Persentase aborsi

28
Yuliana Hidanga Kristia Wanda S Nanda Satria Nurmawati Z

Transcript of Persentase aborsi

Page 1: Persentase aborsi

Yuliana HidangaKristia Wanda SNanda SatriaNurmawati Z

Page 2: Persentase aborsi

ABORSI

Page 3: Persentase aborsi

Pengertian AborsioPenghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

o Sebagai gugurnya fetus dari rahim ibu. Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap (38-40 minggu).

o Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu) atau pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.

Page 4: Persentase aborsi

Macam-macam Aborsi(Dunia Kedokteran)

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Aborsi buatan / sengaja adalah

pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer.

Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 5: Persentase aborsi

Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. 

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Macam-macam Aborsi(Dunia Kedokteran)

Page 6: Persentase aborsi

Alasan-Alasan Dilakukan Aborsi

Alasan medis: kesehatan ibu dengan kesehatan fetus. Seorang ibu hamil yang diagnosa mengidap penyakit berbahaya, diagnosis frenatal terhadap fetus yang terbukti cacat permanen pada calon bayi.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 7: Persentase aborsi

Alasan psikologis-sosiologis: kasus gadis remaja yang hamil di luar nikah atau karna perkosaan keluarga, remaja biasanya tidak dapat menerima kehamilan, alasan psikologis itu kalau sang remaja belum bisa menerima kenyataan kalau ia hamil atau punya bayi. Alasan sosiologisnya gengsi keluarga kalau ada putrinya lahir di luar nikah apa lagi kasus perkosaan.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Alasan-Alasan Dilakukan Aborsi

Page 8: Persentase aborsi

Alasan ekonomis : terkait pasangan subur yang telah punya banyak anak. Sementara ekonomi keluarga pas-pasan. Jadi daripada menanggung beban ekonomi yang sangat berat, lebih baik digugurkan saja.

Alasan-Alasan Dilakukan Aborsi

Alasan Politis terkait dengan pembatasan kelahiran dalam rangka KB. Misalnya terjadi di Cina, aborsi dihalalkan untuk menyukseskan KB.Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan

Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 9: Persentase aborsi

Alasan Lain Yang Sering Dilontarkan

Terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah).

Aib keluarga.

Sudah memiliki banyak anak.

Karena tidak mengerti apa yang mereka

lakukan. Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 10: Persentase aborsi

Persentase Di lakukannya Aborsi (Studi Dari Aida Torres Dan Jacqueline

Sarroch Forrest (1998)

1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah).

Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.

3% karena membahayakan nyawa calon ibu. 3% karena janin akan bertumbuh

dengan cacat tubuh yang serius.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 11: Persentase aborsi

Akibat-akibat Dilakukan Aborsi

A. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik (“Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes)• Kematian mendadak karena

pendarahan hebat.• Kematian mendadak karena

pembiusan yang gagal.• Kematian secara lambat akibat infeksi

serius disekitar kandungan.• Rahim yang sobek (Uterine

Perforation).Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 12: Persentase aborsi

Akibat-akibat Dilakukan Aborsi

• Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

• Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

• Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 13: Persentase aborsi

• Kanker leher rahim (Cervical Cancer).• Kanker hati (Liver Cancer).• Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta

Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

• Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).

Akibat-akibat Dilakukan Aborsi

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 14: Persentase aborsi

• Infeksi rongga panggul (Pelvic

Inflammatory Disease).

• Infeksi pada lapisan rahim

(Endometriosis).

Akibat-akibat Dilakukan Aborsi

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 15: Persentase aborsi

B. Resiko kesehatan mental (Psychological

Reactions Reported After Abortion (1994)).

• Kehilangan harga diri (82%).

• Berteriak-teriak histeris (51%).

• Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi

(63%)

Akibat-akibat Dilakukan Aborsi

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 16: Persentase aborsi

• Ingin melakukan bunuh diri (28%).

• Mulai mencoba menggunakan obat-

obat terlarang (41%).

• Tidak bisa menikmati lagi hubungan

seksual (59%)

Akibat-akibat Dilakukan Aborsi

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 17: Persentase aborsi

Tanggapan Alkitab

Fetus sudah disapa dalam Alkitab

sama seperti bayi dan anak-anak

kecil (Luk. 1:41, 44; 2:12, 16; Kel.

21:22) bahkan seorang yang disapa

seolah-olah seperti orang dewasa (I

Raj. 3:17).Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 18: Persentase aborsi

Tanggapan Alkitab

Bayi yang belum lahir diciptakan oleh

Tuhan (Maz. 139:13), dilindungi (Kel.

21:22), Kristus sendiri sudah menjadi

manusia dalam kandungan Maria

(Mat. 1:20-21; Luk. 1:26-27) bahkan

orang yang belum lahir sudah

dipanggil Tuhan (Kej. 25:22-23; Hak.

13:2-7; Yes. 49:1, 5; Gal. 1:5).

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 19: Persentase aborsi

Solusi Agar Tidak Terjadi Aborsi

1. Peranan orang tua.Keluarga adalah pembentuk masa

depan anak. Disini anak bertumbuh baik fisik maupun psikisnya. Orang tua seumpama orang yang memegang busur dengan baik pada sasaran yang tepat, maka anak akan berhasil, kalau salah, akan terjadi sebaliknya. (Mzm. 127:3-5). Pada masa remaja yang labil, penuh pergolakan, peran orang tua sangat dominan. Pada masa ini, orang tua perlu memperhatikan dengan saksama perkembangan anak-anaknya.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 20: Persentase aborsi

Solusi Agar Tidak Terjadi Aborsi

2. Peranan guru PAKBagi guru PAK, segala sesuatu harus

didasarkan kepada firman Tuhan. Apa yang dikonselingkan kepada anak didik harus bersumber utama pada firman Tuhan dan dengan pertolongan RK. Guru PAK haruslah banyak berdoa, ini adalah kunci utama keberhasilan guru PAK. Mazmur 103:5. Anak-anak didik kita akan terbang tinggi mengarungi kehidupan mereka seperti rajawali. Siswa adalah subjek bukan objek pembelajaran.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 21: Persentase aborsi

3. Peran GerejaTerhadap remaja, gereja perlu

mengaktualkan diri dengan tidak segan-segan merubah metode lama yang mungkin tidak sesuai dengan perkembangan zaman. “Metode seharusnya dinamis, namun dogma/doktrin harus tetap statis dan konsisten”. Dengan pertolongan RK, hendaknya gereja menjadi solusi atas semua persoalan dunia ini.

Solusi Agar Tidak Terjadi Aborsi

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 22: Persentase aborsi

Kehidupan janin atau fetus pada umur 8 minggu; anggota tubuhnya sudah lengkap biasanya pengguguran kandungn dilakukan dengan menggunakan suatu alat penghisap.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 23: Persentase aborsi

Seluruh tubuh janin menjadi hancur dalam kandungan ibunya sebagai hasil pengisapan dan dokter memakai sebilah pisau yang tajam untuk memotong-motong tubuh janin yang berumur 7-12 minggu, lalu membersihkan plasenta dari dalam. Hal ini menyebabkan pendarahan yang hebat.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 24: Persentase aborsi

Janin berusia 20 minggu, diracun dengan garam, seluruh tubuh dan muka sudah terbentuk dengan jelas, bahkan sudah berambut. Larutan garam diinjeksikan dengan sebuah jarum. Sang bayi mati karena pernapasannya terhalang oleh larutan garam itu. Proses pembunuhan berlangsung selama satu jam dan akibatnya kulit janin itu menjadi merah karena terbakar.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 25: Persentase aborsi

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 26: Persentase aborsi

TANGGAPAN

Kami tidak setuju dengan tindakan aborsi ini karena janin yang dikandung selama 9 bulan sebenarnya kepribadiannya sudah terbentuk sejak mulai dikandung. Janin merupakan manusia seutuhnya atau peri kemanusiaannya sudah ada. Jadi aborsi merupakan suatu pembunuhan bukan kontrasepsi.

Dorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. || Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media, 2006. || Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. || Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang: Literatur SAAT, 2010. || Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 27: Persentase aborsi

DAFTAR KUTIPANDorothy I. Marx. Itu’kan Boleh? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002.

Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: INK Media,

2006.

Jeane Becher. Perempuan, Agama, dan Seksualitas. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2010.

Orman L. Geisler. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer.

Disunting oleh Chilian H Jusuf. Diterjemahkan oleh Ina Elia. Malang:

Literatur SAAT, 2010.

Arniwati dan R. Budyarto. Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan

Rohani Anak dan Remaja. Surabaya: Gandun Mas, 2012.

Page 28: Persentase aborsi