HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang...
Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS
DENGAN AKTIVITAS LATIHAN UNTUK MENCEGAH
OSTEOPOROSIS PADA WANITA
USIA PREMENOPAUSE
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh :
Lena Puspita Dewi
R 0108026
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS
DENGAN AKTIVITAS LATIHAN UNTUK PENCEGAHAN
OSTEOPOROSIS PADA WANITA
USIA PREMENOPAUSE
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh :
Lena Puspita Dewi
R 0108026
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Lena Puspita Dewi, R 0108026. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Osteoporosis dengan Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis pada
Wanita Usia Premenopause. Program Studi D IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan terjadinya perubahan secara mikroarsitektur jaringan
pada tulang. Osteoporosis sering terjadi pada masa menopause sehingga sangat
perlu untuk dilakukan pencegahan osteoporosis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas
latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dilaksanakan pada Maret – Juni 2012. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling dan didapatkan 41 subjek penelitian. Alat
ukur yang digunakan adalah koesioner tingkat pengetahuan tentang osteoporosis
dan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis. Data yang diperoleh
dianalisis secara statistik dengan analisis Spearman Rank dengan menggunakan
Program SPSS Ver.16.0 for Window.
Hasil penelitian diperoleh rata-rata 48,78% responden memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup baik mengenai osteoporosis sedangkan 53,66% memiliki
perilaku cukup tinggi untuk aktivitas latihan pencegahan osteoporosis. Uji analisis
dengan α = 0,05, diperoleh nilai korelasi Spearman Rank dengan ρ (rho) sebesar
0,675 dimana p = 0,000, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan dan kekuatan hubungan cukup kuat antara tingkat pengetahuan dengan
aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita usia premenopause.
Simpulan yang diperoleh adalah ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan
tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada
wanita usia premenopause, jadi semakin tinggi pengetahuan seseorang akan
semakin baik aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis yang dilakukannya.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Latihan, Premenopause
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Lena Puspita Dewi, R 0108026. The Correlation of Knowledge Degree about
Osteoporosis with Exercises Activity for Osteoporosis Prevention in
Premenopausal Women. D IV Midwifery Studies Program, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University of Surakarta, 2012.
Introduction
Osteoporosis is a systemic bone disease characterized by low bone mass and
changes in the micro-architecture of bone. Osteoporosis often occurs during
menopause so it is necessary to do the prevention of osteoporosis. This study aims
to determine the relationship of knowledge degree about osteoporosis with
exercise activity to prevent osteoporosis in premenopausal women.
Methode
This study was an analytical observational research with cross-sectional approach
undertaken in March-June 2012. Fourty one subjects was choosen as sample
according to purposive sampling methode. Validated questioner was used to
measure the degree of knowledge on osteoporosis and exercise activities for the
osteoporosis prevention. Measuring instrument was used questionaire of
knowledge degree about osteoporosis and exercise activities for the osteoporosis
prevention. The data statistically analyzed with Spearman Rank analysis uses
SPSS Ver. 16.0 for Window.
Result
An average of 48.78% of respondents have a fairly good knowledge degree about
osteoporosis, while 53.66% have a high enough behavior for osteoporosis
prevention exercise activity. The statistical analysis showed a significant
correlation of the degree of knowledge and execise activities for the osteoporosis
prevention with p = 0.000, α = 0.05. The strength of correlation was indicated by
ρ (rho) of 0.675.
Conclusion
This research showed positive relationship between the knowledge degree about
osteoporosis with exercise activity for osteoporosis prevention in premenopausal
women. The higher of one’s knowledge, the better of exercise activity for the
osteoporosis prevention.
Keywords: Knowledge Degree, Practice Activities, Premenopausal
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis dengan
Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Usia
Premenopause”. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami
hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak yang akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselasaikan. Pada
kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Sekretaris Program Studi D-IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Erindra Budi C., S.Kep, Ns, selaku ketua tim KTI.
4. Endang Listyaningsih S., dr. M.Kes selaku dosen Pembimbing Utama, terima
kasih untuk meluangkan waktu dan pikiran yang dengan kesabaran dan penuh
tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan
dalam selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Suyatmi, dr., M. Biomed Sc selaku dosen Pembimbing Pendamping, yang
dalam padatnya jadwal bersedia mencurahkan waktu dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis
ilmiah ini.
6. Selfi Handayani, dr., M. Kes dan Sri Anggarini P, S. SiT, M.Kes selaku
penguji, yang telah banyak memberikan masukan berharga sehingga mampu
membukakan pintu pemahaman saya dalam penyusunan karya tulis ini.
7. Seluruh dosen dan staf D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis.
8. Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin
dan membantu proses penelitian.
9. Ibu-ibu responden yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam
penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, Penulis
berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pembaca.
Surakarta, 28 Juni 2012
Penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................ 7
1. Konsep Osteoporosis .......................................................... 7
a. Pengertian Osteoporosis ................................................. 7
b. Klasifikasi Osteoporosis ................................................ 7
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
c. Patogenesis Osteoporosis ............................................... 10
d. Faktor Resiko Osteoporosis ........................................... 12
e. Gejala Osteoporosis ....................................................... 18
f. Diagnosis Osteoporosis .................................................. 19
g. Pencegahan Osteoporosis ............................................... 21
h. Pengobatan Osteoporosis ............................................... 23
2. Konsep Olahraga ................................................................ 25
a. Definisi Olahraga ........................................................... 25
b. Takaran Olahraga ........................................................... 26
c. Jenis Olahraga ................................................................ 29
d. Manfaat Olahraga ........................................................... 45
3. Konsep Premenopause ........................................................ 46
4. Konsep Pengetahuan ........................................................... 52
a. Pengertian Pengetahuan ................................................. 52
b. Tingkat Pengetahuan ...................................................... 53
c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................... 54
d. Pengetahuan Mengenai Osteoporosis dan Aktivitas Latihan
untuk Mencegah Osteporosis .......................................... 55
B. Kerangka Konsep .................................................................... 57
C. Hipotesis .................................................................................. 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 58
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 58
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Populasi Penelitian ................................................................... 58
D. Teknik Sampel .......................................................................... 59
E. Besar Sampel ............................................................................ 59
F. Kriteria Restriksi ...................................................................... 60
G. Definisi Operasional ................................................................ 60
H. Cara Kerja ................................................................................ 62
I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data .................................. 66
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 68
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................ 68
1. Uji Validitas ...................................................................... 69
2. Uji Reliabilitas .................................................................. 70
C. Distribusi Responden ............................................................... 71
1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ......................... 71
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ................ 71
3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................. 72
4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Osteoporosis ...................................................................... 72
5. Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kontrasepsi ....... 73
6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan ............... 73
7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ............. 74
D. Deskripsi Variabel Penelitian .................................................. 74
1. Deskripsi Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis ...... 74
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2. Deskripsi Aktivitas Latihan untuk Pencegahan
Osteoporosis ...................................................................... 75
E. Pengujian Hipotesis ................................................................. 76
BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Saran ........................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Berjongkok Dengan Kaki Lebar ........................................ 35
Gambar 2.2 Maju .................................................................................. 36
Gambar 2.3 Mengangkat Kaki dari Samping ........................................ 37
Gambar 2.4 Terbang Memutar Satu Tangan .......................................... 39
Gambar 2.5 Push Up ............................................................................. 40
Gambar 2.6 Peregangan Punggung ........................................................ 41
Gambar 2.7 Menggulung Perut .............................................................. 43
Gambar 2.8 Masa Klimakterium ............................................................ 45
Gambar 2.9 Fase Premenopause ............................................................ 46
Gambar 2.10 Skema Kerangka Konsep ................................................... 56
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Daftar Aktivitas Olahraga ....................................................... 31
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan Koesioner Tingkat Pengetahuan tentang
Osteoporosis ............................................................................ 63
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Aktivitas Latihan untuk Pencegahan
Osteoporosis ............................................................................ 62
Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden .................................................... 71
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat pendidikan Responden .............................. 72
Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden ............................................. 72
Tabel 4.4 Distribusi Sumber Informasi Osteoporosis Responden .......... 73
Tabel 4.5 Distribusi Alat Kontraepsi Responden .................................... 73
Tabel 4.6 Distrbusi Penghasilan Responden ........................................... 74
Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak responden Responden ....................... 74
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang
Osteoporosis ............................................................................ 75
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Aktivitas Latihan Untuk Mencegah
Osteoporosis ............................................................................ 76
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
Lampiran 3. Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 6. Surat Keterangan Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 8. Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis
Lampiran 9. Kuesioner Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis
Lampiran 10. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan
Lampiran 11. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Aktivitas Latihan untuk
Pencegahan Osteoporosis
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan
Lampiran 13. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Aktivitas Latihan untuk
Pencegahan Osteoporosis
Lampiran 14. Karakteristik Responden
Lampiran 15. Data Variabel Penelitian
Lampiran 16. Hasil Olah Data Uji Korelasi Spearman Rank
Lampiran 17. Daftar Tabel r Product Moment
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Lampiran 18. Skema Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis
dengan Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis pada
Wanita Usia Premenopause
Lampiran 19. Jawaban Koesioner
Lampiran 20. Jadwal Penelitian
Lampiran 21. Daftar Riwayat Hidup
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana kepadatan tulang mulai
berkurang disertai kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi
mudah rapuh dan patah (Yuliarti, 2009). Osteoporosis disebut juga dengan silent
epidemic disease, karena pada osteoporosis tidak ditemukan tanda gejala khusus
dan menyerang secara diam-diam sehingga osteoporosis terkadang baru terdeteksi
saat penderita mengalami patah tulang (Depkes, 2009).
Berdasarkan hasil Analisis Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia tahun
2006 menyatakan, 2 dari 5 orang diatas usia 50 tahun di Indonesia memiliki risiko
osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi dunia dimana 1 dari 3 orang
wanita berisiko osteoporosis (Puslitbang, 2006). Pendapat mengenai angka
prevalensi osteoporosis yang tinggi juga didukung oleh Indonesian White Paper
yang dikeluarkan perhimpunan Osteopororsis Indonesia (Perosi) tahun 2007,
osteoporosis pada wanita usia diatas 50 tahun mencapai 32,2% sementara laki-laki
usia di atas 50 tahun mencapai 28,8%. Selain itu data yang dikeluarkan oleh
Internasional Osteoporosis Foundation (IOF) memprediksi bahwa pada tahun
2050 sebanyak 50% kasus patah tulang panggul akan terjadi di Asia (Depkes,
2009).
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kepadatan massa tulang pada laki-laki berbeda dengan wanita. Massa
tulang pada wanita berkurang lebih cepat dari laki-laki. Salah satu penyebab
pengurangan massa tulang pada wanita adalah karena terjadinya menopause. Pada
masa atau pasca menopause produksi esterogen menurun. Esterogen diperlukan
oleh tulang dalam proses remodelling tulang dalam rangka untuk menjaga
kepadatan tulang (Lane, 2005). Penurunan hormon estrogen menyebabkan
penurunan absorpsi kalsium dari usus. Di ginjal hormon estrogen berperan dalam
reabsorpsi kalsium tubular. Reabsorpsi akan lebih tinggi pada keadaan hormon
estrogen yang cukup (Dheny, 2011).
Menurut Menteri Kesehatan, Dr. dr. Endang Sedyaningsih, MPH., PH.,
upaya dalam mencegah terjadinya penyakit osteoporosis adalah dengan
meningkatkan kualitas hidup yang dapat dimulai dari rumah tangga dengan
pendekatan aspek pencegahan yang meliputi promosi kesehatan dan penyuluhan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai osteoporosis
dan aspek pengobatan dengan deteksi dini serta pengobatan osteoporosis secara
adekuat (Depkes, 2009). Diperlukan upaya untuk meningkatan pengetahuan
masyarakat karena pengetahuan akan mempengaruhi perilaku seseorang,
pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sumber informasi dan
pengalaman (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maha Sari Karolina (2009)
didalamnya disebutkan bahwa terdapat hubungan subtansial antara pengetahuan
seseorang dengan upaya pencegahan dini pada osteoporosis. Wanita
premenopause akan lebih mudah mengurangi kecemasan dan mampu melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
masa menopause tanpa banyak keluhan apabila mereka mendapatkan pengetahuan
yang faktual dan akurat mengenai pencegahan osteoporosis (Aryani, 2007).
Ketua Umum Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi)
Alwiesma I.A Rachman mengatakan, walaupun kampanye osteoporosis telah
lama dilakukan namun kesadaran masyarakat guna melakukan pencegahan seperti
deteksi dini masih sangat rendah. Untungnya osteoporosis masih dapat dicegah
sejak dini melalui gaya hidup, pola makan, dan aktivitas fisik merupakan kunci
utama melawan rapuh tulang atau osteoporosis (Holistic Health Solution, 2011).
Sesuai dengan hasil dari penelitian terbaru menyimpulkan bahwa olahraga
mempunyai peranan tidak kalah penting dalam mengatasi osteoporosis
dibandingkan dengan asupan kalsium. Selain dapat mencegah osteoporosis,
berolahraga atau beraktifitas fisik juga merupakan bagian dari pengobatan bagi
penderita osteoporosis (Nugraha, 2008).
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2010, wanita di
Indonesia dengan usia diatas 50 tahun yang akan menghadapai masa menopause
adalah sebanyak 5,8 juta orang (Depkes, 2010). Jawa Tengah yang jumlah
penduduknya mencapai 33 juta, sekitar 50% nya adalah wanita, setiap wanita
pada akhirnya nanti akan mengalami masa menopause (Badan Pusat Statistik,
2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis didapatkan hasil diketahui
bahwa jumlah wanita usia premenopause usia 40-50 tahun di Kabupaten Sragen
Kelurahan Sragen Tengah Lingkungan Mageru RW 16 sebanyak 75 orang 16%
dari keseluruhan wanita di Lingkungan Mageru. Di ketahui pula bahwa belum ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
program kesehatan dalam bentuk penyuluhan terkait dengan menopause. Dari
hasil wawancara beberapa wanita usia premenopause didapatkan bahwa 7 dari 10
wanita belum mengetahui mengenai menopause dan gejala-gejalanya. Untuk itu
sangatlah perlu melakukan suatu usaha untuk mempersiapkan diri menghadapi
masa menopause melalui program kesehatan reproduksi.
Kendala tercapainya kesehatan masyarakat yang maksimal adalah belum
adanya kesadaran masyarakat akan tindakan pencegahan penyakit dengan pola
hidup sehat. Salah satu yang yang menjadi masalah adalah saat ini semakin
berkembang penyakit degeneratif akibat dari belum membudayanya pola hidup
sehat. Penyakit degeneratif yang sering menyerang yaitu penyakit osteoporosis.
Kekurangan informasi mengenai penyakit osteoporosis inilah yang menyebabkan
masyarakat tidak sadar akan bahaya yang mengancam kualitas hidup dimasa tua
nantinya (Kelurahan Sragen, 2011).
Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “Hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang Osteoporosis dengan Aktivitas Latihan untuk Mencegah
Osteoporosis pada Wanita Usia Premenopause”, guna mengetahui hubungan
mengenai tingkat pengetahuan mengenai osteoporosis dengan aktivitas latihan
yang dilakukan oleh wanita premenopause untuk mencegah osteoporosis.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan
aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan
aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia
premenopause.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia premenopause tentang
hubungan antara osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah
osteoporosis.
b. Mengidentifikasi aktivitas latihan wanita usia premenopause dalam
rangka untuk mencegah osteoporosis.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan
tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk
mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause sehingga dapat
dijadikan sumber pustaka untuk penelitian lebih lanjut.
2. Aspek Aplikatif
a. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya
wanita agar lebih memperhatikan kesehatannya terutama risiko terserang
osteoporosis dengan gaya hidup lebih baik yaitu pengaturan asupan gizi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dan olahraga untuk menjaga kepadatan tulang dalam rangka pencegahan
osteoporosis.
b. Diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Dinas Kesehatan
setempat dalam membuat kebijakan tentang pola hidup sehat, serta
memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang harus dihindari dan
yang harus diperhatikan untuk mencegah osteoporosis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Osteoporosis
a. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang
ditandai dengan rendahnya massa tulang dan terjadinya perubahan
secara mikroarsitektur jaringan pada tulang. Osteoporosis juga sering
diistilahkan penyakit silent disease karena sering tidak memberikan
gejala hingga pada akhirnya terjadi fraktur (Dalimartha, 2005).
Pada penderita osteoporosis, jaringan kokoh tulang spons yang
berbentuk seperti sarang lebah didalam tulang mengalami
pengeroposan kemudian menjadi remuk. Keadaan tulang menjadi
sangat rentan, hanya dengan rengangan tubuh yang mendadak,
persinggungan, atau jatuh akan menyebabkan patah tulang (Davis,
2008).
b. Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi
dua tipe osteoporosis yakni :
1) Osteoporosis Tipe Primer
Beberapa sumber secara tegas menyimpulkan hampir 80%
kasus osteoporosis termasuk dalam osteoporosis tipe primer
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(Muljadi, 2005). Osteoporosis tipe primer dapat terjadi tanpa
keadaan yang mendasari atau terjadi secara tiba-tiba. Osteoporosis
primer dibagi menjadi tiga sub tipe, antara lain :
a) Tipe I Osteoporosis Pasca Menopause
Osteoporosis tipe ini terjadi setelah haid berhenti
(menopause) sebagai akibat dari rendahnya hormon esterogen.
Osteoporosis tipe ini menyerang pada wanita usia 55-70 tahun.
Pada usia ini wanita lebih berisiko terserang osteoporosis
dibanding pria dengan rasio 6:1. Pengurangan massa tulang
terutama terjadi di trabekular. Fraktur terjadi pada ruas tulang
belakang dan pergelangan tangan (radius distal).
b) Tipe II Osteoporosis Senilis
Osteoporosis tipe ini timbul pada usia lanjut berkisar
70-85 tahun. Massa tulang berkurang pada daerah kortikal dan
trabekular. Fraktur biasanya terjadi pada ruas tulang belakang,
bagian leher tulang paha, dan tulang panjang lainnya. Pada usia
ini wanita berisiko 2 kali lipat lebih besar dari pria. Pria selain
densitas tulangnya lebih tinggi penurunan hormon seks juga
lebih lambat.
c) Tipe III Osteoporosis Idiopatik
Penyebab osteoporosis idiopatik belum diketahui secara
pasti, diduga faktor keturunan. Osteoporosis idiopatik dapat
menyerang pada usia sebelum pubertas dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menyebabkan gangguan pertumbuhan. Gejala osteoporosis
idiopatik antara lain terjadi fraktur kompresi diruas tulang
belakang pada usia 30-60 tahun. Osteoporosis tipe ini akan
berlangsung akut selama 2-4 tahun yang kemudian akan terjadi
sembuh total tanpa pengobatan (remisi spontan).
2) Osteoporosis Tipe Sekunder
Osteoporosis tipe ini menyerang karena adanya penyakit
tertentu atau akibat dari pengobatan. Beberapa kondisi yang dapat
mempengaruhi osteoporosis sekunder seperti :
a) Penyakit menahun (reumatik sendi, diabetes melitus).
b) Penyakit keganasan (multiple myeloma, leukemia, limfoma
metastasis ke tulang).
c) Penggunaan obat tertentu (kortikosteroid, anti-konvulsan,
antasida yang mengandung alumunium, heparin, sitostatiska,
tetrasiklin, isoniasid).
d) Tidak bisa bergerak total (stroke, sakit berat yang lama).
e) Gangguan metabolisme kalsium (turunnya penyerapan kalsium
oleh usus, kehilangan kalsium melalui ginjal, gangguan
metabolisme vitamin D).
f) Kelainan endokrin (kekurangan hormon esterogen,
progesteron, hormon paratiroid - tiroksin - pertumbuhan -
kalsitonin - kortikosteroid endogen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
g) Akibat pengangkatan kedua ovarium atau pengangkatan
sebagian lambung.
h) Tirotoksikosis, hipertiroksin, atau penyakit gondok (hormon
tiroksin berlebihan sehingga terjadi resorpsi tulang yang lebih
cepat atau peningkatan bone turnover).
i) Kekurangan hormon insulin pada penderita Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM).
j) Hipogonadsm, hiperkalsiuris pada gagal ginjal kronik,
anoreksia nervosa, hiperprolaktinemia, alkoholisme,
osteogenesis impekfekta, dan homocystinuria.
(Dalimartha, 2005; Lane, 2005).
c. Patogenesis Osteoporosis
Tulang manusia hampir 85% tulang berbentuk tulang padat
atau kortikal yaitu tulang pada lapisan luar yang sifatnya padat dan
sisanya berbentuk jaringan atau trabekuler yaitu bagian dalam tulang
yang sifatnya ringan, mudah keropos dan berbentuk seperti jaringan
spons sehingga dianggap rentan terhadap patah tulang (Hartono, 2000).
Tulang hidup akan secara kontinu mengalami regenerasi.
Jaringan tulang lama akan dirombak dan akan digantikan dengan
jaringan tulang baru hal itu terjadi setiap saat dinamakan regenerasi
tulang atau bone turnover (Spencer, 2007). Pada siklus remodelling
tulang atau bone turnover terjadi sejumlah kecil tulang pecah atau
hilang akibat adanya sel yang disebut osteoclast. Sejumlah tulang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
hilang atau mengalami proses resorpsi, maka terbentuk resorpsi pit
pada tulang. Osteoblast akan bergerak ke dalam daerah tulang yang
hilang dan menggantikannya dengan tulang baru. Proses ini akan
berlangsung sepanjang kehidupan dan terjadi diseluruh bagian kecil
tulang. Seluruh siklus dapat berlangsung 4-8 bulan. Siklus resorpsi
berlangsung cepat, hanya membutuhkan waktu 4-6 minggu, sedangkan
proses pembentukan tulang baru membutuhkan waktu 2 bulan untuk
setiap siklus remodelling. Saat lahir hingga usia 30 tahun jaringan
yang dibentuk lebih banyak daripada jaringan yang hilang. Tapi
setelah usia 30 tahun proses akan terbalik, jaringan yang dihancurkan
akan lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan jaringan (Lane,
2005).
Dalam kehidupan manusia massa tulang mengalami perubahan
sebanyak tiga fase yaitu fase pertumbuhan, fase konsolidasi, dan fase
involusi. Diperkirakan 90% tulang dibentuk pada fase pertumbuhan.
Ketika fase pertumbuhan berakhir, proses pembentukan tulang
berhenti sehingga proses pemanjangan tulang juga berhenti, badan
tidak akan lagi bertambah tinggi. Selanjutnya mulai fase konsolidasi
yang akan berlangsung selama 10-15 tahun. Pada fase ini kepadatan
tulang kortikal dan trabekuler akan bertambah mencapai puncaknya
pada usia 30-35 tahun yang disebut dengan massa tulang puncak (peak
bone mass). Manusia usia 40-45 tahun, pria maupun wanita mulai
mengalami proses penipisan massa tulang yang penyusutannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
berkisar 0,3-0,5% per tahun. Seiring dengan turunnya kadar homon
esterogen yang terjadi secara fisiologis pada wanita maka kehilangan
massa tulang akan meningkat menjadi 2-3% per tahun yang dimulai
sejak masa premenopause dan terus berlangsung hingga 5-10 tahun
setelah menopause.
Dalam kehidupannya, wanita akan kehilangan 40-50% massa
tulangnya sedangkan pria akan kehilangan 20-30% massa tulangnya.
Penurunan massa tulang tidak sama diseluruh tulang, pada bagian
telapak tangan (metacarpal), leher, tulang paha (kolum femoris), dan
tulang belakang (korpus vertebrata) mengalami penurunan massa
tulang paling cepat dibanding bagian lain (Dalimartha, 2005).
d. Faktor Risiko Osteoporosis
Beberapa orang memiliki risiko menderita osteoporosis lebih
tinggi dibanding orang lain. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor
risiko tersebut, antara lain :
1) Faktor Risiko Keturunan
Yang merupakan faktor risiko keturunan antara lain :
a) Wanita
Wanita memiliki risiko terserang osteoporosis 6 kali
lebih besar dari pria karena di dalam daur hidupnya wanita
mengalami kehamilan dan menopause (Dalimartha, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b) Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin besar
massa tulang yang hilang dan semakin besar pula risiko
timbulnya osteoporosis. Semakin tua semakin berkurang pula
kemampuan saluran cerna untuk menyerap kalsium
(Dalimartha, 2005).
c) Suku Asia
Belum diketahui secara pasti alasan ras suku Asia
memiliki massa tulang yang rendah bila dibandingkan dengan
ras suku Afrika, diduga karena ras suku Afrika memiliki rangka
tulang yang besar sehingga semakin tinggi pula massa ototnya
(Lane, 2005).
d) Kerangka tulang kecil
Orang dengan rangka tulang kecil cenderung lebih
sering mengalami osteoporosis daripada orang dengan rangka
tulang yang besar (Dalimartha, 2005).
e) Terdapat anggota keluarga yang terserang osteoporosis
Faktor genetika memiliki kontribusi terhadap massa
tulang. Berdasarkan penelitian, seorang anak perempuan dari
keluarga dengan riwayat patah tulang karena osteoporosis
memiliki massa tulang yang lebih rendah dari normal usia
mereka (kira-kira 3 hingga 7 persen lebih rendah) (Lane, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
f) Berat badan dan Body Mass Index (BMI) rendah
Wanita gemuk jarang mengalami osteoporosis.
Walaupun, alasannya masih belum sepenuhnya dipahami tetapi
ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa pada jaringan
lemak atau adipose, hormon androgen dapat diubah menjadi
esterogen sehingga pegeroposan tulang dapat dicegah
mengingat pentingnya esterogen dalam proses remodelling
tulang (Lane, 2005).
2) Faktor Risiko Lingkungan
Yang merupakan faktor risiko lingkungan antara lain :
a) Kekurangan hormon esterogen
Esterogen sangat penting untuk menjaga kepadatan
tulang. Turunnya kadar esterogen bisa terjadi akibat kedua
indung telur yang diangkat atau diradiasi karena kanker,
pascamenopause, menopause dini, atau pada keadaan
hipogonadisme.
Dalam keadaan normal esterogen dalam sirkulasi
mencapai sel osteoblas dan beraktivitas melalui reseptor yang
terdapat di sitosol sel tersebut, mengakibatkan menurunnya
sekresi sitokin seperti Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6)
dan Tumor Necrosis Faktor Alpha (TNF-α), merupakan sitokin
yang berfungsi dalam penyerapan tulang. Di lain pihak
esterogen meningkatkan sekresi Transforming Growth Factor β
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(TGF-β) yang merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan
(growth factor) yang merupakan mediator untuk menarik sel
osteoblas ke tempat lubang tulang yang telah diserap oleh
osteoklas. Sel osteoblas merupakan sel target utama dari
esterogen untuk melepaskan beberapa faktor pertumbuhan dan
sitokin seperti tersebut diatas, sekalipun secara langsung atau
tidak langsung juga berpengaruh pada osteoklas (Dalimartha,
2005; Kawiyana, 2009).
b) Kadar testosteron yang rendah pada pria
Hormon testosteron pada pria sangat penting guna
mencapai dan menjaga massa tulang yang maksimal. Pubertas
yang terlambat pada laki-laki juga merupakan faktor
berkurangnya massa tulang yang cenderung mengakibatkan
timbulnya osteoporosis (Dalimartha, 2005).
c) Diet ketat
Diet yang telalu ketat hingga penurunan berat badan
secara drastis yang berakibat berhentinya menstruasi sangat
berbahaya bagi kesehatan (Dalimartha, 2005).
d) Menderita penyakit reumatik sendi seperti rheumatoid arthritis.
e) Makanan kurang kalsium dan vitamin D
Kalsium dibutuhkan oleh sel tubuh, kalsium juga
dibutuhkan untuk mencegah rapuhnya tulang. Untuk menjaga
keseimbangan kalsium darah dibutuhkan hormon paratiroid,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
vitamin D dan kalsitonin. Vitamin D merupakan hormon yang
dibutuhkan untuk penyerapan kalsium di usus. Dengan
bertambahnya usia, penyerapan kalsium di usus akan terganggu
karena berkurangnya vitamin D dan enzim pencernaan
(laktase), rendahnya pengeluaran asam lambung, dan
berkurangnya kemampuan usus mengangkut kalsium.
Berkurangnya kadar kalsium darah di usia lanjut akan berakibat
naiknya kadar hormon paratiroid sehingga tulang melepaskan
kalsium agar kadar kalsium darah tetap normal. Selanjutnya
terjadi proses penipisan massa tulang dan terjadi osteoporosis
(Dalimartha, 2005).
f) Merokok, alkohol, kopi, garam, dan minuman ringan
Diet tinggi kafein, fosfat, dan garam (natrium) dapat
menganggu keseimbangan kalsium. Kafein akan meningkatkan
pembuangan kalsium melalui urin. Makanan yang diasinkan
juga mempercepat timbulnya rapuh tulang. Dalam minuman
ringan (soft drinks) terdapat kandungan fosfat. Tingginya
asupan fosfat akan menyebabkan rasio fosfat-kalsium yang
abnormal. Bila rasio menjadi 1:6 maka risiko terjadinya
osteoporosis dan hiperparatiroid akan meningkat. Namun. Bila
konsumsi kalsiumnya cukup, osteoporosis tidak terjadi.
Merokok terutama pada wanita bila dimulai sejak
remaja, akan menurunkan kadar esterogen di dalam darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sehingga pencapaian densitas puncak tulang akan berkurang,
menopause terjadi lebih dini, dan dapat berakibat terganggunya
pengobatan yang menggunakan obat pengganti hormon.
Alkohol merupakan salah satu penyebab rapuhnya tulang.
Merokok dan minum alkohol yang berlebihan dapat
meningkatkan risiko osteoporosis menjadi 2 kali lipat
(Dalimartha, 2005).
g) Asupan protein berlebihan
Kekurangan protein akan menganggu proses
pertumbuhan anak karena berkurangnya pembentukan tulang
kortikal dan tidak tercapainya puncak massa tulang. Namun,
makanan yang kaya protein bila dikonsumsi lebih dari 120 g
per hari malah akan meningkatkan pengeluaran kalsium
melalui urin (Dalimartha, 2005).
h) Obat-obatan
Penggunaan steroid akan mengeluarkan kalsium dari
tulang, mempercepat terjadinya osteoporosis pada perempuan,
serta menghambat pertumbuhan tulang pada balita dan remaja.
Beberapa obat yang dapat menyebabkan rapuhnya tulang
adalah obat anti-kejang (anti-konvulsan), heparin, antasida
yang mengandung aluminium (obat maag), obat kanker, obat
TBC, diuretik, dan tetrasiklin (Dalimartha, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
i) Gaya hidup inaktif
Ada hubungan langsung antara massa otot dan massa
tulang. Olahraga seperti lari, naik gunung, bela diri, serta
pekerjaan berat yang membangun massa otot dan telah
dilakukan sejak muda akan meningkatkan massa tulang
menjadi padat. Sebaliknya, tidak pernah berolahraga, sakit
berat yang menyebabkan penderitanya harus berbaring di
tempat tidur (imobilisasi), dan pekerjaan dengan banyak duduk
akan menyebabkan otot mengecil dan berkurangnya massa
tulang. Pada usia lanjut, imobilisasi yang lama akan
menyebabkan timbulnya osteoporosis (Dalimartha, 2005).
e. Gejala Osteoporosis
Osteoporosis disebut juga dengan silent disease karena
berlangsung tanpa gejala dan baru terdeteksi setelah penderita
mengalami patah tulang, tetapi ada beberapa gejala yang patut
diwaspadai bahwa ini gejala osteoporosis. Menurut Yovita Heni
(2006) gejala osteoporosis antara lain :
1) Nyeri pada tulang punggung baik disertai fraktur maupun tidak.
Nyeri terasa hebat dan terlokalisir di wilayah punggung. Terasa
sangat nyeri bila melakukan aktifitas seperti berjalan, berdiri,
membungkuk, batuk dan mengejan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Fraktur
Fraktur biasa terjadi pada pergelangan tangan, leher, tulang paha
serta ruas tulang belakang.
3) Berkurang tinggi badan akibat kompresi dari patah/fraktur yang
terjadi.
4) Terlihat bungkuk (kifosis) yang dipicu karena perubahan susunan
bentuk tulang belakang.
f. Diagnosis Osteoporosis
Diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala,
pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab
osteoporosis yang masih bisa diatasi. Diagnosa osteoporosis sebelum
terjadinya patah tulang dapat dilakukan pemeriksaan untuk menilai
kepadatan tulang. Di Indonesia telah dikenal 3 cara penegakan
diagnosa penyakit osteoporosis dengan menggunakan alat yaitu:
1) Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (Dual-Energy
X-Ray Absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard
diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan
tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15
menit. Dual Energy X-Ray Absorptiometry sangat berguna untuk:
a) wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
b) penderita yang diagnosisnya belum pasti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c) penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai
secara akurat.
2) Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai
screening awal penyakit osteoporosis. Hasil pemeriksaan ditandai
dengan nilai T dimana nilai lebih tinggi dari -1 berarti kepadatan
tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia
(penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis
(keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga
pemeriksaannya yang lebih murah.
3) Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin,
C-Telopeptide. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan
memeriksakan penanda biokimia C-Telopeptide. C-Telopeptide
merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke
dalam sirkulasi darah sehingga spesifik dalam menilai kecepatan
proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan C-Telopeptide juga
sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan
antiresorpsi oral.
Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan
memeriksakan penanda biokimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin
merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksaan ini dapat
digunakan sebagai penanda biokimia pembentukan tulang dan juga
untuk menentukan kecepatan bone turnover pada beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat
digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.
Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain
untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:
1) Sinar X-ray untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang
punggung bagian bawah (Herdina, 2011). Sinar X-ray tidak dapat
mendeteksi berkurangnya massa tulang tapi mampu mendeteksi
adanya patah tulang yang terjadi karena osteoporosis yang tidak
diketahui oleh penderita (Lane, 2005).
2) Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan
tulang belakang (Herdina, 2011). Pengukuran massa tulang ini
penting dilakukan untuk mendiagnosa dan mengendalikan
osteoporosis karena disini massa tulang yang betambah atau
berkurang akan terdeteksi (Lane, 2005).
3) Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon
paratiroid.
4) Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi
tampak normal (Herdina, 2011).
g. Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan osteoporosis berarti mencegah berkurangnya
massa tulang. Pencegahan harus difokuskan pada apa saja yang dapat
meningkatkan puncak massa tulang (Lane, 2005). Pencegahan
osteoporosis sejak dini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Asupan zat gizi yang berkaitan dengan pembentukan tulang seperti
kalsium dan vitamin D. Mengonsumsi makanan dengan gizi
seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya
serat, rendah lemak, dan kaya kalsium (1000 -1500 mg per hari).
Diet yang mengandung 1000 miligram kalsium per hari ( untuk
wanita premenopause ) atau 1500 miligram per hari (untuk wanita
post-menopause). Konsumsi kalsium tidak melebihi 1500 miligram
kalsium per hari (Herdina, 2011). Selain kalsium, tubuh perlu
mendapat vitamin D untuk pembentukan tulang. Paparan sinar
matahari akan membantu proses itu dengan membangkitkan
vitamin D yang tidak aktif di dalam tubuh (HHS, 2011).
2) Aktivitas fisik yang teratur sangat penting untuk pembentukan
tulang dan menjaga kepadatan massa tulang karena gerakan
olahraga yang melawan gravitasi (misal : jogging) akan
mengakibatkan gesekan atau tarikan antar tulang yang membantu
kalsium terserap (HHS, 2011).
3) Menghindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat
menyerap cadangan kalsium dalam tubuh (HHS, 2011).
4) Menghindari konsumsi kopi secara berlebihan karena dapat
mengeluarkan kalsium secara berlebihan, mengurangi konsumsi
minuman ringan (soft drink) karena dapat menghambat penyerapan
kalsium (HHS, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
h. Pengobatan Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang,
dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40%
dari wanita akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis
selama hidupnya. Tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah
terjadinya fraktur (patah tulang).
1) Diet
Pada dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal
dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya
(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),
berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat
badan normal.
2) Spesialis
Orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan
tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen
selanjutnya.
3) Olahraga
Mengubah gaya hidup menjadi salah satu pengobatan osteoporosis.
Olahraga yang teratur akan mengurangi kejadian patah tulang
akibat osteoporosis (Herdina, 2011).
Disamping itu ada beberapa obat-obatan yang berperan penting
untuk membantu mengatasi juga dapat diberikan seperti dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Estrogen
Untuk wanita menopause, penggantian estrogen merupakan salah
satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat
mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang.
Apabila pengobatan estrogen dimulai pada masa menopause akan
mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat
diberikan melalui oral (diminum).
2) Kalsium
Kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan massa
tulang.
a) Konsumsi per hari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan
dan suplemen).
b) Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk
meningkatkan massa tulang.
3) Bifosfonat
Pengobatan lain selain estrogen yang ada seperti alendronate,
risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat
kehilangan jaringan tulang dan pada beberapa kasus meningkatkan
kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa
DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini
dokter akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4) Hormon lain
Hormon-hormon ini akan membantu meregulasi kalsium dan fosfat
dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan tulang.
a) Kalsitonin
b) Teriparatide (Herdina, 2011)
2. Konsep Olahraga
a. Definisi Olahraga
1) Definisi Olahraga secara Umum
Olahraga atau gerak badan adalah suatu aktifitas fisik yang
dilakukan oleh manusia dengan cara menggerakkan tubuh dalam
jangka waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan dan
mempertahankan kebugaran jasmani (Kusuma, 2006).
Tercapainya tingkat kebugaran optimal apabila seseorang
dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang
berlebihan. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik, otot-
ototnya akan menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat
menurunnya kekuatan tulang (Yuliarti, 2009).
2) Definisi Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis
Latihan untuk pencegahan osteoporosis adalah latihan fisik
yang dilakukan untuk mempertahankan tulang sehat dan melatih
kekuatan tulang tubuh terutama yang rentan terhadap patah tulang
yaitu bagian panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan
(Tagliaferri, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO, meskipun
pengaruh latihan olahraga belum sepenuhnya diketahui, banyak
fakta menunjukkan bahwa pembebanan lokal pada otot tertentu
akibat olahraga menyebabkan tulang ikut bertumbuh
(osteogenesis). Sel-sel tulang mengalami tarikan mekanis akibat
latihan olahraga/latihan beban yang memberati tulang. Tarikan-
tarikan itu menyebabkan masuknya ion-ion kalsium ke dalam sel
diikuti produksi prostaglandin (kelompok asam lemak hidroksid
yang merangsang kontraksi otot polos, merendahkan tekanan
darah) dan nitric oxide, meningkatkan aktivitas enzim, serta
mengeluarkan hormon pertumbuhan. Akhirnya perubahan-
perubahan ini dapat memicu pembentukan kembali tulang. Untuk
memelihara kesehatan tulang, latihan-latihan yang terbebani oleh
berat badan dan latihan kekuatan adalah yang paling baik
(Sumosardjuno, 2007).
Peneliti dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota telah
mempublikasikan penelitian yang menunjukkan berkurangnya
patah tulang dengan pelatihan kekuatan (Tagliaferri, 2006).
b. Takaran Olahraga
Takaran atau dosis olahraga dapat dijabarkan dalam suatu
konsep yang disebut dengan “FIT”. Singkatan “FIT” dengan baik
memberikan unsur-unsur program gerak yang baik, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) Frekuensi
Frekuensi menentukan seberapa sering orang harus
bergerak. Bagi individu yang dengan tingkat kebugaran yang
rendah maka olahraga tiga sesi per minggu pada hari yang
bergantian sudah cukup untuk meningkatkan kesehatan. Tapi jika
intensitas dan durasi latihan ingin ditambah maka frekuensi latihan
juga harus ditambah bila menginginkan peningkatan (Sharkey,
2003). Miriam Nelson Ph.D menemukan bahwa melakukan latihan
olahraga dua kali seminggu dapat menolong wanita menopause
untuk mempertahankan kekuatan, menghilangkan lemak,
melangsingkan tubuh dan memperkuat tulang juga memperbaiki
keseimbangan dan koordinasi tubuh (Nugraha, 2008).
Dalam suatu penelitian yang ekstensif mendapati bahwa
perubahan kebugaran berkaitan langsung dengan frekuensi latihan,
walaupun dianggap tidak bergantung pada efek intensitas, durasi,
lama program, dan tingkat kebugaran awal (Sharkey, 2003).
Olahraga setiap hari tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan baik fisik atau mental menjadi terlalu lelah
(Hardinge dan Shryock, 2003). Bila tubuh tidak mendapatkan
waktu yang memadai untuk pemulihan maka dapat menyebabkan
terjadinya cedera. Setiap orang memiliki jadwal olahraga pribadi
untuk menemukan waktu yang sesuai dengan kondisi fisiknya
(Sharley, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Intensitas
Intensitas berhubungan dengan seberapa kuatnya atau
aktifnya seseorang melakukan latihan (Hardinge dan Shryock,
2003). Intensitas dapat dinyatakan dalam berbagai cara yaitu :
a) Persentase denyut nadi maksimal
b) Persentase konsumsi oksigen maksimal
c) Jumlah kalori yang digunakan
d) METS (1 MET = kurang lebih 3,5 ml/kg/menit oksigen up
take). Sistem MET dikenalkan Dr. Kenneth Cooper, MET atau
metabolisme, adalah perkalian tingkat metabolisme sewaktu
istirahat. Tingkatan sewaktu istirahat adalah 1,2 cal/menit (1
MET), jadi 12 cal/menit = 10 MET.
(Sharkey, 2003; Sumosardjuno, 2007).
Dari penelitian ternyata intensitas latihan yang baik adalah
60-80% denyut nadi maksimal dan 50-80% oksigen uptake
maksimal dengan penjelasan sebagai berikut :
a) Pada delapan minggu pertama , latihan dilakukan hingga 60%
denyut nadi maksimal.
b) Pada delapan minggu kedua, hingga 70% denyut nadi
maksimal.
c) Mulai delapan minggu ketiga dan seterusnya dapat
menjalankan latihan hingga 80% denyut nadi maksimal. Cara
menghitung denyut nadi maksimal = 220 – umur dalam tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Latihan olahraga yang dilakukan dengan intensitas dibawah
60% denyut nadi maksimal tidak akan memberikan perbaikan
kesegaran jasmani karena tidak memberikan perbaikan pada sistem
kardiorespirasi (Sumosardjuno, 2007).
3) Time (Lama atau Durasi)
Lama latihan menunjukan waktu yang dibutuhkan
seseorang dalam melakukakan latihan. Lama latihan erat
kaitannya dengan intensitas latihan. Peningkatan pada salah
satunya membuat yang lainnya menurun. Intensitas latihan yang
berat membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan
dengan intensitas latihan ringan.
Latihan akan lebih memberikan manfaat bila dilakukan
dengan durasi yang tepat yaitu 20-30 menit dalam zone latihan.
Latihan yang dilakukan terlalu pendek (kurang dari 20 menit) tidak
akan menghasilkan perubahan atau peningkatan kebugaran
sedangkan latihan yang dilakukan terlalu lama (lebih dari 60
menit) juga memberikan hasil yang kurang efektif (Sharley, 2003).
c. Jenis Olahraga
Ada dua jenis olahraga atau latihan yang penting untuk
membangun dan mempertahankan densitas dan masa tulang :
1) Olahraga menahan beban (angkat beban, terutama bagian lengan,
kaki, dan badan).
2) Olahraga tahanan (berjalan, bersepeda, naik tangga, berdansa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Ketika berolahraga tulang merespon tekanan dan tarikan. Otot-
otot akan menekan tulang dan tulang berubah menjadi kuat. Tulang
kortikal, atau lapisan tulang luar dari tulang, mungkin adalah yang
paling responsif terhadap perubahan yang ditimbulkan oleh latihan
karena letaknya yang dekat dengan otot (Lane, 2005). Latihan atau
olahraga yang melawan gravitasi akan mengakibatkan benturan antar
tulang sehingga membantu kalsium terserap (HHS, 2011).
Daftar berikut ini menggambarkan tipe-tipe aktivitas yang
berbeda. Olahraga high-impact yang sangat membantu dalam
meningkatkan densitas tulang ditandai dengan bintang (*). Aktivitas
ini hanya disarankan dengan persetujuan dokter bila seseorang
memiliki osteopenia atau osteoporosis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2. 1 Daftar Aktivitas Olahraga
No Olahraga
Aerobik
Olahraga
Melatih
Kekuatan
Tulang
Olahraga
dan
Aktivitas
Santai
Lainnya
1 Lari, jogging* Mengangkat
beban dengan
mesin/beban
bebas
Bola basket* Vertical
jumping*
2 Kickboxing* Olahraga
dengan pipa
karet
Bola voli* Yoga
3 Aerobic high-
impact
Push up Gimnastik* Pilates
4 Aerobic low-
impact
Squats Lompat tali* Olahraga
fleksibilitas
5 Jalan cepat Melompat-
lompat*
Aerobic air
6 Bersepeda Tenis
7 Berenang Golf
8 Naik tangga Berkebun
9 Elliptical/cross
training
(Sumber : Tagliaferri, 2006)
Olahraga memiliki beberapa tahapan yang harus dilakukan agar
seseorang tidak cedera dalam melakukan olahraga dan dapat
mendapatkan manfaat olahraga secara maksimal. Tahapan tersebut
antara lain :
1) Pemanasan
Pemanasan dapat dilakukan selama 10 menit dengan jalan
ditempat, menggerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut
dan pinggul. Kemudian melakukan peregangan selama kira-kira 5
menit. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada,
punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki. Pemanasan
dilakukan untuk :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a) Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan
mantap sehingga mencegah cedera.
b) Meningkatkan denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh sedikit
demi sedikit.
c) Menyelaraskan koordinasi gerakkan tubuh degan
keseimbangan gerak.
d) Menimbulkan rasa santai (Nugraha, 2008).
2) Latihan inti
Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak
yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai
nilai latihan yang bermanfaat. Mengutamakan gerakan, tarikan dan
tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis,
yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang
pergelangan tangan. Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat
dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat
digenggam (Sumardjuno, 2007).
3) Pendinginan
Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan
memulai gerakan peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan
gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara
teratur. Jika masih memungkinkan, lakukan senam lantai kira-kira
10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi
nyaman, rileks dan napas yang teratur (Sumardjuno, 2007).
Secara harfiah, ada ratusan olahraga penguat dan variasi yang
efektif dalam mempertahankan tulang yang sehat. Namun, disini
penulis hanya akan menuliskan beberapa macam olahraga yang
spesifik melatih kekuatan tulang dan mudah dilakukan dirumah tanpa
bantuan dari instruktur serta hanya membutuhkan alat yang minimal.
Berdasarkan peneliti Mayo Clinic gerakkan olahraga yang akan
dilakukan telah terbukti berpengaruh bagi kekuatan tulang. Berikut
adalah persiapan alat dan tipe latihan menurut Tagliafferi (2006) yang
harus dilakukan :
1) Peralatan
a) Peralatan Wajib
(1) Dua sampai empat set dumbbells dalam berbagai berat.
Berat tergantung pada tingkat pengalaman dan kekuatan.
Bila pemula, mulai dengan set dumbbells 1; 1,5; dan 2,25
kilogram. Bila telah menggunakan pemberat sebelumnya,
set berat 2,25; 3,5; dan 4,5 kilogram akan memberikan
lebih banyak tantangan.
(2) Kursi dan meja. Kursi digunakan untuk latihan jongkok
dengan kaki lebar. Meja dibutuhkan permukaannya yang
kokoh dan lebar untuk latihan maju.
(3) Lantai berkarpet dan matras olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b) Peralatan Pilihan
(1) Pemberat pergelangan kaki. Pemberat pergelangan kaki
meningkatkan intensitas beberapa olahraga, seperti
mengangkat kaki dari samping.
(2) Tempat penyimpanan atau kotak untuk menjaga dumbbells
dan pemberat pergelangan kaki tidak berceceran dimana-
mana.
2) Waktu, pernafasan, dan intensitas
Pernafasan adalah satu dari aspek yang paling penting dari
olahraga yang rutin dan tidak selalu mudah seperti yang dipikirkan
untuk mempertahankan nafas yang kuat dan terus-menerus.
Keuntungan olahraga dapat diperoleh bila dalam melakukan
olahraga tidak mencederai diri sendiri dengan cara bergerak lambat
dan hitung tiga detik penuh saat mengangkat beban dan hitung tiga
detik penuh saat menurutkan beban (lebih lama bila bisa). Gunakan
irama yang sama bila melakukan olahraga tanpa beban, seperti
berjongkok, maju, dan sit up. Semakin tinggi intensitas maka
waktu yang digunakan akan semakin sedikit begitu pula
sebaliknya.
3) Tipe latihan yang dilakukan untuk melatih kekuatan tulang antara
lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a) Berjongkok dengan kaki lebar
Olahraga atau latihan tipe ini bertujuan untuk
memperkuat otot panggul, paha, dan pantat, juga dapat
membantu memperbaiki kesadaran dan keseimbangan tubuh.
(1) Berdiri dengan kedua kaki mengarah keluar dan membuka
kedua kaki lebih besar dari lebar panggul. Berdiri
membelakangi kursi dan lipat kedua tangan di depan dada.
(2) Jaga pandangan mata lurus ke depan dengan bahu santai
dan dada tegap. Hitung sampai tiga, perlahan-lahan tekuk
panggul dan lutut untuk menurunkan pantat ke arah kursi
dan berhenti sebelum mengambil posisi duduk.
(3) Ingat untuk bernafas.
(4) Saat menurunkan dan mengangkat badan dari kursi, jaga
berat badan agar terfokus dan dorong melalui tumit kaki;
lutut seharusnya tidak melewati ujung kaki karena dapat
memberikan tekanan pada lutut; bila melihat ke bawah
lantai, maka mata harus dapat melihat ujung jari kaki.
(5) Berhenti. Kemudian hitung sampai tiga, perlahan-lahan,
bangun sampai posisi berdiri.
(6) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan dengan
jeda kurang lebih 1 menit diantara set.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(7) Bila latihan ini telalu berat maka letakkan bantal pada kursi.
Posisi jongkok dilakukan sampai pantat menyentuh bantal
saja.
Gambar 2.1 Berjongkok dengan kaki lebar
b) Maju
Maju adalah olahraga yang ditujukan untuk
memperkuat otot seluruh kaki mulai dari betis, paha, dan
pantat. Latihan ini juga digunakan untuk meningkatkan
keseimbangan dan kesadaran tubuh, yang dikombinasikan
dengan memperkuat otot dan tulang serta membantu mencegah
jatuh dan kemungkinan patah tulang.
(1) Berdiri dengan panggul kiri beberapa senti dari tepi meja
yang kokoh dan biarkan tangan dengan santai beristirahat
pada permukaan meja, jaga agar kaki berdekatan atau hanya
sedikit terpisah. Bahu harus santai dan dada tegap untuk
mempertahankan postur yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(2) Ambil langkah yang besar ke depan dengan kaki kanan.
Kemudian, sampai hitungan ketiga, perlahan-lahan tekuk
kedua lutut sehingga paha kanan sejajar dengan lantai dan
kaki kiri mendekati, tetapi tidak menyentuh lantai. Lutut
kanan seharusnya tidak melebihi ujung jari kaki kanan.
Gambar 2.2 Maju
(3) Ingat untuk bernafas.
(4) Jaga badan atas tetap tegak dengan pandangan lurus ke
depan, bahu santai, dan dada tegap. Berhenti. Kemudian,
sampai hitungan ke-3, perlahan-lahan dorong dari tumit
kanan untuk bangun sampai posisi berdiri, dan bawalah
kaki kanan kebelakang agar bertemu dengan kaki yang lain.
(5) Pastikan bahwa saat kembali ke posisi semula, beban badan
di dorong kebelakang daripada ke atas.
(6) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan
melangkah ke depan dengan kaki kanan dan jeda kurang
lebih 1 menit di antara set. Kemudian selesaikan 2 set yang
terdiri dari 10 pengulangan ke depan dengan kaki kiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c) Mengangkat kaki dari samping
Latihan ini ditujukan pada otot dan tulang panggul.
Latihan ini juga dapat meningkatkan kelincahan dengan
memperkuat otot paha luar yang penting bagi keseimbangan
yang baik, untuk itu penting dalam membantu mengurangi
risiko jatuh.
(1) Bila menggunakan pemberat kaki, kenakan satu pada setiap
kaki.
(2) Berbaring pada sisi dilantai berkarpet atau matras olahraga
dengan panggul saling tersusun. Jaga agar paha tetap
berada diatas paha yang lain, tetapi tekuk lutut kaki yang
berada di bawah untuk menyeimbangkan keseimbangan.
(3) Sampai hitungan ke-3, jaga kaki bagian atas lurus,
perlahan-lahan angkat kaki menjauhi lantai sampai
ketinggian 15 sampai 50 sentimeter. Saat mengangkat,
biarkan tumit (bukan ujung kaki) yang memimpin.
Gambar 2.3 Mengangkat kaki dari samping
(4) Ingat untuk bernafas.
(5) Berhenti. Kemudian, sampai hitungan ke-3, perlahan-lahan
turunkan kaki kembali kebawah, ke posisi semula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(6) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan
mengangkat kaki kanan, dengan istirahat kurang lebih 1
menit di antara set. Kemudian selesaikan 2 set yang terdiri
dari 10 pengulangan mengangkat kaki kiri.
d) Terbang memutar satu tangan
Kebanyakan orang, menderita nyeri punggung pada
satu saat. Dalam banyak kasus, otot punggung yang lemah
adalah penyebabnya. Olahraga ini akan memperkuat otot dari
punggung belakang atas dan bahu, membentuk dalam
mempertahankan postur yang baik dan mengurangi tekanan
pada tulang belakang.
(1) Berdiri dengan panggul kiri kurang lebih 60 sentimeter dari
meja yang kokoh dengan kaki terpisah selebar bahu.
Membungkuk ke depan di sendi belakang panggul,
istirahatkan tangan kiri pada meja untuk menyeimbangkan
posisi.
(2) Dengan dumbbells di tangan kanan, perlahan-lahan angkat
tangan langsung kesamping dalam hitungan tiga, jagalah
siku agar tetap santai dan telapak tangan menghadap ke
bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 2.4 Terbang memutar satu tangan
(3) Ingatlah untuk bernafas.
(4) Jagalah lutut dan siku tetap lemas (dengan sedikit tekukan)
sepanjang latihan ini.
(5) Pastikan bahwa pergelangan tangan, lengan, kepala, leher,
dan punggung berada dalam satu garis, dan jangan
membungkukkan bahu.
(6) Berhenti. Kemudian dalam hitungan ke-3 rendahkan tangan
kembali ke posisi semula.
(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan
mengangkat kaki kanan, dengan istirahat kurang lebih 1
menit di antara set. Kemudian selesaikan 2 set yang terdiri
dari 10 pengulangan dengan tangan kiri.
e) Push up
Push up memperkuat pergelangan tangan, dada dan bahu
sementara memperbaiki keseimbangan dan kesadaran tubuh.
(1) Berbaring menghadap ke bawah pada lantai berkarpet atau
matras dengan tangan pas disamping bahu, jari-jari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menghadap kedepan dan siku tertekuk dan menunjuk
keatas.
(2) Jaga agar lutut dilantai dan kaki santai, perlahan-lahan
dorong bahu, dada, panggul dan paha menjauhi lantai
(jagalah semua dalam satu garis lurus) dalam hitungan
ketiga.
(3) Ingat untuk bernafas.
Gambar 2.5 Push Up
(4) Jaga otot perut untuk berkontraksi, dan pastikan paha,
pantat, punggung, kepala dan leher tetap berada dalam satu
garis lurus selama latihan ini.
(5) Letakkan handuk terlipat di bawah lutut untuk bantalan
tambahan bila diperlukan.
(6) Berhenti. Kemudian sampai hitungan ke-3, perlahan-lahan
rendahkan tubuh kembali ke bawah sampai melayang
sedikit di atas posisi semula.
(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan dengan
istirahat kurang lebih 1 menit di antara set.
(8) Saat siap untuk tantangan tambahan tingkatkan gerakan ini
menjadi push up kalsik-lutut diangkat dari lantai, kaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalam satu garis lurus, dan beban berada pada tangan dan
ujung jari kaki.
f) Peregangan punggung
Peregangan punggung sederhana ini dapat memperkuat
kelompok otot erector spina yang kecil namun penting, yang
berjalan di sepanjang tulang belakang. Ini akan membantu
mencegah nyeri punggung dan memperbaiki postur karena
terfokus pada tulang-tulang dari tulang belakang, yang
terutama rentan pada osteoporosis.
(1) Berbaring menghadap ke bawah pada lantai berkarpet atau
matras dengan tangan kiri terentang lurus di atas kepala dan
sejajar dengan lantai dan tangan kanan berada di sisi badan.
(2) Jagalah pandangan mata pada lantai dan kepala dan leher
dalam satu garis, dan perlahan-lahan, angkat tangan kiri dan
kaki kanan dari lantai samapai hitungan ke-3.
Gambar 2.6 Peregangan punggung
(3) Ingat untuk bernafas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
(4) Untuk memastikan kepala dan leher berada dalam satu garis
lurus selama latihan ini, jaga tangan yang angkat untuk
tetap di samping telinga.
(5) Letakkan bantal di bawah lutut untuk bantalan tambahan
bila diperlukan.
(6) Berhenti. Kemudian, sampai hitungan ke-3 perlahan-lahan
rendahkan tangan dan kaki kembali ke lantai.
(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan
mengangkat tangan kiri dan kaki kanan, dengan istirahat
kurang lebih 1 menit diantara set. Kemudian, lakukan 2 set
dari 10 pengulangan mengangkat tangan kanan dan kaki
kiri dengan 1 menit istirahat di antara set.
g) Menggulung perut
Pada usia mendekati menopause atau masa premenopause,
perut tidak lagi serata dahulu. Olahraga peregangan punggung
dan menggulung perut akan memperbaiki kekuatan stabilitas
badan dan membantu meratakan dan memangkas perut yang
tidak rata.
(1) Berbaringlah di punggung, di lantai berkarpet atau matras
dengan kedua lutut bertekuk pada kaki datar di lantai.
Letakkan tangan di belakang kepala dan leher untuk
dukungan dan jagalah pandangan keatas langit-langit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(2) Dalam hitungan tiga, perlahan-lahan angkat kepala, leher,
bahu, dan punggng belakang dari lantai, dengan
mengontraksi otot perut.
(3) Ingat untuk bernafas.
Gambar 2.7 Menggulung perut
(4) Untuk mengurangi ketegangan pada punggung, jagalah
kepala dan leher dalam satu garis, pastikan untuk menjaga
pandangan ke atas (tidak ke arah lutut) dan angkatlah dada
kearah langit-langit.
(5) Berhenti. Kemudian dalam hitungan ke-3 perlahan-lahan
turunkan tubuh anda kembali ke posisi awal.
(6) Pada satu dari beberapa gerakan menggulung perut,
letakkan satu tangan pada otot perut dan rasakan kontraksi,
ingatlah untuk bergerak perlahan-lahan dan berpusat pada
perut (tidak dengan kepala atau bahu) untuk mengangkat
tubuh dari lantai.
(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan dengan
istirahat kurang lebih satu menit di antara 2 set.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
d. Manfaat Olahraga
Dengan melakukan olahraga secara teratur dan terukur dapat
memberikan keuntungan bagi kita. Manfaat olahraga antara lain :
1) Mengatur tonus dan menguatkan setiap organ tubuh dan sistem
tubuh.
2) Membantu menenangkan ketegangan, membuat tidur lebih
nyenyak.
3) Menguatkan pengendalian diri, meningkatkan kinerja pikiran dan
meningkatkan rasa segar.
4) Mengurangi rasa cemas dan tertekan.
5) Menurunkan stress emosional.
6) Menurunkan lemak darah (trigliserida dan meningkatkan kolesterol
yang baik HDL), dengan demikian membantu mengurangi risiko
penyakit jantung koroner.
7) Mengurangi resistensi insulin, membantu mengendalikan kadar
gula darah, dan bermanfaat pada pengobatan diabetes (tipe I dan
tipe II).
8) Menghilangkan sembelit.
9) Melindungi terhadap osteoporosis dan pengeroposan tulang.
10) Meningkatkan daya tahan untuk bekerja dan bermain.
11) Memperpanjang usia harapan hidup (memperlambat proses
penuaan) (Hardinge dan Shryock, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Konsep Premenopause
a. Pengertian masa klimakerium
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap
reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita
berusia 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam
keluhan endokrinologis dan vegatatif. Keluhan tersebut terutama
disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium (Wiknjosastro, 2006).
Masa ini menurut Cooper (2001) dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
Gambar 2.8 Masa Klimakterium
Keterangan :
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam masa klimakterium
seperti :
1) Premenopause
a) Pengertian Premenopause
Premenopause merupakan bagian dari klimaterium
sebelum menopause (Wiknjosastro, 2006). Periode
premenopause terjadi pada usia antara 40 tahun sampai 50
Reproduksi Klimakterium
13-16 40 45 50 55 65
Premenopause Pascamenopause
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tahun (Mayo Clinic, 2011). Premenopause adalah kondisi
fisiologis pada wanita dimana wanita yang telah memasuki
proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar
esterogen. Pada fase ini siklus haid wanita tidak teratur,
perdarahan haid kadang memanjang, jumlah darah haid
relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid
(Yatim, 2005).
b) Fase Premeopause
Menurut dr. Jerilynn C. Prior, Scientific Director,
Centre For Menstrual Cycle and Ovulation Research,
bahwa premenopause memiliki 5 fase sebelum menuju ke
fase menopause, seperti terlihat dalam skema dibawah ini :
Gambar 2.9 Fase Premenopause
Keterangan :
(1) Fase A merupakan fase pertama sebelum menuju ke
menopause. Hormon esterogen akan meningkat pada
akhir usia 30an dan akan menjadi tidak menentu
kenaikan atau penurunannya pada masa premenopause.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Terkadang, tingginya esterogen disertai dengan
rendahnya progesteron dapat menyebabkan beberapa
simptom seperti payudara membengkak, nyeri dan
bengkak, serta mulai timbulnya tanda gejala lainnya.
(2) Fase B hampir sama dengan fase A tetapi pada fase ini
ada beberapa perbedaan, pada fase ini mulai terjadi hot
flush dan siklus menstruasi menjadi lebih pendek
(mungkin akan menjadi 24-25 hari diantara periode).
(3) Fase C dimulai ketika menstruasi menjadi tidak teratur,
terkadang memendek dan terkadang memanjang.
Diantara periode transisi perubahan siklus menstruasi
dari teratur menjadi tidak teratur, wanita akan
mengalami satu periode dimana darah menstruasi
sangat banyak. Beberapa ahli berpendapat bahwa
premenopause dimulai ketika siklus menstruasi seorang
wanita menjadi tidak teratur.
(4) Fase D pada premenopause ditandai dengan tidak
terjadinya menstruasi pada beberapa bulan tapi dibulan
selanjutnya masih menstruasi lagi atau dua bulan wanita
tidak mengalami menstruasi tapi pada bulan ketiga akan
mengalami menstruasi lagi. Pada fase ini rasa nyeri
pada payudara akan membaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
(5) Fase E adalah fase dimulainya menopause, dimana
seorang wanita tidak lagi mengalami siklus menstruasi
(Prior, 2007).
c) Gejala premenopause
Gejala premenopause menurut Lestari (2010)
diantaranya adalah :
(1) Perubahan di dalam periode menstruasi (memendek
atau memanjang, lebih banyak atau lebih sedikit atau
tidak mendapat menstruasi sama sekali).
(2) Hot flashes adalah sensasi dari panas seluruh tubuh
dan kemerahan pada wajah dan sering disertai dengan
keringat jantung berdebar dan perasaan tidak nyaman
pada seluruh tubuh.
(3) Kekeringan pada vagina karena adanya gangguan
lubrikasi pada vagina.
(4) Gangguan tidur dapat diakibatkan karena perasaan
atau keadaan tubuh yang tidak nyaman atau karena
mimpi-mimpi yang mengganggu.
(5) Perubahan mood (depresi, mudah tersinggung).
(6) Nyeri ketika bersanggama karena keadaan kering
pada vagina.
(7) Infeksi saluran kemih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(8) Inkontinensia urin (tidak mampu menahan keluarnya
air seni).
(9) Tidak berminat pada hubungan seksual.
(10) Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang.
(11) Bermasalah dengan konsentrasi dan daya ingat.
2) Menopause
a) Pengertian Menopause
Menopause merupakan fase dimana perdarahan haid
seorang wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi
berangsur-angsur yang semakin jelas penurunan fungsi
kelenjar indung telurnya, serta terdapat amenore (tidak
haid) sekurang-kurangnya satu tahun tanpa didahului
kehamilan (Yatim, 2005). Umur terjadinya menopause
dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola
kehidupan (Wiknjosastro, 2006).
b) Kategori Menopause
Menopause dapat menjadi kejadian yang terjadi
secara alami atau perubahan hidup yang timbul akibat
intervensi medis. Umumnya, sebab menopause dapat
dikategorikan sebagai berikut :
(1) Menopause alami
Menopause alami adalah akhir dari tahun
reproduksi wanita. Ditandai dengan tidak hadirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
siklus menstruasi selama satu tahun penuh. Hal ini
dapat terjadi pada usia 40 dan 58 tahun, dengan rata-
rata usia kurang lebih 51 tahun.
(2) Menopause prematur
Menopause prematur adalah saat siklus
menstruasi wanita berhenti selama satu tahun penuh
sebelum usia 40 tahun. ini dapat terjadi akibat berbagai
alasan, termasuk genetik, proses autoimun, atau
intervensi medis, seperti kemoterapi.
(3) Menopause beralasan atau medis
Menopause beralasan disebabkan pada saat
kerusakan parah (seperti yang disebabkan oleh
kemoterapi yang digunakan selama pengobatan kanker)
atau pengakatan operatif pada ovarium (menopause
akibat bedah) (Tagliaferri, 2006).
c) Tanda dan Gejala Menopause
Tanda dan gejala pada masa menopause menurut
Tagliaferri (2006) sedikit banyak hampir sama dengan
gejala pada premenopause sehingga agak sulit untuk
dibedakan, berikut tanda dan gejala pada wanita yang
mengalami menopause menurut antara lain :
(1) Siklus menstruasi tidak teratur
(2) Sakit kepala migren
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(3) Perdaragan pervaginal hebat
(4) Cepat lelah
(5) Serangan panas
(6) Keinginan seksual menurun
(7) Keringat malam
(8) Nyeri saat berhubungan seks
(9) Kenaikan berat badan
(10) Kembung
(11) Insomnia
(12) Rambut menjadi kelabu
(13) Depresi dll
3) Postmenopause
Postmenopause merupakan suatu keadaan dimana
wanita memiliki atau menemukan keseimbangan baru setelah
melalui masa transisi yang berat, disini wanita postmenopause
tidak lagi mengalami menstruasi. Postmenopause terjadi
dimulai bila wanita tidak mengalami menstruasi lebih dari 12
bulan setelah menstruasi terakhir (Tagliaferri, 2006).
4. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengetahui, pengetahuan terjadi
setelah orang melakukan tindakan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Terjadinya pengindraan dilakukan melalui pancaindra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
manusia yakni : indra pengecap, penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba. Pengetahuan seseorang dapat sangat berpengaruh
pada tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan dasar dari terbentuknya perilaku
seseorang. Tingkatan pengetahuan menurut Bloom ada 6 yaitu :
1) Mengetahui (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang
telah diterima.
2) Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Mengaplikasi (application). Mengaplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Menganalisis (analysis). Menganalisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5) Mensintesis (synthesis). Mensintesis menunjukkan suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Mengevaluasi (evaluation). Mengevaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).
c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang antara lain :
1) Usia
Usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang , semakin cukup
usia tingkat kemampuan atau kematangan seseorang maka akan
lebih matang dalam berfikir dan menerima informasi.
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin berkaitan dengan perilaku model bahwa individu
melakukan model sesuai dengan jenis kelamin.
3) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk bersikap
dan berperan dalam pembangunan keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4) Intelegensia
Intelegensia pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri dan cara pengambilan keputusan individu yang
berintelegensia tinggi.
5) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi mempengaruhi terhadap tingkah laku
individu yang berasal dari status ekonomi yang lebih baik
dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri
daripada seseorang dari status sosial ekonomi lebih rendah.
6) Sosial Budaya
Status sosial budaya termasuk didalamnya pandangan keagamaan,
kelompok etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan
khususnya seseorang dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk
memperkuat superegonya (Latipun, 2001).
d. Pengetahuan Mengenai Osteoporosis dan Aktivitas Latihan untuk
Mencegah Osteoporosis
Beberapa wanita memasuki masa menopause dengan penuh
kecemasan dan penuh dengan gambaran negatif mengenai masa
menopause. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
wanita dalam persiapan menghadapi menopause. Pemberian informasi,
pengetahuan dan pendidikan yang akan terjadi pada wanita menopause
pada wanita premenopause selain akan mengurangi kecemasan juga
akan mempengaruhi wanita premenopause untuk mengubah gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
hidup yang kurang sehat menjadi gaya hidup yang lebih sehat,
sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif akibat
gaya hidup tidak sehat dimasa muda. Informasi, pengetahuan dan
pendidikan yang diberikan dapat berupa informasi mengenai gejala-
gejala yang timbul pada masa menopause seperti osteoporosis akibat
penurunan produksi hormone. Wanita premenopause akan menghadapi
dan menjalani masa menopause dengan bahagia dan tanpa pikiran
negatif bila ia mendapatkan informasi dan pengetahuan yang faktual
dan akurat mengenai gejala osteoporosis dan cara-cara pencegahan dan
mengatasi osteoporosis dengan berolahraga secara teratur. Sebab
ketidaktahuan seseorang akan menimbulkan dampak ketidaksiapan
menghadapi masa menopause pada akhirnya (Mustopo, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Keterangan :
-------------- : Tidak diteliti
_________ : Diteliti
Gambar 2.10 Skema kerangka konsep
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif
antara tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan
untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang osteoporosis
maka aktivitas latihan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis akan
semakin baik.
Tingkat Pengetahuan tentang
Osteoporosis
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Sosial Ekonomi
Sosial Budaya
Pengetahuan (Tahu)
Pemahaman
Aplikasi/Penerapan
Aktivitas Latihan untuk
Mencegah Osteoporosis pada
Wanita Usia Premenopause
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
yang bertujuan untuk melakukan deskripsi terhadap fenomena atau kejadian
yang ditemukan tanpa mencoba melakukan analisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi (Arief, TQ, 2004). Kemudian melakukan
analisa dan menarik kesimpulan dengan pendekatan cross sectional untuk
mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan dengan aktivitas latihan
untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah
Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03. Adapun penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juni tahun 2012.
C. Populasi Penelitian
1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 40-50 tahun.
2. Populasi Aktual
Populasi aktual dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 40-50 tahun
di Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03 sebanyak 45 responden.
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
D. Teknik Sampling
Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik non random sampling : purposive sampling (Nursalam, 2009). Teknik
purposive sampling didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri dan sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010)
E. Besar Sampel
Semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan semakin
repersentatif. Namun demikian, penggunaan sampel sebesar 10%-20% untuk
subjek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup. Makin kecil
jumlah populasi, presentase sampel harus semakin besar (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini, karena jumlah populasinya kurang dari 1000
maka besar sampel ditentukan menurut Notoatmodjo (2010) dengan rumus :
Dimana :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0,05
Sehingga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Maka diperoleh sampel yang akan diteliti adalah sebesar 41 responden dari
total 45 orang wanita usia premenopause (40-50 tahun).
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah sebagai berikut :
a. Wanita yang berusia 40-50 tahun.
b. Wanita yang belum berhenti haid secara alami.
c. Wanita yang bertempat tinggal di Lingkungan Mageru RW 16 pada
RT 01 dan 03.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi karena beberapa sebab. Dalam penelitian ini,
kriteria eksklusi yaitu subjek menolak menjadi responden dalam
penelitian.
G. Definisi Operasional
1. Variabel Independent : Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis
a. Definisi Operasional
Penerapan wanita pada usia premenopause tentang
pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan. Penerapan
aplikasi tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan yang diperoleh
dari jawaban koesioner yang diisi oleh responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Nilai Variasi
Tingkat pengetahuan diukur dengan koesioner, pertanyaan
pada koesioner ini dibatasi hingga level C3. Setiap jawaban benar
diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, jumlah soal sebanyak 25
soal dengan skor minimum-maksimum sebesar 0-25 point, kemudian
dihitung skor totalnya.
Variasi Nilai : Baik (76 - 100%)
Cukup (56 - 75%)
Kurang (<56%)
c. Skala Pegukuran : Ordinal
d. Alat Ukur : Koesioner
2. Variabel Dependent : Aktivitas Latihan untuk Mencegah Osteoporosis
a. Definisi Operasional
Latihan untuk pencegahan osteoporosis adalah aktivitas latihan
fisik yang dilakukan oleh responden yang diperoleh dari jawaban-
jawaban koesioner. Penilaian koesioner dengan cara skoring.
b. Nilai Variasi
Tingkat pengetahuan diukur dengan koesioner dimana setiap
jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, jumlah
soal sebanyak 14 soal dengan skor minimum-maksimum sebesar 0-14.
Kemudian dihitung skor totalnya.
Variasi Nilai : Baik (76 - 100%)
Cukup (56 - 75%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Kurang (<56%)
c. Skala Pengukuran : Ordinal
d. Alat Ukur : Koesioner
H. Cara Kerja
1. Alat Ukur
a. Pengukuran Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis
Pengukuran tingkat pengetahuan tentang osteoporosis diukur
dengan menggunakan alat berupa koesioner yaitu daftar pertanyaan
yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden
tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda
tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Koesioner yang digunakan adalah jenis kuersioner yang sudah
disediakan jawaban atau bersifat tertutup dengan skala Guttman. Skala
ini bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang
tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan ya dan tidak, positif
dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skor benar
nilainya adalah 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Koesioner Tingkat Pengetahuan
tentang Osteoporosis
No Indikator Favourable Unfavourable Tidak
Valid
1. Pengetahuan
tentang
osteoporosis
dengan aktivitas
latihan untuk
mencegah
osteoporosis
1, 4, 5 2, 3, 6 -
2. Pemahaman
tentang
osteoporosis
dengan aktivitas
latihan untuk
mencegah
osteoporosis
7, 8, 9, 12 10, 11, 13, 14 -
3. Penerapan aplikasi
tentang
osteoporosis
dengan aktivitas
latihan mencegah
osteoporosis
15, 16, 19, 21,
24
17, 18, 20, 22,
23,25
-
Sumber : Data Primer, 2012
b. Pengukuran Aktivitas Latihan untuk Mencegah Osteoporosis
Pengukuran aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis
dengan cara menggunakan alat berupa koesioner. Koesioener yang
dipakai dengan menggunakan skala Guttman dengan pertanyaan
tertutup. Skala ini bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan
jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, salah dan benar,
positif dan negatif, setuju dan tidak setuju. Skala ini dibuat seperti
checklist dengan intepretasi penilaian, apabila benar nilainya 1 dan
apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Total skor maksimum adalah 14 poin dengan pembobotan nilai
tiap nomor dengan rincian seperti yang tertera dalam tabel kisi-kisi
soal di bawah ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis
No
Pertanyaan
Bobot
Pertanyaan
No
Pertanyaan
Bobot
Pertanyaan
1 1 11 1
2 1 12 1
3 1 13 1
4 1 14 1
5 1 Total 14
6 1
7 1
8 1
9 1
10 1
Sumber : Data Primer, 2012
Sebelum koesioner diberikan kepada responden, koesioner harus
diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu agar dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian. Untuk memperoleh distribusi nilai
hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden
untuk uji coba paling sedikit 30 orang (Hidayat, 2007; Notoatmodjo, 2005;
Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan 30 responden yaitu wanita usia premenopause di Kelurahan
Sragen Tengah Lingkungan Mageru RW 16 RT 02.
(1) Uji Validitas
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product
moment” yang rumusnya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Keterangan :
Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = skor tiap pertanyaan
Y = skor total
XY = skor tiap pertanyaan dikali skor total
Butir pertanyaan kuesioner tersebut dinyatakan valid jika diperoleh hasil
perhitungan Rhitung > Rtabel (Notoatmodjo, 2005).
Selain validitas, kuesioner juga harus diuji reliabilitasnya.
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005).
(2) Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas digunakan rumus
Alpha Cronbach sebagai berikut :
r11 = reliabilitas instrumen
Rxy = N ( ∑ XY ) – ( ∑ X ∑ Y )
√ {N∑X² - (∑X)²} { N∑Y² - (∑Y)²}
r11 = k
1-
∑ σb2
k-1 σ1
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
k = banyaknya soal
∑ σb2 = jumlah varians butir
σ12 = varians total
Butir pertanyaan kuesioner tersebut dinyatakan reliabel jika diperoleh
hasil perhitungan r11 > rtabel pada taraf signifikan 5% (Arikunto, 2006).
2. Metode Pengumpulan Data
a. Setelah mendapatkan surat ijin dari Kelurahan Sragen Tengah untuk
mendapatkan jumlah wanita usia premenopause di Lingkungan
Mageru RW 16 .
b. Peneliti mendatangi responden melalui kegiatan PKK, arisan atau door
to door dengan kriteria responden sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
c. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi inform consent
bagi yang bersedia menjadi responden.
d. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian koesioner.
e. Peneliti melakukan pengolahan data.
I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain :
1) Editing, yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Coding, yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Pemberian
kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (codebook)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3) Data entry, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau dengan mambuat table kontigensi.
4) Teknik analisis, yaitu melakukan analisis, khususnya terhadap data
penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian statistik inferensial
maka analisis data menggunkan statistika untuk menyimpulkan
parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal
dengan proses generalisasi dan inferensial (Hidayat, 2007).
b. Analisis Data
Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Untuk melihat
hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal maka rumus yang
digunakan adalah korelasi Spearman Rank (Hidayat, 2007). Digunakan
analisis data dengan Sperman Rank karena data penelitian berbentuk
ordinal (rangking atau jenjang) dan desain atau rancangan penelitiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
korelasi. Proses analisis data akan dibantu dengan menggunakan program
SPSS Ver. 16.0 untuk Window.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah
osteoporosis pada wanita usia premenopause. Penelitian dilaksanakan mulai
bulan Maret sampai dengan Juni tahun 2012 di Kecamatan Sragen Kelurahan
Sragen Tengah Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03 dengan
jumlah sampel sebanyak 41 responden. Karakteristik responden adalah wanita
usia premenopause (40-50 tahun) di Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01
dan 03, terdiri dari 28 orang warga RT 03 dan 13 orang warga RT 01.
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode kuesioner
tertutup yang diberikan pada responden secara langsung. Untuk mendapatkan
instrumen yang valid dan reliabel, terlebih dahulu dilakukan try out (uji coba)
melalui uji validitas dan uji reliabilitas terhadap 30 orang responden. Uji coba
instrumen dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2012 dan tahap pelaksanaan
penelitian dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012. Hasil penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Supaya terhindar dari kekeliruan dan ketidakpastian dalam
perhitungan maka sebelum digunakan untuk penelitian sesungguhnya, lebih
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini dan diuji pada 30 responden. Uji validitas
dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Product Moment Correlation Pearson, dan
uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha.
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
validitas/kesahihan suatu alat ukur. Suatu instrumen dapat dianggap valid
jika mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Untuk
mengetahui seberapa cermat suatu instrumen melakukan fungsi ukurnya,
maka perlu dilakukan pengukuran kesahihan butir atau uji
validitas (Notoadmodjo, 2005). Ketentuan uji validitas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Suatu instrumen dinyatakan valid atau sahih jika memiliki nilai rhitung >
rtabel.
b. Nilai rtabel diperoleh melalui distribusi Tabel r Product Moment dengan
jumlah responden (n) = 30.
c. Pengujian mengggunakan taraf kesalahan () = 5%
d. Nilai rtabel dengan n = 30 dan taraf kesalahan 5% adalah sebesar 0,361
(Arikunto, 2006).
Hasil uji validitas terhadap item pertanyaan pengetahuan tentang
osteoporosis menunjukkan nilai rhitung > rtabel, maka semua item pertanyaan
dalam penelitian ini dinyatakan valid atau sahih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hasil uji validitas terhadap item pertanyaan aktivitas latihan untuk
mencegah osteoporosis menunjukkan nilai rhitung > rtabel, maka semua item
pertanyaan dalam penelitian ini dinyatakan valid atau sahih.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengukuran reliabilitas pada
prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil
yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pada subjek yang sama. Semakin
tinggi tingkat keandalan suatu alat ukur, semakin stabil dan semakin dapat
diandalkan alat ukur tersebut dalam mengukur suatu gejala. Kriteria
instrumen dinyatakan reliabel menggunakan kriteria yang dikemukakan
Ghozali (2006) bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,60. Sebaliknya suatu konstruk atau variabel
dikatakan tidak reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha ≤ 0,60
(Ghozali, 2006).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan tentang Osteoporosis
Hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan pengetahuan tentang
osteoporosis dalam penelitian ini menunjukkan nilai Cronbach Alpha
(0,831) > 0,6 maka semua item pertanyaan dalam penelitian ini
dinyatakan reliabel atau andal.
b. Uji Reliabilitas Variabel Aktivitas Latihan untuk Mencegah
Osteoporosis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan aktivitas latihan untuk
mencegah osteoporosis dalam penelitian ini menunjukkan nilai
Cronbach Alpha (0,751) > 0,6 maka semua item pertanyaan dalam
penelitian ini dinyatakan reliabel atau andal.
C. Distribusi Responden
1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden
Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
40-43 tahun 15 36.59
44-47 tahun 14 34.15
48-51 tahun 12 29.26
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden
(15 orang/36,59%) berumur antara 40-43 tahun. Pada penelitian ini usia
termuda adalah 40 tahun.
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SD 2 4.88
SMP 6 14.63
SMA 24 58.54
Perguruan Tinggi 9 21.95
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden
(24 orang/58,54%) berpendidikan SMA.
3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
IRT 16 39.02
Petani/Buruh 2 4.88
Swasta 23 56.10
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan
responden sebagian besar berada pada kategori swasta sebanyak 23 orang
(56,10%).
4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Osteoporosis
Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
osteoporosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.4 Distribusi Sumber Informasi Osteoporosis Responden Sumber Informasi
Osteoporosis Jumlah (orang)
Persentase (%)
Keluarga dan Masyarakat 9 21.95
Media 23 56.10
Unit Pelayanan Kesehatan 5 12.20
Belum Pernah 4 9.76
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden
(23 orang/56,10%) memperoleh informasi osteoporosis dari berbagai
media.
5. Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kontrasepsi
Karakteristik responden berdasarkan alat kontrasepsi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Alat Kontrasepsi Responden
Alat Kontrasepsi Jumlah (orang) Persentase (%)
Ya 22 53.66
Tidak 19 46.34
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa, dari keseluruhan
responden mayoritas (22 orang/53,66%) menggunakan alat kontrasepsi.
6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan
Karakteristik responden berdasarkan penghasilan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.6 Distribusi Penghasilan Responden
Penghasilan Jumlah (orang) Persentase (%)
< Rp 500.000,00 12 29.27
Rp 500.000,00 - Rp 1.000.000,00 15 36.59
> Rp 1.000.001,00 14 34.15
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan dari keseluruhan responden
mayoritas (15 orang/ 36,59 % ) berpengahasilan antara Rp 500.000,00 -
Rp 1.000.000,00 per bulan.
7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak Responden
Jumlah Anak Jumlah (orang) Persentase (%)
0 1 2.44
1-2 orang 28 68.29
3 orang atau lebih 12 29.27
Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa, dari mayoritas
responden (28 orang/68,29%) memiliki anak antara 1-2 orang.
D. Deskripsi Variabel Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Tentang Osteoporosis
Tingkat pengetahuan tentang osteoporosis adalah tingkat
penerapan wanita pada usia premenopause mengenai pengetahuan tentang
osteoporosis dengan aktivitas latihan. Penerapan aplikasi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
osteoporosis dengan aktivitas latihan yang diperoleh dari jawaban
koesioner yang diisi oleh responden. Tingkat pengetahuan diukur dengan
instrumen kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanyak 25 butir
selanjutnya dihitung skor totalnya. Tingkat pengetahuan diklasifikasikan
ke dalam tiga kategori dengan penilaian sebagai berikut:.
a. Tingkat pengetahuan baik jika jawaban benar 76-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban benar 56-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban benar dari 56%
Selanjutnya dapat dibuat tabel distribusi frekuensi tingkat
pengetahuan tentang osteoporosis sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang
Osteoporosis Nilai
Kategori
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
76-100% Baik 18 43,90 56-75% Cukup 20 48,78 < 56% Kurang 3 7,32
Jumlah 41 100,00 Sumber : Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat pengetahuan
responden tentang osteoporosis sebagian besar (20 orang/48,78%)
dikategorikan ke dalam tingkat yang cukup baik.
2. Deskripsi Aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis
Aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis adalah aktivitas
latihan fisik untuk mencegah osteoporosis yang dilakukan oleh pada
wanita usia premenopause. Aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis
diukur dengan instrumen kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
sebanyak 14 butir selanjutnya dihitung skor totalnya. Aktivitas latihan
fisik untuk mencegah osteoporosis diklasifikasikan ke dalam tiga kategori
dengan penilaian sebagai berikut:.
a. Aktivitas latihan dikategorikan tinggi jika jawaban benar 76-100%
b. Aktivitas latihan dikategorikan sedang jika jawaban benar 56-75%
c. Aktivitas latihan dikategorikan rendah jika jawaban benar dari 56%
Selanjutnya dapat dibuat tabel distribusi frekuensi aktivitas latihan
untuk mencegah osteoporosis sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Aktivitas Latihan Untuk Mencegah
Osteoporosis Nilai
Kategori
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
76-100% Tinggi 8 19,51 56-75% Sedang 22 53,66 < 56% Rendah 11 26,83
Jumlah 41 100,00 Sumber : Data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa tingkat aktivitas latihan
untuk mencegah osteoporosis yang dilakukan responden sebagian besar
(22 orang/53,66%) dikategorikan sedang.
E. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji adalah ”Ada hubungan yang positif antara
tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk
mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause”. Pengujian hipotesis
dilakukan melalui Uji Korelasi Spearman Rank. Berdasarkan hasil pengolahan
data melalui program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Hasil uji korelasi Spearman Rank dengan menggunakan program
SPSS didapatkan nilai korelasi (rho) = +0,675. Angka tersebut
menunjukkan cukup kuatnya korelasi antara pengetahuan dengan perilaku
(aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis), sedangkan tanda “+”
menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin
semakin baik perilakunya, begitu pula sebaliknya.
Tingkat signifikansi (p) dari hasil korelasi Spearman Rank diperoleh
p sebesar 0,000 di mana nilai ini jauh lebih kecil dari level of significance ()
yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah
osteoporosis pada wanita usia premenopause. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau terbukti kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
PEMBAHASAN
Pengetahuan mengenai osteoporosis pada wanita usia premenopause
merupakan faktor yang amat penting karena wanita mempunyai risiko terserang
osteoporosis lebih tinggi dari pada pria. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap 41 responden pada wanita usia premenopause di Lingkungan
Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03 menunjukkan bahwa responden memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda dengan mayoritas (20 orang/48,78%) telah
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik mengenai osteoporosis.
Sejalan dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka upaya peningkatan pengetahuan tentang osteoporosis pada
wanita usia premenopause (40-50 tahun) di Kabupaten Sragen Kelurahan Sragen
Tengah Lingkungan Mageru RW 16 masih perlu dioptimalkan karena sampai saat
ini belum ada program kesehatan terkait dengan menopause. Perbedaan tingkat
pengetahuan responden dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor
misalnya perbedaan mengenai tingkat pendidikan di mana mayoritas responden
berpendidikan SMA. Semakin tinggi pendidikan formal seseorang pada umumnya
akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih luas sehingga wawasan dan
informasi yang dimiliki akan lebih banyak dibandingkan dengan yang
berpendidikan lebih rendah. Perbedaan tingkat pengetahuan juga dapat
disebabkan karena dukungan lingkungan berupa sumber informasi mengenai
osteoporosis. Berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas responden memperoleh
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
informasi osteoporosis dari media (23 orang/56,1%) bahkan yang belum pernah
memperoleh informasi sebanyak 4 orang (9,76). Sedangkan 14 orang memperoleh
informasi dari keluarga dan masyarakat dan unit pelayanan kesehatan.
Pada penelitian didapatkan hasil sebagian besar pekerjaan dari respondent
adalah swasta sebanyak 23 orang (56,10%), pekerjaan seseorang secara tidak
langsung berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang karena pekerjaan
berhubungan dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan faktor
interaksi sosial dan kebudayaan berhubungan erat dengan pertukaran infomasi
sehingga hal ini akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang (Humam,
2003). Hasil penelitian juga mendapatkan hasil bahwa penghasilan mayoritas
responden adalah Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00 yang merupakan tingkat
penghasilan menengah dengan jumlah 15 orang (36,59%) serta jumlah
tanggungan anak mayoritas adalah 1-2 orang anak. Penghasilan dan tanggungan
anak termasuk dalam sosial budaya dan ekonomi yang dapat mempengauhi
pengetahuan seseorang secara tidak langsung. Menurut Lukman (2008) Sosial
budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi
ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Aktivitas latihan untuk mencegah kejadian osteoporosis berkaitan dengan
kecenderungan perilaku seseorang untuk mencegah terjadinya penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
osteoporosis. Tindakan yang dilakukan misalnya melalui pola hidup sehat,
mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium atau aktivitas latihan fisik
melalui olahraga teratur dan sesuai petunjuk yang benar. Berdasarkan teori serta
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Yuli Aryani osteoporosis
dipengaruhi oleh asupan kalsium, olahraga atau latihan dapat mempengaruhi
penyerapan kalsium dalam tubuh (Aryani, 2007). Menurut dr. Sadoso
Sumosardjuno Sp. KO bahwa pembebanan lokal pada otot tertentu akibat
olahraga menyebabkan tulang ikut bertumbuh (osteogenesis). Sel-sel tulang
mengalami tarikan mekanis akibat latihan olahraga/latihan beban yang memberati
tulang. Tarikan-tarikan itu menyebabkan masuknya ion-ion kalsium ke dalam sel
diikuti produksi prostaglandin (kelompok asam lemak hidroksid yang merangsang
kontraksi otot polos, merendahkan tekanan darah) dan nitric oxide, meningkatkan
aktivitas enzim, serta mengeluarkan hormon pertumbuhan. Akhirnya perubahan-
perubahan ini dapat memicu pembentukan kembali tulang (Sumosardjuno, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 41 responden
pada wanita usia premenopause di Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan
03 Kelurahan Sragen Tengah Kecamatan Sragen menunjukkan bahwa secara
keseluhan belum menunjukkan perilaku yang baik terhadap pencegahan
osteoporosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 orang yang
dikategorikan baik baru mencapai 8 orang (19,51%) artinya tindakan untuk
melakukan aktivitas latihan fisik untuk mencegah osteoporosis masih belum
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi aktivitas latihan fisik untuk
mencegah terjadinya osteoporosis adalah pengetahuan seseorang mengenai
osteoporosis. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) pengetahuan
akan mempengaruhi perilaku seseorang, pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Hasil penelitian ini
diperoleh temuan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat
pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah
osteoporosis pada wanita usia premenopause di Kelurahan Sragen Tengah
Kecamatan Sragen. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin
semakin baik perilakunya untuk melakukan pencegahan osteoporosis, begitu pula
sebaliknya.
Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa perilaku untuk mencegah
terjadinya osteoporosis akan semakin tinggi apabila seseorang memiliki
pengetahuan yang semakin baik mengenai osteoporosis. Untuk meningkatkan
pengetahuan, seseorang harus memiliki informasi yang lebih banyak mengenai
osteoporosis terutama yang menyangkut sebab, akibat dan cara pencegahannya.
Hasil ini sesuai dengan pendapat Mustopo (2005) bahwa pemberian informasi,
pengetahuan dan pendidikan yang akan terjadi pada wanita premenopause selain
mengurangi kecemasan juga juga mendorong gaya hidup yang lebih sehat,
sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif. Informasi,
pengetahuan dan pendidikan yang diberikan dapat berupa informasi mengenai
gejala-gejala yang timbul pada masa menopause seperti osteoporosis akibat
penurunan produksi hormon esterogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia
premenopause di Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank didapatkan nilai korelasi
(rho) sebesar 0,675 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
korelasi yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan aktivitas latihan
untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause di
Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah. Semakin tinggi
pengetahuan seseorang akan semakin semakin baik perilakunya untuk
melakukan pencegahan osteoporosis, begitu pula sebaliknya. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau
terbukti kebenarannya.
2. Dari 41 responden yang diteliti, mayoritas memiliki tingkat pengetahuan
yang cukup baik mengenai osteoporosis yaitu sebanyak 20 orang
(48,78%). Sedangkan 18 orang (43,90%) tingkat pengetahuannya
dikategorikan baik, dan 3 orang (7,32%) tingkat pengetahuannya
dikategorikan kurang.
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
3. Aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis yang dilakukan pada
wanita usia premenopause di Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 22 orang (53,66%) memiliki
perilaku yang cukup tinggi dalam mencegah terjadinya osteoporosis.
Sedangkan yang dikategorikan rendah sebanyak 11 oarng (26,83%) dan
yang dikategorikan tinggi sebanyak 8 orang (19,51%).
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Setempat
Berdasarkan hasil penelitian ini aktivitas latihan fisik untuk mencegah
osteoporosis yang dilakukan pada wanita usia premenopause mayoritas
dikategorikan sedang, dan dari 41 orang yang dikategorikan rendah
terdapat 11 orang atau mendekati 27%. Dengan demikian peningkatan
aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia
premenopause khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Sragen
Kelurahan Sragen Tengah masih perlu diupayakan. Alternatif yang dapat
diupayakan yaitu dengan memberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang osteoporosis
terutama mengenai sebab, akibat dan cara pencegahannya.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya wanita usia premenopause disarankan
meningkatkan kesadarannya untuk melakukan tindakan pencegahan dini
terhadap terjadinya kejadian osteoporosis. Alternatif yang dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
dengan mendukung pola hidup sehat, olahraga teratur, mengkonsumsi
makanan yang mengandung kalsium.
3. Bagi Peneliti
Faktor pengetahuan, perilaku (aktivitas latihan) pencegahan osteoporosis
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada penelitian selanjutnya
disarankan untuk menambah variabel bebas mencakup semua faktor yang
mempengaruhi pencegahan osteoporosis misalnya kepercayaan, motivasi,
atau dukungan lingkungan.