PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan...

93
133 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, dan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, perlu menetap- kan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota; Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah- an Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 125, Tam- bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta- hun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Penga- wasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indo- nesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemer- intahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Su- sunan Organisasi, Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaima- na telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor: 62 Tahun 2005;

Transcript of PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan...

Page 1: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

133Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, dan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, perlu menetap-kan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah-

an Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 125, Tam-bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta-hun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Penga-wasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indo-nesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemer-intahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Su-sunan Organisasi, Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaima-na telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor: 62 Tahun 2005;

Page 2: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

134 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M /Tahun 2004 tentang Su-sunan Kabinet Indonesia Bersatu;

7. Peraturan Menteri Dalam Negari Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 ten-tang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 01/PERMEN/M/2008 ten-tang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat seb-agaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/PERMEN/M/2008;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAE-RAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik In-

donesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-sia Tahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kes-atuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah se-bagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh per-aturan perundang-undangan kepada Daerah untuk perlindungan hak konstitu-sional, kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, serta ketenteraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan komitmen nasional yang. berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.

5. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

6. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunak-an menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.

7. Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemer-intahan.

Page 3: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

135Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

8. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah selanjutnya disingkat DPOD adalah de-wan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden ter-hadap kebijakan otonomi daerah.

9. Menteri adalah Menteri Negara Perumahan Rakyat

BAB II

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT

Pasal 2

1. Pemerintah memberikan pelayanan dalam bidang perumahan rakyat agar ma-syarakat mampu menghuni rumah yang layak huni dan terjangkau dalam ling-kungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasaran, sarana dan utili-tas umum (PSU).

2. Untuk memberi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan SPM bidang perumahan rakyat daerah provinsi dan daerah kabupaten kota.

Pasal 3

1. Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyeleng-garakan pelayanan urusan perumahan sesuai dengan SPM bidang perumahan rakyat yang terdiri dari jenis pelayanan dasar, indikator, nilai dan batas waktu pen-capaian tahun 2009 – 2025.

2. Jenis pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. rumah layak huni dan terjangkau; b. lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, saran dan utili-

tas (PSU). 3. Indikator dari rumah layak huni dan terjangkau sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a adalah: a. cakupan ketersediaan rumah layak huni; b. cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau.

4. Indikator dari lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, saran dan utilitas (PSU) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, saran dan utilitas (PSU).

5. Nilai SPM bidang perumahan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terdiri dari indikator cakupan ketersediaan rumah layak huni sebesar 100 % (sera-tus persen) dan untuk indikator cakupan layanan rumah layak huni yang terjang-kau sebesar 70 % (tujuh puluh persen).

6. Nilai SPM bidang perumahan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terdiri dari indikator cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, saran dan utilitas (PSU) sebesar 100 % (seratus persen).

7. enis pelayanan dasar, indikator, nilai dan batas waktu pencapaian tahun 2009 – 2025 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran I Peraturan Menteri ini.

Page 4: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

136 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

BAB III

PENGORGANISASIAN

Pasal 4

1. Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan sesuai SPM bidang perumahan rakyat sebagaima-na dimaksud dalam Pasal 3.

2. Penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara operasional dikoordinasikan oleh dinas perumahan atau di-nas yang menangani bidang perumahan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

3. Penyelenggaraan pelayanan urusan pemerintahan bidang perumahan sesuai dengan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan oleh tenaga den-gan kualifi kasi dan kompentensi yang dibutuhkan di bidang perumahan.

BAB IV

PELAKSANAAN

Pasal 5

1. SPM bidang perumahan rakyat sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 merupakan acuan dalam perencanaan program pencapaian target SPM yang dilakukan se-cara bertahap oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

2. SPM bidang perumahan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilak-sanakan sesuai dengan petunjuk teknis SPM bidang perumahan rakyat daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota tercantum dalam lampiran II Peraturan Men-teri ini.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu Pembinaan

Pasal 6

1. Menteri melakukan pembinaan kepada pemerintah daerah provinsi dan pemer-intah daerah kabupaten/kota dalam penerapan SPM.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa fasilitasi, petun-juk teknis, bimbingan teknis, pelatihan dan/atau bantuan teknis lainnya.

3. Pembinaan dan penerapan SPM terhadap pemerintah daerah kabupaten/kota dilakukan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah.

4. Pembinaan dan penerapan SPM terhadap masyarakat dan pemangku kepentin-gan bidang perumahan dilakukan oleh bupati/walikota.

Bagian Kedua Pengawasan

Pasal 7

1. Menteri bertanggung jawab atas pengawasan teknis penerapan SPM kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Page 5: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

137Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

2. Menteri dapat melimpahkan tanggung jawab pengawasan teknis penerapan SPM yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah.

Pasal 8

1. Bupati/walikota melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan sesuai SPM di daerah masing-masing.

2. Bupati/walikota menyampaikan laporan pencapaian kinerja pelayanan bidang perumahan rakyat kepada Gubernur.

3. Gubernur sebagaimana dimaksud ayat (2) menyampaikan laporan pencapaian kinerja pelayanan bidang perumahan rakyat kepada Menteri dan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 9

1. Menteri melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan bi-dang perumahan rakyat sesuai SPM yang ditetapkan.

2. Hasil monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan pelayanan bidang pe-rumahan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Pres-iden melalui Menteri Dalam Negeri.

Pasal 10

1. Menteri dapat memberikan insentif kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota berdasarkan monitoring dan evaluasi keberhasilan pencapaian SPM dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan.

2. Menteri dapat memberikan disinsentif kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota berdasarkan monitoring dan evaluasi ketidakber-hasilan pencapaian SPM dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan.

3. Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pencapaian penyelenggaraan SPM berupa: a. pembangunan serta pengadaan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

lingkungan perumahan; b. pemberian bantuan sebagian pembiayaan pembangunan, pemilikan, atau

perbaikan rumah layak huni; c. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta atau pemerintah dae-

rah. 4. Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perangkat untuk

mengurangi atau meniadakan akibat tidak tercapainya penyelenggaraan SPM berupa: a. mengurangi atau meniadakan pembangunan serta pengadaan prasarana,

sarana dan utilitas umum (PSU) lingkungan perumahan; b. mengurangi atau meniadakan pemberian bantuan sebagian pembiayaan

pembangunan, pemilikan, atau perbaikan rumah layak huni; c. mengurangi atau meniadakan pemberian penghargaan kepada masyarakat,

swasta atau pemerintah daerah.

Page 6: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

138 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 11

1. Pembiayaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi Pemerintah dibebankan pada APBN.

2. Pembiayaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD.

3. Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota bertang-gungjawab melaksanakan mobilisasi, potensi, kelembagaan dan investasi pe-rumahan melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya dan Peraturan Menteri ini diundangkan den-gan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2008

MENTERI NEGARA PERUMAHAN

RAKYAT,

ttd

MOHAMMAD YUSUF ASY’ARI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAM

ttd

ANDI MATALATA

LEMBARAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ..........NOMOR :...........

Page 7: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

139Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT

Nomor : 22/PERMEN/M/2008

Tanggal : 30 Desember 2008

A. JENIS PELAYANAN DASAR, INDIKATOR, NILAI DAN WAKTU PENCAPAIAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI

Departemen/LPND : Kementerian Negara Perumahan Rakyat Urusan Wajib : Perumahan Daerah : Provinsi

No.

Jenis

Pelayanan

Dasar skala

Provinsi

Standar Pelayanan

MinimalBatas

Waktu

Pencapaian

(Tahun)

Satuan Kerja/

Lembaga

Penanggung

Jawab

Keterangan

Indikator Nilai

I. Rumah Layak Huni dan Terjangkau

Cakupan ketersediaan rumah layak huni

100 % 2009 - 2025

Dinas perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Sesuai tata ruang dan perizinan

Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

70 % 2009 - 2025

Dinas perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Tercapainya fasilitasi keterjangkauan menghuni rumah layak huni oleh Pemerintah Daerah Provinsi

II.

Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum

Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan PSU

100% 2009 - 2025

Dinas perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Sesuai tata ruang dan perizinan

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

ttd

MOHAMMAD YUSUF ASY’ARI

Page 8: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

140 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

B. JENIS PELAYANAN DASAR, INDIKATOR, NILAI DAN WAKTU PENCAPAIAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH KA-

BUPATEN/KOTA

Departemen/LPND : Kementerian Negara Perumahan Rakyat Urusan Wajib : Perumahan Daerah : Kabupaten/Kota

No.

Jenis

Pelayanan

Dasar skala

Provinsi

Standar Pelayanan

Minimal

Batas

Waktu

Pencapaian

(Tahun)

Satuan Kerja/

Lembaga

Penanggung

Jawab

Keterangan

Indikator Nilai

I.Rumah Layak Huni dan Ter-jangkau

Cakupan ketersediaan rumah layak huni

100 % 2009 - 2025

Dinas perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Sesuai tata ruang dan perizinan

Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

70 % 2009 - 2025

Dinas perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Tercapainya fasilitasi keterjangkauan menghuni rumah layak huni oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

II.

Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan prasa-rana, sarana dan utilitas umum (PSU)

Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan PSU

100% 2009 - 2025

Dinas perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Sesuai tata ruang dan perizinan

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

ttd

MOHAMMAD YUSUF ASY’ARI

Page 9: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

141Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Lampiran II Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat

Nomor : 22/PERMEN/M/2008

Tanggal : 30 Desember 2008

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN

RAKYAT DAERAH PROVINSI

I. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU

1. Cakupan ketersediaan rumah layak huni

a. Pengertian

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hu-nian dan sarana pembinaan keluarga.

2. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, bendabersama dan tanah-bers-ama.

3. Rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan peng-huninya;

b. Defi nisi Operasional

Cakupan ketersediaan rumah layak huni adalah cakupan pemenuhan kebutu-han rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecuku-pan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.

c. Cara Perhitungan Rumus

1. Rumus

2. Pembilang Jumlah rumah layak huni yang memenuhi kriteria kehandalan bangunan,

menjamin kesehatan serta kecukupan luas minimum di suatu wilayah kerja, pada waktu tertentu.

3. Penyebut Jumlah rumah di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu. 4. Ukuran/Konstanta Persentase (%) 5. Contoh Perhitungan Pada suatu wilayah provinsi mempunyai jumlah rumah layak huni yang

memenuhi kriteria kehandalan bangunan, menjamin kesehatan dan kecu-kupan luas minimum sebanyak 200.000 rumah pada tahun 2007, sedang-kan total jumlah rumah yang ada pada provinsi tersebut sebanyak 400.000 rumah, maka: Persentase cakupan rumah layak huni pada wilayah provinsi tersebut adalah:

200.000 rumah layak huniX 100 % = 50 %

400.000 jumlah rumah wilayah provinsi

Page 10: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

142 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

d. Sumber Data

1. Dinas Perumahan atau dinas yang menangani bidang perumahan kabu-paten/kota

2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi e. Rujukan

1. Undang-Undang Nomor: 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 2. Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permuki-

man; 3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 08/

PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya; 4. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/

KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat).

f. Target

Target pelaksanaan SPM bidang perumahan rakyat yang mengatur cakupan ketersediaan rumah layak huni yang harus dilakukan oleh Daerah Provinsi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2025 sebesar 100 % (seratus persen).

g. Langkah Kegiatan

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupat-en/kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat un-tuk rumah layak huni melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendamp-ingan;

2. Melakukan pemutahiran data rumah secara berkala dari kabupaten/kota; 3. Melakukan pengawasan, pengendalian, evaluasi, koordinasi serta singkro-

nisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk ketersediaan rumah layak huni kepada Menteri.

h. SDM

1. Sarjana Teknik Sipil/Arsitek/Teknik Lingkungan/ Industri/Planologi atau sarjana lain yang sesuai untuk melakukan bimbingan teknis, pendampin-gan dalam penyelenggaraan perumahan rakyat;

2. Sarjana Sosial /ilmu Hukum/Ekonomi atau sarjana lain yang sesuai untuk melakukan penyiapan materi dan pelaksanaan sosialisasi, pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan perumahan;

2. Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

a. Pengertian

1. Rumah terjangkau adalah rumah dengan harga jual atau harga sewa yang mampu dimiliki atau disewa oleh seluruh lapisan masyakarat;

2. Median multiple adalah perbandingan antara median harga rumah den-gan median penghasilan rumah tangga dalam setahun;

3. Indeks keterjangkauan adalah gambaran pemerintah daerah tentang kemampuan masyarakat diwilayahnya secara umum untuk memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni dan terjangkau.

b. Defi nisi Operasional

Cakupan ketersediaan rumah layak huni yang terjangkau adalah cakupan ket-ersediaan rumah layak huni dengan harga yang terjangkau baik untuk dimiliki maupun disewa oleh seluruh lapisan masyakarat.

Page 11: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

143Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

c. Kriteria

1. Harga rumah dikatagorikan terjangkau apabila mempunyai median mul-tiple sebesar 3 atau kurang; Indeks Keterjangkauan

Rating Median Multiple

Sama sekali tidak terjangkau5.1Tidak terjangkauKurang terjangkauTerjangkau

Lebih besar atau sama dengan

4.1 s/d 5.03.1 s/d 4.0lebih kecil atau sama dengan 3

2. Median harga rumah berdasarkan harga rumah layak huni untuk MBR sesuai peraturan perundang-undangan;

3. Median penghasilan rumah tangga berdasarkan penghasilan rumah tangga yang masuk dalam katagori masyarakat berpenghasilan rendah.

d. Cara Perhitungan/Rumus

1. Rumus

Indeks Keterjangkauan =Median harga rumah

Median penghasilan rumah tangga

Cakupan layanan rumah layak huni = yang terjangkau

Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni dan terjangkau pada kurun waktu tertentu X 100 %

Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu

2. Pembilang Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni dan ter-

jangkau pada kurun waktu tertentu. 3. Penyebut Jumlah rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah pada kurun

waktu tertentu. 4. Ukuran/Konstanta Persentase (%). 5. Contoh Perhitungan

a). Menghitung indeks keterjangkauan Median harga rumah layak huni di Provinsi A adalah Rp 30 juta (baik

yang dilakukan dengan cara dibeli, dibangun, atau diperbaiki). Median penghasilan rumah tangga per tahun di Provinsi A adalah Rp 9 juta. Dari data tersebut maka indeks keterjangkauan harga rumah di Provinsi A adalah Rp 30 juta/ Rp 9 juta = 3.33 atau masuk katagori kurang terjang-kau.

Supaya indeks keterjangkauan harga rumah di Provinsi A menjadi

“terjangkau” maka Pemerintah Provinsi perlu untuk melakukan ber-baga upaya fasilitasi.

b). Menghitung cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau Jumlah rumah tangga di Provinsi A pada tahun 2010 adalah 1.000.000 KK. Perkiraan jumlah rumah tangga yang belum memiliki

Page 12: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

144 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

rumah atau tinggal di rumah yang belum layak huni adalah 20 %, maka : jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah atau ting-gal di rumah yang belum layak huni adalah 20 % x 1.000.000 KK = 200.000 KK.

Jumlah rumah tangga di Provinsi A pada tahun 2010 yang difasilitasi oleh Daerah Provinsi A dan akhirnya mampu memiliki atau tinggal di rumah yang layak huni dan terjangkau adalah 140.000 KK.

Cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau = 140.000/200.000 x 100 % = 70 %.

e. Sumber Data

1. Dinas Perumahan atau dinas yang menangani bidang perumahan kabu-paten/kota;

2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi. f. Rujukan

1. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan Dan Permukiman;

2. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 8/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan Untuk Perumahan Swadaya Bagi MBR Melalui LKM/LKNM;

3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 3/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 7/PERMEN/M/2008;

4. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 4/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No-mor: 8/PERMEN/M/2008;

5. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 5/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi, seb-agaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 5/PERMEN/M/2008;

6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 6/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 6/PERMEN/M/2008;

g. Target

Target pelaksanaan SPM bidang perumahan rakyat cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau yang harus dilakukan oleh Daerah Provinsi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2025 sebesar 70 % (tujuh puluh persen).

Page 13: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

145Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

h. Langkah Kegiatan

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabu-paten/kota dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan tek-nis, dan pendampingan;

2. Melakukan pemutahiran data harga rumah dan penghasilan rumah tangga secara berkala dari kabupaten/kota;

3. Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta singkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bi-dang perumahan rakyat untuk rumah layak huni dan terjangkau kepada Menteri.

i. SDM

1. Sarjana Ekonomi atau sarjana lain yang sesuai dibutuhkan untuk meng-hitung indeks keterjangkauan harga rumah dalam suatu wilayah kerja dan mengembangkan berbagai jenis fasilitasi khususnya skim dan me-kanisme bantuan pembiayaan perumahan;

2. Sarjana Sipil/Arsitektur atau sarjana lain yang sesuai dibutuhkan untuk menghitung indeks keterjangkauan harga rumah khususnya melakukan analisa terhadap harga rumah layak huni.

II. LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN PRASA-

RANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

3. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sa-

rana dan utilitas umum (PSU)

a. Pengertian

1. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasa-rana dan sarana lingkungan.

2. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lind-ung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang ber-fungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

3. Lingkungan perumahan adalah lingkungan hunian dengan batas-batas fi sik tertentu baik merupakan bagian dari kawasan permukiman maupun kawasan dengan fungsi khusus yang keberadaannya didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk menyelenggarakan kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya dalam lingkup terbatas.

4. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fi sik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

5. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk peny-elenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

6. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan. b. Defi nisi Operasional :

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) adalah lingkungan hunian dengan batasbatas fi sik tertentu baik merupakan bagian dari kawasan permukiman maupun kawasan

Page 14: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

146 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

dengan fungsi khusus yang keberadaannya didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk menyelengga-rakan kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya dalam lingkup terbatas dengan penataan sesuai tata ruang dan menjamin kesehatan serta keamanan bagi masyarakat.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1. Rumus

Cakupan lingkunga

yang sehat dan aman = yang didukung PSU

Jumlah lingkungan yang didukung PSU

perumahan pada kurun waktu tertentuX 100 %

Jumlah lingkungan pada kurun waktu

tertentu

2. Pembilang Jumlah lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didukung

prasarana, sarana dan utilitas (PSU), meliputi : jalan, drainase, persampah-an, sanitasi, air bersih, dan listrik memadai untuk satu lingkungan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

3. Penyebut Jumlah lingkungan perumahan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu. 4. Ukuran/Konstanta Persentase (%) 5. Contoh Perhitungan Pada suatu wilayah provinsi mempunyai jumlah lingkungan (kelurahan/

desa) yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU) yang memenuhi kriteria komponen PSU sebanyak 300 kelurahan/desa pada tahun 2007, dari total jumlah kelurahan/desa yang ada pada provinsi tersebut sebanyak 600, maka:

Persentase cakupan lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didukung PSU provinsi tersebut adalah:

300 kelurahan/desa didukung PSU X 100 % = 50 %

600 kelurahan/desa pada provinsi

d. Rujukan

1. Undang-Undang Nomor: 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 2. Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permuki-

man; 3. Peraturan Pemerintah Nomor: 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Ban-

gun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri; 4. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 10/PERMEN/M/2007

tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Permukiman;

5. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan Dan Permukiman;

e. Sumber Data

1. Dinas Perumahan atau dinas yang menangani bidang perumahan kabu-paten/kota.

2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi.

Page 15: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

147Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

f. Target

Target pelaksanaan SPM bidang perumahan rakyat yang mengatur cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utili-tas umum (PSU) yang harus dilakukan oleh Daerah Provinsi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2025 sebesar 100 % (seratus persen).

g. Langkah Kegiatan

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabu-paten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sa-rana dan utilitas umum (PSU) melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

2. Melakukan pemutahiran data lingkungan perumahan secara berkala dari kabupaten/kota;

3. Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bi-dang perumahan rakyat untuk lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) kepada Menteri.

h. SDM

1. Sarjana Teknik Sipil/Arsitek/Teknik Lingkungan/Industri/Planologi atau sarjana lain yang sesuai untuk melakukan bimbingan teknis, pendampin-gan dalam penyelenggaraan perumahan;

2. Sarjana Sosial/ Ilmu Hukum/ Ekonomi atau sarjana lain yang sesuai untuk melakukan penyiapan materi dan pelaksanaan sosialisasi, pengawasan, pengendalian, dan pelaporan penyelenggaraan perumahan.

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN

RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA

I. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU

1. Cakupan ketersediaan rumah layak huni

a. Pengertian

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hu-nian dan sarana pembinaan keluarga.

2. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, bendabersama dan tanah-ber-sama.

3. Rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan kese-lamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.

b. Defi nisi Operasional

Cakupan ketersediaan rumah layak huni adalah cakupan pemenuhan kebu-tuhan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecu-kupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.

Page 16: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

148 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

c. Kriteria

1. Kriteria rumah layak huni meliputi :a). Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan meliputi :

1. struktur bawah/pondasi; 2. struktur tengah/kolom dan balak (Beam); 3. struktur atas.

b). Menjamin kesehatan meliputi pencahayaan, penghawaan dan sani-tasi

c). Memenuhi kecukupan luas minimum 7,2 m2/orang sampai dengan 12

m2/orang

2. Kriteria rumah layak huni sebagaimana dimaksud angka 1 tidak meng-hilangkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan daerah setempat sesuai kearifan lokal daerah untuk menggunakan teknologi dan bahan bangunan dalam membangun rumah layak huni.

Contoh persyaratan keselamatan bangunan sebagaimana dimaksud pada kriteria rumah layak huni huruf a).

1. Kriteria rumah layak hunia) Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan

1. Ketentuan Struktur Bawah (Pondasi)1) Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap, yaitu ditempat-

kan pada tanah keras, dasar pondasi diletakkan lebih dalam dari 45 cm dibawah permukaan tanah.

2) Seluruh badan pondasi harus tertanam dalam tanah 3) Pondasi harus di-hubungkan dengan balok pondasi atau sloof, baik pada pondasi setem-patmaupun pondasi menerus

4) Balok pondasi harus diangkerkan pada pondasinya, dengan jarak angker setiap 1,50 meter dengan baja tulangan diameter 12 mm

5) Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, untuk mencegah longsor, tebing diberi dinding penahan yang terbuat dari pasangan atau turap bambu maupun kayu

Page 17: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

149Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

PONDASI

2. Struktur Tengah Ketentuan : 1) Bangunan harus menggunakan kolom sebagairangka pemikul, dapat

terbuat dari kayu, beton bertulang, atau baja

Page 18: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

150 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

2) Kolom harus diangker pada balok pondasi atau ikatannya diteruskan pada pondasinya

3) Pada bagian akhir atau setiap kolom harus diikat dan disatukan dengan balok keliling/ring balok dari kayu, beton bertulang atau baja

4) Rangka bangunan (kolom, ring balok, dan sloof ) harus memiliki hubun-gan yang kuat dan kokoh

5) Kolom/tiang kayu harus dilengkapi dengan balok pengkaku untuk mena-han gaya lateral gempa

6) Pada rumah panggung antara tiang kayu harus diberi ikatan diagonal.

SKALA 20 :1

3. Struktur Atas Ketentuan struktur atas: 1) Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap 2) Rangka kuda-kuda harus diangker pada kedudukannya (pada kolom atau

ring balok).3) Pada arah memanjang atap harus diperkuat dengan menambah ikatan

angin diantara rangka kuda-kuda.

KUDA - KUDA KAYU 5/10 SEKALA 1 : 50

Page 19: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

151Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

b) Menjamin Kesehatan: 1. kecukupan pencahayaan rumah layak huni minimal 50% dari dinding yang

berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur;

2. kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10 % dari luas lantai. 3. penyediaan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban didalam atau luar

bangunan rumah dan dilengkapi bangunan bawah septiktank atau den-gan sanitasi komunal.

c) Memenuhi kecukupan luas minimum adalah luas minimal rumah layak huni antara 7,2 m

2/orang sampai dengan 12

m2/orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang serba-

guna/ruang tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi. 2. Teknologi dan bahan bangunan rumah layak huni yang sesuai dengan kearifan

lokal disesuaikan dengan adat dan budaya daerah setempat.

d. Cara Perhitungan Rumus

1. Rumus

Cakupan Rumah =

Layak Huni

Jumlah rumah layak huni di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentuX 100 %

Jumlah rumah di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu

2. Pembilang Jumlah rumah layak huni yang memenuhi kriteria kehandalan ban-

gunan, menjamin kesehatan serta kecukupan luas minimum di suatu wilayah kerja, pada waktu tertentu.

3. Penyebut Jumlah rumah di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 4. Ukuran/Konstanta Persentase (%) 5. Contoh Perhitungan Pada suatu wilayah kabupaten atau kota mempunyai jumlah rumah layak

huni yang memenuhi kriteria kehandalan bangunan, menjamin kesehat-an dan kecukupan luas minimum sebanyak 200 rumah pada tahun 2007, sedangkan total jumlah rumah yang ada pada kabupaten atau kota terse-but sebanyak 400 rumah, maka :

Persentase cakupan rumah layak huni pada kabupaten atau kota tersebut adalah:

200 rumah layak huni

X 100 % = 50 % 400 jumlah rumah di kab/

kota

e. Sumber Data

1. Dinas Perumahan atau dinas yang menangani bidang perumahan kabu-paten/kota

2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten/Kota 3. Kantor Kecamatan dan Kelurahan/desa

Page 20: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

152 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

4. Pengembang perumahan atau pemangku kepentingan bidang peruma-han

f. Rujukan

1. Undang-Undang Nomor:16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 2. Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permuki-

man; 3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 08/PERMEN/M/2007

tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan; g. Target

Target pelaksanaan SPM bidang perumahan rakyat yang mengatur cakupan ketersediaan rumah layak huni yang harus dilakukan oleh Daerah Kabupat-en/Kota dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2025 sebesar 100 % (seratus persen).

h. Langkah Kegiatan

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bi-dang perumahan rakyat untuk ketersediaan rumah layak huni melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

2. Melakukan pendataan dan pemutahiran data rumah layak huni secara berkala;

3. Melakukan pembentukan pusat informasi bidang perumahan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi pembangunan rumah layak huni dan terjangkau

4. Perizinan pembangunan dibidang perumahan; 5. Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan bidang perumahan dan pelaporan penyelengga-raan pelayanan bidang perumahan rakyat kepada provinsi.

i. SDM

1. Sarjana Teknik Sipil/Arsitek/Teknik Lingkungan/ Industri/Planologi atau sarjana lain untuk melakukan bimbingan teknis, pendampingan, dalam penyelenggaraan perumahan rakyat;

2. Sarjana Sosial /ilmu Hukum/Ekonomi atau sarjana lain yang sesuai untuk melakukan penyiapan materi dan pelaksanaan sosialisasi, pengawasan, pengendalian, dan pelaporan penyelenggaraan perumahan rakyat;

3. Diploma 3 yang sesuai/ SMU atau yang sederajat untuk melakukan pen-dataan rumah layak huni.

2. Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

a. Pengertian

1. Rumah terjangkau adalah rumah dengan harga jual atau harga sewa yang mampu dimiliki atau disewa oleh seluruh lapisan masyakarat.

2. Median multiple adalah perbandingan antara median harga rumah dengan median penghasilan rumah tangga dalam setahun.

3. Indeks keterjangkauan adalah gambaran pemerintah daerah tentang kemampuan masyarakat diwilayahnya secara umum untuk memenuhi

Page 21: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

153Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

kebutuhan rumah yang layak huni dan terjangkau. 4. Layanan adalah segala bentuk kegiatan yang diberikan oleh Pemerintah

Pusat/Daerah, BUMN/BUMD dalam rangka pemenuhan kebutuhan ma-syarakat dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Defi nisi Operasional

Cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau adalah cakupan ket-ersediaan rumah layak huni dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyakarat baik untuk dimiliki maupun disewa.

c. Kriteria

1. Harga rumah dikatagorikan terjangkau apabila mempunyai median multiple sebesar 3 atau kurang;

Indeks Keterjangkauan

Rating Median Multiple

Sama sekali tidak terjangkauTidak terjangkauKurang terjangkauTerjangkau

lebih besar atau sama dengan 5.14.1 s/d 5.03.1 s/d 4.0lebih kecil atau sama dengan 3

2. Median harga rumah berdasarkan harga rumah layak huni sesuai peraturan perundang-undangan;

3. Median penghasilan rumah tangga berdasarkan penghasilan rumah tangga yang masuk dalam katagori masyarakat berpenghasilan rendah.

d. Cara Perhitungan/Rumus

1. Rumus

Indeks Keterjangkauan = Median harga rumah

Median penghasilan rumah tangga

Cakupan layanan

rumah layak huni =

yang terjangkau

Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah

layak huni yang terjangkau pada kurun waktu tertentu X 100 %

Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu

2. Pembilang Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni yang terjang-

kau pada kurun waktu tertentu. 3. Penyebut Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu. 4. Ukuran/Konstanta Persentase (%). 5. Contoh Perhitungan

a). Menghitung indeks keterjangkauan Median harga rumah layak huni di kabupaten A adalah Rp 30 juta

(baik yang dilakukan dengan cara dibeli, dibangun, atau diperbaiki). Median penghasilan rumah tangga per tahun di kabupaten A adalah Rp 9 juta. Dari data tersebut maka indeks keterjangkauan harga rumah di kabupaten A adalah Rp 30 juta/ Rp 9 juta = 3.33 atau masuk katagori kurang terjangkau.

Supaya indeks keterjangkauan harga rumah di kabupaten A men-

Page 22: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

154 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

jadi “terjangkau” maka Pemda perlu untuk memfasilitasi masyarakat tersebut baik melalui pemberian bantuan biaya pembelian, pemban-gunan, perbaikan rumah, penyediaan lahan murah, dan memberi-kan kemudahan perizinan. Dengan demikian peran Pemda adalah melakukan berbagai upaya agar masyarakat mampu memiliki atau tinggal di rumah yang layak huni melalui fasilitasi pemberian ban-tuan pembiayaan dan kemudahan lainnya.

b). Menghitung cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau Jumlah rumah tangga di Kabupaten A pada tahun 2010 adalah 100.000 KK. Perkiraan jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah

atau tinggal di rumah yang belum layak huni adalah 20 %, maka : jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah atau tinggal di rumah yang be-lum layak huni adalah 20 % x 100.000 KK = 20.000 KK.

Jumlah rumah tangga di kapubapen A pada tahun 2010 yang difasilitasi oleh Daerah Kabupaten A dan akhirnya mampu memiliki atau tinggal di rumah yang layak huni dan terjangkau adalah 14.000 KK.

Cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau = 14.000/20.000 x 100 % = 70 %.

e. Sumber Data

1. Dinas Perumahan atau yang menangani bidang perumahan kabupaten/kota.

2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten/Kota. 3. Kantor Kecamatan dan Kelurahan/desa. 4. Perbankan penyalur KPR. 5. Pengembang perumahan atau pemangku kepentingan bidang perumahan.

f. Rujukan

1. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan Dan Permukiman;

2. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/PERMEN/M/2006 ten-tang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan Untuk Perumahan Swadaya Bagi MBR Melalui LKM/LKNM;

3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 3/PERMEN/M/2007 ten-tang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Bersubsidi, sebagaimana telah diubah den-gan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 7/PERMEN/M/2008;

4. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 4/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasili-tas Subsidi Perumahan Melalui KPR Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/PERMEN/M/2008;

5. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 5/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasili-tas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 5/PERMEN/M/2008;

Page 23: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

155Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 6/PERMEN/M/2007 ten-tang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Syariah Bersubsidi, sebagaima-na telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 6/PERMEN/M/2008;

g. Target

Target pelaksanaan SPM bidang perumahan rakyat yang mengatur cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau yang harus dilakukan oleh Daerah Kabupaten/Kota dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2025 sebesar sebesar 70 % (tujuh puluh persen).

h. Langkah Kegiatan

1. Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan instansi lain seperti kantor badan pusat statistik kabupaten/kota, koperasi, pengembang, dan perbankan.

2. Melakukan pelatihan kepada para staf di dinas perumahan atau dinas yang menangani perumahan khususnya mengenai skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat.

3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat maupun stakeholders terkait den-gan skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan bagi masyara-kat.

4. Melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data khususnya data harga rumah layak huni dan besaran penghasilan rumah tangga (khususnya rumah tangga yang masuk katagori berpenghasilan rendah). Pengumpulan data dapat dilakukan melalui kegiatan survey lapangan atau dapat di-peroleh dari kantor statistik, pengembang, dll.

5. Memberikan fasilitasi rumah layak huni dan terjangku kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah, baik untuk dimiliki maupun cara lain sesuai peraturan perundangundangan dapat berupa: • penyediaan lahan murah bagi pembangunan rumah layak huni. • pemberian kemudahan perizinan pembangunan perumahan rumah layak

huni • pemberian bantuan sebagian pembiayaan pemilikan rumah layak huni. • pemberian bantuan sebagian pembiayaan pembangunan rumah layak

huni. • pemberian bantuan sebagian pembiayaan perbaikan rumah layak huni.

6. Melakukan kegiatan monitoring dan supervisi pelaksanaan fasilitasi kepada masyarakat minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran.

7. Melakukan kegiatan evaluasi kegiatan minimal 2 kali dalam satu tahun ang-garan.

8. Melakukan pencatatan dan pelaporan minimal 2 laporan dalam satu tahun anggaran.

i. SDM

1. Sarjana Ekonomi, sarjana ini dibutuhkan untuk menghitung indeks keter-jangkauan harga rumah dalam suatu wilayah kerja berikut mengembang-kan jenis skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan.

Page 24: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

156 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

2. Sarjana sipil/arsitektur, sarjana ini dibutuhkan untuk menghitung indeks keterjangkauan harga rumah khususnya melakukan analisa terhadap harga rumah layak huni.

3. Diploma 3 yang sesuai/ SMU atau yang sederajat untuk melakukan pendata-an harga rumah dan penghasilan rumah tangga.

II. LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN

PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

3. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sa-

rana dan utilitas umum (PSU)

a. Pengertian

1. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan utilitas umum.

2. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi se-bagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat keg-iatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

3. Lingkungan perumahan adalah perumahan dalam berbagai bentuk dan uku-ran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang terstruktur.

4. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fi sik lingkungan yang me-mungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mesti-nya;

5. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk peny-elenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

6. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan. 7. Lingkungan perumahan yang sehat dan aman adalah kumpulan rumah

dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum dengan penataan lingkungan yang menjamin kesehatan ma-syarakatnya.

b. Defi nisi Operasional :

Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) adalah kumpulan rumah dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum dengan penataan sesuai tata ruang dan menjamin kesehatan masyarakat.

c. Kriteria

1. Jalan a). Jalan akses dan Jalan poros Ketentuan:

1). Kelas jalan : -jalan lokal skunder I (satu jalur) -jalan lokal skunder I (dua jalur) -jalan lokal skunder II -jalan lokal skunder III

2). dapat diakses mobil pemadam kebakaran 3). konstruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat 4). jembatan harus memiliki pagar pengaman.

Page 25: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

157Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

b). Jalan lingkungan Ketentuan : 1). Kelas jalan:

-jalan lingkungan I -jalan lingkungan II

2). akses kesemua lingkungan permukiman 3). kecepatan rata-rata 5 sampai dengan 10 km/jam 4). Dapat diakses mobil pemadam kebakaran 5). konstruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat 6). jembatan harus memiliki pagar pengaman.

c). Jalan setapak Ketentuan: 1). akses kesemua persil rumah sesuai perencanaan 2). lebar 0,8 sampai 2m

2. Sanitasi Ketentuan sanitasi a) limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air,

tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah b) Pengosongan lumpur tinja 2 tahun sekali c) apabila kemungkinan membuat tankseptik tidak ada, maka lingkungan

perumahan yang baru harus dilengkapi dengan sistem pembuangan sanitasi lingkungan atau harus dapat disambung dengan sistem pem-buangan sanitasi kota atau dengan cara pengolahan lain.

3. Drainase dan pengendalian banjir Ketentuan :a) tinggi genangan rata-rata kurang dari 30 cm b) lama genangan kurang dari 1 jam c) setiap lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem drainase

yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan air.

d) sistem drainase harus dihubungkan dengan badan penerima (saluran kota, sungai, danau, laut atau kolam yang mempunyai daya tampung cu-kup) yang dapat menyalurkan atau menampung air buangan sedemikian rupa sehingga maksud pengeringan daerah dapat terpenuhi.

e) prasarana drainase tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit 4. Persampahan Ketentuan :

a). 100 % produk sampah tertangani (berdasarkan jumlah timbunan sampah 0,02 m3/orang/hari)

b).Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan.

c). Pengelolaan persampahan mandiri termasuk pembuatan composer komunal untuk kebutuhan kawasan perumahan.

5. Air minum Ketentuan : a) 100% penduduk terlayani b) 60-220 lt/orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan c) 30-50 lt/orang/hari untuk lingkungan perumahan d) Apabila disediakan melalui kran umum :

-1 kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 220 jiwa -Radius pelayanan maksimum 100 meter -Kapasitas minum 30/lt/hari

e) Memenuhi standar air minum

Page 26: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

158 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PERMENEG PERUMAHAN RAKYAT NO. 22/PERMEN/M/2008

6. Listrik Ketentuan : a) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN

atau dari sumber lain (dengan perhitungan setiap unit hunian mendapat daya listrik minimum 450 VA atau 900 VA)

b) tersedia jaringan listrik lingkungan c) pengaturan tiang listrik dan gardu listrik harus menjamin keamanan penghuni d) tersedia penerangan jalan umum

d. Cara Perhitungan/Rumus

1. Rumus

Cakupan lingkungan

yang sehat dan aman =

yang didukung PSU

Jumlah lingkungan yang didukung

PSU pada kurun waktu tertentu X 100 %

Jumlah lingkungan perumahan pada

kurun waktu tertentu

2. Pembilang Jumlah lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didu-

kung prasarana, sarana dan utilitas (PSU), meliputi : jalan, drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, dan listrik memadai untuk satu lingkungan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3. Penyebut Jumlah lingkungan perumahan di suatu wilayah kerja pada kurun wak-tu tertentu.

4. Ukuran/Konstanta Persentase (%). 5. Contoh Perhitungan

Pada suatu kabupaten/kota mempunyai jumlah lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU) yang memenuhi kriteria komponen PSU sebanyak 30 kelurahan/desa pada tahun 2007, dari total jumlah kelurahan/desa yang ada pada kabupaten/kota tersebut seban-yak 60, maka: Persentase cakupan lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didukung PSU kabupaten/kota tersebut adalah:

30 kelurahan/desa didukung PSU X 100 % = 50 %

60 kelurahan/desa pada kabupaten/kota

e. Rujukan

1. Undang-Undang Nomor: 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 2. Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permuki-

man; 3. Undang-Undang Nomor: 18 Tahun 2008 tentang Persampahan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor: 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun

dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri; 5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/KPTS/1986 tentang Pedo-

man Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun; 6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 34/PERMEN/M/2006

tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan;

7. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Permukiman;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2007 tentang Peny-

Page 27: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

159Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

elenggaraan Pengembangan Sistem Peyediaan Air Minum; 9. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/PERMEN/M/2008

tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan Dan Permukiman. f. Sumber Data

1. Dinas Perumahan atau yang menangani bidang perumahan kabupaten/kota 2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten/Kota 3. Kantor Kecamatan dan Kelurahan/desa 4. Perbankan penyalur KPR 5. Pengembang perumahan atau pemangku kepentingan bidang perumahan

g. Target

Target pelaksanaan SPM bidang perumahan rakyat yang mengatur cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utili-tas umum (PSU) yang harus dilakukan oleh Daerah Kabupaten/Kota dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2025 sebesar 100 % (seratus persen).Target 2025 : 100%

h. Langkah Kegiatan

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

2. Melakukan pendataan dan pemutahiran data lingkungan perumahan secara berkala;

3. Melakukan pembentukan pusat informasi bidang perumahan untuk memu-dahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

4. Perizinan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU); 5. Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta singkronisasi pelak-

sanaan kebijakan bidang perumahan dan pelaporan penyelenggaraan pelay-anan bidang perumahan rakyat kepada provinsi.

i. SDM

1. Sarjana Teknik Sipil/Arsitek/Teknik Lingkungan/Industri/Planologi atau sar-jana lain untuk melakukan bimbingan teknis, pendampingan, dalam peny-elenggaraan perumahan rakyat;

2. Sarjana Sosial/Ilmu Hukum/Ekonomi atau sarjana lain yang sesuai untuk melakukan penyiapan materi dan pelaksanaan sosialisasi, pengawasan, pen-gendalian, dan pelaporan penyelenggaraan perumahan;

3. Diploma 3 yang sesuai/ SMU atau yang sederajat untuk melakukan pendata-an rumah layak huni.

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

ttd

MOHAMMAD YUSUF ASY’ARI

Page 28: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

160 Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Page 29: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT

NOMOR 16 TAHUN 2010

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN

MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan

Page 30: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

1

Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585 );

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 );

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Permukiman;

9.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang perumahan rakyat adalah

tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif di bidang perumahan rakyat yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang perumahan rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota berupa masukan, proses, hasil, dan/atau manfaat pelayanan.

2. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target (nilai) indikator Standar Pelayanan Minimal secara bertahap yang ditentukan untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/kota.

3. Langkah Kegiatan….............

Page 31: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

2

3. Langkah kegiatan adalah tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memenuhi capaian indikator Standar Pelayanan Minimal sesuai situasi dan kondisi serta kemampuan keuangan pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/kota.

4. Kurun waktu adalah kurun/waktu dalam pelaksanaan kegiatan periode 1 (satu) tahun.

5. Satuan kerja/Lembaga penanggung jawab adalah lembaga di daerah yang bertanggung jawab dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal. Penentuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini harus mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, kualifikasi dan kompetensi sumber daya SKPD yang bersangkutan.

6. Kemampuan dan potensi daerah adalah kondisi keuangan daerah seperti PAD, DAU, dan DAK serta sumber daya yang dimilki daerah untuk meyelenggarakan urusan wajib pemerintahan daerah dan dalam rangka pembelanjaan untuk membiayai penerapan Standar Pelayanan Minimal.

7. Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal adalah target pencapaian Standar Pelayanan Minimal yang dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah yang dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RKPD, Renstra-SKPD dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.

8. Analisis kemampuan dan potensi daerah terkait data dan informasi menyangkut kapasitas dan sumber daya yang dimiliki daerah.

9. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut.sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

11. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

12. Sarana adalah fasilitas umum dan fasilitas sosial dan penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

13. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan perumahan yang meliputi sarana air minum, listrik, telepon dan gas.

14. Masyarakat Berpenghasilan Menengah Bawah yang selanjutnya disingkat MBM dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah keluarga/rumah tangga yang berpenghasilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat tentang pengadaan perumahan dan permukiman dengan dukungan fasilitas subsidi perumahan melalui KPR/KPRS Subsidi.

15. Rumah Sederhana.............

Page 32: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

3

15. Rumah Sederhana Sehat yang selanjutnya disebut Rsh adalah tempat kediaman yang layak dihuni dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, berupa bangunan yang luas lantai dan luas kaplingnya memadai dengan jumlah penghuni serta memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal.

16. Perumahan swadaya adalah rumah dan atau perumahan yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik sendiri atau berkelompok, yang meliputi perbaikan, pemugaran/perluasan atau pembangunan rumah baru beserta lingkungannya.

17. Lingkungan hunian yang berimbang adalah pola pembangunan perumahan dan permukiman yang meliputi rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah dengan perbandingan jumlah rumah sederhana, berbanding rumah menengah, berbanding rumah mewah, sebesar 6 (enam) atau lebih, berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu) atau 6 : 3 : 1 sehingga dapat menampung secara serasi antara kelompok masyarakat dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial.

18. Kelompok swadaya masyarakat yang selanjutnya disingkat KSM adalah kelompok yang terdiri dari MBR yang dapat mengajukan usulan untuk menerima pemberian stimulan untuk pembangunan lingkungan perumahan swadaya.

19. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

20. Kepala daerah adalah Gubernur (Kepala Daerah Provinsi), Bupati (Kepala Daerah Kabupaten), atau Walikota (Kepala Daerah Kota).

21. Menteri adalah Menteri Perumahan Rakyat.

Pasal 2 Ruang lingkup petunjuk teknis perencanaan pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat, meliputi: 1. Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal 2. Pengintegrasian rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal dalam bentuk

dokumen perencanaan dan penganggaran 3. Mekenisme pembelanjaan penerapan Standar Pelayanan Minimal dan

perencanaan pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota

4. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target tahunan Standar Pelayanan Minimal kepada masyarakat

Pasal 3

Petunjuk Teknis digunakan sebagai acuan bagi perangkat perumahan di daerah untuk melaksanakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 4 ……………….............

Page 33: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

4

Pasal 4

Ketentuan mengenai perencanaan pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam lampiran 1, dan lampiran II yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 6

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 21 Oktober 2010

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT ttd

SUHARSO MONOARFA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ttd PATRIALIS AKBAR LEMBARAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 525

Page 34: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

1

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal serta Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal, pemerintah wajib

menyusun Standar Pelayanan Minimal berdasarkan urusan wajib yang

merupakan pelayanan dasar, yaitu bagian dari pelayanan publik. Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 mengatur tentang Rencana

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis Kemampuan dan

Potensi Daerah.

Menindaklanjuti hal tersebut di atas, Menteri Perumahan Rakyat telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor

22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan

Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat di Kabupaten/Kota

mencakup 2 (dua) jenis pelayanan dasar, terdiri dari :

1. Rumah layak huni dan terjangkau

2. Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan

utilitas umum (PSU) yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas

umum dengan indikator lingkungan yang sehat dan aman yang didukung

dengan PSU

Dalam rangka penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang

Perumahan Rakyat secara bertahap diperlukan petunjuk teknis perencanaan

pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan

Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota untuk dijadikan acuan

bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan

daerah.

Page 35: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

2

B. TUJUAN DAN SASARAN

Petunjuk teknis ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan

visi kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan

perencanaan pembiayaan penerapan Standar Pelayanan Minimal bidang

Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Adapun sasaran dari petunjuk teknis ini adalah tersusunnya perencanaan

pembiayaan Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat oleh

pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka

pencapaian secara bertahap Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan

Rakyat di daerahnya.

Page 36: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

3

BAB II

RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL Dalam menentukan rencana pencapaian dan penerapan Standar Pelayanan Minimal,

pemerintah daerah harus mempertimbangkan:

1. Kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar

Kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar dilihat dari kegiatan yang

sudah dilakukan oleh daerah sampai saat ini, terkait dengan jenis-jenis

pelayanan yang ada di dalam Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan

Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

2. Target pelayanan dasar yang akan dicapai

Target pelayanan dasar yang akan dicapai mengacu pada target pencapaian

yang sudah disusun oleh Kementerian Perumahan Rakyat dalam Peraturan

Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/PERMEN/M/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan

Daerah Kabupaten/Kota.

3. Kemampuan, potensi, kondisi, karakteristik dan prioritas daerah

Rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat di

daerah mengacu pada batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang

Perumahan Rakyat secara nasional yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Perumahan Rakyat dengan memperhatikan analisis kemampuan dan potensi

daerah.

Analisis kemampuan dan potensi daerah disusun berdasarkan data, statistik dan

informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan baik yang bersifat khusus

maupun umum. Pengertian khusus dalam hal ini adalah data, statistik dan

informasi yang secara langsung terkait dengan penerapan Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota,

misalnya data teknis, sarana dan prasarana fisik, personil, alokasi anggaran untuk

melaksanakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah

Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan pengertian umum dalam hal ini

Page 37: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

4

adalah data, statistik, dan informasi yang secara tidak langsung terkait dengan

penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat, namun

keberadaannya menunjang pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal secara

keseluruhan. Misalkan kondisi geografis, demografis, pendapatan daerah, sarana

prasarana umum dan sosial ekonomi.

Potensi daerah yang dimaksud dalam hal ini mengandung pengertian ketersediaan

sumber daya yang dimiliki baik yang telah dieksploitasi maupun yang belum

dieksploitasi yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk menunjang

pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

Faktor kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menganalisis: a. penentuan status awal yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar di daerah;

b. perbandingan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktu

pencapaian Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh pemerintah.

c. Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian Standar Pelayanan Minimal,

analisa standar belanja kegiatan berkaitan dengan Standar Pelayanan Minimal

dan satuan harga kegiatan; serta

d. Perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar

yang memaksimalkan sumber daya daerah.

Analisis kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menyusun skala prioritas

program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan pencapaian dan

penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi

dan Daerah Kabupaten/Kota.

Page 38: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

5

BAB III

PENGINGTEGRASIAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DALAM DOKUMEN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal

bidang Perumahan Rakyat yang dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam

target tahunan pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat

RPJMD yang memuat rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang

Perumahan Rakyat akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD,

kebijakan umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafond Anggaran (PPA). Adapun

mekanisme rencana pencapaian Standar Pelayanan MinimaL dalam RPJMD sbb:

Gambar 2. Pengintegrasian Pengintegrasian rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal ke dalam RPJMD

dilakukan dengan menggunakan format sesuai tabel 2.

Urusan bersama

Urusan mutlak

Urusan pilihan

Urusan wajib STANDAR

Menjadi salah satu faktor dalam menggambarkan

Kondisi umum daerah

• Urusan pemerintahan kewenangan daerah

• Faktor geografis • Perekonomian

daerah • Kondisi sosial

budaya • Prasarana dan

sarana • Pemerintahan

umum • Prestasi kerja

pelayanan publik berbasis STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Renja - SKPD

RKA - SKPD

Renstra - SKPD

RKPD

• Visi misi & tujuan

• Strategi & kebijakan

• Program, indikasi kegiatan, prestasi kerja berbasis STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Penetapan Perda ttg RPJMD

Menjadi acuan dalam

penyusunan

Rancangan RPJMD

• Strategi pembagunan daerah

• Arah kebijakan keuangan daerah

• Program prioritas daerah

Urusan pemerintahan

Pelayanan Dasar Analisis keuangan & kondisi umum

daerah

Page 39: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

6

BAB IV

MEKANISME PEMBELANJAAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN

MINIMAL DAN PERENCANAAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT

Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala

Daerah dan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota. Nota kesepakatan inilah yang menjadi dasar penyusunan RKA-

SKPD yang menggambarkan secara rinci dan jelas program dan kegiatan yang akan

dilakukan dalam rangka pencapaian dan penerapan Standar Pelayanan Minimal

Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Pengintegrasian Standar Pelayanan Minimal ke dalam RAPBD ini dapat dilihat pada

gambar 3.

Gambar 3.

Pengintegrasian STANDAR PELAYANAN MINIMAL ke dalam RAPBD

RKPD

Rancangan KUA

Rancangan PPAS

Analisis standar belanja

STANDAR

RKA _ SKPD

Nota Keuangan

SE KDh ttg Pedoman

Penyusunan RKA - SKPD

Badan Kepegawaian/ Daftar Pegawai

SKPD

• Penyusunan rincian anggaran pendapatan

• Penyusunan rincian anggaran belanja tidak langsung

• Penyusunan rincian penerimaan pembiayaan daerah

• Penyusunan rincian pengeluaran pembiayaan daerah

Nota Kesepakatan PPAS

Standar satuan harga

Penetapan Perda APBD

Nota Kesepakatan KUA

Per. KDH Penjabaran SPBD

Evaluasi Raperda

Akuntansi/ Laporan Kuangan

Penyusunan Raperda APBD

Raperda APBD

Page 40: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

7

Mekanisme perencanaan pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal

bidang Perumahan Rakyat (gambar 4) dilakukan untuk melihat kemampuan dan

potensi daerah dalam pencapaian dan penerapan Standar Pelayanan Minimal

Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun

tahapan mekanisme perencanaan pembiayaan Standar Pelayanan Minimal adalah

sbb:

1. Pemerintah daerah menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing jenis

pelayanan dalam rangka pencapaian Standar Pelayanan Minimal dengan

mengacu pada indikator kinerja dan batas waktu pencapaian standar

pelayanan minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. pemerintah daerah menetapkan batas waktu pencapaian Standar Pelayanan

Minimal untuk daerahnya dengan mengacu pada batas waktu pencapaian

Standar Pelayanan Minimal secara nasional, kemampuan dan potensi

daerahnya masing-masing.

3. pemerintah daerah menetapkan target tahunan pencapaian Standar

Pelayanan Minimal mengacu pada batas waktu yang sudah ditentukan oleh

masing-masing daerah.

4. pemerintah daerah membuat rincian belanja untuk setiap kegiatan dengan

mengacu pada rincian belanja yang sudah ditetapkan oleh masing-masing

daerah.

5. pemerintah daerah dapat mengembangkan jenis kegiatan dari masing-

masing jenis pelayanan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Perumahan

Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan

daerahnya dalam pencapaian Standar Pelayanan Minimal di daerah masing-

masing.

6. pemerintah daerah menggunakan perencanaan pembiayaan pencapaian

Standar Pelayanan Minimal bidang perumahan rakyat Daerah Provinsi dan

Daerah Kabupaten/Kota untuk melihat kondisi dan kemampuan keuangan

daerahnya dalam mencapai Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan

Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah.

Page 41: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

8

7. apabila pembiayaan yang dibutuhkan dalam pencapaian Standar Pelayanan

Minimal bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/kota melebihi kemampuan keuangan daerah maka pemerintah

daerah dapat mengurangi kegiatan atau mencari sumber anggaran lainnya.

Gambar 4.

Mekanisme Perencanaan Pembiayaan STANDAR PELAYANAN MINIMAL Bidang Perumahan Rakyat

Adapun uraian kegiatan dan biaya dalam rangka penyusunan perencanaan

pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat

Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, dijelaskan pada lampiran berikut:

Pemda

Program kegiatan pencapaian STANDAR

PELAYANAN MINIMAL

Batas waktu pencapaian STANDAR

PELAYANAN MINIMAL daerah

Target tahunan

Rincian belanja

RPJMD

RKPD

Indikator

Batas waktu pencapaian STANDAR

PELAYANAN MINIMAL nasional

Page 42: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

9

BAB V

SISTEM PENYAMPAIAN INFORMASI Rencana pencapaian target tahunan Standar Pelayanan Minimal Bidang perumahan

rakyat di Kabupaten/Kota dan realisasinya merupakan bagian dari Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), Laporan Keuangan

Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Informasi laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah (ILPPD) yang harus diinformasikan kepada masyarakat.

Selain itu, sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005

Pemerintah Daerah mengakomodasikan pengelolaan data dan informasi penerapan

Standar Pelayanan Minimal ke dalam sistem informasi daerah yang dilaksanakan

sesuai peraturan perundang-undangan.

Gambar 5.

Mekanisme Sistem Pengelolaan Data dan Informasi STANDAR PELAYANAN MINIMAL Bidang Perumahan Rakyat

Bidang Perumahan Provinsi

Bid. Perumahan Kab/Kota

(Bag. Program)

Kemenegpera (Siknas Online)

Pemda Kab/Kota (Bupati/Walkota)

Page 43: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

10

1) Dinas yang membidangi perumahan Daerah Kabupaten/Kota menyusun

laporan kegiatan untuk masing-masing jenis pelayanan dan indikator

kinerja serta batas waktu pencapaian melalui pelaporan Perencanaan

Pembangunan Perumahan (LB-1, LB-2, LB-3, dan LB-4) serta pelaporan

Pengembangan Pembangunan Perumahan (RL-1, RL-2, RL-3, RL-4 dan RL-5)

untuk kemudian dikirim secara berkala kepada Dinas yang membidangi

Perumahan pada Daerah Provinsi

2) Dinas yang membidangi perumahan Daerah kabupaten/kota mengkompilasi

laporan sebagimana dimaksud pada nomor (1) di atas, kemudian

dimasukan ke dalam formulir Standar Pelayanan Minimal dan Sistem

SIKNAS online.

3) Dinas yang membidangi perumahan Daerah kabupaten/kota mengirimkan

laporan sebagai tembusan kepada Dinas yang membidangi perumahan

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota (Bupati/ Walikota).

4) Dinas yang membidangi perumahan Daerah Provinsi melakukan monitoring

dan evaluasi atas penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Daerah

Kab/Kota.

5) Kementerian Perumahan Rakyat melalui SIKNAS online mengkompilasi

laporan kegiatan Standar Pelayanan Minimal secara nasional. Kemudian

juga memperbarui data aplikasi nasional serta melakukan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Daerah kabupaten/kota.

Page 44: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

11

BAB VI

PENUTUP

Panduan perencanaan pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang

Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota disusun sebagai

acuan daerah dalam menyusun perencanaan pembiayaan pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah

Kab/Kota. Perencanaan pembiayaan pencapaian STANDAR PELAYANAN MINIMAL ini

akan memudahkan daerah dalam mengalokasikan besarnya biaya yang dibutuhkan

bagi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di daerah selama 5 tahun ke depan

dan mengevaluasi setiap tahunnya.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2010 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, ttd SUHARSO MONOARFA

Page 45: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

Lampiran II A Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2010

PENJELASAN MODUL PERHITUNGAN BIAYA STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN

DAERAH KABUPATEN/KOTA (PERMENPERA Nomor 22/PERMEN/M/2008)

I. ACUAN PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA PENERAPAN STANDAR PELAYAN MINIMAL

A. MODUL PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL; MODUL

TERSEBUT DISUSUN MENGACU KEPADA :

1. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/Permen/M/2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah

Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota; Yang Menetapkan JENIS PELAYANAN,

INDIKATOR KINERJA, DAN TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2009 – 2025.

2. lampiran Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor

22/PERMEN/M/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal

Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota;

yang memberikan rincian bagi Setiap Indikator kinerja, meliputi :

pengertian, Definisi operasional, cara perhitungan/ rumus, sumber

data, rujukan, target, langkah kegiatan, sumber daya manusia; yang

materinya disiapkan oleh semua deputi yang terkait dengan Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota, dengan koordinasi dengan Biro Hukum Kepegawaian

Dan Humas, Sekretariat Kementerian Perumahan Rakyat

B. RENSTRA KABUPATEN-KOTA YANG MEMUAT RENCANA TAHUNAN PENCAPAIAN STANDAR

PELAYANAN MINIMAL URUSAN WAJIB PERUMAHAN RAKYAT

C. UNIT COST/HARGA SATUAN BIAYA KABUPATEN-KOTA SEBAGAI ACUAN PENYUSUNAN RAPBD

KABUPATEN-KOTA

Page 46: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

2

D. KABUPATEN-KOTA DALAM ANGKA, YANG DIDALAMNYA TERDAPAT DATA-DATA KEPENDUDUKAN

DAN DATA LAINNYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN SASARAN LAYANAN PERUMAHAN RAKYAT

E. PROFIL PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN-KOTA YANG

DIDALAMNYA MEMUAT DATA CAPAIAN PELAYANAN PERUMAHAN RAKYAT YANG BERHUBUNGAN

DENGAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

II. PRINSIP-PRINSIP PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA YANG DIURAIKAN / DIRINCI DALAM MODUL

A. PEMBIAYAAN MENGIKUTI KEGIATAN :

1. Setiap Jenis Pelayanan Terdapat Indikator-Indikator 2. Setiap Indikator Telah Ditetapkan Langkah-Langkah Kegiatan 3. Setiap Langkah Kegiatan Ditetapkan Variabel-Variabel Kegiatan 4. Setiap Variabel Ditetapkan Komponen Yang Mempengaruhi Pembiayaan 5. Antar Komponen Disusun Dalam Formula / Rumus Dan Dikalikan Unit

Cost Untuk Setiap Variabel / Komponen Kegiatan.

B. TIDAK MENGHITUNG BIAYA INVESTASI BESAR, HANYA MENGHITUNG INVESTASI SARANA DAN

PRASARANA YANG MELEKAT LANGSUNG DENGAN KETERLAKSANAAN LANGKAH-LANGKAH

KEGIATAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL .

1. Investasi Besar Tidak Dilakukan Secara Reguler 2. Investasi Yang Melekat Langsung Harus Tersedia Karena Tanpa Itu Maka

Jenis Maupun Kualitas Layanan Itu Tidak Terlaksana/Tercapai Dan Indikator Tidak Tercapai

C. TIDAK MENGHITUNG KEBUTUHAN BELANJA TIDAK LANGSUNG ATAU BELANJA EX-RUTIN

1. Kebutuhan Belanja Tidak Langsung Terdapat Formulasi Umum Untuk Suatu Provinsi, Kabupaten-Kota Sebagaimana Berlaku Untuk Urusan Wajib Dan Urusan Pilihan Lain Daerah Tersebut

2. Kebutuhan Belanja Tidak Langsung Tidak Terkait Langsung Dengan Ketercapaian Indikator Standar Pelayanan Minimal.

3. Jumlah SKPD Suatu Daerah Tidak Standar Baik Jenis Maupun Jumlahnya

D. TIDAK MENGHITUNG KEBUTUHAN BELANJA PERUMAHAN RAKYAT SUATU PROVINSI,

KABUPATEN-KOTA SECARA TOTAL

1. Hanya Menghitung Kebutuhan Biaya Untuk Menerapkan Dan Mencapai Indikator Standar Pelayanan Minimal Yang Ditetapkan

Page 47: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

3

2. Kebutuhan Belanja Perumahan Rakyat Suatu Daerah Bukan Hanya Untuk Menerapkan Dan Mencapai Standar Pelayanan Minimal, Tetapi Juga Non-Standar Pelayanan Minimal Yang Menjadi Kebutuhan Nyata Masyarakat Provinsi, Kabupaten-Kota Dimana Masing-Masing Provinsi, Kabupaten-Kota Berbeda-Beda.

3. Dalam Total Belanja Daerah Harus Tertampung Belanja Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Tetapi Tidak Hanya Untuk Penerapan Standar Pelayanan Minimal

E. TIDAK MENGHITUNG KEBUTUHAN BELANJA PERUMAHAN RAKYAT PER-SKPD PERUMAHAN

RAKYAT

1. Hasil hitung dari modul penghitungan kebutuhan biaya Standar Pelayanan Minimal adalah hasil hitung dari kebutuhan Kabupaten-Kota, bukan kebutuhan masing-masing SKPD-Perumahan Rakyat.

2. Kebutuhan belanja masing-masing skpd-perumahan rakyat tergantung seberapa besar/banyak SKPD tersebut melaksanakan langkah – langkah kegiatan penerapan dan pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimal, dan seberapa besar volume masing-masing komponen kegiatan.

F. MENGHITUNG SELURUH LANGKAH KEGIATAN TANPA MEMANDANG SUMBER BIAYA

1. SELURUH KEBUTUHAN BIAYA UNTUK TERCAPAINYA INDIKATOR STANDAR PELAYANAN

MINIMAL SUATU DAERAH HARUS DIKETAHUI, AGAR DAPAT DITETAPKAN JUGA BERAPA

KEBUTUHAN BIAYA YANG DITANGGUNG/DIBEBANKAN KEPADA SETIAP JENIS SUMBER BIAYA,

JIKA TERDAPAT SUMBER-SUMBER BIAYA YANG BERBEDA-BEDA.

2. JIKA TERDAPAT SUMBER BIAYA YANG BERBEDA, MASING-MASING SUMBER BIAYA AKAN

MENYEDIAKAN BIAYANYA MENGIKUTI BESARAN BIAYA HASIL HITUNG SESUAI MODUL,

SEHINGGA SESUAI KEBUTUHAN NYATA.

3. UNTUK MENCAPAI INDIKATOR YANG DITETAPKAN/DITARGETKAN TIDAK SELURUHNYA DIBIAYAI

OLEH PEMERINTAH (PUSAT/DINAS YANG MEMBIDANG PERUMAHAN RAKYAT MAUPUN PROVINSI

DAN KABUPATEN-KOTA), TERDAPAT PENDUDUK YANG MEMPEROLEH PELAYANAN YANG

DISELENGGARAKAN OLEH MASYARAKAT TERMASUK SWASTA; SEHINGGA TANPA MENYEDIAKAN

ANGGARAN BELANJA SUATU DAERAH TELAH MEMPEROLEH CAPAIAN INDIKATOR PADA

TINGKAT TERTENTU.

4. TERDAPAT DAERAH-DAERAH YANG SELURUH TARGET HARUS DICAPAI DENGAN BIAYA /

BELANJA PEMERINTAH

Page 48: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

4

G. PEMBIAYAAN MASA TRANSISI

1. PEMBIAYAAN ATAS VARIABEL DARI LANGKAH KEGIATAN TERTENTU YANG SELAMA INI

DISEDIAKAN BUKAN OLEH PROVINSI, KABUPATEN-KOTA MASIH DALAM PERHITUNGAN

KEBUTUHAN BIAYA INI.

2. PEMBEBANAN KEPADA SUMBER / PIHAK – PIHAK SELAIN PEMERINTAH PROVINSI, KABUPATEN-

KOTA, SELAMA MASA TRANSISI, DITETAPKAN SECARA AD-HOC / SEMENTARA, TERPISAH DARI

MODUL INI.

H. PEMBIAYAAN KEGIATAN OPTIONAL

1. DALAM MODUL TERDAPAT JENIS KEGIATAN : OPERASIONAL PELAYANAN, PENGUMPULAN

DATA, PELATIHAN TENAGA, PENYULUHAN PEMBANGUNAN TEKNIS PERUMAHAN RAKYAT,

PERTEMUAN KOORDINASI, DAN INVESTASI YANG MELEKAT KEPADA OPERASIONAL PELAYANAN.

2. DALAM MENYUSUN FORMULA KEBUTUHAN OPERASIONAL PELAYANAN PERUMAHAN RAKYAT

DAN INVESTASI TELAH DIPERHITUNGKAN INDEKS KEBUTUHAN TANAH (INVESTASI) MAUPUN

BAHAN BANGUNAN/BAHAN HABIS PAKAI DAN INDEKS KEMAMPUAN TENAGA TEKNIS

MENJANGKAU SASARAN PELAYANAN SEBAGAI UPAYA MENJAGA KUALITAS LAYANAN.

3. KEGIATAN-KEGIATAN LAINNYA DITENTUKAN BERDASARKAN KONDISI DAERAH, MISALNYA :

BERAPA KALI PERTEMUAN, BERAPA KALI PELATIHAN, BERAPA KALI MELAKUKAN PENYULUHAN

PERUMAHAN RAKYAT; KEGIATAN INI YANG DIMAKSUDKAN SEBAGAI KEGIATAN OPTIONAL;

OPTIONAL DALAM HAL VOLUMENYA, TETAPI MUTLAK HARUS DILAKSANAKAN MESKIPUN HANYA

SEKALI.

I. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA MEMPERHATIKAN TINGKAT CAPAIAN TAHUN SEBELUMNYA

1. MODUL DILENGKAPI DENGAN TEMPLATE PENGHITUNGAN BIAYA

2. TEMPLATE MERUPAKAN POLA KUANTIFIKASI DARI RINCIAN MODUL

3. TEMPLATE DIBUAT DALAM PERSPEKTIF WAKTU TIGA TAHUN ANGGARAN; TAHUN LALU

MENUNJUKKAN CAPAIAN YANG SUDAH NYATA, TAHUN INI TAHUN PENYUSUNAN RENCANA

YANG BELUM DIKETAHUI TINGKAT CAPAIANNYA KARENA MASIH SEDANG BERLANGSUNG, DAN

TAHUN DEPAN TAHUN YANG DIRENCANAKAN YANG MENCERMINKAN CITA-CITA PENCAPAIAN

INDIKATOR. DENGAN TEMPLATE INI DAPAT DIHINDARKAN PERENCANAAN YANG TIDAK

REALISTIS, SETIAP PERUBAHAN CAPAIAN ANTAR WAKTU UNTUK VARIABEL DAN KOMPONEN

KEGIATAN TERTENTU HARUS DAPAT DIJELASKAN SECARA RASIONAL ATAU DIDUKUNG DENGAN

DATA.

Page 49: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

5

Rincian Keterangan butir-1 Jumlah Sasaran :

J. KAITAN DENGAN KETENTUAN YANG MENGATUR TENTANG PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

1. MODUL MAUPUN TEMPLATE DISUSUN BELUM MEMPERHATIKAN POLA YANG DITETAPKAN OLEH

KETENTUAN TENTANG PENYUSUNAN RAPBD

2. KOMPONEN BIAYA DALAM MODUL BERADA PADA JENIS BELANJA GAJI PEGAWAI, BELANJA

BARANG DAN JASA, DAN BELANJA MODAL, SEHINGGA ADA KESESUAIAN DENGAN JENIS-JENIS

BELANJA YANG TERCANTUM DALAM RAPBD

III. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI BESAR KECILNYA KEBUTUHAN BIAYA.

PERBEDAAN KEBUTUHAN BIAYA PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN PENCAPAIAN

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANTAR PROVINSI, KABUPATEN-KOTA ATAU ANTAR TAHUN

ANGGARAN DALAM SATU PROVINSI, KABUPATEN-KOTA, DIPENGARUHI OLEH SEDIKITNYA HAL-HAL

BERIKUT INI :

A. JUMLAH SASARAN, SEMAKIN BANYAK/BESAR SASARAN SEMAKIN BESAR BIAYA TOTAL YANG

DIBUTUHKAN, MESKIPUN BIAYA RERATA PER-SASARAN DAPAT LEBIH KECIL. TERMASUK

DIDALAMNYA SASARAN YANG DICAPAI DENGAN DANA MASYARAKAT TERMASUK SWASTA, SEMAKIN

BESAR SASARAN YANG DILAYANI OLEH MASYARAKAT TERMASUK SWASTA MAKA SEMAKIN KECIL

DANA YANG DIBUTUHKAN UNTUK DISEDIAKAN OLEH PEMERINTAH.

B. BESAR KECILNYA GAP ANTARA CAPAIAN TAHUN LALU DENGAN CITA-CITA TAHUN DEPAN,

ATAU BESAR KECILNYA DELTA YANG INGIN DIWUJUDKAN. SEMAKIN BESAR DELTA SEMAKIN

BESAR BIAYA YANG DIBUTUHKAN.

C. KETERSEDIAAN SARANA-PRASANA/INVESTASI YANG TERSEDIA SAAT INI, SEMAKIN LENGKAP,

MAKA KEBUTUHAN BIAYA TAHUN DEPAN SEMAKIN KECIL.

D. GEOGRAFIS, SEMAKIN JAUH/SULIT SUATU DAERAH, TERMASUK JAUH/SULIT DARI PUSAT

PRODUKSI ALAT/BAHAN BANGUNAN, SEMAKIN BESAR BIAYA DIBUTUHKAN.

E. KEGIATAN OPTIONAL, SEMAKIN BANYAK MAKA SEMAKIN MEMBUTUHKAN BIAYA YANG BESAR

F. UNIT COST, SEMAKIN BESAR/TINGGI UNIT COST YANG DITETAPKAN UNTUK KOMPONEN

KEGIATAN TERTENTU SEMAKIN BESAR BIAYA DIBUTUHKAN.

Page 50: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

6

Sasaran STANDAR PELAYANAN MINIMAL Bidang Perumahan Rakyat adalah

Rakyat, Penduduk suatu daerah Provinsi, Kabupaten / Kota; sasaran ini dicapai

atau dilayani dengan cara :

1. Rumah Layak huni dan terjangkau, dengan rincian :

a. Cakupan ketersediaan rumah layak huni (01);

b. Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau (02);

Data Jumlah Penduduk mengacu kepada Data yang dipergunakan oleh

Pemda dalam menyusun RAPBD

2. Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan

utilitas umum (PSU) :

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana,

sarana dan utilitas umum (PSU) (03).

Menghitung Jumlah Sasaran suatu Provinsi, Kabupaten / Kota dengan cara :

1. Sasaran Langsung Penduduk, dengan cara :

a. Mempergunakan formula-formula baku sebagai prediksi / prakiraan, dan

dikalikan dengan Jumlah Rumah. Dengan perhitungan ini diperoleh

Jumlah Nominal Sasaran; misalnya : Prakiraan Rumah Layak Huni suatu

Kabupaten adalah Jumlah Rumah dikalikan dengan MBR, sehingga

diperkirakan diketahui Jumlah Rumah Layak Huni, dalam jumlah

nominal;

b. Jumlah Nominal Sasaran itu belum tentu seluruhnya menjadi Sasaran

Pelayanan tahun yang direncanakan, masih dipengaruhi Proporsi Target

Pelayanan yang akan dicapai; yaitu :

1) kurang dari 100 %, karena itulah kemampuan optimal dari pelayanan

yang diperhitungkan dapat diberikan;

2) tetapi ada yang harus 100 %, karena tanpa pencapaian 100 % maka

tetap menjadi ancaman bagi warga/penduduk lainnya, atau harus 100

% karena memang seluruh sasaran harus memperoleh pelayanan;

Page 51: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

7

c. Jadi Jumlah Sasaran yang mempengaruhi Besaran Dana yang dibutuhkan

adalah hasil kali Jumlah Rumah, Formula Tertentu untuk Jenis Rincian

Rumah Layak Huni dan Terjangkau, Proporsi Target yang ingin dicapai;

d. Semakin Besar Jumlah Rumah Yang Tidak Layak Huni, semakin besar

Dana yang dibutuhkan; semakin Besar Proporsi Target yang ingin dicapai,

semakin besar Dana yang dibutuhkan;

e. Jumlah sasaran yang membutuhkan dana pemerintah tidak selalu seluruh

dari Jumlah Sasaran (butir-1.3); terdapat Sasaran yang dicapai oleh

Kabupaten/Kota tanpa Pemerintahan Kabupaten/Kota menyediakan dana

APBD, yaitu Sasaran-sasaran yang memperoleh / mencari pelayanan yang

diselenggarakan oleh masyarakat termasuk swasta; sasaran yang dilayani

oleh Non-Pemerintah ini merupakan bagian dari capaian Pemerintahan

Kabupaten/Kota. Data proporsi ini diperoleh dari hasil pendataan tahun

sebelumnya.

f. Semakin besar Sasaran yang memanfaatkan pelayanan oleh masyarakat

termasuk swasta, maka kebutuhan Dana APBD semakin kecil; tetapi

terdapat kegiatan-kegiatan yang dicakup dengan STANDAR PELAYANAN

MINIMAL dimana pelayannya seluruhnya oleh Pemerintah, dan tidak

dilakukan oleh masyarakat termasuk swasta.

Semakin besar Jumlah Rumah Yang Tidak Layak Huni, semakin banyak

dibutuhkan Dana, tetapi kebutuhan Dana rata-rata Per-Penduduk

Sasaran/Per-kapita Penduduk semakin kecil, karena terdapat kebutuhan-

kebutuhan dana yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh jumlah

penduduk

2. Sasaran Rumah Layak Huni, dihitung secara nominal, yang penting di dalam

Kabupaten/Kota tersebut terdapat rumah layak huni yang dapat dijangkau

level-1. Rumah layak huni tersebut dapat milik siapapun. Ada atau tidak ada

rumah layak huni demikian mempengaruhi kebutuhan Dana APBD.

Page 52: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

8

Rincian Keterangan butir-2 Besar-kecilnya gap

Rincian Keterangan butir-3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pelayanan

3. Sasaran Desa, dihitung dengan cara :

a. Jumlah Desa dengan Proporsi 100 % perumahan yang layak huni dan

terjangkau; dan ini Harus seluruh Desa, atau 100 %; semakin mendekati

jumlah 100 % Desa yang akan dilayani maka semakin banyak dana yang

dibutuhkan;

b. Jumlah Desa yang mengalami MBR dan dilakukan penyelidikan, semakin

banyak terjadi MBR semakin banyak dibutuhkan Dana;

c. Jumlah Desa Siaga Aktif, semakin banyak desa yang direncanakan untuk

ditingkatkan menjadi Desa Siaga Aktif, maka semakin banyak dibutuhkan

Dana.

Gap yang dimaksud adalah Delta/Tambahan/Selisih dari Proporsi Target

Sasaran Tahun Lalu dengan Tahun Depan yang sedang direncanakan kebutuhan

Dananya; misalnya : cakupan Rumah Layak Huni dan Terjangkau, Capaian TA

2007 = 86 %, dan Rencana TA 2009 = 93 %, maka Gap dari Rencana ini adalah 7

%, dan jika Rencana TA 2009 adalah 95 %, maka Gap-nya 9 %; Besar-kecilnya

Gap inilah yang berpengaruh kepada kebutuhan Dana.

Gap masing-masing daerah berbeda, tergantung jarak Capaian Awal

pelaksanaan STANDAR PELAYANAN MINIMAL dengan target 2010 dan 2025, dan

rinciannya setiap tahun yang ditetapkan dalam RPJMD.

Angka Gap tidak memanfaatkan Angka Capaian Tahun Anggaran Sekarang (pada

saat rencana kebutuhan Dana dibuat), karena Capaian Tahun Sekarang belum

diketahui, kabupaten / kota sedang melakukan pelayanan, belum dapat

diketahui capaiannya.

Page 53: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

9

Rincian Keterangan butir-4 : Geografis

Rincian Keterangan butir-5 : Kegiatan Optional / Pilihan

Bahwa terdapat Sarana, Prasarana dan Utilitas Umum yang mutlak diperlukan

untuk terselenggarakannya kegiatan-kegiatan pencapaian indikator STANDAR

PELAYANAN MINIMAL, seperti : Cold chain, Bidan kit, dan lain-lain; dalam

jumlah yang sudah dibakukan (terlampir).

Semakin kurang tersedia sarana dan prasarana tersebut di suatu kabupaten /

kota, maka kabupaten / kota tersebut semakin besar membutuhkan dana.

Sarana dan Prasarana yang dimaksud adalah yang benar-benar dibutuhkan bagi

terlaksananya pelayanan STANDAR PELAYANAN MINIMAL; tidak termasuk

investasi besar, seperti Jalan protokol, Irigasi, dan sejenisnya.

Semakin sulit geografi suatu kabupaten/kota, semakin berpencar rumah

penduduk dalam dataran/daratan yang berbeda/berjauhan, dimana sasaran-

sasaran pelayanan kesehatan semakin sulit dijangkau oleh petugas pencatatan

rumah layak huni dan terjangkau; maka semakin besar dibutuhkan dana.

Berbeda dengan sasaran anak didik/murid sekolah dalam urusan wajib

pendidikan, dimana dalam hal kesulitan daerah/geografi ini menjadi beban

anak didik, tidak menjadi beban petugas/pemerintah sebagaimana sasaran

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana,

sarana dan utilitas umum (PSU) dan lainnya dalam urusan wajib perumahan

dimana beban biaya untuk melayaninya berada pada pemerintah/petugas.

Dalam mendukung pelaksanaan STANDAR PELAYANAN MINIMAL untuk

mewujudkan Indikator-indikator terdapat Kegiatan-kegiatan Pilihan, misalnya :

pertemuan perencanaan, pelatihan petugas, dan sejenisnya. Kegiatan ini tidak

standar secara volume atau tidak didasarkan pada formula baku tertentu; dapat

dilakukan penyesuaian sesuai kebutuhan/kondisi setempat; misalnya :

Pertemuan Perencanaan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan, tetapi dapat dilakukan 6

Page 54: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

10

Rincian Keterangan butir-6 : Unit cost

(enam) bulan sekali, atau setahun sekali; tetapi tidak boleh ditiadakan

pertemuan tersebut.

Semakin banyak/sering kegiatan ini semakin membutuhkan Dana Pemerintahan

Kabupaten/Kota.

Bahwa untuk setiap komponen kegiatan yang didukung dengan pembiayaan

ditetapkan Biaya Satuan Kegiatannya, atau Unit Cost.

Unit Cost untuk menghitung kebutuhan Biaya/Dana dalam APBD ditetapkan

secara Standar untuk seluruh urusan pemerintahan, bukan hanya untuk rumah

layak huni dan terjangkau, dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Semakin tinggi Unit Cost untuk komponen kegiatan sejenis, maka semakin tinggi

kebutuhan Dana.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2010 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, ttd SUHARSO MONOARFA

Page 55: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

1

Lampiran II B Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor Tahun 2010

TEMPLATE PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA SPM-BIDANG PERUMAHAN RAKYAT

DAERAH PROVINSI KABUPATEN – KOTA MENGACU PERMENPERA NOMOR 22/PERMEN/M/2008

Untuk menjamin hak warga negara Indonesia untuk menempati rumah yang layak huni dalam lingkungan yang sehat dan aman sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 11 ayat (4) mengenai jaminan penerapan hak-hak publik penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Pasal 13 dan Pasal 14 peraturan pemerintah tersebut menegaskan bahwa SPM adalah ketentuan mengenai jenis pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal, baik pada daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kota. Dan penerjemahan sesuai Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal, pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan Minimal berdasarkan urusan wajib yang merupakan pelayanan dasar yang didapatkan masayrakat secara minimal. Sedangkan Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 mengatur tentang Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis Kemampuan dan Potensi Daerah. Dalam rangka menindaklanjuti peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud di atas, Kementerian Negara Perumahan Rakyat telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 22/M/PERMEN/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan urusan perumahan rakyat dengan batas waktu pencapaian tahun 2009 – 2025 dengan substansi pengaturan sebagai berikut: SPM Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota mencakup 2 jenis pelayanan dasar, yang terdiri dari: a. rumah layak huni dan terjangkau; b. lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, saran dan

utilitas (PSU).

Page 56: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

2

Dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM Bidang Perumahan Rakyat secara bertahap diperlukan panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten Kota untuk dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah dan untuk mempermudah hal tersebut dibawah ini Template Penghitungan Kebutuhan Biaya SPM-Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Kabupaten – Kota Mengacu Permenpera Nomor 22/Permen/M/2008 antara lain:

1. DISUSUN DALAM PROGRAM EXEL

2. TERDIRI DARI 5 (LIMA) FOLDER DAN 1 (SATU) SHEET

3. FOLDER-1 : DATA DASAR, TERDIRI DARI 4 (EMPAT) SHEET, YAITU : DATA DASAR, RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU & LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM, BAHAN HABIS PAKAI, INVESTASI

4. FOLDER-2 SAMPAI DENGAN FOLDER-4 :

A. JP-1= PELAYANAN DASAR,

B. JP-2=PELAYANAN SARANA DAN FASILITAS UMUM,

C. JP-3=PERIZINAN,

D. JP-4=SKIM PEMBIAYAN

5. SATU SHEET : HASIL COSTING

6. JP-1, TERDIRI DARI 14 INDIKATOR SPM

7. JP-2, TERDIRI DARI 2 (DUA) INDIKATOR SPM

8. JP-3, TERDIRI DARI 1 (DUA) INDIKATOR SPM

9. JP-4, TERDIRI DARI 1 (DUA) INDIKATOR

10. SETIAP INDIKATOR SATU FILE, SETIAP FILE DUA SHEET, TERDIRI DARI : SHEET DAIN – DATA-INFORMASI, DAN SHEET COSTING-KEBUTUHAN BIAYA HASIL FORMULASI

11. SETIAP SHEET DAIN TERDIRI DARI BEBERAPA RAW, DAN 4 (EMPAT) KOLOM; DALAM KOLOM-3 & KOLOM-4 MASING2 DUA SUB-KOLOM

12. JUMLAH RAW DALAM DAIN UNTUK SETIAP INDIKATOR BERBEDA, KARENA BERBEDA LANGKAH KEGIATAN, BERBEDA VARIABEL, BERBEDA KOMPONEN

13. JUMLAH DAN JENIS KOLOM DALAM COSTING UNTUK SETIAP INDIKATOR SAMA, YAITU :

A. KOLOM-1=JENIS DATA,

B. KOLOM-2=SATUAN,

C. KOLOM-3=TAHUN LALU,

D. KOLOM-4=TAHUN DEPAN;

DALAM KOLOM-3 TERDAPAT DUA SUB-KOLOM, YAITU

Page 57: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

3

E. SUB-KOLOM PENCAPAIAN DALAM PROPORSI ATAU NOMINAL SESUAI SATUAN, DAN SUB-KOLOM NOMINAL UTK RAW JENIS DATA YBS;

KOLOM-4 TERDAPAT DUA SUB-KOLOM, YAITU

F. SUB-KOLOM TARGET YANG INGIN DICAPAI DALAM PROPORSI ATAU NOMINAL, DAN SUB-KOLOM NOMINAL YANG INGIN DICAPAI

14. TERDAPAT HUBUNGAN OTOMATIS :

A. ANTARA SHEET DAIN DENGAN SHEET COSTING PADA SETIAP FILE

B. ANTARA FILE DENGAN FILE DALAM SATU FOLDER MAUPUN ANTAR FOLDER

C. ANTARA FOLDER DENGAN FOLDER

D. SEMUA FILE TERHUBUNG DENGAN FOLDER DATA DASAR

E. SEMUA FILE TERHUBUNG KEPADA SHEET HASIL COSTING

15. SHEET HASIL COSTING TERPISAH DALAM 4 (EMPAT) SHEET :

A. SHEET-1 = HASIL COSTING KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI

B. SHEET-2 = HASIL COSTING KEBUTUHAN BIAYA OPERASIONAL

C. SHEET-3 = HASIL COSTING TOTAL SPM

D. SHEET-4 = PEMBAGIAN PEMBEBANAN, SEBUAH PANDANGAN

16. SHEET-1 HASIL COSTING TERDIRI TIGA KOLOM,

A. KOLOM-1 = JENIS INVESTASI, DAN

B. KOLOM-2 = JUMLAH KEBUTUHAN BIAYA TAHUN LALU DAN

C. KOLOM-3 = KEBUTUHAN TAHUN DEPAN, BUKAN TAHUN SEKARANG

17. SHEET-2 HASIL COSTING TERDIRI 4 (EMPAT) KOLOM, YAITU :

A. KOLOM-1=JENIS PELAYANAN DAN INDIKATOR,

B. KOLOM-2=KEBUTUHAN BIAYA OPERASIONAL MASING-MASING INDIKATOR, YANG JUGA MENUNJUKKAN KEBUTUHAN TOTAL OPERASIONAL MAUPUN BIAYA OPERASIONAL PER-KAPITA

C. KOLOM-3=VOLUME MASING-MASING INDIKATOR, DAN

D. KOLOM-4=RERATA/BIAYA RATA-RATA PER VOLUME

18. SHEET-3 HASIL COSTING TERDIRI DARI 3 (TIGA) KOLOM, YAITU :

A. KOLOM-1=JENIS PELAYANAN, TOTAL BIAYA OPERASIONAL SPM, TOTAL BIAYA INVESTASI SPM, DAN TOTAL KEBUTUHAN BIAYA SPM

B. KOLOM-2=KEBUTUHAN BIAYA TAHUN LALU,

C. KOLOM-3=KEBUTUHAN BIAYA TAHUN DEPAN

Page 58: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

4

19. SHEET-4 HASIL COSTING TERDIRI 5 (LIMA) KOLOM, DAN 2 (DUA) KELOMPOK RAW, YAITU :

A. KELOMPOK RAW – 1 = TENTANG PENCAPAIAN TAHUN LALU

B. KELOMPOK RAW – 2 = TENTANG TARGET TAHUN DEPAN

MASING-MASING KELOMPOK RAW TERDIRI DARI 5 (LIMA) KOLOM, YAITU:

C. KOLOM-1=JENIS PELAYANAN DASARDAN INDIKATOR

D. KOLOM-2=CAKUPAN

E. KOLOM-3=KEBUTUHAN TOTAL BIAYA OPERASIONAL

F. KOLOM-4=KEBUTUHAN TOTAL BIAYA INVESTASI

G. KOLOM-5=TOTAL KEBUTUHAN BIAYA SPM

PADA KELOMPOK RAW PALING BAWAH DISAJIKAN :

BERAPA BEBAN PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN-KOTA,

UNTUK MENCAPAI TAHUN LALU,

UNTUK MENCAPAI TARGET TAHUN DEPAN,

BAIK OPERASIONAL, INVESTASI MAUPUN TOTAL

20. DALAM TEMPLATE BELUM DIFORMULASIKAN PROPORSI PENCAPAIAN OLEH MASYARAKAT SENDIRI TERMASUK SWASTA DAN STAKE HOLDER YANG TIDAK MEMBEBANI PEMERINTAH

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2010 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, ttd SUHARSO MONOARFA

Page 59: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

Lampiran II C Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2010

PENENTUAN BIAYA INVESTASI PENUNJANG KEGIATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

No INVENTARIS FORMULA MENENTUKAN JUMLAH

1 Buku Rumah Setiap rumah memiliki Buku Keadaan Rumah

2 Buku Petunjuk Pembangunan Rumah Layak Huni dan Terjangkau

Setiap Kelurahan mempunyai buku petunjuk pembagunan rumah yang sesuai dengan kearifan lokal

3 Maket Rumah Layak Huni Setiap Kecamatan mempunyai Maket rumah layak huni dan terjangkau yang sesuai dengan kearifan lokal

4 Measuring & Testing Equitment (Alat Pengukur Kekuatan Beton)

Setiap Kecamatan mempunyai Alat Pengukur Kekuatan Beton

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2010 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, ttd SUHARSO MONOARFA

Page 60: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

Lampiran II D Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2010

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN

DAERAH KAB/KOTA

No

Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian

(Tahun)

Satuan Kerja/Lembaga Penanggung-

jawab Keterangan

Indikator Nilai 1 2 3 4 5 6 7

I Rumah layak huni dan terjangkau

1. Cakupan ketersediaan rumah layak huni

100 % 2009 - 2025 Dinas yang membidangi Perumahan di Prov dan Kab/Kota

Sesuai dengan tata ruang dan perizinan

2. Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

70 % 2009 - 2025 Dinas Perumahan atau Dinas yang menangani bidang perumahan

Tercapainya fasilitasi keterjangkauan menghuni rumah yang layak huni oleh Pemerintah Daerah Provinsi

II Lingkungan yang sehat dan aman yang di dukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum

3. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang di dukung dengan PSU

100 % 2009 - 2025 Dinas perumahan atau dinas yang menangani bidang perumahan

Sesuai tata ruang dan perizinan

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2010 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, ttd SUHARSO MONOARFA

Page 61: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

1

1. Jenis Pelayanan : I. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU DAERAH PROVINSI 2. Indikator : 1. Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni

Definisi Operasional : Cakupan ketersedia rumah layak huni adalah cakupan pemenuhan kebutuhan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.

Pembilang : Jumlah rumah layak huni yang memenuhi kriteria kehandalan bangunan, menjamin kesehatan serta kecukupan luas minimum di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu.

Penyebut : Jumlah rumah di suatu wilayah Provinsi pada kurun waktu tertentu. 4. Target Tahun 2025 : 100 % 5. Rumus :

Cakupan Rumah Layak Huni

=

Jml rumah layak huni di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu x 100%

Jumlah rumah di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu

6. Langkah Kegiatan : 1) Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang

perumahan rakyat untuk rumah layak huni melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan: 2) Melakukan pemutahiran data rumah secara berkala dari kabupaten/kota; 3) Melakukan pengawasan, pengendalian, evaluasi, koordinasi serta singkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan

penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk ketersediaan rumah layak huni kepada Menteri.

7. Rujukan : 1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 3) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya; 4) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah

Sederhana Sehat (Rs Sehat).

Page 62: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

2

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN

RUMUS

1 2 3 4 5

1. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU

IK-1 Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni

1.Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk rumah layak huni melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Transport peserta pelatihan per peserta

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Lumpsum/Uang harian peserta pelatihan per peserta

per hari

A * B * C * D* E

Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jml narasumber lokal pelatihan per angk. D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang

A * B * C * D

Transport narasumber dari luar Kab/Kota A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jml narasumber luar pelatihan per angk. D. Transport narasumber luar pelatihan per orang

A * B * C * D

Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jml narasumber lokal pelatihan per angk. E. Uang harian narasumber lokal pelatihan per orang hari

A * B * C * D * E

Page 63: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

3

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN

RUMUS

1 2 3 4 5

Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan E. Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar pelatihan

per orang hari

A * B * C * D * E

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angkatan F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan G. Akomodasi pelatihan per peserta per hari

A * B * C * (D+E+F) * G

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Bahan pelatihan

A * B * C * D

2.Melakukan pemutahiran data rumah secara berkala dari kabupaten/kota;

Transport petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Jumlah pembahasan pencacahan data D. Transport peserta petugas per wilayah

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian petugas A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Uang harian petugas per hari

A * B * C * D* E

Akomodasi petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data

A * B * C * E *

Page 64: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

4

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN

RUMUS

1 2 3 4 5

C. Lama pembahasan pencacahan data D. Jumlah petugas per pertemuan E. Akomodasi pertemuan 1 orang

Bahan ATK A. Frekuensi Pemutahiran Data B. Bahan ATK Kab/Kota per Kab/Kota

A * B

Tinta printer A. Jenis Rumah MBR B. Jumlah tenaga pengolahanan analisis data C. Harga tinta printer per unit D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data memerlukan

1 tinta printer untuk 1 x Rumah

(A * B * C) * D

3. Melakukan pengawasan, pengendalian, evaluasi, koordinasi serta singkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk ketersediaan rumah layak huni kepada Menteri

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Page 65: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

5

1. Jenis Pelayanan : I. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU PROVINSI 2. Indikator : 2. Cakupan layanan Rumah Layak huni yang terjangkau Definisi Operasional : Cakupan ketersediaan rumah layak huni yang terjangkau adalah cakupan ketersediaan rumah layak huni dengan harga

yang terjangkau baik untuk dimiliki maupun disewa oleh seluruh lapisan masyarakat Pembilang : Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni dan terjangkau pada kurun waktu tertentu. Penyebut : Jumlah rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah pada kurun waktu tertentu. 4. Target Tahun 2025 : 70% 5. Rumus :

Cakupan layanan rumah layak huni dan terjangkau

=

Jml rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni dan terjangkau pada kurun waktu tertentu

x 100% Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu

6. Langkah Kegiatan : 1) Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya untuk

penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan; 2) Melakukan pemutahiran data harga rumah dan penghasilan rumah tangga secara berkala dari kabupaten/kota; 3) Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan

pelayanan bidang perumahan rakyat untuk rumah layak huni dan terjangkau kepada Menteri. 7. Rujukan : 1) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana,

Sarana Dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan Dan Permukiman; 2) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian

Stimulan Untuk Perumahan Swadaya Bagi MBR Melalui LKM/LKNB; 3) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 3/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman

Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 7/PERMEN/M/2008;

4) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 4/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/PERMEN/M/2008;

5) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 5/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 5/PERMEN/M/2008;

6) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 6/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 6/PERMEN/M/2008;

Page 66: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

6

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 51. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU

IK-2 CAKUPAN LAYANAN RUMAH LAYAK HUNI YANG TERJANGKAU

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Transport peserta pelatihan per peserta A * B * C * D

Lumpsum/uang harian Peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Lumpsum/uang harian peserta pelatihan per peserta

per hari

A * B * C * D * E

Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angk D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang

A * B * C * D

Transport narasumber luar Kab/Kota A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah narasumber luar pelatihan per angk D. Transport narasumber luar pelatihan per orang

A * B * C * D

Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumber lokal pelatihan per orang hari E. Lumpsum/uang harian narasumber lokal pelatihan

per orang hari

A * B * C * D * E

Page 67: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

7

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumberl luar pelatihan per orang hari E. Lumpsum/uang harian narasumber luar pelatihan per

orang hari

A * B * C * D * E

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angk E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angk F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angk G. AkomodasI Pelatihan Per Peserta Per Hari

A * B * C * (D + E) * F

Bahan Pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan C. Jumlah pelatih pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan E. Paket Bahan pelatihan per peserta

A * B * (C + D) * E

2. Melakukan pemutahiran data harga rumah dan penghasilan rumah tangga secara berkala dari kabupaten/kota

Transport petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Jumlah pembahasan pencacahan data D. Transport petugas per wilayah

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian petugas A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Uang harian petugas per hari

A * B * C * D* E

Page 68: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

8

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Akomodasi petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Jumlah petugas per pertemuan E. Akomodasi pertemuan 1 orang

A * B * C * E *

Bahan Pendataan A. Frekwensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Jumlah petugas per pertemuan D. Bahan Pendataan

A * B * C * D

3 Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk ketersediaan rumah layak huni kepada Menteri.

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Page 69: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

9

1. Jenis Pelayanan : II. LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM

Indikator : 3. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) Definisi Operasional : Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) adalah lingkungan

hunian dengan batas-batas fisik tertentu baik merupakan bagian dari kawasan permukiman maupun kawasan dengan fungsi khusus yang keberadaannya didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk menyelenggarakan kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya dalam lingkup terbatas dengan penataan sesuai tata ruang dan menjamin kesehatan serta keamanan bagi masyarakat.

Pembilang : Jumlah lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU), meliputi : jalan, drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, dan listrik memadai untuk satu lingkungan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Penyebut : Jumlah lingkungan perumahan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 4. Target Tahun 2025 : 100 % 5. Rumus :

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung PSU

=

Jumlah lingkungan yang didukung PSU pada kurun waktu tertentu x 100% Jumlah lingkungan perumahan pada kurun waktu tertentu

6. Langkah Kegiatan : 1) Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

2) Melakukan pemutahiran data lingkungan perumahan secara berkala dari kabupaten/kota; 3) Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan

penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) kepada Menteri.

7. Rujukan : 1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri

Sendiri; 4) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana,

Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Permukiman; 5) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan

Perumahan Dan Permukiman;

Page 70: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

10

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

1. LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM

IK-3 Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Transport peserta pelatihan per peserta A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Lumpsum/Uang harian peserta pelatihan per peserta

per hari

A * B * C * D* E

Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jml narasumber lokal pelatihan per angk. D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang

A * B * C * D

Transport narasumber dari luar Kab/Kota A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jml narasumber luar pelatihan per angk. D. Transport narasumber luar pelatihan per orang

A * B * C * D

Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jml narasumber lokal pelatihan per angk.

A * B * C * D * E

Page 71: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

11

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5E. Uang harian narasumber lokal pelatihan per orang hari

Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan E. Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar pelatihan

per orang hari

A * B * C * D * E

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angkatan F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan G. Akomodasi pelatihan per peserta per hari

A * B * C * (D+E+F) * G

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Bahan pelatihan

A * B * C * D

2. Melakukan pemutahiran data lingkungan perumahan secara berkala dari kabupaten/kota;

Transport petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Jumlah pembahasan pencacahan data D. Transport peserta petugas per wilayah

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian petugas A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Uang harian petugas per hari

A * B * C * D* E

Page 72: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

12

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 Akomodasi petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data

B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Jumlah petugas per pertemuan E. Akomodasi pertemuan 1 orang

A * B * C * E *

Bahan ATK A. Frekuensi Pemutahiran Data B. Bahan ATK Kab/Kota per Kab/Kota

A * B

Tinta printer A. Jenis Rumah MBR B. Jumlah tenaga pengolahanan analisis data C. Harga tinta printer per unit D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data memerlukan

1 tinta printer untuk 1 x Rumah

(A * B * C) * D

3. Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) kepada Menteri.

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Page 73: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

13

1. Jenis Pelayanan : I. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU DAERAH KAB/KOTA 2. Indikator : 1. Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni Definisi Operasional : Cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau adalah cakupan pemenuhan rumah yang memenuhi persyaratan

keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya Pembilang : Jumlah rumah layak huni yang memenuhi kriteria kehandalan bangunan, menjamin kesehatan serta kecukupan luas minimum

di suatu wilayah kerja, pada waktu tertentu Penyebut : Jumlah rumah di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 4. Target Tahun 2025 : 100 % 5. Rumus :

Cakupan rumah layak huni

=

Jml rumah layak huni di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100%

Jumlah rumah disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

6. Langkah Kegiatan : 1) Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan

pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan; 2) Melakukan pendataan dan pemutahiran data harga rumah layak huni secara berkala; 3) Melakukan pembentukan pusat informasi bidang perumahan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi

pembangunan rumah layak huni dan terjangkau; 4) Perizinan pembangunan dibidang perumahan; 5) Melakukan Pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan bidang perumahan dan

pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat kepada provinsi 7. Rujukan : 1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 3) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan

Swadaya; 4) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

Page 74: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

14

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

1. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU

IK-2 CAKUPAN LAYANAN RUMAH LAYAK HUNI YANG TERJANGKAU

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Transport peserta pelatihan per peserta

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Lumpsum/Uang harian peserta pelatihan per peserta

per hari

A * B * C * D* E

Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jml narasumber lokal pelatihan per angk. D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang

A * B * C * D

Transport narasumber dari luar Kab/Kota

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jml narasumber luar pelatihan per angk. D. Transport narasumber luar pelatihan per orang

A * B * C * D

Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jml narasumber lokal pelatihan per angk. E. Uang harian narasumber lokal pelatihan per orang

hari

A * B * C * D * E

Page 75: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

15

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan E. Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

pelatihan per orang hari

A * B * C * D * E

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angkatan F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan G. Akomodasi pelatihan per peserta per hari

A * B * C * (D+E+F) * G

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Bahan pelatihan

A * B * C * D

2. Melakukan pendataan dan pemutakhiran data harga rumah layak huni secara berkala

Transport petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Jumlah pembahasan pencacahan data D. Transport peserta petugas per wilayah

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian petugas A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Uang harian petugas per hari

A * B * C * D* E

Akomodasi petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data

A * B * C * E *

Page 76: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

16

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 D. Jumlah petugas per pertemuan E. Akomodasi pertemuan 1 orang

Bahan ATK A. Frekuensi Pemutahiran Data B. Bahan ATK Kab/Kota per Kab/Kota

A * B

Tinta printer A. Jenis Rumah MBR B. Jumlah tenaga pengolahanan analisis data C. Harga tinta printer per unit D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data

memerlukan 1 tinta printer untuk 1 x Rumah

(A * B * C) * D

3. Melakukan pembentukan pusat informasi bidang perumahan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi pembangunan rumah layak huni dan terjangkau

a. Penyediaan Peralatan Lihat kebutuhan alat

b. Penyediaan Tenaga Teknik

Prog. Pendidikan Teknik (Kerja Sama dg Fak. Teknik)

Biaya Pendidikan Teknik A. Jumlah peserta pendidikan Teknik B. Biaya pendidikan Teknik per tahun

A * B

Kontrak Sarjana Teknik Biaya Kontrak Sarjana Teknik dan Informatika

A. Jumlah Sarjana Teknik yang dikontrak B. Biaya kontrak Sarjana Teknik per tahun

A * B

Rekrutmen & Penempatan Sarjana Teknik & Informatika

Biaya Rekrutmen & Penempatan Sarjana Teknik dan Informatika

A. Jumlah Sarjana Teknik dan Informatika yang direkrut B. Biaya rekrutmen dan penempatan Sarjana Teknik dan

Informatika

A * B

Page 77: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

17

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

c. Promosi Transport Penyuluhan A. Frekuensi penyuluhan B. Jumlah tenaga penyuluh (tenaga kecamatan) C. Transport per petugas perumahan kab./kota

(kegiatan)

A * B * C

Leaflet A. Jumlah Rumah Layak huni dan Terjangkau B. Frekuensi penyuluhan C. Biaya pembuatan leaflet per lembar

A * B * C

Poster A. Jumlah tenaga penyuluh (tenaga kecamatan) B. Jumlah kecamatan C. Biaya pembuatan poster per lembar

A * B * C

Media elektronik A. Frekuensi penyiaran selama setahun B. Biaya penyiaran per 1 kali siar (radio spot)

A * B

4. Perizinan pembangunan dibidang perumahan;

Formulir A. Jumlah pemeriksaan Ijin Mendirikan Bangunan B. Harga Formulir Ijin Mendirikan Bangunan C. Selembar Gambar Bangunan Rumah Layak Huni dan

Terjangkau

A * B / C

Persyaratan A. Jenis Rumah Layak Huni dan Terjangkau B. Daftar analisis Harga C. Gambar Rancangan Rumah D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data

memerlukan 1 Formulir untuk 1 x Rumah

(A * B * C) * D

Biaya Ijin Pembangunan/Renovasi A. Jumlah luas bangunan rumah B. Biaya pembangunan/renovasi per rumah

A * B

5 Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk rumah layak huni dan terjangkau kepada Provinsi

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Page 78: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

18

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Page 79: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

19

1. Jenis Pelayanan : I. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU DAERAH KAB/KOTA 2. Indikator : 2. Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau

Definisi Operasional : Cakupan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau adalah cakupan ketersediaan rumah layak huni dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik untuk dimiliki maupun disewa.

Pembilang : Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni yang terjangkau, pada waktu tertentu. Penyebut : Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu. 4. Target Tahun 2025 : 70 % 5. Rumus :

Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

=

Jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni Yang terjangkau pada kurun waktu tertentu

x 100% Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu

6. Langkah Kegiatan : 1) Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan instansi lain seperti kantor badan pusat statistik kabupaten/kota, koperasi, pengembang, dan perbankan.

2) Melakukan pelatihan kepada para staf di dinas perumahan atau dinas yang menangani perumahan khususnya mengenai skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat.

3) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat maupun stakeholders terkait dengan skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat.

4) Melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data khususnya data harga rumah layak huni dan besaran penghasilan rumah tangga (khususnya rumah tangga yang masuk katagori berpenghasilan rendah). Pengumpulan data dapat dilakukan melalui kegiatan survey lapangan atau dapat diperoleh dari kantor statistik, pengembang, dll.

5) Memberikan fasilitasi rumah layak huni dan terjangku kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah, baik untuk dimiliki maupun cara lain sesuai peraturan perundang-undangan dapat berupa: • penyediaan lahan murah bagi pembangunan rumah layak huni. • pemberian kemudahan perizinan pembangunan perumahan rumah layak huni • pemberian bantuan sebagian pembiayaan pemilikan rumah layak huni. • pemberian bantuan sebagian pembiayaan pembangunan rumah layak huni. • pemberian bantuan sebagian pembiayaan perbaikan rumah layak huni.

6) Melakukan kegiatan monitoring dan supervisi pelaksanaan fasilitasi kepada masyarakat minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran.

7) Melakukan kegiatan evaluasi kegiatan minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran. 8) Melakukan pencatatan dan pelaporan minimal 2 laporan dalam satu tahun anggaran.

Page 80: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

20

7. Rujukan : 1) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan Dan Permukiman;

2) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan Untuk Perumahan Swadaya Bagi MBR Melalui LKM/LKNB;

3) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 3/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 7/PERMEN/M/2008;

4) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 4/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/PERMEN/M/2008;

5) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 5/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 5/PERMEN/M/2008;

6) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 6/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Syariah Bersubsidi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 6/PERMEN/M/2008;

Page 81: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

21

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 51. RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU IK-4 Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni 1. Menjalin kerjasama dan kemitraan

dengan instansi lain seperti kantor badan pusat statistik kabupaten/kota, koperasi, pengembang, dan perbankan.

Transport peserta pertemuan A. Frekuensi pertemuan B. Jumlah peserta pertemuan C. Transport per petugas bidang perumahan kab./kota

(kegiatan)

A * B * C * D

Akomodasi pertemuan A. Frekuensi Pertemuan B. Jumlah peserta pertemuan C. Biaya akomodasi pertemuan per paket

A * B * C

Bahan pertemuan A. Frekuensi pertemuan B. Jumlah peserta pertemuan C. Biaya bahan pertemuan per paket

A * B * C

2. Melakukan pelatihan kepada para staf di dinas perumahan atau dinas yang menangani perumahan khususnya mengenai skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat.

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Transport peserta pelatihan per peserta

A * B * C * D

Lumpsum/uang harian Peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Lumpsum/uang harian peserta pelatihan per peserta

per hari

A * B * C * D * E

Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angk D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang

A * B * C * D

Page 82: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

22

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 Transport narasumber luar Kab/Kota A. Frekuensi pelatihan

B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah narasumber luar pelatihan per angk D. Transport narasumber luar pelatihan per orang

A * B * C * D

Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumber lokal pelatihan per orang hari E. Lumpsum/uang harian narasumber lokal pelatihan

per orang hari

A * B * C * D * E

Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumberl luar pelatihan per orang hari E. Lumpsum/uang harian narasumber luar pelatihan per

orang hari

A * B * C * D * E

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angk E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angk F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angk G. AkomodasI Pelatihan Per Peserta Per Hari

A * B * C * (D + E) * F

Bahan Pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan C. Jumlah pelatih pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan E. Paket Bahan pelatihan per peserta

A * B * (C + D) * E

Page 83: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

23

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 3. Melakukan sosialisasi kepada

masyarakat maupun stakeholders terkait dengan skim dan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat.

Transport Penyuluhan A. Frekuensi penyuluhan B. Jumlah tenaga penyuluh (tenaga kecamatan) C. Transport per petugas perumahan kab./kota

(kegiatan)

A * B * C

Leaflet A. Jumlah Skim Rumah Layak huni dan Terjangkau B. Frekuensi penyuluhan C. Biaya pembuatan leaflet per lembar

A * B * C

Poster A. Jumlah tenaga penyuluh (tenaga kecamatan) B. Jumlah kecamatan C. Biaya pembuatan poster per lembar

A * B * C

Media elektronik A. Frekuensi penyiaran selama setahun B. Biaya penyiaran per 1 kali siar (radio spot)

A * B

4. Melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data khususnya data harga rumah layak huni dan besaran penghasilan rumah tangga (khususnya rumah tangga yang masuk katagori berpenghasilan rendah). Pengumpulan data dapat dilakukan melalui kegiatan survey lapangan atau dapat diperoleh dari kantor statistik, pengembang, dll.

Transport petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Jumlah pembahasan pencacahan data D. Transport petugas per wilayah

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian petugas A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Uang harian petugas per hari

A * B * C * D* E

Page 84: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

24

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 Akomodasi petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data

B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Jumlah petugas per pertemuan E. Akomodasi pertemuan 1 orang

A * B * C * E *

Bahan Pendataan A. Frekwensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Jumlah petugas per pertemuan D. Bahan Pendataan

A * B * C * D

5. Memberikan fasilitasi rumah layak huni dan terjangku kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah, baik untuk dimiliki maupun cara lain sesuai peraturan perundang-undangan dapat berupa:

• penyediaan lahan murah bagi pembangunan rumah layak huni.

A. Frekwensi Rumah Layak Huni dan Terjangkau B. Jumlah Lahan C. Jumlah MBR D. Sertifikasi lahan

A * B * C * D

• pemberian kemudahan perizinan pembangunan perumahan rumah layak huni

A. Jumlah pemeriksaan Ijin Mendirikan Bangunan B. Harga Formulir Ijin Mendirikan Bangunan C. Selembar Gambar Bangunan Rumah Layak Huni dan

Terjangkau

A * B / C

A. Jenis Rumah Layak Huni dan Terjangkau B. Daftar analisis Harga C. Gambar Rancangan Rumah D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data

memerlukan 1 Formulir untuk 1 x Rumah

(A * B * C) * D

A. Jumlah luas bangunan rumah B. Biaya pembangunan/renovasi per rumah

A * B

Page 85: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

25

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 • pemberian bantuan sebagian

pembiayaan pemilikan rumah layak huni.

A. Frekwensi bantuan B. Jumlah Biaya bantuan C. Jumlah Suku bunga D. Jangka Waktu pinjaman

A * B * C * D

• pemberian bantuan sebagian pembiayaan pembangunan rumah layak huni.

A. Frekwensi bantuan B. Jumlah Biaya bantuan C. Jumlah Suku bunga D. Jangka Waktu pinjaman

A * B * C * D

• pemberian bantuan sebagian pembiayaan perbaikan rumah layak huni.

A. Frekwensi bantuan B. Jumlah Biaya bantuan C. Jumlah Suku bunga D. Jangka Waktu pinjaman

A * B * C * D

6. Melakukan kegiatan monitoring dan supervisi pelaksanaan fasilitasi kepada masyarakat minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran.

Bahan Pendataan A. Frekwensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Jumlah petugas per pertemuan D. Bahan Pendataan

A * B * C * D

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Page 86: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

26

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5 7. Melakukan kegiatan evaluasi kegiatan

minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran.

Bahan Evaluasi A. Frekwensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Jumlah petugas per pertemuan D. Bahan Pendataan

A * B * C * D

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

8. Melakukan pencatatan dan pelaporan minimal 2 laporan dalam satu tahun anggaran.

Bahan Pendataan A. Frekwensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Jumlah petugas per pertemuan D. Bahan Pendataan

A * B * C * D

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Page 87: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

27

1. Jenis Pelayanan : II. LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

2. Indikator : 3. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) Definisi Operasional : Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) adalah kumpulan rumah

dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum dengan penataan sesuai tata ruang dan menjamin kesehatan masyarakat.

Pembilang : Jumlah lingkungan (kelurahan/desa) yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU), meliputi : jalan, drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, dan listrik memadai untuk satu lingkungan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Penyebut : Jumlah lingkungan perumahan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 4. Target Tahun 2025 : 100 % 5. Rumus :

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung PSU

=

Jumlah lingkungan yang didukung PSU pada kurun waktu tertentu

x 100% Jumlah lingkungan perumahan pada kurun waktu tertentu

6. Langkah Kegiatan : 1) Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

2) Melakukan pendataan dan pemutakhiran data lingkungan perumahan secara berkala; 3) Melakukan pembentukan pusat informasi bidang perumahan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan

informasi lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) 4) Perizinan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU); 5) Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan bidang perumahan dan

pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat kepada provinsi. 7. Rujukan : 1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri

sendiri; 5) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana

Tidak Bersusun; 6) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 34/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan;

Page 88: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

28

7) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Permukiman;

8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

9) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan Dan Permukiman.

Page 89: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

29

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

1. II. LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

IK-5 Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

1. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan;

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan D. Transport peserta pelatihan per peserta

A * B * C * D

Lumpsum/uang harian Peserta A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan E. Lumpsum/uang harian peserta pelatihan per peserta

per hari

A * B * C * D * E

Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angk D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang

A * B * C * D

Transport narasumber luar Kab/Kota A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Jumlah narasumber luar pelatihan per angk D. Transport narasumber luar pelatihan per orang

A * B * C * D

Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumber lokal pelatihan per orang hari E. Lumpsum/uang harian narasumber lokal pelatihan

per orang hari

A * B * C * D * E

Page 90: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

30

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah narasumberl luar pelatihan per orang hari E. Lumpsum/uang harian narasumber luar pelatihan per

orang hari

A * B * C * D * E

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan pelatihan C. Lama pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan per angk E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angk F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angk G. AkomodasI Pelatihan Per Peserta Per Hari

A * B * C * (D + E) * F

Bahan Pelatihan A. Frekuensi pelatihan B. Jumlah angkatan C. Jumlah pelatih pelatihan D. Jumlah peserta pelatihan E. Paket Bahan pelatihan per peserta

A * B * (C + D) * E

2. Melakukan pendataan dan pemutakhiran data lingkungan perumahan secara berkala;

Transport petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Jumlah pembahasan pencacahan data D. Transport petugas per wilayah

A * B * C* D

Lumpsum/honor/uang harian petugas A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah petugas pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Uang harian petugas per hari

A * B * C * D* E

Page 91: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

31

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Akomodasi petugas pendataan A. Frekuensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Lama pembahasan pencacahan data D. Jumlah petugas per pertemuan E. Akomodasi pertemuan 1 orang

A * B * C * E *

Bahan Pendataan A. Frekwensi pencacahan data B. Jumlah pembahasan pencacahan data C. Jumlah petugas per pertemuan D. Bahan Pendataan

A * B * C * D

3. Melakukan pembentukan pusat informasi bidang perumahan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

a. Penyediaan Peralatan Lihat kebutuhan alat

b. Penyediaan Tenaga Teknik

Prog. Pendidikan Teknik (Kerja Sama dg Fak. Teknik)

Biaya Pendidikan Teknik A. Jumlah peserta pendidikan Teknik B. Biaya pendidikan Teknik per tahun

A * B

Kontrak Sarjana Teknik Biaya Kontrak Sarjana Teknik dan Informatika

A. Jumlah Sarjana Teknik yang dikontrak B. Biaya kontrak Sarjana Teknik per tahun

A * B

Rekrutmen & Penempatan Sarjana Teknik & Informatika

Biaya Rekrutmen & Penempatan Sarjana Teknik dan Informatika

A. Jumlah Sarjana Teknik dan Informatika yang direkrut B. Biaya rekrutmen dan penempatan Sarjana Teknik dan

Informatika

A * B

Page 92: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

32

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

c. Promosi Transport Penyuluhan A. Frekuensi penyuluhan

B. Jumlah tenaga penyuluh (tenaga kecamatan)

C. Transport per petugas perumahan kab./kota (kegiatan)

A * B * C

Leaflet A. Jumlah Rumah Layak huni dan Terjangkau

B. Frekuensi penyuluhan

C. Biaya pembuatan leaflet per lembar

A * B * C

Poster A. Jumlah tenaga penyuluh (tenaga kecamatan)

B. Jumlah kecamatan

C. Biaya pembuatan poster per lembar

A * B * C

Media elektronik A. Frekuensi penyiaran selama setahun

B. Biaya penyiaran per 1 kali siar (radio spot) A * B

4. Perizinan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU);

Formulir A. Jumlah pemeriksaan Ijin Mendirikan Bangunan

B. Harga Formulir Ijin Mendirikan Bangunan

C. Selembar Gambar Bangunan Rumah Layak Huni dan Terjangkau

A * B / C

Persyaratan A. Jenis Rumah Layak Huni dan Terjangkau

B. Daftar analisis Harga

C. Gambar Rancangan Rumah

D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data memerlukan 1 Formulir untuk 1 x Rumah

(A * B * C) * D

Page 93: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN · PDF fileHimpunan Produk Hukum 133 Standar Pelayanan Minimal (SPM) PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

33

JP LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN RUMUS

1 2 3 4 5

Biaya Ijin Pembangunan/Renovasi A. Jumlah luas bangunan rumah B. Biaya pembangunan/renovasi per rumah

A * B

5. Melakukan pengawasan, pengendalian, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan bidang perumahan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat kepada provinsi

Transport petugas monitoring & evaluasi A. Frekuensi Monitoring dan Evaluasi B. Jumlah ketersediaan rumah layak huni C. Jumlah petugas monitoring dan evaluasi D. Transport petugas

A * B * C * D

Bahan Pertemuan A. Frekwensi pertemuan B. Jumlah Tim Teknis C. Jumlah Pemantau Lapangan D. Jumlah tenaga Pekerja pembangunan rumah E. Transport petugas

A * (B + C + D) * E

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2010 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, ttd SUHARSO MONOARFA