Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep pola asuh gizi atau makanan, konsep balita dan konsep status gizi. A. Konsep Pola Asuh Gizi atau Makanan 1. Pengertian Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, pengasuh) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab orang tua (Anwar HM, 2008). Pola asuh gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) 6 6

description

Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

Transcript of Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

Page 1: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep pola asuh gizi atau makanan,

konsep balita dan konsep status gizi.

A. Konsep Pola Asuh Gizi atau Makanan

1. Pengertian

Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang

dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, pengasuh) dalam

memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi

serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang

juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab

orang tua (Anwar HM, 2008).

Pola asuh gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga untuk

memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air

Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.

(http//:www.depkes.go.id/ diakses 8 juni 2009).

ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus

diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4

bulan dan jika memungkinkan sampai usia 6 bulan. Setelah periode ini

dibutuhkan makanan tambahan untuk memastikan bahwa anak tumbuh

dengan baik dan tetap sehat penting untuk mengetahui makanan apa yang

harus diberikan, berpa jumlah dan frekuensinya (Juwono L, 2003).

6

6

Page 2: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

a. Air Susu Ibu (ASI).

ASI adalah makanan utama pada bayi terutama usia 0-6 bulan

(Supartini Y, 2008). ASI merupakan makanan bernutrisi dan berenergi

tinggi, yang mudah utnuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang

dapat membantu penyerapan nutrisi (www.nafishaaurellia.com/

Diakses tanggal 5 Juni 2009).

Kebaikan air susu ibu (ASI) sebagai makanan bayi adalah

sebagai berikut :

1) ASI cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama

ASI ibu keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup) jadi

dapat memenuhi kebutuhan bayi akan unsur-unsur gizi.

2) Dalam ASI sudah terdapat antibodi sehingga dapat melindungi

bayi dari penyakit.

3) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur suhu bayi.

4) Dengan menyusu maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat.

5) Dengan menyusui bayi berarti mempererat rasa kasih antara ibu

dan anak.

6) ASI tidak usah dimasak atau diolah terlebih dahulu sehingga sangat

memudahkan bagi ibu.

7

7

Page 3: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

TABEL 1

KANDUNGAN ZAT GIZI DALAM ASI DAN SUSU SAPI

Jenis zat giziKadar dalam tiap 100 ml

Air Susu Ibu Susu Sapi SegarKalori ProteinLaktosa Lemak Vitamin AVitamin CVitamin B1

Asam folitVitamin B12

Zat besiZat kapur

671,2 g7,0

3,8 g53 ug

4,3 mg0,16 mg0,18 mg0,18 mg0,15 mg33 mg

663,3 g4,8 g3,7 g34 ug

0,42 mg1,8 ug

0,42 mg0,23 ug0,10 mg125 mg

Sumber : Moehji S, 2003

b. Makanan tambahan/MP-ASI

Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain

selain ASI (Juwono Lilian, 2003).

Pemberian makanan tambahan adalah masa saat bayi mengalami

perpindahan menu dari hanya minum susu beralih ke menu yang

mengikut sertakan makanan padat.

(http://www.clubnutricia.com/ Diakses tanggal 2 juni 2009).

1) Jenis makan tambahan

a) Makanan yang dibuat khusus.

b) Makanan keluarga sehari-hari yang dimodifikasi agar mudah

dimakan dan mengandung cukup nutrien.

2) Syarat makanan tambahan

a) Kaya energi, protein dan mikronutrien.

b) Bersih dan aman.

8

8

Page 4: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

c) Tidak terlalu pedas atau asin.

d) mudah dimakan oleh anak.

e) Disukai anak.

f) Tersedia di daerah setempat dan harganya terjangkau.

g) Mudah disimpan.

(Juwono L, 2003).

2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada

bayi menurut Muhtadi Deddy, 1994, antara lain :

a. Makanan termasuk ASI, harus memberikan semua zat gizi yang

diperlukan bayi.

b. Anak memerlukan lebih dari satu kali makan sehari sebagai

komplemen terhadap ASI.

c. Sekali makan dapat diterima dengan baik, berikan makanan tambahan

tersebut setelah bayi menyusu.

d. Sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengknsumsi semua

makanan orang dewasa.

e. Pada permulaan makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan

halus.

f. Pada waktu berumur dua tahun bayi dapat mengkonsumsi makanan

setengah porsi orang dewasa.

9

9

Page 5: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

3. Pola pemberian makanan untuk bayi dan anak

a. Makanan bayi umur 0-6 bulan.

1) Segera susui bayi dalam waktu 30 menit. Jika ASI belum keluar

jangan berhenti menyusui.

2) Susui bayi sesering mungkin setiap kali bayi menginginkannya (On

demand) pemberian ASI minimal 8 kali sehari semalam.

3) Jangan memberikan makanan minuman apapun selain ASI

(Depkes, 2005).

b. Makanan bayi umur 6-9 bulan

1) Pembarian ASI diteruskan

2) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lumat 2 kali sehari

3) Nasi tim bayi ditambahn sedikit demi sedikit dengan sumber zat

lemak yaitu santan atau minyak kelapa/margarin.

4) Setiap kali makan berikan makanan dengan takaran

Umur 6 bulan beri 6 sendok makan.

Umur 7 bulan beri 7 sendok makan.

Umur 8 bulan beri 8 sendok makan.

Umur 9 bulan beri 9 sendok makan.

c. Makanan bayi umur 9-12 bulan

1) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara

bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara

berangsur mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.

10

10

Page 6: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

2) Berikan makanan selingan 1 kali sehari seperti bubur kacang hijau

atau buah.

3) Campurkan makanan dengan berbagai lauk pauk dan sayuran

secara berganti-ganti.

d. Makanan anak umur 12-24 bulan

1) Pemberian ASI diteruskan

2) Pemberian makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari

dengan porsi separuh makan orang dewasa setiap kali makan dan

memberikan makanan selingan 2 kali sehari (Depkes RI, 2000).

TABEL 2

ANJURAN JUMLAH PORSI BAHAN MAKANAN MENURUT KECUKUPAN ENERGI KELOMPOK UMUR 1-3 TAHUN DAN 4-6

TAHUN.

Bahan makanan Anak usia 1-3 tahun (1.200 kkal)

Anak usia 4-6 tahun (1.700 kkal)

Nasi Sayuran Buah Tempe Daging

3P1 ½ P

3P1P1P

4 ½ P2P3P2P2P

ASISusu Minyak Gula

Dilanjutkan hingga 2 tahun1P3P2P

1P4P2P

Sumber : Depkes RI, 2002. Panduan Makan Untuk Hidup Sehat.

4. Pengasuhan dalam memberikan makanan, meliputi :

a. Bagaimana membujuk anak makan.

b. Menciptakan situasi yang nyaman saat makan.

c. Berperilaku yang ramah terhadap anak.

11

11

Page 7: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

d. Menghindari pertengkaran sewaktu makan.

e. Membiasakan waktu makan yang teratur.

f. Memberikan perlindungan kepada anak.

g. Memberi makan setiap kali anak merasa lapar.

h. Memantau banyaknya makanan yang dihabiskan oleh anak.

(Anwar HM, 2008).

5. Cara pemberian makanan yang baik menurut Juwono L, 2003

meliputi :

a. Menempatkan makanan anak dalam mangkuk yang tepisah untuk

memastikan bahwa anak mendapatkan bagian yang adil dan makanan

dalam jumlah yang tepat.

b. Duduk bersama anak pada waktu makan, memperhatikan apa yang

dimakan anak dan secara memberikan bantuan dan dorongan jika

diperlukan.

c. Tidak membuat terburu-buru ketika anak sedang makan.

d. Bila anak berhenti makan tunggu sebentar dan kemudian tawarkan

makan lagi.

e. Memberikan beberapa makanan yang dapat dipegang atau diambil oleh

anak.

f. Memberikan makan dengan segera ketika anak mulai merasa lapar.

g. Tidak memberi makan ketika anak mengantuk.

12

12

Page 8: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

h. Tidak memaksa memberikan makanan. Hal ini akan meningkatkan

stres dan menurunkan nafsu makan; acara makan seharusnya menjadi

peristiwa yang santai dan menggembirakan.

i. Memastikan anak tidak haus. (tetapi jangan memberikan minum terlalu

banyak sebelum atau selama makan sehingga menurunkan nafsu

makan anak).

j. Melakukan permainan untuk mendorong anak yang enggan agar

makan lebih banyak, sebagi contoh berpura-pura bahwa sendok adalah

seekor burung yang menukik untuk memberi makan anaknya, atau

berpura-pura bahwa makanan bahwa makanan itu untuk boneka atau

untuk anak lain atau untuk boneka binatang.

k. Bersiap untuk melakukan pembersihan sesudahnya.

l. Mencampur makanan menjadi satu jika anak hanya mengambil dan

memakan makanan yang disukainya.

6. Membangkitkan selera makan

a. Usahakan sebelum makan anak berada dalam keadaan lapar. Hal ini

penting, mengingat kalau anak belum lapar biasanya mereka enggan

bahkan melakukan aktivitas penolakan.

b. Biasakan untuk memberi makan secara teratur. Jam makan untuk anak

meliputi sarapan pagi, makan siang dan makan malam.

c. Jangan sekali-kali memberikan camilan yang manis-manis diantara

jam-jam makan. Pengaruhnya kurang baik bagi kesehatan maupun

peningkatan selera makan.

13

13

Page 9: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

d. Mengatur sedemikian rupa suasana makan dengan variasi menu atau

makanan kesukaannya.

e. Anak yang sedang malas makan, jangan dipaksa makan. Simpan saja

dulu makanan itu untuk jam berikutnya.

f. Jelaskan pada anak dengan suara “manis” dan “ketulusan” tentang

manfaat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

g. Kembangkan sikap tegas, terbuka dan logis ketika orang tua menolak

permintaan jajan dari anak yang tidak baik dan sehat. Berikan kepada

mereka alternatif pilihan mereka yang sekiranya lebih baik tapi

disenangi anak.

h. Selalu memberi contoh positif kepada anak. Jangan gampang marah

atau tersinggung ketika anak belum antusias makan sesuai keinginan

orang tua.

(http://pena-deni.blogspot.com/ Diakses tanggal 5 juni 2009)

7. Menjaga makanan tetap bersih dan aman menurut Juwono L, 2003

antara lain :

a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan.

b. Menutup makanan yang sudah dimasak dan memakannya dalam waktu

2 jam jika tidak ada di lemari es. Jika dibiarkan lebih lama panaskan

kembali sampai mendidih.

c. Menggunakan makanan segar yang penampilan dan baunya bagus.

d. Mencuci tangan anak sebelum makan.

e. Memberikan makanan pada anak dengan memakai sendok atau cangkir

bersih.

14

14

Page 10: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

f. Menjaga rumah dan daerah sekitarnya tetap bersih sehingga tikus dan

serangga tidak berkembangbiak.

B. Konsep Balita

1. Pengertian

Balita atau anak bawah 5 tahun adalah anak usia kurang dari 5 tahun.

Sehingga bayi usia dibawah 1 tahun juga termasuk dalam golongan ini.

Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum

anak awal. Balita dibedakan:

a. Bayi (0-12 bulan).

b. Anak balita (13-60 bulan).

(Wiyono Joko, 2006).

C. Konsep Status Gizi

1. Pengertian status gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, 2001).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

a. Ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga.

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat

keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap

anggota keluarga tidak terpenuhi.

15

15

Page 11: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

b. Tidak memadainya pola pengasuhan gizi atau makanan

Pola pengasuhan gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga

untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak.

c. Akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas

Pemanfaatan fasilitas kesehatan dan upaya kesehatan berbasis

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2007).

3. Klasifikasi status gizi

Dalam menentukan kasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang

disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di

Indonesia adalah WHO-NCHS (World Health Organitation-national

Centre For Health Statistics) dengan klasifikasi terlihat pada tabel

berikut :

TABEL 3KLASIFIKASI STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN

(BALITA)

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS

Berat badan menurut uimur

(BB/U)

Gizi lebih > + 2 SDGizi baik 2 SD sampai + 2 SDGizi kurang < 2 SD sampai 3 SDGizi buruk < 3 SD

) SD = Standar DeviasiSumber : DinKes Jatim, 2005

16

16

Page 12: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

4. Cara penilaian status gizi

Penilaian status gizi dibagi kedalam dua kelompok yaitu :

a. Kelompok pertama metode secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu :

1) Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.

2) Biokimia

Metode ini mengunakan pemeriksaan spesimen yang diuji

secara labolatoris.

1. Biofisik

Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari

jaringan.

4) Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap

dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri sebagai

indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter (Supariasa IDN, 2001). Kombinasi antara beberapa

parameter disebut indeks antropometri.

(Supariasa IDN, 2001).

17

17

Page 13: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

TABEL 4

KELEBIHAN DAN KETERBATASAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Kelebihan Keterbatasan1. Relatif murah.2. Cepat, sehingga dapat

dilakukan pada populasi yang besar.

3. Objektif4. Gradable, dapat dirangking

apakah ringan, sedang atau berat.

5. Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden.

1. Membutuhkan data referensi yang relevan.

2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran, pebacaan, pencatatan).

3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena difisiensi zat gizi mikro.

Sumber : FKM UI, 2007

Dalam penelitian ini cara penilaian status gizi yang digunakan adalah

secara langsung (Antropometri). Indeks antropometri yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berat badan menurut umur (BB/U) :

1) Berat Badan

Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk

melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Penentuan berat

badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat ukur yang

digunakan dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :

mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain,

mudah diperoleh dan relatif murah harganya, ketelitian

penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg, skala mudah dibaca,

cukup aman untuk menimbang anak balita (Supariasa IDN, 2001).

18

18

Page 14: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih

dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita

adalah dacin. Penggunaan dacin mempunyai bebrapa keuntungan

antara lain : dacin sudah dikenal umum sampai ke pelosok desa, di

buat di Indonesia, bukan impor, serta mudah didapat, ketelitian dan

ketepatan cukup baik.

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan

maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat

juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg

(Supariasa IDN, 2001).

2) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi

menjadi salah. Cara menghitung umur yaitu dengan menentukan

tanggal, hari, bulan dan tahun anak waktu lahir seingga didapatkan

umur anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari

sampai 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan. Bila kelebihan atau

kekurangan hari sebanyak 1-15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan

(Supariasa IDN, 2001).

Adapun kelebihan dan kekurangan indeks BB/U adalah :

1) Kelebihan indeks BB/U

a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat

umum.

1. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.

2. Berat badan dapat berfluktuasi.

19

19

Page 15: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

3. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubaahn kecil.

4. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight).

2) Kekurangan indeks BB/U

a) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila

terdapat edema atau asites.

1. Di daerah pedesaan yang masih terpencil atau tradisional,

umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan

umur yang belum baik.

2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak

dibawah usia 5 tahun

3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti

pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat

penimbangan.

4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena

masalah sosial budaya setempat.

(Supariasa IDN, 2001).

b. Kelompok metode tidak langsung

Penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

yaitu :

1) Survei konsumsi makan

Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah

dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2) Statistik vital

Adalah menganalisa data beberapa statistik kesehatan.

20

20

Page 16: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

3) Faktor ekologi

Adalah hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya.

(Supariasa IDN, 2001).

5. Dampak gizi tidak seimbang

a. Dampak gizi lebih

Obesitas (gizi lebih) akan berdampak tingginya kejadian berbagai

penyakit infeksi dan pada orang dewasa tampak dengan meningkatnya

penyakit degeratif seperti jantung koroner, diabetes meliltus, hipertensi

dan penyakit jantung (Pudjiadi S, 2005).

b. Dampak gizi kurang

Pertumbuhan fisik anak terlambat (anak akan mempunyai tinggi

badan lebih pendek) perkembangan mental terganggu.

(Soetjiningsih, 2004).

c. Dampak gizi buruk

Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ

yang akan merusak sistem pertahanan tubuhterhadap mikroorganisme

maupun pertahanan mekanik. Dampak selanjutnya dapat terjadi

gangguan pertumbuhan dan perkembangan, mental serta penurunan

skor tes IQ (Pudjiadi S, 2005). Penurunan fungsi otak berpengaruh

terhadap kemampuan belajar, kemampuan anak bereaksi terhadap

rangsangan dari lingkungannya dan perubahan kepribadian anak

(Moehji S, 2003).

21

21

Page 17: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

6. Penanggulangan masalah gizi tidak seimbang

a. Masalah gizi lebih atau obesitas

Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan

dan keluaran melalui pengurangan makanan dan penambahan latihan

fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress

(Almatsier S, 2005).

b. Masalah gizi kurang

Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara

terpadu antar departemen dan kelompokm profesi, melalui upaya-

upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi

dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan

dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian

dan tehnologi pangan (Almatsier S, 2005).

c. Masalah gizi buruk

Penanggulangan masalah gizi buruk yang dilakukan antara lain :

1) Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional.

2) Peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).

3) Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan

dimulai dari tingkat Posyandu, hingga Puskesmas dan Rumah

Sakit.

4) Intervensi langsung pada sasaran melalui pemberian makanan

tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet

dan sirup besi serta kapsul iodium.

(Almatsier S, 2005).

22

22

Page 18: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

D. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita Di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro.

Penjelasan :

Status gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dipengaruhi oleh pola

asuh gizi atau makanan asupan makanan, ketersediaan pangan di tingkat

rumah tangga dan askes terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.

23

23

Status gizi balita

Pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita

Ketersedian pangan di tingkat rumah tangga

Akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas

Page 19: Pola Asuh Pemberian Makanan Balita

E. Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003).

Hipotesa nol (H0) menyatakan tidak ada hubungan antara variabel yang

satu dengan yang lain.

Hipotesa alternatif (Ha/H1) menyatakan ada hubungan antara variabel

yang satu dengan yang lain.

Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Dalam Pemberian Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita.

24

24