Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

39
AKAD KETIKA AZAN JUM’AT Para ulama bersepakat mengenai larangan jual beli ketika azan shalat jum’at berkumandang. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT (QS. Aljumu’ah : 9) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika diserukan shalat pada hari jum’at, maka pergilah kalian untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli”. Assosiasi Warnet Meulaboh- AWAM Date: 26/Juli/2010

description

Hukum Bisnis dalam Islam, mengapa kita perlu memahami hukum dagang...?

Transcript of Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Page 1: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

AKAD KETIKA AZAN JUM’AT

• Para ulama bersepakat mengenai larangan jual beli ketika azan shalat jum’at berkumandang. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT (QS. Aljumu’ah : 9) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika diserukan shalat pada hari jum’at, maka pergilah kalian untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli”.

Page 2: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Kendatipun terjadi akad bisnis secara syariah dan dilakukan oleh perusahaan syariah, namun “akad jual beli” tersebut tetap tidak diperbolehkan dilakukan di dalammesjid.

Larangan ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya “ apabila kalian melihat orang yang berjual beli di dalam mesjid, maka katakanlah kepadanya: “Mudah-mudahan Allah tidak akan memberikan keuntungan perniagaanmu itu” (HR. Nasa’i dan Turmudzi)

Dalam Hadits yang lain juga disebutkan yang artinya “Rasulullah SAW melarang berjual beli di dalam mesjid” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Melakukan Akad Jual Beli di Dalam Mesjid

Page 3: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Pada zaman jahiliah terjadi jual beli dengan lemparan batu, misalnya dalam jual beli tanah yang tidak ditentukan ukurannya. Pembeli dipersilakan melempar sejauh-jauhnya, dimana batu jatuh di situlah menjadi batas tanah yang dijualnya. Atau jual beli suatu barang dengan lemparan. Pembeli diminta melempar, mana saja yang terkena batu, barang itulah yang akan dibelinya. Daalam sebuah hadits menerangkan dengan artinya “ Rasulullah melarang jual beli dengan lemparan batu dan jual beli gharar”. (HR. Muslim).

Jual beli Dengan Lemparan Batu (Bai’ Al-Hashoh)

Page 4: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Termasuk yang dilarang oleh syariah adalah jual beli dua akad dalam satu akad (bai’atani fil bai’ah/shofqatain fi shafaqah).

Terdapat beberapa pengertian jual beli dua akad dalam satu akad,yaitu : Seseorang menjual suatu barang dengan harga kontan Rp.

100.000,- dan harga kredit Rp.125.000,-. Kemudian transaksi berjalan tanpa ada kejelasan dengan yang mana transaksi tersebut digunakan.

Seseorang menjual sebuah rumah kepada orang lain dengan harga Rp.100 juta, dengan syarat orang tersebut harus menjual mobilnya kepadanya dengan harga Rp. 100 juta juga.

Seseorang menjual salah satu dari dua barang yang berbeda (misal TV dan AC) dengan harga @Rp. 1 juta. Kemudian terjadilah transaksi sedang pembeli tidak mengetahui barang mana yang dibelinya.

Melakukan Dua Akad Dalam Satu Akad

Page 5: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Dalam kondisi penawaran dua barang, kemudian ditentukan barang mana yang akan diperjualbelikan, baru kemudian akad terjadi maka diperbolehkan. Atau dari dua harga, cash dan kredit yang berbeda,kemudian ditentukan dengan salah satunya lalu terjadi akad, maka dalamkondisi seperti ini diperbolehkan.

Dalam sebuah hadits digambarkan, yang artinya “Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasannya Rasulullah SAW melarang dua jual beli dalam satu transaksi.” (HR.Turmudzi & Nasa’i)

Melakukan Dua Akad Dalam Satu Akad

Page 6: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Selain barang dan proses transaksi yang harus halal secara syar’i, usaha-usaha yang dilakukan yang terkait dengan asuransi syariah pun juga harus merupakan usaha-usaha yang halal. Karena itu asuransi syariah terkait dengan usaha yang haram, maka hukum mengasuransikannya juga haram.

Kaidah Fiqhiyah mengatakan bahwa “Sesuatu yang mendukung atau mengantarkannya pada sesuatu yang haram, maka hukumnya juga haram.”

Dan ketika berhubungan dengan suatu usaha yang haram, maka konsekuensinya adalah akadnya bisa menjadi batal, hilangnya keberkahan, dan semakin maraknya kebatilan.

Usaha-usaha yang secara syar’i boleh dilakukan, maka boleh juga diasuransikan

Page 7: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Muammalah secara ribawi merupakan bentuk muammalah yang paling dimurkai oleh Allah SWT. Dan tidak pernah Allah SWT mengharamkan sesuatu sedahsyat Allah SWT mengharamkan riba.

Usaha-usaha yang terkait dengan riba macam dan jenisnya banyak sekali, seperti kredit bank konvensional, leasing kendaraan, kartu kredit, MLM konvensional, gadai tidak syariah, pinjaman berbunga, dsb.

Asuransi Syariah harus menjauhi segala bentuk transaksi yang terkait secara langsung dengan riba. Karena jika tidak, maka berarti Asuransi Syariah mensupport sistem ribawi. Dan jika demikian, maka haram adanya.

Usaha Yang Menggunakan Sistem Ribawi

Page 8: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Segala jenis usaha yang mengandung unsur prostitusi, pornoaksi dan pornografi adalah tidak diperbolehkan dan haram adanya.

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’/17:32)

Dalam hadits,”Bahwasannya Rasulullah SAW melarang harga (jual beli) anjing, hasil pelacuran dan upah tukang tenung.” (Muttafaqun Alaih)

Prostitusi, Pornoaksi & Pornografi

Page 9: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Segala jenis usaha yang mengandung unsur perjudian/maisir adalah haram adanya dan berdampak pada tidak sahnya transaksi tersebut.

Allah SWT berfirman (QS. Al-Maidh : 90) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Dari segi bahasa, maisir diterjemahkan dengan judi. Dan istilah ini

merupakan istilah pada bentuk permainan untung-untungan yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah.

Dalam bahasa Arab sendiri, maisir memiliki beberapa padanan kata yang memiliki kemiripan makna, yaitu muqamarah/qimar dan rihan/murahanah.

Usaha Yang Mengandung Perjudian (Maisir)

Page 10: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Qimar lebih pada permainan (taruhan) antara sesama pemain. Misalkan pada balapan sepeda motor, dua orang saling bertaruhan satu juta – satu juta. Yang menang mendapatkan satu juta dari lawannya dan yang kalah mengeluarkan satu juta untuk lawannya.

Sedangkan rihan merupakan taruhan yang dilakukan oleh para penontonnya yang saling menjagokan “jagoannya” masing-masing, tanpa harus mereka ikut bermain. Jika taruhannya menang, ia mendapatkan uang. namun jika “jago” nya kalah ia mengeluarkan uang.

Namun ada juga yang menyebutkan bahwa qimar lebih luas dibandingkan dengan maisir. Karena maisir lebih pada permainan judi yang dilakukan oleh ahli jihiliyah. Sedangkan qimar/muqamarah mencakup segala bentuk dan jenis perjudian atau aktivis untung-untungan.

Usaha Yang Mengandung Perjudian (Maisir)

Page 11: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Segala jenis usaha yang terkait dengan perdukunan, peramalan nasib, pertenungan merupakan perbuatan yang jelas keharamannya. Walaupun di zaman modern ini, hal-hal tersebut dikemas secara modern pula, melalui SMS, internet dan bahkan komputer sistem di mall-mall dan pusat perbelanjaan modern lainnya.

Dalamsebuah hadits Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang datang kepada tukang tenung (ahli nujum) lalu ia bertanya kepadanya dan mempercayainya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.”(HR. Muslim)

Peramalan Nasib

Page 12: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Apabila sesuatu diharamkan dalam syariat islam, maka diharamkan pula segala tindakan yang menuju padanya. Seperti sesuatu yang haram dimakan atau diminum, maka haram pula pengangkutannya.

Mengangkut dengan sengaja barang-barang yang haram pemakaiannya untuk dipakai di suatu tempat, berarti ikut memperlancar penggunaannya.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman,”Dan janganlah kamu bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan hendaklah kalian takut kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sangat keras siksaannya,”

Pengangkutan Barang Haram

Page 13: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Diantara usaha yang diharamkan adalah usaha menimbun suatu barang-barang tertentu agar harganya naik, kemudian setelah harganya naik barang tersebut dijual dengan harga yang tinggi. Usaha semacam ini diistilahkan dalam fiqh sebagai IHTIKAR.

Syekh Yusuf Qardawi mengemukakan bahwa diharamkan ihtikar pada dua hal;Dilakukan di suatu negara dimana penduduk negara itu akan

menderita karena penimbunan tersebut, seperti penimbunan sembako.

Dengan maksud untuk menaikkan harga sehingga orang-orang merasa payah, dan dia mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari hal tersebut.

Penimbunan dan Monopoli

Page 14: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Islam sangan menganjurkan adanya persaingan yang baik dalam berbisnis. Karena dengan adanya persaingan, suatu bisnis akan semakin cepat berkembang dengan maju, selama persaingan dilakukan dengan sehat.

Akan tetapi ketika persaingan tersebut tidak sehat, seperti saling memfitnah, ”mengambil alih” client orang lain, saling menjatuhkan, banting-bantingan harga dsb, maka akan merusak iklim bisnis yang ada. Dan akibatnya semua usaha yang bergerak pada bidang yang sama, dalam jangka panjang akan hancur.

Riwayat-riwayat hadits yang melarang hal ini cukup banyak, diantaranya sabda Rasulullah SAW, “ Dan janganlah salah seorang dari kalian menjual barang yang telah “dijual”pada orang lain.”

Persaingan Tidak Sehat

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Page 15: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Secara sederhana syubhat adalah sesuatu yang samar kehalalannya dan samar pula keharamannya. Atau dapat juga berupa bercampurnya antara sesuatu yang halal dengan yang haram, dimana sulit dipilahkan antara keduanya.

Sesuatu yang syubhat sebaiknya dihindari. Karena dalam hadits Rasulullah SAW menggambarkan bahwa sesuatu yang halal jelas dan yang haram adalah jelas, sementara diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Kemudian Rasulullah SAW mengemukakan, bahwa barang siapa yang terjerumus pada yang syubhat maka hakekatnya ia terjerumus pada area yang haram.

Usaha Yang Mengandung Unsur Syubhat

Page 16: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Niat IkhlasUsaha KerasBerpenampilan Rapi dan IslamiBertutur Kata Sopan dan IslamiTidak Meng’clossing’ Objek Yang Telah

Diprospek Oleh Saudaranya Yang LainBeradab Dengan Adab Islami

Adab dan Etika Marketing Asuransi Syariah

Page 17: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Lebih mulia daripada “khumrin na’am”Pahala yang terus menerus mengalir“Fadhilah” silaturahimMendatangkan keberkahanDiampuni dosa-dosaDijanjikan syurgaBenefit dunia akhirat

Benefit ”Marketing” Asuransi

Page 18: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Apa khumrin na’am?Khumrin na’am adalah unta berbulu merah yang merupakan simbol harta terbaik yang dimiliki orang arab pada zaman Rasulullah SAW

Dalam hadits digambarkan bahwa mengajak orang lain untuk berbuat baik “sesuai” dengan hidayah Allah SWT, akan mendapatkan “balasan yang lebih baik” daripada “khumrin na’am”.

Dalam konteks berasuransi, mengajak orang lain untuk berasuransi secara syariah sesuai dengan tuntunan islam, adalah termasuk dalam “mengajak orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan hidayah Allah SWT.”

Lebih Mulia Daripada Khumrin Na’am

Page 19: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Allah akan memberikan pahala yang tiada akan terputus terhadap orang yang “memprospek” orang lain melakukan kebaikan, selama orang tersebut mengamalkan apa yang kita ajarkan.

Konsep kebaikan dalam islam adalah bahwa setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan juga. Dan memprospek orang lain untuk berasuransi secara syariah, merupakan bentuk dari mengajak orang lain melakukan kebaikan.

Pahala Yang Terus Menerus Mengalir

Page 20: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Diantara konsekuensi marketing adalah “harus” melakukan prospek dari satu orang ke orang lain, dan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Semakin banyak orang yang diprospek dan semakin banyak tempat yang dikunjungi, akan semakin banyak “benefit” yang diterimanya. Sehingga seorang marketing syariah adalah seseorang yang paling banyak yang paling banyak prospeknya dan insya Allah yang paling banyak juga clossingnya.

Salah satu benefit dari silaturahim adalah “lapang rizkinya” dan “panjang umurnya”.

“Fadhilah” Silaturahim

Page 21: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menginginkan rizkinya dilapangkan dan dilanggengkan nama baiknya, maka hendaknya ia “menyambung” tali silaturahimnya.” (HR. Bukhari)

“Fadhilah” Silaturahim

Page 22: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Ketika terjadi transaksi (baca; clossing) terhadap satu objek, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan pada “proses clossing” tersebut, selama dilakukan secara “compliance” dengan syariah.

Compliance yang dimaksud minimal harus memenuhi dua kriteria;KejujuranKejelasan (tidak gharar)

Sehingga “ujrah” dari “clossing” yang didapatkan oleh marketing, bukan hanya bernilai halal, namun lebih dari itu, ujrah tersebut B E R K A H.

Mendatangkan Keberkahan

Page 23: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Benefit lainnya yang sangat berharga bagi seorang marketing syariah adalah, mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas segala dosa-dosanya.

Karena marketing syariah, ia bekerja dalam rangka mensyiarkan syariah islam, pekerjaannya halal dan mendatangkan keberkahan serta mengajak orang untuk beramal shaleh dalam lingkup asuransi syariah.

Lebih dari itu, marketing syariah bukan hanya “bekerja”, namun ia juga berdakwah menuju hidayah Allah SWT.

Diampuni Dosa-Dosa

Page 24: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani)

Diampuni Dosa-Dosa

Page 25: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Marketing Syariah, diberi kabar gembira oleh Rasulullah SAW berupa “jannah”. Ia akan dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin dan juga syuhada.

Dalam sebuah hadits digambarkan bahwa “Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya (kelak akan dikumpulkan) bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada”. (HR. Turmudzi)

Dijanjikan Syurga

Page 26: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Sesuatu (barang/objek) yang boleh diperjualkan, boleh diasuransikan.Objek yang boleh diperjualbelkanObjek yang dilarang diperjualkan

Proses (dalam jualbeli) yang diperbolehkan, maka dalam asuransi juga diperbolehkan. Identifikasi proses-proses yang diperbolehkan dan yang tidak

diperbolehkanTempat-tempat yang dilarangWaktu-waktu & tempat yang dilarang melakukan transaksi

Usaha-usaha yang secara syar’i boleh dilakukan, maka boleh juga diasuransikanUsaha-usaha yang diperbolehkanUsaha yang tidak diperbolehkan

Kaidah Umum “Marketing Asuransi Syariah”

Page 27: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Kaidah umum dalam menentukan suatu objek boleh atau tidak dicover dalam asuransi syariah adalah dengan meng”qiyaskan” dengan hukum jual beli.

Barang-barang yang secara syar’i boleh diperjualbelikan, maka boleh pula diasuransikan. Seperti barang-barang yang halal, baik dzat barangnya sendiri maupun cara perolehannya.

Sedangkan barang-barang yang sedara syar’i tidak diperbolehkan jual belinya, maka tidak diperbolehkan pula pengasuransiannya. Seperti barang-barang yang secara substansi haram (misal khamer, daging babi, dsb), atau secara perolehannya tidak halal (seperti barang curian, dsb).

Sesuatu Yang Boleh Diperjualbelikan Boleh Diasuransikan

Page 28: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Barang yang dzatnya halalBarang yang suci, bukan barang najisBarang yang jelas kepemilikannyaBarang yang sumbernya jelas, bukan

barang hasil curian, rampokan dan sebagainya

Barang yang bukan barang ma’siat, barang kemusyrikan, barang yang menjurus pada perzinaan, dsb

Barang yang bukan termasuk dalam barang-barang yang dilarang oleh syariat

Objek/Barang Yang Diperbolehkan

Page 29: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Barang yang haram dimakan Khamer Barang-barang yang dipergunakan untuk

maksiat, mengarah pada kemusyrikan, dsb Barang yang samar (gharar) Barang yang belum sempurna diserah-

terimakan Jual beli ma’dum (jual beli barang yang tidak

ada/tidak dimiliki) Barang hasil rampasan, barang curian dan

sejenisnya

Objek/Barang Yang Tidak Diperbolehkan

Page 30: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Barang yang samar/tidak jelas (gharar)Barang yang samar atau mengandung

kesamaran, pada prinsipnya haram diperjualbelikan, karena umumnya akan menimbulkan pertengkaran dan perselisihan di kemudian hari

Selain itu, jual beli gharar dilarang karena hilangnya kesempurnaan salah satu rukun jual beli, yaitu ma’qud alaih (objek akad). Dimana objek akad/barang yang diperjualbelikan tidak jelas.

Objek/Barang Yang Tidak Diperbolehkan

Page 31: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli dengan lemparan batu, dan (melarang) jual beli gharar.” (HR. Muslim)

Macam-macam ghararGharar beragam dan bermacam-macam bentuknya :Gharar dalam wujud yaitu ada tidaknya barang yang

ditransaksikan. Seperti jual beli hewan dalam kandungan induknya, sebelum hewan tersebut hamil.

Gharar dalam memperolehnya yaitu bisa tidaknya suatu benda/barang yang ditransaksikan didapatkan. Sementara wujudnya ada. Seperti jual beli burung di angkasa dan ikan di lautan.

Objek/Barang Yang Tidak Diperbolehkan

Page 32: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Barang yang belum diterima, tidak boleh dijual.Tidak diperbolehkan membeli suatu barang,

dimana sebelum barang tersebut diterima dijual kembali kepada pihak lainnya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkau membeli sesuatu, janganlah dijual sebelum engkau menerimanya.” (HR. Ahmad & Thabrani)

Objek/Barang Yang Tidak Diperbolehkan

Page 33: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Barang hasil rampasan, barang curian dan yang sejenisnyaDiharamkan membeli barang yang diketahui hasil

dari perbuatan yang tidak halal. Karena membeli barang tersebut artinya bekerja sama untuk berbuat dosa.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Barang siapa yang membeli barang hasil curian dan ia mengetahuinya, maka ia juga sama mendapatkan dosa dan kejelekannya.” (HR.Bukhari)

Objek/Barang Yang Tidak Diperbolehkan

Page 34: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Membeli barang yang telah dijual kepada orang lain

Jual beli paksa (Bai’ Ikrah) Jual beli Najasyi Jual beli dengan pengecualian Jual beli urbun (uang panjar hilang) Melakukan “akad” ketika azan jum’at Akad di dalam masjid Jual beli dengan lemparan batu (bai’ al-hasha) Melakukan dua akad dalam satu akad

Tatacara Transaksi Yang Tidak Diperbolehkan

Page 35: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Menjual barang yang telah diakad oleh pihak lain hukumnya adalah haram. Seperti seorang penjual yang telah menjual barangnya kepada si A Rp. 50.000.- kemudian datang si B dan tertarik dengan barang tersebut, lalu dia berkata, “Tarik kembali barangmu, aku akan membelinya dengan harga Rp. 70.000,- misalnya.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, “ Dan janganlah diantara kamu menjual barang yang telah dijual kepada pihak lain.” (HR. Ahmad)

Membeli Barang Yang Telah Dijual

Page 36: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Jual beli yang dilakukan dengan unsur paksaan adalah tidak sah akadnya. Karena dalam suatu perakadan, dua pihak yang berakad disyaratkan harus “bebas” menentukan pilihan, apakah akan melakukan jual beli atau tidak. Atau terhadap barang yang mana yang akan diperjualbelikan.

Kecuali jual beli paksa untuk suatu maslahat yang menopang kehidupan orang banyak. Seperti menjual tanah atau rumah untuk fasilitas umum,masjid dsb.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Bahwasannya jual beli itu berdasarkan saling keridhaan.” (HR. Ibnu Majah)

Jual Beli Paksa (Bai’ Ikrah)

Page 37: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Secara umum jual beli najasyi merupakan suatu taktik yang dilakukan oleh pedagang untuk melariskan dagangannya melalui “promosi” yang berlebihan atau menipu agar orang menjadi tertarik untuk membeli barangnya, atau orang membeli barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari sesungguhnya.

Jual beli najasyi memiliki dua pengertian : Memuji-muji dagangannya sendiri secara berlebihan agar laris Bersekongkol dengan orang lain yang berpura-pura menawar

barang dengan harga tinggi agar orang lain merasa tidak kemahalan, lalu terpengaruh membelinya

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Dan janganlah kalian melakukan tanajusy (menambahkan harga pada barang dagangannya untuk menipu kembali) (Muttafaqun Alaih).”

Jual Beli Najasyi

Page 38: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Jual beli dengan pengecualian yang tidak jelas, tidak diperkenankan dalam syariah. Seperti menjual beberapa rumah dengan pengecualian sebuah rumah tertentu (namun tidak dijelaskan rumah yang mana yang dikecualikan).

Jual beli dengan pengecualian diperbolehkan jika pengecualian telah ditentukan dan diketahui serta disepakati bersama. Seperti jual beli tanah, dengan dikecualikan bagian tertentu, yang diketahui dan disepakati bersama.

Dalam sebuah hadits, “Dari Jabir ra berkata, bahwasannya Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara muhaqalah (menjual biji-bijian yang masih di tangkai), muzabanah (menjual buah yang basah dengan buah yang kering) dan jual beli dengan pengecualian. Kecuali jika yang dikecualikan itu diketahui.” (HR. Bukhari)

Jual Beli Dengan Pengecualian

Page 39: Hukum Bisnis Dalam Islam_by: AWAM

Assosiasi Warnet Meulaboh-AWAM Date: 26/Juli/2010

Jual beli urbun adalah jual beli dengan uang muka, dan ketika akad jual beli tidak terjadi uang muka menjadi milik si penjual.

Dalam sebuah riwayat, “Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra berkata bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli urbun.” (HR. Abu Daud)

Imam Malik berkata, “Jual beli urbun adalah seumpama seseorang yang membeli sesuatu atau menyewa kendaraan lalu ia berkata, ‘Aku berikan satu dinar, dan jika aku meninggalkan barang atau sewaan tersebut,maka uang itu jadi milikmu.’

Jual Beli Urbun (Uang Panjar Hilang)