lp injury spinal.docx

25
LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN SPINAL CORD INJURY Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Emergency di IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung OLEH: Reza Fitra Kusuma Negara NIM. 120070300011074

Transcript of lp injury spinal.docx

Page 1: lp injury spinal.docx

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN SPINAL CORD INJURY

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Emergency di IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung

OLEHReza Fitra Kusuma Negara

NIM 120070300011074

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

DEFINISI

Trauma spinal adalah injuricederatrauma yang terjadi pada spinal meliputi spinal collumna

maupun spinal cord dapat mengenai elemen tulang jaringan lunak dan struktur saraf pada

cervicalis vertebralis dan lumbalis akibat trauma berupa jatuh dari ketinggian kecelakaan

lalu lintas kecelakaan olah raga dan sebagainya Trauma spinalis menyebabkan

ketidakstabilan kolumna vertebral (fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra)

atau injuri saraf yang aktual maupun potensial (kerusakan akar-akar saraf yang berada

sepanjang medula spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi)

KLASIFIKASI

Klasifikasi cedera medulla spinalis berdasarkan lokasi cedera antara lain

a Cedera Cervikal

Lesi C1-C4

Pada lesi C1-C4 otot trapezius sternomastoideus dan otot platisma masih berfungsi Otot

diafragma dan interkostal mengalami paralisis dan tidak ada gerakan volunter (baik secara

fisik maupun fungsional) Di bawah transeksi spinal tersebut Kehilangan sensori pada

tingkat C1-C3 meliputi oksipital telinga dan beberapa daerah wajah

Pasien pada quadriplegia C1 C2 dan C3 membutuhkan perhatian penuh karena

ketergantungan terhadap ventilator mekanis Orang ini juga tergantung semua aktivitas

kebutuhan sehari-harinya Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator

mekanis tetapi dapat dilepas Jadi penggunaannya secara intermitten saja

Lesi C5

Bila segmenC5 medulla spinalis mengalami kerusakan fungsi diafragma rusak sekunder

terhadap edema pascatrauma akut Paralisis intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai

dengan depresi pernafasan Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan

dalam melakukan aktivitas seperti mandi menyisir rambut mencukur tetapi pasien

mempunyai koordinasi tangan dan mulut yang lebih baik

Lesi C6

Pada lesi segmen C6 distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan

edema asenden dari medulla spinalis Biasanya akan terjadi gangguan pada otot bisep

triep deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan Umumnya pasien

masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri bahkan masih dapat memakai dan

melepaskan baju

Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk

mengkompensasi otot abdomen dan interkostal Fleksi jari tangan biasanya berlebihan

ketika kerja refleks kembali Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa

perawatan dan perhatian khusus Pemindahan mandiri seperti berpakaian dan melepas

pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah makan mandi pekerjaan rumah yang ringan

dan memasak

Lesi C8

Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan

control vasomotor Hipotensi postural dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara

bertahap dari berbaring ke posisi duduk Jari tangan pasien biasanya mencengkram

Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri mandiri dalam berpakaian melepaskan

pakaian mengemudikan mobil merawat rumah dan perawatan diri

b Cedera Torakal

Lesi T1-T5

Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan diafragmatik Fungsi

inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks Hipotensi postural

biasanya muncul Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici interoseus dan otot

lumrikal tangan seperti kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu

Lesi T6-T12

Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen Dari tingkat T6 ke bawah

segmen-segmen individual berfungsi dan pada tingkat 12 semua refleks abdominal ada

Ada paralisis spastik pada tubuh bagian bawah Pasien dengan lesi pada tingkat torakal

harus befungsi secara mandiri

Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah

T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas

T3 Aksilla

T5 Putting susu

T6 Prosesus xifoid

T7 T8 Margin kostal bawah

T10 Umbilikus

T12 Lipat paha

c Cedera Lumbal

Lesi L1-L5

Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu

L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari

bokong

L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha

L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel

L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha

L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel

d Cedera Sakral

Lesi S1-S6

Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari

telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi

meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek

posterior paha

e Klasifikasi berdasarkan keparahan

1 Klasifikasi Frankel

Grade A motoris (-) sensoris (-)

Grade B motoris (-) sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)

Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)

Grade E motoris (+) normal sensoris (+)

2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B hanya sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3

Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3

Grade E motoris dan sensoris normal

ETIOLOGI

1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar

2 Injuri atau jatuh dari ketinggian

3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada

air yang sangat dangkal

4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra

5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral

distraksi (stretching berlebih) penekanan

6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis

servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera

progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun

noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata

siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler

FAKTOR RESIKO

a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20

b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun

dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun

c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-

line skating hockey berselancar di atas salju

d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis

MANIFESTASI KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien

mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin

tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga

mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu

cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera

tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah

Nyeri pada area spinal atau paraspinal

Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki

Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)

Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis

hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)

Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma

Shock dengan kecepatan jantung menurun

Priapism

Kerusakan kardiovaskuler

Kerusakan pernapasan

Kesadaran menurun

Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di

bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek

spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada

keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika

berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di

bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel

berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra

b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal

c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah

atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord

PENATALAKSANAAN

1 Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2 Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla

spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL

1 Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit

gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal

dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan

penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien

diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic

stretcherrsquo

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 2: lp injury spinal.docx

DEFINISI

Trauma spinal adalah injuricederatrauma yang terjadi pada spinal meliputi spinal collumna

maupun spinal cord dapat mengenai elemen tulang jaringan lunak dan struktur saraf pada

cervicalis vertebralis dan lumbalis akibat trauma berupa jatuh dari ketinggian kecelakaan

lalu lintas kecelakaan olah raga dan sebagainya Trauma spinalis menyebabkan

ketidakstabilan kolumna vertebral (fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra)

atau injuri saraf yang aktual maupun potensial (kerusakan akar-akar saraf yang berada

sepanjang medula spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi)

KLASIFIKASI

Klasifikasi cedera medulla spinalis berdasarkan lokasi cedera antara lain

a Cedera Cervikal

Lesi C1-C4

Pada lesi C1-C4 otot trapezius sternomastoideus dan otot platisma masih berfungsi Otot

diafragma dan interkostal mengalami paralisis dan tidak ada gerakan volunter (baik secara

fisik maupun fungsional) Di bawah transeksi spinal tersebut Kehilangan sensori pada

tingkat C1-C3 meliputi oksipital telinga dan beberapa daerah wajah

Pasien pada quadriplegia C1 C2 dan C3 membutuhkan perhatian penuh karena

ketergantungan terhadap ventilator mekanis Orang ini juga tergantung semua aktivitas

kebutuhan sehari-harinya Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator

mekanis tetapi dapat dilepas Jadi penggunaannya secara intermitten saja

Lesi C5

Bila segmenC5 medulla spinalis mengalami kerusakan fungsi diafragma rusak sekunder

terhadap edema pascatrauma akut Paralisis intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai

dengan depresi pernafasan Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan

dalam melakukan aktivitas seperti mandi menyisir rambut mencukur tetapi pasien

mempunyai koordinasi tangan dan mulut yang lebih baik

Lesi C6

Pada lesi segmen C6 distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan

edema asenden dari medulla spinalis Biasanya akan terjadi gangguan pada otot bisep

triep deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan Umumnya pasien

masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri bahkan masih dapat memakai dan

melepaskan baju

Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk

mengkompensasi otot abdomen dan interkostal Fleksi jari tangan biasanya berlebihan

ketika kerja refleks kembali Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa

perawatan dan perhatian khusus Pemindahan mandiri seperti berpakaian dan melepas

pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah makan mandi pekerjaan rumah yang ringan

dan memasak

Lesi C8

Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan

control vasomotor Hipotensi postural dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara

bertahap dari berbaring ke posisi duduk Jari tangan pasien biasanya mencengkram

Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri mandiri dalam berpakaian melepaskan

pakaian mengemudikan mobil merawat rumah dan perawatan diri

b Cedera Torakal

Lesi T1-T5

Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan diafragmatik Fungsi

inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks Hipotensi postural

biasanya muncul Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici interoseus dan otot

lumrikal tangan seperti kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu

Lesi T6-T12

Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen Dari tingkat T6 ke bawah

segmen-segmen individual berfungsi dan pada tingkat 12 semua refleks abdominal ada

Ada paralisis spastik pada tubuh bagian bawah Pasien dengan lesi pada tingkat torakal

harus befungsi secara mandiri

Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah

T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas

T3 Aksilla

T5 Putting susu

T6 Prosesus xifoid

T7 T8 Margin kostal bawah

T10 Umbilikus

T12 Lipat paha

c Cedera Lumbal

Lesi L1-L5

Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu

L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari

bokong

L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha

L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel

L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha

L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel

d Cedera Sakral

Lesi S1-S6

Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari

telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi

meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek

posterior paha

e Klasifikasi berdasarkan keparahan

1 Klasifikasi Frankel

Grade A motoris (-) sensoris (-)

Grade B motoris (-) sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)

Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)

Grade E motoris (+) normal sensoris (+)

2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B hanya sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3

Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3

Grade E motoris dan sensoris normal

ETIOLOGI

1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar

2 Injuri atau jatuh dari ketinggian

3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada

air yang sangat dangkal

4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra

5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral

distraksi (stretching berlebih) penekanan

6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis

servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera

progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun

noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata

siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler

FAKTOR RESIKO

a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20

b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun

dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun

c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-

line skating hockey berselancar di atas salju

d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis

MANIFESTASI KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien

mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin

tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga

mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu

cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera

tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah

Nyeri pada area spinal atau paraspinal

Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki

Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)

Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis

hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)

Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma

Shock dengan kecepatan jantung menurun

Priapism

Kerusakan kardiovaskuler

Kerusakan pernapasan

Kesadaran menurun

Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di

bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek

spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada

keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika

berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di

bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel

berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra

b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal

c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah

atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord

PENATALAKSANAAN

1 Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2 Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla

spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL

1 Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit

gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal

dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan

penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien

diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic

stretcherrsquo

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 3: lp injury spinal.docx

Pada lesi segmen C6 distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan

edema asenden dari medulla spinalis Biasanya akan terjadi gangguan pada otot bisep

triep deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan Umumnya pasien

masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri bahkan masih dapat memakai dan

melepaskan baju

Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk

mengkompensasi otot abdomen dan interkostal Fleksi jari tangan biasanya berlebihan

ketika kerja refleks kembali Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa

perawatan dan perhatian khusus Pemindahan mandiri seperti berpakaian dan melepas

pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah makan mandi pekerjaan rumah yang ringan

dan memasak

Lesi C8

Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan

control vasomotor Hipotensi postural dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara

bertahap dari berbaring ke posisi duduk Jari tangan pasien biasanya mencengkram

Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri mandiri dalam berpakaian melepaskan

pakaian mengemudikan mobil merawat rumah dan perawatan diri

b Cedera Torakal

Lesi T1-T5

Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan diafragmatik Fungsi

inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks Hipotensi postural

biasanya muncul Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici interoseus dan otot

lumrikal tangan seperti kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu

Lesi T6-T12

Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen Dari tingkat T6 ke bawah

segmen-segmen individual berfungsi dan pada tingkat 12 semua refleks abdominal ada

Ada paralisis spastik pada tubuh bagian bawah Pasien dengan lesi pada tingkat torakal

harus befungsi secara mandiri

Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah

T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas

T3 Aksilla

T5 Putting susu

T6 Prosesus xifoid

T7 T8 Margin kostal bawah

T10 Umbilikus

T12 Lipat paha

c Cedera Lumbal

Lesi L1-L5

Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu

L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari

bokong

L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha

L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel

L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha

L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel

d Cedera Sakral

Lesi S1-S6

Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari

telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi

meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek

posterior paha

e Klasifikasi berdasarkan keparahan

1 Klasifikasi Frankel

Grade A motoris (-) sensoris (-)

Grade B motoris (-) sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)

Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)

Grade E motoris (+) normal sensoris (+)

2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B hanya sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3

Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3

Grade E motoris dan sensoris normal

ETIOLOGI

1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar

2 Injuri atau jatuh dari ketinggian

3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada

air yang sangat dangkal

4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra

5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral

distraksi (stretching berlebih) penekanan

6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis

servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera

progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun

noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata

siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler

FAKTOR RESIKO

a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20

b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun

dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun

c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-

line skating hockey berselancar di atas salju

d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis

MANIFESTASI KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien

mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin

tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga

mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu

cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera

tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah

Nyeri pada area spinal atau paraspinal

Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki

Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)

Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis

hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)

Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma

Shock dengan kecepatan jantung menurun

Priapism

Kerusakan kardiovaskuler

Kerusakan pernapasan

Kesadaran menurun

Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di

bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek

spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada

keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika

berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di

bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel

berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra

b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal

c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah

atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord

PENATALAKSANAAN

1 Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2 Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla

spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL

1 Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit

gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal

dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan

penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien

diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic

stretcherrsquo

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 4: lp injury spinal.docx

c Cedera Lumbal

Lesi L1-L5

Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu

L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari

bokong

L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha

L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel

L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha

L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel

d Cedera Sakral

Lesi S1-S6

Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari

telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi

meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek

posterior paha

e Klasifikasi berdasarkan keparahan

1 Klasifikasi Frankel

Grade A motoris (-) sensoris (-)

Grade B motoris (-) sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)

Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)

Grade E motoris (+) normal sensoris (+)

2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B hanya sensoris (+)

Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3

Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3

Grade E motoris dan sensoris normal

ETIOLOGI

1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar

2 Injuri atau jatuh dari ketinggian

3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada

air yang sangat dangkal

4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra

5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral

distraksi (stretching berlebih) penekanan

6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis

servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera

progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun

noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata

siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler

FAKTOR RESIKO

a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20

b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun

dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun

c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-

line skating hockey berselancar di atas salju

d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis

MANIFESTASI KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien

mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin

tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga

mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu

cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera

tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah

Nyeri pada area spinal atau paraspinal

Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki

Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)

Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis

hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)

Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma

Shock dengan kecepatan jantung menurun

Priapism

Kerusakan kardiovaskuler

Kerusakan pernapasan

Kesadaran menurun

Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di

bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek

spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada

keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika

berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di

bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel

berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra

b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal

c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah

atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord

PENATALAKSANAAN

1 Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2 Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla

spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL

1 Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit

gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal

dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan

penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien

diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic

stretcherrsquo

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 5: lp injury spinal.docx

5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral

distraksi (stretching berlebih) penekanan

6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis

servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera

progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun

noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata

siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler

FAKTOR RESIKO

a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20

b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun

dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun

c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-

line skating hockey berselancar di atas salju

d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis

MANIFESTASI KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien

mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin

tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga

mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu

cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera

tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah

Nyeri pada area spinal atau paraspinal

Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki

Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)

Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis

hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)

Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma

Shock dengan kecepatan jantung menurun

Priapism

Kerusakan kardiovaskuler

Kerusakan pernapasan

Kesadaran menurun

Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di

bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek

spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada

keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika

berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di

bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel

berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra

b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal

c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah

atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord

PENATALAKSANAAN

1 Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2 Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla

spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL

1 Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit

gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal

dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan

penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien

diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic

stretcherrsquo

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 6: lp injury spinal.docx

keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika

berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di

bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel

berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra

b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal

c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah

atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord

PENATALAKSANAAN

1 Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2 Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla

spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL

1 Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit

gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal

dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan

penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien

diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic

stretcherrsquo

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 7: lp injury spinal.docx

2 Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia

a Periksa vital signs

b Pasang rsquonasogastric tubersquo

c Pasang kateter urin

d Segera normalkan rsquovital signsrsquo

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen

monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada

neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam

kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis

3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells

tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban

yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi

4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup

ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau

posterior

5 Rehabilitasi

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah

rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash

fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia

o Kerusakan integritas kulit dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 8: lp injury spinal.docx

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi

komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan

trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian

antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam

waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang

belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat

berjalan kembali gt 50

PENGKAJIAN

A Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik

- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 9: lp injury spinal.docx

a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler

c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder

terhadap cedera medulla spinalis

g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang

terlibat (S2-S4)

h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat

traksi

i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom

j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan

paralisis

m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan

prosedur perawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung

disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal

Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil

RR = 12-20xmenit

Nadi = 60-100xmenit

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 10: lp injury spinal.docx

Pernafasan cuping hidung (-)

Retraksi dinding dada (-)

Bunyi nafas vesikuler

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

Rencana Tindakan

1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat

ditoleransi klien

2 Observasi TTV

3 Auskultasi suara nafas

4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)

5 Ajarkan teknik nafas dalam

6 Lakukan suction jika diperlukan

7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

dan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil

BGA dalam batas normal

pH 735-745

CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2) 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg

SaO2 95-99

Cyanosis (-)

CRT lt 2 detik

RR = 12-20xmenit

Suhu = 365 ndash 3750 C

Intervensi

1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler

2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit

3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien

4 Kolaborasi pemeriksaan BGA

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 11: lp injury spinal.docx

3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk

Tujuan jalan napas bersih

Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan

napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan

Rencana Tindakan

a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap

kemampuan batuk

b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)

R Menutup jalan nafas

c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur

R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia

d Lakukan suction bila perlu

R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

e Auskultasi bunyi napas

R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru

f Lakukan latihan nafas

R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret

g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R Mengencerkan sekret

h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah

i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi

4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan

sesorik

Tujuan Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi

mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas

Rencana Tindakan

a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam

R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam

b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan

kenyamanan pasien

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 12: lp injury spinal.docx

R Mencegah terjadinya dekubitus

c Beri papan penahan pada kaki

R Mencegah terjadinya foodrop

d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits

R Mencegah terjadinya kontraktur

e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari

R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur

f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien

R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan

g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints

R Memberikan pancingan yang sesuai

5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan

immobilitas penurunan sensorik

Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada

lokasi yang tertekan

Rencana Tindakan

a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel

b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus

c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi darah

e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien

R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit

f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam

dengan gerakan memutar

R Meningkatkan sirkulasi darah

g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari

R Mempercepat proses penyembuhan

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 13: lp injury spinal.docx

6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau

kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera

medulla spinalis

Tujuan Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan

distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b Kaji intake dan output cairan

R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder

c Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu

bantuan dalam pengeluaran urine

d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya

e Cek bladder pasien setiap 2 jam

R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas

R Mengetahui adanya infeksi

g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi

7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder

terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-

S4)

Tujuan Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk

Rencana tindakan

a kaji pola eliminasi bowel

R Menentukan adanya perubahan eliminasi

b b Berikan diet tinggi serat

R Serat meningkatkan konsistensi feses

c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi

R Mencegah konstipasi

d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen

R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 14: lp injury spinal.docx

e Hindari penggunaan laktasif oral

R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R Meningkatkan pergerakan peritaltik

g Berikan suppositoria sesuai program

R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt

traksi

Tujuan Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan

cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi

dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu

Rencana tindakan

a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri

misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-

R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau

kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat

dingin sesuai indikasi

R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain

menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan

c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan

nafas dalam

R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan

kemampuan koping

d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)

analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)

R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas

dan meningkatkan istrirahat

9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis

sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis

Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 15: lp injury spinal.docx

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten

R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat

R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan

Tujuan Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari

aspirasi makanan dan minuman

Intervensi

1 kaji status pernapasan tiap jam

R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya

sekret

2 lakukan suction

R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi

3 miringkan pasien untuk drainase

R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas

4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen

dan pencegahan hipoksia

5 Kolaborasi Pemberian oksigen

R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan

hipoksia

11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Tujuan Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 16: lp injury spinal.docx

Kriteria Hasil

Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui

hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg

Intervensi

1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

2 Kaji bising usus bila perlu

R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui

kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein

R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan

4 Timbang berat badan sesuai protokol

R mengetahui status nutrisi

Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang

Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil

Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih

iritasi kulit (-)

Intervensi Rasional

1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas

sehari-hari

2 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas BABBAK

membersihkan tempat tidur dan kebersihan

diri juga oral hygiene

3 Libatkan keluarga dalam

perawatan diri sehari-hari

1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

secara adekuat dapat membantu proses

kesembuhan

2 mempertahankan status

kesehatan dan kebersihan diri pasien

3 Keluarga dapat meningkatkan

motivasi pasien untuk melakukan aktivitas

kebersihan diri

Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan

penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi

Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil

Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan

keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 17: lp injury spinal.docx

Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kecemasan pasien

2 Jelaskan tentang aktifitas

kejang yang terjadi dan semua prosedur

tindakan yang akan dilakukan pada pasien

3 Ajarkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya

4 Gunakan komunikasi dan

sentuhan terapeutik

1 Tingkat kecemasan yang berbeda

butuh penanganan yang berbeda pula

2 Dengan mengetahui semua

prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan

merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang

3 Ekspresi perasaan secara verbal

dapat membantu mengurangi rasa cemas

4 Memberikan ketenangan rasa

nyaman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI

Page 18: lp injury spinal.docx

1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-

andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses

tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB

2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses

dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-

kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB

3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC

4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC

5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta

EGC

6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini

wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_

mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945

WIB

7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis

httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-

medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB

8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-

Cervikal

9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-

402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni

2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3

Jakarta EGC

12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC

13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC

14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company

15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI