Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

11
HUKUM BAYI TABUNG DALAM ISLAM A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi fitrah manusia memiliki keinginan untuk menikah dan juga memiliki keturunan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (yang artinya) : Dijadikan indah pada (pandangan ) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu ; wanita-wanita, anak-anak,…?(Q.S Ali-Imran -14) Hampir semua pasangan suami-istri menginginkan adanya anak dalam kehidupan perkawinan mereka. Sayangnya, tak semua pasangan bisa segera mewujudkan impian tersebut. Ada yang setelah sekian tahun menikah baru bisa punya anak, namun ada pula yang masih terus berada dalam penantian tanpa kepastian. Kekhawatiran tidak memiliki keturunan dalam pernikahan inilah yang mendorong mereka untuk mencari alternatif cara untuk memperoleh keturunan, yang salah satunya melalui program bayi tabung. Lalu, yang jadi pertanyaan bagaimanakah hukum bayi tabung di dalam agama islam ? bagaimanakah hukum waris

Transcript of Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

Page 1: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

HUKUM BAYI TABUNG DALAM ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi fitrah manusia memiliki keinginan untuk menikah dan juga

memiliki keturunan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (yang artinya) :

“Dijadikan indah pada (pandangan ) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang

diingini, yaitu ; wanita-wanita, anak-anak,…?(Q.S Ali-Imran -14)

Hampir semua pasangan suami-istri menginginkan adanya anak dalam

kehidupan perkawinan mereka. Sayangnya, tak semua pasangan bisa segera

mewujudkan impian tersebut. Ada yang setelah sekian tahun menikah baru bisa punya

anak, namun ada pula yang masih terus berada dalam penantian tanpa kepastian.

Kekhawatiran tidak memiliki keturunan dalam pernikahan inilah yang mendorong

mereka untuk mencari alternatif cara untuk memperoleh keturunan, yang salah

satunya melalui program bayi tabung.

Lalu, yang jadi pertanyaan bagaimanakah hukum bayi tabung di dalam agama

islam ? bagaimanakah hukum waris bagi bayi tabung ? dan bahaimana pula status

perwaliannya ?

B. Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung dalam istilah kedokteran dikenal dengan istilah pembuahan in

vitro atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation yang ditemukan

oleh Dr Steptoe dari Inggris. In vitro vertilization (IVF) merupakan proses pembuahan

sel telur dan sperma di luar tubuh wanita. In vitro adalah bahasa latin yang berarti

Page 2: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

dalam gelas/tabung gelas dan vertilization berasal dari bahasa Inggris yang artinya

pembuahan. Maka dari itu disebut bayi tabung.

Proses pembuatan Bayi Tabung dilakukan dengan mempertemukan sel telur

dan sperma dalam sebuah cawan petri yang bermedia. Selanjutnya, sel telur

diletakkan di cawan tersebut dan disemprotkan sperma berjumlah ratusan. Usai itu,

cawan dimasukkan dalam inkubator, yaitu lemari elektronik yang mempunyai suhu,

kelembaban, dan gas-gas lainnya, layaknya rahim. Dua sampai tiga hari kemudian,

terjadi pembuahan berupa embrio (semacam telur). Dengan menggunakan pipet,

embrio tersebut ditransferkan atau dikembalikan ke rahim ibu lewat vagina. Jumlah

yang dimasukkan rata-rata 3-4 embrio. Tingkat keberhasilannya, dari 100 wanita yang

dilakukan transfer, sekitar 30-40 persen terjadi kehamilan.

C. Hukum Bayi Tabung Dalam Islam

Sebelum membahas mengenai hukum bayi tabung dalam islam, kiranya perlu

terlebih dahulu kita ketahui berbagai alternatif proses yang dilakukan dalam program

bayi tabung, yaitu sebagai berikut :

1. Sperma seorang suami dan sel telur istrinya, diambil lalu diletakkan pada sebuah

tabung sehingga sperma tadi bisa membuahi sel telur istrinya dalam tabung

tersebut. Kemudian pada saat yang tepat, sperma dan sel telur yang sudah

berproses itu (zigote) dipindahkan ke rahim sang istri, pemilik sel telur, supaya

bisa berkembang sebagaimana layaknya janin-janin yang lain.

2. Sperma berasal dari laki-laki lain lalu diinjeksikan pada rahim istri orang lain.

sehingga terjadi pembuahan di dalam rahim, kemudian selanjutnya menempel pada

Page 3: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

dinding rahim sebagaimana pada cara pertama. Metode digunakan karena sang

suami mandul, sehingga sperma diambilkan dari lelaki lain.

3. Sperma berasal dari seorang suami dan sel telur diambil dari sel telur wanita lain

yang bukan istrinya, dikenal dengan sebutan donatur. Kemudian setelah terjadi

pembuahan baru dimasukkan ke rahim istri pemilik sperma. Cara ini dilakukan

ketika sel telur sang istri terhalang atau tidak berfungsi, akan tetapi rahimnya masih

bisa berfungsi untuk tempat perkembangan janin.

4. Sperma berasal dari suami dan sel telur dari wanita bukan istrinya. Kemudian

setelah pembuahan terjadi, baru ditanam pada rahim wanita lain yang sudah

berkeluarga. Cara ini dilakukan ketika ada pasangan suami-istri yang sama-sama

mandul, tetapi ingin punya anak sedangkan rahim sang istri tidak bisa berfungsi

sebagai tempat pertumbuhan janin.

5. Pembuahan berasal dari benih pasangan suami istri. Kemudian setelah pembuahan

itu berhasil, baru ditanamkan pada rahim wanita lain (bukan istrinya) yang bersedia

mengandung janin pasangan suami istri tersebut. Cara ini dilakukan ketika sang

istri tidak mampu mengandung, karena ada kelainan pada rahimnya, sementara

organnya masih mampu memproduksi sel telur dengan baik.

6. Sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri, lalu setelah mengalami

proses pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke

dalam rahim istri lain (kedua misalnya) dari pemilik sperma. Istri yang lain ini

telah menyatakan kesediaannya untuk mengandung janin madunya yang

(misalnya) telah diangkat rahimnya.

Page 4: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah

kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam Al-

Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau

masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai

metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat

ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah

yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi

buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan

cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh

kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli

kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika. Masalah inseminasi buatan

ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat

nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam

Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor

sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September

1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di

Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan

membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri

sendiri.

Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi tabung pada

manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan dengan

sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami

kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan

cara pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di

dalam rahim istri, maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-

Page 5: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut

memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al

dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan

darurat).

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor

sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai

akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya

berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.

Adapun dalil-dalil yang dapat digunakan untuk menguatkan pendapat ini

diantaranya :

Pertama, firman Allah SWT dalam surat al-Isra: 70 dan At-Tin: 4. Kedua ayat

tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang

mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan

lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya

manusia bisa menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama

manusia. Dalam hal ini inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat

merendahkan harkat manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang

diinseminasi.

Kedua, hadits Nabi Saw yang mengatakan, “ tidak halal bagi seseorang yang

beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman

orang lain (istri orang lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh

Ibnu Hibban).

Page 6: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

Ketiga, Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus

berasal dari sperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah

hukum fiqih yang mengatakan “dar’ul mafasadah muqaddam ‘ala jalbil mashlahah”

(menghindari mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau

menarik maslahah/kebaikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan

pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan

mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah

membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk

mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun

mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain:

1. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga kesucian/kehormatan kelamin

dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan

kewarisan.

2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran

sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.

4. Kehadiran anak dari hasil bayi tabung dapat menimbulkan konflik, terutama dalam

hal waris dan masalah perwalian.

5. Secara psikoligis dikhawatirkan tidak adanya hubungan yang erat antara anak

dengan ibunya, karena proses yang dilalui tidak melalui proses kasih sayang seperti

seharusnya.

Page 7: Hukum Bayi Tabung Dalam Islam Resume

D. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukum bayi

tabung yang berasal dari sel sperma dan sel ovum suami istri yang sah dan proses

kehamilannya di rahim istrinya, maka itu dibolehkan. Sedangkan bila sel sperma atau

ovum berasal dari pasangan yang bukan suami atau istri yang sah, atau meskipun

berasal dari suami istri yang sah namun dititipkan pada rahim orang lain maka

hukumnya haram.