Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita (Slide)

74
REZI AMALIA PUTRI 1110312003 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANG

description

skripsi

Transcript of Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita (Slide)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA NELAYAN DI KELURAHAN PURUS WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

REZI AMALIA PUTRI1110312003

Fakultas KedokteranUniversitas AndalasHUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANGBAB I PENDAHULUAN2LATAR BELAKANGMasalah Gizi merupakan salah satu penyebab kematian pada kelompok resiko tinggi, yaitu bayi dan balita.Sepertiga dari kematian di antara anak di bawah usia 5 tahun dikaitkan dengan masalah gizi.Gizi buruk pada 1000 hari pertama kehidupan anak akan memberikan dampak yang bersifat irreversiblePada masa ini proses tumbuh kembang berlangsung sangat cepat disebut dengan masa keemasan (golden age), pada masa ini otak berkembang sangat cepat.UNICEF, 2013*DEPKES, 2009Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 di lndonesia adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurangDi Sumatera Barat, prevalensi gizi buruk 2,8% dan gizi kurang 14,4%.Di kota Padang, berdasarkan data prevalensi status gizi balita (BB/U) Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012, gizi buruk 3,20%, dan gizi kurang 9,40%.Kecamatan Padang Barat merupakan kecamatan dengan angka gizi kurang tertinggi di kota Padang, yaitu 11,33%. *RISKESDAS, 2013*DINKES, 2012Terjadi peningkatan dibandingkan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%).Engle, Menon dan Haddad (1997)Zulfadli, 2012Pola pengasuhan turut berkontribusi terhadap status gizi anak, salah satu pola pengasuhan yang berhubungan dengan status gizi anak adalah pola asuh makan.Peran ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas.Kecamatan Padang Barat merupakan kecamatan yang terletak pada pemukiman keluarga nelayan. Dari data Riskesdas 2010 terlihat status gizi pada balita berdasarkan pekerjaan kepala keluarga dan prevalensi gizi kurang tertinggi adalah pada keluarga petani, nelayan atau buruh*DINKES, 2012*RISKESDAS, 2010Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pernyataan berikut :

Bagaimana pola asuh balita pada keluarga nelayan di kota Padang?Bagaimana distribusi status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang?Bagaimana hubungan pola asuh dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang?RUMUSAN MASALAHTujuan UmumMengetahui hubungan pola asuh dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

Tujuan khususMengetahui distribusi status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.Mengetahui pola asuh pemberian makanan pada balita pada keluarga nelayan di kota Padang.Mengetahui pola asuh kesehatan pada balita pada keluarga nelayan di kota Padang.TUJUAN PENELITIANMengetahui pola asuh stimulasi psikososial pada balita pada keluarga nelayan di kota Padang.Mengetahui hubungan pola asuh pemberian makanan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.Mengetahui hubungan pola asuh kesehatan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.Mengetahui hubungan pola asuh stimulasi psikososial dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

TUJUAN PENELITIANManfaat TeoritisDiharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya mengenai status gizi balita dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga nelayan, dan juga merupakan bahan masukan bagi peneliti yang berminat pada bahasan yang sama.

Manfaat PraktisDiharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan dan informasi bagi pelayan kesehatan mengenai status gizi guna perencanaan peningkatan derajat kesehatan.

MANFAATManfaat bagi Masyarakat Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang status gizi balita pada keluarga nelayan, sehingga masyarakat lebih meningkatkan pengasuhan kepada anak.MANFAATBAB II TINJAUAN PUSTAKAKeadaan gizi terlihat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

Status GiziSupariasa, dkk, 2002Penilaian Status GiziTidak langsungsurvei konsumsi makanan,statistik vital, dan faktor ekologiLangsungpenilaian antropometri, klinis,biokimia, dan biofisikSupariasa, dkk, 2002 Indeks Antropometri terdiri atas :tergantung umurBB/UTB/ULLA/Utidak bergantung umurLLA/TBBB/TBAntropometri sebagai indikator status gizi dengan mengukur beberapa parameter.Kombinasi dari beberapa parameter disebut Indeks Antropometri AntropometriSupariasa, dkk, 2002Soetjiningsih, 1995Faktor-Faktor Yang Mempengauhi Status GiziFaktor langsungAsupan makananFaktor tidak langsung

Faktor tidak langsungKetahanan pangan di keluargaPola pengasuhanPelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan

Pertiwi J.L, dkk, 2014Istiono,dkk, 2009Pola AsuhPola asuh adalah suatu ketentuan dalam rumah tangga untuk memberikan waktu untuk bersama, perhatian, dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan kebutuhan sosial untuk pertumbuhan anak dan anggota keluarga lainnya. Engle, dkk, 1997Engle, dkk, 1997 ; Soetjiningsih, 1995YAPMEDI FK UI, 2008; Maryunani , 2012; Arisman, 2010; Widjaja, 2002

Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi BalitaEngle et al (1997) juga mengatakan terdapat hubungan antara pola asuh terhadap status gizi seorang anak yang akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Engle, dkk, 1997BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIANPerawatan AnakKesehatanPemberian ASIPola AsuhStatus Gizi BalitaPenyediaan dan pemberian makananMakananStimulasi psikososialHipotesis penelitianTerdapatnya hubungan positif antara pola asuh dengan status gizi balita pada keluarga nelayan.BAB IVMETODE PENELITIANJenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan status gizi balita pada keluaga nelayan di Kota Padang.Lokasi Dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan pada keluaga nelayan di Kota Padang pada bulan Juni 2014 Januari 2015Sudigdo, 2010Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah ibu dan balita yang memiliki anak usia 1-5 tahun pada keluarga nelayan di Kota PadangSampel Penelitian

Besarnya sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Lameshow,1997):

n = Z2pq d2Maka besar sampel adalah sebesar:

n = (1,96)2.(0,10).(0,90)(0,05)2= 0,3457 0,0025= 138,29 ibu dan anak = 139 ibu dan anakTeknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive Sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro S, 2011).Status GiziDefinisi Operasional: keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan menggunakan antropometri Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) kemudian diinterpretasikan dengan standar WHO-NCHS dengan menggunakan indikator BB/TB.

Cara ukur : penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Alat ukur : 1. Berat badan : timbangan injak dan timbangan bayi dalam satuan kilogram .2. Tinggi badan : mikrotoa meteran dalam satuan sentimeter.3. Grafik BB/TB WHO-NCHS untuk anak laki-laki dan perempuan usia 1-5 tahun.Skala ukur: rasio yang diubah menjadi ordinalHasil ukur: normal : > -2 SD sampai +2 SD Kurang: < -2 SD

Variabel PenelitianPola Asuh Pemberian Makan

Definisi Operasional: gambaran mengenai tindakan ibu dalam memilih makanan, menyusun menu makanan, memberi makan, serta penyimpanan makanan.Cara ukur : wawancaraAlat ukur: kuesionerSkala ukur: ordinal Hasil ukur: diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner dengan menggunakan sistem scoring. Setiap pertanyaan diberi skor, dengan rincian skor maksimal yaitu 3. penilaian kategori menggunakan Skala GuttmanBaik : skor 31-45Tidak Baik : Skor 15-303. Pola Asuh Stimulasi PsikososialDefinisi Operasional: perlakuan ibu terhadap anak dalam hal penjagaan dan pengawasan anak, penyediaan mainan untuk anak dan lain-lain.Cara ukur : wawancaraAlat ukur: kuesionerSkala ukur: ordinal Hasil ukur:diukur dengan menggunakan instrument Home Observation for Measurement of the Environment (HOME). Masing-masing pertanyaan memiliki nilai 1 untuk jawaban (+) dan nilai 0 untuk jawaban (-).

The Infant-Todler Home (IT-Home) untuk menilai pola asuh stimulasi psikososial pada anak usia 0-3 tahun. Terdiri dari 45 pertanyaan. Dari jawaban akan didapatkan.Rendah, bila nilai total 0-25Sedang, bila nilai total 26-36Baik, bila nilai total 37-45

The early childhood HOME (EC-HOME) untuk menilai pola asuh stimulasi psikososial pada anak usia 3-6 tahun. Terdiri dari 55 pertanyaan. Dari jawaban akan didapatkan.Rendah, bila nilai total 0-29Sedang, bila nilai total 30-45Baik, bila nilai total 46-55

4. Pola Asuh Kesehatan AnakDefinisi Operasional: tindakan yang dilakukan ibu untuk menjaga kesehatan anak dalam kebersihan dan lingkungan anak serta pelayanan kesehatan saat anak sakit.

Cara ukur : wawancaraAlat ukur: KuesionerSkala ukur: ordinal Hasil ukur: diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner dengan menggunakan sistem scoring. Setiap pertanyaan diberi skor, dengan rincian skor maksimal yaitu 3. penilaian kategori menggunakan Skala Guttman

Baik : skor 21-30Tidak Baik : Skor 15-20Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner HOME untuk menilai pola asuh ibu terhadap anak.Timbangan injak merk OneMed dengan kapasitas maksimal 130 kg dan ketelitian 0,1 kg untuk pengukuran berat badan anak berusia lebih dari 24 bulan. Timbangan dacin dengan kapasitas 25 Kg dan ketelitian 0,1 Kg untuk pengukuran berat badan anak usia kecil dari 24 bulan.Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm untuk anak di atas 2 tahun atau panjang badan lebih dari 85 cm. meteran dengan ketelitian 1 mm untuk anak di bawah 2 tahun.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengolahan dan Analisis DataAnalisis DataBAB V HASIL PENELITIANGambaran UmumBerdasarkan PP No. 17 Tahun 1980, luas Kota Padang adalah 1.414,96 Km2 yang terdiri dari 694,96 Km2 daratan dan 720,0 Km2 lautan dengan jumlah penduduk berjumlah 876.678 orang yang tersebar di 11 kecamatan atau 103 kelurahan.Kota Padang sebagai ibukota Propinsi Sumatera Barat terletak pada dataran rendah di pantai barat Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Padang terletak pada 00044'00'' -01'08'' 35'' LS dan 100 05'05''-100 34' 09'' BT, dengan panjang pantai sepanjang 68.126 km (Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2013).

Secara administrasi lokasi penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Koto Tengah.Kecamatan Padang Utara memiliki 3 Kelurahan dengan luas wilayahnya lebih kurang 8,08 Km. Jumlah penduduk di Kecamatan Padang Utara lebih kurang 70.051 orang. Dua kelurahan di Kecamatan Padang Utara yaitu Kelurahan Air Tawar Timur dan Ulak Karang Utara terletak di pinggir pantai dan umumnya penduduk bekerja sebagai nelayan.

Kecamatan Padang Barat memiliki 10 Kelurahan dengan luas wilayah 7 Km. Jumlah penduduk di Kecamatan Padang Barat lebih kurang 45.781 orang. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di Padang Barat yang terletak di pinggir pantai Kota Padang.Kecamatan Koto Tengah memiliki 13 kelurahan dengan luas wilayah lebih kurang 232,25 Km. Jumlah penduduk di Kecamatan Koto Tengah 232,25 orang. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya dengan cakupan wilayah yang terdiri dari 6 kelurahan. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasir Nan Tigo yang terletak di pinggir pantai.Karakteristik RespondenKarakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita berusia 12-60 bulan pada keluarga nelayan di Kota Padang.Karakteristik Ibu

Umur ibuDari tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden ibu yang paling banyak adalah kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 47,9%. Rata-rata umur ibu adalah 29,9 tahun dengan standar deviasi + 6,14.Pekerjaan ibuBerdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden ibu yang paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 80%. Ibu rumah tangga diharapkan memiliki lebih banyak waktu untuk mengasuh anaknya dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Tingkat pendidikan ibuDari tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu sudah baik yaitu tamat SLTA/sederajat sebanyak 44,3%.Jumlah anakBerdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden ibu yang paling banyak memiliki 2 anak sebanyak 32,1% dengan nilai rata-rata 2,24 anak (SD + 1,16). Semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki ibu diharapkan ibu memiliki lebih banyak waktu dan perhatian untuk mengasuh anaknya.

Karakteristik BalitaJenis Kelamin BalitaTabel 5.2 distribusi frekuensi jenis kelamin balita

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin responden balita paling banyak ialah laki-laki sebanyak 53.6%.

Umur BalitaTabel 5.3 Distribusi frekuensi umur balita

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden balita yang paling banyak ialah kelompok umur 12-23 bulan dan 36-47 bulan sebanyak 27,9%. Rata-rata umur balita ialah 34,1 (SD + 13,5).

Gambaran Pola Asuh MakanTabel 5.4 Distribusi frekuensi pola asuh makan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh makan paling banyak dalam kategori baik sebanyak 67,1%.

Pola Asuh KesehatanTabel 5.5 Distribusi frekuensi pola asuh kesehatan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh kesehatan paling banyak dalam kategori baik sebanyak 97.1%.

Pola asuh PsikososialTabel 5.6 Distribusi frekuensi pola asuh psikososial

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh psikososial paling banyak dalam kategori rendah sebanyak 51.4%.

Status Gizi Anak Usia 1-5 tahun berdasarkan Indeks BB/TB Status gizi anak diukur dengan menggunakan indeks BB/TB dengan standar WHO/NCHS (Z score).Tabel 5.7 Distribusi frekuensi status gizi anak berdasarkan indeks BB/TB

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi normal. Pada penelitian ini ditemukan balita dengan status gizi sangat kurang sebanyak 1.4% dan status gizi lebih sebanyak 5%.

Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi BalitaTabel 5.8 Hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi balita

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa persentase balita dengan pola asuh makan tidak baik paling banyak pada balita dengan status gizi normal sebanyak 33,6%. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p=0,544 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh makan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.

Tabel 5.9 Hubungan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi balita

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa persentase balita dengan pola asuh kesehatan tidak baik paling banyak pada balita dengan status gizi normal sebanyak 3,1%. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p=0,534 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh kesehatan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.

Tabel 5.10 Hubungan antara pola asuh psikososial dengan status gizi balita

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa persentase balita dengan pola asuh psikososial rendah paling banyak pada balita dengan status gizi normal sebanyak 51,6%. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p=0,851 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh psikososial dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.

52BAB VI PEMBAHASANKarakteristik RespondenKarakteristik IbuUmur IbuResponden ibu paling banyak berada pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 47,9%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur ibu sudah cukup dewasa dalam mengasuh anak. Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang yang umurnya lebih tua akan lebih banyak pengalamannya sehingga mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya, maka semakin ibu cukup umur akan berpikir semakin matang dan logis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Munir M (2012) adanya hubungan antara usia ibu dengan pola asuhnya terhadap anak.

Pekerjaan IbuResponden ibu paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 80%. Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2004) menunjukkan bahwa pola asuh anak yang baik lebih tinggi persentasenya pada ibu yang tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Ibu rumah tangga memilki lebih banyak waktu dalam mengasuh anak sehingga dapat menunjang kualitas pengasuhan anak.Tingkat Pendidikan IbuDari segi tingkat pendidikan ibu mayoritas sudah baik, yaitu sebesar 44,3% tamat SMA dan 2,1% tamat akademi/perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu diharapkan ibu memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam mengasuh anak (Engle, 2000).

Jumlah AnakResponden ibu paling banyak memiliki 2 anak sebanyak 32,1%. Dengan jumlah anak yang sedikit diharapkan ibu lebih fokus dalam mengasuh anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soetjipto HP (1989) disimpulkan bahwa semakin sedikit jumlah anak dalam keluarga maka semakin baik pola asuh orang tua kepada anaknya.

Karakteristik BalitaJenis kelamin balitaDalam penelitian ini responden balita paling banyak ialah bejenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 53.6%. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) didapatkan responden terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Masithah (2005) juga didapatkan responden terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 52,3%.

Umur balitaResponden balita paling banyak pada kelompok umur 12-23 bulan dan 36-47 bulan sebanyak 39%. Hal ini berarti kelompok balita berumur di atas 36 bulan tidak terlalu rawan terkena penyakit infeksi dibandingkan balita berumur di bawah 36 bulan. Pada balita usia 12-23 bulan terjadi pertumbuhan cepat pada sel-sel otak sehingga pada usia dua tahun pertumbuhan sel-sel otak sudah mencapai 80% (Mirayanti, 2012).

Status GiziBerdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa 8,6 % balita dengan status gizi kurang dan 91,4% balita dengan status gizi normal.

Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan persentase balita dengan status gizi kurang di Indonesia dan Sumatera Barat sebesar 19,6% dan 14,4% (Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa telah meningkatnya status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.Berdasarkan penelitian yang dilakukan 80% balita mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan. Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan MPASI adalah enam bulan, pada usia tersebut air susu ibu sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembangnya.Faktor lainnya, cukup baiknya pola asuh makan sebesar 67,1%. Kecukupan asupan nutrisi anak berperan dalam kebutuhan gizi anak.Kemudian pola asuh kesehatan sudah baik sebanyak 97,1%. Anak yang mengalami penyakit akan menghambat penyerapan nutrisi sehungga dapat berpengaruh pada status gizi anak Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa 70% balita dibawa ke posyandu setiap bulannya. Pelaksanaan posyandu dilakukan secara rutin setiap bulannya sehingga membantu pelauanan kesehatan ibu dan balita serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pengasuhan kesehatan balita.Pola AsuhPola Asuh Makan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh makan sebagian besar pada kategori baik sebesar 67,1%, sedangkan pada kategori tidak baik sebesar 32,9%.Karena sebagian besar responden ibu adalah ibu rumah tangga, yaitu sebesar 80%. Sebagian besar responden ibu yang memiliki anak sebanyak 2 anak sebesar 32,1% sehingga memiliki lebih banyak waktu dan perhatian dalam pengasuhan makan anaknya.Penelitian yang dilakukan oleh Mashitah (2005) di desa Mulyaharja, Bogor, menunjukkan bahwa paling banyak pola asuh makan pada kategori sedang sebesar 59,1% sedangkan 37,1% pada kategori rendah.Pola Asuh Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh kesehatan sebagian besar pada kategori baik sebesar 97,1%. Sedangkan kategori tidak baik sebesar 2,9%. Sebagian besar pendidikan ibu sudah dalam kategori baik, yaitu tamat SMA sebesar 44,3% sehingga sudah mengetahui bagaimana perawatan kesehatan anak baik dari segi preventif, kuratif dan rehabilitatif.Pelayanan posyandu yang rutin setiap bulannya dapat membantu ibu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pengasuhan kesehatan balita.Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua yaitu dengan segera membawa anak yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Balita sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit, seperti infeksi saluran pernafasan, diare dan campak (Soetjiningsih, 1995). Pola Asuh Psikososial

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar pola asuh psikososial berada dalam kategori rendah sebesar 51,4%. Ibu tidak menyediakan mainan dan alat belajar yang tepat sesuai usia anak di rumah. Masih ditemukan ibu yang menghukum anak lebih dari sekali dalam seminggu terakhir. Keadaan rumah yang gelap dan monoton serta kurang luasnya rumah mempengaruhi pola asuh psikososial anak. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi BalitaBerdasarkan hasil tabulasi silang antara status gizi dengan pola asuh makan dapat diketahui pada status gizi normal 33,6% dengan pola asuh makan tidak baik, 66,4% dengan pola asuh makan baik. Status gizi kurang 25% dengan pola asuh makan tidak baik, 75% dengan pola asuh makan baik. Dari tabulasi silang dengan uji statistik chi-square didapatkan nilai p>0,05 (0,544) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh makan dengan status gizi balita.

Sirajuddin (2013) yang menyatakan bahwa pemberian pola asuh makan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan baiknya status gizi anak

Lubis (2008) di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menunjukkan bahwa praktek pemberian makan yang baik sangat mendukung tercapainya status gizi anak yang baik. Dan sebaliknya jika praktek pemberian makan pada anak tidak baik dapat menyebabkan status gizi anak tidak baik pula.Berdasarkan tabulasi silang antara status gizi dengan pola asuh kesehatan diketahui pada status gizi normal terdapat 96,9% dengan pola asuh kesehatan baik dan 3,1% dengan pola asuh kesehatan tidak baik.

Sedangkan pada status gizi kurang terdapat 100% dengan pola asuh kesehatan baik. Dari hasil tabulasi silang dengan uji statistik chi-square nilai p>0,05 (0,534) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh kesehatan dengan status gizi balita.

Penelitian Cut Ruhana Husin (2008) di Kabupaten Pidie Provinsi Nangroe Sceh Darussalam tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh kesehatan anak dengan status gizi balita. Hal ini menunjukkan bahwa praktek perawatan kesehatan anak dalam keadaan sakit dengan status gizi sudah baik. Perawatan kesehatan anak yang baik memberikan makanan yang bergizi, kelengkapan imunisasi, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta upaya ibu dalam mencari pengobatan terhadap anak apabila sakit ibu membawa anak kepelayanan kesehatan seperti kerumah sakit, klinik, puskesmas, dan polindesBerdasarkan tabulasi silang antara status gizi dengan pola asuh psikososial diketahui pada status gizi normal 2,3% pola asuh pskososial baik, 46,1% pola asuh psikososial sedang dan 51,6% pola asuh psikososial rendah. Sedangkan pada status gizi kurang, 50% pola asuh psikososial sedang dan 50% pola asuh psikososial rendah.

Hasil tabuasi silang dengan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa p>0,05 (0,851) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh psikososial dengan status gizi balita.

Penelitian yang dilakukan Ritayani Lubis (2008) pada anak balita di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh psikososial dengan status gizi balita.

Hal ini bertentangan dengan pendapat Engle (1997), rangsangan psikososial yang baik berkaitan dengan kesehatan anak sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi anak.

Keterbatasan PenelitianBeberapa keterbatasan penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalahPenelitian tidak memperhitungkan faktor risiko lainnya yang berhubungan dengan status gizi balita, seperti faktor ekonomi, sehingga kemungkinan terjadi bias dalam penelitian ini.Penelitian ini berdesain cross-sectional sehingga menghadapi kelemahan dalam melihat pengaruh suatu variable dengan variable lain.

BAB VII PENUTUPKesimpulanAngka balita dengan status gizi kurang yaitu 8,6%.Pola asuh makan anak balita umumnya termasuk kategori baik Pola asuh kesehatan anak balita terbanyak pada kategori baik Pola asuh psikososial anak balita sebagian besar termasuk kategori rendah Tidak adanya hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.Tidak adanya hubungan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.Tidak adanyaa hubungan antara pola asuh psikososial dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.SaranBerdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan peneliti adalahMasih ditemukan anak balita dengan status gizi kurang, oleh karena itu dalam mempertahankan dan peningkatan status gizi, disarankan kepada ibu untuk tetap memperhatikan asupan gizi anak, baik asupan energi maupun protein.Masih rendahnya pola asuh psikososial pada anak. Sehingga dibutuhkan dukungan dari orang tua dalam memenuhi sosialiasi dan pendidikan anak usia dini. Kepada ibu yang sudah menerapkan pola pengasuhan anak seperti praktek pemberian makan dan praktek kesehatan yang sudah baik diharapkan agar tetap mempertahankannya.Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian pada faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita mengingat masih terdapatnya balita dengan status gizi kurang pada keluarga nelayan di Kota Padang.

TERIMA KASIH