hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

90
HUKUM ACARA PERDATA FISIP UI OKTOBER 2011 Bahan Kuliah Created by [email protected] Modified by : Heru Susetyo [email protected]

Transcript of hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Page 1: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

HUKUM ACARA PERDATA

FISIP UI OKTOBER 2011

Bahan Kuliah

Created by [email protected]

Modified by : Heru Susetyo [email protected]

Page 2: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pidana atau Perdata?

Page 3: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pidana atau Perdata?

Page 4: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pidana atau Perdata?

Page 5: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

PendahuluanPengertian Hukum Acara Perdata

Hukum Acara Perdata adalah Hukum Perdata Formil, yaitu kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagimana yang diatur dalam hukum perdata materil

(Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeriepkartaprawira, hal 1)

Page 6: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap pihak orang lain di muka pengadilan itu harus bertindak untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata (Wirjono Prodjodikoro)

Page 7: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pengertian Hukum Acara Perdata (sambungan)

Kaidah hukum yang mengatur cara dan prosedur hukum dalam mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan melaksanakan putusan tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu sehingga menjamin tegaknya hukum perdata materiil melalui lembaga peradilan.

Page 8: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Sifat / Karakteristik Hukum Acara Perdata

Dalam Hukum acara perdata, orang yang merasa haknya dilanggar disebut sebagai Penggugat, sedangkan orang yang ditarik ke muka pengadilan karena dirasa telah melanggar hak penggugat disebut sebagai tergugat.

Turut tergugat dipergunakan bagi orang-orang yang tidak menguasai barang sengketa atau tidak berkewajiban untuk melakukan sesuatu, namun demi lengkapnya suatu gugatan, mereka harus diikutsertakan

Page 9: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

PENGGUGATTERGUGAT

Page 10: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

PEMOHO

N

TERMOHO

N

Page 11: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Sifat Hukum Acara Perdata

Inisiatif ada tidak ada perkara ada pada orang/ beberapa orang yang merasa haknya dilanggar (penggugat/ para penggugat)

Berbeda dengan Hukum Acara Pidana yang tidak tergantung ada/ tidak adanya inisiatif

Ada Hukum acara pidana yang mirip dengan Hukum acara perdata, yaitu Tindak Pidana Aduan

Page 12: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

ACARA PIDANA

•Tak perlu inisiatif•Kecuali tindak pidana aduan

ACARA PERDATA

•Perlu inisiatif

Page 13: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Tahapan Hukum Acara Perdata (menurut Sudikno Mertokusumo)

Tahap Pendahuluan : tahap persiapan menuju tahap penentuan dan pelaksanaan, yaitu ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan seperti membuat gugatan,mendaftarkan gugatan, membayar biaya perkara dll.

Tahap Penentuan : Tahap pemeriksaan peristiwa, pembuktian dan penjatuhan putusan.

Tahap Pelaksanaan : Tahap dilakukannya tindakan pelaksanaan putusan (eksekusi) yang telah dijatuhkan oleh hakim.

Page 14: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Sifat Hukum Acara Perdata

Pencabutan gugatan oleh penggugat/ para penggugat tidak dapat dilakukan sesuka hati, Pencabutan gugatan dapat dilakukan apabila tergugat menyetujui pencabutan gugatan, namun kadangkala persetujuan itu tidak dipenuhi, bahkan malah menggugat balik (rekonpensi)

Page 15: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Hukum Acara Perdata Positif

Hukum acara perdata nasional hingga saat ini belum diatur dalam undang-undang, sampai saat ini ketentuan yang masih dipakai sebagai rujukan adalah het Herziene Indonesich Reglement (HIR) yang dulu diberlakukan untuk wilayah Jawa-Madura, sedangkan diluar itu berlaku RechtsReglement Buitengewestem (RBg)

Sejarah Hukum Acara Perdata/ terbentuknya HIR dapat dibaca pada buku Retnowulan Sutantio

Page 16: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Sumber Hukum Acara Perdata (Hukum Positif) Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 dan Pasal 6 UU No. 1 Drt Tahun 1951 Tentang Tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan Kesatuan Susunan Kekuasaan dan Acara Pengadilan Sipil

HIR, Het Herziene Indonesisch Reglement (Bab IX, 7 Bagian) RBg (Reglemen Buitengewesten, S. 1927 Nomor 227) RV (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) disebut juga Hukum Acara

Perdata untuk Gol. Eropa, namun menurut Prof. Soepomo, sudah tidak berlaku sejak Raad van Justitie dan Residentiegerecht dihapus.

RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in Het Beleid der Justitie in Indonesie)

Undang-undang yang telah dikodifikasi (KUHPerdata dan KUHDagang) Undang-undang yang belum dikodifikasi ( UU No. 20 Tahun 1947, tentang

acara banding, UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.dll

Yurisprudensi Perjanjian Internasional Doktrin

Page 17: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Asas-asas Hukum Acara Perdata

Hakim Bersifat Menunggu (iudex no procedat ex officio) diatur dalam Pasal 118 HIR dan 142 RBg, artinya bila tidak tuntutan dari pihak, maka tidak ada hakim (Wo Kein klager ist, ist kein rechter ; nemo judex sine actor)

Ada konsekuensi bagi seorang hakim, yaitu harus mengadili semua perkara, karena hakim dianggap tahu semua (ius curia novit)

Page 18: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

Hakim Bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van Rechter), artinya hakim hanya bertitik tolak pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak saja (secundum allegat iudicare)

Peradilan Terbuka untuk umum (Openbaarheid van rechtspraak), konsekuensi yang terjadi apabila asas ini tidak dilaksanakan adalah putusan dapat menjadi tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum.

Hakim mengadili kedua belah pihak (Horen van beide partijen)

Page 19: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

Pemeriksaan dalam dua tingkat (Onderzoek in twee instanties), hanya PN dan PT judex factie dilaksanakan

Pengawasan Putusan Pengadilan melalui Kasasi (Toezicht op de rechtspraak door van cassatie)

Mahkamah Agung adalah Puncak Peradilan di Indonesia (Pasal 10 Ayat 2 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 2 UU No. 4 tahun 2004)

Page 20: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

Putusan Hakim harus disertai alasan (Pasal 23 UU No. 14 tahun 1970 jo Pasal 25 UU No. 4 Tahun 2004, Pasal 184 Ayat 1 , dan 319 HIR)

Berperkara dikenakan biaya (Niet-kosteloze rechtspraak) Pasal 4, 5 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 4 dan Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2004)

Page 21: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

Tidak ada keharusan mewakilkan dalam BeracaraMajelis hakim di Persidangan (Pasal 15 UU No. 14

Tahun 1970 jo Pasal 17 UU NO. 4 Tahun 2004)Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa (Pasal 4 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 4 UU No. 4 Tahun 2004)

Page 22: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

Proses Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Pasal 4 Ayat 2 UU No. 4 Tahun 2004

Hak menguji Materiil UU hanya ada pada MK dan dibawah UU oleh MA (Pasal 11, 12 UU No. 4 Tahun 2004)

Asas Obyektifitas, Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2004

Page 23: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal Kekuasaan Mutlak dan Kekuasaan relatif

Kewenangan Mutlak/ absolute compententie menyangkut pembagian kekuasaan antar badan-badan peradilan, berdasarkan macamnya pengadilan yang memberikan kekuasaan untuk mengadili

Kewenangan Relatif/ relative compententie mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara pengadilan yang serupa

Asas yang berlaku dalam kewenangan relatif adalah Actor sequitur forum rei

Page 24: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Lingkup Peradilan

Macam-Macam Pengadilan Di samping Pengadilan Sipil seperti tersebut diatas lazimnya disebut

Pengadilan Umum di Indonesia terdapat pula : Pengadilan Militer yang hanya berwenang untuk mengadili perkara

yang terdakwanya berstatus anggota ABRI. Pengadilan Agama yang kewenangannya mengadili perkara-perkara

perdata yang kedua pihaknya baragama Islam dan menurut hukum yang dikuasai Hukum Islam.

Pengadilan Administrasi yang termasuk wewenang Pengadilan Administrasi adalah perkara yang tergugatnya pemerintah dan penggugatnya perorangan pemerintah itu digugat dengan alsan kesalahan dalam menjalankan administrasi.

Page 25: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Lingkup Peradilan (sambungan)

Susunan Badan-Badan Pengadilan Umum Di Indonesia kita kenal susunan Pengadilan dalam :

Pengadilan Negeri sebagai pengadilan tingkat pertama yang berwenang mengadili semua perkara baik perdata maupun pidana.

Pengadilan Tinggi atau Pengadilan tingkat banding yang juga merupakan Pengadilan tingkat kedua. dinamakan Pengadilan tingkat kedua karena cara pemeriksaannya sama seperti pemeriksaan di Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Tinggi).

Mahkamah Agung yang merupakan Pengadilan tingkat akhir dan bukan Pengadilan tingkat ketiga. Mahkamah Agung memeriksa perkara-perkara yang dimintakan Kasasi, karena tidak puas dengan dengan putusan banding dari Pengadilan Tinggi. Pada tingkat kasasi yang diperiksa adalah penerapan hukumnya saja.

Page 26: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Lingkup Peradilan (sambungan)

Kewenangan Pengadilan Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi menjadi dua dalam Kekuasaan

Kehakiman, yaitu Kekuasaan Kehakiman atribusi (atributie van rechtsmacht) dan Kekuasaan Kehakiman distribusi (distributie van rechtsmacht), bahwa : Kekuasaan Kehakiman Atribusi disebut juga kewenangan mutlak atau kompetensi absolute.

Kewenangan Mutlak atau Kompetensi absolute adalah kewenangan badan pengadilan di dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain, misalnya Pengadilan Negeri pada umumnya berwenang memeriksa jenis perkara tertentu yang diajukan dan bukan Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Agama biasanya kompentensi absolute ini tergantung pada isi gugatan dan nilai daripada gugatan (lihat Pasal 6 UU No. 29 Tahun 1947).

Kekuasaan Kehakiman Distribusi disebut juga kewenangan nisbi atau kompetensi relative . Kewenangan nisbi atau Kompetensi relative adalah bahwa Pengadilan Negeri di tempat tinggal (domisili) yang berwenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak. jadi gugatan harus diajukan kepada Pengadilan Negeri tempat tergugat tinggal. apabila tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya atau tempat tinggalnya yang nyata tidak dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat sebenarnya.

Dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat sebenarnya ( Pasal 18 HIR, Pasal 141 Ayat 1 Rbg)

Page 27: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Lingkup Peradilan (sambungan)

Tempat Kedudukan PengadilanTempat kedudukan Pengadilan Negeri pada prinsipnya

berada di tiap Kabupaten, namun di luar Pulau Jawa masih terdapat banyak Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lebih dari satu Kabupaten.

Kedudukan Pengadilan Negeri ada sebuah Kejaksaan Negeri dan disamping tiap Pengadilan Tinggi ada Kejaksaan Tinggi. Khusus di Ibukota Jakarta ada 5 instansi Pengadilan Negeri yakni di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara demikan pula dengan Kejaksaannya Negerinya.

Page 28: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Lingkup Peradilan (sambungan)

Susunan Pejabat Pada Suatu Pengadilan Di tiap pengadilan terdapat beberapa hakim. diantaranya menjabat sebagai ketua pengadilan

dan wakil ketua. Para hakim bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara di persidangan. disamping itu ada panitera yang bertugas memimpin bagian administrasi atau tata usaha

dibantu oleh wakil panitera, beberapa panitera pengganti dan karyawan-karyawan lainnya. tugas dari pada panitera ialah menyelenggarakan administrasi perkara serta mengikuti semua

sidang serta musyawarah-musyawarah pengadilan dengan mencatat secara teliti semua hal yang dibicarakan (Pasal 58,59 UU no. 2 Tahun 1986, Pasal 63 RO). ia harus membuat Berita Acara (proses verbal) sidang pemeriksaan dan menandatanganinya bersama-sama dengan ketua sidang (Pasal 186 HIR, Pasal 197 Rbg). karena ia tidak mungkin mengikuti semua sidang-sidang pemeriksaan perkara, maka di dalam praktik, tugas tersebut dilakukan oleh panitera pengganti.

Di samping hakim dan panitera masih ada petugas yang dinamakan jurusita (deurwaarder) dan jurusita pengganti (Pasal 38 UU No.21 Tahun 1986). adapun tugas dari pada jurusita dalai melaksanakan perintah dari ketua sidang dan menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, pemberitahuan putusan pengadilan, panggilan-panggilan resmi para Tergugat dan Penggugat dalam perkara perdata dan para saksi, dan juga melakukan penyitaan-penyitaan atas perintah hakim.

Page 29: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Cara Mengajukan GugatanPengertian Permohonan dan Gugatan

Perbedaan Gugatan dengan Permohonan ada pada ada atau tidak adanya konflik.

Tuntutan dalam hal ini adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hukum yang diberikan lembaga peradilan untuk mencegah pemaksaan kehendak pihak lain atau main hakim sendiri (eigenrichting)

Dalam gugatan syarat utama adalah adanya orang/ sekelompok orang yang merasa haknya dilanggar, dan orang yang dirasa melanggar hak tersebut tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu yang diminta itu

Dalam Perkara permohonan tidak ada sengketa, permohonan yang umunya diajukan adalah pengangkatan anak, wali, pengampu

Page 30: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pengajuan Gugatan,Tempat Tinggal, dan domisili

Pengajuan gugatan diajukan di tempat tinggal tergugat (Pasal 118 Ayat 1 HIR)

Tempat tinggal adalah tempat dimana seorang menempatkan pusat kediamannya (Pasal 17 KUHPerd) atau dengan kata lain dimana seorang berdiam dan tercatat sebagai penduduk

Domisili/ kediaman adalah tempat seseorang berdiam

Page 31: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pihak-Pihak yang berperkara, perwakilan orang, badan hukum, dan negara

Setiap orang boleh berpekara di depan pengadilan, namun ada pengecualiannya yaitu orang sakit ingatan, belum dewasa.

Bila badan hukum, maka orang yang mewakili adalah wenang mewakili badan hukum, itu dapat dilihat di ADRT

Surat kuasa yang dipakai adalah surat kuasa khusus

Page 32: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JAWABAN TERGUGAT

Eksepsi, Bentuk jawaban dalam eksepsi ialah suatu tangkisan bahwa syarat-syarat prosessuil gugatan tidak benar atau eksepsi berdasarkan ketentuan materiil (eksepsi dilatoir dan eksepsi paremptoir), sehingga gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard). Dasar-dasar daripada eksepsi antara lain sebagai berikut : Gugatan diajukan kepada pengadilan yang tidak berwenang Gugatan salah alamat (tergugat tak ada hubungan hukum) Penggugat tak berkualitas (penggugat tidak mempunyai hubungan hukum) Tergugat tidak lengkap Penggugat telah memberi penundaan pembayaran (eksepsi)

Page 33: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JAWABAN TERGUGAT (sambungan)

Dalam Pokok Perkara Jawaban dalam pokok perkara ini merupakan bantahan terhadap dalil-dalil atau fundamentum petendi yang diajukan penggugat.

Misalnya : A (Penggugat) menuntut B (Tergugat) agar meninggalkan tanah yang dikerjakan B dengan dalih : Tanah tersebut adalah milik A sebagai ahli waris bapaknya C pemilik tanah asal yang

sudah meninggal dunia. Adanya petok D dan letter C yang masih atas nama C. A tidak pernah melihat atau mengetahui adanya transaksi antara B dan C atas tanah

tersebut. Dalam contoh tersebut, B dapat membantah dalih A dengan alasan :

A diragukan sebagai ahli waris karena tidak fatwa waris. Petok D dan letter C bukan bukti kepemilikan. B mempunyai akte jual beli.

Berdasarkan bantahan atau tangkisan tersebut B dapat meminta kepada hakim agar gugatan ditolak

Page 34: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JAWABAN TERGUGAT (sambungan)

Permohonan atau Petitum: Sifat permohonan sudah barang tentu harus menguntungkan

tergugat sendiri, misalnya : Primair :

Agar gugatan ditolak secara keseluruhan Agar hakim menerima sluruh jawaban tergugat

Subsidair : Apabila hakim berpendapat lain, maka tergugat mohon agar hakim memberikan

putusan seadil-adilnya Jawaban tergugat pada prinsipnya menolak gugatan penggugat

dengan jalan menangkis dan membantah apa yang didalihkan oleh penggugat. Untuk itu tergugat harus jeli, menguasai permasalahan serta hukum-hukum yang terkait. semua jawaban juga cukup beralasan artinya berdasarkan peristiwa yang didukung oleh hukum.

Page 35: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidangan

Wajibnya hakim untuk mengupayakan perdamaian dalam persidangan sesuai dengan Pasal 130 Ayat 1 HIR

Perdamaian dalam persidangan, memiliki kekuatan hukum yang pasti

Page 36: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Jawaban diajukan setelah upaya perdamaian, tidak berhasil.

Jawaban pada dasarnya dapat dilakukan secara lisan.

Jawaban tergugat akan ditanggapi oleh penggugat dalam replik

Tanggapan atas replik dijawab tergugat dalam duplikSetelah itu apabila dikehendaki, maka para pihak

dapat membuat kesimpulan sebelum memohon putusan dengan penawaran bukti

Page 37: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Jawab tergugat dapat dikategorikan 2 macam : Jawaban tidak langsung mengenai pokok perkara atau

disebut sebagi tangkisan/ eksepsi Jawaban mengenai pokok perkara

Eksepsi yang dikenal HIR adalah berkenaan dengan tidak berkuasanya hakim dalam mengadili apakah itu kekuasan absolut atau relatif

Eksepsi ini berkenaan dengan hukum acara/ prosesuil

Page 38: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Eksepsi berdasarkan hukum materil ada 2 macam: Eksepsi dilatoir, eksepsi yang menyatakan gugatan penggugat

belum dapat dikabulkan, misalnya karena penundaan pembayaran Eksepsi peremptoir, eksepsi yang menghalangi dikabulkannya

gugatan, misalnya gugatan yang diajukan daluarsaPengajuan eksepsi, umumnya dilakukan pada awal

persidangan, yaitu sebelum tergugat mengajukan jawabanTerlambat memberikan eksepsi, mengakibatkan sia-sia

Page 39: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Jawaban tergugat hendaknya singkat, padat, dan pada pokok persoalan dengan mengemukakan alasan-alasan yang berdasar

Gugat balik/ gugat dalam rekonpensi adalah hak dari tergugat

Gugat balasan diajukan bersama-sama dengan jawaban atas gugatan

Page 40: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Gugat balasan dapat diajukan dalam setiap perkara kecuali seperti yang diatur dalam pasal 132 a HIR, yaitu : Jika penggugat dalam gugat asal mengenai sifat, sedangkan gugat

balasan mengenai dirinya sendiri dan sebaliknya Jika PN kepada siapa gugat asal itu dimasukkan, tidak berhak, oleh

karenanya berhubung dengan pokok perselisihan, memeriksa gugat balasan

Dalam perkara perselisihan tentang menjalankan putusan Jika dalam pemeriksaan tingkat pertama tidak dimasukkan gugat

balasan, maka dalam tingkat banding tidak ole memajukan gugat balasan

Page 41: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Manfaat gugat balasan : Menghemat ongkos perkara Mempermudah pemeriksaan Mempercepat penyelesaian sengketa Menghindarkan putusan yang saling bertentangan

Diperkenankan untuk menambah atau mengurangi gugatan selama tidak merugikan

Perubahan tuntutan tidak bertentangan dengan azas-azas hukum perdata, selama tidak merubah/ menyimpang dari kejadian materil

Perubahan dan penambahan gugatan diperkenankan kepada pihak tergugat

Page 42: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Perubahan gugatan dilarang apabila berdasar atas keadaan hukum yang sama dimohon suatu pelaksanaan hak yang baru sehingga dengan demikian memohon putusan hakim tentang suatu hubungan hukum antara kedua-belah pihak yang lain dari yang semula, contoh : Mohon ganti rugi atas dasar ingkar janji, kemudian dirubah menjadi

tergugat harus memenuhi janji Semula dasar gugatan perceraian adalah perzinahan, kemudian

dirubah menjadi keretakan rumah tangga yang tidak dapat diperbaiki

Page 43: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

Penambahan gugatan diperboleh selama tidak merugikan pihak tergugat, seperti semula tidak semua ahli waris diikutsertakan, kemudian ditambah menjadi turut tergugat atau permohonan sita jaminan tetapi lupa memohon menyatakan sah dan berharganya sita jaminan tersebut.

Perubahan atau penambahan gugatan yang diajukan setelah jawaban, harus mendapat persetujuan dari pihak tergugat

Pengurangan gugatan selalu akan diterima dan senantiasa diperkenankan

Page 44: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pembuktian

Adalah tugas hakim untuk menyelidiki adanya suatu hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan, sehingga hubungan hukum itu harus dapat dibuktikan jika salah satu pihak (khususnya penggugat) menginginkan kemenangan.

Tidak semua dalil dapat dibuktikan atau perlu dibuktikan, misalnya hal-hal yang diakui / tidak disangkal oleh Tergugat, tidak perlu lagi dibuktikan, atau hal-hal yang sudah diketahui umum (facta notoir)

Hukum Pembuktian adalah suatu rangkaian peraturan tata tertib yang harus diindahkan dalam melangsungkan pencarian kebenaran dan keadilan di hadapan hakim.

Page 45: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pembuktian

Kebenaran atas suatu fakta adalah hal yang harus dibuktikan oleh hakim.

Kebenaran yang dicari adalah kebenaran formilMenurut ajaran individualiserings-theorie, bahwa

penggugat dapat diterima gugatannya bila ia mampu mendalilkan hal-hal yang pokok, dan pihak tergugat dapat mengerti apa yang dimaksudkan dalam tuntutan penggugat.

Sedangkan menurut ajaran subtansierings-theorie meminta penjelasan riwayat secara rinci tentang apa yang menjadi dasar gugatan dan apa yang dijadikan tuntutan berdasarkan fakta yang dikemukakan.

Page 46: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pembuktian

Para pihak yang berperkara diwajibkan untuk membuktikan tentang duduk perkara

Oleh karenanya mereka harus mengajukan alat-alat bukti dan sekaligus membuktikan kebenaran alat bukti yang kemudian oleh Hakim dicari kebenarannya dan dikonstantir peristiwa tersebut.

Upaya hakim untuk memeriksa kebenaran dari bukti-bukti tersebut, hakim berkonsultasi kepada ahli-ahli hukum tertentu untuk menambah wacana keilmuan dan pemahaman tentang hukum.

Page 47: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pembuktian

Hakim terikat oleh alat bukti dalam suatu proses pembuktian, namun demikian hakim juga diberi kebebasan untuk menilai alat bukti dan pembuktian tersebut (Pasal 172 HIR, 309 RBg, dan 1908 KUHPerd)

Hakim melakukan penilaian terhadap bukti, dan dapat dikatakan pembuktian merupakanpenilaian terhadap kenyataan yang ada (judex factie)

Suatu Bukti dikatakan sempurna jika bukti yang diajukan tersebut dinilai hakim telah memadai untuk memberikan kepastian tentang peristiwa yang disengketakan

Page 48: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Pembuktian

3 Teori yang lazim digunakan untuk menentukan keterikatan hakim dan para pihak, yaitu : Teori pembuktian bebas, yaitu memberikan kebebasan pada hakim,

tanpa ada ketentuan-ketentuan tertentu yang mengikat hakim, dan itu tergantung terhadap banyakanya alat bukti yang diserahkan oleh hakim dalam persidangan

Teori Pembuktian Negatif, ini memberikan pembatasan pada larangan hakim untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pembuktian

Teori Pembuktian Positif, disini ditekankan perlunya perintah terhadap hakim disamping ada larangan

Namun dalam Praktek teori pembuktian yang dipakai adalah Teori Pembuktian bebas

Page 49: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Beban Pembuktian

Pasal 553 BW :orang yang menguasai barang tidak perlu membuktikan itikad baiknya. Siapa yang mengemukakan itikad buruk harus membuktikannya

Pasal 535 BW : bila seseorang telah mulai menguasai sesuatu untuk orang lain, maka selalu dianggap meneruskan penguasaan tersebut, kecuali apabila terbukti sebaliknya

Pasal 1244 BW : Kreditur dibebaskan dari pembuktian kesalahan debitur dalam hal adanya wanprestasi

Page 50: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Beban Pembuktian

Ada 5 teori pembebanan pembuktian yang dapat dijadikan pedoman bagi hakim (Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo): Teori Pembuktian yang hanya bersifat menguatkan, siapa yang

mengemukakan harus membuktikan Teori Hukum subyektif, barang siapa yang mengaku atau mengemukakan

suatu hak, maka ia harus membuktikan Teori hukum obyektif, penggugat yang mengajukan sutau gugatan berarti ia

telah meminta hakim untuk menerapkan ketentuan hukum obyektif terhadap suatu peristiwa yang diajukan tersebut.

Teori Hukum Publik, upaya mencari keadilan dan kebenaran suautu peristiwa di pengadilan merupakan kepentingan publik.

Teori hukum acara, hakim harus membagikan beban pembuktian berdasakan kesamaan kedudukan para pihak (asas audi et alteram partem)

Page 51: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Alat Bukti

Ada lima alat bukti yang dapat diajukan dalam sidang perdata (Pasal 164 HIR, 284 RBg, dan 1866 BW) : Bukti Surat Bukti Saksi Persangkaan Pengakuan, dan Sumpah

Page 52: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Sita (Beslag)

Pada hakikat tujuan seseorang beracara perdata di pengadilan adalah untuk mendapatkan penjaminan hak atau adanya jaminan bahwa putusan dapat dilaksanakan.

Agar terjamin hak penggugat, sekiranya dikabulkan hakim, undang-undang menyediakan upaya penjaminan hak tersebut yaitu melalui penyitaan (beslag)

Penyitaan diartikan sebagai tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan hakim dalam perkara perdata

Barang-barang yang disita untuk kepentingan penggugat itu disimpan dan dibekukan untuk jaminan agar barang tersebut tidak dapat dialihkan atau dijual oleh pihak tergugat (Pasal 197 Ayat 9, Pasal 199 HIR, Pasal 212, 214 RBg)

Penyitaan demikian selanjutnya disebut sebagai sita jaminan atau conservatoir beslag

Page 53: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Sita (Beslag)

Akibat adanya sita jaminan ini, tergugat kehilangan hak dan wewenangnya untuk menguasai benda.

Bila tergugat secara sadar melakukan tindakan pengalihan atas benda yang telah disita, maka tindakan tersebut adalah tindakan tidak sah, dan melawan hukum dan dapat dipidana (Pasal 231, 232 KUHP)

Yang berwenang untuk melaksanakan penyitaan adalah panitera pengadilan.

Dalam praktek permohonan ini diajukan kepada Ketua PN, dan umumnya diajukan dalam petitum, meskipun dapat diakukan kemudian

Bila permohonan diterima dan dikabulkan, maka hakim menyatakan sah sah dan berharga (van waarde verklard)

Page 54: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JALANNYA PERSIDANGAN

Susunan Persidangan, Hakim tunggal atau Hakim Majelis terdiri dari satu ketua dan dua hakim anggota, yang dilengkapi oleh Panitera sebagai pencatat jalannya persidangan.Pihak Penggugat dan Tergugat duduk berhadapan dengan hakim dan posisi Tergugat disebelah kanan dan Penggugat disebelah kiri Hakim. Apabila persidangan berjalan lancar maka jumlah persidangan lebih kurang 8 kali yang terdiri dari sidang pertama sampai dengan putusan hakim

Sidang Pertama, Setelah hakim ketua membuka sidang dengan menyatakan “sidang dibuka untuk umum” dengan mengetuk palu. hakim memulai dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada Penggugat dan Tergugat : Identitas Penggugat Identitas Tergugat Apa sudah mengerti maksud didatangkannya para pihak, di muka sidang pengadilan. Hakim menghimbau agar dilakukan perdamaian. dalam hal ini meskipun para pihak menjawab

bahwa tidak mungkin damai Karen usaha penyelesaian perdamaian sudah dilakukan berkali – kali, hakim meminta agar dicoba lagi. Jadi pada sidang pertama ini sifatnya merupakan checking identitas para pihak dan apakah para pihak sudah mengerti mengapa mereka dipanggil untuk menghadiri

sidang. sebagai bukti identitasnya, para pihak menunjukkan KTP masing – masing. apabila tidak ditemukan kekurangan atau cacat maka sidang dilanjutkan. setelah para pihak dianggap sudah mengerti maka hakim menghimbau agar kedua belah pihak mengadakan perdamaian, kemudian sidang ditangguhkan

Page 55: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

Sidang Kedua (Jawaban Tergugat), Apabila para pihak dapat berdamai maka ada dua kemungkinan: Gugatan dicabut Mereka mengadakan perdamaian di luar atau di muka sidang Apabila perdamaian dilakukan di luar sidang, maka hakim tidak ikut campur. belah

pihak berdamai sendiri. ciri daripada perdamaian diluar pengadilan ialah: Dilakukan para pihaknya sendiri tanpa ikut campurnya hakim. Apabila salah satu pihak ingkar janji permasalahannya dapat diajukan lagi kepada Pengadilan

Negeri Apabila perdamaian dilakukan di muka hakim, maka ciri-cirinya adalah :

Kekuatan perdamaian sama dengan putusan pengadilan. Apabila salah satu pihak melakukan ingkar janji, perkara tak dapat diajukan kembali. (bentuk

perdamaian dimuka pengadilan dapat dilihat dalam lampiran) Apabila tidak tercapai suatu perdamaian, maka sidang dilanjutkan dengan

penyerahan jawaban dari pihak tergugat. jawaban ini dibuat rangkap tiga, lembar pertama untuk penggugat , lembar kedua untuk hakim dan lembar ketiga untuk arsip tergugat sendiri

Page 56: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

Sidang Ketiga (Replik), Pada sidang ini penggugat atau kuasa hukumnya menyerahkan replik, satu untuk hakim, satu untuk tergugat dan satunya untuk penggugat sendiri. replik sendiri merupakan tanggapan penggugat terhadap jawaban tergugat

Sidang Keempat (Duplik), Dalam sidang,tergugat menyerahkan duplik yaitu tanggapan tergugat terhadap replik penggugat

Page 57: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

Sidang Kelima (Pembuktian dari Penggugat) : Sidang kelima dapat disebut sidang pembuktian oleh penggugat. di sini penggugat

mengajukan bukti-bukti yang memperkuat dalil-dalil penggugat sendiri dan yang melemahkan dalil-dalil tergugat. Alat pembuktian melalui surat (fotocopy)harus di nazagelen terlebih dahulu dan pada waktu sidang dicocokkan dengan aslinya oleh hakim maupun pihak tergugat. hakim mempuyai kewenagan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan oleh tergugat sedangkan pihak penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. teradap saksi-saksi hakim mempersilahkan penggugat mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, kemudian hakim sendiri juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka memperoleh keyakinan. perdebatan-perdebatan di bawah pimpinan hakim.

Apabila pembuktian ini belum selesai maka akan dilanjutkan pada sidang berikutnya. sidang pembuktian ini dapat dapat cukup sehari, tetapi biasanya bisa dua tiga kali atau lebih tergantung kepada kelancaran pembuktian. perlu dicatat disini ba sebelum ditanyakan serta memberikan keterangan saksi harus disumpah lebih dahulu dan tidak boleh masuk dalam ruang sidang belum dipanggil

Page 58: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

Sidang Keenam (Pembuktian dari Tergugat) : Kalau sidang kelima merupakan sidang pembuktian penggugat,

maka sidang keenam ini adalah sidang pembuktian dari pihak tergugat. Adapun jalannya sidang sama dengan sidang kelima dengan catatan bahwa yang mengajukan bukti-bukti dan saksi-saksi adalah tergugat, sedang Tanya jawabnya kebalikan daripada sidang kelima

Sidang Ketujuh, adalah sidang penyerahan kesimpulan. disini kedua belah pihak membuat kesimpulan dari hasil-hasil sidang tersebut. isi pokok kesimpulan sudah barang tentu yang menguntungkan para pihak sendiri

Page 59: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

Sidang Kedelapan : Sidang ini dinamakan sidang putusan hakim. dalam

sidang kedelapan ini hakim membaca putusan yang seharusnya dihadiri olehpara pihak. setelah selesai membaca putusan maka hakim menetukkan hakim palu tiga kali dan para pihak diberi kesempatan untuk mengajukan banding apabila tidak puas dengan putusan hakim. pertanyaan banding ini harus dilakukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung ketika putusan dijatuhkan

Page 60: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

PUTUSAN HAKIM

Setelah melakukan segala pemeriksaan terhadap berkas-berkas dari penggugat dan tergugat serta alat pembuktian yang dihadirkan dalam persidangan acara perdata, maka hakim akan mengambil suatu putusan terhadap perkara yang ia periksa. putusan itu di harapkan menghasilkan suatu keadilan bagi para pihak atas kepentingannya yang diminta untuk diperiksa dan diputus oleh hakim tersebut. Jadi bagi hakim dalam mengadili suatu perkara yang dipentingkan adalah fakta atau peristiwanya dan bukan hukumnya. peraturan hukumnya dalai suatu alat sedangkan yang bersifat menentukan adalah peristiwanya

Dalam putusan hakim yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan hukumnya, sehingga siapapun dapat menilai apakah putusan yang dijatuhkan cukup mempunyai alasan yang obyektif atau tidak. Disamping itu pertimbangan hakim adalah penting dalam pembuatan memori banding dan memori kasasi

Page 61: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

PUTUSAN HAKIM (sambungan)

Susunan dan isi putusan hakim adalah berdasarkan Pasal 183,184,187 HIR, Pasal 194,195,198 Rbg, Pasal 4 Ayat 1, 23 UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 27 R.O dan 61 Rv, yang terdiri dari :

Page 62: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

ISI PUTUSAN HAKIM (sambungan)

Kepala Putusan, Nomor register perkara, nama pengadilan yang memutus perkara

Identitas Para PihakTentang duduk perkaraPertimbangan hukum atau ConsideransAmar atau DictumPenandatanganan

Page 63: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal acara IstimewaPengertian gugur dan Perstek

Gugur terjadi apabila semua penggugat, meskipun sudah dipanggil secara patut, tidak hadir ke pengadilan negeri pada hari yang ditentukan, namun demikian si penggugat dapat mengajukan gugat

Perstek adalah kebalikannya, yaitu bila semua tergugat meskipun sudah dipanggil secara patut tidak hadir, dengan demikian gugat diputus secara perstek, yaitu tanpa hadirnya tergugat

Page 64: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal acara IstimewaPenggugat Tidak hadir

Bila penggugat sebelum dipanggil telah wafat, maka terserah ahli waris untuk meneruskan gugatan atau tidak

Bila penggugat sudah dipanggil secara patut, tetapi tidak datang dalam persidangan, maka gugatannya digugurkan, dan dihukum untuk membayar biaya perkara, namun demikian ybs dapat mengajukan gugatan sekali lagi, dengan membayar persekot

Apabila perkara yang digugurkan pokok persoalannya sama sekali belum diperiksa, karena tidak diperkenankan atau salah, maka perkara tersebut tidak hanya digugurkan tetapi juga ditolak

Page 65: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal acara IstimewaTergugat Tidak hadir

Pengaturan tentang Perstek diatur dalam pasal 125 HIR Bila tergugat tidak hadir meski telah dipanggil secara patut, dan tidak

mengirimkan wakilnya/ kuasanya. Hakim akan memutus perkara secara perstek, artinya tanpa hadirnya

tergugat. Upaya hukum yang dapat dilakukan adalah Verzet Lain halnya jika tergugat/ para tergugat hadir pada sidang pertama,

namun pada sidang-sidang berikutnya tidak hadir, maka perkara diproses dengan acara biasa namun diputus dengan secara contradictoir

Page 66: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal acara IstimewaTergugat Tidak hadir

Syarat putusan diputus secara perstek : Tergugat/ para tergugat pada hari pertama sidang semuanya

tidak hadir, dan juga tidak mengirimkanwakilnya Mereka kesemuanya itu telah dipanggil secara patut Petitum beralasan dan tidak melawan hak

Jika syarat 1 dan 2 dipenuhi tetapi syarat 3 tidak terpenuhi, maka perkara diputus perstek, gugatan ditolak

Jika syarat 1 dan 2 dipenuhi tetapi ada kesalahan formal, yaitu surat kuasa penggugat tidak ditandatangani, atau bukan surat kuasa khusus, maka, gugatan tidak dapat diterima

Page 67: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal acara IstimewaTergugat Tidak hadir

Namun jika tergugat tidak hadir namun memberika eksepsi (tangkisan) berkenaan tentang kekuasaan absolut/ realtif, maka hakim tidak boleh memutus perkara secara perstek, melainkan harus memberikan putusan terlebih dahulu tentang eksepsi tersebut.

Apabila eksepsi diterima, tidak perduli apakah tergugat tidak hadir, maka persidangan diputus bahwa pengadilan tidak berhak

Apabila eksepsi ditolak, hakim akan memeriksa pokok perkara dan jika gugatan beralasan, maka gugatan akan dikabulkan dan perkara diputus secara perstek

Namun demikian bukan berarti putusan perstek menguntungkan penggugat

Page 68: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Perihal acara IstimewaCara pemberitahuan perstek

Putusan perstek harus diberitahukan kepada tergugat (apabila dikalahkan), serta diterangkan kepadanya bahwa ia berhak mengajukan perlawanan (verzet) terhadap putusan perstek tersebut di pengadilan negeri yang sama dalam jangka waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam pasal 129 HIR

Page 69: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Mengenai Hukum Acara Perdata dalam praktek di pengadilan pada saat para pihak penggugat dan tergugat menerima putusan. pastinya salah satu pihak maupun pihak lainnya akan merasa tidak puas atas putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut. Untuk itu bagi para pihak yang tidak puas akan putusan yang dijatuhkan, dalam hukum acara perdata telah diberikan suatu hak untuk mengajukan upaya hukum atas ketidakpuasan putusan tersebut. Upaya hukum dalam hukum acara perdata terdiri dari : Banding Kasasi Peninjauan Kembali Perlawanan Pihak Ketiga (Derdenverzet)

Page 70: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Banding Upaya Banding merupakan suatu Upaya Hukum yang diajukan oleh para pihak yang tidak puas atas

putusan yang dijatuhkan oleh hakim atas perkara yang diperiksa. Lazimnya yang mengajukan banding adalah pihak yang kalah. Dalam perkara banding ini ditimbul istilah pembanding bagi yang mengajukan banding sedang lawannya dinamakan terbanding. pernyataan banding ini harus dilakukan dalam waktu 14 hari terhitung mulai sehari sesudah tanggal putusan hakim. (Pasal 7 UU No. 20/1947, 199 Rbg) atau diberitahukan putusan kepada pihak yang bersangkutan. Pihak yang mengajukan banding (pembanding) harus mengajukan memori banding yang kemudian ditanggapi oleh pihak lawan (terbanding) dengan mengirimkan kontra memori banding. pengiriman memori banding dan kontra memori banding yang ditunjukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dikirimkan lewat Pengadilan Negeri yang dulu memutuskan perkara yang bersangkutan. Perlu diketahui pula, bahwa dalm memori dan kontra memori banding misalnya pihak penggugat yang mengajukan banding, maka ia menyebut dirinya sebagai “pembanding semula tergugat” dan lawannya disebut “terbanding semula tergugat”, bila yang mengajukan banding pihak tergugat, maka ia menyebut dirinya sebagai pembanding semula tergugat” dan lawannya disebut “terbanding semula penggugat”.

Dengan adanya banding tersebut, Pengadilan Tinggi mengadakan sidang yang dilakukan oleh majelis hakim. Sidang tingkat bandingjuga disebut sidang tingkat kedua, karena cara pemeriksaannya sama dengan pada sidang pemeriksaan tingkat pertama di Pengadilan Negeri. Di sini yang diperiksa adalah pokok perkaranya. Hasil sidang banding tersebut merupakan putusan Pengadilan Tinggi. Putusan Pengadilan Tinggi dapat berupa memperkuat Putusan Pengadilan Negeri, membatalkan, menjatuhkan putusannya sendiri

Page 71: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Kasasi Kasasi adalah pembatalan oleh Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan Negeri dan Putusan

Pengadilan Tinggi (Judex Factie) yang dianggap bertentangan dengan hukum yang berlaku atau salah menerapkan hukum. pemeriksaan kasasi meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai hukum, baik yang meliputi bagian daripada putusan yang merugikan maupun yang menguntungkan pemohon kasasi. jadi pada tingkat kasasi tidak dilakukan pemeriksaan ulang mengenai duduk perkara atau penskorannya dan oleh karenanya pemeriksaan tingkat kasasi tidak dianggap sebagai pemeriksaan tingkat ke 3.

Dari hal-hal tersebut, jelaslah seperti apa yang dikatakan oleh Prof. Subekti dalam Buku Hukum Acara Perdata, BPHN 1977, bahwa tugas Pengadilan Kasasi dalai menguji atau meneliti Putusan Pengadilan di bawahnya (Judex Factie). Dasar daripada pembatalan suatu putusan adalah “kesalahan penerapan hukum” yang dilakukan oleh Pengadilan di bawahnya (judex Factie). Putusan dan Penetapan Pengadilan yang lebih rendah dapat dibatalkan oleh Putusan Kasasi Mahkamah Agung, dikarenakan : Karena lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang mengancam

kelalaian itu dengan batalnya putusan tersebut, misalnya apabila dalam putusan tidak memuat kalimat kepala putusan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Melampaui batas wewenangnya apabila yang dilanggar wewenang pengadilan secara absolute. Salah menerapkan atau melanggar peraturan-peraturan hukum yang berlaku. hal ini yang sering terjadi dalam praktek. Pengertian salah menerapkan hukum banyak terjadi karena perkembangan hukum meningkat sedangkan buku-buku terutama buku yurisprudensi masih jarang diterbitkan

Page 72: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Kasasi Sebagai gambaran yang jelas mengenai putusan yang bertentangan dengan hukum apabila

peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada pelaksanaannya dan pemeriksaan pekara tidak dilaksanakan menurut hukum acara yang berlaku

Selanjutnya menurut UU No. 13 Tahun 1965 menyebutkan bahwa permohonan kasasi oleh pihak yang bersangkutan atau oleh pihak ketiga yang dirugikan hanya dapat diterima apabila upaya-upaya hukum biasa telah dipergunakan sebagaimana mestinya. Tenggang waktu pengajuan permohonan kasasi adalah 3 minggu bagi daerah Jawa dan Madura dan 6 minggu bagi daerah luar Jawa dan Madura. Mengenai permohonan pencabutan kembali kasasi dalai beda dengan tata cara pencabutan dalam tingkat banding. Dalam pemeriksaan banding dapat sewaktu-waktu dicabut kembali selama perkara belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, sedangkan pencabutan dalam kasasi hanya diperkenankan untuk dicabut apabila berkas tersebut masih ada pada Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Berbeda dengan alasan dalam tingkat pemeriksaan banding, maka permohonan kasasi mutlak disertai memori kasasi ini merupakan syarat formal sedangkan pihak lawan dapat mengajukan kontra memori kasasi. Tenggang waktu diajukan memori kasasi adalah 14 hari terhitung mulai hari diterimanya permohonan kasasi

Page 73: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Peninjauan Kembali Peninjauan Kembali menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, merupakan

upaya hukum terhadap putusan tingkat terakhir dan putusan yang dijatuhkan diluar hadir tergugat (verstek) dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk mengajukan perlawanan. Istilah peninjuan kembali ini dapat dijumpai dalam UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan dalam Rv yang disebut Request Civil (Pasal 385-401). Dalam UU Mahkamah Agung sendiri mengatur tentang peninjauan kembali diatur dalam Pasal 66 s/d 77

Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan secara lisan maupun tertulis (Pasal 71) oleh para pihak sendiri (Pasal 68 Ayat 1) kepada Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama. yang berhak mengajukan peninjauan kembali adalah pihak yang berperkara, pihak yang berkepentingan misalnya pihak yang kalah perkaranya atau ahli warisnya atau seseorang wakilnya yang dikuasakan secara khusus. (PERMA No. 1 Tahun 1980) yang disempurnakan

Page 74: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Berdasarkan Pasal 67 alasan-alasan peninjuan kembali adalah : Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang

diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dianggap palsu;

Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;

Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut; Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab–

sebabnya; Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama

oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lainnya;

Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata Ternyata bahwa alasan-alasan tersebut diatas sama dengan yang tersebut dalam

PERMA I Tahun 1982. Mahkamah Agung dengan putusannya tanggal 2 Oktober 1984 telah mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali berdasarkan adanya novum (surat bukti baru) dan membatalkan putusan MA yang dimohonkan Peninjauan Kembali

Page 75: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Upaya Hukum

Perlawanan Pihak Ketiga (Derdenverzet)Derdenverzet atau perlawanan pihak ketiga dapat

diajukan apabila putusan merugikan pihak ketiga tersebut (Pasal 378 Rv). Perlawanan ini diajukan kepada hakim yang memutuskan perkara dengan menggugat para pihak yang bersangkutan (Pasal 379 Rv). Apabila perlawanan dikabulkan maka putusan yang dilawan diperbaiki sepanjang merugikan pihak ke tiga (Pasal 382 Rv).

Page 76: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Eksekusi Atas Putusan

Pelaksanaan putusan hakim dalam sengketa perdata disebut eksekusi yang pada hakikatnya merupakan penyelesaian perkara bagi para pihak yang bersengketa. putusan hakim tanpa perintah eksekusi sangat tidak berarti bagi keadilan pihak yang dimenangkan dalam perkara tersebut. Eksekusi itu dapat dilaksanakan setelah putusan hakim mempunyai kekuataan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Pelaksanaannya dapat dilakukan secara sukarela namun seringkali pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakannya, sehingga diperlukan bantuan dari pengadilan untuk melaksanakan secara paksa. Dalam hal ini pihak yang dimenangkanlah yang mengajukan permohonan tersebut.

Berdasarkan permohonan tersebut, Ketua Pengadilan Negeri memanggil pihak yang dikalahkan untuk ditegur agar memenuhi keputusan dalam jangka waktu 8 hari setelah teguran tersebut diberitahukan oleh Juru Sita Pengadilan Negeri (Pasal 196 HIR, 207 Rbg). Jika dalam jangka waktu tersebut sudah lewat putusan pengadilan tetap belum dilaksanakan maka Ketua Pengadilan Negeri karena jabatannya memberi perintah agar putusan hakim dilaksanakan dengan paksa dan bila perlu dengan bantuan alat Negara.

Page 77: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

1. HIR – Jawa Madura2. RBG – Indonesia Lainnya 3. 14/1970 Jo 35/1999 Jo 4/2004– UU Kekuasaan Kehakiman4. 14/1985 Jo 5/2004 – Mahkamah Agung5. 2/1986 – Peradilan Umum 6. 7/1989 Peradilan Agama7. 1/1974 – Perkawinan8. PP. 9/19975 – Perkawinan9. 20/1947 – Pengadilan Peradilan Umum (Jawa Madura)10. Jurisprudensi – 20/1945 berlaku L.J.M11. R.V – Penggabungan – (Vaoeging)

Penjaminan – (Vrijwaring) Intervensi – (Interventie)

Rekes Sipil (Request Civiel)12. Surat Edaran MA yang ditunjukan Pengadilan

bawahannya → petunjuk bagi hakim dalam menghadapi perkara perdata → sema 02/1964.

13. Pengahapusan Sandera (Gijzeling) → sema 02/2000 penghidupan

HUKUM ACARA PERDATA POSITIFKaedah-kaedah Hukum Acara

Perdata HIR/RBG

NB. IR = Inlands Reglement

HIR = Het Heir Ziene Indrusisch Reglement

RIB = Reglement Indonesia Diperbaharui

Belum disyahkan BP.LPHN,Ke 13 tanggal 12 Juni 1967______________________

Konsep RUU Hukum Acara Perdata dalam LingkunganPeradilan Umum

Page 78: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

TEORI : HUKUM ACARA PERDATAGUGATAN HUKUM

Permohonan Hak

GugatanPermohonanPenetapan

Satu Pihak danTanpa Sengketa

Gugat PLN = Bergerlijk VORTertulis dering, Civil Suit

Orangnya = Eischer, Plaintif

Yang digugat = Gedangde Dependant

Gugat Tak Tertulis = Schriftelijk Vondering Written Suit

=Yang penting = . 1. Identitas 2. A. Dasar Gugatan

(fundamental patendi) B. Uraian Kejadian

(Faitelijkegranden Factual grounds)C. Isi Tuntutan (Petitum Petition)

______________________- Tuntutan Primer- Tuntutan Subsidair

_________________TEORI PenyusunanGugatan1. Substantierings thecrie Mis : p, pemilik barang p, pemilik barang Karena telah membeli (Bid – Ru) tertulis2. Individualiserings theorieCukup disebutkan mempunyai hubungan Hukum dengan barang(Indonesia) - lisan

Pasal : 199HIR/143 RBGHakim dapat memberi Petunjuk untukMemperbaikiGugatan

Pasal 120 HIR/144 RBGGugatan Lisan, dapat- Dibantu hakim- memenuhi bea materai

I

II

III

IV

Page 79: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

KepentinganSubyek Hukum

Pengadilan

Hukum Acara Positive

Gugatan

Psl : 118 HIR/124 RBG1. Dengan surat permohonan ditandatangani oelh: penggugat/kuasanya.2. Psl 1233. Psl. 6 (2) RO.4. Tempat tinggal tidak dikenal →dimana benda.5. Dengan akte tidak dipilih tempat tinggal pilihan

Identitas

a. Penggugat, tempat kedudukannya dan alamat yang selanjutnya Menyebut dirinyab. Tergugat, satu dua dst, tempat Kedudukannya, dan alamat yang selanjutnya sebagai tergugat

Page 80: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

TEORI MENYUSUN GUGATAN

K HU UA KS UA M

Setiap orang yang Merasa dirugikan.

Pengadilan

Permohonan hak-Penetapan-Gugatan

Lisan Psl 14 (1) RbgPsl 118 (1) HIR

Tertulis Psl 120 HIRPsl 114 (1) RBG

1. Punya landasan Hukum (kode etik) advokat

2. Dimungkinkan dapat dikabulkan (proses acara)

Persyaratan gugatan Tdk Ketentuan : RUPS 8 no 3Ada keharusan :1. Identitas para pihak.2. Dalil kongret tentang

adanya hubungan hukum yangMerupakan dasarserta alasan-alasandari pada tuntutan,dalil-dalil fundamentum Petendi.

3. Tuntutan harus jelas/tegas HIR/RBG,hanya mengatur cara mengajukan gugatan

A.

Page 81: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

B. Identitas Para Pihak

PENGGUGAT

TERGUGAT

Nama

Pekerjaan

Tempat Tinggal

- KTP- SIM- Identitas lain

Page 82: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

THEORY PENYUSUNAN GUGATAN

Fundamental Petendi

A. Menguraikan ttg Kejadian atauperistiwa

Penjelasan dudukPerkara ttg adanya Hak & peristiwa

Contoh kasus

B. Menguraikan ttg dasar hukumnya

Dasar hukum untukTuntutan material

Contoh kasus

adalah dalil-dalil posita kongkrit tentang adanya hubungan yang merupakan dasar sertaulasan daripada tuntutan

Page 83: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

=TUNTUTAN PROVISIONAL=

Tuntutan yang diajukan oleh penggugat untuk mengatur sesuatu yang mendesak dan perlu seketika diatasi karena sifatnya tidak dapat menunggu sampai pada putusan akhir Contoh : menghentikan produksi

=PERUBAHAN GUGATAN=

Pasal 127 BRVPenggugat boleh mengubah atau mengurangi tuntutan sepanjang pemeriksaan Perkara, asal saja tidak merubah atau menambah het onder werp van den eischItu, juga dasar tuntutan (soepomo)

Page 84: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

Isi Gugatan

Alasan Gugatan ( Posita )- Didasarkan pada alasan hukum

seperti piramida terbalik- Rentetan peristiwa hukum yang

terjadi dan atau dialami sampai terjadinya suatu fakta hukum.

a. Fakta hukum yang terjadi dan dialami P.b. Fakta hukum terjadinya benturan

kepentingan.

Permintaan dalam Gugatan (Petitum)A. - Mengabulkan seluruh isi gugatan

dan lain sebagainya. - Didasarkan pada Posita.B. Aequa et Bono

Penutup Jakarta, 26 April 2000

Bea Materai - UU No: 13/1985 (psl.2).- PP No: 7/1995- PP No: 24/2000

Lampiran-lampiran Gugatan

Page 85: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

PermohonanHak di PN

Gugatan Penggugat (Eiser/Planatif)Tuntutan, dakwaan atau eis__________________1. Sifat Condemnatoir2. Eksekusi

PermohonanPemohon sifatnyaDeklatoir_________________Seseorang atau lebih

Tertulis

DibuatkanKetua PN(388 HIR)(321 RBG)

Syarat Mengajukan Gugatan secara teori 1. Adanya kepentingan langsung yang cukup layak mempunyai dasarhukum.A. Yurisprudensi MARI No :294K/SIP/1971 tgl 7 Juli 1971.Mensyaratkan : Gugatan harus mempunyaiHubungan hukum.B. UU 4/1982, tentang lingkungan hidup LSM →Kerusakan lingkungan. Gugatan Wahli lawan PT.IIU No.820/PDT/1988/PN.JKTPUS tgl 30 Des 1988.

Isi Gugatan1. Tanggal Suratan Gugatan2. Nama dan alamat Penggugat (kuasa). Tergugat (kuasa) → Identitas3. Posita Gugatan4. Petitum Gugatan yang diminta Untuk dikabulkan oleh PN.5. Bermaterai cukup6. Ditandatangani

Bagi Orang Buta Huruf dibuatAtau dimintakan oleh ketua Pengadilan Negri(Psl : 388 HIR/Psl : 321 RBG)

Page 86: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

B. Tergugat

TERGUGAT(GEDAGDE/DEPENDENT)

-Apabila Tergugat Meninggal dunia-Melalui Penggugat kedudukannya digantikan oleh para ahli warisnya.-Penggugat → Mengajukan Permohonan ke Pengadilan (majelis yang memeriksa perkara) -Tentang penggantian kedudukan___________________________Tergugat tersebut oleh ahli warisnyaAlasan : (nama, umur, pekerjaan, Alamat) masing-masing ahli waris.

No

TERGUGAT GUGATAN DITUJUKAN KEPADA

DASAR HUKUM

1 Orang Perorangan Orang Perorangan itu

2 Badan Hukum Publik

Badan Hukum Publik itu diwakili pemimpinnya

Pasal 6 No.3 RV

3 Badan Hukum Keperdataan

Badan hukum itu diwakili pengurusnya, bila telah dibubarkan kepada salah satu seorang pemberesnya.

4 Firma Seluruh Persero/ Salah seorang Persero

Pasal 6 No.5 RV

5 CV CV itu, Diwakili Persero pengurus

Pasal 6 No.5 RV

6 BUMNA. PerseroB. PerumC. Perjan

Pemerintah RI, cq. Departemen yang membawahi BUMN cq. BUMN itu, diwakili pimpinannya

7 BUMD Pemerintah RI cq. Departemen yang membawahinya, cq. Pemda yang membawahinya, cq. BUMD itusendiri diwakili oleh pimpinannya

Page 87: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

C . K U A S A ( L A S T H E B B E R )

Kuasa Umum perbuatanPsl : 1796.BW

Kuasa / wewenang untuk mewakili kepentingannyaPasal : 1792. BW

- Kewajiban Sikuasa- Kewajiban pemberi Kuasa- Isi Surat Kuasa- Berakhirnya Surat Kuasa- Yang Berhak menerima Kuasa- Memperbaiki Surat Kuasa- ACTION ENDESELVEU

Secara khusus / umum Psl : 1792.BW

Kompetensi Absolut

D. Kompetensi Pengadilan

1. Peradilan Umum2. Peradilan Agama3. Peradilan Militer4. Peradilan TUN

Diperiksa oleh Majelis Hakim diminta oleh pihak atau tidak ;Diputus sebelum pemeriksaanPokok perkara.

1.

2. Kompetensi Relatif

1. Actor Sequitur Forum rei (domisili)2. Tempat tinggal salah seorang dari tergugat3. Tempat tinggal siberhutang utama4. Tempat tinggal penggugat / salah seorang

dari penggugat5. Daerah hukum yang terletak6. Pilihan Hukum7. Pembatalan Perkawinan8. Tergugat tidak cakap hukum9. Penggabungan perkara gugatan10. Tergugat berada diluar negeri11. Tergugat Pegawai Negeri

12. Gugatan terhadap buruh13. Dalam hal failit14. Gugat Cerai

Page 88: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

E. Class Action

- Gugatan perwakilan dengan cara Class Representatif (mengajukan) Class Members (orang yang diwakili).

- Dasar, Psl 37 UU25 / 1997 UULH Psl 71 ayat (1) b. UU 41 / 1999 Kehutanan Psl 46 UU No. 8 / 1999 Konsumen.

- Tanpa Surat Kuasa, atas kepentingan yang sama (dari orang yang diwakili). - Gugatan secara Perdata

Class Action di Amerika - US Federal Rule of Civil Prosedure ( 1983 ), kemudian - Pasal 23 Federal Rule ( 1966 ) - Class Action berupa Gugatan Perdata diajukan sejumlah orang (C.R) – mewakili kepentingan mereka dan orang lain sebagai korban (CM) - Dengan Syarat-syarat 1. Numerosity ( jml penggugat banyak) 2. Commonality (kesamaan hukum) 3. Typicacity (Tuntutan) 4. Adequacy of Representation (kelayakan perwakilan) - Gugatan Reg. No : 445/pdt.G/Pn Tgl 14 Oktober 2000 = Gugat class action GUG/DPRD-SV

Page 89: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

F. Legal Standing

1. Hak Gugat LSM \(Bidang lingkungan hidup – kehutanan konsumen)

Penguasa Sumber Daya Alamsekitar yang berdimensi PublicAgar terjaga, APBN, APBB,Keamanan.

Macam ada 3 ( Tiga )1. Hak gugat pribadi

(Private Procecution)2. Hak gugat warga Negara

(Citizen standing)3. Gugatan perwakilan

(Representative Standing)

2. Hak gugat Pemerintah Dasar Psl 46 ayat (2), UU 8 / 1999 tenteng konsumen

Pemerintah dan / atau instansi terkait apabila barang dana atau jasa yang dikonsumsi atau dimasyarakatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan / atau korban yang tidak sedikit dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan.

Page 90: hukum-acara-perdata-okt-2011-rev1

UPAYA PELUNASAN HUTANGGEJZELING (Paksa Badan)

209-224 HIR242-258 RBG

Gajeling

Pembekuan1. Sema 2/19642. Sema 4/1975

Prosedur .Putusan yang Mempunyai Kekuatan

Hukum pasti

Debitur tidak MampuDebitur tidak Beritikad baik

Ahli WarisPsl 1083-1084KUH Perdata

Kewajiban sesuaiDengan porsi

1. UU Kepailitan2. UU 19/97

Penagihan Pajak3. KUHP Psl 161Menyandra Saksi/Saksi ahli bersumpah

Waktu-Psl 6 Bulan + 6Bulan → max3 tahun

Batas Utang- Psl 4 Rp. 1 Milyar- HIR, tidak dibatasi

Bukan HukumAcara semata tapi menjadi Hukum publik

Batas UsiaPER I/2002-Psl 3 (1) 75 tahun-RV. Psl 583- 65 Tahun