HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH...

12
HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 BESULUTU TAHUN 2019 NASKAH PUBLIKASI OLEH : NYOMAN AYU MARTINI P00312015024 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV 2019

Transcript of HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH...

Page 1: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI

SMA NEGERI 1 BESULUTU TAHUN 2019

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

NYOMAN AYU MARTINI

P00312015024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIV

2019

Page 2: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI

SMA NEGERI 1 BESULUTUTAHUN 2019

Nyoman Ayu Martini1, Melania Asi

2, Heyrani

2

1Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

2Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

ABSTRACT

RELATION OF MENSTRUAL PATTERNS AND NUTRITRIONAL

STATUS WITH THE EVENT OF ANEMIA IN TEENAGE

GIRL IN SMAN 1 BESULUTU YEAR 2019

Background: Anemia is a condition where the reduction of red blood cells (erythrocytes)

in the blood circulation or mass of hemoglobin so that it is unable to fulfill its function as

an oxygen carrier throughout the tissue. According to the World Health Organization

(WHO) 2015, the prevalence of anemia in the world ranges from 50-80%. The prevalence

of anemia in adolescent girls (aged 15-19 years) is 26.5%, and in fertile women is 26.9%

Objective: To determine the relation of menstrual patterns and nutritrional status with the

event of anemia in teenage girl in sman 1 besulutu year 2019.

Research Methods: The type of research used was analytic with a "cross sectional"

design of the study sample were female teenagers at SMAN 1 Besulutu as many as 48

people, this study was carried out from February-May 2019.

Research Results: The statistical test results using chi squere obtained that ρ = 0.045

<0.05 this means there is a relationship between menstrual patterns with the incidence of

anemia, and ρ = 0.004 <0.05 means there is a relationship between nutritional status and

the incidence of anemia. Young women are expected to always look for information

about adolescent nutrition so as to reduce the incidence of anemia in adolescents.

Literature : 21 literatures (2002-2017)

Keywords : Menstrual Pattern, Nutritional Status, Incidence of Anemia

PENDAHULUAN

Pola asuh merupakan cara yang

Anemia merupakan fenomena yang

sering dijumpai di dalam kehidupan

sehari-hari dimasyarakat, anemia

biasanya ditemukan pada anak balita,

remaja, ibu hamil, maupun pada usia

lansia. Anemia adalah kondisi dimana

berkurangnya sel darah merah (eritrosit)

dalam sirkulasi darah atau massa

hemoglobin sehingga tidak mampu

memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto

dan Wasnidar , 2007).

Dari semua golongan umur,

wanita terutama remaja mempunyai

resiko paling tinggi menderita anemia,

karena pada masa ini terjadi peningkatan

kebutuhan karena terjadinya menstruasi.

Selama masa haid kehilangan zat besi

rata-rata 24 mg (Tarwoto dan Wasnidar,

2007). Remaja putri lebih rentan anemia

dibandingkan dengan remaja laki-laki,

itu disebabkan kebutuhan zat besi pada

remaja putri adalah 3 kali lebih besar

dari pada laki-laki. Remaja putri setiap

bulan mengalami menstruasi yang

secara otomatis mengeluarkan darah,

itulah sebabnya remaja putri

memerlukan zat besi untuk

Page 3: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

mengembalikan kondisi tubuhnya

kekeadaan semula.

Menurut penelitian yang

dilakukan Kirana, (2011), Kehilangan

darah secara kronis juga dapat

mengakibatkan terjadinya anemia. Pada

wanita, terjadi kehilangan darah secara

alami setiap bulannya. Jika darah yang

keluar selama menstruasi sangat banyak

maka akan terjadi anemia defisiensi

besi. Remaja putri menderita anemia,

hal ini dapat dimaklumi karena masa

remaja adalah masa pertumbuhan yang

membutuhkan zat gizi lebih tinggi

termasuk zat besi. Disamping itu remaja

putri mengalami menstruasi setiap bulan

sehingga membutuhkan zat besi lebih

tinggi sementara jumlah makanan yang

dikonsumsi lebih rendah dari pada pria

karena faktor ingin langsing (Depkes

RI,2013).

Anemia pada remaja puteri

sampai saat ini masih cukup tinggi,

menurut World Health Organization

(WHO) 2015, prevalensi anemia dunia

berkisar 50-80%. Prevalensi anemia

pada remaja putri (usia 15-19 tahun)

sebesar 26,5%, dan pada wanita subur

sebesar 26,9% (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

(2013), Remaja putri merupakan salah

satu kelompok yang rawan menderita

anemia. Berdasarkan kelompok umur,

penderita anemia berumur 5-14 tahun

sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada

kelompok umur 15-24 tahun, dari semua

kelompok umur tersebut, wanita

mempunyai resiko paling tinggi untuk

menderita anemia terutama remaja putri.

Angka prevalensi anemia di Indonesia,

yaitu pada remaja wanita sebesar

26,50%, pada wanita usia subur sebesar

26,9%.

Menurut Dinkes Provinsi

Sulawesi Tenggara, hasil pemantauan

status gizi Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun 2016, presentase remaja putri

yang mendapatkan tablet penambah

darah masih sangat rendah yaitu 12,8%,

menunjukan masih banyak remaja puteri

yang mengalami anemia dan akan

menghasilkan generasi penerus yang

mengalami masalah gizi apabila tidak

dicegah sejak masa remaja (Saranani,

2017).

Prevalensi anemia pada remaja

putri SMU di Sulawesi Tenggara,

mencapai sekitar 43% untuk tahun 2006

dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan

sekitar 16% atau mencapai 59 % remaja

putri yang menderita anemia dan

menurut kemungkinan kejadian serupa

dari hasil penelitian sebelumnya dapat

terjadi kembali (Rosmawati, 2009).

Menurut hasil penelitian Harahap

(2016), menunjukkan bahwa remaja

putri yang mengalami anemia memiliki

pola haid tidak baik (frekuensi haid > 1

kali sebulan atau ≥ 2 bulan sekali dan

lama haid >8 hari. Zat Besi merupakan

mikroelemen yang esensial bagi tubuh

sebagai faktor utama pembentuk

hemoglobin. Dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara pola

menstruasi pada remaja putri dengan

terjadinya anemia berarti bahwa remaja

putri yang mengalami pola menstruasi

tidak baik beresiko mengalami anemia

dibandingkan remaja putri dengan pola

menstruasi baik.

Dari pola menstruasi dan

kejadian anemia pada remaja ada

kecenderungan dari remaja dengan pola

menstruasi yang tidak normal untuk

mengalami anemia. Demikian pula

sebaliknya bahwa remaja dengan pola

menstruasi normal cenderung untuk

tidak mengalami anemia. Adanya

hubungan tersebut memberi makna

bahwa remaja dalam masa mentruasi

berpotensi untuk mengalami anemia.

Hal ini merupakan wujud dari kejadian

mentruasi itu sendiri, dimana pada

remaja yang mengalami mentruasi akan

kehilangan banyak darah, terutama pada

menstruasi yang tidak normal (Saranani,

2017).

Kekurangan zat besi

mengakibatkan kekurangan hemoglobin

(Hb), dimana zat besi sebagai salah satu

Page 4: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

unsur pembentuknya. Hemoglobin

berfungsi sebagai pengikat oksigen yang

sangat dibutuhkan untuk metabolisme

sel. Kekurangan hemoglobin dapat

mengakibatkan metabolisme tubuh dan

sel-sel saraf tidak bekerja secara

optimal, menyebabkan penurunan

percepatan impuls saraf, mengacaukan

system reseptor dopamine. Pada anak

yang mengalami anemia dapat

menurunkan gairah belajar, lesu dan

penurunan daya tahan tubuh, sedangkan

pada ibu hamil dapat menyebabkan anak

lahir dengan berat badan rendah ,

keguguran dan juga mengakibatkan

anemia pada bayinya (Tarwoto dan

Wasnidar, 2007).

Anemia juga dapat dipengaruhi

karena kekurangan zat gizi yang

berperan untuk memudahkan

penyerapan zat besi seperti protein dan

vitamin C. Apabila kebutuhan zat besi

dan protein tidak dapat dipenuhi maka

kemungkinan terjadi anemia gizi besi

akan lebih tinggi (Tarwoto dan

Wasnidar, 2007).

Anemia gizi besi pada remaja

putri berisiko lebih tinggi karena sangat

memperhatikan bentuk tubuh (body

image). Sehingga banyak yang

membatasi konsumsi makan dan

melakukan diet ketat. Diet ketat

mempengaruhi pola makan tidak teratur

dan mempengaruhi asupan. Asupan gizi

yang baik maupun buruk dapat diukur

menggunakan status gizi. Berdasarkan

penelitian Ermita di Bekasi, remaja putri

yang berstatus gizi kurus akan memiliki

risiko yang lebih tinggi untuk

mengalami anemia (Permatasari, 2016).

Di Amerika dan Eropa terjadi

peningkatan prevelensi kelebihan berat

badan dan obesitas pada wanita dan pria

yang terjadi tiap tahun masing-masing

0,25. Prevelensi obesitas di Asia, Afrika

Utara dan Amerika Latin adalah sebesar

2 sampai 5 kali lipat lebih banyak dari

Amerika Serikat. Menurut Data Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2004, prevalensi anemia gizi pada

remaja putri usia 10 – 18 tahun sebesar

57,1%. Sedangkan menurut Riset

Kesehatan Dasar Indonesia

menyebutkan bahwa prevalensi anemia

gizi pada remaja putri usia 13 – 18 tahun

pada tahun 2007 adalah 19,7% dan

mengalami peningkatan pada tahun

2013 menjadi sebesar 22,7%.

Menurut Riset Kesehatan (2007)

di Sulawesi Tenggara Persentase

masalah kurus adalah 14,5% pada laki-

laki dan 11,5% pada perempuan.

Sedangkan Persentase berat badan lebih

pada laki-laki 6,5% dan perempuan

4,5%.

Berdasarkan pengumpulan data

awal yang dilakukan pada siswa SMAN

1 Besulutu diperoleh data jumlah remaja

putri sebanyak 91 siswi. Hasil

wawancara pada 10 siswi diperoleh data

6 siswi yang sering mengalami siklus

menstruasi yang tidak teratur yaitu

siklus yang lebih panjang, sedangkan 4

siswa lainnya mengalami siklus

menstruasi yang teratur.

Berdasarkan dari latar belakang

di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Hubungan Antara

Pola Menstruasi Dan Status Gizi

Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja

Puteri Di SMA Negeri 1 Besulutu Tahun

2019”

METODE

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

survey anatilik dimana survey ini

mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Dengan desain cross sectional, dimana

hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependenditeliti pada

waktu yang sama. Pendekatan cross

sectional adalah suatu penelitian dimana

variabel-variabelnya diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama dengan

metode survey melalui observasi dan

wawancara (Notoatmodjo, 2010).

Remaja putri

Page 5: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan

bulan Februari sampai dengan Mei 2019

di SMA Negeri 1 Besulutu

Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswi SMAN 1 Besulutu

dengan jumlah keseluruhan populasi

adalah 91 siswi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh siswi SMAN 1 Besulutu

yang telah memenuhi kriteria.

a. Responden

Responden dalam

penelitian ini adalah seluruh

remaja putri di SMA Negeri 1

Besulutu yang mengalami

menstruasi pada saat dilakukan

penelitian. Untuk melihat berapa

jumlah sampel akan digunakan,

maka rumus pengambilan

sampel yang di pakai adalah

rumus slovin, sebagai berikut :

n = 𝑁

1+𝑁 𝑒2

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

e = Nilai kritis (batas

ketelitian) yang diinginkan

(persen kelonggaran ketidak

telitian karena kesalahan

penarikan sampel) yaitu sebesar

10% dengan tingkat

kepercayaan 90% Sehingga

dengan jumlah populasi 91,

maka dapat ditentukan besar

sampel sebagai berikut:

𝑛 =91

1 + 91 (0,12)

𝑛 =91

1 + 91 (0,01)

𝑛 =91

1,91

𝑛 = 47,6 = 48

Jadi sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini

sebesar 48 siswi.

b. Teknik sampling

Teknik sampling yang akan

digunakan adalah non random

sampling yaitu pengambilan

sampel tidak didasarkan atas

kemungkinan yang dapat

diperhitungkan, tetapi semata-

mata hanya berdasarkan kepada

segi-segi kepraktisan semata

(Notoatmodjo,2010). Teknik

yang digunakan adalah

accidental sampling.

Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan

alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi

yang dicari (Siswanto, 2013).

Dalam penelitian ini, data primer

berupa jawaban atas pertanyaan

yang diberikan kepada responden

melalui kuisioner.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh peneliti dari

subjek penelitiannya. Data

sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau data laporan yang

telah tersedia (Siswanto, 2013).

Data sekunder didapatkan dari

SMA Negeri 1 Besulutu.

Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan datadilakukan

denga bantuan program computer

SPSS. Data disusun terlebih dahulu

supaya dihasilkan data yang mudah

diolah dengan langkah-langkah

penyus .

Langkah-langkah pengolahan data

yang dilakukan adalah sebagai

Page 6: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

berikut: penyuntingan (editing),

pengkodean (coding) dan tabulasi

(tabulating)

2. Analisa Data

a. Analisi univariat

Analisis ini dilakukan

terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian.Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari

tiap variabel (Notoatmodjo,

2010). Untuk mengetahui

distribusi frekuensi digunakan

rumus :

𝑃1 =f1

N x 100

Keterangan :

Pi = persentase masing-

masing kelompok

fi = frekuensi atau

jumlah pada setiap

kelompok

N = total sampel

penelitian

Total persentase harus

sama dengan seratus

persen (100%)

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan

terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau

berkorelasi (Notoatmodjo,

2010). Analisis bivariate ini

akan digunakan untuk

mengetahui hubungan antara

pola menstruasi dengan kejadian

anemia pada remaja puteri.

Jenis analisis yang

digunakan adalah chi square

dengan tingkat kepercayaan

95%.

Rumusnya adalah sebagai

berikut :

X2 = Σ (f0 − fe)2

fe

Keterangan :

= Jumlah

X2

= Statistik Chi-Squere

Test

f0 = Frekuensi Yang

diobservasi

fe = Frekuensi yang

diharapkan

pengambilan kesimpulan

dari pengujian hipotesis

adalah sebagai berikut :

a. Apabila x2

hitung > x2

tabel Ho ditolak atau Ha

diterima artinya ada

pengaruh antara variable

independen dengan

dependen.

b. Apabila x2

hitung < x2

tabel Ha ditolak atau Ho

diterima artinya tidak

ada pengaruh antara

variable independen

dengan dependen.

HASIL

Melalui penelitian yang telah

dilakukan di SMAN 1 Besulutu

Kabupaten Konawe Pada bulan april

2019, sampel dalam penelitian ini adalah

remaja puteri yang ada di SMAN 1

Besulutu yang berjumlah 48 orang.

Remaja puteri yang mengalami anemia

berjumlah 20 orang, sedangkan yang

tidak mengalami anemia berjumlah 28

orang. Setelah pengumpulan dan

pengelohan data dilakukan, maka

selanjutnya adalah analisis data dimana

data dianalisis dengan analisis

univariabel dan biavariabel. Hasilnya

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Univariabel

Tabel 5

Page 7: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

Distribusi Pola Menstruasi Remaja Putri

di SMAN 1 Besulutu

Pola

Menstruasi Jumlah Persen

Normal 25 52,08

Tidak

Normat 23 47,92

Total 48 100

Sumber : Data Primer, 2019

Table 5 menunjukan bahwa pola

menstruasi remaja putri di SMAN 1

Besulutu sebagian besar normal yaitu

sebanyak 25 orang siswi atau 52,08%

dan tidak normal sebanyak 23 orang

atau 47,92%.

Tabel 6

Distribusi Status Gizi Remaja Putri di

SMAN 1 Besulutu

Status

Gizi Jumlah Persen

Normal 22 45,83

Kurus 21 43,75

Gemuk 5 10,42

Total 48 100

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel di atas

menunjukan bahwa status gizi normal

sebanyak 22 orang atau 45,83%, status

gizi pada kategori kurus sebanyak 21

orang atau 43,75%, sedangkan status

gizi gemuk sebanyak 5 orang atau 10,42

Tabel 7

Distribusi Anemia Pada Remaja Putri di

SMAN 1 Besulutu

Anemia Jumlah Persen

Anemia 20 41,67

Tidak anemia 28 58,33

Total 48 100

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel diatas

menunjukan bahwa remaja putri di

SMAN 1 Besulutu yang mengalami

anemia sebanyak 20 orang, sedangkan

yang tidak mengalami anemia sebanyak

28 orang siswa.

2. Analisis Bivariabel

a. Hubungan Antara Pola

Menstruasi Dengan Kejadian

Anemia.

Hubungan antara pola

menstruasi dengan kejadian

anemia dianalisis dengan

menggunakan chi square test

dan OODS Ratio dengan taraf

signifikasi 95% (ρ = 0,05)

dengan hasil sebagai berikut

Tabel 8

Hubungan Pola Mestruasi Dengan Kejadian Anemia

Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Besulutu

Pola Menstruasi

Kejadian Anemia Total ρ - Value X2

Tidak Anemia Anemia

N % N % n %

0,045 4.009 Normal 18 64,29 7 35 25 52,08

Tidak normal 10 35,71 13 65 23 47,92

Total 28 100 20 100 48 100

OR = 4.009

95% (CI) = Upper Limit – Lower Limit = 11.028 – 1.512

Hasil analisis statistic Chi-

Square didapatkan nilai hasil (ρ-value) =

0,045, ρ < α = 0,05 yang lebih rendah

dari taraf signifikan. Kemudian hasil uji

Odd Ratio (OR) diperoleh OR=4.009

dengan lower limit = 1.512 dan upper

Page 8: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

45

limit 11.028 pada tingkat kepercayaan

(CI) 95%. karena nilai or > 1 dengan

lower limit dan upper limit mencangkup

nilai 1. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pola menstruasi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMAN 1 Besulutu

Tahun 2019. Dalam hal ini pola

menstruasi mempengaruhi kejadian

anemia pada remaja putri. Pola

menstruasi tidak normal akan berisiko

4.009 kali mengalami kejadian anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang

pola menstruasinya normal.

b. Hubungan Antara Status Gizi

Dengan Kejadian Anemia

Hubungan antara status gizi

dengan kejadian anemia dianalisis

dengan menggunakan chi square test

dan Oods Ratio dengan taraf

signifikasi 95% (ρ = 0,05) dengan

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMAN 1

Besulutu

Status Gizi

Kejadian Anemia Total ρ - Value X

2

Tidak Anemia Anemia

N % N % N %

0.004 10.847

Normal 16 57,14 6 30 22 45,83

Kurus 7 25 14 70 21 3,75

Gemuk 5 17,86 0 0 5 0,42

Total 28 100 20 100 48 100

OR = 10,84

95% (CI) = Upper Limit – Lower Limit = 11.028 – 1.512

Hasil analisis statistic Chi-

square didapatkan nilai hasil (ρ-value) =

0,004, ρ < α = 0,05 yang lebih rendah

dari taraf signifikan. Kemudian hasil uji

Odd Ratio (OR) diperoleh OR = 10,84

dengan lower limit 1.512 dan upper

limit 11.028 pada tingkat kepercayaan

(CI) 95%. Karena nilai OR > 1 dengan

lower limit dan upper limit mencangkup

nilai 1. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara

status gizi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMAN 1 Besulutu tahun

2019. Dalam hal ini status gizi

mempengaruhi kejadian anemia pada

remaja putri. Status gizi tidak normal

akan berisiko 10,84 kali mengalami

kejadian anemia dibandingkan dengan

remaja putri yang status gizinya normal.

PEMBAHASAN

a. Hubungan Pola Menstruasi

Dengan Kejadian Anemia

Menstruasi adalah

perdarahan secara periodic dan

siklik dari uterus yang disertai

dengan pelepasan (deskuamasi)

endometrium. Lama menstruasi

biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-

2 hari diikuti darah sedikit-sedikit

dan ada yang sampai 7-8 hari.

Pola menstruasi yang

dialami setiap remaja putri berbeda

– beda. Sekitar umur menarche

sampai umur 18 tahun ,

kemungkinan menstruasi belum

teratur. Menstruasi yang tidak

teratur ini menunjukan aksi

hypothalamus hipofisis ovarium

belum sempurna. Pelepasan ovum

(ovum) hanya terjadi satu kali setiap

bulan, yaitu sekitar hari ke-14 pada

siklus menstruasi normal 28 hari.

Page 9: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

45

Berdasarkan analisi data

diatas, dapat dilihat bahwa dalam

hasil penelitian ini menunjukan

terdapat hubungan pola menstruasi

dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMAN 1 Besulutu tahun

2019. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian lain yang dilakukan oleh

Fauziah (2011) menyebutkan bahwa

ada hubungan antara siklus

menstruasi dengan kejadian anemia

dengan nilai p=0,025 dan lama

menstruasi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA

Informatika Ciamis dengan nilai

p=0,026. Wanita mempunyai resiko

paling tinggi untuk menderita

anemia terutama remaja putri.

Wanita yang haid cenderung

mengalami defisiensi zat besi

karena hilangnya zat besi setiap

bulan dan diet mungkin kekurangan

zat besi (Corwin, 2009).

Anemia defisiensi zat besi

dapat berakibat pada penurunan

kemampuan berpikir dan perubahan

tingkah laku (Andriani, 2012).

Sedangkan Gibney (2009) Anemia

defisiensi pada anak-anak sekolah

dapat mengganggu kemampuan

belajar. Bukti yang yang tersedia

menunjukan gangguan psikomotor,

kemampuan intelektual, perubahan

tingkah laku, dan penurunan

resistensi terhadap penyakit tujuan

penelitian ini adalah untuk

mengeahui hubungan pola

menstruasi dengan kejadian anemia

pada remaja.

Remaja putri lebih banyak

membutuhkan zat besi daripada

remaja putra, karena remaja putri

mengalami menstruasi setiap

bulannya (andriani, 2012). Menurut

Gibney 2009, wanita mengalami

kehilangan zat besi akibat

menstruasi menyebabkan

meningkatnya kebutuhan rata-rata

zat besi setiap harinya sehingga zat

besi yang harus diserap adalah 1,4

mg perhari. Menurut Cogsnwell

(2009). Anemia adalah keadaan

dimana jumlah sel darah merah

dibawah normal (<12 g/dl untuk

perempuan atau <13 g/dl untuk laki-

laki). Sedangkan anemia zat besi

anemia yang timbul akibat

kosongnya cadangan zat besi tubuh,

sehingga penyediaan zat besi untuk

eritrosit berkurang yang pada

akhirnya pembentukan hemoglobin

juga akan berkuarang.

b. Hubungan Status Gizi dengan

Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan p=0,004 yang berarti

terdapat hubungan antara status gizi

dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMAN 1 Besulutu.

Penyebab anemia tidak hanya

disebabkan oleh asupan tetapi juga

factor genetic atau karena penyakit.

Kebiasaan makan pada remaja putri

yang salah juga berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan dan

status gizi, dimana remaja putri

sering mengkonsumsi junk food

yang kaya akan kandungan energy

tetapi sangatminim kandungan

vitamin dan mineral sehingga belum

tentu remaja putri yang mempunyai

status gizi normal tidak mengalami

defisiansi zat besi ataupun mineral.

Andriani dan Wirjatmadi (2012).

Mengatakan bahwa factor-faktor

pendorong anemia pada remaja putri

adalah adanya penyakit infeksi yang

kronis, mensruasi yang berlebihan

pada remaja putri, pendarahan yang

mendadak seperti kecelakaan,

jumlah makanan atau penyerapan

diet yang buruk.

Menurut Carson (2009) bagi

remaja, makanan merupakan suatu

kebutuhan pokok untuk

pertumbuhan dan perkembangan

tubuhnya. Kekurangan konsumsi

makanan baik secara kuantitatif

Page 10: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

46

maupun kualitatif, akan

menyebabkan gangguan proses

metabolism tubuh, yang mengarah

pada timbulnya penyakit. Tidak ada

satupun jenis makanan yang

mengandung gizi lengkap, maka

remaja harus mengkonsumsi

makanan yang beraneka ragam,

kekurangan zat gizi pada jenis

makanan yang satu akan dilengkapi

oleh zat gizi dari makanan lainnya.

Beberapa factor yang

berhubungan dengan kejadian

anemia pada remaja putri, yaitu

asupan energy, asupan protein,

asupan zat besi, asupan vitamin C,

kebiasaan minum the ataupun kopi,

investasi cacing, pengetahuan,

pendidikan, jenis pekerjaan orang

tua, pendapatan keluarga dan pola

menstruasi. Meningkatnya konsumsi

makanan olahan yang nilai gizinya

kurang, namun banyak kalori

merupakan penyebab para remaja

rentan sekali kekurangan zat besi (

Istiany dan Rulisanti, 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian

dan pembahasan tentang Hubungan

antara pola menstruasi, status gizi

dengan kejadian anemia, dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Pola menstruasi remaja putri di

SMAN1 Besulutu sebagian besar

normal yaitu sebanyak 25 orang

siswi atau 52,08% dan tidak

normalsebanyak 23 orang atau

47,92%

2. Status gizi normal sebanyak 22

orang 42,83%, status gizi pada

kategori kurus sebanyak 21 orang

atau 43,75% , sedangkan status gizi

gemuk sebanyak 5 orang atau

10,42%

3. Remaja putri di SMAN 1 Besulutu

yang mengalami anemia sebanyak

20 orang, sedangkan yang tidak

mengalami anemia sebnayak 28

orang siswa

4. Terdapat hubungan antara pola

menstruasi dengan kejadian anemia.

Pola menstruasi tidak normal akan

berisiko 4.009 kali mnegalami

kejadian anemia dibandingkan

dengan remaja putri yang pola

menstruasinya normal.

SARAN

Diharapkan bagi petugas

kesehatan untuk meningkatkan

komunikasi informasi edukasi (KIE)

pada remaja tentang pentingnya menjaga

pola makan untuk mencegah terjadinya

anemia bagi sekolah untuk diharapkan

untuk bekerja sama dengan pihak

puskesmas untuk memberikan

penyuluhan tertama dibidang gizi pada

remaja.

Diharapkan bagi peneliti

selanjutnya ,penelitian ini dapat menjadi

referensi pembelajaran terkait kejadian

anemia pada remaja.

Bagi remaja diharapkan selalu

meningkatkan pengetahuan terutama

terkait dengan gizi remaja sehingga

dapat mengurangi kejadian anemia pada

remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T., Farida, C. (2012).

Hubungan Kadar Hemoglobin

Dan Status Gizi Dengan Pola

Siklus Menstruasi Pada Remaja

Akhir Akademi Kebidana Kota

Semarang. Jurnal kebidanan Vol.

2 No 1

Arikunto, S. (2010). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Andriani M, (2012). Peranan Gizi

Dalam Siklus Kehidupan.

Jakarta : Kencana Prenada

Group

Andriani dan Wirjatmadi, (2012),

Pengantar Gizi Masyarakat,

Jakarta: Kencana Prenada

Group

Corwin EJ, (2009), Buku Saku

Patofisiologi, Jakarta, EGC

Carson VB, (2009), Mental Health

Nursing : The Nurse Patient

Page 11: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada

47

Journey, Philadephia : WB

Sanders Company

Cogswell M, (2009), The Iron Disorders

Institute guide to Anemia .

United Stated Cumberland

House an Imprint of Source

books

Depkes Ri. (2013). Riset Kesehatan

Dasar. Jakarta : Badan Penelitian

Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Ri

Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara.

(2016). Hasil Pantauan Status

Gizi Sulawesi Tenggara. Dinas

Kesehatan Sulawesi Tenggara

Fauzia D, (2011). Hubungan Antara

Pola Menstruasi Dan Komsumsi

Zat Besi Dengan Kejadian

Anemia Pada Remaja Putri Di

SMA Informatika Ciamis.

www.journalis.ac.id diunduh

tanggal 13 Juni 2019

Gibney. J, Michael, dkk, (2011), Gizi

Kesehatan Masyarakat,

Jakarta:EGC

Harahap, D., (2016). Hubungan Pola

Menstruasi, Pola Makan Dan

Pendapatan Keluarga Dengan

Terjadinya Anemia Pada Remaja

Putri Di Sma Negeri 1 Sosopan

Kecamatan Sosopan

KabupatenPadang Lawas Tahun

2016. Tesis. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera

Utara

Istiany A dan Rulisanti, (2013), Gizi

Terapan, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Kirana, D.P. (2011). Hubungan Asupan

Zat Gizi Dan Pola Menstruasi

Dengan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putri Di SMAN 2

Semarang. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Universitas

Diponegoro

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya

Permatasari, W.M. (2016). Hubungan

Antara Status Gizi, Siklus dan

Lama Menstruasi Dengan

Kejadian Anemia Remaja Putri Di

SMA Negeri 3 Surabaya. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Surabaya.

Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu

Kebidanan. Edisi Ke-4 Cetakan

Ke-1. Jakarta : Pt Bina Pustaka

Rosmawati. (2009). Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Kejadian

Anemia di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Kendari Tahun 2009.

Karya Tulis Ilmiah. Politeknik

Kesehatan Kendari.

Saranani, F.F. (2018). Hubungan Pola

Menstruasi Dengan Kejadian

Anemia Pada Remaja Puteri Di

Sma Negeri 2 Unaaha Kabupaten

Konawe Tahun 2018. Skripsi.

Politeknik Kesehatan Kendari.

Siswanto. (2013). Metodelogi Penelitian

Kesehatan Dan Kedokteran.

Jakarta : Pustaka Ilimu

Supariasa, I.D.N. (2002). Penilaian

Status Gizi. Jakarta : EGC

Tarwoto Dan Wasnidar, (2007). Buku

Saku Anemia Pada Ibu Hamil,

Konsep Dan Penatalaksanaanya.

Jakarta : Trans Info Media

Waryana. (2010), Gizi Reproduksi.

Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu

Kebidanan. Edisi Ke-2 Cetakan

Ke-4. Jakarta:Yayasan Bina

Pustaka

Yunarsih., Antono, S.D. (2014).

Hubungan Pola Menstruasi

Dengan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putri Kelas VII Smpn 6

Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan

Vol.3 No. 1

Page 12: HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1183/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf · hubungan pola menstruasi dan status gizi dengan kejadian anemia pada