Peran Teman Sebaya sebagai Agen Sosialisasi Politik dalam ...
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/253/1/58 NOVETRIA.pdf ·...
Transcript of HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/253/1/58 NOVETRIA.pdf ·...
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN
INJURY PADA SISWA DI SMP NEGERI 01 PULAU PUNJUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
NOVETRIA
10103084105537
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
SUMATERA BARAT
2014
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN
INJURY PADA SISWA DI SMP NEGERI 01 PULAU PUNJUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2014
PENELITIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan
Oleh :
NOVETRIA
10103084105537
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
SUMATERA BARAT
2014
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Perintis Sumatera Barat
Skripsi, Juli 2014
NOVETRIA
10103084105537
Hubungan Peran Guru dan Teman Sebaya Dengan Kejadian Injury Pada Siswa
di SMP Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
viii + VI BAB (65 halaman) + 6 tabel + 2 skema + 11 lampiran
ABSTRAK
Injury berasal dari bahasa inggris yang berarti Cedera, luka atau trauma yang
biasanya dipakai untuk cedera pada luka tubuh akibat faktor – faktor dari luar. Hasil
survey awal dari 20 orang murid, 5 orang di antaranya pernah mengalami cedera
ringan, 9 orang murid pernah mengalami cedera berat, dan 6 orang lagi pernah
mengalami cedera akibat olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
peran guru dan teman sebaya dengan kejadian injury pada siswa SMP Negeri 01
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014. Desain penelitian ini adalah
deskriptif korelasi, Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai Mei 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
yang berjumlah 263 orang dan sampel di ambil adalah sebanyak 72 orang dengan
menggunakan Stratified random sampling. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa
dari 72 orang responden, lebih dari separoh guru berperan dengan baik 62,5 %,
terdapat separohnya teman sebaya berperan dengan baik 51,4 %, dan Sebagian besar
siswa belum pernah mengalami injury 81,9 %. Hasil uji statistic Chi – Square
didapatkan P value= 0,214 > 0,05 dan OR = 2.275 berarti tidak ada hubungan antara
peran guru dengan kejadian injury. Peran teman sebaya dengan kejadian injury tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan P value = 0,084 > 0,05 dan OR = 0.253.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran guru dan teman sebaya tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian injury pada siswa. Untuk itu
disarankan kepada lahan (sekolah), kiranya siswa dapat diberikan penyuluhan
tentang menjaga keselamatan diri bagi dirinya dan orang disekitarnya dengan
mengundang pembicara atau narasumber yang berkompeten. Disamping itu kepada
lingkungan sekolah jika masih ada siswa yang masih suka jahil kepada temannya
agar segera melaporkan kepada guru, sehingga diproses oleh guru BK.
Kata Kunci : Peran Guru, Peran Teman Sebaya, Kejadian Injury
Daftar Pustaka : 26 ( 1998 – 2011 )
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Perintis Sumbar
Perintis School Of Health Science West Sumatera
Under Graduate Thesis, July 2014
NOVETRIA
10103084105537
The Relationship of Peers Group and Role of Theacher With the Incidence of
Injury in Students at Senior High School 01 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya Year 2014
viii + CHAPTER VI (65 pages) + 6 table + 2 schema + 11 attachments
ABSTRACT
Injury is derived from the English language meaning for injury, wound or trauma
that are usually used for the bodily injury due to external factors. Initial survey of 20
students, 5 of whom had experienced minor injuries, 9 pupils had been severly
injured and 6 others have experienced sports injuries. This study aims to look at the
role of relationships with teachers and peers incidence of injury in students of Junior
High School 01 Pulau Punjung regency Dharmasraya 2014. This study design is
descriptive correlation and has been in April until May 2014. Population in this
study were all students at Junior High School 01 Pulau Punjung and used total 263
people and the sample take in as much as 72 by using stratified random sampling.
The final conclusion is that of 72 respondents, most of the good teachers act with
62,5 %, mostly instrumental with both peers 51,4 %, and most of the students had
never experienced with 81,9 % injury. Chi – Square statistical test results obtained P
value = 0,214 > 0,05 and OR = 2.275 which mean there is no relationship between
the role of the teacher with the incidence of injury. The role of peers in the incidence
of injury has not significant relationship with P value = 0,084 > 0,05 and OR 0.253.
From this study it can be concluded that the role of teachers and peers have a not
significant relationship with the incidence of injury to the student. It is advisable to
transform the school, student would be given counseling on maintaining personal
safety for himself and those around him by inviting a speaker who are competent. In
additions to the school if there are student who are still ignorant to his friend like to
immediately report to a theacher. This processed by the counseling teacher.
Keywords : The role of theacher, the role of peers group, incidence of injury
Bibliography : 26 ( 1998 – 2011 )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Nama : Novetria
Tempat/ Tanggal Lahir : Pulau Punjung, 7 November 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : Tiga
Jumlah Saudara : Dua
Alamat : Jorong Koto lamo Sungai Kambut,
Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten
Dharmasraya.
II. Identitas Orang Tua
Ayah : Asrizal
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Armailis, S.Pd
Pekerjaan : PNS (Guru)
III. Riwayat Pendidikan
SD N 31 Koto Baru : Tahun (1998-2004)
SMP N 3 Koto Baru : Tahun (2004-2007)
SMA N 5 Bukittinggi : Tahun (2007-2010)
PSIK STIKes Perintis SUMBAR : Tahun (2010-2014)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahhiwabarakatuh.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya lah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul “ Hubungan Peran Guru dan Teman Sebaya dengan
Keajdian Injury Pada Siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014”. Skripsi ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ilmu Keperawatan STIKes
Perintis Sumatera Barat.
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rafki Ismail, MPH, selaku Ketua Yayasan Stikes Perintis.
2. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis
Sumatera Barat.
3. Ibu Ns. Yaslina, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom selaku Ka. Prodi Ilmu
Keperawatan Perintis Bukittinggi Sumatera Barat, sekaligus sebagai
pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, bimbingan, dan saran maupun dorongan bagi peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Asrul Fahmi, SKM selaku pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
masukan, fikiran maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Ns. Maidaliza, S.Kep selaku Pembimbing Akademik.
6. Kepada Dosen dan Staf STIKes Perintis Sumatera Barat yang telah
memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama peneliti mengikuti
pendidikan di STIKes Perintis Sumatera Barat.
7. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 01 Pulau Punjung yang telah
memberikan izin kepada peneliti dalam menggunakan lahan untuk
penelitian.
8. Teristimewa peneliti persembahkan untuk Papa dan Mama tercinta, kakak
– kakak (Yoni dan Efni), sepupu - sepupu dan keluarga tersayang, serta
my lovely yang selalu memberikan dukungan penuh dan mendo’akan
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Kepada semua teman – teman dan sahabat tercinta (Elsa, Ana, Kak wit,
Via, Dedek, Ami, Dila dan Burin) prodi S1 Keperawatan Perintis
Bukittinggi Angkatan IV yang telah memberikan bantuan dan motivasi
dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena
keterbatasan ilmu peneliti dan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti
mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di bidang kesehatan. Wassalam
Bukittinggi, April
2014
PENELIT
I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.4.1 Bagi Peneliti .......................................................... 7
1.4.2 Bagi Iinstitusi ........................................................ 7
1.4.3 Bagi Lahan ............................................................ 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja ........................................................................................ 9
2.1.1 Pengertian Remaja ......................................................... 9
2.1.2 Fase – fase Remaja ......................................................... 10
2.1.3 Karakteristik Remaja ...................................................... 10
2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ...................... 11
2.2 Injury ......................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Injury ................................................... 15
2.2.2 Macam dan Bentuk Injury ..................................... 16
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadi Injury .......... 19
2.2.4 Usaha Pencegahan Injury Selama Remaja ............ 21
2.3 Guru ........................................................................................... 22
2.3.1 Pengertian Guru .................................................... 22
2.3.2 Peranan Guru ......................................................... 23
2.3.3 Dampak Kurangnya Peranan Guru ....................... 25
2.4 Teman Sebaya ............................................................................. 25
2.4.1 Pengertian Teman Sebaya ..................................... 25
2.4.2 Ciri – ciri Teman Sebaya........................................ 26
2.4.3 Jenis Kelompok Teman Sebaya ............................. 26
2.4.4 Peranan Teman Sebaya .......................................... 28
2.4.5 Pengaruh Teman Sebaya ........................................ 30
2.5 Kerangka Teori............................................................................ 32
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 33
3.2 Defenisi Operasional .................................................................. 35
3.3 Hipotesa ...................................................................................... 37
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 38
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 38
4.3 Populasi, Sampel dan Taknik Sampling ..................................... 38
4.4 Pengumpulan Data ..................................................................... 42
4.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 43
4.6 Etika Penelitian .......................................................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 49
5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 49
5.3 Analisa Univariat ........................................................................ 50
5.4 Analisa Bivariat ........................................................................... 51
5.5 Pembahasan ................................................................................ 53
5.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 61
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 63
6.2 Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Defenisi Operasional .............................................................................. 35
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Peran Guru ............................................................. 49
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Peran Teman Sebaya ............................................ 50
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Injury ...................................................... 50
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Peran Guru dengan Kejadian Injury ...................... 51
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Peran Teman Sebaya dengan Kejadian Injury....... 52
DAFTAR SKEMA
Skema 2.5 Kerangka Teori .................................................................................... 32
Skema 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Persetujuan Menjadi Responden (Informed Concent)
Lampiran 3 : Kisi – Kisi Kuesioner
Lampiran 4 : Lembaran Kuesioner
Lampiran 5 : Lembaran Pertanyaan
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Pengolahan Data
Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data dari PSIK STIKes Perintis Sumatera
Barat
Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP Negeri 01
Pulau Punjung
Lampiran 10 : Gantchart
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Bimbingan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Remaja atau adolesence adalah periode perkembangan selama dimana
individu mengalami perubahan dari masa kanak – kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13 – 20 tahun. Istilah adolesence biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan
titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi (Potter, 2005).
Masalah yang menjadi perhatian yaitu remaja tinggal di lingkungan
dengan risiko tinggi termasuk kesulitan belajar atau emosional, kematian
berkaitan dengan kekerasan, injury/ kecelakaan/ cedera yang tidak disengaja,
peningkatan laju kehamilan adolescence, infeksi alat reproduksi, kenakalan
remaja, perubahan perilaku, PMS (penyakit menular seksual) dan AIDS
(Potter, 2005).
Perilaku beresiko pada remaja, terutama terhadap kesehatannya
sebesar 75 %. Dari seluruh kasus kematian remaja usia 10 – 20 tahun
disebabkan oleh beberapa kasus yaitu kecelakaan kendaraan bermotor,
pembunuhan, bunuh diri dan cedera yang tidak di sengaja seperti cedera
dalam olahraga, jatuh, tenggelam dan keracunan (Potter, 2005).
Di Indonesia, menurut sensus jumlah remaja adalah 147.338.075 jiwa
atau 18,5 % dari seluruh penduduk Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk
dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah remaja usia 10 – 24
tahun sekitar 64 juta jiwa atau 27,6 % , dari jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 237,6 juta jiwa.
Di Amerika Serikat (1999), 43% dari seluruh kematian usia 10 – 20
tahun disebabkan oleh kecelakaan yang tidak disengaja yakni 75%
kecelakaan kendaraan bermotor , tenggelam 2,4%, kebakaran dan terjatuh
masing – masing 0,8%. Kematian karena kecelakaan paling tinggi pada masa
remaja akhir atau dewasa dini. Remaja laki – laki berperilaku lebih aktif
dibandingkan remaja perempuan sehingga mempunyai resiko lebih besar
mengalami kecelakaan. Angka kematian pada remaja laki – laki tiga kali
lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan (40,5 vs 15,5 %).
Berdasarkan survei WHO menyebutkan di seluruh dunia rata – rata
1,24 juta nyawa melayang setiap tahun karena kecelakaan lalu lintas.
Sementara sekitar 20 juta hingga 50 juta orang mengalami cedera akibat
tabrakan lalu lintas di jalan.
Di Indonesia menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Departemen Kesehatan tahun 2007 Kecelakaan terbanyak disebabkan oleh
kecelakaan jalan raya (75,8%), sedangkan sisanya adalah kecelakaan rumah
tangga seperti terjatuh, tertelan benda asing, tenggelam, gigitan binatang, dan
luka bakar. Penyebab cedera yaitu jatuh, kecelakaan sepeda motor, cedera
karena terkena benda tajam / tumpul dan luka lecet / memar.
Di Sumatera Barat menurut Riskesdas tahun 2007 dan 2013 yang
mengalami kecelakaan sepeda motor 49,5%, jatuh 33,2%, terkena benda
tajam / tumpul 7,4%, kejatuhan 3,0%, luka memar 65,2%, luka robek 25,3%,
terkilir 37,2% dan patah tulang 7,3% . Berdasarkan tempat kejadian cedera
di Sumatera Barat khususnya di cedera yang terjadi di Lingkungan Sekolah
adalah 4,9%.
Kecelakaan menjadi penyebab utama kematian pada remaja.
Kecelakaan berkendaraan bermotor, kecelakaan bersepeda, tenggelam,
cedera olahraga, kekerasan luka bakar serta kecelakaan di lingkungan
sekolah seperti terpeleset, jatuh, tersungkur dan tertelentang yang
mengakibatkan terjadinya luka atau Injury. Injury berasal dari bahasa inggris
yang berarti Cedera, luka atau trauma yang biasanya dipakai untuk cedera
pada luka tubuh akibat faktor – faktor dari luar (Dorland, 2011).
Sekolah sebagai sarana pendidikan mencegah agar siswanya untuk
tidak menggunakan sepeda motor ke sekolah. Pihak sekolah sudah
melakukan sosialisasi dengan orang tua terkait penggunaan kendaraan
bermotor kesekolah. Ada sebagian orang tua yang melarang anaknya
membawa kendaraan kesekolah. Namun, ada juga orang tua yang
mendukung anaknya untuk menggunakan sepeda motor dengan berbagai
alasan. Tetapi, ada juga sebagian siswa yang tetap mengendarai sepeda
motor kesekolah meskipun sudah dicegah oleh orang tua dan guru nya.
Sekolah sebagai institusi yang telah dipercaya oleh orang tua tentunya
juga mempunyai tangguang jawab dalam menjaga peserta didiknya. Akan
tetapi realita yang ada sering kali terdapat kecelakaan di area sekolah baik
dalam bidang transportasi atau dalam bidang yang lainnya (Soetjipto, 2011).
Masalah kecelakaan ini sering kali mengganggu aktivitas peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga sudah sepantasnya sekolah
membuat kebijakan-kebijakan untuk menanggulangi kecelakaan yang ada di
area sekolah. Untuk Guru adalah seorang yang bertanggungjawab secara
penuh akan keberadaan siswa di sekolah. Bentuk dari tanggungjawab
tersebut adalah menjaga keselamatan anak di lingkungan sekolah, menjadi
guru yang terampil dalam mengangani kecelakaan di lingkungan sekolah,
memperhatikan alat – alat olahraga yang dipergunakan oleh siswanya,
menyediakan peralatan P3K, memberikan pendidikan kesehatan seperti
arahan bagaimana cara yang aman untuk bermain sepeda, sepatu roda, dan
kendaraan bermotor serta aman dalam kegiatan olahraga (Santrock, 2007).
Pihak sekolah juga bisa memberikan pendidikan kesehatan yang
mengarah pada pengetahuan, kebiasaan, sikap serta perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan serta pencegahan cedera pada remaja. Bagi
masyarakat sekolah, pendidikan ditujukan untuk betul-betul mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kebiasaan (Wong, 2008).
Selain guru disekolah, Remaja juga memiliki kebutuhan yang kuat
untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok nya. Teman sebaya
sangat erat perannya dalam memberikan motivasi dan arahan kepada remaja
Jika remaja mengalami kecelakaan maka, teman sebaya akan memberikan
motivasi yang baik agar remaja sadar akan kesalahan yang telah ia perbuat.
Setelah mendapatkan saran dari teman sebaya atas kesalahan yang telah ia
perbuat, maka remaja akan merasa lebih hati – hati dengan kegiatan yang ia
lakukan, agar terhindar dari cedera atau kecelakaan pada dirinya sendiri
(Santrock, 2007).
Teman sebaya juga berperan dalam menjaga keamanan lingkungan
sekolah seperti, mengetahui tempat bermain yang aman, mengetahui cara
memberikan pertolongan pertama kecelakaan dan mengingatkan remaja jika
ada bahaya didepannya. Selain itu, teman sebaya juga memberikan pengaruh
negatif yaitu mengajak remaja untuk balap – balapan motor sehingga terjadi
cedera pada temannya (Santrock, 2007).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di SMP Negeri 01
Pulau Punjung, maka di peroleh data dari 263 orang siswa, 55 orang atau
21% siswa yang sudah pernah mengalami kecelakaan, baik cedera ringan
maupun berat, seperti terjatuh, luka lecet/memar, kecelakaan dalam
berkendaraan bermotor, terkena benda tajam/tumpul, luka robek, terkilir,
tenggelam dan patah tulang.
Dari hasil wawancara awal yang peneliti lakukan kepada guru dan
siswa maka didapatkan data awal dari 20 orang murid, 5 orang di antaranya
pernah mengalami cedera ringan akibat kejar – kejaran dengan temannya di
lingkungan sekolah yaitu mengalami luka lecet dan luka memar saja.
Sementara itu, 9 orang murid pernah mengalami cedera berat yaitu patah
tulang dan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai
sepeda motor, karena mereka sering diajak temannya kebut – kebutan di
jalan raya. Sedangkan 6 orang lagi pernah mengalami cedera akibat olahraga
di saat jam pelajaran olahraga.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan Peran Guru dan Teman Sebaya
dengan Kejadian Injury Pada Siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah
penelitiannya yaitu apakah ada ”Hubungan Peran Guru dan Teman Sebaya
dengan Kejadian Injury pada Siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014” .
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Peran Guru dan Teman Sebaya
dengan Kejadian Injury pada Siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 .
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi peran guru di SMP Negeri 01 Pulau
Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014.
b. Untuk mengidentifikasi peran teman sebaya di SMP Negeri 01
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014.
c. Untuk mengidentifikasi kejadian injury di SMP Negeri 01 Pulau
Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014.
d. Untuk mengidentifikasi hubungan peran guru dengan kejadian
injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2014 .
e. Untuk mengidentifikasi hubungan peran teman sebaya dengan
kejadian injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 .
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan Untuk menambah atau meningkatkan
wawasan serta pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian dan
penyusunan karya tulis ilmiah khususnya tentang Hubungan Peran
Guru dan Teman Sebaya dengan Kejadian Injury pada Siswa di SMP
Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014, serta
dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan di banku perkuliahan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat Untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam pengembangan potensi keperawatan dan hasil
penelitian ini dapat juga di jadikan sebagai bahan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Lahan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi, bahan bacaan dan
dapat di jadikan sebagai acuan dalam meningkatkan peranan guru
maupun teman sebaya dalam menjaga keselamatan bagi siswa nya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan peran guru dan teman
sebaya dengan kejadian injury pada siswa di SMP N 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
di SMP Negeri 01 Pulau Punjung yang berjumlah 263 orang. Sampel di
ambil adalah sebanyak 72 orang dengan menggunakan teknik Stratified
random sampling. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan
cross sectional, alat ukur yang digunakan kuesioner, sedangkan desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi yaitu mengetahui
hubungan antara dua variabel yang akan di teliti dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini telah di lakukan pada bulan April – Mei 2014 di
SMP Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata
bendanya, adolescencia yaitu remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa ” (Bobak, 2004).
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana
individu mengalami perubahan dari masa kanak – kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13 – 20 tahun. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik
dimana reproduksi mungkin dapat terjadi Perubahan hormonal pubertas
mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan
dengan abstraksi (Potter, 2005).
Masa remaja merupakan periode ketika individu menjadi matur secara
fisik maupun psikologis dan memperoleh identitas personal. Di akhir periode
kritis perkembangan ini, individu harus siap memasuki dunia dewasa dan
mengemban berbagai tanggung jawab. Lamanya masa remaja secara budaya
tergantung tempat. Di Amerika Utara,masa remaja berlangsung lebih panjang
dibandingkan masa remaja di beberapa budaya lainnya, berlangsung hingga
usia 18 atau 20 tahun. Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secra
seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara
hukum (Kozier, 2010).
2.1.2 Fase – fase remaja
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yaitu :
a. Remaja awal (12 – 15 tahun)
Pada masa ini mulai meninggalkan perannya sebagai anak –
anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik
dan tidak tergantung pada orang tua.
b. Remaja pertengahan (15 – 18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir
yang baru. Teman sebaya memiliki peran yang penting. Pada masa
ini remaja juga mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar
membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan
jenis menjadi penting bagi individu.
c. Remaja akhir (19 – 21 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran –
peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan
diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa.
(Hurlock, 2004).
2.1.3 Karakteristik remaja
Karakteristik remaja berdasarkan umur kronologis nya adalah :
a. Menurut WHO 2012 disebut remaja apabila anak telah mencapai usia
10-18 tahun.
b. Menuru Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin.
c. Menurut Soetjiingsih (2004) remaja berusia 11 – 20 tahun yang dibagi
menjadi 3 tahap remaja awal (11 – 13 tahun), remaja tengah (14 – 16
tahun), dan remaja akhir (17 - 20 tahun).
d. Menurut UU No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
e. Menurut UU perburuhan, anak di anggap remaja apabila telah
mencapai umur 16 – 18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat tinggal.
2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler yang terlihat secara fisik dan dapat
diukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan
proses yang berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras,
keluarga) dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa
konsepsi hingga masa dewasa (Soetjiningsih, 2004)
Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus utama
pada pertumbuhan fisik masa remaja :
1) Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera.
2) Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar
pinggul .
3) Perubahan distribusi otot dan lemak.
4) Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks
sekunder.
Menjelaskan mengenai pertumbuhan bahwa selama masa pubertas
biasa terjadi peningkatan laju tinggi dan berat badan. Pada anak
perempuan pertumbuhan mulai melaju antara usia 8 tahun dan 14 tahun,
sedangkan pada anak laki – laki dimulai pada usia 10 tahun sampai 16
tahun. Pertambahan tinggi anak perempuan mencapai 90 % sampai 95
% tinggi dewasa pada masa menarke (permulaan menstruasi) hingga
mencapai tinggi penuh pada usia 16 sampai 17 tahun, sedangkan anak
laki – laki akan terus tumbuh tinggi hingga usia 18 sampai 20 tahun
(Potter, 2005)
b. Perkembangan
Perkembangan merupakan aspek progresif adaptasi terhadap
lingkungan yang bersifat kualitatif. Masa puber yang merupakan
permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan
intelektual berkembang sangat cepat. Pada umur 14 – 16 tahun yang
merupakan pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil
untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan
remaja. Ketika remaja berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun terjadi
perubahan yang membuat remaja mulai bertanggung jawab, membuat
pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa atau lebih
dikenal dengan masa remaja akhir menurut (Potter, 2005).
Perkembangan yang dialami remaja pada masanya, antara lain :
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah rangkaian dari perubahan yang
dialami remaja. Remaja membutuhkan penyesuaian yang baik
dengan perubahan dalam tubuhnya. Kematangan yang berbeda
yang dialami oleh setiap remaja membuat remaja yang mengalami
pubertas lebih awal akan menjadi lebih sensitif dan merasa
berbeda dengan yang lain, namun seiring dengan waktu ia dapat
menyesuaikan diri (Kozier, 2010).
2) Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif matang selama masa remaja. Antara usia
11 dan 15 tahun, remaja memulai tahap operasi formal
perkembangan kognitif Piaget. Remaja mulai lebih mengenal
dunia dan lingkungannya seperti remaja mulai kebut – kebutan
dalam berkenderaan bermotor. Remaja memanfaatkan informasi
baru untuk memecahkan setiap masalah dan dapat berkomunikasi
dengan individu dewasa dalam berbagai topik pembicaraan.
Remaja memiliki kemampuan yang besar untuk menyerap dan
memanfaatkan pengetahuan. Remaja biasanya memilih area
mereka sendiri untuk belajar, mereka menggali minat untuk
menyusun rencana karir. Kebiasaan dan keterampilan belajar yang
berkembang pada diri remaja digunakan sepanjang hidupnya
(Kozier, 2010).
3) Perkembangan Psikososial
Tugas psikososial remaja adalah pembentukan identitas diri.
Bahaya yang ada pada tahap ini adalah kebingungan peran.
Ketidakmampuan untuk mempertahankan identitas okupasional
sering kali meresahkan remaja. Keraguan tentang identitas seksual
muncul pada remaja. Karena terjadi perubahan tubuh remaja yang
dramatis, perkembangan identitas yang stabil sulit dicapai. Remaja
saling membantu satu sama lain dalam melalui krisis tersebut
dengan membentuk kelompok serta budaya muda yang berbeda
(Ericson, 2004).
4) Perkembangan Emosional
Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan,
yaitu masa dimana emosi meninggi, sebagai akibat dari perubahan
fisik. Emosi remaja sangat kuat dan tidak terkendali. Remaja
seringkali marah, tidak penyabar, mudah dirangsang dan emosinya
cenderung meledak tidak berusaha untuk mengendalikan
perasaannya, sehingga sering terjadi pertengkaran maupun
perkelahian dan mengakibatkan remaja mengalami cedera ataupun
luka. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara
gerakan amarah yang meledak – ledak, melainkan menggerutu
(Hurlock, 1999).
5) Perkembangan Moral
Remaja muda biasanya berada pada tingkat konvensional
perkembangan moral. Sebagian besar remaja masih mau
menerima Golden Rule (kaidah agung) dan bertindak menurut tata
tertib sosial serta hokum yang berlaku. Remaja menguji nilai –
nilai, standar, serta moral yang mereka miliki. Mungkin mereka
membuang nilai – nilai yang mereka adopsi dari orang tua dan
menggantikan dengan nilai – nilai yang mereka anggap lebih
sesuai (Kozier,2010).
6) Perkembangan Spiritual
Remaja dewasa muda mencapai tahap sintetik – konvensional
perkembangan spiritual. Saat menghadapi berbagai kelompok di
masyarakat, remaja terpapar dengan berbagai jenis pendapat,
keyakinan, dan perilaku terkait msalah agama. Remaja sering kali
percaya bahwa berbagai keyakinan dan praktik keagamaan lebih
memiliki kesamaan daripada perbedaan. Pada tahap ini remaja
focus kepada persoalan interpersonal, bukan konseptual (Kozier,
2010).
2.2 Injury
2.2.1 Pengertian Injury
Injury berasal dari bahasa inggris yang berarti Cedera, luka atau
trauma yang biasanya dipakai untuk cedera pada luka tubuh akibat faktor –
faktor dari luar (Dorland, 2011).
Injury berarti cedera, yang artinya suatu kejadian yang menyebabkan
kerusakan pada bagian tubuh manusia yang timbul akibat kesengajaan
maupun ketidaksengajaan dan dapat diprediksi sehingga dapat dilakukan
upaya pencegahan (Soetjiningsih, 2004).
Kejadian kecelakaan akan menyebabkan cedera, injury, luka atau
trauma pada remaja. Kecelakaan merupakan masalah kesehatan utama yang
terjadi pada remaja. Kecelakaan yang terjadi adalah kecelakaan kendaraan
bermotor dan kecelakaan akibat aktivitas di sekolah seperti, olahraga,
tenggelam, terjatuh, kekerasan, bunuh diri dan luka bakar (Potter, 2005).
2.2.2 Macam dan Bentuk Injury atau Cedera
Klasifikasi cedera secara garis besar digolongkan menjadi 2 kelompok
yaitu cedera akibat kecelakaan yang disengaja (intentional injury) dan
kecelakaan yang tidak disengaja (unintentional injury). Kecelakaan disengaja
yang sering terjadi pada remaja seperti :
a. Bunuh diri
Kasus bunuh diri pada remaja semakin banyak terjadi
dibandingkan sebelumnya. Remaja melakukan bunuh diri karena
berbagai faktor penyebab, yaitu : masalah percintaan, masalah
keluarga, masalah sekolah, masalah sosial, akibat penyalahgunaan
narkoba, dan gangguan mental.
b. Kekerasan
Kekerasan pada remaja dapat terjadi di dalam keluarga maupun di
luar keluarga yang berupa :
1) Kekerasan fisik
Perlakuan kasar terhadap anak yang dapat menyebabkan
cedera, luka atau injury. Contoh Kekerasan fisik pada remaja
diantaranya, dianiaya, dipukuli, ditembak, dibunuh dan lain –
lain. Akibat dari kekerasan fisik dapat menyebabkan luka yang
ringan ataupun luka serius, cacat bahkan menyebabkan kematian
pada remaja.
2) Kekerasan seksual
Kekerasan ini dapat terjadi didalam keluarga oleh orang tua
yang mengalami gangguan seksual, orang tua tiri, saudara atau
kerabat, dan dari luar rumah misalnya teman, tetangga, guru atau
orang asing. Remaja dipaksa untuk melakukan ini, karena
berbagai macam alasan. Remaja yang melakukan penolakan maka
sering terjadi cedera ataupun luka pada bagian tubuhnya.
3) Kekerasan emosional
Kekerasan ini ditandai dengan menyalahkan anak terus
menerus, kecaman kata – kata yang merendahkan remaja,
sehingga ia merendah dan terjadi isolasi di remaja dari
lingkungannya. Remaja menjadi suka menyendiri dan merasa
tidak berguna. Remaja yang menyendiri akan mengakibatkan
gangguan mental dan sering mencederai diri nya sendiri.
(Soetjiningsih, 2004)
Sedangkan, kecelakaan yang tidak di sengaja seperti :
a. Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan kendaraan bermotor dapat dikelompokkan dalam :
1) Kecelakaan penumpang
Kecelakaan yang terjadi pada penumpang/pengendara yang
terjatuh atau terlempar dari kendaraan.
2) Kecelakaan pejalan kaki
Kecelakaan terjadi saat seseorang tertabrak atau ditabrak
kendaraan. Keadaan ini terjadi biasanya saat beraktifitas dan
melintasi jalur kendaraan,
3) Kecelakaan pengendara bermotor
Kecelakaan yang terjadi di jalan raya saat seseorang sedang
mengendarai sepeda motor yang mengakibatkan cedera ringan
dan cedera berat.
b. Terjatuh
Terjatuh merupakan efek dari gaya gravitasi yang tiba – tiba,
misalnya terguling, hilangnya keseimbangan. Aktifitas penyebab
terjatuh pada remaja adalah saat berlari, berjalan, mendaki, menuruni
tangga atau saat menggunakan alat – alat olahraga. Terjatuh akan
mengakibatkan luka memar, luka lecet, luka gores dan luka tusuk
(Wong, 2008).
c. Tenggelam
Remaja sangat suka berenang di dalam sungai, kolam renang dan
saluran pengairan tanpa memikirkan bahwa dirinya akan cedera.
Cedera atau kecelakaan yang terjadi akibat tenggelam adalah saat
tenggelam terkena batu, kayu yang tertancap di dalam air dan terkena
gigitan binatang lainnya. Tenggelam juga akan mengakibatkan
kematian pada remaja saat remaja mengalami asfiksia (kekurangan
oksigen ) saat tenggelam (Soetjiningsih, 2004).
d. Luka Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
energy panas atau produk pembakaran. Cedera yang terjadi akibat
nyala api, teh/kopi panas, air panas, makanan, rokok dan besi panas.
e. Cedera berolahraga
Olahraga merupakan suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana
dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang – ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Remaja sangat
menyukai olahraga, remaja cenderung mengalami cedera saat
berolahraga. Cedera yang sering di alami remaja pada saat
melakukan kegiatan olahraga adalah cedera kepala, cedera lutut dan
cedera pergelangan kaki (Wong, 2008).
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi terjadinya Injury atau Cedera
Masa remaja merupakan masa perkembangan yang harus dilalui oleh
setiap individu. Pada masa ini penuh dengan masa transisi dari semua aspek.
Pada masa ini pula remaja membina hubungan dengan teman sebaya. Di
antara mereka pasti ada pertengkaran dan perselisihan. Untuk membuktikan
itu biasanya mereka akan memperlihatkan kehebatan dan kelebihan di antara
mereka. Tindakan yang dilakukannya seperti kebut – kebutan atau ugal –
ugalan di jalan raya, sehingga terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cedera
pada remaja (Potter, 2005).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan dan mengakibatkan
timbulnya cedera adalah :
1) Jenis Kelamin
Angka kejadian cedera lebih tinggi pada laki – laki
dibandingkan perempuan. Hal ini lebih banyak dihubungkan
dengan perilaku remaja laki – laki yang lebih aktif, frekuensi
pengkonsumsian alkohol yang banyak, setelah itu ia mengendarai
kendaraan bermotor yang menyebabkan ia sering mengalami
kecelakaan dan terjadilah cedera bahkan kematian.
2) Lingkungan
Pengaruh lingkungan lebih dihubungkan dengan adanya
kemiskinan dalam keluarga langsung memberikan efek terhadap
lingkungan remaja. Misalnya remaja tidak memiliki kendaraan,
maka ia cenderung meminjam kendaraan teman nya, namun ia
tidak berhati – hati mengendarai nya karena jalan sekitar rumah nya
tidak nyaman, remaja sering mendapat kekerasan dalam lingkungan
sekitar sehingga mereka sering menjadi korban yang
mengakibatkan cedera.
Kecelakaan dapat terjadi di lingkungan sekolah seperti
didalam kelas, dilapangan upacara, di WC, cedera saat olahraga,
dan kecelakaan yang terjadi di lingkungan luar sekolah adalah di
jalan raya, dirumah dan lingkungan masyarakat.
3) Perilaku
Remaja memiliki beberapa perilaku yang tidak mematuhi
aturan yang dapat meningkatkan terjadinya cedera akibat
kecelakaan, seperti tidak memakai helm, tidak memasang sabuk
pengaman, berkelahi, ugal – ugalan dalam berkendaraan, tidak
berhati – hati dalam berolahraga dan membawa senjata api.
4) Gangguan mental
Gangguan mental seperti depresi berperan untuk terjadinya
bunuh diri. Faktor nya adalah akibat perselisihan dalam keluarga,
dengan pacar, masalah disekolah, dan masalah dengan teman
sebaya. Bunuh diri akan mengakibatkan cedera (Soetjiningsih,
2004).
2.2.4 Usaha Pencegahan Injury selama remaja
Ada 3 faktor utama yang berperan pada timbulnya injury atau cedera
pada remaja yaitu faktor manusia, alat yang dipakainya, dan lingkungan nya
sendiri. Secara garis besar ada 3 pencegahan cedera pada remaja :
a. Pencegahan primer
Usaha pencegahan primer adalah usaha untuk menghindarkan
cedera sebelum kecelakaan itu terjadi. Usaha yang dilakukan adalah
kebijaksanaan – kebijaksanaan, informasi dan pendidikan. Sebagai
contoh adalah usaha promosi tentang keselamatan di jalan raya,
sekolah atau dirumah. Penyuluhan pendidikan dilakukan disekolah
mulai tingkat dasar sampai lanjutan oleh guru – guru yang terdidik
khusus (Wong, 2008).
b. Pencegahan sekunder
Prinsip dasar pencegahan ini adalah identifiksai kelompok remaja
dan daerah secara epidemiologis yang rawan kecelakaan yang akan
mengakibatkan cedera pada remaja. Upaya ini dilakuan dengan cara
mislanya pengawasan ketat terhadap kendaraan bermotor, rambu –
rambu lalu lintas, area rawan di lingkungan sekolah dan kesiapan
pengendara.
c. Pencegahan Tersier
Upaya pencegahan yang dilakukan adalah pengobatan dan
pencegahan untuk mengurangi akibat penyakit yang terburuk.
Prinsipnya adalah pengobatan yang optimal. Pengobatan yang
dilakukan adalah pengobatan awal sebelum remaja dibawa kerumah
sakit (Soetjiningsih, 2004).
2.3 Guru
2.3.1 Pengertian Guru
Guru adalah sebagai pendidik profesional yang mempunyai citra yang
baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekitarnya (Soetjipto, 2011).
Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaannya dan mampu berdiri sendiri
(Noor, 2010).
UU No 14 tahun 2005 tentang guru menyebutkan guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
2.3.2 Peran Guru
Istilah peran sering digunakan untuk menunjuk pada aspek tugas dan
fungsi atas posisi atau kedudukan pada saat itu. Peran menurut ahli
disebutkan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran
yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. ( Friedman, M, 1998 :
286 ).
Guru adalah seorang yang bertanggungjawab secara penuh akan
keberadaan siswa di sekolah. Bentuk dari tanggungjawab tersebut adalah
dengan memberikan pelayanan yang bagus selama proses belajar yaitu berupa
pendidikan maupun keselamatan siswa. Bagi masyrakat sekolah, pendidikan
ditujukan untuk betul-betul mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan kebiasaan (Santrock, 2007). Untuk itu, murid disekolah wajib diberikan
pendidikan keselamatan yang bertujuan untuk sebagai berikut:
a. Mengetahui tentang perlunya aturan dan peraturan keselamatan.
b. Mengenal adanya bahaya dan menghindari diri bila bermain.
c. Mengetahui cara yang aman untuk bermain sepeda, sepatu roda, dan
kendaraan bermotor.
d. Mengetahui bahwa semua kawan dan masyarakat dapat
menyelamatkan kita.
e. Mengerti tanda-tanda bahaya termasuk rambu-rambu lalu lintas.
f. Mengetahui tempat bermain yang aman.
g. Mengetahui pencegahan terjadinya kecelakaan.
h. Mengetahui dan terampil menjaga keselamatan dalam ruang kelas,
dalam olahraga dan memakai alat-alat sekolah.
i. Mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari binatang peliharaan.
j. Meningkatkan keterampilan pencegahan kecelakaan.
k. Mengetahui bahaya makanan yang beracun.
Sekolah sebagai sarana pendidikan seharusnya mencegah agar
siswanya yang masih di bawah umur untuk tidak menggunakan sepeda motor
ke sekolah. Sekolah sebagai institusi yang telah dipercaya oleh orang tua
tentunya juga mempunyai tangguang jawab dalam menjaga peserta didiknya.
Akan tetapi realita yang ada sering kali terdapat kecelakaan di area sekolah
baik dalam bidang transportasi atau dalam bidang yang lainnya (Soetjipto,
2011).
Masalah kecelakaan ataupun cedera lainnya sering kali mengganggu
aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar sehingga sudah
sepantasnya sekolah membuat kebijakan-kebijakan untuk menanggulangi
kecelakaan yang ada di area sekolah (Santrock, 2007).
2.3.3 Dampak Kurangnya Peran Guru
Menurut Suharto (2001: 127) bahaya yang sering mengancam
keselamatan remaja terjadi karena banyak hal, beberapa di antaranya, yaitu :
a. Remaja kurang mawas diri untuk menjaga keselamatan, sehingga
mereka kurang bersikap hati-hati
b. Remaja kurang tanggung jawab dan antisipasi terhadap keselamatan
diri sehingga mereka bersikap masa bodoh dan tidak peduli
c. Remaja kurang sikap disiplin diri.
2.4 Teman Sebaya
2.4.1 Pengertian Teman Sebaya (peer group)
Teman sebaya adalah remaja yang memiliki usia atau tingkat
kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan –
kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam
budaya atau kebiasaannya (Santrock,2007). Sedangkan, Teman sebaya
diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama – sama bekerja atau
sama – sama berbuat (kamus bahasa indonesia, 2000).
Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan antara
sesama dalam kehidupannya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group)
merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia,
kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu (Syamsu, 2002).
2.4.2 Ciri-ciri Kelompok Teman Sebaya (peer group)
Menurut Slamet Santoso (1999:87) ciri-ciri kelompok teman sebaya
(peer group) adalah sebagai berikut:
a. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas Peer group terbentuk
secara spontan. Diantara anggota kelompok mempunyai kedudukan
yang sama, tetapi ada satu diantara anggota kelompok yang dianggap
sebagai pemimpin.
b. Bersifat sementara
Karena tidak adanya struktur yang jelas, maka kelompok ini
kemungkinan tidak bisa bertahan lama, jika yang menjadi keinginan
masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan
yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah.
c. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.
d. Anggotanya adalah individu yang sebaya.
2.4.3 Jenis Kelompok Teman Sebaya (peer group)
Menurut para ahli yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982: 158)
terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja. Kelompok
– kelompok tersebut adalah:
a. Kelompok “Chums” (sahabat karib)
Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib
dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok
biasanya terdiri dari 2 – 3 remaja dengan jenis kelamin yang sama,
memiliki minat, kemampuan dan kemuan-kemauan yang mirip.
Beberapa kemiripan itu membuat mereka sangat akrab, walaupun
kadang-kadang terjadi juga perseliihan, tetapi dengan mudah mereka
melupakan.
b. Kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)
Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat,
kemampuan dan kemauan-kemauan yang relative sama. Cliques
biasanya terdiri dari penyatuan dua pasang Chums yang terjadi pada
tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam
satu Cliques umumnya sama.
c. Kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja)
Crowds biasnya terdiri dari banyak remaja, lebih besar
dibanding Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi
antara anggota juga agak renggang. Dengan demikian terdapat
kemampuan, minat dan kemauan diantara para anggota Crowds.
d. Kelompok yang diorganisir
Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang
sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya
melalui lembaga – lembaga tertentu misalnya sekolah. Remaja sangat
membutuhkan penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut
serta dalam suatu kelompokkelompok.
e. Kelompok “Gangs”
Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan
sendirinya yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat
jenis kelompok tersebut diatas. Mereka belajar memahami teman-
teman mereka dan peraturan yang ada.
2.4.4 Peranan Kelompok Teman Sebaya (peer group)
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai suatu status. Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan.
Apabila seseorang telah melaksankan hak-hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranannya. Jadi peranan
merupakan seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati suatu kedudukan sosial tertentu dengan melalui norma-norma
yang ada di dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2001).
Teman sebaya memiliki peran yang penting dalam proses
perkembangan sosial remaja, antara lain : sebagai sahabat, sumber dukungan
semangat, sumber dukungan fisik, sumber dukungan ego, dan fungsi kasih
sayang (Pratini dkk 2008).
Selama masa remaja, khususnya masa remaja awal, remaja lebih
mengikuti standar teman sebayanya yaitu , cenderung pergi bersama – sama
teman, shopping, gaya hidup, kegiatan sosial dan lain sebagainya. Remaja
juga dapat terlibat kepada hal yang negatif yaitu menggunakan bahasa kasar,
merokok, balap – balapan motor, mencederai teman, dan lain sebagainya
(Syamsu, 2002).
Menurut Soerjono Soekanto (2001:269) peranan mencakup tiga hal,
yaitu:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakat.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Teman sebaya juga memiliki fungsi yang sangat erat bagi remaja.
Fungsi kelompok teman sebaya (peer group) tersebut dapat dijelaskan
sebagai berkut:
a. Memberi perhatian yang positif dan saran: mengunjungi, memberikan
kejutan/hadiah, saran, menawarkan bantuan, tersenyum, membentuk
seseorang dari anak lain yang membutuhkan, percakapan umum.
b. Memberikan sikap dan penerimaan pribadi: secara fisik dan lisan.
c. Sikap tunduk: penerimaan, meniru, berbagi, menerima ide orang lain,
mengikuti anak lain yang bermain, berkompromi, mengikuti teman
yang lain meminta dengan kesenangan dan kerjasama (kooperatif).
(www.psychologymania.com/2014/03/fungsi-lingkungan-teman-
sebaya.html?m=1, diakses 3 april 2014).
2.4.5 Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh yang dapat muncul akibat pergaulan teman sebaya ada dua,
yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang muncul
adalah :
a. Tumbuhnya rasa kemandirian dan merasa percaya diri dimana pun
ia berada.
b. Remaja menjadi rajin belajar dan dapat mengembangkan berbagai
keterampilan fisik seperti main sepak bola bersama, karate dan
lain – lain.
c. Remaja selalu patuh kepada perintah orang tua, guru dan orang –
orang yang ada disekitarnya.
d. Dapat terhindar dari lingkungan pergaulan yang negatif.
e. Memiliki banyak teman dan mendapat banyak pengetahuan.
Kehadiran teman sebaya tidak selamanya memberikan pengaruh yang
positif pada remaja. Bila orang tua, guru dan masyarakat sekitar kurang
memberikan arahan, maka bisa mengakibatkan terjadinya hal – hal yang
negatif , yaitu :
a. Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas.
b. Remaja lebih menyukai hal – hal yang melanggar norma sosial
dan peraturan – peraturan yang ada, baik di lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah.
Seperti : melanggar aturan lalu lintas, melanggar aturan sekolah,
dan melanggar aturan masyarakat.
c. Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam.
Misalnya, mengkonsumsi alkohol sehingga mengganggu
konsentrasi dalam mengendari sepeda motor, maka terjadi lah
kecelakaan.
d. Tumbuh menjadi sosok individu berkepribadian menyimpang.
(Santrock, 2005)
Adapun upaya untuk menanggulangi pengaruh negatif agar remaja
tidak berlarut dalam hal itu, adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan terus – menerus agar terhindar dari
perilaku menyimpang tersebut. Pengawasan bisa dilakukan oleh
guru, masyarakat sekitar, keluarga, dan yang paling utama adalah
orang tua.
b. Membangkitkan kesadaran kepada yang bersangkutan bahwa yang
telah ia perbuat itu adalah perilaku yang tidak baik.
c. Memutuskan hubungan antara individu dengan teman yang
berperilaku tidak baik tersebut.
d. Melakukan kegiatan konseling atau pemberian nasehat, sehingga
remaja bisa melupakan lingkungan yang buruk.
(Syamsu, 2002)
2.5 Kerangka Teori
Skema 2.5 kerangka teori Hubungan Peranan Guru dan Teman Sebaya dengan
Kejadian Injury pada Siswa kelas 1 SMP N 01 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2014
Sumber : Dimodifikasi dari berbagai sumber (Potter, 2005)
BAB III
Remaja
Faktor – faktor yang
menjadi penguat bagi
remaja , (Santrock, 2007) :
a. Peran guru di
sekolah
b. Peran teman sebaya
Kejadian cedera / injury / kecelakaan pada
remaja (Potter, 2005) :
Kecelakaan kendaraan bermotor, Bunuh diri,
Kekerasan, Terjatuh, Tenggelam, Luka bakar,
dan Cedera olahraga.
Pertumbuhan dan perkembangan
remaja (Potter,2005) :
a. Pertumbuhan
b. Perkembangan fisik
c. Perkembangan kognitif
d. Perkembangan psikososial
e. Perkembangan emosional
f. Perkembangan moral
g. Perkembangan spiritual
Faktor – faktor yang
mempengaruhi cedera
(Soetjiningsih, 2004) :
a. Jenis kelamin
b. Lingkungan
- sekolah
- luar sekolah
c. Perilaku
d. Gangguan mental
Masalah yang terjadi pada remaja (Potter,
2005) :
Kehamilan, Kenakalan remaja, Kekerasan,
Infeksi alat reproduksi, Kehamilan remaja,
Penyakit menular seksual, dan Infeksi /
cedera / kecelakaan .
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan
secara logis beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah (Sekaran,
2006).
Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Wasis, 2008).
Pada penelitian ini dijelaskan variabel independent yaitu peran guru
dan teman sebaya dan variabel dependent yaitu kejadian injury. Untuk
menjelaskan hal tersebut diatas maka dapat dilihat kerangka konsep berikut :
Skema 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Guru dan Teman Sebaya
dengan Kejadian Injury pada Siswa kelas 1 SMP N 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
Variabel Independent Variabel Dependent
3.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang di defenisikan (Nursalam,2001). Dari kerangka
Kejadian Injury /
cedera
-
Peran Guru
-
Peran Teman
sebaya
-
konsep di atas, defenisi operasional untuk variabel yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
No. Variabel Defenisi Operasional Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
1.
2.
Independen
Peran Guru
Peran Teman
sebaya
Memberikan
pelayanan yang
bagus selama proses
belajar yaitu berupa
pendidikan maupun
keselamatan siswa
Perilaku yang
diharapkan dari
seseorang yang
mempunyai suatu
status. Peran teman
sebaya dapat
mengakibatkan
berupa pengaruh
positif dan pengaruh
negatif.
Angket
Angket
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
Baik ,
≥ 23
Kurang baik
< 23
Baik
< 19
Kurang baik
> 19
Dependent
2. Kejadian
Injury /
Cedera
Kerusakan pada
bagian tubuh
manusia yang timbul
akibat kesengajaan
maupun
ketidaksengajaan
dan dapat diprediksi
sehingga dapat
dilakukan upaya
pencegahannya.
Angket Kuesioner Ordinal Terjadi : 0
Tidak
terjadi: 1
3.3 Hipotesis
Ha :
a. Ada hubungan antara peran guru dengan kejadian injury pada
siswa di SMP N 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya tahun
2014.
b. Ada hubungan antara peran teman sebaya dengan injury pada
siswa di SMP N 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya tahun
2014.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah bentuk rancangan yang digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2009). Desain penelitian yang
peneliti gunakan adalah deskriptif korelasi, serta pendekatan yang digunakan
adalah cross sectional, dimana pengumpulan data variabel independen dan
variabel dependen dilakukan secara bersama atau sekaligus (Notoatmojo,
2005). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan peran guru dan
teman sebaya dengan kejadian injury pada siswa di SMP N 01 Pulau Punjung
tahun 2014.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SMP N 01 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya tahun 2014 pada bulan April sampai dengan Mei 2014.
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari
saja tapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek
tertentu (Hidayat, 2009).
Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII
yang berada di SMP N 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya yaitu
sebanyak 263 orang, karena pada saat penelitian siswa kelas IX sedang
melaksanakan ujian akhir nasional (UAN),
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Hidayat, 2009).
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII
sebanyak 263 orang.
Besar sampel minimal berdasarkan rumus yang dikutip dari
Notoadmodjo (2005) sebagai berikut :
1. 2dN
Nn
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan
Jadi jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 72 responden.
Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi syarat kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel ( Hidayat, 2009).
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
a. Bersedia menjadi responden.
b. Siswa kelas VII dan VIII di SMP N 01 Pulau Punjung.
c. Responden ada saat penelitian.
4.3.3 Teknik Sampling
Sampling adalah suatu proses yang akan menyeleksi proporsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001). Teknik
sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada ( Hidayat, 2008).
Teknik sampling yang peneliti gunakan adalah teknik Stratified
Random Sampling yaitu pengambilan sampel dimana populasi yang
bersifat heterogen dibagi – bagi dalam lapisan (strata), dari setiap strata
dapat diambil sampel secara acak ( Hidayat, 2008), sehingga didapat
sampel pada masing-masing kelas yaitu :
Rumus :
Kelas =
a. Kelas VII =
b. Kelas VIII =
Untuk mengambil sampel masing – masing perwakilan kelas dengan
rumus :
a. Kelas VII A =
b. Kelas VII B =
c. Kelas VII C =
d. Kelas VII D =
e. Kelas VIII A =
f. Kelas VIII B =
g. Kelas VIII C =
h. Kelas VIII D =
4.4 Pengumpulan Data
4.4.1 Alat pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner.
Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan
Per kelas =
beberapa pertanyaan (Hidayat, 2008: 36). Alat pengumpulan data yang
peneliti gunakan adalah berupa angket dalam bentuk checklist, yakni
kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memberikan tanda checklist pada kolom jawaban yang
sesuai (Arikunto, 2002).
Kuesioner digunakan pada variabel independen untuk mengetahui
bagaimana peran guru menggunakan skala likert dengan memberikan 8
buah pertanyaan dan peran teman sebaya menggunakan skala likert dengan
memberikan 8 buah pertanyaan. Sedangkan pada variabel dependen untuk
mengetahui kejadian injury / cedera menggunakan skala guttman yang
berupa kuesioner dengan 1 buah pertanyaan.
4.4.2 Uji Coba Kuesioner
Uji coba kuesioner dilakukan pada 10% dari responden. Kuesioner
terlebih dahulu di uji cobakan mengenai isi kuesioner yaitu dari peran guru
dan teman sebaya. Uji coba konstens dilakukan kepada 7 orang responden.
Responden tidak mengalami kesulitan dan responden memahami setiap
pertanyaan. Sehingga kuesioner yang peneliti ajukan bisa dilanjutkan
untuk melakukan penelitian.
4.4.3 Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti meminta surat izin dari kampus untuk melakukan penelitian.
Setelah mendapat izin dari Ka. Prodi Ilmu Keperawatan maka pengumpulan
data dilakukan dengan tahapan :
a. Memberikan surat penelitian ke SMP N 01 Pulau Punjung.
b. Setelah medapatkan izin dari Kepala Sekolah, lalu Pemberian
penjelasan tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian yang akan
dilaksanakan kepada responden.
c. Setelah responden memahami penjelasan yang diberikan, responden
diminta persetujuan yang dibuktikan dengan cara menandatangani
informed consent,
d. Membagikan kuisioner kapada responden dan memberikan penjelasan
cara pengisiannya, mempersilahkan responden mengisi sesuai petunjuk
selama 20 menit.
e. Peneliti mengumpulkan kuisioner yang sudah diisi untuk mengecek
kelengkapannya.
4.5 Cara Pengolahan Dan Analisis Data
4.5.1 Cara Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Editing (pengecekan)
Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data
dan sebaiknya dilakukan di lapangan agar data yang salah atau
meragukan masih dapat ditelusuri kembali pada responden.
b. Coding (pemberian kode)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik ( angka)
tehadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Bentuk
pengkodean pada penelitian ini sebagai berikut :
Peran guru :
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang – kadang = 2
Tidak pernah = 1
Peran teman sebaya (-) :
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang – kadang = 2
Tidak pernah = 1
Peran teman sebaya (+) :
Selalu = 1
Sering = 2
Kadang – kadang = 3
Tidak pernah = 4
Kejadian injury :
Iya = 1
Tidak = 0
c. Entry Data
Setelah isi kuesioner terisi penuh dan benar, dan telah
melewati pengkodean, kemudian peneliti menganalisis data dan
dimasukkan kedalam master tabel dan ke paket program
komputer.
d. Tabulating (penyusunan tabel)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengelompokan data
kemudian dihitung dan dimasukkan dalam kategori sampai
terwujudnya tabel distribusi fekuensi.
e. Memproses Data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua
kuesioner yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan
data dilakukan menggunakan komputerisasi dengan rumus chi
square.
4.5.2 Teknik Analisa Data
Proses pengolahan data untuk melihat bagaimana
menginterprestasiakan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang
sudah pada tahap hasil pengolahan data. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain :
a. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel-variabel
dari hasil penelitian. Variabel independen adalah peran guru dan
peran teman sebaya dan variabel dependen adalah kejadian injury
pada siswa SMP .
P = %100xN
F
Kemudian hasil yang didapatkan adalah distribusi tiap variabel
dengan menggunakan rumus :
Keterangan : P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
(Arikunto, 2002)
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang diteliti. Pengujian
hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesis
yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima,
dengan menggunakan uji statistik Chi-Square test secara
komputerisasi. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik
digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga jika nilai P ≤ 0,05
maka secara statistik disebut “bermakna” dan jika P > 0,05 maka
hasil hitungan disebut “tidak bermakna”. Pembuktian dengan uji
kai kuadrat dapat menggunakan rumus :
Keterangan :
x² = Chi Square
Σ = Jumlah kolom – baris
O = nilai observasi
E = nilai ekspektasi (harapan)
4.6 Etika Penelitian
Setelah mendapatkan izin atau pengantar dari Prodi SI Keperawatan
STIKES Perintis Bukittinggi, peneliti melaporkan Kepala Sekolah SMP N 01
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya tentang penelitian yang akan
dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan dari pengambilan data pada awal
bulan Maret 2014 sampai dilaksanakannya penelitian di lapangan pada bulan
Mei 2014.
Sebelum penelitian dilakukan semua responden yang menjadi subjek
penelitian, diberi informasi tentang tujuan dan rencana penelitian. Setiap
responden berhak untuk menolak atau menyetujui sebagai subjek penelitian.
Bagi mereka yang setuju akan diminta untuk menandatangani surat
persetujuan yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan persetujuan barulah
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian
yang meliputi :
4.6.1 Informed Concent (persetujuan)
Lembaran persetujuan ini diberikan pada responden yang akan diteliti,
yang memenuhi kriteria sebagai responden, bila subyek menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak – hak subyektif.
4.6.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden tetapi lembaran tersebut diberi kode. Informasi responden tidak
hanya dirahasiakan tapi harus juga dihilangkan.
4.6.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang diharapkan sebagai hasil penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini meneliti tentang hubungan peran guru dan teman sebaya
dengan kejadian injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya yang dilakukan pada tanggal 25 sampai dengan 26
April 2014. Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 72 orang
siswa berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan dengan cara
Stratified Random Sampling yaitu pengambilan sampel dimana populasi yang
bersifat heterogen dibagi – bagi dalam lapisan (strata), dari setiap strata dapat
diambil sampel secara acak. Data yang telah terkumpul diolah menggunakan
komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel.
5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMP Negeri 01 Pulau Punjung merupakan salah satu sekolah yang
berada di Kanagarian Sungai Kambut Kecamatan Pulau Punjung. Sekolah ini
terletak diantara perumahan penduduk, sehingga memudahkan anak-anak
disekitar untuk pergi bersekolah, karena sekolah terletak dekat dari tempat
tinggal mereka. SMP Negeri 01 Pulau Punjung memiliki siswa sekitar 426
orang dan memiliki 22 ruangan yang terdiri dari 13 ruang kelas, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang majelis guru, 1 ruang bimbingan konseling, 1 ruang
UKS, 1 ruang perpustakaan, 1 mushala, 2 toilet siswa dan 1 toilet guru, serta
1 ruang gudang.
5.3 Analisa Univariat
Analisa univariat melihat peran guru dan teman sebaya variabel
independen yaitu peran guru dan peran teman sebaya serta variabel dependen
yaitu kejadian injury pada 72 orang siswa. Peneliti mendapat data univariat
tentang hubungan peran guru dan teman sebaya dengan kejadian injury pada
siswa di SMP N 01 Pulau Punjung tahun 2014 adalah sebagai berikut:
5.3.1 Distribusi Frekuensi Peran Guru
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Peran Guru pada responden di SMP Negeri 01
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
No. Peran guru Frekuensi %
1. Kurang baik 27 37,5
2. Baik 45 62,5
Total 72 100
Berdasarkan tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 72 orang siswa,
lebih dari separohnya yaitu 62,5 % guru berperan dengan baik.
5.3.2 Distribusi Frekuensi Peran Teman Sebaya
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Peran Teman Sebaya pada Responden di SMP
Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dhaermasraya Tahun 2014
No Peran Teman Sebaya Frekuensi %
1. Kurang baik 35 48,6
2. Baik 37 51,4
Total 72 100
Berdasarkan tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 72 orang siswa,
terdapat separohnya yaitu 51,4 % teman sebaya berperan baik.
5.3.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Injury
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Injury pada Responden di SMP Negeri 01
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
No. Kejadian Injury Frekuensi %
1. Tidak terjadi 59 81,9
2. Terjadi 13 18,1
Total 72 100
Berdasarkan tabel 5.3 memperlihatkan bahwa dari 72 orang siswa,
terdapat sebagian besar yaitu 81,9 % tidak pernah mengalami injury.
5.4 Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen yaitu peran guru dan teman sebaya dengan variabel dependen
yaitu kejadian injury. Penguji hipotesa untuk mengambil keputusan tentang
apakah hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk diterima atau
ditolak, dengan menggunakan uji statistik Chi-Square Test. Untuk melihat
kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga
jika P< 0,05 secara statistik disebut bermakna dan jika P≥ 0,05 maka hasil
hitungan disebut tidak bermakna. Hasil dari analisa bivariat pada penelitian
ini adalah:
5.4.1 Hubungan Frekuensi Peran guru dengan Kejadian Injury pada
siswa
Tabel 5.4
Hubungan Peran Guru dengan Kejadian Injury pada responden di SMP
Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
Peran guru
Kejadian injury
Total
P value
OR
(95% CI)
Terjadi Tidak terjadi
F % F % F %
Kurang baik 7 25,9 20 74,1 27 100
0,214
2.275
(0.674 –
7.678) Baik 6 13,3 39 86,7 45 100
Total 13 18,1 59 81,9 72 100
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil analisis hubungan peran guru
dengan kejadian injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung tahun
2014, memperlihatkan bahwa dari 27 orang peran guru yang kurang baik, 7
orang (25,9%) diantaranya terjadi injury dan 20 orang (74,1%) yang tidak
terjadi injury.
Setelah dilakukan analisa statistik, didapatkan hasil uji statistik
dengan menggunakan chi-square test diperoleh nilai p = 0,214 > 0,05
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara peran guru
dengan kejadian injury pada siswa. Hasil penelitian diperoleh tidak bermakna
dengan nilai OR = 2.275 artinya peran guru yang kurang baik beresiko
terjadinya injury 2.275 kali dibandingkan peran guru yang baik.
5.4.2 Hubungan Frekuensi Peran teman sebaya dengan Kejadian
Injury pada siswa
Tabel 5.5
Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Kejadian Injury pada siswa di
SMP Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
Peran teman
sebaya
Kejadian injury
Total
P value
OR
(95% CI) Terjadi Tidak terjadi
F % F % F %
Kurang baik 3 8,6 32 91,4 35 100
0,084
0.253
(0.063 –
1.014) Baik 10 27,0 27 73,0 37 100
Total 13 18,1 59 81,9 72 100
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil analisis hubungan peran teman
sebaya dengan kejadian injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
tahun 2014, memperlihatkan bahwa dari 35 orang peran teman sebaya yang
kurang baik, 3 orang (8,6%) diantaranya terjadi injury dan 32 orang (91,4%)
yang tidak terjadi injury.
Setelah dilakukan analisa statistik, didapatkan hasil uji statistik
dengan menggunakan chi-square test diperoleh nilai p = 0,084 > 0,05
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara peran teman
sebaya dengan kejadian injury pada siswa. Hasil penelitian diperoleh tidak
bermakna dengan nilai OR = 0,253 artinya peran teman sebaya yang kurang
baik beresiko terjadinya injury 0,253 kali dibandingkan peran teman sebaya
yang baik.
5.5 Pembahasan
5.5.1 Univariat
a. Peran Guru
Berdasarkan tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 72 orang siswa,
lebih dari separohnya yaitu 62,5 % guru berperan dengan baik.
Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Pengestutik (2006: 30)
yang meneliti tentang peran guru dalam kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah di
Magelang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru 50% dalam kategori
sangat aktif, 13% sedang dan 37% kurang aktif. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar guru di Magelang mempunyai peran sangat aktif terhadap
kegiatan UKS.
Guru adalah sebagai pendidik profesional yang mempunyai citra yang
baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekitarnya (Soetjipto, 2011).
Guru adalah seorang yang bertanggungjawab secara penuh akan
keberadaan siswa di sekolah. Bentuk dari tanggungjawab tersebut adalah
dengan memberikan pelayanan yang bagus selama proses belajar yaitu berupa
pendidikan maupun keselamatan siswa. Salah satu contoh peran guru di
sekolah terhadap kejadian injury adalah melakukan P3K dan pengobatan ringan
dalam batas-batas kemampuannya.
Masalah kecelakaan ataupun cedera lainnya sering kali mengganggu
aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar sehingga sudah
sepantasnya sekolah membuat kebijakan-kebijakan untuk menanggulangi
kecelakaan yang ada di area sekolah (Santrock, 2007).
Banyak guru yang berperan dengan baik, menurut asumsi peneliti dan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa di SMP N 01 Pulau
Punjung Kabupaten Dharmasraya, hal ini terlihat bahwa lebih dari separoh
guru telah berperan dengan baik terhadap siswanya. Karena guru
mempedulikan atas keselamatan diri siswanya agar tidak terjadi injury. Guru
selalu mengingatkan siswa nya agar berhati – hati baik jika berada di dalam
maupun diluar lingkungan sekolah karena area sekolah dekat dengan jalan
raya. Guru juga mengingatkan siswa nya agar berhati – hati dalam kegiatan
apapun yang bisa mengakibatkan cedera pada siswanya.
b. Peran Teman Sebaya
Berdasarkan tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 72 orang siswa,
terdapat separohnya yaitu 51,4 % teman sebaya berperan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Kandel (2001) dijadikan indikasi baru
bahwa dalam pergaulan dengan teman sebaya tidak hanya berdampak positif
saja melainkan berdampak negatif. Menurut Al-Ghifari (2004: 21) bahwa
“hasil survey angket Republika tahun 1995 - 2000 alasan pelajar berkelahi
sehingga mengakibatkan terjadinya cedera, diantaranya karena membela
harga diri kelompok (50%), membela harga diri (28%), tersinggung dan ingin
balas dendam (22%)”.
Teman sebaya adalah remaja yang memiliki usia atau tingkat
kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan –
kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam
budaya atau kebiasaannya (Santrock,2007).
Selama masa remaja, khususnya masa remaja awal, remaja lebih
mengikuti standar teman sebayanya yaitu , cenderung pergi bersama – sama
teman, shopping, gaya hidup, kegiatan sosial dan lain sebagainya. Remaja
juga dapat terlibat kepada hal yang negatif yaitu menggunakan bahasa kasar,
merokok, balap – balapan motor, dan mencederai teman.
Menurut asumsi peneliti, serta berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada peran teman sebaya pada siswa di SMP N 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya separoh teman sebaya sudah berperan dengan baik.
Teman sebaya mampu mengingatkan temannya agar berhati – hati dalam
melakukan aktivitas, memberikan dukungan dan perhatian yang baik, serta
memberikan semngat. Teman sebaya mampu memberikan sikap yang sopan
dan mau menerima keberadaan teman – temannya baik secara lisan maupun
fisik.
c. Kejadian Injury
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 72 orang siswa,
terdapat sebagian besar yaitu 81,9 % tidak pernah mengalami injury.
Penelitian yang dilakukan oleh Barrios, Jones, dan Gallagher (2007)
yang meneliti tentang legal liability : the concequences of school injury.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kasus cedera paling banyak
dialami oleh siswa laki – laki (57,1%) dan yang berusia dibawah 18 tahun
(79,9) dan mengalami patah tulang (38,9%). Jatuh menjadi penyebab utama
cedera pada siswa (21,9%).
Injury berasal dari bahasa inggris yang berarti Cedera, luka atau
trauma yang biasanya dipakai untuk cedera pada luka tubuh akibat faktor –
faktor dari luar (Dorland, 2011).
Kejadian kecelakaan akan menyebabkan cedera, injury, luka atau
trauma pada remaja. Kecelakaan merupakan masalah kesehatan utama yang
terjadi pada remaja. Kecelakaan yang terjadi adalah kecelakaan kendaraan
bermotor dan kecelakaan akibat aktivitas di sekolah seperti, olahraga,
tenggelam, terjatuh, kekerasan, bunuh diri dan luka bakar (Potter, 2005).
Penyebab injury yang sering terjadi adalah akibat lingkungan sekolah seperti,
lari – lari didalam ruangan kelas, dilapangan upacara, di WC, saat
berolahraga, dan injury yang terjadi diluar lingkungan sekolah seperti di jalan
raya, dirumah dan di lingkungan masyarakat.
Menurut asumsi peneliti, serta berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada siswa di SMP N 01 Pulau Punjung, sebagian besar siswa tidak
pernah mengalami injury atau cedera baik di lingkungan sekolah maupun
diluar sekolah. Karena siswa mendapatkan saran dan selalu di ingatkan oleh
teman serta gurunya. Namun, masih ada siswa yang mengalami injury, Hal
ini disebabkan karena siswa kurang berhati – hati dalam melakukan aktifitas
seperti cedera dalam berolahraga, terjatuh, tenggelam, dan kecelakaan lalu
lintas. Saat ini remaja lebih menyukai melanggar peraturan – peraturan yang
ada, karena pola pikir mereka yang belum stabil. Siswa yang kurang
mematuhi aturan tersebut yang banyak mengalami cedera.
5.5.2 Analisa Bivariat
a. Hubungan Peran Guru dengan Kejadian Injury Pada Siswa SMP
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil analisis hubungan peran
guru dengan kejadian injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
tahun 2014, memperlihatkan bahwa dari 27 orang peran guru yang
kurang baik, 7 orang (25,9%) diantaranya terjadi injury dan 20 orang
(74,1%) yang tidak terjadi injury.
Setelah dilakukan analisa statistik, didapatkan hasil uji statistik
dengan menggunakan chi-square test diperoleh nilai p = 0,214 > 0,05
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara peran
guru dengan kejadian injury pada siswa. Hasil penelitian diperoleh tidak
bermakna dengan nilai OR = 2.275 artinya peran guru yang kurang baik
beresiko terjadinya injury 2.275 kali dibandingkan peran guru yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Kuriake (dalam Susilowati, 2008)
banyak guru atau para pendidik berpendapat, ketakutan murid pada
hukuman fisik akan manambah ketakutan atau kewibawaan pada guru.
Dengan demikian, sang murid akan lebih mudah dikendalikan.
Berdasarkan data Hotline Service Pengaduan dan Advokasi Pusat
Data dan Informasi pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 4.9%
kekerasan fisik menyebabkan terjadinya cedera atau injury pada siswa
yang dilakukan oleh bapak guru dan 42.16% oleh ibu guru. Kekerasan
psikis dilakukan oleh 4.1% bapak guru dan 6.2% oleh ibu guru.
Guru adalah seorang yang bertanggungjawab secara penuh akan
keberadaan siswa di sekolah. Bentuk dari tanggungjawab tersebut adalah
dengan memberikan pelayanan yang bagus selama proses belajar yaitu
berupa pendidikan maupun keselamatan siswa. Bagi masyarakat sekolah,
pendidikan ditujukan untuk betul-betul mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kebiasaan. Masalah kecelakaan ataupun cedera
lainnya sering kali mengganggu aktivitas peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga sudah sepantasnya sekolah membuat
kebijakan-kebijakan untuk menanggulangi kecelakaan yang ada di area
sekolah (Santrock, 2007).
Kejadian kecelakaan akan menyebabkan cedera, injury, luka atau
trauma pada remaja. Kecelakaan merupakan masalah kesehatan utama
yang terjadi pada remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan
yang harus dilalui oleh setiap individu. Pada masa ini penuh dengan masa
transisi dari semua aspek. Pada masa ini pula remaja membina hubungan
dengan teman sebaya. Di antara mereka pasti ada pertengkaran dan
perselisihan. Untuk membuktikan itu biasanya mereka akan
memperlihatkan kehebatan dan kelebihan di antara mereka. Tindakan yang
dilakukannya seperti kebut – kebutan atau ugal – ugalan di jalan raya,
sehingga terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cedera pada remaja
(Potter, 2005).
Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara peran guru
dengan kejadian injury. Artinya, peran baik yang diberikan oleh guru tidak
akan ada hubungannya dengan kejadian injuri yang terjadi pada siswa.
Menurut asumsi peneliti hal ini karena siswa yang berada di lingkungan
sekolah merupakan tanggung jawab guru. Guru berperan penting dalam
menjaga keselamatan diri siswanya. Seharusnya masing – masing siswa
telah mengetahui dimana daerah yang rawan terhadap keselamatan dirinya
sendiri, sehingga kejadian injury dapat diatasi dengan baik. Guru dapat
membantu memberikan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami
injury di lingkungan sekolah. Guru tidak akan membiarkan siswanya
mengalami cedera.
Peran guru yang kurang baik dapat menyebabkan tidak terjadinya
injury pada siswa, karena siswa tersebut sudah mengetahui apa bahaya
yang akan terjadi pada dirinya sendiri dari orang tua, media maupun teman
sebayanya.
b. Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Kejadian Injury pada
Siswa SMP
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil analisis hubungan peran
teman sebaya dengan kejadian injury pada siswa di SMP Negeri 01 Pulau
Punjung tahun 2014, memperlihatkan bahwa dari 35 orang peran teman
sebaya yang kurang baik, 3 orang (8,6%) diantaranya terjadi injury dan 32
orang (91,4%) yang tidak terjadi injury.
Setelah dilakukan analisa statistik, didapatkan hasil uji statistik
dengan menggunakan chi-square test diperoleh nilai p = 0,084 > 0,05
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara peran
teman sebaya dengan kejadian injury pada siswa. Hasil penelitian
diperoleh tidak bermakna dengan nilai OR = 0,253 artinya peran teman
sebaya yang kurang baik beresiko terjadinya injury 0,253 kali
dibandingkan peran teman sebaya yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Kandel (2001) dijadikan indikasi
baru bahwa dalam pergaulan dengan teman sebaya tidak hanya
berdampak positif saja melainkan berdampak negatif. Menurut Al-
Ghifari (2004: 21) bahwa “hasil survey angket Republika tahun 1995 -
2000 alasan pelajar berkelahi diantaranya karena membela harga diri
kelompok (50%), membela harga diri (28%), tersinggung dan ingin balas
dendam (22%)”.
Teman sebaya memiliki peran yang penting dalam proses
perkembangan sosial remaja, antara lain : sebagai sahabat, sumber
dukungan semangat, sumber dukungan fisik, sumber dukungan ego, dan
fungsi kasih sayang (Pratini dkk 2008).
Masa remaja merupakan masa perkembangan yang harus dilalui
oleh setiap individu. Pada masa ini penuh dengan masa transisi dari
semua aspek. Pada masa ini pula remaja membina hubungan dengan
teman sebaya. Di antara mereka pasti ada pertengkaran dan perselisihan.
Untuk membuktikan itu biasanya mereka akan memperlihatkan
kehebatan dan kelebihan di antara mereka. Tindakan yang dilakukannya
seperti kebut – kebutan atau ugal – ugalan di jalan raya, sehingga terjadi
kecelakaan yang mengakibatkan cedera pada remaja (Potter, 2005).
Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
peran teman sebaya dengan kejadian injury, menurut asumsi peneliti hal
ini disebabkan oleh pengaruh teman sebaya sangat kuat terhadap
perubahan perilaku siswa. Siswa yang semula baik, jika berteman dengan
teman yang jahat, maka sikap yang baik akan berubah. Teman sebaya
dapat memberikan pengaruh positif dan bisa juga memberikan pengaruh
yang negatif. Siswa yang yang bergaul bersama – sama akan
mempengaruhi terhadap perilaku teman sebayanya, ia akan mencontoh
perilaku teman – temannya, baik ia sadari maupun tidak disadarinya.
Disisi lain, siswa kurang mendapatkan ajaran dan perhatian yang baik
dari keluarga, terutama orang tua. Anak yang kurang mendapatkan
perhatian dri keluarga ia akan senantiasa bertindak sesuka hatinya tanpa
memikirkan dampak pada dirinya sendiri maupun orang lain. Sehingga
bisa menyebabkan injuri atau cedera.
Peran teman sebaya yang kurang baik juga dapat menyebabkan
tidak terjadinya injury, karena sebagian remaja sudah mengetahui mana
yang akan membahayakan pada dirinya sendiri sehingga ia tidak akan
terpengaruh dari teman sebayanya.
5.6 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengalami beberapa keterbatasan dan
peneliti banyak sekali mengalami kekurangan dan hambatan yang mana
keterbatasan yang peneliti temui yaitu:
5.6.1 Keterbatasan dari instrumen penelitian
Mengingat instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah hasil rancangan peneliti sendiri dan digunakan untuk
pertama kali, maka mungkin masih terdapat kekurangan –
kekurangan. Untuk itu validitas dan reabilitas masih perlu
kesempurnaan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang di lakukan kepada 72 orang responden di SMP
Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya tentang Hubungan Peran
Guru dan Teman Sebaya dengan Kejadian Injury pada Siswa SMP yang
dilaksanakan dari tanggal 25 sampai dengan 26 April 2014 , maka dapat di
simpulkan sebagai berikut :
6.1.1 Lebih dari separohnya yaitu 62,5 % guru berperan dengan baik.
6.1.2 Terdapat separohnya yaitu 51,4 % teman sebaya berperan baik.
6.1.3 Sebagian besar siswa belum pernah mengalami injury, yaitu sebesar
81,9 %.
6.1.4 Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara peran guru dengan
kejadian injury pada siswa SMP Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya dengan p value = 0,214 > 0,05 dan OR = 2.275 .
6.1.5 Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara peran teman sebaya
dengan kejadian injury pada siswa SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya dengan p value = 0,084% > 0,05 dan OR =
0.253.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data pendukung bagi
penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai buku sumber
bacaan di perpustakaan bagi mahasiswa atau peneliti berikutnya.
6.2.2 Bagi Sekolah / Lahan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dimana didapatkan
bahwa peran guru dan teman sebaya sudah baik, hasil tersebut agar
dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi. Namun, lebih dari
separoh siswa pernah mengalami injury, untuk itu dihambau kepada
siswa agar lebih mengutamakan keselamatan diri nya sendiri –
sendiri. Guru dan pihak sekolah dihimbau untuk mengawasi
lingkungan sekolah dari hal – hal yang akan mengakibatkan siswa
mengalami injury, serta berikanlah siswa materi mengenai menjaga
keselamatan diri dengan baik.
6.2.3 Orang tua Responden
Diharapkan kepada orang tua siswa agar memperhatikan anak diluar
lingkungan sekolah agar terhindar dari kejadian yang akan
mengakibatkan cedera pada anak.
6.2.4 Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya, kiranya dapat meneliti
tentang peran guru dan peran teman sebaya dengan mengaitkan
dengan variabel lainnya, seperti pengetahuan keselamatan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Wong, Donna L dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1.. Jakarta : EGC
.2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 2.Jakarta : EGC
.2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :EGC
Perry & Potter. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
Santrock. Jhon W.2007. Remaja . jilid 2, Edisi 11. Jakarta : Erlangga
Hidayat, A, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Notoadmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta :
Sugeng Seto
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Soetjipto. 2011. Profesi Keguruan . Jakarta : Rineka Cipta
Usman,User. 2010. Menjadi Guru Profesional . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Info Medika
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metode Riset Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta
Riduwan, Akson. 2007. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung:
Alfabeta
Bobak, 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Suharto. (2001). Pedoman Penyelenggaraan dan Modul Pendidikan Keterampilan
Hidup Sehat. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani
Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC
Depkes RI, 2010, Penuntun Hidup Sehat (Pencegahan Kecelakaan), Kemenkes RI,
Jakarta
Dorlan, WA.Neuman, 2002. Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC
Hurlock, 2005, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Jakarta : Erlangga
Syamsu, Yusuf, LN.2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya
http://id.staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan%20keselamatan%di%20sekolah
.pdf. Di akses 27 Maret 2014 .
www.psychologymania.com/2014/03/fungsi-lingkungan-teman-sebaya.html?m=1,
diakses 3 april 2014
http://konseling-teman-sebaya-sebagai_02.html di akses 29 Maret 2014
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/06/peran-guru-dalam-proses-
pendidikan/ di akses 26 Maret 2014.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Adik – adik Calon Responden
Di SMP Negeri 01 Pulau Punjung
Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswi Program S1 Keperawatan
STIKes Perintis Sumatera Barat yang bermaksud akan melakukan penelitian :
Nama : NOVETRIA
NIM : 10103084105537
Alamat : Jr. Koto lamo kenagarian Sungai Kambut Kec. Pulau Punjung
Akan bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “ Hubungan peran guru
dan teman sebaya dengan kejadian injury pada siswa di SMP N 01 Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 ”. Untuk itu saya meminta kesediaan adik – adik
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini semata – mata untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak
menimbulkan kerugian bagi adik – adik. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan adik – adik sebagai
responden, saya ucapkan terimakasih.
Pulau Punjung, Mei 2014
Peneliti,
NOVETRIA
Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Concent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia berperan serta sebagai responden penelitian dengan judul
“Hubungan peran guru dan teman sebaya dengan kejadian injury pada siswa di SMP
Negeri 01 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014” yang akan dilakukan
oleh NOVETRIA mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKes Perintis Sumatera Barat.
Saya menyadari bahwa penelitian ini sangat besar manfaatnya, informasi saya
berikan ini adalah yang sebenarnya dengan tidak ada unsur paksaan dari siapapun juga.
Pulau Punjung, Mei 2014
Responden,
( )
Lampiran 3
KISI – KISI KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN
INJURY PADA SISWA DI SMP NEGERI 01 PULAU PUNJUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2014
Tujuan Variabel Jumlah soal No. Soal
Untuk mengetahui
hubungan peran
guru dan peran
teman sebaya
dengan kejadian
injury pada siswa
di SMP Negeri 01
Pulau Punjung
Kabupaten
Dharmasraya
Tahun 2014
a. Peran Guru
b. Peran teman
sebaya
Kejadian injury pada
siswa
8
8
1
1,2,3,4,5,6,7,8,
Peran positif : 1,2,3,4
Peran negatif : 5,6,7,8
1
Lampiran 4
LEMBARAN KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN
INJURY PADA SISWA DI SMP NEGERI 01 PULAU PUNJUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2014
Petunjuk pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan benar !
2. Berilah tanda checklist (√) atau silang (X) pada kolom jawaban yang telah
disediakan !
3. Jika ada yang tidak mengerti, tanyakan pada peneliti !
4. Mohon diperiksa kembali setiap jawaban yang telah dibuat, apakah sudah diisi
dengan benar !
5. Kuesioner yang telah diisi mohon dikembalikan !
Lampiran 5
LEMBAR PERTANYAAN / PERNYATAAN
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN
INJURY PADA SISWA DI SMP NEGERI 01 PULAU PUNJUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2014
No Responden
1. Hari / Tanggal : ……………………………………..
2. Nama / Inisial responden : ……………………………………..
3. Jenis kelamin : ……………………………………..
4. Umur responden : ……………………………………..
5. Kelas responden : ……………………………………..
I. Pertanyaan / Pernyataan tentang Peran Guru
No. Pertanyaan / Pernyataan Selalu Sering Kadang –
kadang
Tidak
pernah
1. Ibu / bapak guru menjelaskan pada saya tentang
aturan – aturan disekolah terutama dalam menjaga
keselamatan diri.
2. Ibu / bapak guru melarang saya membawa sepeda
motor kesekolah.
3. Ibu / bapak guru mengingatkan saya jika
mengendarai sepeda motor maupun naik ojek harus
memakai helm.
4. Ibu / bapak guru menjelaskan pada saya tentang tata
cara menggunakan fasilitas olahraga dengan baik.
5. Ibu / bapak guru mengingatkan saya agar tidak
berlari – lari dan berkelahi baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
6. Ibu / bapak guru mengingatkan saya jika naik turun
tangga di sekolah agar berpegangan pada besi
pengaman tangga.
7. Ibu / bapak guru mengingatkan saya jika hendak
menyeberangi jalan lihat kiri dan kanan.
8. Ibu / bapak guru mengingatkan saya jika
mengendarai sepeda motor agar tidak kebut –
kebutan di jalan raya.
II. Pertanyaan / pernyataan Peran Teman Sebaya
Pernyataan Positif (+)
No. Pertanyaan / Pernyataan Selalu Sering Kadang –
kadang
Tidak
pernah
1. Teman mengajak untuk jalan kaki bersama
menuju sekolah.
2. Saya dianjurkan teman untuk mematuhi tata
tertib di sekolah.
3. Saya dinasehati teman jika mengalami cedera
akibat jatuh.
4. Teman melarang saya membawa sepeda
motor kesekolah.
Pernyataan Negatif (-)
No. Pertanyaan / Pernyataan Selalu Sering Kadang –
kadang
Tidak
pernah
5. Saya dianjurkan teman jika mengendarai
sepeda motor kesekolah.
6. Teman mengajak saya main kejar – kejaran di
lingkungan sekolah.
7. Teman mengajak saya balap motor sewaktu
pulang sekolah.
8. Teman mengganggu saya saat berolahraga
sehingga saya terjatuh.
III. Pertanyaan tentang kejadian Injury atau cedera :
1. Apakah saudara pernah mengalami injury/ cedera ataupun luka selama 1 tahun
terakhir ini, seperti mengalami luka lecet/ luka memar/ luka gores/ luka tembus/
luka tusuk/ terkilir dan patah tulang ?
a. Iya
b. Tidak
Master Tabel
HUBUNGAN PERAN GURU DAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN
INJURY PADA SISWA DI SMP NEGERI 01 PULAU PUNJUNG KABUPATEN
DHARMASRAYA TAHUN 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 jml Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 jml Kategori 1 jml Kategori
1 Da 1 VII A 3 3 2 3 2 2 4 3 22 0 3 2 2 3 2 2 2 1 17 0 1 1 1
2 Ca 2 VII A 4 4 2 3 3 2 4 3 25 1 2 2 1 3 3 2 2 3 18 0 1 1 1
3 Ak 1 VII A 4 4 4 3 3 3 4 4 29 1 3 2 2 4 3 3 2 3 22 1 1 1 1
4 Ai 2 VII A 3 2 3 2 4 2 3 3 22 0 3 3 3 3 3 2 2 3 22 1 1 1 1
5 Fa 1 VII A 4 4 3 3 3 2 4 3 26 1 2 2 2 2 2 2 1 2 15 0 1 1 1
6 Ha 1 VII A 4 4 3 3 3 3 3 4 27 1 2 2 2 2 1 2 1 1 13 0 1 1 1
7 Ni 2 VII A 4 3 3 3 3 3 4 3 26 1 1 1 1 1 2 2 1 2 11 0 1 1 1
8 Gh 2 VII A 4 4 3 2 2 3 4 3 25 1 3 3 2 4 3 3 2 2 22 1 1 1 1
9 Mu 1 VII A 3 3 3 2 3 2 4 3 23 1 4 3 3 4 4 3 3 4 28 1 1 1 1
10 Yo 2 VII A 3 4 3 3 3 3 2 3 24 1 2 2 3 2 3 3 2 2 19 1 1 1 1
11 Pu 2 VII A 2 2 1 1 2 2 2 3 15 0 4 2 2 4 4 3 3 3 25 1 0 0 0
12 Me 2 VII B 4 3 3 3 2 2 3 4 24 1 4 2 3 4 4 3 2 4 26 1 1 1 1
13 Ve 1 VII B 4 4 4 3 3 2 4 4 28 1 2 2 3 3 4 3 4 2 23 1 1 1 1
14 Dh 1 VII B 2 1 1 2 3 2 2 2 15 0 1 1 1 2 2 2 1 2 12 0 0 0 0
15 Jo 1 VII B 4 3 3 2 2 2 3 3 22 0 1 3 3 4 4 3 3 3 24 1 1 1 1
16 Na 2 VII B 3 2 2 1 4 2 4 3 21 0 4 2 2 4 4 2 2 4 24 1 1 1 1
17 Pa 1 VII B 4 2 3 3 3 2 4 2 23 1 1 2 2 4 4 3 2 4 22 1 1 1 1
18 Ri 1 VII B 2 3 3 3 2 2 3 2 20 0 1 2 2 3 3 2 1 2 16 0 1 1 1
19 Rs 2 VII B 3 3 2 4 3 1 3 2 21 0 2 3 2 2 1 2 2 4 18 0 1 1 1
20 Ti 2 VII B 4 3 2 2 3 2 4 2 22 0 2 2 3 3 2 3 2 2 19 1 1 1 1
21 Yu 1 VII B 3 3 2 2 2 2 4 3 21 0 2 3 2 3 3 2 2 3 20 1 1 1 1
22 Ke 1 VII B 4 3 2 3 4 3 2 3 24 1 1 1 1 2 2 3 3 4 17 0 1 1 1
23 Re 2 VII C 4 4 4 3 3 2 2 3 25 1 3 2 3 3 2 1 2 2 18 0 1 1 1
24 Ra 2 VII C 3 3 4 4 3 1 3 2 23 1 2 2 2 2 2 2 1 4 17 0 1 1 1
25 Rh 2 VII C 3 2 1 2 1 2 1 2 14 0 4 2 2 3 2 2 3 2 20 1 0 0 0
26 Li 2 VII C 4 3 3 3 4 3 4 2 26 1 3 3 2 3 2 3 2 4 22 1 1 1 1
27 Ar 1 VII C 4 4 4 3 3 2 3 3 26 1 2 3 2 4 3 2 3 2 21 1 1 1 1
28 Vi 1 VII C 4 3 2 3 3 3 4 4 26 1 3 2 1 1 2 2 3 2 16 0 1 1 1
29 El 2 VII C 3 3 2 2 4 2 4 4 24 1 2 2 1 2 2 3 2 3 17 0 1 1 1
30 Di 2 VII C 4 4 3 3 3 4 4 3 28 1 1 1 1 1 3 4 3 3 17 0 1 1 1
31 Ok 2 VII C 4 3 3 2 3 3 2 2 22 0 1 2 2 2 2 2 2 3 16 0 1 1 1
32 Da 1 VII D 4 4 2 2 3 3 3 3 24 1 3 2 2 2 2 2 2 1 16 0 1 1 1
33 Ja 1 VII D 3 3 3 3 4 2 4 2 24 1 4 2 2 3 3 2 2 3 21 1 1 1 1
34 Mi 1 VII D 2 2 3 3 3 2 4 3 22 0 4 1 1 2 2 2 3 2 17 0 1 1 1
35 Hu 1 VII D 4 3 3 4 3 2 4 3 26 1 2 3 2 2 2 1 2 2 16 0 0 0 0
36 Mu 2 VII D 2 2 2 1 1 1 4 2 15 0 2 2 2 3 2 2 2 4 19 1 0 0 0
37 Ri 2 VII D 4 4 4 3 3 3 3 4 28 1 1 1 2 3 2 2 3 3 17 0 1 1 1
38 Sh 2 VII D 4 4 4 3 3 3 3 4 28 1 4 2 2 3 2 3 3 3 22 1 0 0 0
39 Am 2 VII D 2 2 2 3 3 2 4 3 21 0 3 2 2 4 2 3 2 2 20 1 1 1 1
40 Fi 1 VIII A 4 4 3 3 3 2 3 4 26 1 4 2 3 4 3 1 2 2 21 1 0 0 0
41 Fa 1 VIII A 3 2 4 3 4 2 2 4 24 1 4 3 3 1 3 2 2 4 22 1 1 1 1
42 An 1 VIII A 3 3 3 3 4 2 4 1 23 1 3 3 2 4 2 3 2 2 21 1 0 0 0
43 Lu 2 VIII A 2 2 1 2 1 1 2 3 14 0 4 2 3 2 1 2 1 3 18 0 1 1 1
44 Ne 2 VIII A 3 3 4 2 2 2 2 3 21 0 4 4 3 3 4 4 3 3 28 1 1 1 1
45 No 2 VIII A 4 4 4 3 3 4 3 3 28 1 2 2 3 3 2 2 3 1 18 0 1 1 1
46 Re 2 VIII A 4 4 3 3 3 3 3 4 27 1 4 2 2 4 4 1 3 2 22 1 0 0 0
47 Vi 2 VIII A 3 3 3 4 3 3 4 1 24 1 3 2 2 1 1 3 3 3 18 0 1 1 1
48 Ar 1 VIII B 4 3 2 4 3 2 3 4 25 1 2 2 3 2 3 2 2 3 19 1 1 1 1
49 De 1 VIII B 2 2 2 2 1 1 1 2 13 0 4 2 2 4 3 2 2 1 20 1 0 0 0
50 Ge 1 VIII B 3 4 4 2 2 2 4 4 25 1 1 2 2 2 2 2 4 3 18 0 1 1 1
51 Id 1 VIII B 4 4 4 3 3 3 4 4 29 1 1 1 2 2 2 2 2 4 16 0 1 1 1
52 Na 1 VIII B 4 4 4 3 3 2 3 2 25 1 4 2 2 4 2 1 2 2 19 1 1 1 1
53 Ra 1 VIII B 4 4 4 3 3 2 2 1 23 1 4 3 2 4 4 1 3 3 24 1 1 1 1
54 Si 2 VIII B 3 3 3 3 4 2 4 2 24 1 4 2 2 3 3 2 2 2 20 1 0 0 0
55 Vi 2 VIII B 4 4 4 4 4 4 4 3 31 1 3 3 2 3 2 2 2 1 18 0 1 1 1
56 Pu 1 VIII B 4 3 3 3 3 2 3 2 23 1 1 2 2 3 3 2 3 2 18 0 1 1 1
57 Ab 1 VIII C 2 3 1 1 2 1 2 3 15 0 2 2 2 3 2 3 3 2 19 1 0 0 0
58 Fe 2 VIII C 3 1 2 4 3 4 3 3 23 1 3 3 3 4 2 1 1 1 18 0 1 1 1
59 Pu 2 VIII C 4 1 3 3 4 2 4 4 25 1 3 3 3 4 1 2 1 1 18 0 1 1 1
60 Re 2 VIII C 3 1 2 4 3 4 3 3 23 1 3 3 3 4 2 1 1 1 18 0 1 1 1
61 Si 2 VIII C 2 1 2 2 4 1 3 4 19 0 3 3 4 4 1 1 1 2 19 1 1 1 1
62 Ti 2 VIII C 2 1 2 2 4 1 2 3 17 0 3 2 3 4 1 2 1 2 18 0 1 1 1
63 Wi 2 VIII C 3 1 2 2 3 1 3 3 18 0 3 3 3 4 1 1 1 1 17 0 1 1 1
64 Vi 2 VIII C 3 3 2 3 3 2 4 1 21 0 4 1 2 3 4 3 2 1 20 1 1 1 1
65 De 2 VIII D 2 1 2 2 4 1 3 3 18 0 3 2 2 4 1 1 1 1 15 0 1 1 1
66 Di 2 VIII D 4 1 3 3 4 1 2 4 22 0 3 2 3 4 1 2 1 2 18 0 1 1 1
67 El 2 VIII D 4 4 4 3 3 3 3 3 27 1 2 2 2 2 2 1 3 2 16 0 1 1 1
68 Ih 1 VIII D 4 4 2 3 4 1 3 2 23 1 4 1 2 2 3 2 2 3 19 1 1 1 1
69 Ol 2 VIII D 2 2 3 1 1 2 2 2 15 0 3 2 2 2 2 3 1 3 18 0 0 0 0
70 Re 1 VIII D 4 4 4 3 3 3 3 3 27 1 2 2 2 2 3 2 3 3 19 1 1 1 1
71 Sa 2 VIII D 4 4 4 3 3 2 4 4 28 1 2 1 2 2 4 3 3 3 20 1 1 1 1
72 Wy 2 VIII D 3 2 2 3 2 2 4 1 19 0 4 3 2 3 2 3 3 3 23 1 1 1 1
240 210 201 195 211 159 229 207 1652 193 155 158 209 176 158 154 177 1380 59 59
23 19 0.819444444
JUMLAH
RATA - RATA =
Kejadian InjuryNo Inisial
Jenis
Kelamin Kelas
Peran Guru Peran Teman Sebaya
Keterangan kuesioner: Keterangan Peran Guru Keterangan Peran Teman Sebaya Keterangan Kejadian Injuri
4 : Selalu 0. Kurang Baik < 23 : 27 orang 0. Kurang Baik ˂ 19 : 35 orang 0. Terjadi : 13 orang 13 orang
3 : Sering 1. Baik ≥ 23 : 45 orang 1. Baik ˃ 19 : 37 orang 1. Tidak Terjadi : 59 orang
2 : Kadang - kadang
1 : Tidak Pernah
GET
FILE='E:\spss novetria aja.sav'.
DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
FREQUENCIES VARIABLES=pergu perts kejd
/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWN
ESS SESKEW
/PIECHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet1] E:\spss novetria aja.sav
Statistics
peran guru
peran teman
sebaya kejadian injury
N Valid 72 72 72
Missing 0 0 0
Mean 22.94 19.17 .82
Std. Error of Mean .482 .380 .046
Median 23.50 19.00 1.00
Mode 23a 18 1
Std. Deviation 4.094 3.224 .387
Skewness -.695 .406 -1.697
Std. Error of Skewness .283 .283 .283
Range 18 17 1
Minimum 13 11 0
Maximum 31 28 1
Sum 1652 1380 59
Percentiles 25 21.00 17.00 1.00
50 23.50 19.00 1.00
75 26.00 21.00 1.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table
peran guru
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 13 1 1.4 1.4 1.4
14 2 2.8 2.8 4.2
15 5 6.9 6.9 11.1
17 1 1.4 1.4 12.5
18 2 2.8 2.8 15.3
19 2 2.8 2.8 18.1
20 1 1.4 1.4 19.4
21 6 8.3 8.3 27.8
22 7 9.7 9.7 37.5
23 9 12.5 12.5 50.0
24 9 12.5 12.5 62.5
25 7 9.7 9.7 72.2
26 7 9.7 9.7 81.9
27 4 5.6 5.6 87.5
28 6 8.3 8.3 95.8
29 2 2.8 2.8 98.6
31 1 1.4 1.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
peran teman sebaya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 11 1 1.4 1.4 1.4
12 1 1.4 1.4 2.8
13 1 1.4 1.4 4.2
15 2 2.8 2.8 6.9
16 7 9.7 9.7 16.7
17 8 11.1 11.1 27.8
18 15 20.8 20.8 48.6
19 9 12.5 12.5 61.1
20 7 9.7 9.7 70.8
21 4 5.6 5.6 76.4
22 8 11.1 11.1 87.5
23 2 2.8 2.8 90.3
24 3 4.2 4.2 94.4
25 1 1.4 1.4 95.8
26 1 1.4 1.4 97.2
28 2 2.8 2.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
kejadian injury
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid terjadi 13 18.1 18.1 18.1
tidak terjadi 59 81.9 81.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pie Chart
RECODE pergu (Lowest thru 22=0) (23 thru Highest=1) INTO perguruuu.
EXECUTE.
RECODE perteseba (Lowest thru 18=0) (19 thru Highest=1) INTO pertesb.
EXECUTE.
FREQUENCIES VARIABLES=perguruuu perteseba
/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWN
ESS SESKEW
/PIECHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet1] E:\spss novetria aja.sav
Statistics
peran guruuuu
peran teman
sebayaaa
N Valid 72 72
Missing 0 0
Mean .62 .51
Std. Error of Mean .057 .059
Median 1.00 1.00
Mode 1 1
Std. Deviation .488 .503
Skewness -.527 -.057
Std. Error of Skewness .283 .283
Range 1 1
Minimum 0 0
Maximum 1 1
Sum 45 37
Percentiles 25 .00 .00
50 1.00 1.00
75 1.00 1.00
Frequency Table
peran guruuuu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 27 37.5 37.5 37.5
baik 45 62.5 62.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
peran teman sebayaaa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 35 48.6 48.6 48.6
baik 37 51.4 51.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pie Chart
CROSSTABS
/TABLES=perguruuu BY kejd
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW TOTAL
/COUNT ROUND CELL
/BARCHART.
Crosstabs
[DataSet1] E:\spss novetria aja.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
peran guruuuu * kejadian
injury 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
peran guruuuu * kejadian injury Crosstabulation
kejadian injury
Total terjadi tidak terjadi
peran guruuuu kurang baik Count 7 20 27
Expected Count 4.9 22.1 27.0
% within peran guruuuu 25.9% 74.1% 100.0%
% of Total 9.7% 27.8% 37.5%
baik Count 6 39 45
Expected Count 8.1 36.9 45.0
% within peran guruuuu 13.3% 86.7% 100.0%
% of Total 8.3% 54.2% 62.5%
Total Count 13 59 72
Expected Count 13.0 59.0 72.0
% within peran guruuuu 18.1% 81.9% 100.0%
% of Total 18.1% 81.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.809a 1 .179
Continuity Correctionb 1.058 1 .304
Likelihood Ratio 1.758 1 .185
Fisher's Exact Test .214 .152
Linear-by-Linear Association 1.783 1 .182
N of Valid Casesb 72
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for peran
guruuuu (kurang baik / baik) 2.275 .674 7.678
For cohort kejadian injury =
terjadi 1.944 .729 5.183
For cohort kejadian injury =
tidak terjadi .855 .665 1.098
N of Valid Cases 72
CROSSTABS
/TABLES=perteseba BY kejd
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW TOTAL
/COUNT ROUND CELL
/BARCHART.
Crosstabs
[DataSet1] E:\spss novetria aja.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
peran teman sebayaaa *
kejadian injury 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
peran teman sebayaaa * kejadian injury Crosstabulation
kejadian injury
Total terjadi tidak terjadi
peran teman sebayaaa kurang baik Count 3 32 35
Expected Count 6.3 28.7 35.0
% within peran teman
sebayaaa 8.6% 91.4% 100.0%
% of Total 4.2% 44.4% 48.6%
baik Count 10 27 37
Expected Count 6.7 30.3 37.0
% within peran teman
sebayaaa 27.0% 73.0% 100.0%
% of Total 13.9% 37.5% 51.4%
Total Count 13 59 72
Expected Count 13.0 59.0 72.0
% within peran teman
sebayaaa 18.1% 81.9% 100.0%
% of Total 18.1% 81.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.141a 1 .042
Continuity Correctionb 2.987 1 .084
Likelihood Ratio 4.345 1 .037
Fisher's Exact Test .065 .040
Linear-by-Linear Association 4.083 1 .043
N of Valid Casesb 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.32.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for peran teman
sebayaaa (kurang baik /
baik)
.253 .063 1.014
For cohort kejadian injury =
terjadi .317 .095 1.058
For cohort kejadian injury =
tidak terjadi 1.253 1.005 1.562
N of Valid Cases 72