bayi tabung - agama.docx

25
BAB III. PEMBAHASAN III.1. PANDANGAN AGAMA TERHADAP BAYI TABUNG III.1.1. Pandangan Agama Islam (DepKes,1998) Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum Islam, maka harus dikajidengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip- prinsip dan jiwa al’Quran dan sunnah menjadi pasangan umat Islam. Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di antara panca maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi penyelesaiannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al- Insyirah, ayat 5-6 yang bunyinya: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6). Yang dimaksud kesulitan dalam ayat tersebut adalah semua bentuk kesulitan dalam menjalani hidup termasuk kesulitan dalam mereproduksi manusia. Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran- Nya.

Transcript of bayi tabung - agama.docx

Page 1: bayi tabung - agama.docx

BAB III. PEMBAHASAN

III.1.PANDANGAN AGAMA TERHADAP BAYI TABUNG

III.1.1. Pandangan Agama Islam (DepKes,1998)

Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum Islam, maka harus dikajidengan

memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai

dengan prinsip-prinsip dan jiwa al’Quran dan sunnah menjadi pasangan umat Islam.

Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk

senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di antara

panca maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah

hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan

kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi

penyelesaiannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Insyirah, ayat 5-6 yang bunyinya:

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan (6).

Yang dimaksud kesulitan dalam ayat tersebut adalah semua bentuk kesulitan dalam

menjalani hidup termasuk kesulitan dalam mereproduksi manusia. Dengan adanya kemajuan

teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar

mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.

Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern

yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi.

Sehingga meskipun memiliki daya guna yang tinggi, namun juga sangat rentan terhadap

penyalahgunaan dan kesalahan etika bila dikakukan oleh orang yang tidak beragama, beriman,

dan beretika sehingga sangat potensial berdampak negatif dan fatal. Oleh karena itu kaedah dan

ketentuan syariah merupakan pemandu etika dalam penggunaan teknologi ini sebab penggunaan

dan penerapan teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika, dan hukum yang berlaku di

masyarakat.

Seorang pakar kesehatan New Age dan pemimpin redaksi jurnal Integral Medicine, DR.

Andrw Weil sangat meresahkan dan mengkhawatirkan penggunaan inovasi teknologi kedokteran

tidak pada tempatnya yang biasanya terlambat untuk memahami konsekuensi etis dan sosial yang

Page 2: bayi tabung - agama.docx

ditimbulkannya. Oleh karena itu, Dr. Arthur Leonard Caplan, Direktur Center for Bioethics dan

Guru Besar Bioethics di University of Pennsylvania menganjurkan pentingnya komitmen etika

biologi dalam praktek teknologi kedokteran apa yang disebut sebagai bioetika. Menurut John

Naisbitt dalam High Tech-High Touch (1999) bioetika bermula sebagai bidang spesialisasi pada

tahun 1960-an sebagai tanggapan atas tantangan yang belum pernah ada, yang diciptakan oleh

kemajuan di bidang teknologi pendukung kehidupan dan teknologi reproduksi.

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah

kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-Qur’an dan

As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak

dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya

dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan

prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.

Namun, kajian inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh

para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat

diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya, ahli

kedokteran , peternakan, biologi, hukum, agama, dan etika.

Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di

kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Lembaga Fiqih Islam Organisasi

Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung

dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami

dan ovum dari istri sendiri. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan

buatan, bayi tabung, ibu titipan dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral

dan bertentangan dengan harkat manusia. Mantan ketia IDI, dr. Kartono Muhammad juga pernah

melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia menghimbau masyarakat Indonesia

dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan ovumnya berasal dari

suami-istri sendiri.

Bayi tabung dilakukan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri

sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang

lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil

sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara

pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya ditanam ke dalam rahim istri, asalkan

Page 3: bayi tabung - agama.docx

keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan

untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil

memperoleh anak.

Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 70 menjelaskan :

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di

daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka

dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

At-Tin ayat 4 berbunyi :

:Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai

makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Allah

lainnya, dan Allah sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa

menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini

inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar

dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi.

Di sisi lain Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya mengajarkan “tidak halal bagi

seseorang yang beriman pada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman

orang lain (vagina istri orang lain)”/ tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah atau tidak

mengawini wanita hamil dari istri orang lain. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak

melakukan senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan. Pada

saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena itu, kita

tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.

Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada

manusia dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa’ dalam bahsa Arab bisa berarti

air hujan atau air secara umum. Al-Qur’an surat Thaha ayat 53 menjelaskan: “Yang telah

menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu

jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu

berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”.

Kata maa’ juga bisa berarti benda cair atau sperma, seperti yang dapat kita jumpai

dalam surat An-Nur ayat 45 dan Al-Thariq ayat 6 yang bunyinya:

Page 4: bayi tabung - agama.docx

Al-Qur’an surat An-Nur ayat 45 :

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu

ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang

lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya

Allah Maha Kuasa atas segala seuatu”.

Al-Qur’an Al-Thariq ayat 6 :

“Dia diciptakan dari air yang dipancarkan”.

Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal dari

sperma dan ovum pasangan yang syah menurut syariah adalah kaidah hukum Fiqih yang

mengatakan “da’rul mafsadah muqaddam ‘ala jalbil maslahah” (menghindari mafsadah atau

mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik maslahah/kebaikan.

Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul, sehingga tidak

diperoleh fatwa hukumnya dari mereka. Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan/bayi

tabung dengan donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.

PENDAPAT BEBERAPA AHLI TENTANG BAYI TABUNG

Adapun pendapat beberapa ahli tentang bayi tabung adalah sebagai berikut :

1. Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa Islam pencakukan sperma (bayi tabung)

apabila pencakukan itu bukan dari sperma suami yang sah.

2. Mahmud Syaltut mengatakan bahwa penghamilan buatan adalah pelanggaran

yang tercela dan dosa besar, serta dengan zina, karena memasukkan mani orang

lain ke dalam rahi permpuan tanpa ada hubungan nikah secara syara’ yang

dilindungi hukum syara’.

3. Beberapa ahli berpendapat bahwa inseminasi buatan dengan sperma suami

sendiri tidak menimbulkan masalah pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi

buatan dengan sperma donor banyak menimbulkan masalah di antaranya

masalah nasab.

4. Syaikh Nashiruddin Al-Albani berpendapat sebagai berikut : “ tidak boleh,

karena proses pengambilan mani tersebut berkonsekuensi minimalnya sang

dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain, dan melihat aurat wanita lain

(bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat,

sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sementara tidak

Page 5: bayi tabung - agama.docx

terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki

memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan

terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan

ini pun tidak boleh (haram).

Fatwa MUI tentang Bayi Tabung

Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni

1979), Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :

1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami istri yang sah

hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-

kaidah agama.

2. Bayi tabung dari pasangan suami – istri dengan titipan rahim istri lain (misalnya

dari istri kedua dititipkan pada istri pertama) hukumnya haram berdasarkan

kaidah Saddaz-za’riah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit

dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang

dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung

kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).

3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia

hukumnya haram berdasarkan kaidah Saddaz-za’riah, sebab hal ini akan

menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan

nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.

4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami istri

yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin

antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah

Sadd az-za’riah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina

sesungguhnya.

Fatwa Lembaga Islam Dunia

Selain MUI, ada beberapa lembaga Islam yang mengeluarkan fatwa tentang bayi tabung

ini, diantaranya:

1. Majelis Ulama Saudi Arabia mengeluarkan fatwa bahwa Alim ulama di lembaga

riset pembahasan ilmiah, fatwa, dakwah dan bimbingan Islam di Kerajaan Saudi

Page 6: bayi tabung - agama.docx

Arabia telah mengeluarkan fatwa perlarangan praktek bayi tabung. Karena praktek

tersebut akan menyebabkan terbukanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan

terjamahnya rahim. Kendatipun mani yang disuntikkan ke rahim wanita tersebut

adalah mani suaminya. Menurut pendapat penulis, hendaknya seseorang ridha

dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah yang berfirman dalam kitab-Nya, Al-

Quran surat Asy-Syuura ayat 50 yang berbunyi :

“Atau Dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa)

yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.

Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mandul tidaknya seseorang adalah kehendak

daripada Allah SWT. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah

sudah merupakan kewajiban untuk mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah dan

bersabar atas musibah yang menimpanya.

2. Majelis Mujamma’Fiqih Islami menetapkan dua hal sebagai berikut :

a. Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat

mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta

perkara-perkara lain yang dikecam oleh syariat. Kelima perkara tersebut

adalah :

Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur

pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si

wanita.

Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma

yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian

dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.

Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang

suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang

bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.

Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita

lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.

Page 7: bayi tabung - agama.docx

Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang

suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang

lain.

b. Dua perkara berikut boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan

setelah memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan,

sebagai berikut :

Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari

istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

Sperma si suami diambil kemudian disuntikkan ke dalam saluran rahim

istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam masalah ini

adalah aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup), demikian juga kemungkinan kegagalan

proses operasi persemaian sperma dan indung telur itu sangat perlu diperhitungkan. Disamping

itu perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran amanah dari orang – orang yang

lemah iman di rumah – rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur

supaya operasi tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam

melakukannya perlu kewaspadaan yang ekstra ketat. Wallahu a’lam.

Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap peradaban orang-

orang barat (kaum kuffar)dalam perkara yang mereka minati atau (sebaliknya) mereka hindari.

Seseorang yang menempuh cara ini mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh

Allah berupa anak dengan cara yang alami (yang dianjurkan syari’at), berarti dia tidak ridha

dengan takdir dan ketetapan Allah SWT atasnya. Jikalau saja Rasulullah SAW menganjurkan

dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang

halal, maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulullah menganjurkan dan membimbing mereka untuk

menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal) dalam mendapatkan anak.

MANFAAT DAN AKIBAT DARI BAYI TABUNG

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor

sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah.

Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-istri yang mandul, baik

keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau ayang mengalami

Page 8: bayi tabung - agama.docx

gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar,

antara lain berupa :

1. Pencampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga kesucian/kehormatan

kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan

kemahraman dan kewarisan.

2. Bertentangan dengan sunatullah atau hukum alam.

3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi

pencampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang

sah.

4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam

rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan

anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat

fisik dan karakter/mental si anak dengan bapa ibunya.

5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak

adopsi serta anak hasil inseminasi buatan yang pencampuran nasabnya

terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek

daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya.

6. Bayi tabung lahir tanpa memalui proses kasih sayang yang alami,

terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya

kepada pasangan suami-istri yang punya benihnya sesuai dengan

kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami. Dalam Al-Quran

surat Luqman ayat 14 dan surat Al-Ahqaf juga dalam ayat 14 Allah

berfirman :

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya

kepada-Ku lah kembalimu”. (QS Luqman:14)

“Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;

sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”. (QS Al-Ahqaf:

14).

Page 9: bayi tabung - agama.docx

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa hubungan antara dua orang tua

dan anak sangat erat, dan Allah mewajibkan seorang anak untuk berbakti

kepada kedua orang tuanya dan mempergauli mereka dengan baik dan

lemah lembut. Hal ini tidak akan terjadi antara anak dan orang tua tanpa

ada hubungan darah secara langsung.

Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum

menurut hukum Islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak

hasil prostitusi. UU Perkawinan Psal 42 No.1/1974: “Anak yang sah

adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang

sah”, maka memerikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan

donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.

Tetapi inseminasi buatan dengan sperma dan atau ovum donor tidak

diizinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 pasal 29 ayat

1.

Dari pengetahuan yang telah dijelaskan dapat diambil kutipan sebagai berikut :

1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami- istri sendiri dan tidak

ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan) diperbolehkan oleh Islam,

jika keadaan kondisi suami-istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan dan tidak

dapat melakukan hubungan seksual secara alami, dan status anak hasil inseminasi macam

ini sah menurut Islam.

2. Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor diharamkan oleh Islam. Hukumnya

sama dengan zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi buatan macam ini statusnya

sama dengan anak yang alhir di luar perkawinan yang sah.

3. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah (Bank Sperma) dan Bank Ovum

untuk perbuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral, serta merendahkan harkat

manusia sejajar dengan hewan.

Page 10: bayi tabung - agama.docx

2.2 Pandangan Agama Katolik terhadap Bayi Tabung

Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan masalah yang menyedihkan bagi pasangan

yang telah menikah dan kejadiannya semakin meningkat. Seiring dengan hal itu, “industry

teknologi reproduks”i menawarkan jalan keluar. Sebab anak-anak merupakan anugerah

mengagumkan suatu perkawinan, adalah sungguh baik berusaha mengatasi hambatan-hambatan

yang menghalangi anak-anak dikandung dan dilahirkan.

Pada masa kini, banyak teknik dan terapi telah dikembangkan untuk mengatasi

ketidaksuburan. Di Amerika Serikat telah muncul suatu industry dengan sedikit atau bahkan

tanpa ketentuan-ketentuan dari pemerintah atau dari professional demi melindungi kepentingan

laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang terlibat di dalamnya. Kepada para perempuan

diberikan obat-obatan fertilitas yang dapat menyebabkan mereka mengandung empat, lima, atau

bahkan enam anak sekaligus, sehingga membahayakan kesehatan diri dan kesehatan bayi-

bayinya.sebagian lainnya, menyediakan telur untuk dibuahi in vitro tanpa menyadari bahwa ini

dapat menghantar pada pemusnahan embrio-embrio atau embrio-embrio ini dibekukan untuk

keperluan eksperimen di kemudian hari.

Pada tahun 1987, Kongregasi Ajaran Iman menerbitkan suatu dokumen yang dikenal

sebagai Donum Vitae (“Anugerah Hidup”), yang membahas moralitas dari banyak prosedur

fertilitas modern. Dokumen ini tidak menghakimi pengunaan teknologi untuk mengatasi

ketidaksuburan sebagai salah. Melainkan, di sana disimpulkan bahwa sebagian metode dapat

diterima secara moral, sementara yang lainnya – sebab melanggar martabat pribadi manusia dan

penetapan perkawinan- adalah amoral. Donum Vitae menegaskan kembali kewajiban untuk

melindungi segala hidup manusia apabila pasangan suami istri menggunakan berbagai teknologi

dalam upaya memperoleh anak. Donum Vitae mengajarkan bahwa jika suatu intervensi diberikan

demi menolong atau membantu tindakan kasih suami istri agar membuahkan kehamilan, maka

intervensi itu dapat diterima secara moral, tetapi jika intervensi medis menggantikan cinta kasih

suami istri untuk membuahkan kehidupan, maka intervensi macam itu adalah amoral. (John M.

Haas, 2000)

Gereja Katolik secara jelas dan tegas menyatakan teknik reproduksi fertilisasi in vitro

dinyatakan sebagai amoral. Fertilisasi in vitro atau yang biasa dikenal dengan bayi tabung,

mengambil beberapa telur dari ovarium perempuan setelah ia meminum obat-obatan fertilitas

yang mengakibatkan banyaknya telur yang matang sekaligus. Mani diambil dari laki-laki

Page 11: bayi tabung - agama.docx

biasanya melalui masturbasi. Telur dan sperma disatukan dalam sebuah tabung, dimana

pembuahan terjadi dan kehidupan baru dibiarkan berkembang selama beberapa hari kemudian

ditransfer ke dalam rahim ibu. (John M. Haas, 2000)

Tindakan fertilisasi in vitro menghapuskan tindakan kasih perkawinan sebagai sarana

terjadinya kehamilan, melainkan melalui suatu prosedur laboratorium yang dilakukan oleh para

dokter dan ahli medis. Suami dan istri hanya sekedar sebagai bahan baku telur dan sperma, yang

kemudian dimanipulasi oleh seorang ahli sehingga menyebabkan sperma membuahi telur tak

jarang juga menggunakan telur atau sperma dari donor. Artinya, ayah atau ibu genetic dari anak

bisa saja seorang lain dari luar perkawinan. Hal ini dapat menimbulkan situasi yang

membingungkan bagi si anak kelak, apabila ia mengetahui bahwa salah satu dari orang tua yang

membesarkannya bukanlah orangtua biologisnya. Selain itu, identitas donor telur atau sperma

tidak akan pernah diketahui, sehingga menghalangi anak mengetahui silsilahnya sendiri. Hal ini

berarti kurangnya pengetahuan akan masalah kesehatan atau kecenderungan dalam masalah

kesehatan yang mungkin diwariskan. Dan juga dapat menghantarkan sesame saudara dan saudari

saling menikah, sebab tak seorang pun tahu bahwa sperma yang membuahkan hidup mereka

berasal dari donor yang sama.

Walaupun telur dan sperma berasal dari suami dan isteri, muncul juga masalah moral

seperti banyaknya embrio yang terbentuk, tetapi hanya embrio yang menunjukkan pengharapan

terbesar untuk berkembang hingga masa persalinan yang akan ditanamkan ke dalam rahim.

Embrio yang tidak terpakai akan dibuang, dibinasakan, atau dipergunakan sebagai eksperimen.

(John M. Haas, 2000)

Fertilisasi in vitro menuntut banyak biaya. Lebih dari 90% embrio yang dibuahkan binasa

dalam suatu tahapan proses. Dalam keinginan untuk menekan biaya dan meperbesar

kemungkinan berhasil, kadang para dokter menanmkan hingga lima atau lebih embrio ke dalam

rahim ibu. Sehingga akan menghasilkan lebih banyak bayi dari yang diharapkan suatu pasangan

dan dapat mengancam nyawa ibu. Untuk menghindarinya kadang dilakukan suatu manipulasi

“reduksi fetus” atau “ reduksi selektif” dimana para ahli memonitor bayi-bayi dalam rahim guna

melihat apabila ada bayi cacat atau dinilai tidak sesehat lainnya dapat disingkirkan. Bayi yang

kurang dikehendaki disingkirkan dengan menyuntikan kalium klorida ke jantung bayi, sehingga

dalam beberapa menit bayi tersebut akan meninggal dan keluar dari rahim sebagai “keguguran”.

Atau dilakukan terhadap bayi yang mudah dijangkau untuk menyingkirkannya apabila tidak

Page 12: bayi tabung - agama.docx

dapat ditentukan bayi mana yang kurang sehat. Hal ini dapat disamakan dengan adanya unsur

aborsi dalam tindakan ini. (John M. Haas, 2000) Padahal dalam kitab suci telah disampaikan,

“Jangan Membunuh” (Keluaran 20 : 13; Ulangan 5 : 17; Matius 5 : 21-22; 19 : 18) Karena pada

dasarnya manusia telah terbentuk sejak di dalam kandungan walaupun masih berupa zygot,

seperti ada tertulis : “Beginilah firman Tuham yang menjadikan engkau, yang membentuk

engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau….” (Yesaya 44:2) (Listiati, 2009)

Dalam fertilisasi in vitro, anak dibuahkan melalui suatu proses teknis, dengan tunduk

kepada “quality control” dan dibinasakan apabila didapati “kecacatan”. Di dalam Donum Vitae

dikatakan “Hubungan antara pembuahan in vitro dan penghancuran yang disengaja embrio-

embrio insan terlalu sering terjadi. Hal ini sungguh perlu diperhatikan : Dengan prosedur ini

yang tujuannya rupanya berseberangan, kehidupan dan kematian diserahkan kepada keputusan

manusia yang dengan demikian membuat dirinya sesukanya menjadi tuan atas hidup dan mati.”.

aspek pelecehan manusia dari sebagian prosedur-prosedur ini jelas nyata dalam istilah “industry

teknologi reproduksi” dengan “anak-anak” sebagai produknya. Selain itu, pada surat ensiklik

Evangelium Vitae 14 yang dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II, “bermacam teknik reproduksi

buatan(seperti bayi tabung) yang kelihatan seolah mendukung kehidupan, dan sering dilakukan

untuk maksud demikian sesungguhnya membuka pintu ancaman terhadap kehidupan. Terpisah

dari kenyataan bahwa hal tersebut tidak dapat diterima secara moral, karena hal itu memisahkan

pro-creation dari konteks hubungan suami-istri, teknik-teknik yang demikian mempunyai tingkat

kegagalan yang cukup tinggi : tidak hanya dalam hal pembuahan (fertilisasi) tetapi juga dari segi

perkembangan embrio, yang mempunyai tingkat resiko kematian tinggi, umumnya di dalam

jangka waktu yang pendek. Lagipula jumlah embrio yang dihasilkan sering lebih banyak

daripada yang dibutuhkan untuk implantasi ke dalam rahim wanita itu, dan “spare-

embryo”( embrio cadangan) ini lalu dihancurkan atau digunakan untuk penelitian yang dengan

dalih ilmu pengetahuan atau kemajuan ilmu kedokteran, pada dasarnya merendahkan kehidupan

manusia pada tingkat “materi biologis” semata yang dibuang begitu saja”. (Listiati, 2009)

2.3 Pandangan Agama Kristen Protestan terhadap Bayi Tabung

Menurut pandangan agama Kristen Protestan, program bayi tabung diizinkan untuk

dilaksanakan. Asalkan, dalam konteks yang melaksanakannya adalah pasangan suami istri yang

sudah diberkati atau dinikahi. Program ini dilaksanakan karena banyak orang yang masih

Page 13: bayi tabung - agama.docx

mendambakan anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Tuhan berfirman : “Segala sesuatu

diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.”

Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (1 Korintus 10 : 23).

Program bayi tabung merupakan hasil pemikiran manusia. Sedangkan, Tuhan Allah

membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya,

demikian manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2 : 7).

Bayi tabung boleh dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dan tidak melibatkan

orang lain. Maksudnya tidak menyewa rahim atau mengambil sel telur milik wanita lain selain

istrinya. Dan tidak mengambil atau menggunakan sperma laki-laki lain selain suaminya. Apabila

dilanggar maka dapat disebut pula perbuatan berzinah. Sebab ada tertulis, “Jangan berzinah”

(Keluaran 20 : 14). Alangkah baiknya jika pasangan suami istri yang ingin memiliki anak

mengikuti program ini, daripada suami tidak menikahi istri orang lain dan melakukan hal-hal

yang tidak diinginkan. Demikian halnya dengan pasangan suami istri yang tidak memiliki biaya

untuk mengikuti program bayi tabung dapat mengandalkan doa. Seperti yang terdapat di Lukas 1

: 5-25 (Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis). Dalam bagian ini diceritakan

bahwa Elisabet adalah perempuan mandul. Karena Elisabet dan Zakaria suaminya meminta

dengan sungguh-sungguh dan tanpa berhenti-henti, akhirnya Tuhan menjawab doa mereka.

Tuhan mengutus malaikatnya untuk menyampaikan kabar ini kepada Zakaria pada saat Zakaria

membakar ukupan di Bait Suci. (Diana, 2012)

Bayi tabung bukan dilakukan melalui hubungan seks, itulah sebabnya agama Kristen

menyetujui. Karena pada mulanya Tuhan Yesus lahir bukan melalui hubungan seks antara Maria

dan Yusuf, melainkan melalui Roh Kudus. (Lukas 2 : 28-38)

2.4 Pandangan Agama Hindu terhadap Bayi Tabung

Hindu merupakan salah satu agama di Indonesia, agama Hindu berasal dari India.

Menurut sejarah agama Hindu merupakan agama yang pertama kali masuk di Indonesia. Di

agama Hindu ad “om swastyastu” dan “om santi santi santi om” itu sebuah kata salam yang

diucapkan. Di dalam agama Hindu, Tuhan adalah Sang Hyang Widhi. Dan dewa dewa di dalam

agama Hindu merupakan perwujudan dari Tuhan. Misalnya Dewa Siwa, Dewa Brahma, Dewi

Saraswati, dal nalin sebagainya. Suatu konsekuensi murni dari semua jenis perbuatan merupakan

Page 14: bayi tabung - agama.docx

karma, yang baik maupun yang buruk, lahir maupun batin dengan pikiran, perkataan ataupun

tindakan.

Agama Hindu tidak memperbolehkan bayi tabung dengan alasan apapun karena sudah

melanggar kuasa Tuhan. Pencipta manusia hanyalah Tuhan. Tapi dengan adanya bayi tabung ini

maka manusia bukan lagi hanya ciptaan Tuhan. Dan juga melihat proses bayi tabung sel telur

yang ditanam hanyalah yang terbaik, dan yang lainnya dibuang, itu termasuk himsa karma

(karma membunuh). Karena sejak terjadinya pembuahan sedetik pun itu sudah terdapat atman

(roh). Bagi umat Hindu yang kesulitan dalam memperoleh keturunan bia dilakukan dengan cara

pemujaan kepada dewa Brahma dan kalau masih kesulitan bisa menikah lagi dengan syarat

keturunan dari istri kedua diakui sebagai anak dari istri pertama.

Memiliki keturunan dengan program bayi tabung di mata agama Hindu tidak

dibenarkan. Seorang laki-laki dan perempuan yang menikah diharapkan untuk memiliki

keturunan dengan cara yang alami yang sesuai dengan ajaran agama. Mereka diharapkan

menjadi calon ayah dan calon ibu yang baik bagi anak-anak mereka yang mereka miliki dengan

cara yang alami dan penuh kasih. Memiliki anak merupakan impian setiap pasangan setelah

menikah sehingga setiap pasangan diharapkan untuk berusaha dan berdoa dengan tekun untuk

mendapatkan keturunan dan melakukan dharma terhadap orang tua dan calon anak dengan

memberikan pendidikan dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak mereka. Namun yang

paling disarankan oleh agama Hindu adalah memiliki keturunan dengan cara yang alami yakni

dengan melakukan hubungan suami-istri dan dengan penuh kasih bukan dengan melakukan

program bayi tabung. Program bayi tabung adalah sebuah dosa.

Bayi tabung bagi pemeluk agama Hindu dianggap tidak baik karena proses bayi tabung

yang dianggap melakukan sebuah dosa. Karena proses untuk melakukan program bayi tabung ini

kita satukan sel telur dan sperma untuk membentuk embrio. Saat embrio sudah terbentuk maka

saatnya untuk memilih embrio yang paling kuat untuk disuntikkan ke dalam rahim sang

Ibu.Embrio adalah calon bayi yang sudah memiliki kehidupan. Pada saat kita telah memilih

embrio yang kuat dan baik, embrio-embrio yang lain otomatis kita tinggalkan. Dan hal ini

tentunya akan membuat embrio-embrio dan calon bayi tersebut mati. Hal inilah yang dianggap

tidak baik, karena disini baik disadari atau tidak kita telah membunuh calon bayi dan

menghentikan kesempatan kepada calon bayi ini untuk hidup, oleh karena itu memiliki

keturunan dengan cara yang alami paling disarankan dalam agama Hindu.

Page 15: bayi tabung - agama.docx

Menurut Ketut Wilamurti, S. Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PDHI) dan

Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi Sangha Agung Indonesia (KASI), embrio

adalah makhluk hidup. Sejak bersatunya ovum dan sperma, roh Brahmansudah ada didalamnya,

tanda – tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik sacara alami

(hamil karena hubungan seks atau tanpa menggunakan teknologi fertilisasi) dan kehamilan non-

alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; bayi tabung) merupakan suatu hasil

ciptaan Ranying Hatalla dan hasil ciptaan manusia.

Agama Hindu melarang program bayi tabung karena melanggar ketentuan. Diartikan

melanggar ketentuan karena sudah melanggar kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk

menciptakan manusia.

2.4 Pandangan Agama Buddha terhadap Bayi Tabung

Ketika banyak agama merasa terancam dengan pemikiran modern dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, Agama Buddha justru sebaliknya mendapatkan tempat untuk

berjalan beriringan. Ketika banyak agama menolak teori evolusi, perkembangan boteknologi,

maupun teori tanpa batas tepi (teori kosmologi mengenai ketiadaan awal maupun akhir dari alam

semesta oleh Stephen Hawking), agama Buddha sebaliknya tidak langsung menolak hal-hal

tersebut. Bagi ajaran Buddha, perkembangan teknologi bagaikan pisau yang di satu sisi dapat

dimanfaatkan untuk memotong di dapur, namun di sisi lain dapat dipakai untuk menusuk orang

lain. Jadi alih-alih ajaran Buddha menolak pisau tersebut, melainkan alasan penggunaan pisau

tersebut yang ditolak oleh Beliau ketika dipakai untuk melukai.

Kesimpulannya, di dalam Agama Buddha itu sendiri tidak ditolak adanya bayi tabung.

Bahkan cloning pun juga tidak ditolak. Namun, di lain kata dikatakan bahwa bayi tabung atau

inseminasi buatan di dalam agama Buddha diperbolehkan karena tidak melanggar Vinaya

(Pancasila Buddhis). Seperti pada sila pertama dan ketiga dalam Vinaya yang mana untuk

memiliki keturunan dengan program bayi tabung ini pasangan suami istri telah memiliki

kesepakatan bersama dengan tujuan baik demi kebahagiaan kehidupan rumah tangga mereka.

(Dimoji, 2012) Hal program bayi tabung ini Buddha sangat menghargai, karena mereka dianggap

memiliki Kusala-Dhamma atau meta yang baik. Memiliki keturunan dengan bayi tabung di mata

Buddha rupanya sangat dihargai karena ternyata mereka yang melakukan program bayi tabung

Page 16: bayi tabung - agama.docx

ini baik disadari atau tidak ternyata mereka telah melakukan satu Dhamma baik, yait dengan

memberikan kesempatan untuk memberikan kehidupan atau mereka biasa menyebutnya dengan

Patisandhi Vinnana. Dengan memberikan kesempatan hidup kepada seorang bayi seperti halnya

memberikan seorang tamu untuk singgah dan masuk ke dalam rumah kita. Hal ini yang diberikan

oleh Buddha sebagai istilah bagi mereka yang telah melakukan Patisandhi Vinnana yang

mencerminkan cinta kasih yang Buddha ajarkan kepada mereka