Blunt Abdominal Injury

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma tumpul abdomen adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada seluruh batasan usia. Identifikasi dari patologi intraabdomen terkadang cukup menantang. Banyak cedera yang tidak bermanifestasi selama pemeriksaan awal dan selama periode penatalaksanaan. Cedera intraabdomen yang terlewat dan perdarahan terselubung adalah penyebab yang sering menyebabkan kesakitan dan kematian, terutama pada pasien yang selamat dari fase awal setelah cedera. 1,2 Penanganan pasien trauma memerlukan penanganan cepat dan efisien. Mengevaluasi pasien yang diduga mengalami trauma tumpul abdomen tetap menjadi tantangan utama dan memerlukan aspek intensif dari penanganan trauma akut. 1,2 Trauma tumpul abdomen biasanya disebabkan oleh tabrakan kendaraan bermotor, kecelakaan rekreasi, perkelahian, dan jatuh. Organ yang sering terkena adalah limpa, hati, organ retroperineum, usus halus, ginjal, kandung kemih, kolorektal, diafragma, dan pankreas. Laki – laki lebih sering cedera daripada perempuan. Data dari WHO didapati bahwa penyebab utama 1

Transcript of Blunt Abdominal Injury

Page 1: Blunt Abdominal Injury

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma tumpul abdomen adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan

kematian pada seluruh batasan usia. Identifikasi dari patologi intraabdomen

terkadang cukup menantang. Banyak cedera yang tidak bermanifestasi selama

pemeriksaan awal dan selama periode penatalaksanaan. Cedera intraabdomen

yang terlewat dan perdarahan terselubung adalah penyebab yang sering

menyebabkan kesakitan dan kematian, terutama pada pasien yang selamat dari

fase awal setelah cedera. 1,2

Penanganan pasien trauma memerlukan penanganan cepat dan efisien.

Mengevaluasi pasien yang diduga mengalami trauma tumpul abdomen tetap

menjadi tantangan utama dan memerlukan aspek intensif dari penanganan trauma

akut. 1,2

Trauma tumpul abdomen biasanya disebabkan oleh tabrakan kendaraan

bermotor, kecelakaan rekreasi, perkelahian, dan jatuh. Organ yang sering terkena

adalah limpa, hati, organ retroperineum, usus halus, ginjal, kandung kemih,

kolorektal, diafragma, dan pankreas. Laki – laki lebih sering cedera daripada

perempuan. Data dari WHO didapati bahwa penyebab utama adalah jatuh dari

ketinggian lebih dari 5 meter dan tabrakan kendaraan bermotor menjadi penyebab

kedua. 1,2

Frekuensi yang sebenarnya dari trauma tumpul abdomen tidak diketahui.

Data yang dikumpulkan dari pusat trauma menunjukkan pasien yang dirujuk ke

rumah sakit atau yang mencari bantuan kesehatan. Insidensi diluar rumah sakit

tidak diketahui. Secara global, cidera menempati 10% dari penyebab kematian.

Diperkirakan pada tahun 2020, 8,4 juta orang di seluruh dunia akan meninggal

akibat trauma. 1,2

1

Page 2: Blunt Abdominal Injury

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Abdomen 3,4

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas

dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan

menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan

yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-

batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu

masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal,

tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang

punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen

dan pelvis beserta daerah-daerah.

Gambar 2.1 Rongga Abdomen dan Pelvis

Keterangan : 

1. Hipokhondriak kanan 

2. Epigastrik 

2

Page 3: Blunt Abdominal Injury

3. Hipokhondriak kiri 

4. Lumbal kanan 

5. Pusar (umbilikus) 

6. Lumbal kiri 

7. Ilium kanan 

8. Hipogastrik

9. Ilium kiri

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu

lambung, usus halus dan usus besar.

2.1.1 Lambung 3,4

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang

iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak di

belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian

ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah.

Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian

corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.

Fungsi lambung:

a. Tempat penyimpanan makanan sementara.

b. Mencampur makanan.

c. Melunakkan makanan. 

d. Mendorong makanan ke distal.

e. Protein diubah menjadi pepton.

f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan. 

g. Faktor antianemi dibentuk. 

h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.

2.1.2 Usus Halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam

keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika

3

Page 4: Blunt Abdominal Injury

tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus

dan dikelilingi usus besar. 

Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.

b. Yeyenum menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.

c. Ileum menempati tiga pertama akhir.

Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi

duodenum adalah alkali.

2.1.3 Usus Besar 3,4

Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik

yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter.

Fungsi usus besar adalah :

a. Absorpsi air, garam dan glukosa.

b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.

c. Penyiapan selulosa.

d. Defekasi (pembuangan air besar)

2.1.4 Hati

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam

rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati dilindungi oleh iga-

iga.

Fungsi hati adalah :

a. Metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan

darah.

b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh sebagai pengantar

metabolisme.

c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.

d. Hati mengubah asam amino menjadi glukosa.

e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.

f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.

4

Page 5: Blunt Abdominal Injury

g. Membuat sebagian besar protein plasma.

h. Membersihkan bilirubin dari darah.

2.1.5 Kandung Empedu 3,4

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan

membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah

hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas

centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. 

Fungsi kandung empedu adalah :

a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.

b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat.

2.1.6 Pankreas 3,4

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan

kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum

sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang

terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan

pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis

pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.

Fungsi pankreas adalah :

a. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang

membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.

b. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-

kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.

c. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot.

2.1.7 Ginjal 3,4

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di

sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat

diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai

vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati

5

Page 6: Blunt Abdominal Injury

menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½

centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi

beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus

sinistra.

Fungsi ginjal adalah :

a. Mengatur keseimbangan air.

b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa

darah.

c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.

2.1.8 Limpa 3,4

Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus

ventrikuli dan diafragma.

Fungsi limpa adalah :

a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.

b. Setelah dewasa berfungsi sebagai penghancur eritrosit tua dan pembentuk

homoglobin dan zat besi bebas.

Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.

2. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.

3. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior

6

Page 7: Blunt Abdominal Injury

Gambar 2.2 Rongga Abdomen Bagian Depan

Keterangan : 

A. Diafragma

B. Esofagus

C. Lambung

D. Kaliks kiri

E. Pankreas

F. Kolon desenden

G. Kolon transversum

H. Usus halus

I. Kolon sigmoid

J. Kandung kencing

K. Apendiks

L. Sekum

M. Illium

7

Page 8: Blunt Abdominal Injury

N. Kolon asenden

O. Kandung empedu

P. Liver

Q. Lobus kanan

R. Lobus kiri

2.2 Definisi Trauma Tumpul Abdomen 1,3,5

Trauma tumpul abdomen adalah semua cedera yang terjadi akibat tekanan tumpul

dari luar, yang biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh,

tumbukan dari hewan atau benda tumpul.

Cedera intraabdomen secara sekunder akibat tekanan tumpul yang terjadi

karena tubrukan antara orang yang terluka dengan lingkungan eksterna dan karena

proses tekanan akselerasi dan deselarasi pada organ internal orang tersebut.

2.3 Patofisiologi 1,3,5

Trauma – trauma intra abdomen tumpul disebabkan oleh benturan antara orang

yang mengalami trauma dan lingkungan luar tubuh dengan proses aselerasi atau

deselerasi yang mengenai organ – organ tubuh penderita. Trauma abdomen secara

umum dapat dijelaskan melalui tiga mekanisme, yaitu :

a. Mekanisme pertama adalah deselerasi.

Suatu proses deselerasi yang cepat akan menyebabkan ketidak seimbangan

perubahan antar organ – organ yang berdekatan. Sebagai hasilnya, benturan

yang sangat kuat dapat menyebabkan organ berongga, organ solid, organ

viseral dan pembuluh darah mengalami robekan, terlebih lagi apabila terdapat

beberapa tempat perlekatan antar berbagai organ tersebut. Sebagai contoh,

bagian distal aorta melekat pada tulang spinal vetebra dan suatu proses

deselerasi dapat menyebabkan pergerakan lengkung aorta yang lebih cepat

daripada pergerakan yang seharusnya. Sebagai hasilnya, benturan yang sangat

kuat pada daerah tersebut dapat menyebabkan aorta menjadi ruptur. Keadaan

yang sama dapat terjadi pada pedikel ginjal dan persambungan antara tulang

servikal dan tirakal di spinal cord. Trauma deselerasi klasik menyebabkan

8

Page 9: Blunt Abdominal Injury

robekan pada beberapa organ, termasuk hepar, ligamen – ligamen hingga

kerusakan pada arteri ginjal.

b. Mekanisme kedua adalah kompresi atau penekanan dari luar tubuh.

Baik akibat hantaman langsung atau pun penekanan dari luar tubuh yang

menyebabkan kompresi organ – organ yang melekat. Trauma kompresi

eksternal yang tiba – tiba menyebabkan kenaikan tekanan intra abdomen yang

pada akhirnya dapat menyebabkan rupturnya berbagai organ. Hati dan limpa

adalah organ yang paling banyak mengalami kerusakan pada trauma tumpul

abdomen dan diikuti oleh usus kecil maupun usus besar.

2.4 Etiologi 1,3,5

Kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab yang paling sering

menyebabkan trauma abdomen. Penggunaan sabuk pengaman amemang

mengurangi angka kejadian trauma kepala dan dada, namun dapat juga

menimbulkan suatu ancaman pada organ – organ abdomen seperti pankreas dan

usus yang dapat menyebabkan perpindahan atau penekanan ke arah berlawanan.

Anak – anak biasanya sangat rentan mengalami trauma abdomen yang disebabkan

oleh sabuk pengaman. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki regio

abdominal yang masih lembut dan memang sabuk pengaman yang terdapat di

mobil tidak disesuaikan dengan ukuran tubuh mereka.

2.5 Tanda dan Gejala 1,3,5

Gejala dan tanda dari trauma abdomen sangat tergantung dari organ mana yang

terkena, bila yang terkena organ-organ solid (hati dan lien) maka akan tampak

gejala perdarahan secara umum seperti pucat, anemis bahkan sampai dengan

tanda-tanda syok hemoragic. Gejala perdarahan di intra peritoneal akan ditemukan

klien mengeluh nyeri dari mulai nyeri ringan sampai dengan nyeri hebat, nyeri

tekan dan kadang nyeri lepas, defans muskular (kaku otot), bising usus menurun,

dan pada klien yang kurus akan tampak perut membesar, dari hasil perkusi

ditemukan bunyi pekak.

9

Page 10: Blunt Abdominal Injury

Bila yang terkena organ berlumen gejala yang mungkin timbul adalah peritonitis

yang dapat berlangsung cepat bila organ yang terkena gaster tetapi gejala

peritonitis akan timbul lambat bila usus halus dan kolon yang terkena. Klien

mengeluh nyeri pada seluruh kuadran abdomen, bising usus menurun, kaku otot

(defans muskular), nyeri tekan, nyeri lepas dan nyeri ketok.

2.6 Pemeriksaan penunjang 1,2,3,5

2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin yang meliputi Hemoglobin, hematokrit untuk melihat

pendarahan dimana kalo pendarahan maka Hemoglobin dan hematokrit akan

menurun selain itu leukosit akan meninggi karena adanya proses infeksi.

Jika kadar serum amilase 100 unit dalam 100 ml cairan intra abdomen,

kemungkinan besar terjadi trauma pada pankreas. Lipase amilse serum tidak

sensitive maupun spesifik sebagai penanda untuk cedera pankreas atau usus besar.

Tingkat normal tidak mengecualikan cedera pankreas utama. Amilase atau lipase

mungkin meningkat karena iskemia pankreas yang disebabkan oleh hipotensi

sistemik yang menyertai trauma. Namun, hiperamilasemia persisten atau

hiperlipasemia meningkatkan kemungkinan cedera intra-abdomen yang signifikan

dan merupakan indikasi untuk penyelidikan radiografi dan bedah agresif lainnya.

LFT mungkin berguna pada pasien dengan trauma tumpul abdomen, namun hasil

tes mungkin meningkat dalam kondisi lain misalnya, penyalahgunaan alkohol.

2.6.2 Pemeriksaan Radiologi

A. X-Ray

Meskipun nilai keseluruhan film polos dalam evaluasi pasien dengan trauma

tumpul abdomen terbatas tetapi dapat menscreening trauma tumpul dengan foto

servical lateral, Thorax AP dan foto abdomen dengan posisi terlentang, setengah

tegak dan lateral dekubitus.

Foto toraks dapat membantu dalam diagnosis cedera perut seperti

hemidiaphragma yang pecah (misalnya, pipa nasogastrik terlihat di dada) atau

10

Page 11: Blunt Abdominal Injury

pneumoperitoneum. Rontgen panggul atau dada dapat menunjukkan fraktur tulang

belakang torakolumbalis.

Foto abdomen menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi cedera

tumpul untuk usus. Selain itu, udara bebas intraperitoneal, atau terperangkap

udara retroperitoneal dari perforasi duodenum, dapat dilihat.

Pada trauma dengan hemodinamik tidak stabil tidak diperlukan

pemeriksaan screening x-ray, tetapi pasien stabil dengan sangkaan cedera

thoracoabdominal atau pada cedera diatas umbilicus berguna untuk

menyingkirkan hemo atau pneumothorax dan bisa juga melihat udara di

intraperitoneal.

B. CT Scan

1. Trauma tajam

CT scan digunakan dalam evaluasi pasien dengan luka tusukan pada sisi

dan belakang dan dalam evaluasi pasien dengan luka tusukan perut dan sering

digunakan untuk mendeteksi penetrasi peritoneal dan cedera organ intra-

abdomonial. Pasien dengan CT scan dengan kontras dapat menentukan derajat

cedera ginjalnya.

Tanda-tanda khusus penetrasi peritoneal termasuk ditandai oleh adanya

perdarahan, udara, cairan atau fragmen tulang yang jelas meluas ke rongga

peritoneal, kehadiran udara bebas intraperironeal, cairan bebas, dan cedera organ

intraperitoneal jelas terlihat.

2. Trauma tumpul

CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi cedera organ padat.

Selain itu, CT scan perut dapat mengungkapkan cedera yang terkait lainnya,

terutama patah tulang belakang dan panggul dan cedera di rongga dada.

Pada Blunt abdominal trauma dengan cedera limpa dan hemoperitoneum,

CT scan memberikan pencitraan yang sangat baik dari duodenum, pancreas, dan

system Genitourinary. Gambar dapat membantu melihat jumlah darah di perut dan

dapat mengungkapkan gambaran organ yang cedera. Walaupun dengan

11

Page 12: Blunt Abdominal Injury

keterbatasan CT scan memiliki sensitivitas untuk mendiagnosa cedera viskus

diafragma, pancreas, dan berongga walaupun relatif mahal dan memakan waktu

dan memerlukan kontras oral atau intravena, yang dapat menyebabkan reaksi

alergi.

C. Focused Assessment Sonograghy in Trauma (FAST)

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang cepat, portable, noninvasive, dan

akurat yang dapat dilakukan oleh dokter ahli bedah darurat dan trauma untuk

mendektesi hemoperitoneum. Bahkan, di pusat medis, pemeriksaan FAST telah

hamper menggantikan DPL sebagai prosedur pilihan dalam evaluasi pasien

trauma hemodinamik tidak stabil. Pemeriksaan FAST didasarkan pada factor-

faktor seperti habitus tubuh, lokasi cedera, adanya darah beku, posisi pasien, dan

jumlah dari cairan bebas. Dicari scan dari kantung pericard, fossa hepatorenalis,

fossa splenorenalis ataupun cavum douglas.

D. Peritoneal Lavage

1. Trauma tajam

Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) dapat dilakukan baik melalui metode

tertutup (yaitu, kulit tusukan kecil dengan penyisipan kateter dengan kawat

pemandu) atau metode terbuka (misalnya, penyisipan kateter dengan penglihatan

langsung setelah pemaparan peritoneum dengan sayatan kecil infraumbilical).

Aspirasi darah positif untuk penetrasi peritoneal dan cedera organ dengan

cara bilasan rongga perut 1 liter natrium klorida dimasukkan melalui kateter dan

kemudian ditarik. Cairan ini kemudian diperiksa untuk mengevaluasi sel-sel darah

merah (> 10.000 /mm3), sel darah putih (> 500/mm3), empedu, atau partikel,

apapun yang menunjukkan penetrasi peritoneal dan cedera organ. DPL

memerlukan banyak waktu, dan telah digantikan dalam pemeriksaan oleh FAST,

CT scan, atau laparoskopi.

12

Page 13: Blunt Abdominal Injury

2. Trauma tumpul

Indikasi DPL dalam mendiagnosa trauma tumpul dengan sangkaan:

a. pasien dengan cedera tulang belakang

b. pasien dengan beberapa luka dan shock

c. pasien dengan bekas cedera perut

d. pasien mabuk dan

e. pasien dengan cedera intra-abdomen potensial yang akan menjalani

anestesi lama untuk prosedur lain.

Kontraindikasi mutlak untuk DPL adalah untuk laparotomi. Kontraindikasi relatif

meliputi obsesitas morbid, sejarah operasi perut bertulang, dan kehamilan. DPL

dianggap positif pada pasien trauma tumpul jika 10 mL aspirasi keluar darah

(yaitu, 1 L normal saline dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui kateter

dan diperiksa) memiliki > 100.000 RBC /mL, > 500 WBC/mL, kadar amilase

tinggi, empedu, bakteri, atau urin. Hanya sekitar 30 mL darah diperlukan dalam

peritoneum untuk menghasilkan hasil DPL mikroskopis positif.

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan DPL, USG dan CT Scan

KRITERIA DPL USG CT SCAN

Indikasi Menentukan

adanya perdarahan

bila TD menurun

Menentukan

cairan bila TD

menurun

Menentukan organ

cedera bila TD

normal

Keuntungan Diagnosis cepat

dan sensitif,

akurasi 98 %

Diagnosis cepat,

tidak invasif dan

dapat diulang,

akurasi 86-97%

Paling spesifik

untuk cedera,

akurasi 92-98%

Kerugian Invasif, gagal

mengetahui cedera

diafragma atau

cedera

retroperitoneum

Tergantung

operator distorsi

gas usus dan

udara di bawah

kulit. Gagal

mengetahui

Membutuhkan

biaya dan waktu

yang lebih lama,

tidak mengetahui

cedera diafragma

13

Page 14: Blunt Abdominal Injury

cedera diafragma

usus, pankreas

usus dan pankreas.

2.7 Penatalaksanaan Trauma Tumpul Abdomen 1,2,3,5

Perawatan pra-rumah sakit berfokus pada evaluasi cepat masalah yang

mengancam jiwa, dengan memulai tindakan resusitasi, dan memulai transportasi

yang cepat ke situs perawatan definitif. Prinsip penatalaksanaan awalnya sama

dengan penanganan pada trauma lainnya yaitu dengan primary survey (Airway,

Breathing, Circulation, Disability, Exposure).

A. Airway

Nilai jalan nafas bebas atau tidak. Nilai apakah pasien dapat bicara dan bernafas

dengan bebas. Jika ada obstruksi, lakukan :

Chin lift/ Jaw thrust

Suction

Guedel Airway

Intubasi trakea

B. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, beri oksigen

C. Circulation

Menilai sirkulasi/peredaran darah:

Hentikan perdarahan eksternal bila ada

Segera pasang dua jalur infus dgn jarum besar (14-16G)

Beri infus cairan

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

D. Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon

terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow

Coma Scale.

ALERT/AWAKE A

14

Page 15: Blunt Abdominal Injury

RESPON BICARA (VERBAL) V

RESPON NYERI (PAIN) P

TAK ADA RESPONS U

E. Exposure

Lepaskan baju dan semua penutup tubuh pasien, supaya dapat dicari semua cedera

yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka

imobilisasi in line harus dikerjakan.

Pasien cedera dengan resiko perdarahan berlanjut dan membutuhkan

transportasi yang cepat ke pusat trauma atau fasilitas yang sesuai terdekat, dengan

prosedur yang tepat dilakukan stabilisasi selama perjalanan. Sehingga perlu

pengamanan jalan nafas, pemasangan IV line dan pemberian cairan. Gunakan

intubasi endotrakeal untuk mengamankan jalan napas dari setiap pasien yang tidak

mampu mempertahankan jalan napas atau yang memiliki potensi ancaman saluran

napas. Mengamankan jalan napas dalam hubungannya dengan in-line imobilisasi

serviks pada setiap pasien yang mungkin telah menderita trauma serviks. Menjaga

saturasi oksigen lebih dari 90 – 92%.

Perdarahan eksternal jarang dikaitkan dengan trauma tumpul abdomen.

Jika ada perdarahan eksternal, kontrol dengan tekanan langsung. Perhatikan

tanda-tanda perfusi sistemik yang tidak memadai. Pertimbangkan perdarahan

intraperitoneal jika ada tanda syok hemoragik tanpa adanya perdarahan eksternal.

Semua pasien trauma tumpul dengan hemodinamik yang tidak stabil harus

segera dinilai kemungkinan perdarahan intraabdominal maupun kontaminasi GI

tract dengan melakukan DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) ataupun FAST

(Focused Assesment Sonography in Trauma).

Adapun indikasi laparotomi untuk trauma tumpul abdomen adalah:

Adanya tanda-tanda peritonitis

Perdarahan atau syok yang tidak terkontrol

Perburukan klinis selama observasi

Adanya perdarahan peritoneum setelah pemeriksaan FAST dan DPL

15

Page 16: Blunt Abdominal Injury

Udara bebas, udara retroperitoneal atau rupture diafragma

Hipotensi dengan dugaan adanya perdarahan intraabdomina

CT scan dengan kontras menunjukkan adanya ruptur saluran cerna, cedera

buli intraperitoneal, cedera pembuluh darah ginjal ataupun kerusakan

parenchyma viscera.

2.8 Komplikasi 1,5

Komplikasi yang sering terjadi adalah terjadinya peritonitis, dan syok hemoragik

dimana adanya perdarahan intraabdominal yang sulit dinilai sehingga berujung

pada kematian.

2.9 Prognosis 1,5

Tingkat kematian untuk pasien rawat inap adalah sekitar 5-10%. The National

Pediatric Trauma Registry melaporkan bahwa 9% dari pasien anak dengan trauma

tumpul abdomen meninggal. Dari jumlah tersebut, hanya 22% yang dilaporkan

cedera intraabdomen sebagai kemungkinan penyebab kematian.

Sebuah tinjauan dari Australia of intestinal injuries pada trauma tumpul

melaporkan bahwa 85% dari cedera terjadi akibat kecelakaan kendaraan. Tingkat

mortalitas adalah 6%. Dalam review besar kematian di ruang operasi di mana

trauma tumpul menyumbang 61% dari semua cedera, trauma abdomen adalah

penyebab primer kematian pada 53,4% kasus.

BAB 3

16

Page 17: Blunt Abdominal Injury

LAPORAN KASUS

ANAMNESA PRIBADI

Nama : HS

Umur : 21 tahun

No MR : 48.74.32

Alamat : Jl. Mekar Jaya Kecamatan Medan Tuntungan

Datang tanggal : 20 September 2011

ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama : Nyeri pada perut kanan

Telaah : Hal ini dialami pasien sejak + 30 menit sebelum masuk

RSHAM. Pasien mengalami kecelakaan saat mengendarai

sepeda motor. Pasien menabrak sepeda motor lain dan

pasien terjatuh kemudian perut pasien membentur kemudi

sepeda motor. Riwayat muntah (-), kejang (-), sakit kepala

(-), pingsan (-). BAB dan BAK (-) setelah kejadian.

RPT : Asma (-), Alergi (-), Hipertensi (-), Jantung (-)

RPO : -

Primary Survey

Airway : Clear

Breathing : Spontan

Frekuensi nafas : 30 x/i

Suara Pernafasan : vesikuler/vesikuler

Suara Tambahan : -/-

Circulation : Akral : hangat/merah/kering

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Disability : Alert, GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, RC +/+, ø 3mm/3mm

Exposure : Dilaporkan pada status lokalisata

17

Page 18: Blunt Abdominal Injury

Secondary Survey

Kepala & leher : Mata : Pupil isokor, ø 3mm/3mm, RC +/+, Anemis (-)

Trakea : Midline

Thorax : Look : Simetris

Listen : SP: Vesikuler, ST: -

Feel : Simetris fusiformis, Sonor

Abdomen : Look : Simetris, ekskoriasi pada simfisis pubis ø 1x1 cm

Listen : Peristaltik (+) N

Feel : Soepel, Nyeri tekan pada regio umbilikal dan

iliaka kanan, Tympani

Ekstremitas : Superior : Tidak ada kelainan

Inferior : Tidak ada kelainan

Status Urologi

PA : Simetris, jejas (-), TP -/-

SS : Jejas (-), bulging (-), ekskoriasi pada simfisis pubis ø 1x1 cm

GE : Laki-laki, sirkumsisi, bloody discharge (-).

Diagnosa sementara :

Blunt Abdominal Injury

Penanganan di IGD:

- O2 5 L/i Face Mask

- IVFD RL 30 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam (Skin Test terlebih dahulu)

- Inj. Ranitidin 500 mg/12 jam

- Rawat inap, awasi tanda-tanda akut abdomen

- Puasa sementara

Rencana pemeriksaan

18

Page 19: Blunt Abdominal Injury

Laboratorium : Darah Lengkap, LFT, RFT, Elektrolit, KGD Ad-random,

Urinalisa

Radiologi : Thorax AP Erect, Abdomen Erect & Supine, Pelvic AP

Hasil Laboratorium (20/09/2011)

Hb/Ht/Leu/T : 14,4 / 42,30 / 13.940 / 250.000

SGOT/SGPT : 21 / 15

KGD-Adr : 115 mg/dL

Ur/Cr : 24,3 / 1,02

Na/K/Cl : 138 / 3,2 / 103

Urinalisa : dalam batas normal

Radiologi : Dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Blunt Abdominal Injury

1. Udeani, Jhon. 2011. Blunt Abdominal Trauma. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#aw2aab6b2b7

[accessed at 25 September 2011]

2. William S. Hoff, MD, Michelle Holevar, MD, et al. 2002. The Journal of

trauma_ Injury, Infection, and Critical Care. Practice Management Guidelines

for the Evaluation of Blunt Abdominal Trauma: The EAST Practice

Management Guidelines Work Group.

3. American College of Surgeons Comittee on trauma. 2004. Advanced Trauma

Life Support for Doctors. Chicago: Saint Clair St.

4. Widjaja Harjadi. Anatomi Abdomen. EGC. Jakarta. 2009. hal: 3 - 17.

5. Salomone A Joseph, Salomone Jeffrey. 2010. Abdominal Trauma: Blunt.

Available at: http://emedicine.medscape.com/article/821995-overview.

[accessed at 25 September 2011]

20