HUKUM PERUMAHAN

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan rumah baru pada hakekatnya merupakan suatu upaya pengembangan suatu ‘bagian wilayah baru’ atau suatu ‘rumah kecil’ menjadi permukiman yang mempunyai kelengkapan perrumahan. Suatu pembangunan ‘rumah baru’ akan merupakan pembangunan permukiman berskala besar. Di dalam upaya ini akan tersangkut berbagai komponen perrumahan lengkap yang akan mendukung eksistensi rumah tersebut yaitu yang mencakup berbagai unsur komponen kegiatan fuingsional perrumahan, sarana perrumahan dan prasarana perrumahan seperti jaringan jalan dan utilitas umumnya. Atas dasar pengertian tersebut maka suatu pembangunan “Rumah Baru’ akan memerlukan dukungan

Transcript of HUKUM PERUMAHAN

Page 1: HUKUM PERUMAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan rumah baru pada hakekatnya merupakan suatu upaya

pengembangan suatu ‘bagian wilayah baru’ atau suatu ‘rumah kecil’ menjadi

permukiman yang mempunyai kelengkapan perrumahan. Suatu pembangunan

‘rumah baru’ akan merupakan pembangunan permukiman berskala besar.

Di dalam upaya ini akan tersangkut berbagai komponen perrumahan

lengkap yang akan mendukung eksistensi rumah tersebut yaitu yang mencakup

berbagai unsur komponen kegiatan fuingsional perrumahan, sarana perrumahan

dan prasarana perrumahan seperti jaringan jalan dan utilitas umumnya.

Atas dasar pengertian tersebut maka suatu pembangunan “Rumah Baru’

akan memerlukan dukungan investasi yang sangat besar terutama di dalam unsur-

unsur berikut ini :

1. investasi untuk pengadaan lahan yang meliputi biaya pembebasan lahan,

pembangunan (pematangan) lahan, dan pengadministrasian lahan.

2. Investasi dalam pengadaan sarana/fasilitas rumah seperti perbelanjaan, hiburan

dan rekreasi, terminal, pendidikan, kesehatan, peribadatan, balai pertemuan,

olah raga, taman rumah, jalur pengamanan, jalur pemeliharaan rumah dan

pekuburan.

Page 2: HUKUM PERUMAHAN

3. Investasi dalam prasarana rumah seperti berbagai jeni jalan, air bersih,

drainase, sanitasi lingkungan, persampahan, listrik, telepon dan gas.

4. Investasi dalam pembangunan perumahan.

5. Investasi untuk pemeliharaan guna menjaga eksistensi dan kelnggengan

berbagai komponen rumah yang merupakan aset rumah baru tersebut.

Untuk memungkinkan hal tersebut akan diperlukan suatu pertimbangan

ekonomi dan kebijaksanaan tertentu, khususnya yang menyangkut pembangunan

rumah baru.

Berdasarkan sistem perekonomian Indonesia, maka di dalam kaitannya

dengan program-program pembangunan perumahan dan permukiman terdapat

suatu kaitan fungsional antara pemerintah dan sektor swasta. Jadi peranan

pemerintah dalam program-program pembangunan rumah baru serta perumahan

dan permukiman skala besar adalah sangat penting, sedangkan sektor swasta yang

bergerak dibidang pembangunan perumahan dan permukiman merupakan

‘partner’ yang sangat potensial.

Pada saat ini telah ada badan-badan kelembagaan pemerintah maupun

semi pemerintah (BUMN) yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah dan

program pembangunan rumah, permukiman dan perumahan. Badan-badan

kelembagaan tersebut merupakan potensi yang sangat penting di dalam

kemungkinan pengelolaan pembangunan Rumah Baru di Indonesia yang pada

hakekatnya merupakan suatu bagian dari bentuk pembangunan perumahan dan

permukiman berskala besar.

Page 3: HUKUM PERUMAHAN

Lembaga dan badan-badan utama yang terkait dengan tanggung jawab

kebijaksanaan rumah baru dan perumahan dan permukiman di indonesia dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) yaitu suatu badan

kelembagaan tingkat pusat yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 35 Tahun

1974 yang kemudian diperbaharui dengan Keppres No. 8 Tahun 1985. BKPN

merupakan koordinasi yang terpadu antar berbagai lembaga yang terkait dalam

masalah pembangunan perumahan rakyat.

2. Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat yang dibentuk berdasarkan Keppres

No. 25 Tahun 1983.

3. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu badan non

departemen pusat yang antara lain juga bertanggung jawab dalam merumuskan

pembangunan bidang perumahan dan permukiman.

4. Badan-badan yang bertanggung jawab dalam kebijaksanaan dan juga

pembangunan perumahan dan permukiman yaitu departemen-departemen

sektoral terutam Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri,

Departemen Keuangan dan Departemen Sosial.

Tim Koordinasi Pembangunan Perrumahan (TKPP) yanag dibentuk oleh

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan memperhatikan saran dari Menteri

Pekerjaan Umum, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Syarat apa saja untuk Kelengkapan Sarana dan prasarana untuk mendirikan

suatu perusahaan pendirian perumahan ?

Page 4: HUKUM PERUMAHAN

2. Bagaimana proses berlangsungnya musyawarah antara instansi pemerintah

yang memerlukan tanah dengan pemegang hak atas tanah ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan tugas ini untuk salah satu memenuhi

persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Administrasi negara

Page 5: HUKUM PERUMAHAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sub Sektor Usaha Pembangunan Perumahan Dan  Permukiman

Pembangunan perumahan  dan permukiman tidak bersusun harus

mengikuti Kawasan Perrumahan atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten, terdiri dari:

1.  Rumah sederhana.

2.  Rumah menengah.

3.  Rumah mewah.

Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman tidak bersusun:

1 Pembangunan  perumahan  sederhana  tidak  bersusun harus mengikuti

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/KPTS/1986 tentang Pedoman

Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun dan peraturan

perubahannya.

2.  Pembangunan rumah sangat sederhana harus memenuhi Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan

Perumahan Sangat Sederhana dan peraturan perubahannya.

3.  Pembangunan rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah wajib

menerapkan ketentuan  lingkungan  hunian  yang berimbang sesuai dengan

Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum

dan Menteri Perumahan Rakyat No. 648-384 Tahun 1992, No.

739/KPTS/1992 dan No. 09/KPTS/1992 dan Keputusan Menteri Negara

Page 6: HUKUM PERUMAHAN

Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian

Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional No.

04/KPTS/BKP4N/1995 tentang Ketentuan Lebih Lanjut Surat Keputusan

Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri

Negara Perumahan Rakyat.

4.  Bangunan rumah tidak bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual

dengan syarat harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat

Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 09/KPTS/ M/1995 tentang

Pedoman Perikatan Jual Beli Rumah.1

2.2 Pembangunan Perumahan  dan Permukiman Bersusun.

Pembangunan perumahan  dan permukiman bersusun, terdiri dari:

1.  Satuan rumah susun sederhana.

2.  Satuan rumah susun menengah.

3.  Satuan rumah susun mewah.

Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman  bersusun:

1. Pembangunan rumah susun harus mengikuti Undang-undang No. 16 Tahun

1985 dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, serta

memenuhi persyaratan teknik pembangunan rumah susun sesuai dengan

Peraturan  Menteri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992 dan peraturan

tambahan/ perubahan-nya.

1 http://www.jakarta.go.id/v70/direktorihukum/public/download/Kepmen_Nomor_24_Tahun_2003_Tentang_Pengadaan_Perumahan_dan_Permukiman_Dengan_Dukungan_Fasilitas_Subsidi_Perumahan.

Page 7: HUKUM PERUMAHAN

2. Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan penerbitan Sertifikat Hak 

Milik atas satuan   rumah  susun  harus  memenuhi   ketentuan Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata

Cara Pengisian Serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata

Cara Pembuatan Buku Tanah serta  Penerbitan Sertifikat  Hak  Milik  Satuan 

Rumah Susun.2

3.  Pembentukan perhimpunan penghuni rumah susun harus memenuhi ketentuan

yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku

Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan

Permukiman Nasional No.  06/KPTS/BKP4N/1995 tentang Pedoman

Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Perhimpunan Penghuni Rumah Susun.

4.  Bangunan rumah bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual dengan

syarat harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan

Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994 tanggal 17 Nopember

1994 tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan  Rumah Susun.

2.3 Pembangunan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap

Bangun (LISIBA)

2 P. Parlindungan. 1985.Pendaftaran Tanah di Indonesia-Cetakan II. Bandung: Mandar Maju

Page 8: HUKUM PERUMAHAN

Pengusahaan pembangunan  KASIBA dan LISIBA untuk keperluan

perumahan dan permukiman harus mengikuti Peraturan Pemerintah No. 80

Tahun 1999 tentang KASIBA dan LISIBA yang berdiri sendiri.

Perusahaan pembangunan perumahan harus membangun dan menyediakan

tanah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987  dan 

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 1990 tentang Penyerahan

Prasarana Lingkungan, Sarana Umum dan Sarana Sosial Perumahan kepada

Pemerintah Daerah.

Pengembang (developer) harus membangun hal-hal sebagai berikut:

1. Prasarana lingkungan seperti:

a.  Jalan.

b.  Saluran air limbah dan instalasi pengolahan air limbah.

c.  Saluran air hujan.

d.  Jaringan pengumpul air hujan dan atau sistem resapan air hujan.

2. Utilitas umum, seperti:

a.   Jaringan gas.

b.   Jaringan telepon.

c.   Penyediaan air bersih.

d.   Jaringan listrik.

e.   Pembuangan sampah.

f.   Pemadam kebakaran.

Page 9: HUKUM PERUMAHAN

3. Pengembang (Developer) menyediakan tanah untuk:

a.   Sarana pendidikan.

b. Sarana kesehatan.

c.   Sarana olahraga dan lapangan terbuka.

d.   Sarana pemerintahan dan pelayanan umum.

e.   Sarana peribadahan.

f.   Sarana pemakaman  sesuai   dengan   ketentuan-ketentuan   yang berlaku.

2.4 Perusahaan Fasilitas Pembiayaan Sekunder Perumahan (Secondary

Mortgage Facility/SMF)

Dalam rangka mendukung kegiatan pembangunan perumahan dan

permukiman diperlukan pengerahan dan pengelolaan sumber pembiayaan melalui

perusahaan fasilitas pembiayaan sekunder perumahan (SMF) yang mengacu pada

Keputusan Menteri Keuangan No. 132/KMK.014/1998.

Usaha Jasa Profesional

Sebagai usaha penunjang sub sektor pembangunan perumahan dan

permukiman, terbuka kegiatan usaha jasa profesional di bidang perumahan dan

permukiman yang terdiri dari:

1. Jasa Konsultan Pembangunan Properti (Property Development Consultant).

2. Jasa Penilai Properti (Property Valuation/Appraisal).

3. Jasa Perantara Properti (Property Agent termasuk Brokerage).

4. Jasa Pengelola Properti (Property Management).

Page 10: HUKUM PERUMAHAN

Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku

Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan

Permukiman Nasional No.  05/KPTS/BKP4N/1995 tanggal 23 Juni 1995 tentang

Tatalaksana Pendaftaran Dalam Pembinaan Badan Usaha dan Jasa Profesional di

Bidang Pembangunan Perumahan dan Permukiman.

2.5 Bidang Usaha Prasarana dan Sarana Perumahan dan Permukiman

Bidang usaha prasarana dan sarana perumahan dan permukiman tidak

hanya di kawasan perumahan dan permukiman, tapi termasuk pula di kawasan

perrumahan, pedesaan, kawasan industri, dan kawasan fungsional lainnya.

1. Bidang Air Bersih

Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian

dan pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian

atau keseluruhan dari sistem penyediaan air bersih yang meliputi lingkup

pekerjaan:

a. pengambilan air baku:

bangunan pengambilan/penangkapan air baku.

b. Transmisi:

1)   pipa transmisi unit produksi, bangunan air baku ke unit produksi;

2)   pipa transmisi unit instalasi ke distribusi.

c. unit produksi:

instalasi pengolahan air.

d. distribusi:

Page 11: HUKUM PERUMAHAN

i. reservoir;

2) jaringan distribusi utama, sekunder, tersier;

3) sambungan pelanggan (SR).

e. pengadaan jasa:

1)   pengoperasian;

2)   pemeliharaan;

3)   penurunan kebocoran;

4)   pencatatan meter;

5)   penagihan.

2. Bidang Sampah

Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian

dan pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian

atau keseluruhan dari sistem pengelolaan sampah yang meliputi lingkup

pekerjaan:

a. Pengadaan fasilitas:

1) tempat pembuangan sementara (TPS);

2) tempat pembuangan akhir (TPA);

3) fasilitas pengolahan sampah;

4) pengadaan alat angkut sampah;

5) pengumpulan sampah dari rumah-rumah.

b. Pengadaan jasa:

1) pengumpulan sampah;

Page 12: HUKUM PERUMAHAN

2) pengangkutan sampah;

3) pengolahan sampah;

4) pengelolaan TPA;

5) penagihan.

3. Bidang Air Limbah

Terdiri dari pembangunan, pengelolaan,  rehabilitasi, penyewaan dan

penambahan untuk sebagian atau keseluruhan dari sistem pengelolaan air

limbah yang meliputi lingkup pekerjaan:

a. Pengadaan fasilitas:

1) pembangunan jaringan pengumpul;

2) instalasi pengolahan air limbah (IPAL);

3) pengadaan alat angkut limbah;

4) pengadaan sambungan rumah.

b. Pengadaan jasa:

1) pengoperasian;

2) pemeliharaan;

3) pengumpulan air limbah;

4) penagihan.

Bentuk usaha di bidang prasarana dan sarana perumahan dan permukiman

(air bersih, sampah dan air limbah) dapat berupa:

a. usaha patungan/kerjasama antara swasta dan Pemerintah Daerah 

sesuai dengan Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1998;

Page 13: HUKUM PERUMAHAN

b. diusahakan oleh swasta sendiri dengan pengawasan/izin Pemerintah

Daerah setempat.

4. Pembangunan  dan  Pengusahaan  Gedung  Perkantoran

a. Kegiatan pembangunan suatu gedung perkantoran disamping harus 

memenuhi standar internasional, juga harus mengacu pada ketentuan

yang telah diatur dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung. Yang

dimaksud dengan standar internasional adalah mempunyai persyaratan

fasilitatif bagi  kegiatan  administrasi  modern  baik  di bidang

pemerintahan maupun  di bidang kegiatan  usaha;

b. Pembangunan gedung perkantoran mengacu kepada ketentuan tentang

bangunan gedung dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) luas lantai sesuai Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

2) lokasi gedung perkantoran sesuai dengan rencana lingkungan 

permukiman  (detail bestenings  plan) yang   disahkan  dalam  rangka

master  plan rumah/ daerah  yang bersangkutan;

3) mendapat izin bangunan dari suatu instansi pemerintah yang

memenuhi kualifikasi Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah.

c. Bangunan gedung perkantoran yang belum selesai dibangun dapat dijual,

yang pelaksanaannya mengacu kepada  Pedoman  Perikatan  Jual Beli

Satuan Rumah Susun (Keputusan Menteri Perumahan Rakyat No.

11/KPTS/1994).

Page 14: HUKUM PERUMAHAN

5. Pembangunan  dan  pengusahaan  gedung parkir,  gedung asrama, gedung 

pusat perbelanjaan  dan  lain-lain, harus memenuhi ketentuan yang  berlaku 

untuk pembangunan  gedung perkantoran.

2.6 Pengertian Perumahan dan Pemukiman Menurut Undang-Undang

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, pasal

1 : dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian

dan sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana lingkungan.

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai

bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana

lingkungan yang terstruktur.

5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana

mestinya.

Page 15: HUKUM PERUMAHAN

6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.

2.7 Gambaran Umum Perumahan dan Pemukiman

Permasalahan pemukiman dan perumahan (papan) yang menjadi salah

satu parameter (tolak ukur) tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu

masyarakat, yang memenuhi standar kesehatan (cukup sirkulasi udara, cahaya,

dan terjaga sanitasinya) dan bangunan yang secara teknis memenuhi persyaratan

teknis perumahan yang layak, masih sangat memprihatinkan. Masih banyak kita

jumpai pemandangan pemukiman kumuh dibantaran kali dan di tanah-tanah tak

bertuan dan atau tanah-tanah negara yang belum difungsikan. Selain persediaan

lahan yang terbatas, hal ini disebabkan juga oleh tidak adanya pemerataan

pembangunan di daerah-daerah, menyebabkan kaum urban berdatangan ke kota-

kota besar berusaha mencari kerja untuk memperbaiki nasib hidupnya. Oleh

karenanya, pembangunan perumahan dan pemukiman harus diarahkan untuk

meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah

dengan memperhatikan keseimbangan antara pengembangan daerah pedesaan dan

daerah perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakan kegiatan

ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan

seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman,

perlu ditingkatkan kerja sama secara terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah

daerah, koperasi, usaha Negara (BUMN/BUMD), usaha swasta, dan masyarakat

Page 16: HUKUM PERUMAHAN

dengan mengindahkan persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukiman

yang layak, sehat, aman, dan serasi dengan lingkungan, serta terjangkau oleh daya

beli masyarakat luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat

yang berpenghasilan menengah dan rendah3. Pengadaan rumah sederhana serta

peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan dan terutama berpenduduk

padat, haruslah dilakukan sesuai dengan peningkatan daya guna dan hasil guna

lahan bagi pembangunan perumahan dan untuk lebih meningkatkan kualitas

lingkungan pemukiman. Perumahan nasional merupakan suatu pemukiman yang

perencanaannya dibangun oleh negara dimana dengan adanya pemukiman

tersebut dapat berguna membantu masyarakat mendapatkan fasilitas rumah

tempat tinggal yang layak dengan harga yang dapat dijangkau serta memiliki

sistem pembayaran yang dapat diangsur. Dengan keterbatasan luas tanah yang

tersedia, dirasakan perlu untuk membangun perumahan dengan sistem satu lantai

yang disebut Rumah Susun (Rusun), dengan tetap memperhatikan faktor sosial

budaya yang hidup dalam masyarakat. Rumah Susun sebagai solusi pengadaan

perumahan di daerah perkotaan, dapat berfungsi sebagai tempat hunian, kegiatan

sosial, ekonomi dan kebudayaan, maupun bangunan pemerintahan.

2.8 Fasilitas Lingkungan Perumahan

Fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan

mutu kehidupan dan penghidupan dari masyarakat lingkungan sehingga dapat

3 Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993

Page 17: HUKUM PERUMAHAN

hidup layak. Pada dasarnya fasilitas lingkungan ini terdiri dari bangunan-

bangunan dan atau lapangan terbuka yang dibutuhkan masyarakat4

a. Jenis Fasilitas Lingkungan Perumahan

1. Fasilitas Pendidikan

a. Sekolah Taman Kanak-kanak Adalah fasilitas pendidikan yang paling

dasar yang diperuntukkan untuk anak- anak usia 5-6 tahun.

Terdiri dari dua kelas masing-masing dapat menampung 35-40

murid per kelas dan dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.

Pencapaian maksimum adalah 500 m. b. Sekolah Dasar (SD)

Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk anak-anak

usia 6-12 tahun.

Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung

40 murid dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.

Pencapaian maksimum adalah 1000 m. c. Sekolah Menengah

Pertama / Sekolah Lanjutan Pertama Adalah fasilitas pendidikan

yang diperuntukkan untuk menampung lulusan SD.

Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung

30 murid dan dipakai pagi dan sore. d. Sekolah Menengah Atas /

Sekolah Lanjutan Atas. Adalah fasilitas pendidikan yang

diperuntukkan untuk menampung lulusan SMP/SLP.

4 Herry Darwanto, Peran dan Kerjasama Kelembagaan di Tingkat Pusat untuk Menangani Masalah Pembangunan Perkotaan, makalah untuk Diskusi Staf Ditjen TPTP tentang Pemberdayaan Tugas Pembangunan Perkotaan dalam Era Desentralisasi, 20 Oktober 2003

Page 18: HUKUM PERUMAHAN

Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung

30 murid dan dipakai pagi dan sore.

2. Fasilitas Kesehatan

a. Puskesmas Pembantu

Pencapaian maksimum adalah 1.500 m

b. Puskesmas

Puskesmas ini membawahi 5 Puskesmas Pembantu

Pencapaian maksimum adalah 3.000 m

c. Tempat Praktek Dokter

Tempat Praktek Dokter ini dapat bersatu dengan rumah tinggal

tetapi dapat juga terpisah (tersendiri).

Pencapaian maksimum adalah 1.500 m

d. Rumah Bersalin

Pencapaian maksimum adalah 2.000 m

e. Apotik

Pencapaian maksimum adalah 1.500 m

3. Fasilitas Perbelanjaan dan Niaga

a. Warung Adalah fasilitas perbelanjaan terkecil yang melayani

kebutuhan sehari-hari dari unit lingkungan terkecil (50 keluarga).

Terdiri dari satu warung yang menjual kebutuhan sehari-hari

seperti : sabun, teh, gula, rempah-rempah dapur dan lain-lain.

Pencapaian maksimum adalah 300 m.

Page 19: HUKUM PERUMAHAN

b. Pertokoan Adalah fasilitas perbelanjaan yang lebih lengkap daripada

warung meskipun tetap menjual kebutuhan sehari-hari, dapat

berbentuk toko PD.

Pencapaian maksimum adalah 500 m

c. Pusat Perbelanjaan Lingkungan Fungsi utama sebagai pusat

perbelanjaan dan niaga lingkungan yang menjual keperluan sehari-hari

termasuk sayur-mayur, daging, buah-buahan, beras, tepung-tepungan,

bahan-bahan pakain, barang-barang kelontong, alat-alat sekolah, alat-

alat rumah tangga dan lain-lain.

Terdiri dari pasar dan pertokoan lengkap dengan bengkel-bengkel

reparasi kecil seperti radio, kompor, setrika, sepeda dan lain-lain

d. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kecamatan. Fungsi utama sama dengan

Pusat Perbelanjaan Lingkungan hanya dilengkapi dengan fasilitas

niaga yang lebih luas seperti kantor, bank-bank, industri-industri kecil

seperti konpeksi pakaian dan jenis indutri rumah lainnya. Toko-

tokonya tidak saja menjual kebutuhan sehari-hari juga untuk

kebutuhan-kebutuhan yang lebih komplek seperti toko besi, toko olah

raga dan lain-lain.

Page 20: HUKUM PERUMAHAN

BAB III

KESIMPULAN

Dalam Perolehan Izin Mendirikan Bangunan dan Upaya Penyelesaiannya

dari pihak pemerintah daerah dari aparat yang berwenang dalam prosedur

permohonan izin mendirikan perumahan, antara lain: jadwal penyampaian dari

pemerintah atasan, kepada kecamatan, kelurahan sering terlambat dari waktu yang

ditentukan, kurang tepatnya penilaian tentang tafsiran biaya bangunan karena

kesulitan yang ditemui petugas dinas pekerjaan umum dilapangan. Dari segi

masyarakat itu sendiri, hamabatan yang ada yaitu kesadaran dan pengetahuan hukum

oleh masyarakat belum begitu tinggi.

Adapun Upaya penyelesaian yang dapat dilakukan mengadakan pemeriksaan

IMB, diperlukan adanya tenaga yang terampil dalam bidang ini dan petugas yang

sesuai dengan bangunan dan bentuk bangunan, adanya pemeriksaan bangunan dari

dinas terkait, dan peningkatan kesadaran masyarakat.

.