HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

57
HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM DAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN ACNE VULGARIS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SIGLI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh Oleh : ZIKRA UL HUSNA NPM. 10010161 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

Transcript of HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Page 1: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM

DAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN ACNE

VULGARIS PADA REMAJA PUTRI DI

SMA NEGERI 2 SIGLI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan

Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Oleh :

ZIKRA UL HUSNA

NPM. 10010161

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

BANDA ACEH TAHUN 2013

Page 2: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

ABSTRAK HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SINDROM DAN

PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN ACNE VULGARIS PADA

REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SIGLI

Zikra Ul Husna1,Hamdani

2

xii + 43 halaman: 8 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran

Latar belakang : Pada masa remaja, akne vulgaris menjadi salah satu problem.

Pada usia remaja (12-24 tahun) sering ditemukan menderita akne sebesar 85%,

usia 25-34 tahun sebesar 8%, dan usia 35-44 tahun sebesar 3%. Banyak faktor

yang dapat menyebabkan timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja

hormon, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis,

pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan

kosmetika, dan bahan kimia lainnya.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pola makan, premenstrual

sindrom dan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris pada remaja putri di

SMA Negeri 2 Sigli

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross

sectional, dilakukan di sejak tanggal 15 sampai dengan 20 Juli 2013. Pengambilan

sampel menggunakan tehknik achidental sampling sebanyak 78 responden.

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 21

pertanyaan.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian yang diperoleh dari 78 responden adalah tidak

ada hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris, didapatkan nilai

Probabilitas (p) 0,997, adanya hubungan yang signifikan premenstrual syndrom

dengan acne vulgaris, didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,038 dan tidak adanya

hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne vulgaris,

didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,245.

Kesimpulan : Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya

acne vulgaris pada remaja bermacam-macam yang berhubungan dengan faktor

genetik, lingkungan dan hormonal. Diharapkan kepada para dewasa muda untuk

lebih menjaga kebersihan wajah, juga berhati-hati dalam memilih dan menggunakan

jenis kosmetik yang sesuai dengan kondisi kulitnya sebagai upaya pencegahan

timbulnya akne vulgaris.

Kata kunci : Acne vulgaris, Pola makan, Prementrual Syndrom,

Penggunaan Kosmetik

Sumber : 16 buku (2004-2012) +11 internet

1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah 2 Dosen pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah

Page 3: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim

Penguji Diploma III Kebidanan STIKES U’Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, Agustus 2013

Pembimbing

(HAMDANI, SKM, M.Kes)

MENGETAHUI:

KETUA PRODI DIPLOMA KEBIDANAN

STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH

(NUZULUL RAHMI, SST)

Page 4: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji

Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, September 2013

Tanda tangan

Ketua : 1. Hamdani, SKM, M.Kes (__________________)

Penguji I : 2. Rahmayani, SKM, M.Kes (__________________)

Penguji II : 3. Nurlaila Ramadhan, SST (__________________)

MENGETAHUI MENGETAHUI

KETUA STIKES U’BUDIYAH KETUA PRODI DIPLOMA III

BANDA ACEH KEBIDANAN

( Marniati, M.Kes) (Nuzulul Rahmi, SST)

Page 5: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam

kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Karya Tulis llmiah yang berjudul "Hubungan Pola Makan, Premenstrual

Syndrom Dan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja

Putri Di SMA Negeri 2 Sigli”.

Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat

untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan. Dalam penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima arahan, masukan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu. pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat

1. Bapak Dedi Zefrijal. S.T, selaku Ketua Yayasan STIKes U'budiyah Banda

Aceh.

2. Ibu Marniati, M.Kes, Selaku Ketua STIKes U'budiyah Banda Aceh.

3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST, Selaku Ketua Prodi Jurusan Kebidanan U'budiyah

Banda Aceh.

4. Bapak H. Muslem. S.Sos. Selaku Pengelola Ubudiyah Sigli.

5. Hamdani, SKM, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat selesai dengan baik.

6. Seluruh Dosen pengajar kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U'budiyah

yang telah membekali peneliti dari awal bangku kuliah sampai selesai

pendidikan ini.

Page 6: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

7. Kepada Ayahanda serta Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah

memberikan dorongan baik materi maupun moril sehingga Karya Tulis Ilmiah

ini dapat diselesaikan.

8. Teman-teman sejawat dan seangkatan di jurusan kebidanan STIKes Ubudiyah

Banda Aceh yang telah banyak membantu dalam penelitian Karya Tulis

Ilmiah ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari seluruh pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih

baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan dan kejanggalan, untuk itu kritik dan saran bersifat

membangun sangat peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini, atas

kritik dan saran peneliti mengucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Agustus 2013

Peneliti

Page 7: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL LUAR

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

MOTTO ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI….. .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL….. ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR….. .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN….. ............................................................................ . xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan ........................................ 5

C. Tujuan Penelitian .....................................................................

5

1.Tujuan Umum ........................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

BAB II TIJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ 7

A. Remaja ..................................................................................... 7

1. Pengertian ............................................................................

7

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja .............................

............................................................................................8

3. Fase Perkembangan Remaja ................................................. 8

B. Acne Vulgaris (Jerawat) ............................................................. 9

1. Pengertian ............................................................................. 9

2. Penyebab ..............................................................................

10

3. Penatalaksanaan .................................................................... 13

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Acne Vulgaris .... 13

1. Pola Makan .......................................................................... 13

2. Pre Menstrual Sindrom (PMS) ............................................. 15

3. Penggunaan Kosmetik ......................................................... 19

BAB III KERANGKA PENELITIAN ........................................................ 21

Page 8: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

A. Kerangka Konsep ..................................................................... 21

B. Definisi Operasional ................................................................. 22

C. Hipotesa Penelitian ................................................................... 23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 24

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 24

C. Populasi dan Sampel ................................................................. 24

1. Populasi ................................................................................ 24

2. Sampel .................................................................................. 24

D. Cara pengumpulan Data ............................................................ 27

1. Data Primer ........................................................................... 27

2. Data Skunder ........................................................................ 27

E. Instrumen Penelitian .................................................................. 27

F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 27

1. Pengolahan Data ................................................................... 27

2. Analisa Data ......................................................................... 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................

30

A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ..................................

30

B. Hasil Penelitian .........................................................................

30

C. Pembahasan ..............................................................................

36

BAB VI PENUTUP ......................................................................................

43

A. Kesimpulan ...............................................................................

43

B. Saran ........................................................................................

44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Kerangka Konsep ....................................................................... 21

Page 10: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................... 22

Tabel 4.1. Proporsi Jumlah Sampel Pada SMA Negeri 2 Sigli ..................... 26

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di

SMA Negeri 2 Sigli ................................................................... 31

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Remaja Putri Di SMA

Negeri 2 Sigli.............................................................................. 31

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Premenstrual Sindrom Pada Remaja

Putri Di SMA Negeri 2 Sigli ....................................................... 32

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Kosmetik Pada Remaja

Putri Di SMA Negeri 2 Sigli ....................................................... 32

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Pola Makan Dengan Acne

Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2 Sigli .................... 33

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Premenstrual Sindrom

Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2

Sigli ............................................................................................ 34

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Penggunaan Kosmetik

Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2

Sigli ............................................................................................ 35

Page 11: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Kuesioner

Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan

Lampiran 6. Balasan Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Balasan Surat Izin Penelitian

Lampiran 9. Daftar Mengikuti Sidang KTI

Lampiran 10. Lembar Konsul KTI

Lampiran 11. Biodata

Page 12: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

fisik, emosi dan psikis. Anak remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu

disuatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia

dewasa dan bertindak sebagai individu (Supartini, 2004).

Menurut Depkes, RI (2008), masa remaja merupakan suatu fase

perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10

sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa

remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–9 tahun), Pada masa

remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial. Tetapi

umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan

kejiwaan (psikososial).

Akne vulgaris atau yang lebih dikenal dengan jerawat adalah penyakit

kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai

dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada tempat predileksinya

yang biasanya pada kelenjar sebasea berukuran besar seperti wajah, dada, dan

punggung bagian atas. Angka kejadiannya akne vulgaris berkisar 85 % dan

terbanyak pada usia muda. Meskipun begitu, akne tetap menjadi masalah

Page 13: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

kesehatan yang umum, psikologis bagi masyarakat, terutama mereka yang peduli

akan penampilan (Suryadi, 2008).

Menurut Riyanto (2011) sumbatan pada saluran pengeluaran kelenjar

minyak disebabkan oleh beberapa hal, seperti meningkatnya produksi minyak

(sebum) Pada pasien berjerawat, ukuran kelenjar minyaknya cenderung lebih

besar sehingga produksi minyak lebih banyak. Pengaruh hormon androgen juga

sangat berperan. Karena itu, jerawat kerap muncul pada masa pubertas. Pada anak

perempuan, jerawat sering mendahului menstruasi pertama.

Namun menurut Sallika (2010) jerawat tidak hanya dialami oleh remaja

pada masa pubertas tetapi juga bisa terjadi pada usia jauh setelah masa pubertas

oleh karena pengaruh hormon, kelenjar minyak dan kelenjar pada kulit yang tetap

bekerja.

Di dunia ini diperkirakan terdapat lebih dari 60 juta orang menderita

akne. Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka akne

vulgaris sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Pada

masa remaja, akne vulgaris menjadi salah satu problem. Pada usia remaja (12-24

tahun) sering ditemukan menderita akne sebesar 85%, usia 25-34 tahun sebesar

8%, dan usia 35-44 tahun sebesar 3%. Anak-anak dan bayi juga dapat menderita

akne (Witasari, 2010).

Dari survey di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat

sedangkan di Indonesia berdasarkan catatan kelompok studi dermatologi

kosmetika Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat 60% penderita jerawat pada

Page 14: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Dari kasus di tahun 2007 kebanyakan

penderitanya adalah remaja dan dewasa yang berusia antara 11-30 tahun sehingga

beberapa tahun belakangan ini para ahli dermatologi di Indonesia mempelajari

patogenesis terjadinya penyakit tersebut (Andy, 2009).

Menurut Victor (2010) banyak faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja hormon, faktor makanan,

keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis, pengaruh musim, infeksi

bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan kosmetika, dan bahan kimia

lainnya.

Menurut Suryadi (2008) kaitan antara akne vulgaris dan makanan masih

diperdebatkan. Berbagai jenis makanan yang dinyatakan sebagai makanan yang

dapat menyebabkan akne vulgaris terutama daging, makanan pengganti daging,

sereal, produk susu dan pengganti susu dan yang tertinggi adalah daging dan

pengganti daging 9,6%.

Sementara Admin (2012) menyebutkan bahwa PMS berkaitan dengan

perubahan hormon tubuh. Hal ini juga tidak biasa bagi perempuan untuk

memiliki jerawat selama waktu-waktu tertentu dari siklus mereka, hal ini

disebabkan hormon.

Demikian juga dengan Kabau (2012) yang menjelaskan bahwa

pemakaian jenis kosmetik tertentu secara terus-menerus dan dalam jangka waktu

yang lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari

komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu.

Perempuan memiliki dermatosis (penyakit kulit) yang berhubungan

dengan jenis kosmetik yang digunakan dan 14% diantaranya memiliki lesi aktif

Page 15: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

akibat kosmetik. Lebih banyak ditemukan pada daerah dagu dan pipi,

dibandingkan dengan daerah dahi. Awalnya berupa benjolan keputihan dan kecil,

yang akan lebih terlihat saat kulit ditarik atau diregangkan. Namun, adakalanya

muncul sebagai lesi kemerahan. Akne kosmetik lebih jarang menimbulkan bekas

luka, tapi bisa bertahan selama bertahun-tahun sebagai akibat dari penggunaan

kosmetik secara terus-menerus (Kabau, 2012).

Ada pertambahan jumlah penelitian yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara pola makan dan jerawat. Namun, para dermatolog sepakat, fakta

ini masih membutuhkan lebih banyak penelitian. Kebanyakan remaja usia 17-18

tahun memiliki jerawat, dan hal ini bisa berlangsung hingga usia 20-an dan 30-an.

Pada kasus-kasus lain, jerawat lebih disebabkan faktor genetik. Namun, secara

umum jerawat ditimbulkan oleh lingkungan dan dipicu oleh makanan (Suryadi,

2008).

Menurut data BPS Provinsi Aceh yang menyebutkan bahwa di Provinsi

Aceh jumlah penduduk usia sekolah tercatat 1.088.662 atau sekitar 25 persen dari

keseluruhan penduduk, yakni usia SD 7-12 tahun (542.588), SLTP 13-15 tahun

(275.294) dan SLTA 16-18 tahun (270.780 orang). Jerawat memang tak dapat

dipisahkan dari kehidupan remaja. Diperkirakan tiga dari empat remaja memiliki

sejumlah jerawat. Adapun faktor risiko yang lainnya meliputi kontak langsung

dengan produk untuk rambut atau kosmetik yang mengandung minyak, riwayat

keluarga berjerawat dimana jika orang tua berjerawat maka anak mungkin akan

berjerawat juga serta berbeda dengan pemikiran kebanyakan orang, makanan

hanya memiliki sedikit pengaruh pada jerawat. Menggosok kulit terlalu keras atau

membersihkan kulit dengan sabun atau bahan kimia yang berpotensi mengiritasi

kulit dapat membuat jerawat bertambah parah.

Page 16: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Berdasarkan studi pendahuluan penulis mendapatkan data siswa SMU

N 2 Kota Sigli tahun 2013 berjumlah 632 siswa/siswi yang terdiri dari 282 siswa

dan siswi 350 orang. Dari hasil pendataan awal yang dilakukan dilapangan

diketahui bahwa ada sekitar 34 orang remaja yang mengalami acne vulgaris. Hasil

wawancara pada empat remaja, sebagian ada yang merasa kurang percaya diri

dengan jerawat dialami, sebagian lain juga merasa cuek dan memiliki rasa percaya

diri yang tinggi, ada yang mengaku pernah melakukan pengaturan pola makan

agar tidak berjerawat, dan ada pula yang menghentikan penggunaan kosmetik

yang bermacam-macam untuk mengurangi timbulnya jerawat.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Premenstrual Sindrom dan

Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA

Negeri 2 Sigli”.

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan Pola Makan,

Premenstrual Sindrom dan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris

Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2 Sigli?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan, premenstrual sindrom dan

penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris pada remaja putri di SMA Negeri

2 Sigli

Page 17: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui hubungan pola makan dengan acne vulgaris pada

remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli

b. Untuk Mengetahui hubungan premenstrual sindrom dengan acne vulgaris

pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli

c. Untuk Mengetahui hubungan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris

pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan masukan yang bagi

Psikologi Perkembangan, Psikologi Kepribadian dan Psikologi Sosial yang

terkait dengan kepercayaan diri pada remaja putri yang mengalami acne

vulgaris.

2. Bagi Remaja Putri

Memberikan informasi dan sekaligus pemahaman bagi remaja putri untuk

dapat meningkatkan perilaku kebersihan diri agar mengurangi kejadian akne

vulgaris, dan lebih peduli dengan kesehatan dengan penerapkan pola hidup

yang sehat, sehingga membantunya agar dapat memiliki body image yang

positif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses

penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan faktor-faktor penyebab

terjadinya jerawat pada remaja putri.

Page 18: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REMAJA

1. Pengertian

Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yaitu

adalescere yang berarti bertumbuh. Sepanjang fase perkembangan ini

sejumlah masalah fisik, sosial dan psikologis bergabung untuk

menciptakan karakteristik, prilaku dan kebutuhan yang unik.

Perkembangan fisik, prilaku dan masalah-masalah tertentu muncul pada

berbagai usia selama masa remaja. Selain perubahan biologis setiap

perkembangan remaja juga dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat,

kelompok sebaya, agama dan kondisi sosial ekonomi (Bobak, 2005).

Remaja atau “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah matang.

Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,

tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batas usia remaja menurut

WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10

sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai

19 tahun ( Widyastuti, 2009).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi dan psikis. Anak remaja berada dalam suatu fase

peralihan, yaitu disuatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan

disisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu

(Supartini, 2004).

Page 19: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Menurut Victor (2010) banyak faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja hormon, faktor

makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis,

pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan

kosmetika, dan bahan kimia lainnya.

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang

waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: ( Widyastuti, 2009).

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja

Menurut Whaley dan Wong mengemukakan Pertumbuhan sebagai

suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitik

beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang

paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses

maturasi dan pembelajaran. Pertumbuhan berhubungan dengan

perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada ukuran

dan jumlah sel yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan

berat seluruh tubuh. Perkembangan berhubungan dengan perubahan

secara kualitas diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk

berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan

pembelajaran (Supartini, 2004).

3. Fase Perkembangan Remaja

Page 20: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu dari

masa anak-anak sampai dewasa. Individu memiliki tugas masing-masing

pada setiap tahap perkembangannya (Widyastuti, 2009).

Arisman (2007) mengatakan bahwa masa remaja merupakan jalan

panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang

berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Masa ini

merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik,

psikis, sosial, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan

fisik, memicu berbagai kebingungan.

B. Acne Vulgaris (Jerawat

1. Pengertian

Jerawat juga lazim disebut akne, merupakan kelainan kulit yang

bersumber pada kelenjar minyak (unit pilosebasea). Jerawat tidak hanya

terjadi pada wajah, tetapi juga di lokasi dengan kepadatan kelenjar minyak

yang tinggi, seperti dada, punggung, dan bahu. Meskipun tidak berbahaya,

jerawat sering menimbulkan dampak psikologis yang cukup mengganggu,

antara lain rasa malu, rendah diri, atau kekhawatiran akan dicemooh teman

sebaya. Dampak psikologis tidak hanya muncul saat fase aktif, tetapi dapat

terus berlanjut bila terdapat bekas jerawat, terutama lubang-lubang (skar)

(Rendra, 2010).

Menurut Nasrul (2011) akne vulgaris merupakan suatu gangguan

dari unit pilosebasea yang umum dijumpai, dapat sembuh sendiri dan

terutama ditemukan pada remaja. Akne vulgaris ditandai dengan adanya

Page 21: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

papul folikular non inflamasi (komedo) dan adanya papul inflamasi, pustul

dan nodul pada bentuk yang berat. Akne vulgaris mengenai daerah kulit

dengan populasi kelenjar sebasea yang paling padat; antara lain pada

daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

2. Penyebab

Jones (2006) menjelaskan jerawat disebabkan oleh kelenjar

sebaseus dalam kulit yang sangat peka terhadap hormon androgen.

Androgen (hormon laki-laki) dikeluarkan oleh indung telur dan kelenjar

adrenal. Androgen menyebabkan pertumbuhan secara berlebihan sel-sel

yang membangun pembuluh yang menghubungkan kelenjar sebaseus ke

permukaan kulit, hal ini menghambat pembuluh sehingga terbentuk

benjolan atau bisul.

Menurut Sallika (2010) jerawat tidak hanya dialami oleh remaja

pada masa pubertas tetapi juga bisa terjadi pada usia jauh setelah masa

pubertas oleh karena pengaruh hormon, kelenjar minyak dan kelenjar pada

kulit yang tetap bekerja.

Faktor resiko dan penyebab akne sangat banyak yaitu multifaktorial

antara lain (Nasrul, 2011):

a. Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne.

b. Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan

aktivitas kelenjar glandula sebasea. Apabila kedua orang tua

mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan

menderita akne.

Page 22: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

c. Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada

wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan

adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita.

d. Jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dan Akne vulgaris.

e. Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat

mengurangi kejadian akne vulgaris pada remaja.

f. Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat

menyebabkan eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita

memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada

dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru.

g. Hormon endokrin:

1) Androgen. Konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria

tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan

wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat pada penderita

akne.

2) Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh

terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar

gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon

gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

3) Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai

efek terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum

Page 23: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang

progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.

h. Diet. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak,

tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum

atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak

yang kita makan.

i. Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne

bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik

pada musim panas. Bertambah hebatnya akne pada musim panas tidak

disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada

keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.

j. Bakteria. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah

corynebacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum

ovale.

k. Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak

dasar (faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar

matahari (sunscreen), dan krem malam secara terus menerus dalam

waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang

terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular

pada pipi dan dagu.

Page 24: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah

terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang

terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan

mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor, baik

faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun

faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat

dihindari oleh penderita (Nasrul, 2011).

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Acne Vulgaris

1. Pola Makan

Arisman (2007) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah cara

seseorang dalam memilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap

pengaruh-pengaruh psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Harper dkk

menambahkan kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan

dengan makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan,

distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara

memilih makanan.

Makanan sampah atau junk food kini semakin banyak digemari

remaja baik hanya sebagai kudapan maupun ”makan besar”. Makanan ini

mudah diperoleh disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan, disebut

sampah karena kandungan lemak jenih, kolesterol dan natrium tinggi.

Proporsi lemak lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam

makanan itu (Arisman, 2007).

Page 25: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Ada pertambahan jumlah penelitian yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara pola makan dan jerawat. Namun, para dermatolog

sepakat, fakta ini masih membutuhkan lebih banyak penelitian.

Kebanyakan remaja usia 17-18 tahun memiliki jerawat, dan hal ini bisa

berlangsung hingga usia 20-an dan 30-an. Pada kasus-kasus lain, jerawat

lebih disebabkan faktor genetik. Namun, secara umum jerawat ditimbulkan

oleh lingkungan dan dipicu oleh makanan. Jerawat sebenarnya timbul

ketika pori-pori Anda tersumbat akibat kelenjar minyak (sebum) di dalam

pori meradang. Peradangan ini terjadi ketika kelenjar minyak

memproduksi minyak berlebih, terganggu oleh sel-sel kulit mati, atau pori-

pori terisi, yang mendorong tumbuhnya bakteri. Dulu para dermatolog

meyakini tidak ada hubungan antara pola makan dan jerawat. Akan tetapi,

bukti-bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa beberapa makanan dan

minuman tertentu mungkin telah menyebabkan atau memicu jerawat pada

beberapa orang (Admin, 2012).

Menurut Suryadi (2008) kaitan antara akne vulgaris dan makanan

masih diperdebatkan. Saat ini belum ada bukti bahwa coklat, susu,

seafood, atau makanan lain dapat langsung menyebabkan akne. Makanan

tersebut dapat mempengaruhi metabolisme tubuh sehingga mengaktifkan

kelenjar pilosebasea untuk menghasilkan sebum dan bila terjadi

penyumbatan pada folikelnya maka dapat menjadi awal dari akne, namun

metabolisme tubuh setiap individu berbeda-beda sehingga reaksi yang

terjadi pada kelenjar pilosebasea tidak sama pada setiap individu. Dari

Page 26: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

penelitian juga didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 3862

orang mengisi bahwa tidak ada efek makanan dan 1342 respoden

berpendapat ada efek makanan pada timbulnya akne vulgaris terutama

dikalangan penderita akne vulgaris dan pendapat ini berbeda secara

bermakna dengan OR =3,12, atau dengan kata lain kelompok penderita

akne vulgaris lebih merasakan pengaruh makanan dibandingkan non akne

vulgaris. Berbagai jenis makanan yang dinyatakan sebagai makanan yang

dapat menyebabkan akne vulgaris terutama daging, makanan pengganti

daging, sereal, produk susu dan pengganti susu dan yang tertinggi adalah

daging dan pengganti daging 9,6%.

2. Pre Menstrual Sindrom (PMS)

Premenstrual syndrome adalah sekelompok gejala yang terjadi

dalam fase luteal dari siklus haid. Nama lain PMS adalah Premenstrual

Tension yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi

yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sindrom premenstruasi

adalah kumpulan gejala yang timbul saat menjelang haid yang

menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang

(Fatikah, 2010).

Menurut Lusa (2010) premenstrual syndrome (PMS) adalah

kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan

keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita sebelum atau

setiap siklus menstruasi

Page 27: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Sedangkan Mansjoer (2005) menjelaskan bahwa Premenstrual

Tension atau ketegangan pra haid adalah keluhan-keluhan yang biasanya

mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan

menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung

terus sampai haid berhenti.

PMS berkaitan dengan perubahan hormon tubuh. Seperti kadar

hormon naik dan turun selama siklus menstruasi wanita, mereka dapat

mempengaruhi cara dia merasa, baik secara emosional dan fisik. Beberapa

gadis, selain merasakan emosi lebih intens daripada yang biasanya mereka

lakukan, perhatikan perubahan fisik bersama dengan periode mereka -

sebagian merasa kembung atau bengkak karena retensi air, yang lain

melihat payudara bengkak dan sakit, dan terkadang sakit kepala. Hal ini

juga tidak biasa bagi perempuan untuk memiliki jerawat selama waktu-

waktu tertentu dari siklus mereka, lagi, hal ini disebabkan hormon (Admin,

2012).

Peningkatan aktivitas androgen pada pubertas memicu

pertumbuhan kelenjar sebaseus dan merangsang produksi sebum (minyak).

Sebum terdiri dari gliserida, lilin ester, squalene, dan kolesterol. Gliserida

dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserolo oleh lipase, yang

diproduksi oleh Propionibacterium acnes. Asam lemak bebas bisa

mengiritasi dinding folikel dan menyebabkan peningkatan cell

turnover dan inflamasi. Propionibacterium acnes merupakan organisme

anaerob setempat yang berkembang di lingkungan yang diciptakan dari

Page 28: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

campuran sebum dan sel folikel. Propionibacterium acnes akan dianggap

antigenic sehingga meningkatkan pembentukan antibody yang akan

menimbulkan respon inflamasi. Aktivasi komplemen yang dimediasi

komplek imun bias menyebabkan kebocoran vascular, degranulasi sel

mast, dan kemotaksis leukosit. Pelepasan enzim hidrolisi oleh aktivasi

komplemen bias meruska dinding folikel dan menyebabkan inflamasi yang

lebih parah. P. acnes juga bias merangsang respon imun yang dimediasi

sel (Ridwan, 2012).

Sumbatan pada saluran pengeluaran kelenjar minyak disebabkan

oleh beberapa hal, seperti meningkatnya produksi minyak (sebum) Pada

pasien berjerawat, ukuran kelenjar minyaknya cenderung lebih besar

sehingga produksi minyak lebih banyak. Pengaruh hormon androgen juga

sangat berperan. Karena itu, jerawat kerap muncul pada masa pubertas.

Pada anak perempuan, jerawat sering mendahului menstruasi pertama

(Riyanto, 2011).

Gejala PMS biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari

sebelum menstruasi, meskipun beberapa perempuan terkadang mengalami

gejala-gejala tersebut sampai siklus menstruasi berakhir. Meskipun tidak

ada tes untuk membuktikan keberadaan PMS, namun bagi perempuan

yang pernah mengalaminya bahkan dan menderita karenanya tahu bahwa

PMS itu nyata. Gejala-gejala PMS ini diperkirakan disebabkan oleh

fluktuasi kadar hormon menjelang menstruasi. Berikut adalah 7 gejala

PMS yang sering muncul (Riyanto, 2011):

Page 29: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

a. Mudah tersinggung, perasaan mudah tersinggung, sering ingin marah,

luapan emosi yang tiba-tiba, dan suasana hati yang sering berubah

adalah gejala emosional yang paling umum dari PMS.

b. Sedih, suasana hati yang tertekan, perasaan sedih, putus asa, dan

menangis adalah gejala emosional dari PMS yang mungkin disebabkan

oleh pelepasan endorfin akibat berolahraga atau mengonsumsi makanan

tertentu.

c. Gelisah, perasaan gugup, gelisah, dan stres atas kondisi-kondisi yang

tidak biasanya menyebabkan khawatir atau panik adalah gejala

kecemasan yang disebabkan oleh PMS.

d. Nyeri, sakit kepala, ketegangan otot (pegal-pegal), nyeri dan kram perut

adalah gejala fisik PMS yang mungkin berlangsung selama beberapa

hari sebelum bahkan setelah dimulainya periode menstruasi.

e. Kembung, kembung di perut dan retensi cairan di perut, pinggul, dan

paha adalah gejala PMS yang disebabkan oleh fluktuasi hormon.

f. Payudara nyeri dan bengkak, nyeri dan pembengkakan pada payudara

adalah gejala PMS yang terkadang keliru dikira sebagai tanda awal

kehamilan.

g. Jerawat, PMS dapat menyebabkan munculnya jerawat di wajah, dada,

dan punggung sebagai akibat dari fluktuasi hormon yang merangsang

kelenjar minyak.

Page 30: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

3. Penggunaan Kosmetik

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10689 tahun 2011

tentang kosmetika, dinyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan

yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia

(epidermis, rambut, kuku, Bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi

dan membran mukosa Mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah Penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi

atau Memelihara tubuh pada kondisi baik.

Kabau (2012) menjelaskan bahwa pemakaian jenis kosmetik

tertentu secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo

tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Jenis

kosmetika yang dapat menimbulkan akne tak tergantung pada harga,

merek, dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat lebih

komedogenik tanpa mengandung suatu bahan istimewa, tetapi karena

kosmetika tersebut memang mengandung campuran bahan yang bersifat

komedogenik atau bahan dengan konsentrasi yang lebih besar.

Perempuan memiliki dermatosis (penyakit kulit) yang berhubungan

dengan jenis kosmetik yang digunakan dan 14% diantaranya memiliki lesi

aktif akibat kosmetik. Terjadinya akne akibat penggunaan kosmetik

banyak terjadi di AS, maupun di Negara-negara maju lainnya, dan sering

dikenal dengan istilah “Acne Cosmetics”. Lebih banyak ditemukan pada

Page 31: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

daerah dagu dan pipi, dibandingkan dengan daerah dahi. Awalnya berupa

benjolan keputihan dan kecil, yang akan lebih terlihat saat kulit ditarik atau

diregangkan. Namun, adakalanya muncul sebagai lesi kemerahan. Akne

kosmetik lebih jarang menimbulkan bekas luka, tapi bisa bertahan selama

bertahun-tahun sebagai akibat dari penggunaan kosmetik secara terus-

menerus (Kabau, 2012).

Hasil penelitian Suryadi (2008) menunjukkan angka kejadian

tertinggi akne vulgaris pada kelompok yang menggunakan kosmetika

mencapai 3388 kasus, sedangkan responden yang tidak menggunakan

kosmetik angka kejadian akne hanya 359 kasus secara statistik bermakna.

Bahan-bahan kimia yang ada dalam kosmetik dapat langsung

menyebabkan akne vulgaris. Biasanya kosmetik ini menyebabkan akne

dalam bentuk ringan terutama komedo tertutup dengan beberapa lesi

papulopustul di daerah pipi dan dagu. Kebiasaan berganti-ganti kosmetik

mempengaruhi kejadian akne vulgaris dan secara statistik bermakna. Dari

5204 responden yang terbanyak menimbulkan akne vulgaris adalah

kosmetik pembersih, dekoratif dan perawatan, selebihnya mempunyai

persentase yang sangat rendah. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka

bahwa jenis kosmetik perawatan seperti pelembab, krem penahan sinar

matahari, dan krem malam dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris.

Page 32: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut Victor (2010) banyak faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja hormon, faktor

makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis, pengaruh

musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan kosmetika,

dan bahan kimia lainnya sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka

konsep seperti pada gambar berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Acne Vulgaris Pada

Remaja Putri

Pola Makan

Premenstrual

sindrom

Penggunaan

Kosmetika

Page 33: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Tabel 3.2.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat

ukur

Hasil

ukur

Skala

ukur

Variabel Dependen

1 Acne

Vulgaris

Kelainan kulit yang

bersumber pada

kelenjar minyak yang

dapat terjadi pada

wajah, dada, punggung

dan bahu.

Melakukan observasi

tentang acne vulgaris

dengan kriteria:

a. Berat jika remaja

mengalami banyak

jerawat

b. Sedang jika remaja

mengalami tidak

terlalu banyak

jerawat

c. Tidak ada jika

remaja tidak

berjerawat

Kuesioner a. Berat

b. Sedang

c. Tidak

Ada

Ordinal

Variabel Independen

1 Pola Makan Perilaku remaja putri

yang berhubungan

dengan kebiasaan

makan dalam

kehidupan sehari-

sehari.

Membagikan kuesioner

dengan kriteria:

a. Baik, jika jawaban

benar ≥ 50%

b. Tidak Baik, jika

jawaban benar < 50%.

Kuesioner a. Baik

b. Tidak

Baik

Ordinal

2 Premenstru

alSindrom

Sekumpulan gejala fisik

dan emosional yang

muncul kembali di

setiap periode

menstruasi.

Menyebarkan kuesioner

tentang premenstrual

sindrom dengan

kriteria:

a. Ya, jika remaja

mengatakan timbul

pada saat mau

mendapatkan

mentruasi

b. Tidak, jika remaja

mengatakan tidak

timbul pada saat

mau mendapatkan

mentruasi

Kuesioner a. Ya

b. Tidak

Nominal

3 Penggunaa

n Kosmetik

Macam-macam produk

kosmetik yang sering

digunakan seperti bedak

dasar (foundation),

pelembab (moisturiser),

toner/ cleansing, krim

penahan sinar matahari

Melakukan observasi

tentang penggunaan

kosmetik dengan

kriteria:

a. Tidak beresiko, jika

remaja

menggunakan salah

Kuesioner a. berersik

o

b. Tidak

beresik

o

Nominal

Page 34: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

(sunscreen), dan krim

malam/ krim pagi, dll.

satu kometik yg

berlisensi

b. beresikojika remaja

tidak pernah

menggunakan

kometik yg

berlisensi

C. Hipotesa Penelitian

1. Ada Hubungan pola makan dengan acne vulgaris pada remaja putri di

SMA Negeri 2 Sigli.

2. Ada Hubungan premenstrual sindrom dengan acne vulgaris pada remaja

putri di SMA Negeri 2 Sigli.

3. Ada Hubungan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris pada remaja

putri di SMA Negeri 2 Sigli.

Page 35: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik dengan

pendekatan cros sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat, dimana pengumpulan data variable Dependen

dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan. (Notoadmojo,

2005)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri di SMA Negeri 2

Sigli Kabupaten Pidie berjumlah 350 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dan perhitungan besar

Page 36: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Notoadmodjo,

2005) sebagai berikut :

N

n = --------------

1 + N (d2 )

Keterangan :

N = Besarnya Populasi

n = Besarnya Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketetapan yang dikehendaki

Maka

350

n = ---------------------

1 + 350 (0,12 )

350

n = ------------- = 77,7 78 sampel

4.50

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah sampel

minimal sebanyak 78 siswa. Selanjutnya sampel ini diambil menggunakan

tehnik proporsi sampel/quota sampling. Jumlah siswa yang menjadi sampel

pada setiap kelas masing-masing dihitung dengan rumus proposional

sampling berikut ini (Arikunto, 2006):

∑ siswa tiap kelas

x Sampel minimal

∑ populasi

Berdasarkan rumus proporsional tersebut maka jumlah sampel

pada setiap kelas dapat ditentukan sebagai berikut:

Page 37: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Tabel 2. Proporsi jumlah sampel pada SMA Negeri 2 Sigli

No Kelas Populasi Siswa Putri Jumlah Sampel

1 I.1

22 5

2 I2

15 3

3 I3

16 4

4 I4

17 4

5 I5

16 4

6 I6

15 3

7 I7

16 4

8 I8

16 4

9 II IPA1

16 4

10 II IPA2

15 3

11 II IPA3

15 3

12 II IPA4

18 4

13 II IPA5

23 5

14 II IPS1

8 1

15 II IPS2

8 1

16 III IPA1

17 4

17 III IPA2

19 4

18 III IPA3

16 4

19 III IPA4

17 4

20 III IPA5

20 4

21 III IPS1

16 4

22 III IPS2

9 2

Total 350 78 orang

Sumber: data primer 2013

Page 38: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

D. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

semua semua remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie.

2. Data Sekunder

Didapat dari bagian bagian Tata usaha semua SMA Negeri 2 Sigli

Kabupaten Pidie serta referensi buku-buku perpustakaan yang

berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang berisi 21 pertanyaan yaitu tentang 10 pertanyaan tentang pola

makan, 1 pertanyaan tentang prementrual sindrom yang meliputi item dari

gejala fisik dan emosional, 10 pertanyaan tentang penggunaan kosmetika

dimana responden dapat mejawab yang sesuai dengan keadaannya.

F. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Budiarto (2002) data yang telah didapatkan akan diolah

dengan tahap-tahap berikut:

a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali

atau melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk.

Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada

responden.

b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data

yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban.

Page 39: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah

diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai

responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan

variabel yang diteliti.

d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden

yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya

dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi

2. Analisa Data.

a. Analisa Univariat

Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya

menggunakan perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana

berdasarkan hasil penyebaran data menurut frekuensi antar kategori.

Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian ditentukan

persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai

berikut.

P = n

fX 100%

Keterangan :

P = Persentase

n = Sampel

F = Frekuensi Teramati

Page 40: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel

bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa

yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan

analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2)

pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat

diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik,

dengan menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui

perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai

P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel

terikat dengan variabel bebas.

Page 41: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2 Sigli beralamat di Jalan

Lingkar Keunire. SMA Negeri 2 ini berdiri diatas tanah seluas 27.958 m2

dengan total bangunan seluas 5318,98 m2. Sekolah ini terdiri dari 21 ruang

kelas, mobil laboratorium belajar 3 ruang, ruang ketrampilan 3 ruang, 7 unit

kamar mandi, areal paving blok, tempat parkir,garasi dan halaman sekolah

seluas 9.870,94 m2. Dengan jumlah siswa sebanyak 458 pelajar yang terdiri

dari 220 laki-laki dan 238 perempuan. Sekolah Menengah Umum (SMU)

Negeri 1 Sigli memiliki batas wilayah antara lain:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan perumahan penduduk

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan stadiun Kuta Asan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan desa Jalan raya lingkar keniure

4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Jalan raya lapangan

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai tanggal 15

Juli sampai dengan 20 Juli 2013 terhadap 78 responden tentang hubungan

pola makan, premenstrual sindrom dan penggunaan kosmetik dengan acne

vulgaris pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli hasil sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Page 42: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

a. Akne Vulgaris

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di

SMA Negeri 2 Sigli

No Katagori Frekuensi Persentase

1

2

3

Berat

Sedang

Tidak ada

30

25

23

38,5%

32,1%

29,4%

Total 78 100

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwadari 78 responden, sebagian

besar remaja putri mengalami akne vulgaris berat yaitu 30 orang (38,5%).

b. Pola makan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pola Makan, Pada Remaja Putri

Di SMA Negeri 2 Sigli

No Katagori Frekuensi Persentase

1

2

Baik

Kurang

47

31

59,4%

40,6%

Total 78 100

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 78 responden, mayoritas

pola makan remaja putri dalam katagori baik yaitu 47 orang (59,4%).

c. Premenstrual Syndroma

Page 43: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Premenstrual Sindrom Pada Remaja Putri

Di SMA Negeri 2 sigli

No Katagori Frekuensi Persentase

1

2

Ya

Tidak

36

42

46,2%

53,8%

Total 78 100

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 78 responden

mayoritas tidak mengalami premenstrual syndroma yaitu sebanyak 42 orang

(53,8%).

d. Penggunaan Kosmetik

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Penggunaan Kosmetik Pada Remaja Putri

di SMA Negeri 2 Sigli

No Katagori Frekuensi Persentase

1

2

Ya

Tidak

32

46

41,0%

59,0%

Total 78 100

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 78 responden, mayoritas

remaja tidak menggunakan kosmetik yang berlesensi BPOM yaitu 46 orang

(59,0%).

2. Analisa Bivariat

Page 44: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

a. Hubungan pola makan Dengan Acne Vulgaris

Tabel 5.5

Hubungan Pola Makan Dengan Acne Vulgaris Pada

Remaja Putri di SMA Negeri 2 Sigli

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 47 orang yang

memiliki pola makan baik, yang mengalami acne vulgaris berat yaitu 18

orang (38,3%) dan dari 31 orang remaja yang pola makan kurang

mengalami obesitas mengalami pola makan yang posacne vulgaris berat

yaitu 12 orang (38,7%).

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,99

Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya

hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris.

b. Hubungan premenstrual syndrom Dengan Acne Vulgaris

Tabel 5.6

Hubungan Prementrual syndrom Dengan Acne Vulgaris

N

o

Pola makan

Acne vulgaris

Total

p Berat Sedang Tidak ada

f % f % f % f %

1

2

Baik

Kurang

18

12

38,3

38,7

15

10

31,9

32,3

14

9

29,8

29,0

47

31

100

100

0,997

Jlh 30 25 23 78 100

Page 45: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Sigli

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 36 remaja

yang mengalami premenstrual syndrome, yang tidak mengalami acne

vulgaris yaitu 15 orang (41,7%) dari 42 orang dan remaja yang tidak

mengalami premenstrual syndrome, yang mengalami mengalami acne

vulgaris berat yaitu 21 orang (50,0%).

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,038

Sehingga dapat diambil kesimpulan Ha diterima atau adanya hubungan yang

signifikan premenstrual syndrom dengan acne vulgaris.

c. Hubungan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris

Tabel 5.7

Hubungan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris

N

o

Prementrual

Syndroma

Acne vulgaris

Total

p Berat Sedang Tidak ada

f % f % f % f %

1

2

Ya

Tidak

9

21

25,0

50,0

12

13

33,3

31,0

15

8

4,7

19,0

36

42

100

100

0,038

Jlh 30 25 23 78 100

Page 46: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Sigli

Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang

remaja yang menggunakan kosmetik yang berlesensi BPOM, yang

mengalami acne vulgaris sedang yaitu 13 orang (40,6%) dan dari 46 remaja

remaja yang tidak menggunakan kosmetik berlesensi BPOM mengalami

acne vulgaris berat yaitu 21 orang (45,7%).

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,245

Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya

hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne vulgaris.

C. Pembahasan

1. Hubungan Pola Makan Dengan Acne Vulgaris

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 47 orang yang

memiliki pola makan baik, yang mengalami acne vulgaris berat yaitu 18

orang (38,3%) dan dari 31 orang remaja yang pola makan kurang

mengalami obesitas mengalami pola makan yang posacne vulgaris berat

yaitu 12 orang (38,7%).

N

o

Penggunaan

Kosmetik

Acne vulgaris

Total

p Berat Sedang Tidak ada

f % f % f % f %

1

2

Ya

Tidak

9

21

28,1

45,7

13

12

40,6

26,1

10

13

31,2

28,3

32

46

100

100

0,245

Jlh 30 25 23 78 100

Page 47: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,997

Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya

hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris.

Hasil penelitian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh para

dermatolog, dimana fakta ini masih membutuhkan lebih banyak penelitian.

Kebanyakan remaja usia 17-18 tahun memiliki jerawat, dan hal ini bisa

berlangsung hingga usia 20-an dan 30-an. Pada kasus-kasus lain, jerawat

lebih disebabkan faktor genetik. Namun, secara umum jerawat ditimbulkan

oleh lingkungan. Jerawat sebenarnya timbul ketika pori-pori Anda

tersumbat akibat kelenjar minyak (sebum) di dalam pori meradang.

Peradangan ini terjadi ketika kelenjar minyak memproduksi minyak

berlebih, terganggu oleh sel-sel kulit mati, atau pori-pori terisi, yang

mendorong tumbuhnya bakteri (Ridwan, 2012).

Menurut Suryadi (2008) kaitan antara akne vulgaris dan makanan

masih diperdebatkan. Saat ini belum ada bukti bahwa coklat, susu,

seafood, atau makanan lain dapat langsung menyebabkan akne. Makanan

tersebut dapat mempengaruhi metabolisme tubuh sehingga mengaktifkan

kelenjar pilosebasea untuk menghasilkan sebum dan bila terjadi

penyumbatan pada folikelnya maka dapat menjadi awal dari akne, namun

metabolisme tubuh setiap individu berbeda-beda sehingga reaksi yang

terjadi pada kelenjar pilosebasea tidak sama pada setiap individu.

Page 48: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Suryadi (2008) dimana

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yaitu 3862 orang

mengisi bahwa tidak ada efek makanan dan 1342 respoden berpendapat

ada efek makanan pada timbulnya akne vulgaris terutama dikalangan

penderita akne vulgaris dan pendapat ini berbeda secara bermakna dengan

OR =3,12.

Peneliti berasumsi bahwa kebanyakan remaja usia 17-18 tahun

memiliki jerawat, dan hal ini bisa berlangsung hingga usia 20-an dan 30-

an. Namun, secara umum jerawat ditimbulkan oleh lingkungan dan dapat

dipicu oleh makanan. Jerawat sebenarnya timbul ketika pori-pori

tersumbat akibat kelenjar minyak (sebum) di dalam pori meradang dengan

demikian timbulnya jerawat pada remaja dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor yang perlu dikaji secara lebih mendalam bukan hanya dilihat dari

pola makan remaja saja.

2. Hubungan Premenstrual Syndrom Dengan Acne Vulgaris

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 36 remaja

yang mengalami premenstrual syndrome, yang tidak mengalami acne

vulgaris yaitu 15 orang (41,7%) dari 42 orang dan remaja yang tidak

mengalami premenstrual syndrome, yang mengalami mengalami acne

vulgaris berat yaitu 21 orang (50,0%).

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,038

Page 49: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Sehingga dapat diambil kesimpulan Ha diterima atau adanya hubungan yang

signifikan premenstrual syndrom dengan acne vulgaris.

Premenstrual syndrome adalah sekelompok gejala yang terjadi dalam

fase luteal dari siklus haid. Nama lain PMS adalah Premenstrual Tension

yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait

dengan siklus menstruasi wanita. Sindrom premenstruasi adalah kumpulan

gejala yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada

pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Fatikah, 2010).

PMS berkaitan dengan perubahan hormon tubuh. Seperti kadar

hormon naik dan turun selama siklus menstruasi wanita, mereka dapat

mempengaruhi cara dia merasa, baik secara emosional dan fisik. Beberapa

gadis, selain merasakan emosi lebih intens daripada yang biasanya mereka

lakukan, perhatikan perubahan fisik bersama dengan periode mereka -

sebagian merasa kembung atau bengkak karena retensi air, yang lain melihat

payudara bengkak dan sakit, dan terkadang sakit kepala. Hal ini juga tidak

biasa bagi perempuan untuk memiliki jerawat selama waktu-waktu tertentu

dari siklus mereka, lagi, hal ini disebabkan hormon (Ridwan, 2012).

Sumbatan pada saluran pengeluaran kelenjar minyak disebabkan

oleh beberapa hal, seperti meningkatnya produksi minyak (sebum) Pada

pasien berjerawat, ukuran kelenjar minyaknya cenderung lebih besar

sehingga produksi minyak lebih banyak. Pengaruh hormon androgen juga

sangat berperan. Karena itu, jerawat kerap muncul pada masa pubertas. Pada

Page 50: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

anak perempuan, jerawat sering mendahului menstruasi pertama (Riyanto,

2011).

Sejalan dengan teori diatas juga dikemukakan oleh hasil penelitian

Dr. Shalita pada tahun 2001 yang melakukan studi terhadap 400 perempuan

berusia 12-52 tahun, didapatkan sekitar 40 persennya memiliki jerawat

sebelum menstruasi dengan angka kejadian paling sering pada perempuan

berusia 33 tahun atau lebih. Dampak dari siklus ini tidak hanya ditandai

dengan jumlah luka yang ada pada kulit, tapi juga adanya peradangan. Pada

hari ke 22-28 dari diklus bulanan terjadi peningkatan peradangan jerawat

sekitar 25 persen dan lesi pada kulit meningkat lebih dari 20 persen. Kondisi

ini setelah dibandingkan dengan hari ke 1-7 dari siklus bulanan (Ridwan,

2012).

Menurut asumsi peneliti remaja yang mengalami premenstrual

biasanya mengalami beberapa gejala. salah satunya dapat menyebabkan

munculnya jerawat di wajah, dada, dan punggung sebagai akibat dari

fluktuasi hormon yang merangsang kelenjar minyak sebelum terjadinya

mentruasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara premenstrual syndrome dengan timbulnya jerawat

pada remaja. Dimana jerawat terjadi akibat perubahan hormon yang terjadi

pada tubuh sehinnga jerawat yang timbul sebelum menstruasi adalah akibat

adanya lonjakan hormon yang terjadi setiap siklus bulannya.

3. Hubungan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris

Page 51: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang

remaja yang menggunakan kosmetik yang berlesensi BPOM, yang

mengalami acne vulgaris sedang yaitu 13 orang (40,6%) dan dari 46 remaja

remaja yang tidak menggunakan kosmetik berlesensi BPOM mengalami

acne vulgaris berat yaitu 21 orang (45,7%).

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,245

Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya

hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne vulgaris.

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10689 tahun 2011

tentang kosmetika, dinyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan

yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia

(epidermis, rambut, kuku, Bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi

dan membran mukosa Mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah Penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi

atau Memelihara tubuh pada kondisi baik.

Hasil penelitian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Suryadi (2008) bahwa ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit,

yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek

positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat

menyebabkan kelainan-kelainan kulit yang terjadi antara lain disebabkan

oleh cara pemakaian kosmetik yang salah atau berlebihan, pengolahan

Page 52: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

kosmetik yang kurang baik, serta penggunaan bahan-bahan aktif dalam

kosmetik yang tidak tepat. Kemungkinan besar akne merupakan penyakit

genetik dimana pada penderita adanya peningkatan respon pilosebasea

terhadap kadar normal androgen dalam darah. Faktor herediter sangat

berpengaruh pada besar aktivitas kelenjar sebasea. Apabila kedua orang tua

mempunyai parut bekas akne kemungkinan besar anaknya menderita akne.

Namun selain faktor herediter masih banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi akne vulgaris.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kabau

(2012) dimana berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan sebagian besar

responden rutin menggunakan jenis kosmetik (86,0%). Jenis kosmetik

tersebut paling banyak digunakan pada waktu pagi hari ketika melakukan

aktivitas dengan frekwensi pemakaian kurang dari 3x sehari (76,0%) dan

lama penggunaan 5-6 jam (48,0%), namun mereka mengaku tidak menderita

akne. Hal ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa

pemakaian kosmetik secara terus-menerus dapat menyebabkan timbulnya

acne vulgaris.

Penulis berasumsi bahwa efek samping kosmetik pada kulit sudah

sejak lama ditemukan. Beberapa peneliti telah melakukan berbagai

penelitian mengenai hal tersebut. Dari penelitian-penelitian tersebut diatas,

hasilnya tentu jauh berbeda dari hasil penelitian ini, karena tidak didapatkan

adanya hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan kejadian akne

vulgaris. Hasil ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan

Page 53: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

bahwa kosmetik berpengaruh terhadap terjadinya akne vulgaris. Kelemahan

penelitian ini yaitu uji analisis yang digunakan tidak terlalu kuat untuk

membuktikan adanya hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan

kejadian akne vulgaris juga belum dapat menjelaskan jenis kosmetik yang

paling berpengaruh terhadap terjadinya akne vulgaris.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan hubungan pola

makan, premenstrual sindrom dan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris

pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris

dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas

(p) 0,997

2. Adanya hubungan yang signifikan premenstrual syndrom dengan acne

vulgaris dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai

Probabilitas (p) 0,038.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne

vulgaris dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai

Probabilitas (p) 0,245

B. Saran

Page 54: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

2. Bagi Peneliti diharapkan dapat memberikan memberikan masukan yang bagi

Psikologi Perkembangan, Psikologi Kepribadian dan Psikologi Sosial yang

terkait dengan kepercayaan diri pada remaja putri yang mengalami acne

vulgaris.

3. Memberikan informasi dan sekaligus pemahaman bagi remaja putri untuk

dapat meningkatkan perilaku kebersihan diri agar mengurangi kejadian akne

vulgaris, dan lebih peduli dengan kesehatan dengan penerapkan pola hidup

yang sehat, sehingga membantunya agar dapat memiliki body image yang

positif.

4. Bagi Institusi Pendidikan, dapat dijadikan bahan masukan bagi proses

penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan faktor-faktor penyebab

terjadinya jerawat pada remaja putri.

Page 55: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

DAFTAR PUSTAKA

Admin, (2012). PMS dan Jerawat, http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/

kesehatan/ remaja-putri-gemuk-rentan-jerawatan.html, Dikutip tanggal, 04

Januari 2013.

_______, (2012). http://www.smallcrab.com/kesehatan/957-junkfood-bisa-bikin-

anda-jerawatan-depresi-pikun-dan-rusak-sel-otak, Dikutip tanggal 28

Januari 2013

Andy, (2009). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Jerawat, Tesis, USU,

Medan.

Arisman, (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC.

Bobak, (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.

Budiarto, (2004). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,

EGC, Jakarta.

Depkes RI, (2008). Kesehatan Reproduksi Remaja, Depkes RI, Jakarta.

Fatikah, (2010). Hubungan Pengetahuan Kespro RemajaPutri Terhadap Sikap

Menghadapi Premenstrual Syndrome, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Goggin et al, (1999). Kebersihan Jerawat, http://referensiparamedis. blogspot.

com/2012/12/-jerawat.html, Dikutip tanggal 8 Desember 2012

Jones, (2006). Setiap Wanita, Delapratasa Publishing, Jakarta.

Kabau, (2012). Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik Dengan Kejadian

Acne Vulgaris, UNDIP, Semarang.

Lusa, (2010). Premenstrual Syndrome, http://www.lusa.web.id/premenstrual-

syndrome-pms-part-1/, Dikutip tanggal 4 Januari 2013

Mansjoer, (2005). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medika Aesculapius.

Nami, (2009) Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta

Nasrul, (2011). Acne Vulgaris (Jerawat), http://referensiparamedis. blogspot.

com/2013/01/acne-vulgaris-jerawat.html, Dikutip tanggal 3 Januari 2013

Page 56: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.12.11.10689 tahun 2011, Bentuk Dan Jenis Sediaan Kosmetika

Tertentu Yang Dapat Diproduksi Oleh Industri Kosmetika Yang Memiliki

Izin Produksi Golongan B, BPOM RI, Jakarta.

Pochi, Frorstrom & Lim James, 2006) Mencegah Jerawat, http://

referenciparamedis. blogspot. com/2013/01/acne-vulgaris-jerawat.html,

Dikutip tanggal 4 Januari 2013

Riyanto, (2011), Gejala Dan Penanganan Premenstrual Syndrome, http://dokter-

agus.blogspot.com/2011/10/gejala-dan-penanganan-premenstrual.html,

Dikutip tanggal 4 Januari 2013

Rendra, (2010), Jangan Sepelekan Jerawat, Artikel Management Of Acne,

Pondok Indah Health Care Group, Jakarta.

Ridwan, (2012). Jerawat (Acne Vulgaris), http://lingkupfarmasi212. blogspot.com

/2012/12/jerawat-acne-vulgaris.htm, Dikutip tanggal 3 Januari 2013.

Sallika, (2010). Serba Serbi Kesehatan Perempuan, Kawah Media, Jakarta.

Supartini, (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta, EGC.

Suryadi, (2008). Kejadian Dan Faktor Resiko Akne Vulgaris, Jurnal Media

Medika Indonesiana, Vol.43, No. 1, Semarang.

Suyono, (2002), Cara Menghilangkan Jerawat, http://bukuparamedis. blogspot.

com/2012/12/-jerawat.html, Dikutip tanggal 30 Desember 2012

Victor, (2010). Jerawat (Acne Vulgaris), http://www.victor-health.com/2010/11/

jerawat-acne-vulgaris.html, diakses tanggal 28 januari 2013.

Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta, Fitramaya.

Witasari, (2010). Jerawat (Acne Vulgaris) dan Remaja, http://blogdokter.

blogdetik. com/2011/12/05/ jerawat-acne-vulgaris-dan-remaja, diakses

tanggal 28 januari 2013.

Page 57: HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM (2).pdf