Hukum Asuransi

download Hukum Asuransi

of 26

Transcript of Hukum Asuransi

Hukum AsuransiBagian I PENDAHULUAN

A. Sejarah Asuransi Diharapkan dengan mengawali pengetahuan tentang Sejarah Asuransi dengan lebih mudah karena akan lebih menghayati atau menjiwai tentang latar belakang dan asal usulnya. Dari penggalian sejarah perekonomian dan kebudayaan manusia, sejak zaman sebelum masehi ditemukan riwayat asal usul sampai perkembangan asuransi seperti sekarang ini. Pada perkembangan awalnya asuransi tentu belum berbentuk seperti sekarang, namun dalam bentuk yang masih samar. Manusia pada umumnya mempunyai naluri selalu berusaha menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, termasuk ancaman kekurangan makan/pangan. Salah satu riwayat mengenai masalah ini tercantum pada Al-Quran Surat Yusuf ayat 43 49 dan Kitab Injil Perjanjian Lama Genesis 41. Diriwayatkan tentang salah seorang Raja di Negeri Mesir yang bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang kurus-kurus masingrmasing menelan seekor sapi yang gemuk. Dalam mimpinya yang kedua Raja melihat tujuh butir gandum yang kosong. Nabi Yusuf A.S. diminta menafsirkan mimpi tersebut dan menerangkan bahwa negara Mesir akan mengalami tujuh tahun berturut-turut panen gandum yang subur dan kemudian tujuh tahun berikutnya berturut-turut akan mengalami masa paceklik. Selanjutnya NabiYusuf AS. memberi saran agar pada saat panen yang melimpah itu sebagian panen dicadangkan untuk masa paceklik yang akan datang. Selain itu sebuah buku kuno dari India yang dinami Rig Veda yang ditulis dalam bahasa Sansekerta menyebutkan riwayat tentang Yoga Kshema yang berarti pertanggungan. Riwayat di atas adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan dan mempersiapkan kehidupan masa depannya. Sekitar tahun 2250 SM bangsa Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris (sekarang menjadi wilayah Irak), pada waktu itu apabila seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi pinjaman. Tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan uang premi yang dikenal pada asuransi sekarang. Di samping kapal yang dijadikan barang jaminan, dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa barang-barang muatan (Cargo). Transaksi seperti ini disebut RESPONDENT/A CONTRACT.

B. Sejarah Asuransi Di Indonesia Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya. Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan. Dengan demikian usaha pera.suransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu pendudukan bala tentara Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat sejarah perkembangan. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu adalah : 1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda. 2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya. Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh masyarakat pribumi. Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan. Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya pemsahaanperusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris

C. Pengertian Asuransi Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi. Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of Loss). Misalnya : 1. Resiko terbakarnya bangunan dan/atau Harta Benda di dalamnya sebagai akibat sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek. 2. Resiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan karena pencurian. 3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit. 4. Banjir, Angin topan, badai, Gempa bumi, Tsunami Setiap asuransi pasti bermanfaat, yang secara umum manfaatnya adalah : 1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak. 2. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya. 3. Transfer Resiko; Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya (resiko) ke perusahaan asuransi 4. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti. 5. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang. 6. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa. 7. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha

Bagian II

ASURANSI KEBAKARAN

Memberikan pertanggungan pada harta benda berupa gedung/bangunan rumah, kantor, hotel, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan, perlengkapan, furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain) terhadap kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, sambaran petir, peledakan dan asap. Jenis asuransi kerugian yang memberikan jaminan/ganti rugi terhadap bangunan atau isinya akibat kebakaran. Resiko-resiko yang dijamin didalam polis Asuransi Kebakaran terdiri dari 2 (dua) bagian besar yaitu :

A. Jaminan Standar Asuransi Kebakaran 1. Kebakaran : Kebakaran yang ditimbulkan oleh api sendiri, akibat kurang hati-hati kesalahan pelayan sendiri, tetangga, perampok, ataupun sebab lainnya. 2. Petir : Kerusakan dan/atau kerugian terhadap harta benda yang dipertanggungjawabkan akibat tersambar petir. 3. Peledakan : Segala macam ledakan terkecuali ledakan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh tenaga nuklir 4. Kejatuhan pesawat terbang : Kerusakan dan/atau kerugian atas harta benda yang dipertanggungkan akibat Kejatuhan Pesawat Terbang atu Benda-benda yang jatuh dari Pesawat Terbang. 5. Asap : Asap yang berasal dari kebakaran harta benda dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan

B. Jaminan Tambahan atau Perluasan Dengan tambahan Premi, maka jaminan Standard Asuransi Kebakaran Indonesia dapat diperluas dengan jaminan tambahan yang diinginkan.

Jaminan Terhadap Kerusakan Akibat :

1. 2. 3. 4.

Kerusuhan dan Pemogokan, Kerusakan akibat Perbuatan Jahat, Tertabrak Kendaraan. Angin Topan, Badai, Banjir, dan Kerusakan Akibat Air. Tanah Longsor Biaya-biaya Pembersihan Puing

Objek Pertanggungan Objek Pertanggungan untuk jenis Asuransi Kebakaran ini adalah segala jenis Bangunan dengan segala macam kegunaan (okupasi), dan/atai isinya (diluar harga tanah).

Tertanggung Yang dapat menjadi tertanggung dalam polis Asuransi Kebakaran adalah Setiap orang pemilik Bangunan dan / atau isinya Bank atau Lembaga Keuangan lainnya yagn memberikan dana untuk pembelian dan bangunan dimaksud dijadikan agunannya.

Data atau Informasi yang Diperlukan Dalam Penutupan Asuransi Kebakaran adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Fungsi atau kegunaan bangunan (proses produksi yang ada dalam bangunan tersebut). Lokasi atau letak bangunan. Nilai Bangunan, isi (isi bangunan ini dapat berupa mesin, stock barang, dan lain-lain). Perkiraan luas bangunan dan luas lahan dimana bangunan itu berdiri Kondisi lingkungan sekitar letak bangunan (kiri, kanan, dengan maupun belakang dari bangunan itu berdiri). 6. Komponen pembentukan dari bangunan (seperti atap, dinding, lantai, tiang, tangga, rangka dan lain-lain) juga diperlukan untuk diketahui. 7. Informasi lain yang berkaitan dengan kepemilikan dari penghuni bangunan tersebut (apakah pemilik atau penyewa, dan lain-lain). Prosedur Klaim : 1. Memberikan laporan melalui telepon 1x 24 jam, disusulkan dengan laporan tertulis serta melengkapi dokumen pendukung 2. Surat pengajuan klaim. 3. Estimasi klaim yang diajukan. 4. Bila diperlukan Perusahaan Asuransi akan menunjuk Lost Adjusters untuk melakukan penelitian dan perhitungan kerugian

Lingkup Jaminan Asuransi Kebakakaran Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI) Polis yang dipakai dasar perjanjian asuransi kebakaran di Indonesia saat ini adalah Polis Standar Kebakaran Indonesia dikeluarkan oleh Dewan Asuransi Indonesia dan disingkat namanya menjadi PSKI.

Sebab-sebab terjadinya kebakaran ada 3 (tiga) faktor : 1. Faktor manusia (sabotase, sembrono) 2. Faktor alat/mesin (gesekan, sambung singkat) 3. Faktor alam (gunung berapi, petir) Luas jaminan PSKI adalah sebagai berikut : 1. Akibat kebakaran 2. Akibat petir 3. Akibat ledakan 4. Akibat kejatuhan pesawat terbang 5. Akibat asap Sebagaimana diketahui, bahwa beberapa hal yang dikecualikan (tidak dijamin) adalah antara lain akibat-akibat dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kerusuhan dan perampokan. Gempa bumi/letusan gunung berapi. Angin topan. badai, banjir dan kerusakan akibat air. Arus pendek. Tanah longsor. Gangguan usaha akibat kebakaran (kerugian akibat tidak langsung). Kebakaran yang timbul dari sifat barang itu sendiri. Pencurian atau kehilangan barang pada saat terjadinya peristiwa kebakaran. Kesengajaan tertanggung, pelayan atau karyawan Tertanggung.

10. Diakibatkan oleh kebakaran hutan, semak, alang-alang dan gambut. 11. Akibat perang, penyerbuan, aksi musuh, dan sebagainya (lihat polis). 12. Reaksi nuklir. Namun demikian, apabila Tertanggung menghendaki hal-hal yang dikecualikan tersebut ikut dijamin, maka antara Tertanggung dan Perusahaan Asuransi dapat mengadakan perjanjian tambahan, misalnya :

- Kerusuhan, Huru-hara, Terrorisme & Sabotase Tanah Longsor, Banjir, Genangan Air, Angin Topan dan Badai, Biaya Pempersihan, Gempa Bumi (dengan polis tersendiri). Cara Mengasuransikan Asuransi Kebakaran : Langkah-langkah yang dilakukan untuk mempertanggungkan sesuatu terhadap asuransi kebakaran adalah: 1. Menghubungi Penisahaan Asuransi/mengisi formulir yang disediakan 2. Petugas asuransi melalui survey atas obyek yang akan diasuransikan Pada survey tersebut akan dilihat antara lain tentang : a. Penggunaan bangunan/tempat barang yang akan diasuransikan b. Jenis barang yang akan diasuransikan. c. Konstruksi bangunan. d. Alat pengaman/pemadam kebakaran. e. Harga pertanggungan masing-masing barang yang bersangkut f. Keadaan sekeliling masing-masing bangunan tersebut. 3. Berdasarkan hasil survey tersebut perusahaan asuransi akan membuat keputusan tentang : a. Setuju tidaknya atas pertanggungan tersebut. b. Besamya premi yang harus dibayar oleh Tertanggung. 4. Setelah itu barulah polis dan kwitansinya dibuat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Mengisi SPPA dengan baik dan sejujumya 2. Mengasuransikan barang/bangunan sebaiknya seharga pasaran (nilai sehat) 3. Untuk menentukan harga pasaran (nilai sehat) suatu bangunan hendaknya tidak dipengamhi oleh nilai jual beli misalnya karena daerah elit maka harganya lebih mahal, melainkan cukup dengan biaya membangun. Perlu dicatat pula, bahwa nilai tanah tidak perlu dimasukkan, karena wataupun terjadi kebakaran tidak akan musnah. 4. Perlu dipertimbangkan, selain dari jaminan yang terdapat dalam polis tandar yaitu resiko kebakaran, peledakan. sambaran petir dan kejatuhan esawat terbang apakah perlu dimintakan perluasan dengan resiko : - Kerusuhan, Huru-hara, Terrorisme & Sabotase Tanah Longsor, Banjir, Genangan Air, Angin Topan dan Badai,

Biaya Pempersihan, Gempa Bumi (dengan polis tersendiri).

C. Prosedur Pengajuan Ganti Rugi Asuransi Kebakaran Berdasarkan azas Indemnity, asuransi hanya dapat menempatkan kembali Tertanggung yang telah mengalami musibah kepada keadaan finansial sesaat sebelum terjadinya musibah tersebut. Jadi Tertanggung tidak dibenarkan mencari atau mendapat keuntungan dari klaim asuransi. Adapun prosedurnya apabila terjadi kerugian, Tertanggung harus segera memberitahukan kepada pihak Penanggung tentang kejadian musibah yang dialami dan selanjutnya, dan selanjutnya memberi keterangan tertulis tentang hal ihwal yang diketahui mengenai kejadian kerugian. Dokumen yang harus dilakukan dan dilengkapi untuk pengajuan suatu tuntutan/klaim asuransi kebakaran antara lain : 1. Pemberitahuan Anda harus segera melaporkan kejadian kepada Penanggung (pihak asuransi). Laporan pendahuluan ini bisa disampaikan secara lisan atau surat, teleks, faksimili, dan lain-lain.

2. Laporan kerugian Selanjutnya Anda harus mengisi laporan / keterangan tertulis yang memuat hal-ikhwal yang Anda ketahui mengenai kerugian / kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut, dan blanko tersebut disiapkan oleh Penanggung (Perusahaan Asuransi). 1. Tempat, tanggal, dan waktu terjadinya kebakaran / kerusakan 2. Sebab-sebab kebakaran / kerusakan 3. Besarnya kerugian menurut taksiran tertanggung yang dilengkapi dengan segala sesuatu yang terbakar, musnah, hilang, rusak dan terselamatkan 4. Informasi lainnya yang menurut tertanggung perlu disampaikan kepada pihak asuransi

3. Dokumen pendukung klaim Tertanggung harus menyerahkan dokumen pendukung klaim kepada penanggung, misanya buku-buku catatan, foto-foto kerugian, laporan dari BMG, dan sebagainya. 4. Penelitian Polis

Setelah menerima pemberitahuan adanya kerugian, penanggung akan melakukan penelitian mengenai keabsahan (validitas) polis, yaitu : 1. Apakah penanggung memiliki kepentingan atas obyek yang mengalami kebakaran / kerusakan 2. Apakah kebakaran / kerusakan terjadi dalam masa waktu pertanggungan 3. Apakah premi telah dilunasi / dibayar

5. Penelitian Klaim Apabila validitas polis telah terkonfirmasi, selanjutnya penanggung akan melakukan pemeriksaan / penelitian di lapangan untuk mengetahui : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penyebab terjadinya kebakaran / kerusakan Tempat terjadinya kebakaran / kerusakan Jumlah kerugian yang dialami (taksiran) Jumlah harga sisa dari bangunan / barang / mesin yang tidak terbakar / rusak (taksiran) Jika Anda kebetulan berada di tempat pada saat terjadinya peristiwa, maka Anda wajib : Menyelamatkan dan menjaga harta benda yang dipertanggungkan dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, serta mengijinkan orang lain menyelamatkan dan menjaga harta benda dan atau kepentingan tersebut. 7. Memberikan bantuan sepenuhnya kepada pihak asuransi atau wakilnya atau pihak lain yang ditunjuknya untuk melakukan penelitian atas kerugian dan kerusakan yang terjadi. 8. Menjaga keselamatan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang masih bernilai. Penunjukan Loss Adjuster Dari hasil survei akan diketahui apakah klaim merupakan kasus sederhana atau rumit. Bila sederhana, maka klaim akan ditangani sendiri oleh perusahaan, tetapi jika rumit atau jumlahnya cukup besar atau penanganan klaim akan memakan waktu lama, maka claim assessment diserahkan kepada Loss Adjuster yang ditunjuk oleh penanggung dengan pemberitahuan kepada tertanggung. Baik untuk kasus klaim yang ditangani sendiri maupun oleh Loss Adjuster, tertanggung harus tetap menyediakan dokumen-dokumen pendukung klaim. Tahap selanjutnya adalah penanggung mempelajari laporan dari Loss Adjuster.

Penyampaian Dari proses penanganan klaim baik oleh penanggung sendiri maupun Loss Adjuster, akan diketahui validitas klaim. Dalam hal klaim dianggap valid, penanggung akan memberitahukan kepada tertanggung jumlah ganti rugi yang dibayar atau yang menjadi tanggung jawab penanggung. Tetapi bila klaim dinyatakan invalid, maka penanggung akan memberitahukan kepada tertanggung bahwa klaim ditolak disertai alasannya. Jika jumlah ganti rugi yang dibayarkan tidak disepakati oleh tertanggung, maka tertanggung berhak menunjuk Loss Accessor untuk menilai ulang kerugian tersebut. Penyelesaian Setelah dicapai kesepakatan mengenai jumlah ganti rugi, pihak penanggung akan mempersiapkan pembayaran klaim. Penanggung akan melaksanakan pembayaran ganti rugi selambat-lambatnya sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan.

Bagian III KESIMPULAN

Setelah mengetahui lebih lanjut mengenai asuransi kebakaran, maka dapat disimpulkan bahwa yang dapat menjadi nasabah dalam asuransi kebakaran adalah : seluruh individu atau badan usaha yang memiliki kepentingan atas objek yang diasuransikan dapat menjadi nasabah, yaitu : - Pemilik obyek asuransi - Penyewa obyek asuransi - Bank / Lembaga Keungan Pemberi Kredit

Obyek Pertanggungan Dalam Asuransi Kebakaran Obyek yang dipertanggungkan adalah bangunan, dengan contoh: rumah tinggal, maupun pabrik beserta isinya seperti contohnya mesin dalam pabrik, office, equipment, perabotan rumah tangga.

Harta Benda Yang Tidak Dapat Dijamin Dalam Asuransi Kebakaran

Barang antik/kesenian, barang yang disimpan atas dasar komisi/kepercayaan (barang titipan), emas batangan atau batu-batu permata/mulia yang belum dipasang. Naskah, rencana, gambar atau disain, pola, model atau tuangan Efek, obligasi, atau segala macam dokumen, perangko, cek, buku akuntansi atau buku usaha lainnya dan catatan sistem komputer Namun demikian, objek diatas tersebut masih dapat dipertanggungkan dengan syarat bahwa objek dinyatakan secara tegas dalam polis.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Premi dan Tarif untuk Asuransi Kebakaran v v v v v Lingkungan sekitar bangunan tersebut. Kelas kontruksi bangunan tersebut. Peruntukan atau manfaat bangunan tersebut (okupasi). Tersedianya fasilitas pemadam api (springkler/hydrant/alat pemadam api ringan) Faktor-faktor lainnya

Untuk Asuransi Kebakaran, pada umumnya calon nasabah diharuskan mengisi formulir yang menjelaskan mengenai rumah yang akan diasuransikan. Sebagai contoh, akan ditaksir berapa kira-kira nilai rumah pada saat ini, apakah lokasi rumah tersebut dapat dilalui pemadam kebakaran atau tidak, berapa luas tanahnya, dan lain-lain. Dari formulir tersebut, pihak asuransi akan meneliti dan menentukan berapa Uang Pertanggungan-nya, dan dari situ akan ditentukan berapa premi yang harus ditanggung calon nasabah. Besar premi ini bervariasi pada setiap perusahaan asuransi, namun biasanya besarnya sekitar 0,05% dari Uang Pertanggungan-nya. Itu kalau untuk kebakaran saja. Kalau yang ditanggung tidak hanya risiko kebakaran, tetapi juga termasuk kecurian, kebongkaran dan sebagainya (komplet), preminya akan jadi semakin mahal. Biasanya kisarannya sekitar 0,2% dari Uang Pertanggungan.

Hukum AsuransiPosted by hafidzi pada 11 September 2006 Asuransi, Sifat, Macam dan Hukumnya Rabu, 6 September 2006 9:22 WIB

(Keputusan Munas Alim Ulama Lampung, 1992) 1. Definisi Asuransi Menurut KUHP Pasal 246: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena: suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin akan diderita karena sesuatu yang tak tertentu. 2. Macam-macam Asuransi 2.1. Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa: - Kehilangan nilai pakai atau - Kekurangan nilainya atau - Kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung. Penanggung tidak harus membayarganti rugi kepadatertanggung kalau selama jangka waktu perjanjian obyek pertanggungan tidak mengalami bencana atau bahaya yang dipertanggungkan. 2.2. Asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran uang dengan nikmat dari premi dan yang berhubungan dengan hidup atau matinya seseorang termasuk juga perjanjian asuransi kembali uang dengan pengertian catatan dengan perjanjian dimaksud tidak termasuik perjanjian asuransi kecelakaan (yang masuk dalam asuransi kerugian) berdasarkan pasal I a Bab I Staatblad 1941 101). Dalam asuransi jiwa (yang mengandung SAVING) penanggung akan tetap mengembalikan jumlah uang yang diperjanjikan, kepada tertanggung - Kalau tertanggung meninggalkan dalam massa berlaku perjanjian, atau - Pada saat berakhirnyajangka waktu perjanjian keperluannya suka rela. 2.3. Asuransi Sosial Ialah asuransi yang memberikan jaminan kepada masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah, yaitu: - Asuransi kecelakaan lalu lintas (jasa raharja). - Asuransi TASPEN, ASTEK. ASKES, ASABRI. Sifat asuransi sosial - Dapat bersifat asuransi kerugian - Dapat bersifat asuransi jiwa. Hukum Asuransi 1. Asuransi Sosial Asuransi sosial diperbolehkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1.1. Asuransi sosial tidak termasuk akad muawadlah, tetapi merupakan syirkah taawuniyah.

1.2. Diselenggarakan oleh Pemerintah. Sehingga kalau ada ruginya ditanggung oleh Pemerintah, dan kalau ada untungnya dikembalikan untuk kepentingan masyarakat. 2. Asuransi kerugian, diperbolehkan dengan syarat apabila memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 2.1. Apabila asuransi kerugian tersebut merupakan persyaratan bagi obyek-obyek yang menjadi agunan bank. 2.2. Apabila asuransi kerugian tersebut tidak dapat dihindari, karena terkait oleh ketentuanketentuan Pemerintah, seperti asuransi untuk barang-barang yang di impor dan diekspor. 3. Asuransi jiwa hukumnya haram kecuali apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut: 3.1. Apabila asuransi jiwa tersebut mengandung unsur saving (tabungan). 3.2. Pada waktu menyerahkan uang premi, pihak tertanggung beniat untuk menabung untungnya pada pihak penanggung (perusahaan asuransi). 3.3. Pihak penanggung bemiat menyimpan uang tabungan milik pihak tertanggung dengan caracara yang dibenarkan/dihalalkan oleh syariat agama Islam. 3.4. Apabila sebelum jatuh tempo yang telah disepakati bersama antara pihak tertanggung dan pihak menanggung seperti yang telah disebutkan dalam polis (surat perjanjian). ternyata pihak penanggung sangat memerlukan (keperluan yang bersifat darurat) uang tabungannva, maka pihak tertanggung dapat mengambil atau mcnarik kemballi sejumlah uang simpanannya dari pihak penanggung dan pihak penanggung berkewajiban menyerahkan sejumlah uang tersebut kepadanya. 3.5. Apabila pada suatu ketika pihak tertanggung terpaksa tidak dapat membayar uang premi, maka : 3.5.1. Uang premi tersebut menjadi hutang yang dapat diangsur oleh pihak tertanggung pada waktu-waktu pembayaran uang premi berikutnya. 3.5.2. Hubungan antara pihak tertanggung dan pihak penanggung dinyatakan tidak putus. 3.5.3. Uang tabungan milik pihak tertanggung tidak dinyatakan hangus oleh pihak penanggung. 3.5.4. Apabila sebelum jatuh tempo pihak tertanggung meninggal dunia, maka ahli warisnya berhak untuk mengambil sejumlah uang simpanannya, sedang pihak penanggung berkewajiban mengembalikan sejumlah uang tersebut. 4. Para musyawirin mendukung dan menyetujui berdirinya Asuransi secara Islam. 5. Sebelum tercapainya cita-cita terwajudnya Asuransi Islam hendaknya sistem perasuransian yang ada sekarang ini diperbaiki dengan menghilangkan unsur-unsur yang terlarang, sehingga tidak bertentangan dengan tuntunan ajaran Islam

Dasar-Dasar Hukum Asuransi

12 Votes A. DEFINISI DAN UNSUR ASURANSI

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti). Menurut Ketentuan Undangundang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari 1992 tentang Usaha Perasuransian (UU Asuransi), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata. Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, Suatu persetujuan untunguntungan (kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu. Beberapa hal penting mengenai asuransi:1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata; 2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian, hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung, namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan; 4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju untuk diadakan perjanjian asuransi; 5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kewajibannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada Asuransi adalah:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Subyek hukum (penanggung dan tertanggung); Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung; Benda asuransi dan kepentingan tertanggung; Tujuan yang ingin dicapai; Resiko dan premi; Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian; Syarat-syarat yang berlaku; Polis asuransi.

1. B. TUJUAN ASURANSI 1. a. Pengalihan Risiko

Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung.1. b. Pembayaran Ganti Kerugian

Jika suatu ketika sungguhsungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung akan dibayarkan ganti kerugian yang besarnya seimbang dengan jumlah asuransinya. Dalam prakteknya kerugian yang timbul itu dapat bersifat sebagian (partial loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss). Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguhsungguh diderita. Dalam pembayaran ganti kerugian oleh perusahaan asuransi berlaku prinsip subrogasi (diatur dalam pasal 1400 KUH Per) dimana penggantian hak si berpiutang (tertanggung) oleh seorang pihak ketiga (penanggung/pihak asuransi) yang membayar kepada si berpiutang (nilai klaim asuransi) terjadi baik karena persetujuan maupun karena undang-undang.1. C. BERLAKUNYA ASURANSI

Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam prakteknya dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi (Pasal 255 KUHD).D. POLIS ASURANSI 1. 1. Fungsi Polis

Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan

tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak (khususnya Tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi polis dimana sebaiknya tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).1. 2. Isi Polis

Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini: a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi; b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga; c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan; d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan); e. Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung; f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung; g. Premi asuransi; h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKERS CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen) yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa pemilik atau pemegang hak. Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di dalam polisnya harus pula menyebutkan:1. Letak barang tetap serta batas-batasnya; 2. Pemakaiannya; 3. Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sepanjang berpengaruh terhadap obyek pertanggungan; 4. Harga barang-barang yang dipertanggungkan; 5. Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dimana barang-barang bergerak yang dipertanggungkan itu berada.

Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis asuransi, perlu diperhatikan tujuh aspek penutupannya, yaitu:1. Bencana yang ditutup; 2. Yang ditutup;

3. 4. 5. 6. 7.

Kerugian yang ditutup; Orang-orang yang ditutup; Lokasi-lokasi yang ditutup; Jangka waktu yang ditutup; Bahaya-bahaya yang dikecualikan.

1. 3. Jenis Klausula Asuransi

Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji khusus yang dirumuskan secara tegas dalam polis, yang lazim disebut Klausula asuransi yang maksudnya untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam pembayaran ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Jenis-jenis asuransi tersebut ditentukan oleh sifat objek asuransi itu, bahaya yang mengancam dalam setiap asuransi. Klausula-klausula yang dimaksud antara lain: a. Klausula Premier Risque Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi dibawah nilai benda terjadi kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian seluruhnya sampai maksimum jumlah yang diasuransikan (Pasal 253 ayat 3 KUHD). Klausula ini biasa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian, asuransi tanggung jawab. b. Klausula All Risk Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala resiko atau benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan mengganti semua kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan karena cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).1. Klausula Total Loss Only (TLO)

Klausula ini menentukan bahwa penanggung hanya menanggung kerugian yang merupakan kerugian keseluruhan/total atas benda yang diasuransikan.1. d. Klausula Sudah Diketahui (All Seen)

Klausula ini digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini menentukan bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan, konstruksi, letak dan cara pemakaian bangunan yang diasuransikan.1. e. Klausula Renunsiasi (Renunciation)

Menurut Klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung, dengan alasan pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal tersebut harus diberlakuan secara jujur atau itikad baik dan sesuai dengan kebiasaan. berarti apabila timbul kerugian akibat evenemen tertanggung tidak memberitahukan keadaan benda objek asuransi kepada penanggung, maka penanggung tidak akan mengajukan pasal 251 KUHD dan penanggung akan membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung.

1. Klausula Free Particular Average (FPA)

Bahwa penaggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian yang timbul akibat peristiwa khusus di laut (Particular Average) seperti ditentukan dalam pasal 709 KUHD dengan kata lain penanggung menolak pembayaran ganti kerugian yang diklaim oleh tertanggung yang sebenarnya timbul dari akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan klausula FPA.1. g. Klausula Riot, Strike & Civil Commotion (RSCC)

Riot (kerusuhan) adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal sebanyak 12 orang, yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai huru-hara. Strike (pemogokan) adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh sekelompok pekerja, minimal 12 orang pekerja atau separuh dari jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari 24 orang),yang menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan. Civil Commotion (huru-hara) adalah keadaan di suatu kota dimana sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok-kelompok kecil menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah besar harta benda, sedemikian rupa sehingga timbul ketakutan umum, yang ditandai dengan terhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat perdagangan/pertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi umum di kota tersebut selama minimal 24 jam secara terus menerus yang dimulai sebelum, selama atau setelah kejadian tersebut.1. 4. Hal yang harus diperhatikan:

Bankers Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank dimana dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi (polis). Klausula ini muncul sebagai akibat adanya hubungan hutang piutang antara Debitur dan Kreditur dimana obyek pertanggungan adalah menjadi jaminan Bank; sehingga klausula ini bukan merupakan standard yang pada umumnya tercantum dalam Polis.

E.

JENIS ASURANSI

Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa.

1. Asuransi Kerugian terdiri dari: a. Asuransi Kebakaran; b. Asuransi Kehilangan dan Kerusakan; c. Asuransi laut; d. Asuransi Pengangkutan; e. Asuransi Kredit. 2. Asuransi Jiwa terdiri dari a. Asuransi Kecelakaan; b. Asuransi Kesehatan; c. Asuransi Jiwa Kredit.1. F. BATALNYA ASURANSI

Suatu pertanggungan atau asuransi karena pada hakekatnya adalah merupakan suatu perjanjian maka ia dapat pula diancam dengan resiko batal atau dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam perjanjian asuransi:1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu disampaikan kepada penanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian asuransi tersebut (Pasal 251 KUHD); 2. Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi ditandatangani (Pasal 269 KUHD); 3. memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari segala kewajibannya yang akan datang (Pasal 272 KUHD); 4. Terdapat suatu akalan cerdik, penipuan, atau kecurangan si tertanggung (Pasal 282 KUHD); 5. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia atau kapal asing yang digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan (Pasal 599 KUHD). G. SANKSI

Terhadap pelanggaran ketentuan yang dilakukan Penanggung dan Tetanggung dapat dikenakan sanksi berupa:

1. Sanksi Administratif, (berlaku hanya untuk perusahaan perasuransian, bukan pada tertanggung); dan 2. Sanksi Pidana. 1. 1. Sanksi Administratif

Setiap Perusahaan Perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1992 tertanggal 30 Oktober 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (PP No.73/1992) serta peraturan pelaksanaannya yang berkenaan dengan:1. 2. 3. 4. 5. Perizinan usaha; Kesehatan keuangan; Penyelenggaraan usaha; Penyampaian laporan; Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi atau tentang pemeriksaan langsung;

dikenakan sanksi peringatan, sanksi pembatasan kegiatan usaha dan sanksi pencabutan izin usaha (Pasal 37 PP No.73/1992). Tanpa mengurangi ketentuan Pasal 37, maka terhadap:1. Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan operasional tahunan dan atau tidak mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi, sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan, dikenakan denda administratif Rp. 1.000.000.000 (satu juta Rupiah) untuk setiap hari keterlambatan; 2. Perusahaan Pialang Asuransi atau Perusahaan Pialang Reasuransi yang tidak menyampaikan laporan operasional tahunan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dikenakan denda administratif Rp. 500.000 (lima ratus ribu Rupiah) untuk setiap hari keterlambatan (Pasal 38 PP No.73/1992). 1. 2. Sanksi Pidana

Sanksi pidana dikenakan pada kejahatan perasuransian yang diatur dalam Pasal 21 UU Asuransi, berikut ini:1. a. Terhadap pelaku utama

Orang yang menjalankan atu menyuruh menjalankan usaha perasuransian tanpa izin usaha, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan dengan cara mengalihkan, menjaminkan, dan atau mengagunkan tanpa hak kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta Rupiah).1. b. Terhadap pelaku pembantu

Orang yang menerima, menadah, membeli, atau mengagunkan atau menjal kembali kekayaan perusahaan hasil penggelapan dengan cara tersebut yang diketahuinya atau patut diketahuinya

bahwa barangbarang tersebut adalah kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, dianjam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta Rupiah).1. c. Terhadap pemalsu dokumen

Orang yang secara sendirisendiri atau bersamasama melakukan pemalsuan atas dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta Rupiah). DAFTAR PUSTAKABuku 1. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit PT Intermasa, 1986; 2. H. Mashudi, SH. MH dan Moch. Chidir Ali, SH. (Alm.), Hukum Asuransi, Penerbit CV. Mandar Maju, 1995; 3. Undang Undang Usaha Perasuransian Jaminan Sosial Tenaga Kerja Perbankan 1992, Penerbit CV. Eko Jaya, Jakarta, 1992; 4. Prof. Abdulkadir Muhammad, SH., Hukum Asuransi Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1999; 5. Hasanuddin Rahman, S.H., AspekAspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Hukum asuransi Presentation Transcript

1. HUKUM ASURANSI Materi UAS 2. Lembaga Keuangan : Sutu Lembaga dimana bertugas untuk menghimpun dana (menarik dana) dari masyarakat dan mengembalikan kembali kpd masyarakat. Ada 2 bagian : Lembaga Keuangan Perbankan Lembaga Keuangan Non-Perbankan 3. Pengaturan Asuransi KUHPerdata KUHD (Ps. 246 s/d 308) UU Nomor 2 Th 1992 tentang Usaha Perasuransian Keppres RI No. 40 Th ttg Usaha di Bidang Asuransi Kerugian Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 ttg Ketentuan & Tata Cara Pelaksanaaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian KMK RI No. 1250/KMK.013/1988 ttg Usaha Asuransi Jiwa. 4. Pengertian Asuransi Pasal 246 KUHD: Asuransi (pertanggungan ) : Suatu perjanjian, dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. 5. Lanjutan Asuransi (pertanggungan ) : Perjanjian dua pihak, dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, utk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yg diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Ps 1 UU No. 2/1992). 6. Ciri-ciri Asuransi: Dibawah pengawasan Mentri Keuangan Pembayaran berbentuk Premier Objek Asuransi merupakan Resiko Murni Dikenal dg Perjanjian Diam-diam dg jang. Wkt di tempat. (conth: Asuransi Transportasi) 7. Tiga hal dlm Asuransi Penanggung : pihak yang berjanji membayar jika peristiwa pada unsur ke tiga terlaksana. Tertanggun g: pihak yang berjanji membayar uang kepada pihak penanggung. Suatu peristiwa belum tentu akan terjadi ( evenement ) 8. Unsur-unsur Psl 246 KUHD Adanya kepentingan (Psl 250 jo 268 KUHD) Adanya peristiwa tak tentu Adanya kerugian 9. Perbedaan Asuransi dg Perjudian Thd perjudian/pertaruhan UU tdk memberikan akibat hukum. Dari perjudian yg timbul adlh naturlijke verbintenis , sdgkan dari asuransi timbul suatu perikatan sempurna. Kepentingan dalam asuransi adalah karena adanya peristiwa tak tentu itu utk tdk terjadi, di luar/sebelum ditutup perjanjian. Sdgkan perjudian kepentingan atas peristiwa tdk tentu itu baru ada pd kedua belah pihak dengan diadakannya perjudian/perj pertaruhan. 10. Syarat Syahnya Perj. Asuransi Diatur dalam Psl 1320 KUHPdt Ditambah ketentuan Psl 251 KUHD ttg pemberitahuan ( notification ), ykni tertanggung wajib memberitahukan kpd penanggung mengenai keadaan obyek asuransi. Apabila lalai maka pertanggungan menjdi batal. 11. Saat terjadinya Perj. Asuransi Asuransi bersifat konsensual-perjanjian harus dibuat tertulis dlam suatu akta yg disebut Polis (Psl 255 ayat (1) jo 258 (1) KUHD) Pembuktian adanya kata sepakat polis belum ada pembuktian dilakukan dg sgl catatan, nota, surat perhitungan, telegram Pembuktian janji-janji dan syarat-syarat khusus harus tertulis dalam polis, jika janji-janji/syarat2 khusus tidak tercantum dlm polis maka janji2 tsb diaggap tdk ada (batal). 12. Polis sebagai Bukti Tertulis Isi Polis (kecuali asuransi jiwa)/Psl 256 KUHD: Hari pembuatan perjanjian asuransi Nama tertanggung, utk diri sendiri atau utk org ketiga. Uraian yg jelas mengenai benda obyek asuransi Jumlah yg dipertanggungkan. Bahaya2 yg ditanggung oleh penanggung. Saat bahaya mulai berjalan & berakhir yg menjadi tanggungan penanggung. Premi asuransi Umumnya semua keadaan yg perlu diketahui oleh penanggung & segala syarat yg diperjanjikan antara pihak-pihak. Dlm polis juga hrs dicantumkan isi polis dr berbagai asuransi yg diadakan lebih dahulu (sebelumnya), dg ancaman batal jika tidak dicantumkan (Psl 271, 272, 280, 603, 606, 615 KUHD). 13. Jenis-jenis Polis Polis maskapai Polis bursa (Amsterdam & Rotterdam) Polis Lloyds Polis perjalanan (voyage policy) Polis waktu (time policy) 14. Klausula dlm Polis Klausula Premier Risque Klausula All Risk (kecuali 276 & 249 KUHD). Klausula sudah mengetahui Klausula renuntiatie (renunciation) Klausula from Particular Average (FPA) Klausula with Particular Average (WPA) 15. Asuransi utk Pihak Ketiga Harus dinyatakan dg tegas dlm polis, jika tidak tertanggung dianggap telah diadakan utk dirinya sendiri. Cara mengadakan asuransi pihak ke 3: Pemberian kuasa umum (general autorization) Pemberian kuasa khusus (Special autorization) Tanpa Kuasa (without autorization) 16. Kewajiban Pemberitahuan dari Tertanggung Syarat syahnya pertanggungan/asuransi Setiap pemberitahuan yg keliru atau tdk benar, atau setiap tdk memberitahukan hal-hal yg diketahui oleh tertanggung walaupun dg itikad baik, shg seandainya penanggung setelah

dia mengetahui keadaan sebenarnya benda itu dia tdk akan mengadakan asuransi, atau dg syarat2 yg demikian itu, mengakibtkan batalnya asuransi. 17. Pembatasan Tanggung Jawab Penanggung (Eksonerasi) Cacat sendiri pada benda pertanggungan Kesalahan tetanggung sendiri Eksonerasi karena pemberatan risiko 18. Obyek Asuransi Benda dan jasa, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya. 19. Pembagian Jenis Asuransi Asuransi Kerugian Asuransi Jumlah (sejumlah uang) Asuransi Campuran 20. Jenis Asuransi Menurut Psl 247 KUHD antara lain: Asuransi thd bahaya kebakaran. Asuransi thd bahaya yg mengancam hasil pertanian yg belum dipaneni. Asuransi jiwa. Asuransi thd bahaya di laut. Asuransi pengangkutan darat & perairan darat. 21. Prinsip-Prinsip dlm Asuransi Prinsip Kepentingan yg dapat diasuransikan ( insurable interest ) : hak subyektif yg mungkin akan lenyap atau berkurang krn peristiwa tdk tentu. Prinsip Itikad Baik ( Utmost Goodfaith ) Prinsip Keseimbangan ( Idemniteit Principle ) Prinsip Subrograsi ( Subrogration Principle ) Prinsip Sebab akibat ( Causaliteit Principle ) Prinsip Kontribusi Prinsip Follow the Fortunes, berlaku bg re-asuransi. 22. Prinsip Asuransi Insurable Interest (Kepentingan yg dpt diasuransikan) Hak untuk mengasuransikan yang timbul dari adanya hubungan keuangan antara Tertanggung dengan obyek pertanggungan, yang dilindungi hukum atau sah menurut hukum yang berlaku . 23. Prinsip Asuransi Dari pengertian dan defmisi di atas, dapat dirinci elemen-elemen atau unsur-unsur yang ada di dalam Insurable Interest terdiri dari 4 hal: Harus ada Harta Benda, Hak, Kepentingan, Jiwa dan Raga serta beban tanggungjawab hukum, yang dapat diasuransikan. Benda, Jiwa Raga dan Beban Tanggung Jawab Hukum itu harus menjadi obyek pertanggungan atau obyek asuransi. Tertanggung harus berada dalam suatu keadaan bahwa ia akan mendapat manfaat apabila tidak teqadi apa-apa atas obyek pertanggungan, tetapi akan mengalami/menderita kerugian keuangan apabila obyek pertanggungan mengalami sesuatu musibah atau peristiwa kerugian. berarti Tertanggung harus mempunyai hubungan atau kepentingan keuangan atas obyek pertanggungan yang bersangkutan. Hubungan atau kepentingan Tertanggung dengan obyek pertanggungan yang bersangkutan harus hubungan yang sah menurut hukum. 24. Prinsip Asuransi Idemnity (Pengganti Kerugian ) Metode atau cara-cara dan sistem yang diperlukan dalam proses penggantian kerugian, juga mempunyai berbagai pennasalahan, terutama karena banyaknya jenis-jenis asuransi kerugian yang dipasarkandi dalam masyarakat, untuk mengakomodasi pengalihan risiko-risiko yang dihadapinya. Merupakan salah satu Upaya untuk pengendalian adanya itikad-itikad buruk. Mencari atau memanfaatkan asuransi untuk tujuan mencari keuntungan finansial, melalui manipulasi jumlah-jumlah pengganti kerugian 25. Prinsip Asuransi Adapun metode atau cara pembayaran/penggantian kerugian : Pembayaran secara cash/tunai Dengan cara repair yaitu perbaikan-perbaikan dilakukan oleh Perusahaan Asuransi. Dengan cara Reinstate yaitu membangun kembali bangunan yang rusak akibat peristiwa kerugian. Pembangunan kembali tersebut dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dengan cara Replace yaitu pemilihan atau penggantian dengan benda yang sejenis .

26. Prinsip Asuransi Utmost Good Faith (Prinsip Iktikad yg baik) Kewajiban positif yang harus dilakukan dengan sukarela untuk mengungkapkan semua fakta-fakta material secara lengkapjelas dan benar mengenai risiko yang akan dialihkan kepada Penanggung, baik yang ditanyakan ataupun tidak. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti. 27. Prinsip Asuransi Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut berlaku: Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu pada saat kami menyetujui kontrak tersebut. Pada saat perpanjangan kontrak asuransi. Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan itu. Tidak menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan benar yang dibutuhkan masing-masing pihak. 28. Prinsip Asuransi Bila perjanjian asuransi diibaratkan suatu Bangunan, maka prinsip Utmost Good Faith adalah fondasinya, artinya kalau fondasi tersebut tidak dikonstruksi dengan baik, dikhawatirkan Bangunan perjanjian asuransi itu akan ambruk atau gagal mencapai tujuannya. Dalam beberapa kasus asuransi, masalah prinsip Utmost Good Faith sering menjadi pokok permasalahan. Prinsip Utmost Good Faith atau Prinsip Itikad Sangat Baik mengandung pengertian kedua belah pihak. yaitu Tertanggung dan Penanggung. secara timbal balik harus mendasari kesepakatan/perjanjian asuransi dengan itikad sangat baik. Artinya : Tidak menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan benar yang dibutuhkan masing-masing pihak. 29. Prinsip Asuransi Subrogation (subrogasi) Kerugian yang dialami Tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak ke III (orang lain). Menunjuk pasal 1365 KUH Perdata, pihak ke III yang bersalah tersebut harus membayar ganti rugi kepada Tertanggung, padahal Tertanggung juga mempunyai Polis Asuransi. mekanisme atau aplikasi subrogasi adalah, tertanggung harus memilih salah satu sumber penggantian kerugian, dari Pihak ke III atau dari asuransi. Tidak boleh dari keduanya, (dapat double dong) karena Tertanggung akan mendapatkan penggantian melampaui yang semestinya (ini tidak sejalan dengan Prinsip Indemnity). 30. Prinsip Asuransi Contribution (kontribusi) Prinsip yg berkaitan dengan adanya lebih dari 1 (satu) Polis yang memberikan proteksi asuransi atas obyek asuransi yang sama milik Tertanggung. Contoh: Mr.XYZ mempunyai Mobil seharga Rp.100.000.000,diasuransikan kepada Perusahaan asuransi A : Rp.100.000.000,- dan juga a Perusahaan mobil tersebut diasuransikan ke Perusahaan asuransi B Rp.100.000.000,- Kalau Mobil tersebut hilang akibat pencurian, dengan adanya Prinsip Kontribusi ini, Tertanggung tidak mungkin mendapatkan penggantian Rp. 200.000.000,- (dari A Rp.100.000.000,- + Rp.100.000.000,- dari asuransi B). 31. Prinsip Asuransi Apabila terjadi jaminan asuransi Harta Benda oleh lebih dari 1 (satu) Perusahaan Asuransi yang masing-masing mengeluarkan Polis Asuransi dengan Harta Pertanggungan yang sama sebesar Nilai/Harga sehat Benda yang menjadi obyek pertanggungan, Perusahaan Asuransi hanya wajib membayarkan ganti rugi secara Pro Rata sesuai dengan tanggung jawab menurut perbandingan yang seimbang. Tertanggung tidak mungkin mendapatkan penggantian kerugian dari masing-masing Perusahaan Asuransi secara penuh, sehingga melampaui kerugian yang sebenamya hal ini melanggar pelaksanaan Prinsip Indemnity.

32. Prinsip Asuransi Proximate Cause ( Prinsip Penyebab Efisien/Dominan) Prinsip ini berkaitan erat dengan masalah terjadinya peristiwa-peristiwa (perils) yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian keuangan bagi tertanggung. Penggantian kerugian oleh Perusahaan Asuransi hanya akan dibayarkan apabila peristiwa yang efisien atau dominan menimbulkan kerugian itu termasuk dalam jaminan Polls Asuransi yang bersangkutan 33. Perbedaan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jumlah Para pihak Hal yg dipertanggungkan Prestasi penanggung Kepentingan Asas indemnitas Evenemen (peristiwa tdk menentu) 34. Jenis Usaha Perasuransian Usaha Asuransi Kerugian, jasa dlm penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hk kpd pihak ketiga, yg timbul dr peristiwa tdk pasti. Usaha Asuransi Jiwa, jasa dalam penanggulangan risiko yg dikaitkan dg hidup/matinya seseorang yg dipertanggungkan. Usaha Reasuransi yg memberikan jasa dalam pertanggungan ulang thd risiko yg dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Asuransi Jiwa. 35. Jenis Usaha Penunjang Asuransi Usaha Pialang Asuransi. Usaha Pialang Reasuransi. Usaha Penilaian Kerugian Asuransi. Usaha Konsultan Aktuaria. Usaha Agen Asuransi. 36. Jenis Usaha Penunjang Asuransi Usaha Pialang Asuransi 37. Jenis Usaha Penunjang Asuransi Perantara Murni (Pialang/Broker) Bekerja Atas Suatu Perusahaan. Perantara dlm Jabatan di Sumpah oleh Pejabat Berwenang. Hasil di dpt atas pekerjaan tdk hanya Upah & Gaji melainkan Insentif & komisi. Perantara tdk Murni Bekerja Atas Nama Sendiri. Dlm Jabatan tdk di Sumpah dan melakukan pekerjaan atas nama sendiri. Hasil pekerjaan hanya mendapat komisi. 38. Jenis Usaha Penunjang Asuransi Usaha Pialang Reasuransi Usaha Usaha Penilaian Kerugian Asuransi. Usaha yg memberikan Jasa penilaian thdp kerugian pada objek Asuransi yg di pertanggungkan. 39. Jenis Usaha Penunjang Asuransi Usaha Konsultan Aktuaria Usaha yg memberikan Jasa konsultan aktuaria/perasuransi. Usaha Agen Asuransi Usaha yg memberikan Jasa perantara dlm rangka pemasaran Jasa Asuransi untuk dan atas nama penanggung. 40. Bentuk Hukum Usaha Asuransi Perusahaan Perseroan (Persero). Koperasi. Perseroan Terbatas. Usaha Bersama (Mutual) Catatan : Usaha konsultan atuaria & agen asuransi dpt dilakukan oleh perusahaan perorangan. 41. Kepemilikan Perusahaan Perasuransian Perusahaan Asuransi hanya dapat didirikan oleh: WNI dan atau badan hukum Indonesia yg sepenuhnya dimiliki WNI dan atau BH Indonesia. Perusahaan perasuransian yg pemiliknya sbgmn angka 1 di atas, dg perusahaan perasuransian yg tunduk pd hk asing. 42. Perijinan Usaha Asuransi Setiap usaha perasuransian wajib mdpt izin usaha Menteri Keuangan, kecuali bagi perusahaan yg menyelenggarakan Program Asuransi Sosial. Pemberian ijin harus dipenuhi persyaratan: Anggaran dasar. Susunan organisasi Permodalan. Kepemilikan. Keahlian di bidang perasuransian. Kelayakan rencana kerja. Hal-hal lain yg diperlukan utk mendukung pertumbuhan usaha peransuransian secara sehat. 43. Pembinaan & Pengawasan Usaha Perasuransian meliputi: Kesehatan Keuangan (batas tingkat solvabilitas, retensi sendiri, reasuransi, investasi, cadangan teknis dan ketentuan lain yg berhubungan dg kesehatan keuangan. Penyelenggaraan usaha asuransi (syarat2 Polis, tingkat premi, penyelesaian klaim, persyaratan kehlian di bidang persuransian, kttan lain yg berhubungan dg penyeleggaraan usaha.

44. Kejahatan Perasuransian Menjalankan usaha perasuransian tanpa ijin Penggelapan premi asuransi Penggelapan kekayaan perusahaan asuransi Penerima, penadah, pembeli, penjual kembali, pengagun kekayaan perusahaan asuransi hasil penggelapan Pemalsuan dokumen perusahaan asuransi Tindak pidana yg dilakukan oleh atau atas nama nama badan hukum/bukan BH. 45. Kepailitan & Likuidasi Perusahaan Asuransi Menteri Keuangan dapat memintakan kepada pengadilan agar perusahaan ybs dinyatakan pailit. Hak pemegang Polis atas pembagian harta perusahaan asuransi yg dilikuidasi merupakan hak utama. 46. Tuntutan Keperdataan Terhadap perusahaan perasuransian yg tdk memenuhi ketentuan UU No. 2 Th 1992 dan peraturan pelaksanaannya sehingga merugikan pihak lain dimungkinkan utk dituntut secara perdata supaya mengganti kerugian. 47. Manfaat Asuransi dr Tanggungan: Memberikan Rasa Aman & Perlindungan. Sbg Tabungan & Pendapatan lain. Alat Penyebaran Resiko. Sbg Pendistribusian biaya & Manfaat yg Lebih Adil.