UU Bayi Tabung, Adopsi Dan Aborsi

31
PERATURAN PEMERINTAH / UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ABORSI, BAYI TABUNG, DAN ADOPSI PP/UU TENTANG ABORSI Pengertian Aborsi Aborsi = pengguguran=abortus provocatus Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. (Wikipedia, 2009) Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Macam-macam Aborsi 1). abortus spontan (abortus spontaneus) 2). abortus terapeutik/medis (abortus provocatus therapeticum) Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus. Merupakan abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi

description

^^

Transcript of UU Bayi Tabung, Adopsi Dan Aborsi

PERATURAN PEMERINTAH / UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIATENTANGABORSI, BAYI TABUNG, DAN ADOPSIPP/UU TENTANG ABORSIPengertian AborsiAborsi = pengguguran=abortus provocatusGugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. (Wikipedia, 2009)Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.Macam-macam Aborsi1).abortus spontan (abortus spontaneus)2).abortus terapeutik/medis (abortus provocatus therapeticum)Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus.Merupakan abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.Syarat-syaratnya:1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,psikologi).3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.5. Prosedur tidak dirahasiakan.6. Dokumen medik harus lengkap.Alasan-alasan untuk melakukan tindakan abortus medisinalis :1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.3). abortus buatan /sengaja (abortus provocatus criminalois)Abortus Provokatus KriminalisMerupakan aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu. Aborsi provokatus kriminalis adalah pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/mengobati ibu, dilakukan oleh tenaga medis/non-medis yang tidak kompeten, serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh peraturan perundangan. Biasanya di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.Alasan-alasan melakukan abortus provokatus kriminalis :1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.3. Kehamilan di luar nikah.4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.Di samping itu, banyak perempuan merasa mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri. Di sisi lain, dari segi ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia melakukan tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun. Sedangkan dari segi hukum, masih ada perdebatan-perdebatan dan pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik dari UU kesehatan, UU praktik kedokteran, kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), UU penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan UU hak azasi manusia (HAM). Keadaan seperti di atas inilah dengan begitu banyak permasalahan yang kompleks yang membuat banyak timbul praktik aborsi gelap, yang dilakukan baik oleh tenaga medis formal maupun tenaga medis informal. Baik yang sesuai dengan standar operasional medis maupun yang tidak, yang kemudian menimbulkan komplikasi komplikasi dari mulai ringan sampai yang menimbulkan kematian.Aspek-aspek aborsi: Etik, Medis, Agama,Sosial, Hukum, KB,Sumpah dokter/bidan.Aborsi dari sudut pandang Hukum Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara maupun kode etik kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan melakukan tindakan aborsi atau pengguguran kandungan. Jika ditinjau dari aspek hukum , pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlakAbortus Provocatus terdiri dari: Abortus buatan legal=abortus provocatus therapeticusyaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Cara ini sering disebut sebagaiabortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa si ibu. Abortus buatan illegal (abortus provocatuskriminalis) yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, yang dilakukan tidakmenurut syarat dan cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Disamping itu aborsi ini juga mengandung unsur kriminalAbortus atas indikasi medikdiatur dalamUndang-Undang Republik Indonesia, No 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPasal 75dinyatakan sebagai berikut:(1). Setiap orang dilarang melakukan aborsi(2).larangan pada ayat (1) dpt dikecualikan berdasarkan:Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin yang menderita penyakit genetik beratdan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dpt dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang(4) Tindakan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan PemerintahPasal 76Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:1. Sebelum kehamilan berumur 6 muinggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dlm hal kedaruratan medis2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri3. Dengan persetujuan ibu hamil yg bersangkutan4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan5. Penyedia layanan kesehatan yg memenuhi syarat yg ditetapkan oleh menteriPasal 77Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam psl 75 ayat (2) dan ayat (3) yg tdk bermutu, tdk aman, dan tdk bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 194 (ketentuan pidana)Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) depidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denta paling banyak Rp1.000.000.000,00 ( satu milyar rupiah)Berikut dijelaskan beberapa pasal dalam Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengaturabortus Provocatus:Pasal 2291) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkjan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan. Maka orang tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.2) Jika yang bersalah berbuat demikian demi mencari keuntungan , menjadikan pebuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atrau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharianPasal 346Seorang wanita yang sengaja menggugurkan, menghabisi nyawa kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.Pasal 347Ayat 1Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pi penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya orang tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belastahunPasal 348Ayat 1Siapa yang dengan sengaja menggugurkanatau menghabisi nyawa kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita teersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.Pasal 349Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang diterangkan dalam Pasal347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal itu ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut haki untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.Pasal 535Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatru sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantara yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.Aborsi Di Indonesia diatur oleh: Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992tentang kesehatan dalam kondisi tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi). Sampai dengan saat ini masih diterapkan.Keuntungan: Undang-undang (KUHP) dibuat pada jaman Belanda untuk menyelamatkan ibu dari kematian akibat tindak aborsi tak aman oleh tenaga tak terlatih (dukun).Kerugian: Aborsi masih dianggap sebagai tindakan kriminal, padahal aborsi bisa dilakukan secara aman (safe abortion). UU Kesehatan dibuat untuk memperbaiki KUHP, tapi memuat definisi aborsi yang salah sehingga pemberi pelayanan (dokter) merupakan satu-satunya yang dihukum. Pada KUHP, baik pemberi pelayanan (dokter), pencari pelayanan (ibu), dan yang membantu mendapatkan pelayanan, dinyatakan bersalah. Akibat aborsi dilarang, angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia menjadi tinggi karena ibu mencari pelayanan pada tenaga tak terlatihAborsi seharusnya:1. Dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan dokter umum yang ditunjuk dan terlatih (bersertifikat)Keuntungan: Aborsi bisa dilakukan secara aman (safe abortion).Kerugian: Profesi lain selain dokter yang ditunjuk dan tersertifikasi, tidak diperkenankan untuk memberikan pelayanan aborsi2. Dilakukan di rumah sakit atau klinik yang ditunjuk.Keuntungan: Aborsi dapat dilakukan secara lebih aman, karena rumah sakit dan klinik yang ditunjuk akan dimonitor keamanan dan kualitasnya.Kerugian: Fasilitas kesehatan yang tidak ditunjuk pemerintah, dilarang memberikan pelayanan aborsi Rumah sakit dan klinik yang ditunjuk, hanya diijinkan memberikan pelayanan aborsi pada perempuan dengan usia kehamilan tidak lebih dari usia kehamilan yang ditentukan.3. Disetujui oleh sekurang-kurangnya seorang konselor dan seorang dokter yang ditunjuk, atau oleh seorang dokter bila dalam keadaan darurat (emergency).Keuntungan : Kerahasiaan pasien terjamin Pasien mendapatkan pertolongan sesegera mungkin Pasien diberikan konseling, sebelum mendapatkan pelayanan medis.Kerugian : Keputusan aborsi ditentukan oleh satu konselor dan satu dokter Terjadi penundaan bagi perempuan untuk mendapatkan pelayanan aborsi aman Dokter merasa lebih berwenang dibandingkan konselor Dokter yang ditunjuk harus menjaga kode etik kedokteran Dokter dibolehkan untuk tidak menuliskan alasan penolakan memberikan pelayanan aborsi kepada pasien Dokter bisa menolak untuk memberikan pelayanan aborsi kepada pasiennya Tantangan dari kelompok konselor dan dokter anti aborsi.Tindak aborsi dibolehkan dalam kondisi perempuan sebagai berikut:(a) Usia kandungan tidak lebih dari 12 minggu dan hasil diagnosis menunjukkan munculnya risiko lebih besar pada pasien (perempuan) bila kehamilan dilanjutkan, seperti gangguan mental, fisik dan psikososial(b) Ancaman gangguan/cacat mental permanen pasien (perempuan)(c) Membahayakan jiwa pasien (perempuan) jika kehamilan dilanjutkan(d) Risiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat fisik/mental yang serius.Dalam menentukan risiko tindakan seperti yang tersebut di atas, dokter harus mempertimbangkan keadaan pasien pada saat itu.PENJELASAN KONDISIa)Risiko gangguan fisik, mental dan psikososial perempuan: batas toleransi usia kehamilan 12 mingguKeuntungan: Penafsiran konselor dan/atau dokter bahwa dengan melanjutkan kehamilan pasien akan mengalami gangguan kesehatan fisik, mental dan psikososial.Kerugian: Hukum dapat ditafsirkan secara kaku oleh sebagian dokter dan/atau konselor untuk tidak mengijinkan tindak aborsi tanpa adanya bukti-bukti riwayat sakit fisik dan mental pasien.b)Risiko cacat fisik dan mental pasien (perempuan) yang permanen: tidak ada batasan usia kehamilanKeuntungan: Dalam kondisi pasien terancam cacat fisik dan mental secara permanen,perempuan dengan usia kehamilan di atas 12 minggu dibolehkan mendapatkan pelayanan aborsi.Kerugian: Membuka penafsiran yang berbeda antar dokterc) Mengancam jiwa pasien: tidak ada batasan usia kehamilanKeuntungan: Disetujui/didukung oleh banyak orangKerugian: Membuka penafsiran yang berbeda antar dokterd) Janin tidak normal: tidak ada batasan usia kehamilanKeuntungan: Dalam kondisi janin tidak normal, perempuan dengan usia kehamilan di atas 12minggu dibolehkan melakukan aborsi.Kerugian: Membuka penafsiran yang berbeda antar dokter mengenai definisi/kriteria cacat serius Aborsi dianggap ilegal bila janin ternyata tidak cacat Aborsi dianggap ilegal bila keputusan diambil berdasarkan pertimbangan gender.PP/UU TENTANG BAYI TABUNG1. Pengertian Bayi Tabung FertilisasiIn Vitro transfer embrio Proses pembuahan diluar tubuh / pertemuan antara sperma dan ovum dilakukan di luar tubuh yaitu di dalam tabung (piring petri). Suatu usaha jalan pintas untuk mempertemukan sel telur (ovum) dengan sel jantan (sperma) di luar tubuh manusia (in vitro), yaitu dalam tabung gelas dan kemudian setelah terjadi pembuahan dimasukkan kembali ke dalam rahim wanita sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya janin biasa.2. Jenis-jenis bayi tabung1. Dengan sperma suami2. Dengan sperma donor3. Dengan media titipan3. Pandangan bayi tabung dari segi agamaProgram bayi tabung dari satu sisi memang cukup membantu pasangan suami isteri (pasutri) yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin mendapatkan keturunan. Namun di sisi yang lain, hukum bayi tabung akhirnya menuai pro dan kontra dari sejumlah pihak. Khususnya reaksi dari para alim ulama yang mempertanyakan keabsahan hukum bayi tabung jika dinilai dari sudut agama.Berdasarkan fatwa MUI, hukum bayi tabung sah (diperbolehkan) dengan syarat sperma dan ovum yang digunakan berasal dari pasutri yang sah. Sebab hal itu termasuk dalam ranah ikhtiar (usaha) yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.MUI juga menegaskan, hukum bayi tabung menjadi haram jika hasil pembuahan sperma dan sel telur pasutri dititipkan di rahim wanita lain. Demikian pula ketika menggunakan sperma yang telah dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia atau menggunakan sperma dan ovum yang bukan berasal dari pasutri yang sah, maka hukum bayi tabung dalam hal ini juga haram.4. Kedudukan Hukum AnakKedudukan Hukum Anak yang Lahir Melalui FIV dengan Menggunakan Sperma Suami Pasal 250 KUHPerdata mengatur tentang pengertian anak sah. Pasal 42 UU Perkawinan Bagaimana kedudukan anak hasil FIV yang sperma dari suami, ovum dari istri dan embrio ditanam dirahim istriOrang tua terikat perkawinan yang sahSecara biologis anak merupakan anak pasutriIstri sendiri yang melahirkanKedudukan Hukum Anak yang Lahir Melalui Proses FIV dengan Menggunakan Sperma DonorDilihat dari aspek biologis (Ayah Biologis) dan dari aspek yuridis (Ayah Yuridis) dapat dianggapn sebagai :1. Sebagai anak sah dgnmelalui pengakuan(285 KUHPerdata)2. Sebagai anah zinaKedudukanHukum Anak yang Lahir Melalui Proses FIV dengan Menggunakan Surrogate Mother/Media titipan Pada proses ini sel telur dan sperma pasangan suami istri yang sewa rahim (lihatberupa embrio dititipkan dalam rahim wanita lain anak angkatPasal 1548 jo 1320 KUHPerdata)5. Dasar Hukum Pelaksanaan Bayi Tabung di Indonesia Undang-Undang RI No 36/2009Pasal 127Ayat (1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah hanya dpt dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dgn ketentuan:1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dlm rahim istri darimana ovum berasal2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan3. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentuAyat (2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan diluar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah Undang-undang bayi tabungberdasarkan hukum perdata dapat ditinjau dari beberapa kondisi berikut ini:1Jika sperma berasal dari pendonor dan setelah terjadi embrio diimplantasikan ke dalam rahim isteri, maka anak yang terlahir statusnya sah dan memiliki hubungan waris serta keperdataan selama suami menerimanya (Pasal 250 KUH Perdata).2Jika embrio diimplantasikan ke rahim wanita lain yang telah bersuami, maka anak yang terlahir statusnya sah dari pasangan penghamil, dan bukan dari pasangan yang memiliki benih (Pasal 42 UU No. 1/1974 dan Pasal 250 KUH Perdata)3Jika sperma dan sel telur berasal dari orang yang tidak terikat perkawinan tetapi embrionya diimplantasikan ke rahim wanita yang terikat perkawinan, anak yang terlahir statusnya sah bagi pasutri tersebut.4Jika embrio diimplantasikan ke rahim gadis, maka status anak yang terlahir adalah anak di luar nikah6. Aspek Hukum Bayi TabungInseminasi buatan atau bayi tabung menjadi permasalahan hukum dan etis moral bila sperma/sel telur datang dari pasangan keluarga yang sah dalam hubungan pernikahan. Hal ini pun dapat menjadi masalah bila yang menjadi bahan pembuahan tersebut diambil dari orang yang telah meninggal dunia.Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung) :1. Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.2. Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum pasal 255 KUH Perdata.3. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUH Perdata. 15Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan pasal 1320 dan 1338 KUH Perdata.)4. Jika salah satu benihnya berasal dari donor1. Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum pasal 250 KUH Perdata. 2. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUH Perdata. 3. Jika semua benihnya dari donor: (1) Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.(2). Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknyaPP/UU TENTANG ADOPSI1 Pengertian AdopsiAdopsi adalah suatu proses penerimaan seorang anak dari seseorang atau lembaga organisasi ketangan orang lain secara sah diatur dalam peraturan perundang-undangan.Adopsi juga berarti memasukkan anak yang diketahuinya sebagai anak orang lainkedalam keluarganya dengan status fungsi sama dengan anak kandungAdopsi juga diartikan sebagai perbuatan hukum, dimana seseorang yang cakap mengangkat seorang anak orang lain menjadi anak sah-nya.Pada adopsi tidak berarti memutus-kan hubungan darah dengan orang tua kandungnya, tetapi secara hukum terbentuk hubungan hukum sebagai orang tua dan anak. Adopsi dikenal dalam seluruh sistem hukum adat di Indonesia Pengaturan tentang pengangkatan anak diatur antara lain di KUH Perdata, UU No 2 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, PP no 54 tahun 2007 Pengaturan tehnisnya banyak tersebar di Surat Edaran Mahkamah Agung2 Aspek Hukum AdopsiPasangan suami istri yang tidak mempunyai anak atau yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak dapat mengajukan permohonan pengesahan atau pengangkatan anak. Demikian juga bagi mereka yang memutuskan untuk tidak menikah atau tidak terikat dalam perkawinan.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan adopsi :a. Pihak yang mengajukan adopsiPasangan Suami IstriKetentuan mengenai adopsi anak bagi pasangan suami istri diatur dalam SEMA No.6 tahun 1983 tentang penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengesahan/ pengangkatan anak. Selain itu Keputusan Menteri Sosial RI No. 41/HUK/KEP/VII/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak juga menegaskan bahwa syarat untuk mendapatkan izin adalah calon orang tua angkat berstatus kawin dan pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak, sekurang-kurangnya sudah kawin lima tahun. Keputusan Menteri ini berlaku bagi calon anak angkat yang berada dalam asuhan organisasi sosial.Orang tua tunggal1). Staatblaad 1917 No. 129Staatblaad ini mengatur tentang pengangkatan anak bagi orang-orang Tionghoa yang selain memungkinkan pengangkatan anak oleh Anda yang terikat perkawinan, juga bagi yang pernah terikat perkawinan (duda atau janda). Namun bagi janda yang suaminya telah meninggal dan sang suami meninggalkan wasiat yang isinya tidak menghendaki pengangkatan anak, maka janda tersebut tidak dapat melakukannya.Pengangkatan anak menurut Staatblaad ini hanya dimungkinkan untuk anak laki-laki dan hanya dapat dilakukan dengan Akte Notaris. Namun Yurisprudensi (Putusan Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta) tertanggal 29 Mei 1963, telah membolehkan mengangkat anak perempuan. 172).Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 Tahun 1983Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 tahun 1983 ini mengatur tentang pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia (WNI). Isinya selain menetapkan pengangkatan yang langsung dilakukan antara orang tua kandung dan orang tua angkat (private adoption), juga tentang pengangkatan anak yang dapat dilakukan oleh seorang warga negara Indonesia yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah/belum menikah (single parent adoption). Jadi, jika Anda belum menikah atau Anda memutuskan untuk tidak menikah dan Anda ingin mengadopsi anak, ketentuan ini sangat memungkinkan Anda untuk melakukannya.3).Tata cara mengadopsi.Surat Edaran Mahkamah Agung RI No.6/83 yang mengatur tentang cara mengadopsi anak menyatakan bahwa untuk mengadopsi anak harus terlebih dahulu mengajukan permohonan pengesahan/pengangkatan kepada Pengadilan Negeri di tempat anak yang akan diangkat itu berada.Bentuk permohonan itu bisa secara lisan atau tertulis, dan diajukan ke panitera. Permohonan diajukan dan ditandatangani oleh pemohon sendiri atau kuasanya, dengan dibubuhi materai secukupnya dan dialamatkan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal/domisili anak yang akan diangkat .4). Isi permohonanAdapun isi Permohonan yang dapat diajukan adalah:-motivasi mengangkat anak, yang semata-mata berkaitan atau demi masa depan anak tersebut. -penggambaran kemungkinan kehidupan anak tersebut di masa yang akan datang.Untuk itu dalam setiap proses pemeriksaan, juga harus membawa dua orang saksi yang mengetahui seluk beluk pengangkatan anak tersebut. Dua orang saksi itu harus pula orang yang mengetahui betul tentang kondisi pemohon (baik moril maupun materil) dan memastikan bahwa pemohon akan betul- betul memelihara anak tersebut dengan baik. 18Yang dilarang dalam permohonan5) Yang dilarang dalam permohonanAda beberapa hal yang tidak diperkenankan dicantumkan dalam permohonan pengangkatan anak, yaitu:1. menambah permohonan lain selain pengesahan atau pengangkatan anak.2. pernyataan bahwa anak tersebut juga akan menjadi ahli waris dari pemohon.Hal ini disebabkan karena putusan yang dimintakan kepada Pengadilan harus bersifat tunggal, tidak ada permohonan lain dan hanya berisi tentang penetapan anak tersebut sebagai anak angkat dari pemohon, atau berisi pengesahan saja.Mengingat bahwa Pengadilan akan mempertimbangkan permohonan, maka pemohon perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, termasuk pula mempersiapkan bukti-bukti yang berkaitan dengan kemampuan finansial atau ekonomi. Bukti-bukti tersebut akan memberikan keyakinan kepada majelis hakim tentang kemampuan pemohon dan kemungkinan masa depan anak tersebut. Bukti tersebut biasanya berupa slip gaji, Surat Kepemilikan Rumah, deposito dan sebagainya.6) Pencatatan di kantor Catatan SipilSetelah permohonan Anda disetujui Pengadilan, Anda akan menerima salinan Keputusan Pengadilan mengenai pengadopsian anak. Salinan yang Anda peroleh ini harus Anda bawa ke kantor Catatan Sipil untuk menambahkan keterangan dalam akte kelahirannya. Dalam akte tersebut dinyatakan bahwa anak tersebut telah diadopsi dan didalam tambahan itu disebutkan pula nama Anda sebagai orang tua angkatnya.7). Akibat hukum pengangkatan anakPengangkatan anak berdampak pula pada hal perwalian dan waris.1. PerwalianDalam hal perwalian, sejak putusan diucapkan oleh pengadilan, maka orang tua angkat menjadi wali dari anak angkat tersebut. Sejak saat itu pula, segala hak dan kewajiban orang tua kandung beralih pada orang tua angkat. Kecuali bagi anak angkat perempuan beragama Islam, bila dia akan menikah maka yang bisa menjadi wali nikahnya hanyalah orangtua kandungnya atau saudara sedarahnya. 192. WarisKhazanah hukum kita, baik hukum adat, hukum Islam maupun hukum nasional, memiliki ketentuan mengenai hak waris. Ketiganya memiliki kekuatan yang sama, artinya seseorang bisa memilih hukum mana yang akan dipakai untuk menentukan pewarisan bagi anak angkat.ASPEK HUKUM ADOPSI1. Hukum AdatBila menggunakan lembaga adat, penentuan waris bagi anak angkat tergantung kepada hukum adat yang berlaku. Bagi keluarga yang parental, Jawa misalnya, pengangkatan anak tidak otomatis memutuskan tali keluarga antara anak itu dengan orangtua kandungnya. Oleh karenanya, selain mendapatkan hak waris dari orangtua angkatnya, dia juga tetap berhak atas waris dari orang tua kandungnya. Berbeda dengan di Bali, pengangkatan anak merupakan kewajiban hukum yang melepaskan anak tersebut dari keluarga asalnya ke dalam keluarga angkatnya.Anak tersebut menjadi anak kandung dari yang mengangkatnya dan meneruskan kedudukan dari bapak angkatnya (M. Buddiarto, S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, AKAPRESS, 1991).2. Hukum IslamDalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya (M. Budiarto, S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi hukum, AKAPRESS, 1991)3. Peraturan Per-Undang-undanganDalam Staatblaad 1917 No. 129, akibat hukum dari pengangkatan anak adalah anak tersebut secara hukum memperoleh nama dari bapak angkat, dijadikan sebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan orang tua angkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat. Artinya, akibat pengangkatan tersebut maka terputus segala hubungan perdata, yang berpangkal pada keturunan karena kelahiran, yaitu antara orang tua kandung dan anak tersebut.3 Undang undang Pengankatan AnakPengangkatan Anak diatur dalam pasal 39 41 UUPAPasal 39(1)Pengangkatan anak hanya dpt dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku(2)Pengangkatan anak sebagaimana diatur dalam ayat (1), tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya.(3) Calon orang tua anak harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat(4) Pengangkatan anak oleh WMA hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir(5) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempatPasal 40(1) Orang tua wajib memberitahukan keoada anak angkatnya mengenai asal usulnya dan orang tua kandungnya(2) Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutanPasal 41(1)Pemerintah dan masyarakat melakukan bimbingan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP No 54 Tahun 2007)4. Pihak Yang Dapat Mengajukan Adopsi1. Pasangan suami istriHal ini diatur dalam SEMA No 6 tahun 1983 ttg pemeriksaan permohonan pengesahan/pengangkatan anak.Selain itu Keputusan Mensos RI No. 41/HUK/KEP/VII/1984 ttg Petunjuk PelaksanaanPengangkatan Anak2. Orang tua TunggalJanda/duda, kecuali janda yang suaminya pada saatmeninggal meninggalkan wasiat yang isinya tidak menghendaki pengangkatan anak WNI yang belum menikah atau memutuskan tidak menikah.5. Syarat anak yang akan diangkat (PP no 54 tahun 2007 Pasal 12 ayat (1)) abelum berusia 18 tahunbnerupakan anak terlantar atau ditelantarkancberada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak,dandMemerlukan perlindungan khusus6. Syarat usia anak yang akan diangkat (PP no 54 tahun 2007 ayat (2))aAnak usia < 6tahun, prioritas utamabAnak usia 6 < 12 tahun , alasan mendesakcAnak usia 12 18 tahun memerlukan perlindungan khusus7. Syarat orang tua angkat (PP No 54 tahun 2007 Pasal 13)aSehat jasmani dan rohanibBerumur min30 tahun dan maksimal 50 tahuncBeragama sama dengan calon anak angkatdBerkelakuan baik tidak pernah dihukumeBerstatusmenikah paling singkat 5 tahunfTidak menrupakan pasangan sejenisgTidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu anakhKeadaan mampu ekonomi dan sosialiMemperoleh persetujuan anak dan izin tertulis ortu wali anakjMembuat pernyataan tertulis tentang pengangkatan anakkAdanya laporan sosial dari pekerja sosial setempatlTelah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 bulan sejak ijin pengasuhdiberikanm Memperoleh izin menteri/kepala instansi