D., Setyanto, P., Amien, I., Surmaini, E. 2009. Update dan penajaman emisi gas rumah kaca sektor pertanian. Laporan Akhir Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim sektor Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

[RSPO] Roundtable on Sustainable Palm Oil. 2012. A Greenhouse Gas Accounting Tool for Palm Products. Malaysia. www.rspo.org [Diunduh 20 April 2014]

Page 83: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi

Hasil Studi Pada Koperasi Rimba Harapan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat 67

Sutarno dan Firdaus. 2007. Analisis Prestasi Produksi Biogas (CH4) dari Polyethilene Biodigester Berbahan Baku Limbah Ternak Sapi. Teknik Kimia FTI UII

Yulianto. 2015. Pendugaan cadangan karbon tersimpan pada kelapa sawit (Elaeis guineensi Jacq.) dan analisis kesuburan tanah di perkebunan PT.Daria Dharma Pratama Ipuh Bengkulu. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Vijaya et al. 2008b. Life cycle inventory of the production of crude palm oil - A gate to gate case study of 12 palm oil mills. Journal Of Oil Palm 30 Research 20:484-494.

Page 84: SERIKAT PETANI KELAPA SAWIT (SPKS) 2018...bahwa emisi 1 juta ton CH4 dan 1 juta t N2O berturut-turut, menyebabkan pemanasan global setara dengan 25 juta ton dan 298 juta ton CO2. Emisi