PBL Down Syndrom
description
Transcript of PBL Down Syndrom
Kasus
Seorang ibu D, 43 tahun, membawa anak bungsunya yang berusia 3 tahun ke dokter.
Anak tersebut belum bisa duduk sendiri, kalau menangis sering bibirnya membiru, dan
setelah diperiksa oleh dokter spesialis ternyata menderita kelainan jantung bawaan AVSD.
Lidah anak ini nampak besar dan cenderung keluar dan wajah anak ini sangat khas, tetapi
tidak mirip sama sekali dengan kedua orang tuanya. Dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan kromosom.
Pendahuluan
Down syndrome (juga disebut trisomi 21) adalah kelainan genetik yang terjadi pada
sekitar 1 dari 800 kelahiran hidup. Ini adalah penyebab utama dari kerusakan kognitif. Down
syndrome dikaitkan dengan ringan sampai sedang ketidakmampuan belajar, keterlambatan
perkembangan, fitur wajah yang khas, dan otot rendah di masa kanak-kanak awal. Banyak
orang dengan sindrom Down juga memiliki kelainan jantung, leukemia, awal-awal penyakit
Alzheimer , gastro-intestinal masalah, dan masalah kesehatan lainnya. Gejala-gejala
sindrom Down berkisar dari ringan sampai parah.
Harapan hidup untuk individu dengan sindrom Down telah secara dramatis meningkat
selama beberapa dekade terakhir sebagai perawatan medis dan inklusi sosial telah
membaik.Seseorang dengan sindrom Down dalam kesehatan yang baik akan rata-rata hidup
sampai usia 55 atau lebih.
Down syndrome ini dinamai Dokter Langdon Down, yang pada tahun 1866 pertama
kali menggambarkan sindrom sebagai gangguan. Meskipun Dokter Bawah membuat
beberapa pengamatan penting tentang sindrom Down, ia tidak benar mengidentifikasi apa
yang menyebabkan gangguan tersebut. Ia tidak sampai 1959 bahwa para ilmuwan
menemukan asal genetik dari sindrom Down.
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya.
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang
baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang
dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat.
1
Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja
yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari data umum pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, serta riwayat
kebiasaan/sosial.
Sepertimana yang telah kita ketahui, sindrom Down ini merupakan suatu kelainan
genetik dan penderitanya dapat mengalami retardasi mental. Jadi, anamnesis dilakukan
melalui orang tua pasien yaitu secara alloanamnesis. Menjadi suatu hal yang penting bagi kita
untuk menanyakan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan sindrom Down.1
Sejumlah orang tua memiliki kemungkinan lebih tinggi menghasilkan bayi dengan
sindrom Down. Termasuk dalam faktor risiko adalah usia ibu yang sudah lanjut. Kromosom
terbagi dengan tidak benar dari waktu ke waktu karena wanita terus memproduksi telur dan
telur tersebut menua. Kemungkinan melahirkan bayi dengan sindrom Down terus meningkat
seiring bertambahnya usia. Mereka yang berusia di bawah 25 tahun memiliki kemungkinan
1:1400. Pada usia 30 risikonyo 1:1000. Pada usia 35, kemungkinannya meningkat hingga
1:385. Pada usia 40 tahun, kemungkinannya lebih meningkat 1:106. Pada usia 45, hampir 1
dari 30 jumlah kelahiran bayi menghasilkan bayi dengan sindrom Down.2
Wanita yang pernah melahirkan anak dengan sindrom Down juga memiliki
kemungkinan 1% akan melahirkan bayi selanjutnya dengan kondisi yang sama. Orang tua
pembawa kelainan genetik sindrom Down juga dapat menurunkan hal ini kepada anak-anak
mereka dengan kemungkinan lebih besar dibandingkan orang tua yang tidak memiliki
kelainan ini.
Wanita pada usia 36 tahun memiliki kemungkinan melahirkan pasien sindrom Down
dengan kemungkinan 1 dari 300 jumlah kelahiran. Pada usia 37 tahun, kemungkinannya
meningkat hingga 1 dari setiap 230 jumlah kelahiran. Pada usia 38 tahun, risikonya
meningkat hingga 1 dari setiap 180 jumlah kelahiran. Pada usia 39 tahun, sekitar 1 dari setiap
135 jumlah kelahiran menghasilkan sindrom Down. Pada usia 46 tahun, 1 dari setiap 20
jumlah kelahiran menghasilkan bayi dengan sindrom Down. Pada usia 48 tahun, 1 dari 16
jumlah kelahiran menjadi tidak normal. Pada usia 49 tahun, kemungkinannya meningkat
hingga 1 dari 12 jumlah kelahiran.
Wanita yang hamil pada usia 35 tahun atau lebih biasanya diajukan serangkaian
pertanyaan oleh dokter, pertanyaan seperti apakah terdapat cacat lahir di dalam keluarga atau
jika ada anggota keluarga yang khususnya memiliki sindrom Down. Usia wanita sebenarnya
menunjukkan risiko, serta keberadaan sindrom ini di dalam keluarga. Dokter biasanya
merujuk pada risiko yang berkaitan dengan usia dari kelainan kromosom.2
2
Selain itu, penting juga kita tanyakan tentang perkembangan belajar pasien. Hal ini
karena kanak-kanak dengan sindrom Down secara keseluruhannya mengalami
keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Pada peringkat awal pembesaran
mereka mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk
berjalan, perkembangan motor halus dan bercakap. Perkembangan sosial mereka agak
menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga. Mereka juga mempunyai
sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan otot-otot yang lembek
tetapi mereka akhirnya berjaya melakukan hampir semua pergerakan kasar.
Penderita sindrom Down juga dikatakan sering mengalami gangguan pada sistem
kardiovaskular dan gastrointestinal. Jadi, kita bisa menanyakan apakah terdapat tanda-tanda
yang menunjukkan adanya gangguan pada sistem berkenaan. Masalah jantung yang paling
kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung
berlubang di antara jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung
berlubang di antara atrium kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur ateriosis yang
berkekalan (Patent Ductus Ateriosis/PDA). Bagi penderita sindrom Down juga boleh
mengalami masalah jantung berlubang sampai terjadinya sianosis (cyanotic spell) dan
kesukaran bernafas.
Pemeriksaan fisik1,3
1. Kepala
Wajah
Wajah penderita sindrom Down sangat khas. Pada penderita ini akan tampak
kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung
lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak antara kedua mata
lebar, kelopak mata memiliki lipatan epikantus sehingga mirip dengan orang
oriental.3,4
Mata
Pemeriksaan visus untuk menguji ketajaman penglihatan pada penderita
sindrom Down perlu dilakukan. Pada anak yang sudah cukup besar uji ini
dilakukan dengan papan snellen yang biasa berupa tulisan atau gambar.
2. Telinga
Inspeksi
Daun telinga yang kecil terdapat pada sindrom Down.3,4
3
Pada kelainan yang disebut low set ear posisi daun telinga lebih rendah
dari normal dapat ditemukan pada bayi dengan hidrosefalus, sindrom
Apert, Carpenter, Noonan, Pierre Robin, Turner, William, dan Trisomi
13, 18, dan 21.3
Pemeriksaan ketajaman pendengaran dapat dilakukan dengan menggunakan
garputala dan audiometer. Hal ini dilakukan untuk menetukan apakah terjadi
penurunan ketejaman pendengaran seperti tuli perseptif atau tuli konduktif.
3. Mulut
Pemeriksaan gigi digunakan untuk mengetahui waktu dan urutan erupsi,
jumlah, karakter, kondisi dan posisi. Perhatikan abnormalitas posisi gigi.4
Makroglosia, lidah yang terlalu besar, terdapat pada hipotiroidisme, simdrom
Down, simdrom Hurler, dan neoplasma lidah seperti limfangioma, hemangioma, dan
rabdomioma.4
4. Jantung
Pemeriksaan fisik pada jantung dilakukan untuk menentukan adanya penyakit
pada kardiovaskuler yang berkaitan dengan keluhan pasien lemah dalam beraktivitas.
Inspeksi
Pada inspeksi dilihat apakah denyut apeks atau iktus kordis dapat terlihat atau
tidak. biasanya sulit dilihat pada bayi dan anak kecil, kecuali pada anak yang
sangat kurus atau bila terdapat kardiomegali.4
Palpasi
Pemeriksaan palpasi dilakukan untuk menilai teraba tidaknya iktus, dan
apabila teraba dinilai kuat angkat atau tidak, iramanya regular atau tidak, dan
frekuensinya.4
Getaran bising (trill) ialah bising jantung yang dapat diraba dengan palpasi
ringan. Getaran bising ini dapat teraba pada fase sistolik dan diastolik dan
dapat teraba apabila terdapat kelainan pada jantung.4
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung.4
Auskultasi
Kegunaan auskultasi ialah untuk memeriksa bunyi jantung, sistol, dan diastol
dan kemudian menentukan adanya bunyi jantung yang normal dan abnormal.4
5. Status mental dan fisik
4
Pada anak usia 6 – 10 tahun tetapkan orientasi waktu dan tempat, pengetahuan
faktual, dan keterampilan bahasa dan angka. Obsevasi keterampilan motorik yang
digunakan dalam menulis, mengikat tali sepatu, mengancingkan baju, memotong, dan
menggambar.
6. Anggota gerak
Inspeksi
Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul terdapat pada sindrom
Down. Selain itu juga dapat ditemukan Jarak antara jari I dan II, baik
tangan maupun kaki agak besar.3,4
Telapak tangan memiliki garis tangan yang khas abnormal, yaitu
hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja (simian crease).3,4
Tonus otot dinilai dengan memperhatikan gerakan pada otot, dan bila perlu
pada anak besar diminta untuk melakukan gerakan-gerakan normal dengan
tahanan dari pemeriksa. Pada sindrom Down akan didapatkan hipotonia.4
Hipermobilitas sendi yang ditandai oleh hiperrefelsi dan hiperekstensi
biasanya disebabkan oleh relaksasi struktur sekitar sendi. Keadaan ini jelas
terlihat pada sindrom Down, amiotonia kongenital, sindrom Ehlers-Dalos,
korea, rakitis, dan malnutrisi.1
7. Antopometri
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan
fisik antara lain:
Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi.1
Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri.4
5
Gambar 1. Fisik sindrom down
Pemeriksaan penunjang5,6
Selama 20 tahun terakhir, teknologi baru telah meningkatkan metode deteksi kelainan
janin, termasuk sindrom Down. Dalam deteksi sindrom Down dapart dilakukan deteksi dini
sejak dalam kehamilan. Dapat dilakukan tes skrening dan tes diagnostik. Dalam tes
diagnostik, hasil positif berarti kemungkinan besar pasien menderita penyakit atau kondisi
yang memprihatinkan. skrining, tujuannya adalah untuk memperkirakan risiko pasien yang
memiliki penyakit atau kondisi. Tes diagnostik cenderung lebih mahal dan memerlukan
prosedur yang rumit; tes skrining cepat dan mudah dilakukan. Namun, tes skrining memiliki
lebih banyak peluang untuk salah: ada “false-positif” (test menyatakan kondisi pasien ketika
pasien benar-benar tidak) dan “false-negatif” (pasien memiliki kondisi tapi tes menyatakan
dia / dia tidak).
Maternal Serum Screening
Darah ibu diperiksa kombinasi dari berbagai marker: alpha-fetoprotein (AFP),
unconjugated estriol (uE3), dan human chorionic gonadotropin (hCG) membuat tes standar,
6
yang dikenal bersama sebagai “tripel tes.”Tes ini merupakan independen pengukuran, dan
ketika dibawa bersama-sama dengan usia ibu (dibahas di bawah), dapat menghitung risiko
memiliki bayi dengan sindrom Down.Selama lima belas tahun terakhir, ini dilakukan dalam
kehamilan 15 sampai minggu ke-18 Baru-baru ini, tanda lain yang disebut Papp-A ternyata
bisa berguna bahkan lebih awal.
Alpha-fetoprotein dibuat di bagian rahim yang disebut yolk sac dan di hati janin, dan
sejumlah AFP masuk ke dalam darah ibu. Pada sindrom Down, AFP menurun dalam darah
ibu, mungkin karena yolk sac dan janin lebih kecil dari biasanya.
Estriol adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, menggunakan bahan yang
dibuat oleh hati janin dan kelenjar adrenal. estriol berkurang dalam sindrom Down
kehamilan.
Human chorionic gonadotropin hormon yang dihasilkan oleh plasenta, dan digunakan
untuk menguji adanya kehamilan. bagian yang lebih kecil tertentu dari hormon, yang disebut
subunit beta, adalah sindrom Down meningkat pada kehamilan.
Inhibin A adalah protein yang disekresi oleh ovarium, dan dirancang untuk
menghambat produksi hormon FSH oleh kelenjar hipofisis. Tingkat inhibin A meningkat
dalam darah ibu dari janin dengan Down syndrome, yang dihasilkan oleh selubung telur yang
baru dibuahi. Pada trimester pertama, rendahnya tingkat protein ini terlihat dalam sindrom
Down kehamilan.
Pertimbangan yang sangat penting dalam tes skrining adalah usia janin (usia
kehamilan). Analisis yang benar komponen yang berbeda tergantung pada usia kehamilan
mengetahui dengan tepat. Cara terbaik untuk menentukan bahwa adalah dengan USG.
Ultrasound Screening (USG Screening)7
Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk mengkonfirmasi usia
kehamilan janin (dengan cara yang lebih akurat daripada yang berasal dari ibu siklus haid
terakhir). Manfaat lain dari USG juga dapat mengambil masalah-masalah alam medis serius,
seperti penyumbatan usus kecil atau cacat jantung. Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin
akan bermanfaat bagi perawatan anak setelah lahir. Pengukuran Nuchal fold juga sangat
direkomendasikan.
Ada beberapa item lain yang dapat ditemukan selama pemeriksaan USG bahwa
beberapa peneliti telah merasa bahwa mungkin memiliki hubungan yang bermakna dengan
sindrom Down. Temuan ini dapat dilihat dalam janin normal, tetapi beberapa dokter
kandungan percaya bahwa kehadiran mereka meningkatkan risiko janin mengalami sindrom
7
Down atau abnormalitas kromosom lain. echogenic pada usus, echogenic intracardiac fokus,
dan dilitation ginjal (pyelctasis). marker ini sebagai tanda sindrom Down masih
kontroversial, dan orang tua harus diingat bahwa setiap penanda dapat juga ditemukan dalam
persentase kecil janin normal. Penanda yang lebih spesifik yang sedang diselidiki adalah
pengukuran dari hidung janin; janin dengan Down syndrome tampaknya memiliki hidung
lebih kecil USG dari janin tanpa kelainan kromosom. Masih belum ada teknik standar untuk
mengukur tulang hidung dan dianggap benar-benar dalam penelitian saat ini. Penting untuk
diingat bahwa meskipun kombinasi terbaik dari temuan USG dan variabel lain hanya prediksi
dan tidak diagnostik. Untuk benar diagnosis, kromosom janin harus diperiksa.
Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim.
Ini dilakukan di tempat praktek dokter atau di rumah sakit. Sebuah jarum dimasukkan melalui
dinding perut ibu ke dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum. Sekitar satu
cairan diambil untuk pengujian. Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa
untuk tes kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah janin sindrom
Down atau tidak.
Amniocentesis biasanya dilakukan antara 16 dan 20 minggu kehamilan; beberapa
dokter mungkin melakukannya pada awal minggu ke-14. Efek samping kepada ibu termasuk
kejang, perdarahan, infeksi dan bocornya cairan ketuban setelah itu. Ada sedikit peningkatan
risiko keguguran: tingkat normal saat ini keguguran kehamilan adalah 2 sampai 3%, dan
amniosentesis meningkatkan risiko oleh tambahan 1 / 2 sampai 1%. Amniosentesis tidak
dianjurkan sebelum minggu ke-14 kehamilan karena risiko komplikasi lebih tinggi dan
kehilangan kehamilan.
Rekomendasi saat ini wanita dengan risiko memiliki anak dengan sindrom Down dari
1 dalam 250 atau lebih besar harus ditawarkan amniosentesis. Ada kontroversi mengenai
apakah akan menggunakan risiko pada saat penyaringan atau perkiraan resiko pada saat
kelahiran. (Risiko pada saat skrining lebih tinggi karena banyak janin dengan Down
syndrome abortus secara spontan sekitar waktu penyaringan atau sesudahnya).
Chorionic Villus Sampling (CVS)
8
Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil, jumlah kecil jaringan diambil
dari plasenta muda (juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang
dapat diuji untuk sindrom Down. Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti
amniosentesis, tetapi metode lain untuk memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui
vagina.
CVS biasanya dilakukan antara 10 dan 12 minggu pertama kehamilan. Efek samping
kepada ibu adalah sama dengan amniosentesis (di atas). Risiko keguguran setelah CVS
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan amniosentesis, meningkatkan risiko keguguran
normal 3 sampai 5%. Penelitian telah menunjukkan bahwa dokter lebih berpengalaman
melakukan CVS, semakin sedikit tingkat keguguran.
Diagnosis Kerja
Anak tersebut mengalami kelainan genetic yaitu kelainan jumlah kromosom
(aneuplodi) trisomy 21 atau yang biasa disebut Sindrom Down Trisomy 21
Diagnosis Banding5
Beberapa differential diagnosis yang hampir memiliki gejala klinis yang sama ialah
sebagai berikut :
Hipotiroid Kongenital
Suatu keadaan dimana kelenjar tiroid tidak berkembang atau mengalami agenesis
sehingga mengakibatkan kadar dari hormone tiroid menjadi sangat rendah bahkan dapat
mencapai tidak ada. Kebanyakan anak dengan hipotiroid kongenital, gejala klinis pada
periode neonatal sangatlah jarang atau ringan dan tidak spesifik, meskipun terdapat agenesis
kelenjar tiroid komplit. Beberapa gejala klinis yang terdapat pada hipotiroid kongenital
adalah sebagai berikut :
Konstipasi, lidah besar, kulit kering, hernia umbilical, ubun ubun besar lebar atau
terlambat menutup, kutis marmomata, suara serak, bayi kurang aktif.
Penampilan fisik sekilas seperti sindroma down, namun pada sindroma down bayi
lebih aktif.
Pada saat ditemukan pasien pada umumnya tampak pucat.
Pada anak yang lebih besar mungkin ditemukan wajah bodoh, lidah membesar,
retardasi pertumbuhan dan tanda-tanda retardasi mental. Pada remaja, pubertas
prekok dapat terjadi, dan mungkin ada pembesaran sella tursika di samping postur
tubuh pendek.
9
Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan diagnosis,
apabila ditemukan kadar T4 rendah disertai kadar TSH yang meningkat, maka
diagnosis dapat ditegakkan.
Beckwith Wiedemann Sindrom
Beckwith-Wiedemann Syndrome (BWS) adalah kelainan genetik biasanya ditandai
dengan pertumbuhan berlebih. Gangguan ini memiliki keparahan yang bervariasi pada anak-
anak. Pasien biasanya datang medis karena mereka dilahirkan dengan beberapa gejala yang
terjadi bersama-sama. Namun, hanya sedikit anak-anak memiliki semua gejala klinis secara
bersamaan yang terkait dengan sindrom. Beberapa gejala pada pasien BWS meliputi:
Berat lahir besar dan panjang pertumbuhan berlebih dari salah satu sisi tubuh
(hemihypertrophy)
Sebuah lidah membesar (macroglossia)
Rendahnya tingkat gula dalam aliran darah (hipoglikemia) selama periode baru lahir
Cacat pada dinding perut (seperti omfalokel, hernia umbilikalis)
Organ perut membesar, seperti ginjal, hati dan pancreas
Lubang atau kerutan di daun telinga atau di belakang telinga
Peningkatan risiko mengembangkan kanker tertentu selama masa kanak (sebagian
besar kanker ini dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.)
Besar, mata menonjol besar
Kelesuan
Microcephaly ringan
Testis tidak turun (cryptorchidism)
Beckwith-Wiedemann Syndrome terjadi pada 1 dari 14.000 kelahiran, dengan angka
kejadian yang hampir sama pada anak laki-laki dan perempuan. Karena beberapa anak
memiliki gejala yang ringan sindrom ini sering tidak terdiagnosis sebagai BWS.
Mayoritas kasus BWS hingga 85 persen terjadi secara spontan, tanpa riwayat keluarga
ataupun keturunan. Sekitar 10 sampai 15 persen dari BWS yang yang diturunkan, yang
berarti mereka dapat diteruskan kepada generasi berikutnya. Dalam kasus ini, ada risiko
sampai 50 persen bahwa orangtua yang terkena akan meneruskan gen abnormalnya untuk
anak selama kehamilan. Kebanyakan kasus herediter berhubungan dengan mutasi gen pada
kromosom 11. Para ilmuwan percaya bahwa pertumbuhan berlebih terkait dengan Beckwith-
Wiedemann Syndrom mungkin berkembang karena inaktivasi satu atau lebih gen penekan
pertumbuhan, atau karena aktivasi berlebih dari gen yang mendorong pertumbuhan sel.
10
Sejak BWS memiliki persentase yang besar untuk tidak diturunkan kepada keturunan
berikutnya atau tidak diwariskan, ada kemungkinan orang-orang dengan sindrom ini tidak
mungkin untuk meneruskannya kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang tua dari anak-
anak dengan BWS tidak mengalami peningkatan risiko memiliki anak lain dengan gangguan
ini.
Etiologi6,7
Penderita sindrom down mempunyai 3 kromosom 21 dalam tubuhnya yang kemudian
disebut dengan trisomi 21. tetapi pada tahun – tahun berikutnya, kelainan kromosom lain juga
mulai tampak, sehingga disimpulkan bahwa selain trisomi 21 ada penyebab lain dari
timbulnya penyakit sindrom down ini. Meskipun begitu penyebab tersering dari sindrom
down ini adalah trisomi 21 yaitu sekitar 92-95%, sedangkan penyebab yang lain yaitu 4,8-
6,3% adalah karena keturunan.
Gambar 2. Trisomi 21
Kebanyakan adalah translokasi Robertisonian yaitu adanya perlekatan antara
kromosom 14, 21 dan 22. Penyebab yang telah diketahui adalah kerena adanya kelainan
kromosom yang terletak pada kromosom yang ke 21, yaitu trisomi. Dan penyebab dari
kelainan kromosom ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini, antara lain:
1. Non disjungtion (pembentukan gametosit)
11
a. Genetik
Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada
kelurga yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko
pada keturunannya
b. Radiasi
Sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down adal ibu yang
pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
c. Infeksi
Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada
ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
d. Autoimun
Penelitian Fial kow secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi
ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
e. Usia ibu
Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini
disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam
pembentukan janin, termasuk hormon LH dan FSH.
f. Ayah
Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan
kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor
dari ibu.
2. Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi
kromosom 21 dan 14.
3. Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan
DNA menuju ke RNA.
4. Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan
5. Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi coitus, sehingga dapat berdampak pada janin.
Patofisiologi8,9
Gen pada tambahan salinan kromosom 21 bertanggung jawab atas semua karakteristik
yang berhubungan dengan sindrom Down. Biasanya, setiap sel manusia mengandung 23
pasang kromosom yang berbeda. Setiap kromosom membawa gen, yang dibutuhkan untuk
pengembangan yang tepat dan pemeliharaan tubuh kita. Pada konsepsi, seorang individu
12
mewarisi 23 kromosom dari ibu (melalui sel telur) dan 23 kromosom dari ayah (melalui sel
sperma).
Namun, terkadang seseorang mewarisi kromosom ekstra dari salah satu
orangtua. Pada sindrom Down, seorang individu paling sering mewarisi dua salinan
kromosom 21 dari ibu dan satu kromosom 21 dari ayah untuk total tiga kromosom 21. Karena
sindrom Down disebabkan oleh warisan dari tiga kromosom 21, gangguan ini juga disebut
trisomi 21. Sekitar 95% dari individu dengan sindrom Down mewarisi kromosom ekstra
keseluruhan 21.
Sekitar 3% sampai 4% dari individu dengan sindrom Down tidak mewarisi kromosom
ekstra keseluruhan 21, namun hanya beberapa ekstra kromosom 21 gen, yang melekat pada
kromosom lain (biasanya kromosom 14). Ini disebut translokasi. Sebagian besar waktu,
translokasi adalah peristiwa acak selama konsepsi dalam beberapa kasus. Namun, orangtua
adalah pembawa seimbang translokasi. Orangtua memiliki tepat dua salinan kromosom 21,
tetapi beberapa gen yang didistribusikan ke kromosom lain. Jika bayi mewarisi kromosom
dengan gen ekstra dari kromosom 21, maka anak akan memiliki sindrom Down (dua
kromosom 21 ditambah ekstra kromosom 21 gen melekat pada kromosom lain).
Sekitar 2% sampai 4% dari orang-orang dengan sindrom Down mewarisi gen
tambahan dari kromosom 21, tetapi tidak di setiap sel tubuh. Hal ini dikenal sebagai mosaik
sindrom Down. Orang-orang ini mungkin, misalnya, telah mewarisi gen tambahan dari
kromosom 21 dalam sel otot mereka, tetapi tidak dalam setiap jenis sel lain. Karena
persentase sel dengan gen tambahan dari kromosom 21 bervariasi pada orang dengan sindrom
Down mosaik, mereka sering tidak memiliki semua karakteristik fisik yang khas dan
mungkin tidak sangat intelektual gangguan seperti orang dengan penuh trisomi 21. Kadang-
kadang, mosaik Down syndrome adalah begitu ringan sehingga akan terdeteksi. Di sisi lain,
mosaik sindrom Down juga bisa salah didiagnosis sebagai trisomi 21, jika tidak ada tes
genetik telah dilakukan.
Faktor resiko8
Faktor risiko hanya dikenal untuk mengandung seorang anak dengan sindrom Down
adalah usia ibu lanjut. Wanita tua itu pada saat pembuahan, semakin besar risiko memiliki
anak dengan sindrom Down. Ibu usia Risiko konsepsi sindrom Down
25 tahun 1 di 1.250
30 tahun 1 di 1.000
35 tahun 1 di 400
13
40 tahun 1 dari 100
45 tahun 1 dalam 30
Orang tua yang telah dikandung seorang anak dengan sindrom Down memiliki
peningkatan risiko 1% hamil anak lain dengan sindrom Down. Jika orangtua adalah pembawa
translokasi kromosom 21, risiko dapat setinggi 100%.
Wanita dengan sindrom Down memiliki risiko 50% untuk hamil anak dengan sindrom
Down. Jika ayah memiliki sindrom Down, risiko mengandung seorang anak dengan sindrom
Down juga meningkat.
Manifestasi klinis6,8
Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak
tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.
Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik
yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly)
dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
Sifat pada kepala, muka dan leher : Mereka mempunyai paras muka yang hampir
sama seperti muka orang Mongol.
Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya
kemek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulut
adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut
yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gigi
lambat dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala biasanya lebih
kecil dan agak lebar dari bahagian depan ke belakang. Lehernya agak pendek.
Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthal folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar iris
mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak (2%), dan
retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan
kornea
Manifestasi mulut : gangguan engunyah menelan dan bicara. scrotal tongue, rahang
atas kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuha gigi, hypodontia, juvenile
periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing
Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan
keterlambatan perkembangan pubertas
14
Manifestasi kulit : kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis
(50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%),
Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria
infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans
serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis
Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas
jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki
melebar.
Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan
pada sistim organ yang lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital
heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal
dengan cepat. Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung berlubang
seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang diantara bilik jantung
kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung berlubang diantara atria
kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur ateriosis yang berkekalan (Patent
Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-kanak down syndrom boleh mengalami masalah
jantung berlubang jenis kebiruan (cynotic spell) dan susah bernafas.
Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus
(esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di
bahagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur 1 – 2 hari
dimana bayi mengalami masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil duodenum
yang tidak terbuka penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini
disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan
mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut
membuncit dan susah untuk buang air besar. Saluran usus rectum atau bagian usus
yang paling akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung atau penyempitan yang
dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak
normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua
dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air
besar Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya
akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada
15
bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak
dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan
hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko
melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Sifat pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka
mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak
tangan mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
Tampilan kaki : Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua
agak jauh terpisah dan tapak kaki.
Tampilan klinis otot : mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi
lembik dan menghadapi masalah lewat dalam perkembangan motor kasar. Masalah-
masalah yang berkaitan Kanak-kanak down syndrom mungkin mengalami masalah
kelainan organ-organ dalam terutama sekali jantung dan usus.
Down syndrom mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon
tairoid. Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
Down syndrom mempunyai ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher
yang menyebabkan berlakunya penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini
berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
Sebagian kecil mereka mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih
yaitu leukimia.
Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid
precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.
Masalah Perkembangan Belajar Down syndrom secara keseluruhannya mengalami
keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Pada peringkat awal pembesaran
mereka mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat
untuk berjalan, perkembangan motor halus dan bercakap. Perkembangan sosial
mereka agak menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga. Mereka
juga mempunyai sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan
otot-otot yang lembek tetapi mereka akhirnya berjaya melakukan hampir semua
pergerakan kasar.
Gangguan tiroid
Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan
danperubahan kepribadian)
16
Penderita DS sering mengalami gangguan pada beberapa organ tubuh seperti hidung,
kulit dan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi. Penanganan alergi pada
penderita DS dapat mengoptimakan gangguan yang sudah ada.
44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun.
Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang
mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom
down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan
menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
Gambar 3. Manifestasi klinis sindrom down
Penatalaksanaan8
17
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk
mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat
mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya
mengingat tonus otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan
dukungan maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau
fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun
mentalnya.
Walaupun secara jumlah meningkat, namun penderita down syndrome lebih banyak
yang berprestasi dan hidup lebih lama dibanding orang dengan kehidupan yang lebih
berkecukupan. Dengan kata lain, harapan hidup dan mutu kehidupan para penderita down
syndrome jauh meningkat beberapa tahun terakini. Perbaikan kualitas hidup pengidap down
sindrom dapat terjadi berkat perawatan kesehatan, pendekatan pengajaran, serta penanganan
yang efektif.
Stimulasi dini.
Stimulasi sedini mungkin kepada bayi yang DS, terapi bicara, olah tubuh,
karena otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan rangsangan-rangsangan dengan
permainan-permainan layaknya pada anak balita normal, walaupun respons dan daya
tangkap tidak sama, bahkan mungkin sangat minim karena keterbatasan
intelektualnya. Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk
memberi lingkungan yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan
untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa.
Selain itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK,
mandi, yang akan memberi anak kesempatan.
Pada umumnya kelebihannya adalah penurut, periang, rajin, tepat waktu. Untuk
anak yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat menyenangi
hal-hal yang rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa sehingga bila
sudah diberikan suatu jadwal kegiatan tiap hari, mereka akan sangat ngotot untuk
melakukan jatahnya, walaupun orang tua berusaha untuk menjelaskan, kadang-
kadang malah membuatnya sedih dan ngambek. Ini juga karena intelektual anak
yang kurang sehingga belum mempunyai pengertian yang baik.
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek
pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia
akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya leukemia akut
18
menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini
memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
Fisio Terapi
1. Penanganan fisioterapi menggunakan tahap perkembangan motorik kasar untuk
mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap perkembangan
yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu anak mencapai
perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan
untuk menyembuhkan penyakit down syndromenya. Dan ini harus
dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya supaya
tujuan terapi tercapai.
2. Fisioterapi pada Down Syndrom adalah membantu anak belajar untuk
menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways).
Misalkan saja hypotonia pada anak dengan Down Syndrome dapat menyebabkan
pasien berjalan dengan cara yang salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini
disebut sebagai kompensasi.
3. Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan Down Syndrome menyesuaikan
gerakannya untuk mengkompensasi otot lemah yang dimilikinya, sehingga
selanjutnya akan timbul nyeri atau salah postur.
4. Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat.
Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan dalam
masalah yang sering terjadi pada anak Down syndrome seperti low muscle tone,
loose joint dan perbedaan yang terjadi pada otot-tulangnya.
5. Fisioterapi dapat dilakuka seminggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih dahulu
fisioterapi melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang
dibutuhkan anak dalam seminggu. Disini peran orangtua sangat diperlukan karena
merekalah nanti yang paling berperan dalam melakukan latihan dirumah selepas
diberikannya terapi. Untuk itu sangat dianjurkan untuk orangtua atau pengasuh
mendampingi anak selama sesi terapi agar mereka mengetahui apa-apa yg harus
dilakukan dirumah.
Terapi Wicara
Suatu terapi yang di perlukan untuk anak DS yang mengalami keterlambatan
bicara dan pemahaman kosakata.
Saat ini sudah banyak sekali jenis-jenis terapi selain di atas yang bisa
dimanfaatkan untuk tumbuh kembang anak DS misalnya Terapi Okupasi. Terapi ini
19
diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman,
kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya
anak DS tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas
tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak
mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.
Terapi Remedial.
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis
dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari sekolah biasa
Terapi Sensori Integrasi.
Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan / sensori yang
diterima. Terapi ini diberikan bagi anak DS yang mengalami gangguan integrasi
sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan
terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan
otak akan meningkat.
Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)
Mengajarkan anak DS yang sudah berusia lebih besar agar memahami tingkah
laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku
di masyarakat.
Terapi alternatif.
Penaganan yang dilakukan oleh orangtua tidak hanya penanganan medis tetapi
juga dilakukan penanganan alternatif. hanya saja terapi jenis ini masih belum pasti
manfaatnya secara akurat karena belum banyak penelitian yang membuktikan
manfaatnya, meski tiap pihak mengklaim dapat menyembuhkan DS. Orang tua harus
bijaksana memilih terapi alternatif ini, jangan terjebak dengan janji bahwa DS pada
sang anak akan bisa hilang karena pada kenyataannya tidaklah mungkin DS bisa
hilang. DS akan terus melekat pada sang anak. Yang bisa orang tua lakukan yaitu
mempersempit jarak perbedaan perkembangan antara anak DS dengan anak yang
normal. Terapi alternatif tersebut di antaranya adalah :
Terapi Akupuntur ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada
bagian tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan
dengan kondisi sang anak.
Terapi Musik Anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat
senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi
20
mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat
dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik
Terapi Lumba-Lumba Terapi ini biasanya dipakai bagi anak Autis tapi hasil
yang sangat mengembirakan bagi mereka bisa dicoba untuk anak DOWN
SYNDROME. Sel-sel saraf otak yang awalnya tegang akan menjadi relaks
ketika mendengar suara lumba-lumba.
Terapi Craniosacral Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang
ringan pada syaraf pusat. Dengan terapi ini anak DOWN SYNDROME
diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya tahan tubuh lebih meningkat.
Dan tentu masih banyak lagi terapi-terapi alternatif lainnya, ada yang berupa
vitamin, supplemen maupun dengan pemijatan pada bagian tubuh tertentu.
Komplikasi8,9
Jantung
Selain gangguan kognitif, kondisi medis yang paling umum yang terkait dengan
sindrom Down kelainan jantung bawaan .Sekitar setengah dari semua orang dengan
sindrom Down dilahirkan dengan cacat jantung, sering dengan cacat septum
atrioventrikular. Cacat jantung lainnya umum terjadi di Down syndrome
termasukdefek septum ventrikel , defek septum atrium, tetralogi Fallot, dan patent
ductus arteriosus. Beberapa bayi akan membutuhkan operasi segera setelah lahir
untuk memperbaiki cacat jantung.
Gastrointestinal
Kondisi pencernaan juga umumnya terkait dengan sindrom Down, atresia
esofagus terutama, fistula tracheoesophageal, atresia duodenum atau
stenosis, penyakit Hirschsprung , dan anus imperforata.Individu dengan sindrom
Down berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan penyakit celiac . Operasi
korektif kadang-kadang diperlukan untuk masalah pencernaan.
Resiko Kanker
Beberapa jenis kanker yang lebih sering ditemukan pada sindrom Down, seperti
leukemia lymphoblastic akut (sejenis kanker darah), leukemia myeloid, dan kanker
testis. Tumor padat di sisi lain jarang terjadi pada populasi ini.
Kondisi Lain
Kondisi medis lainnya termasuk:
21
Gangguan pendengaran,
Sering infeksi telinga ( otitis media ),
Kurang aktif tiroid ( hipotiroid ),
Serviks tulang belakang ketidakstabilan,
Visual yang penurunan,
Sleep apnea ,
Obesitas ,
Sembelit ,
Kejang ,
Sekitar 18% sampai 38% dari individu dengan sindrom Down telah hidup bersama
kondisi kejiwaan atau perilaku, seperti:
Gangguan spektrum autisme ,
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD),
Depresi ,
Stereotip gangguan gerak, dan
Obsesif kompulsif .
Pencegahan9,10
Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat
membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal
juga sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di
atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka
memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa
dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom.
Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui
pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko
untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan
analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada
plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada
kehamilan 14-16 minggu.
22
Prognosis
Prognosis terhadap sindrom down ialah baik meskipun penyakit ini tidak ada
disembuhkan tetapi dapat diobati manifestasi klinik yang ada seperti kelainan jantung bawaan
dan lainnya. Dengan berkembangnya ilmu medis sindrom down yang tadinya hanya bertahan
dalam 1 tahun pertama sekarang sudah dapat bertahan sampai 50 tahun. Sindrom down ini
dapat dideteksi dengan berbagai skrining semasa kehamilan dengan menggunakan teknik
aminosentesis, chorrionic villus sampling, dll.
Daftar pustaka
1. Kenneth J. Leveno, F. Gary Cunningham, Noeman F. Gant, James M. Alexander, Steven L. Bloom, Brian M. Casey, et al. Skrining pada cacat Neural-tube dan sindrom Down. Williams Manual of Obstetrics. Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. Hal 91.
2. Faktor risiko sindrom Down. 2011. Diunduh dari http://doktermu.com/Kesehatan-anak/faktor-risiko-sindrom-down.html, 13 September 2013.
3. Suryo. Genetika manusia. Yogyakakrta: Gajah Mada Press; 2003.h.259-72.4. Latief A, Tumbuleka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et
all. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.h.3-8, 29-36, 51-67, 83-95.
5. Liyanage S, Barnes J. The eye and Down’s syndrome. Br J Hosp Med (Lond). 2008;69(11):632-4.
6. Borgaonkar DS, Davis M, Bolling DR, Herr HM. Evaluation of dermal patterns in Down’s syndrome by predictive discrimination. I. Preliminary analysis based on frequencies of patterns. Johns Hopkins Med J. Mar 1971;128(3):141-52.
7. Rex AP, Preus M. A diagnostic index for Down syndrome. J Pediatr. Jun 1982;100(6):903-6.
8. Roizen NJ. Down syndrome: progress in research. Ment Retard Dev Disabil Res Rev. 2001;7(1):38-44.
9. Vintzileos AM, Egan JF. Adjusting the risk for trisomy 21 on the basis of second-trimester ultrasonography. Am J Obstet Gynecol. Mar 1995;172(3):837-44.
10. Lejeune J, Gautier M, Turpin R. [Study of somatic chromosomes from 9 mongoloid children.] Article in French. C R Hebd Seances Acad Sci. Mar 16 1959;248(11):1721-2.
23