HUKUM PERUMAHAN
-
Upload
akhirullah-iir -
Category
Documents
-
view
430 -
download
9
Transcript of HUKUM PERUMAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan rumah baru pada hakekatnya merupakan suatu upaya
pengembangan suatu ‘bagian wilayah baru’ atau suatu ‘rumah kecil’ menjadi
permukiman yang mempunyai kelengkapan perrumahan. Suatu pembangunan
‘rumah baru’ akan merupakan pembangunan permukiman berskala besar.
Di dalam upaya ini akan tersangkut berbagai komponen perrumahan
lengkap yang akan mendukung eksistensi rumah tersebut yaitu yang mencakup
berbagai unsur komponen kegiatan fuingsional perrumahan, sarana perrumahan
dan prasarana perrumahan seperti jaringan jalan dan utilitas umumnya.
Atas dasar pengertian tersebut maka suatu pembangunan “Rumah Baru’
akan memerlukan dukungan investasi yang sangat besar terutama di dalam unsur-
unsur berikut ini :
1. investasi untuk pengadaan lahan yang meliputi biaya pembebasan lahan,
pembangunan (pematangan) lahan, dan pengadministrasian lahan.
2. Investasi dalam pengadaan sarana/fasilitas rumah seperti perbelanjaan, hiburan
dan rekreasi, terminal, pendidikan, kesehatan, peribadatan, balai pertemuan,
olah raga, taman rumah, jalur pengamanan, jalur pemeliharaan rumah dan
pekuburan.
3. Investasi dalam prasarana rumah seperti berbagai jeni jalan, air bersih,
drainase, sanitasi lingkungan, persampahan, listrik, telepon dan gas.
4. Investasi dalam pembangunan perumahan.
5. Investasi untuk pemeliharaan guna menjaga eksistensi dan kelnggengan
berbagai komponen rumah yang merupakan aset rumah baru tersebut.
Untuk memungkinkan hal tersebut akan diperlukan suatu pertimbangan
ekonomi dan kebijaksanaan tertentu, khususnya yang menyangkut pembangunan
rumah baru.
Berdasarkan sistem perekonomian Indonesia, maka di dalam kaitannya
dengan program-program pembangunan perumahan dan permukiman terdapat
suatu kaitan fungsional antara pemerintah dan sektor swasta. Jadi peranan
pemerintah dalam program-program pembangunan rumah baru serta perumahan
dan permukiman skala besar adalah sangat penting, sedangkan sektor swasta yang
bergerak dibidang pembangunan perumahan dan permukiman merupakan
‘partner’ yang sangat potensial.
Pada saat ini telah ada badan-badan kelembagaan pemerintah maupun
semi pemerintah (BUMN) yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah dan
program pembangunan rumah, permukiman dan perumahan. Badan-badan
kelembagaan tersebut merupakan potensi yang sangat penting di dalam
kemungkinan pengelolaan pembangunan Rumah Baru di Indonesia yang pada
hakekatnya merupakan suatu bagian dari bentuk pembangunan perumahan dan
permukiman berskala besar.
Lembaga dan badan-badan utama yang terkait dengan tanggung jawab
kebijaksanaan rumah baru dan perumahan dan permukiman di indonesia dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) yaitu suatu badan
kelembagaan tingkat pusat yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 35 Tahun
1974 yang kemudian diperbaharui dengan Keppres No. 8 Tahun 1985. BKPN
merupakan koordinasi yang terpadu antar berbagai lembaga yang terkait dalam
masalah pembangunan perumahan rakyat.
2. Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat yang dibentuk berdasarkan Keppres
No. 25 Tahun 1983.
3. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu badan non
departemen pusat yang antara lain juga bertanggung jawab dalam merumuskan
pembangunan bidang perumahan dan permukiman.
4. Badan-badan yang bertanggung jawab dalam kebijaksanaan dan juga
pembangunan perumahan dan permukiman yaitu departemen-departemen
sektoral terutam Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri,
Departemen Keuangan dan Departemen Sosial.
Tim Koordinasi Pembangunan Perrumahan (TKPP) yanag dibentuk oleh
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan memperhatikan saran dari Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Syarat apa saja untuk Kelengkapan Sarana dan prasarana untuk mendirikan
suatu perusahaan pendirian perumahan ?
2. Bagaimana proses berlangsungnya musyawarah antara instansi pemerintah
yang memerlukan tanah dengan pemegang hak atas tanah ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan tugas ini untuk salah satu memenuhi
persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Administrasi negara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sub Sektor Usaha Pembangunan Perumahan Dan Permukiman
Pembangunan perumahan dan permukiman tidak bersusun harus
mengikuti Kawasan Perrumahan atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten, terdiri dari:
1. Rumah sederhana.
2. Rumah menengah.
3. Rumah mewah.
Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman tidak bersusun:
1 Pembangunan perumahan sederhana tidak bersusun harus mengikuti
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/KPTS/1986 tentang Pedoman
Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun dan peraturan
perubahannya.
2. Pembangunan rumah sangat sederhana harus memenuhi Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan
Perumahan Sangat Sederhana dan peraturan perubahannya.
3. Pembangunan rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah wajib
menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Perumahan Rakyat No. 648-384 Tahun 1992, No.
739/KPTS/1992 dan No. 09/KPTS/1992 dan Keputusan Menteri Negara
Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian
Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional No.
04/KPTS/BKP4N/1995 tentang Ketentuan Lebih Lanjut Surat Keputusan
Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Negara Perumahan Rakyat.
4. Bangunan rumah tidak bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual
dengan syarat harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 09/KPTS/ M/1995 tentang
Pedoman Perikatan Jual Beli Rumah.1
2.2 Pembangunan Perumahan dan Permukiman Bersusun.
Pembangunan perumahan dan permukiman bersusun, terdiri dari:
1. Satuan rumah susun sederhana.
2. Satuan rumah susun menengah.
3. Satuan rumah susun mewah.
Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman bersusun:
1. Pembangunan rumah susun harus mengikuti Undang-undang No. 16 Tahun
1985 dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, serta
memenuhi persyaratan teknik pembangunan rumah susun sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992 dan peraturan
tambahan/ perubahan-nya.
1 http://www.jakarta.go.id/v70/direktorihukum/public/download/Kepmen_Nomor_24_Tahun_2003_Tentang_Pengadaan_Perumahan_dan_Permukiman_Dengan_Dukungan_Fasilitas_Subsidi_Perumahan.
2. Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan penerbitan Sertifikat Hak
Milik atas satuan rumah susun harus memenuhi ketentuan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata
Cara Pengisian Serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata
Cara Pembuatan Buku Tanah serta Penerbitan Sertifikat Hak Milik Satuan
Rumah Susun.2
3. Pembentukan perhimpunan penghuni rumah susun harus memenuhi ketentuan
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku
Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Nasional No. 06/KPTS/BKP4N/1995 tentang Pedoman
Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Perhimpunan Penghuni Rumah Susun.
4. Bangunan rumah bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual dengan
syarat harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan
Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994 tanggal 17 Nopember
1994 tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun.
2.3 Pembangunan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap
Bangun (LISIBA)
2 P. Parlindungan. 1985.Pendaftaran Tanah di Indonesia-Cetakan II. Bandung: Mandar Maju
Pengusahaan pembangunan KASIBA dan LISIBA untuk keperluan
perumahan dan permukiman harus mengikuti Peraturan Pemerintah No. 80
Tahun 1999 tentang KASIBA dan LISIBA yang berdiri sendiri.
Perusahaan pembangunan perumahan harus membangun dan menyediakan
tanah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987 dan
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 1990 tentang Penyerahan
Prasarana Lingkungan, Sarana Umum dan Sarana Sosial Perumahan kepada
Pemerintah Daerah.
Pengembang (developer) harus membangun hal-hal sebagai berikut:
1. Prasarana lingkungan seperti:
a. Jalan.
b. Saluran air limbah dan instalasi pengolahan air limbah.
c. Saluran air hujan.
d. Jaringan pengumpul air hujan dan atau sistem resapan air hujan.
2. Utilitas umum, seperti:
a. Jaringan gas.
b. Jaringan telepon.
c. Penyediaan air bersih.
d. Jaringan listrik.
e. Pembuangan sampah.
f. Pemadam kebakaran.
3. Pengembang (Developer) menyediakan tanah untuk:
a. Sarana pendidikan.
b. Sarana kesehatan.
c. Sarana olahraga dan lapangan terbuka.
d. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum.
e. Sarana peribadahan.
f. Sarana pemakaman sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2.4 Perusahaan Fasilitas Pembiayaan Sekunder Perumahan (Secondary
Mortgage Facility/SMF)
Dalam rangka mendukung kegiatan pembangunan perumahan dan
permukiman diperlukan pengerahan dan pengelolaan sumber pembiayaan melalui
perusahaan fasilitas pembiayaan sekunder perumahan (SMF) yang mengacu pada
Keputusan Menteri Keuangan No. 132/KMK.014/1998.
Usaha Jasa Profesional
Sebagai usaha penunjang sub sektor pembangunan perumahan dan
permukiman, terbuka kegiatan usaha jasa profesional di bidang perumahan dan
permukiman yang terdiri dari:
1. Jasa Konsultan Pembangunan Properti (Property Development Consultant).
2. Jasa Penilai Properti (Property Valuation/Appraisal).
3. Jasa Perantara Properti (Property Agent termasuk Brokerage).
4. Jasa Pengelola Properti (Property Management).
Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku
Ketua Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Nasional No. 05/KPTS/BKP4N/1995 tanggal 23 Juni 1995 tentang
Tatalaksana Pendaftaran Dalam Pembinaan Badan Usaha dan Jasa Profesional di
Bidang Pembangunan Perumahan dan Permukiman.
2.5 Bidang Usaha Prasarana dan Sarana Perumahan dan Permukiman
Bidang usaha prasarana dan sarana perumahan dan permukiman tidak
hanya di kawasan perumahan dan permukiman, tapi termasuk pula di kawasan
perrumahan, pedesaan, kawasan industri, dan kawasan fungsional lainnya.
1. Bidang Air Bersih
Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian
dan pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian
atau keseluruhan dari sistem penyediaan air bersih yang meliputi lingkup
pekerjaan:
a. pengambilan air baku:
bangunan pengambilan/penangkapan air baku.
b. Transmisi:
1) pipa transmisi unit produksi, bangunan air baku ke unit produksi;
2) pipa transmisi unit instalasi ke distribusi.
c. unit produksi:
instalasi pengolahan air.
d. distribusi:
i. reservoir;
2) jaringan distribusi utama, sekunder, tersier;
3) sambungan pelanggan (SR).
e. pengadaan jasa:
1) pengoperasian;
2) pemeliharaan;
3) penurunan kebocoran;
4) pencatatan meter;
5) penagihan.
2. Bidang Sampah
Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian
dan pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian
atau keseluruhan dari sistem pengelolaan sampah yang meliputi lingkup
pekerjaan:
a. Pengadaan fasilitas:
1) tempat pembuangan sementara (TPS);
2) tempat pembuangan akhir (TPA);
3) fasilitas pengolahan sampah;
4) pengadaan alat angkut sampah;
5) pengumpulan sampah dari rumah-rumah.
b. Pengadaan jasa:
1) pengumpulan sampah;
2) pengangkutan sampah;
3) pengolahan sampah;
4) pengelolaan TPA;
5) penagihan.
3. Bidang Air Limbah
Terdiri dari pembangunan, pengelolaan, rehabilitasi, penyewaan dan
penambahan untuk sebagian atau keseluruhan dari sistem pengelolaan air
limbah yang meliputi lingkup pekerjaan:
a. Pengadaan fasilitas:
1) pembangunan jaringan pengumpul;
2) instalasi pengolahan air limbah (IPAL);
3) pengadaan alat angkut limbah;
4) pengadaan sambungan rumah.
b. Pengadaan jasa:
1) pengoperasian;
2) pemeliharaan;
3) pengumpulan air limbah;
4) penagihan.
Bentuk usaha di bidang prasarana dan sarana perumahan dan permukiman
(air bersih, sampah dan air limbah) dapat berupa:
a. usaha patungan/kerjasama antara swasta dan Pemerintah Daerah
sesuai dengan Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1998;
b. diusahakan oleh swasta sendiri dengan pengawasan/izin Pemerintah
Daerah setempat.
4. Pembangunan dan Pengusahaan Gedung Perkantoran
a. Kegiatan pembangunan suatu gedung perkantoran disamping harus
memenuhi standar internasional, juga harus mengacu pada ketentuan
yang telah diatur dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung. Yang
dimaksud dengan standar internasional adalah mempunyai persyaratan
fasilitatif bagi kegiatan administrasi modern baik di bidang
pemerintahan maupun di bidang kegiatan usaha;
b. Pembangunan gedung perkantoran mengacu kepada ketentuan tentang
bangunan gedung dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) luas lantai sesuai Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
2) lokasi gedung perkantoran sesuai dengan rencana lingkungan
permukiman (detail bestenings plan) yang disahkan dalam rangka
master plan rumah/ daerah yang bersangkutan;
3) mendapat izin bangunan dari suatu instansi pemerintah yang
memenuhi kualifikasi Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah.
c. Bangunan gedung perkantoran yang belum selesai dibangun dapat dijual,
yang pelaksanaannya mengacu kepada Pedoman Perikatan Jual Beli
Satuan Rumah Susun (Keputusan Menteri Perumahan Rakyat No.
11/KPTS/1994).
5. Pembangunan dan pengusahaan gedung parkir, gedung asrama, gedung
pusat perbelanjaan dan lain-lain, harus memenuhi ketentuan yang berlaku
untuk pembangunan gedung perkantoran.
2.6 Pengertian Perumahan dan Pemukiman Menurut Undang-Undang
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, pasal
1 : dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai
bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan yang terstruktur.
5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
2.7 Gambaran Umum Perumahan dan Pemukiman
Permasalahan pemukiman dan perumahan (papan) yang menjadi salah
satu parameter (tolak ukur) tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu
masyarakat, yang memenuhi standar kesehatan (cukup sirkulasi udara, cahaya,
dan terjaga sanitasinya) dan bangunan yang secara teknis memenuhi persyaratan
teknis perumahan yang layak, masih sangat memprihatinkan. Masih banyak kita
jumpai pemandangan pemukiman kumuh dibantaran kali dan di tanah-tanah tak
bertuan dan atau tanah-tanah negara yang belum difungsikan. Selain persediaan
lahan yang terbatas, hal ini disebabkan juga oleh tidak adanya pemerataan
pembangunan di daerah-daerah, menyebabkan kaum urban berdatangan ke kota-
kota besar berusaha mencari kerja untuk memperbaiki nasib hidupnya. Oleh
karenanya, pembangunan perumahan dan pemukiman harus diarahkan untuk
meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah
dengan memperhatikan keseimbangan antara pengembangan daerah pedesaan dan
daerah perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakan kegiatan
ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman,
perlu ditingkatkan kerja sama secara terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, koperasi, usaha Negara (BUMN/BUMD), usaha swasta, dan masyarakat
dengan mengindahkan persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukiman
yang layak, sehat, aman, dan serasi dengan lingkungan, serta terjangkau oleh daya
beli masyarakat luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat
yang berpenghasilan menengah dan rendah3. Pengadaan rumah sederhana serta
peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan dan terutama berpenduduk
padat, haruslah dilakukan sesuai dengan peningkatan daya guna dan hasil guna
lahan bagi pembangunan perumahan dan untuk lebih meningkatkan kualitas
lingkungan pemukiman. Perumahan nasional merupakan suatu pemukiman yang
perencanaannya dibangun oleh negara dimana dengan adanya pemukiman
tersebut dapat berguna membantu masyarakat mendapatkan fasilitas rumah
tempat tinggal yang layak dengan harga yang dapat dijangkau serta memiliki
sistem pembayaran yang dapat diangsur. Dengan keterbatasan luas tanah yang
tersedia, dirasakan perlu untuk membangun perumahan dengan sistem satu lantai
yang disebut Rumah Susun (Rusun), dengan tetap memperhatikan faktor sosial
budaya yang hidup dalam masyarakat. Rumah Susun sebagai solusi pengadaan
perumahan di daerah perkotaan, dapat berfungsi sebagai tempat hunian, kegiatan
sosial, ekonomi dan kebudayaan, maupun bangunan pemerintahan.
2.8 Fasilitas Lingkungan Perumahan
Fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan
mutu kehidupan dan penghidupan dari masyarakat lingkungan sehingga dapat
3 Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993
hidup layak. Pada dasarnya fasilitas lingkungan ini terdiri dari bangunan-
bangunan dan atau lapangan terbuka yang dibutuhkan masyarakat4
a. Jenis Fasilitas Lingkungan Perumahan
1. Fasilitas Pendidikan
a. Sekolah Taman Kanak-kanak Adalah fasilitas pendidikan yang paling
dasar yang diperuntukkan untuk anak- anak usia 5-6 tahun.
Terdiri dari dua kelas masing-masing dapat menampung 35-40
murid per kelas dan dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.
Pencapaian maksimum adalah 500 m. b. Sekolah Dasar (SD)
Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk anak-anak
usia 6-12 tahun.
Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung
40 murid dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.
Pencapaian maksimum adalah 1000 m. c. Sekolah Menengah
Pertama / Sekolah Lanjutan Pertama Adalah fasilitas pendidikan
yang diperuntukkan untuk menampung lulusan SD.
Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung
30 murid dan dipakai pagi dan sore. d. Sekolah Menengah Atas /
Sekolah Lanjutan Atas. Adalah fasilitas pendidikan yang
diperuntukkan untuk menampung lulusan SMP/SLP.
4 Herry Darwanto, Peran dan Kerjasama Kelembagaan di Tingkat Pusat untuk Menangani Masalah Pembangunan Perkotaan, makalah untuk Diskusi Staf Ditjen TPTP tentang Pemberdayaan Tugas Pembangunan Perkotaan dalam Era Desentralisasi, 20 Oktober 2003
Terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung
30 murid dan dipakai pagi dan sore.
2. Fasilitas Kesehatan
a. Puskesmas Pembantu
Pencapaian maksimum adalah 1.500 m
b. Puskesmas
Puskesmas ini membawahi 5 Puskesmas Pembantu
Pencapaian maksimum adalah 3.000 m
c. Tempat Praktek Dokter
Tempat Praktek Dokter ini dapat bersatu dengan rumah tinggal
tetapi dapat juga terpisah (tersendiri).
Pencapaian maksimum adalah 1.500 m
d. Rumah Bersalin
Pencapaian maksimum adalah 2.000 m
e. Apotik
Pencapaian maksimum adalah 1.500 m
3. Fasilitas Perbelanjaan dan Niaga
a. Warung Adalah fasilitas perbelanjaan terkecil yang melayani
kebutuhan sehari-hari dari unit lingkungan terkecil (50 keluarga).
Terdiri dari satu warung yang menjual kebutuhan sehari-hari
seperti : sabun, teh, gula, rempah-rempah dapur dan lain-lain.
Pencapaian maksimum adalah 300 m.
b. Pertokoan Adalah fasilitas perbelanjaan yang lebih lengkap daripada
warung meskipun tetap menjual kebutuhan sehari-hari, dapat
berbentuk toko PD.
Pencapaian maksimum adalah 500 m
c. Pusat Perbelanjaan Lingkungan Fungsi utama sebagai pusat
perbelanjaan dan niaga lingkungan yang menjual keperluan sehari-hari
termasuk sayur-mayur, daging, buah-buahan, beras, tepung-tepungan,
bahan-bahan pakain, barang-barang kelontong, alat-alat sekolah, alat-
alat rumah tangga dan lain-lain.
Terdiri dari pasar dan pertokoan lengkap dengan bengkel-bengkel
reparasi kecil seperti radio, kompor, setrika, sepeda dan lain-lain
d. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kecamatan. Fungsi utama sama dengan
Pusat Perbelanjaan Lingkungan hanya dilengkapi dengan fasilitas
niaga yang lebih luas seperti kantor, bank-bank, industri-industri kecil
seperti konpeksi pakaian dan jenis indutri rumah lainnya. Toko-
tokonya tidak saja menjual kebutuhan sehari-hari juga untuk
kebutuhan-kebutuhan yang lebih komplek seperti toko besi, toko olah
raga dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam Perolehan Izin Mendirikan Bangunan dan Upaya Penyelesaiannya
dari pihak pemerintah daerah dari aparat yang berwenang dalam prosedur
permohonan izin mendirikan perumahan, antara lain: jadwal penyampaian dari
pemerintah atasan, kepada kecamatan, kelurahan sering terlambat dari waktu yang
ditentukan, kurang tepatnya penilaian tentang tafsiran biaya bangunan karena
kesulitan yang ditemui petugas dinas pekerjaan umum dilapangan. Dari segi
masyarakat itu sendiri, hamabatan yang ada yaitu kesadaran dan pengetahuan hukum
oleh masyarakat belum begitu tinggi.
Adapun Upaya penyelesaian yang dapat dilakukan mengadakan pemeriksaan
IMB, diperlukan adanya tenaga yang terampil dalam bidang ini dan petugas yang
sesuai dengan bangunan dan bentuk bangunan, adanya pemeriksaan bangunan dari
dinas terkait, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
.