HUBUNGAN ANTARA JARAK KEHAMILAN DAN STATUS GIZI DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BIDAN PRAKTEK SWASTA...
-
Upload
ratu-erika-sarah -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of HUBUNGAN ANTARA JARAK KEHAMILAN DAN STATUS GIZI DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BIDAN PRAKTEK SWASTA...
HUBUNGAN ANTARA JARAK KEHAMILAN DAN STATUS GIZI
DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BIDAN PRAKTEK SWASTA
NYONYA DESSY JALAN SLAMET RIYADI IV PAHOMAN BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2013
(skripsi)
Oleh
IGUS ULFA YAZE
1018011012
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2014
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA JARAK KEHAMILAN DAN STATUS GIZI
DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BIDAN PRAKTEK
SWASTA NYONYA DESSY JALAN SLAMET RIYADI IV PAHOMAN BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
Oleh
IGUS ULFA YAZE
Anemia dalam kehamilan memberi dampak buruk bagi ibu maupun janin, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Salah satu faktor yang menjadi faktor resiko anemia dalam kehamilan adalah jarak kehamilan dan status gizi ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dan status gizi terhadap anemia dalam kehamilan. Jenis penelitiaan ini adalah metode analitik-korelatif dengan pendekatan cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Bidan Praktek Swasta jalan Slamet Riyadi IV Pahoman Bandar Lampung pada bulan November tahun 2013. Jumlah saampel dalam penelitian ini berjumlah 72 orang dengan tekhnik pengambilan sampling dengan metode purposive sampling. Jarak kehamilan didapatkan dengan wawancara sedangkan status gizi dan kadar hb ibu hamil didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung indeks masa tubuh dan hb meter.
Dari hasil analisis menggunakan chi-square, didapatkan p = 0,003 untuk jarak kehamilan dengan anemia, sedangkan untuk status gizi dengan anemia p = 0,031.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan jarak kehamilan dan status gizi dengan anemia pada ibu hamil (p < 0,05).
Kata kunci : anemia dalam kehamilan, ibu hamil, jarak kehamilan, status gizi.
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN NUTRIENT STATUS AND PREGNANCY SPACE ON PREGNANT WOMEN WITH ANEMIA IN
PRIVATE MIDWIVES-PRACTICE ON SELAMET RIYADI IV STREET PAHOMAN BANDAR LAMPUNG
By
IGUS ULFA YAZE
Anemia in pregnancy give bad impact for both mother and fetus, either during pregnancy, childbirth, porturition, and the further step. One of thefactor that becomes a risky factor on anemia in pregnancy is pregnancy space and nutritent status of the mother.
This research aims to know the correlation between pregnancy space and nutritient statuson anemia in pregnancy. This research is analytic-correlative method by using cross sectional approach. The population in this research is pregnant mothers whom check thier pregnancy in private midwives-practice on Selamet Riyadi IV street, Pahoman,Bandar Lampung by November 2013. There are 72 samples using purposive sampling method to take the data. The range of pregnancy was obtained through interview , while nutritient status of pregnant women was obtained through direct measurement of body mass index and hemolgobin meter.
From the analysis using chi-square, it was found that p = 0.003 for pregnancy space with anemia, while p= 0,031 for nutritient statuswith anemia. From the result, it was found that the correlation between pregnancy space and nutrient status with anemia on pregnant mother is (p<0,05)
Keywords: Pregnancy space, Nutritional status , Anemia in pregnancy, Pregnant women.
SANWACANA
Bismilahirohmanirrohim…
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dan Status Gizi
Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Nyonya Dessy Jalan
Slamet Riyadi IV Pahoman Bandar Lampung Tahun 2013” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung;
2. dr. Azelia Nusadewiarti, M. PH, selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, perhatian, ilmu, motivasi, saran
dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. dr. Reni Zuraida, M. Si, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk
memberikan bimbingan, perhatian, ilmu, motivasi, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini;
4. dr. Hernowo AW, M. Kes, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima
kasih untuk segala masukan dan saran-saran yang sangat berarti dalam
penyempurnaan skripsi ini;
5. Bidan Praktek Swasta, terima kasih atas kerjasamanya dalam membantu
penulis dalam melakukan penelitian untuk skripsi ini;
6. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu kerjanya membantu penulis
dalam melakukan penelitian untuk skripsi ini;
7. Seluruh Staf Dosen/Pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah
wawasan yang menjadi landasan bagi masa depan dan cita-cita;
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi dan Tata Usaha Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya;
9. Yang tercinta Papa, Mama dan kakaku tersayang Falihul Jabbar atas kasih
sayang, segala doa yang tulus, kesabaran, keikhlasan, tanggung jawab,
motivasi dan dukungannya yang tak pernah surut dalam mendidik ananda;
10. Muhammad Fatir, terima kasih atas perhatian, dukungan, motivasi dan
kesabaran dalam menemani langkah saya selama ini;
11. Sahabat-sahabatku, Widya Handayani, Made Dwi Adnyani dan Meka Anggi
Dian Primadina terima kasih untuk persahabatan yang sangat berarti ini;
12. Rekan – rekan angkatan 2010, atas kebersamaannya dan bantuannya selama
ini;
13. Kakak-kakak 2002-2009 dan adik-adik 2011-2013 FK Unila, atas dukungan,
motivasi dan semangatnya;
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 2014
Igus Ulfa Yaze
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................... 3
1.4.1 Bagi Penulis............................................................................................ 3
1.4.2 Bagi Inatitusi Pendidikan........................................................................ 4
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia dalam kehamilan.................................................................................. 5
2.1.1 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil................. 6
2.1.2 Pengertian Anemia.................................................................................. 9
2.1.3 Anemia fisiologi dalam kehamilan....................................................... 10
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................................... 10
2.1.5 Klasifikasi anemia ibu hamil................................................................. 11
2.1.6 Bahaya anemia dalam kehamilan.......................................................... 12
2.1.6.1 Pengaruh anemia terhadap kehamilan........................................... 14
2.1.6.2 Akibat anemia terhadap kehamilan............................................... 14
2.1.7 Pencegahan anemia............................................................................... 15
2.2 Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil............. 16
2.3 Jarak Kehamilan.............................................................................................. 16
2.4 Status Gizi....................................................................................................... 18
2.4.1 Penilaian Status Gizi............................................................................. 20
2.4.2 Dampak Gizi Kurang pada Ibu Hamil.................................................. 23
2.5 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 27
2.5.1 Kerangka Teori .................................................................................... 27
2.5.2 Kerangka Konsep ................................................................................. 29
2.6 Hipotesis ......................................................................................................... 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1Desain Penelitian.............................................................................................. 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................... 30
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................... 30
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian....................................................................... 31
3.5 Definisi Oprasional......................................................................................... 32
3.6 Alat dan Cara Penelitian ................................................................................. 34
3.6.1 Alat Penelitian....................................................................................... 34
3.6.2 Cara Pengambilan data.......................................................................... 34
3.7 Alur penelitian................................................................................................. 35
3.8 Pengolahan dan Analisis Data......................................................................... 35
3.8.1 Pengolahan Data................................................................................... 35
3.8.2 Analisis Statistika ................................................................................. 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................................... 37
4.1.1 Kriteria Responden .............................................................................. 37
4.2 Anasila Univariat ........................................................................................... 39
4.2.1 Jarak Kehamilan ................................................................................... 39
4.2.2 Status Gizi berdasarkan IMT ............................................................... 39
4.2.3 Kadar Hemoglobin ............................................................................... 40
4.3 Analisa Bivariat .............................................................................................. 40
4.3.1 Distribusi Jarak Kehamilan dengan Anemia ........................................ 40
4.3.2 Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Anemia ............................... 41
4.4 Pembahasan .................................................................................................... 42
4.4.1 Analisa Univariat ................................................................................. 42
4.4.2 Analisa Bivariat .................................................................................... 45
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 49
5.2 Saran ............................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Total kenaikan berat badan yang disarankan selama kehamilan
IMT (kg/m²) ........................................................................................... 27
Tabel 2 Definisi Oprasional ................................................................................. 33
Tabel 3 Usia Responden ....................................................................................... 38
Tabel 4 Tingkat Pendidikan Responden .............................................................. 39
Tabel 5 Paritas Responden ................................................................................... 39
Tabel 6 Jarak Kehamilan Responden ................................................................... 39
Tabel 7 Status Gizi Responden ............................................................................ 40
Tabel 8 Kadar Hemoglobin Responden ............................................................... 40
Tabel 9 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Anemia .......................................... 41
Tabel 10 Hubungan Status Gizi dengan Anemia ................................................. 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori .................................................................................... 28
Gambar 2 Kerangka Konsep ................................................................................ 29
Gambar 3 Alur Penelitian ..................................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) pada tahun 2010 menunjukkan
bahwa ibu hamil yang terkena anemia mencapai 40%-50%. Prevalensi
anemia pada kehamilan di Provinsi Lampung adalah tertinggi di pulau
Sumatera. Tingginya jumlah anemia ibu hamil di provinsi Lampung yaitu
sebanyak 69,7% angka itu lebih tinggi dari angka anemia gizi nasional yaitu
sebanyak 63% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2010).
Menurut penelitian Melisa di jambi (2013) hasil prevalensi anemia ibu hamil
yaitu 51,5%. Proporsi anemia ibu hamil berdasarkan umur terbanyak pada
umur 20-30 tahun yaitu 79,4%, asupan tablet besi (Fe) tidak cukup 51,5%,
paritas multipara 63,2% dan pengetahuan baik 57,4%. Menurut penelitian
Noviza D (2006) yang dilakukan di Medan 80% ibu hamil dalam keadaan
anemia.
Menurut penelitian Silalahi M (2006) resiko kejadian anemia pada ibu hamil
yang mempunyai jarak kehamilan < 2 tahun adalah antara 1,284: 11,782 kali
dibanding ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan ≥ 2 tahun. Menurut
penelitian Agustini N, ibu hamil yang melahirkan di Kabupaten Labuhan
Batu pada tahun 2008 yang mengalami anemia berjumlah 86 orang dimana
yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 31 orang
(36,0%) dan yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal (BBLN)
sebanyak 55 orang (63,0%).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kejadian anemia pada ibu hamil yang dihubungkan dengan
jarak kehamilan dan satus gizi. Oleh karena itu peneliti memilih penelitian
dengan judul ”Hubungan antara jarak kehamilan dan status gizi dengan
anemia pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta (BPS) Jalan Selamet Riyadi
Pahoman Bandar Lampung pada bulan November 2013 ?”.
1.2 Rumusan Masalah
Lampung adalah salah satu provinsi dengan angka ibu hamil yang mengalami
anemia terbesar di Pulau Sumatra. Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil
di Provinsi Lampung di akibatkan oleh berbagai faktor penyebab, pada tahun
2010 sebanyak 69,7% ibu hamil yang mengalami anemia. Anemia
memberikan dampak negatif tidak hanya terhadap ibu hamil namun juga
kepada janin. Salah satu faktor tersebut adalah jarak kehamilan dan status gizi
ibu hamil. Jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun serta status gizi yang
yang kurang pada ibu hamil akan menyebabkan seorang ibu hamil mudah
mengalami anemia. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana
hubungan antara anemia dengan jarak kehamilan dan status gizi ibu hamil,
sehingga dirumuskan masalah : ”Adakah hubungan antara jarak kehamilan
dan status gizi dengan anemia pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta (BPS)
Jalan Selamet Riyadi Pahoman Bandar Lampung?”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dan status gizi dengan
kejadian anemia.
2. Tujuan Khusus :
i. Mengetahui distribusi frekuensi rata-rata jarak kehamilan
ii. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi ibu hamil
iii. Mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil di Bidan Praktek
Swasta (BPS) Jalan Selamet Riyadi Pahoman Bandar Lampung
iv. Mengetahui dan menganalisis hubungan jarak kehamilan dengan
anemia pada ibu hamil
v. Mengetahui dan menganalisis hubungan status gizi dengan anemia
pada ibu hamil
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi penulis
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian tentang
hubungan antara jarak kehamilan dan status gizi dengan anemia.
2. Menerapkan ilmu yang telah di dapatkan kepada masyarakat luas
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
memberikan informasi dan pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pelayanan dan penyuluhan bagi ibu hamil sehingga dapat mendeteksi
anemia secara dini
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit
yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran
prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam
berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya
kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun
pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester
2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,
terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan.
Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau
banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita
hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi
tidak hamil.
Beberapa penyebab anemia yaitu :
1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil,
masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti
tuberculosis dan infeksi lainnya.
3. Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid
yang berlebihan dan melahirkan.
2.1.1 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu
hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia.
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun,
mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan
paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah
kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah
gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan
sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas,
dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur
(WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan
atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang
Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai
ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah
mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan
sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain,
diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita
KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan
tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang
dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk
melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia
karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil,
kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi),
adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria,
TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap
infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak
mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya
bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin
terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit
infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan.
Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi
terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta
zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan
bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular
dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri
atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita
penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup
untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus
dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular
dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian
janin 30% (Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian
maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan
ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar
bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang
terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan
zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang
dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia
yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di
jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi.
Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil
dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010).
Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi
status anemia adalah tingkat pendidikan rendah
2.1.2 Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr %
pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II
(Cunningham,, 2005). Anemia pada kehamilan adalah anemia karena
kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara
20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai
dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut
anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
2.1.3 Anemia fisiologi dalam kehamilan
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 %
yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah
peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %
(Manuaba, 2010).
2.1.4 Patofisiologi
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan
biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003).
i. Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam
tubuh terutama disumsum tulang.
ii. Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
iii. Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
iv. Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi
dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah
merah baru yang sangat kecil (Mikrositik).
v. Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul
gejala - gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). Ibu
hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida Lubis, 2003).
2.1.5 Klasifikasi anemia ibu hamil
Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam kehamilan
diklasifikasikan menjadi:
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan
zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi
yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam
laktasi yang dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic
acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
Menurut Hudono (2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30
mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-
1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik
Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru.
d. Anemia Hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil
dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi
(Fe) serta asam folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet
pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan
makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat,
dan vitamin B12.
2.1.6 Bahaya anemia dalam kehamilan ( Manuaba, 2010)
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat
badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada
masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan
intranatal, syok, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan
komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor
rendah, gawat janin.
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan
terjadinya partus prematur, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosisdan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer A. dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi (Smith et
al., 2012). Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan his-
kekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus
terlantar, Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, Kala IV dapat
terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas :
Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum,
memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,
dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,
mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya
penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50%
meningka dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit yang
menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan
ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan
volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta
dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan.
Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012).
2.1.6.1 Pengaruh anemia terhadap kehamilan :
a) Abortus
b) Persalinan prematuritas
c) Hambatan tumbuh kembang janin
d) Mudah infeksi
e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
f) Heperemesis gravidarum
g) Perdarahan antepartum
h) Ketuban pecah dini
2.1.6.2 Akibat anemia terhadap kehamilan:
a) Abortus
b) Kematian intra uterine
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Cacat bawaan
g) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)
2.1.7 Pencegahan anemia
Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
a) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran
warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati.
b) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk,
tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan
zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita
hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan
bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau
untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami
kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapatkan
suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan
zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi
direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008). Penderita
anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih
cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan
konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu,
hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau,
sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam)
dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan
substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air
jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat
penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2004).
2.2 Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita
adalah jarak kelahiran pendek Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang
merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal. Jarak
kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan
yang berulang dalam waktu singkat akan mengurangi cadangan zat besi ibu.
Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting
untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali
tanpa harus mengurangi cadangan zat besi. Jarak kehamilan yang berdekatan
juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis,
yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagai kasih
sayang dari orang tuanya (Ammirudin, 2007).
2.3 Jarak Kehamilan
Pengertian jarak kehamilan
a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba, 2010)
b. Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan
kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya. (Depkes RI,
2008).
Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat
kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras
cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua
tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk
menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya
(Mardliyanti, 2006). Kematian maternal menjadi resiko tinggi jika terlalu
rapat jarak kelahiran. jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dan anemia beresiko
tinggi terhadap kematian maternal karena seorang ibu setelah melahirkan
memerlukan 2 atau 3 tahun untuk dapat memulihkan kondisi tubuhnya dan
mempersiapkan diri untuk persalinan yang berikutnya Ammirudin (2007).
Selepas masa nifas (masa setelah melahirkan), yang rata-rata berdurasi 40
hari, hubungan intim sudah mungkin dilakukan. Secara fisiologis, kondisi alat
reproduksi wanita sudah pulih. Tapi semuanya kembali pada kesiapan fisik
dan psikis, terutama dan pihak wanita. Tiga bulan setelah melahirkan, wanita
sudah bisa hamil lagi.Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat
berdekatan (dibawah 2 tahun) akan mengalami peningkatan resiko perdarahan
pada trimester ke-3, placenta previa, anemia, ketuban pecah dini,
endometriosis masa nifas, dan kematian saat melahirkan. Penelitian The
Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anak-anak yang
dilahirkan 3-5 tahun setelah kelahiran kakaknya, memiliki kemungkinan
hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi dari pada yang berjarak kelahiran kurang dan
2 tahun.
Jarak kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak
pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu
akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dan orang tuanya. Selain itu,
pelepasan sel telur (ovulasi) sering mendahului peristiwa haid pertama kali
(menarche) pada remaja yang masuk masa puber. Hal ini dapat menyebabkan
kehamilan pada gadis remaja yang telah masuk ke dalam aktivitas seksual
(Ammirudin,2007).
2.4 Status Gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil salah satu penyebabnya yaitu ibu yang
mengalami masalah gizi yaitu status gizi KEK yang disebabkan asupan
makan yang kurang, kurangnya pemanfaatan perawatan selama kehamilan
atau ANC (Ante Natal Care) pada ibu selama kehamilan berlangsung yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil tidak terpantau dengan baik
status gizi dan kadar Hb (Wahyudin, 2008). Gizi seimbang adalah pola
konsumsi makanan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu
untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat
dicapai, maka setiap orang harus mengkonsumsi minimal 1 jenis bahan
makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu karbohidrat, protein hewani
dan nabati, sayuran, buah dan susu (Fahriansjah, 2009).
Menurut Aryani Dwi (2004) status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasrkan
pengertian status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil
sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status
gizi ibu buruk dalam kehamilan akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, abortus dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu
hamil sangatlah perlu dilakukan. Masa hamil adalah masa dimana seorang
wanita memerlukan berbagai zat gizi yang jauh lebih banyak dari pada yang
diperlukan dalam keadaan biasa (Moehji, 2003).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan
yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan
ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar
untuk melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kematian
saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan
mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga
dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga ibu hamil dengan
KEK akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan
terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, serta
masalah perilaku. Seoarang ibu hamil juga memerlukan tambahan zat gizi besi
rata-rata 20 mg perhari, sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada
kondisi normal rata-rata 26 mg perhari (Lubis, 2003).
2.4.1 Penilaian Status gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik
yang bersifat objektif maupun subjektif kemudian dibandingkan dengan
standar yang tersedia. Penilaian keadaan gizi seseorang dengan
menggunakan beberapa metode yaitu metode konsumsi makanan,
pemeriksaan laboratorium, antropometri, dan pemeriksaan klinik. Penilaian
gizi terbagi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan secara tidak
langsung. Penilaian status gizi secara langsung terbagi atas empat yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung terbagi atas survey konsumsi makanan, statistik vital,
dan faktor ekologi (Gibson, 2005).
Cara penilaian status gizi yang digunakan pada penelitin ini adalah dengan
pengukuran antropometri, sebab selain digunakn dalam pemantauan status
gizi yang merupakan salah satu program gizi masyarakat di Indonesia,
antropometri juga memiliki beberapa keuntungan seperti :
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan untuk jumlah
sampel yang besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
3. Alatnya murah, mudah dibawah dan tahan lama.
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan
5. Dapat mendeteksi dan menggambarkan keadaan gizi di masa lampau
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi baik, kurang, dan gizi
buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas (Gibson, 2005).
Masa hamil adalah masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai zat
gizi yang jauh lebih banyak dari pada yang diperluka dalam keadaan biasa
(Moehji, 2003). Tujuan penataan gizi pada wanita hamil menurut Arisman
(2004) adalah untuk menyiapkan :
1. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, dan
mineral untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu.
2. Makanan padat kalori lebih banyak membentuk jaringan tubuh bukan
lemak
3. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku
selama hamil.
4. Perencanaan pertambahan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk
memenuhi dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi
dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup
energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak.
5. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi
yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah.
6. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan yang terjadi
selama kehamilan.
7. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan
namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi, protein, dan
beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi pada
trimester I meningkat secara minimal, kemudian sepanjang trimester II dan
III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi
tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu
seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara,
serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan
untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Lubis, 2003).
Banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka World Health
Organisation (WHO) menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal
sehari pada trimester I, 350 Kkal pada trimester II dan III (Lubis, 2003).
Menurut Arisman (2004) pertambahan berat pada trimester I sebaiknya 1-2
kg tiap minggu, sementara trimester II dan III sekitar 0, 34-0, 50 kg setiap
minggu. Meskipun begitu, pertambahan berat kumulatif wanita pendek
sekitar 8, 8-13, 6 kg mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar 15, 4-20, 4
kg dan yang memiliki berat badan berlebih pertambahan berat diperlambat
sampai 0, 3 kg/minggu (Arisman, 2004). Kebutuhan protein wanita hamil
juga meningkat bahkan mencapai 68% dari sebelum hamil. Jumlah protein
yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g
yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Bahan pangan
yang dijadikan sumber protei sebaiknya pangan yang bernilai biologi
tinggi seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya
(Lubis, 2003)
2.4.2 Dampak Gizi Kurang Pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, kematian
terhadap janin, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003). Wanita yang mulai hamil
ketika kondisi gizinya buruk berisiko melahirkan melahirkan dengan
berat badan lahir rendah sebesar 2-3 kali lebih besar dibanding
mereka yang berstatus gizi baik, dan kemungkinan bayi mati sebesar
1, 5 kali lebih besar (Arisman, 2004). Gizi dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemenuhan gizi zat-zat gizi adalah senyawa-senyawa
kimia yang terkandung dalam makanan yang pada gilirannya diserap
dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Path, 2004).
Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil, yaitu:
1. Faktor langsung
Pada umumnya para ahli berpendapat, bahwa gizi secara langsung
ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit
infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut
menurut Budiyanto (2003) antara lain:
a) Keterbatasan ekonomi, keterbatasan ekonomi yang berarti
tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik,
maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu. Produk pangan
(jenis dan jumlah makanan), jumlah macam makanan dan
jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan di
suatu negara atau daerah tertentu biasanya berkembang dari
pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat
tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
b) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan),
dimulai dari penyiapan, penyajian dan penyimpanan makanan
atau pangan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang
terkandung dalam bahan makanan tersebut tercemar atau tidak
higienis dan mengandung banyak kuman penyakit.
c) Pembagian makanan dan pangan, pembagian makanan dan
pangan di dalam masyarakat indonesia umumnya masih
dipengaruhi oleh adat atau tradisi, misalnya mereka masih
percaya bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan
dalam segala hal.
d) Kesukaan terhadap jenis makanan, dalam pemenuhan makanan
apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan
berakibat menurunnya pemenuhan gizi, atau sebaliknya akan
berlebih.
e) Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan
yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai
banyak pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam
yang didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan
di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat
yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
f) Kebiasaan makan, pada umumnya kebiasaan makan seseorang
tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola
makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan
pada seluruh keluarga.
g) Selera makan, selera makan juga akan mempengaruhi dalam
pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatannya. Selera makan dipicu oleh
sistem tubuh misal dalam keadaan lapar, dan dipicu oleh
pengolahan pangan serta penyajian makanan.
h) Pengetahuan gizi, kurangnya pengetahuan dan salah persepsi
tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan juga dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
2. Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan Keluarga
Tingkat pendidikan keluarga bukan satu-satunya faktor yang
menentukan kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan gizi keluarganya, namun faktor pendidikan dapat
mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang
diperolehnya melalui berbagai informasi.
b. Faktor Budaya
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan tertentu
yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi
bagi ibu hamil.
c. Faktor Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status
kesehatan dan gizi ibu hamil. Dimana sebagai tempat
masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi
kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga
preventif dan rehabilitatif.
d. Asupan Gizi Ibu Hamil Pada Kehamilan Trimester III
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita
sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi
perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola
makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim ibu.
Tabel 1. Total kenaikan berat badan yang disarankan selama kehamilan
IMT (kg/m²).
Kurus (IMT <18,5) 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu
Normal (IMT 18,5-22,9) 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
Overweight (IMT 23-29,9) 6,8-11,3 kg 0,4 kg/minggu
Obesitas (IMT >30) 0,2 kg minggu
Bayi kembar 15,9-20 15,9-20,4 0,7 kg/minggu
Sumber : RISKESDAS (2010)
Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada AKI (Angka
Kecukupan Gizi), Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai
68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan zat besi 200%-300%. Bahan
makanan yang dianjurkan harus meliputi 6 kelompok yaitu makanan yang
mengandung protein (hewani dan nabati), susu dan olahannya, roti dan
biji-bijian, buah dan sayuran yang kaya akan vitamin C, sayuran
berwarna hijau tua dan buah (Nanni, 2007). Pada masa kehamilan
trimester III (28-40 minggu), penatalaksanaan gizi pada ibu hamil
bertujuan mencapai status gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani
kehamilan dengan aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan
mental, serta memonitor kesehatan janin dan ibunya.
2.5 Kerangka Pemikiran
2.5.1 Kerangka Teori
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada
trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodelusi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
anemia pada ibu hamil adalah usia ibu, paritas, status gizi, jarak
kehamilan, ibu menderita penyakit, pendidikan dan sosial ekonomi
(Amiruddin, 2007).
Gambar 1 Faktor-faktor yang meneyebabkan anemia pada kehamialan
(modifikiasi Soebroto, 2009; Varney, 2007; Arisman, 2004).
Umur ibu
Paritas
Status Gizi
Jarak Kehamilan
Ibu Menderita Penyakit
Pendidikan
Sosial Ekonomi
Anemia pada Kehamilan
2.5.2 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2 Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
1. Ada hubungan antara jarak kehamilan dan status gizi dengan anemia pada
ibu hamil di Bidan Praktek Swasta (BPS) Jalan Selamet Riyadi Pahoman
Bandar Lampung.
2. Tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dan status gizi dengan anemia
pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta (BPS) Jalan Selamet Riyadi
Pahoman Bandar Lampung.
Jarak kehamilan dan Status gizi
Anemia dalam
kehamilan
Anemia
Tidak anemia
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik – korelatif dengan pendekatan
Cross Sectional, dimana data pengukuran jarak kehamilan, status gizi, dan
anemia pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta (BPS) Jalan Selamet Riyadi
Pahoman Bandar Lampung di ambil dalam waktu yang bersama (Dahlan,
2008).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Jalan
Selamet Riyadi Pahoman Bandar Lampung
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generelasisasi yang terdiri atas subyek atau obyek
penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditaraik kesimpulannya (Dahlan,
Keterangan : Zα=1,64
Zβ= 0,84
P2= 0,5
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Bidan Praktek
Swasta (BPS) Jalan Selamet Riyadi Pahoman Bandar Lampung.
Dalam penelitian ini menggunaka rumus
n1=n2=( Zα 2PQ + Zβ P1Q1+P2Q2)2
(P1-P2)2
n1=n2=( 1,64 2x 0,6x0,4 + 0,84 0,7x 0,3+0,5 x 0,5 )2
(0,7-0,5)2
= 72,25=72
Teknik pengumpulan sampel dengan cara consecutive sampling. Pada tekhnik
sampel ini pasien yang memiliki kriteria penelitian dijadikan subjek
penelitian dan pengambilan sampel berhenti di lakukan sampai jumlah sampel
terpenuhi (Sastroasmoro S, 2007).
Kriteria Inklusi :
1. Ibu hamil yang berkunjung melakukan ANC
2. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden
Kriteria Eksklusi :
1. Sakit kronis
2. Kehamilan pertama
3. Mengalami abortus pada kehamilan terakhir
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Jarak Kehamilan dan Status Gizi
2. Variabel terikat : Anemia
3.5 Definisi Oprasional
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini dan agar penelitian tidak
terlalu luas maka dibuat definisi oprasional sebagai berikut :
Tabel 2. Defisini oprasional
No.
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur
Skala
1. Anemia Kondisi ibu dengan kadar hemoglobin < 11gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5gr% pada trimester II (Sarwono, 2006).
Alat untuk mengukur Hb merek Easy touch
1.Anemia : kadar Hb < 11gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,5gr% pada trimester II2. Tidak anemia : kadar Hb > 11gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb > 10,5gr% pada trimester II
Ordinal
2. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan sebelumnya dengan kehamilan sekarang
HPHT dan tanggal lahir anak terakhir
1. < 2 tahun: anemia2. ≥ 2 tahun : normal(Amirudin, 2007).
Ordinal
3. Status gizi Rasio antara berat badan dalam kilogram dengan tinggibadan dalam meter kuadrat {BB/(TB)2}
Timbangan dan microtoice
1. < 18,5 kurus2. ≥ 18,5 normal(Swandi S, 2004).
Ordinal
3.6 Alat dan Cara Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut :
a) Alat tulis
b) Formulir untuk mencatat hasil pengukuran dan observasi
c) Alat pengukur Hb merek Easy touch
d) Kapas alkohol
e) Blood lancet
f) Alat penimbang berat badan
g) Microtoice
3.6.2 Cara pengambilan data
Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari
responden (data primer), yang meliputi :
1. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian
2. Pengisian informed consent dan check list
3. Penghitunganjarak kehamilan
4. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian.
5. Timbang berat badan
6. Ukur tinggi badan
7. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian.
3.7 Alur Penelitian
Gambar 3. Alur Penelitian
3.8 Pengolahan dan Analisis data
3.8.1 Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan
diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah
menggunakan program software
Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program
komputer ini terdiri beberapa langkah :
Pembuatan proposal, perijinan, koordinasi1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Pengolahan Data
Pengisian informed consent
Penghitungan jarak kehamilan
Pengukuran kadar anemia
Pengukuran Hb
Analisis dengan software
Pengukuran IMT
Pencatatan
i. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang
dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok
untuk keperluan analisis.
ii. Data entry, memasukkan data kedalam komputer
iii. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual
terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.
iv. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer
kemudian dicetak.
3.8.2 Analisis Statistika
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan
menggunakan program software dimana akan dilakukan 2 macam
analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.
i. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk menentukam distribusi frekuensi
variabel bebas dan variabel terikat.
ii. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dengan menggunakan uji statistik :
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi Square dengan
α=0,05. Apabila syarat-syarat penggunaan Uji Chi Square tidak terpenuhi
maka akan dilakukan uji alternatif yaitu Uji Fisher exact.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Jarak Kehamilan
dan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Bidan Praktek
Swasta jalan Slamet Riyadi IV Pahoman Bandar Lampung pada bulan
November - Desember tahun 2013. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
untuk menjadi responden berjumlah 72 orang.
4.1.1 Kriteria Responden
Karakteristik responden meliputi usia, tingkat pendidikan, dan paritas.
4.1.1.1 Usia Responden
Dari 72 responden sebanyak 45 orang (62%) berusia antara 20-30
tahun; sebanyak 22 orang (31%) berusia antara 30-40 tahun; dan
sebanyak 5 orang (7%) berusia kurang dari 20 tahun. Usia responden
disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Usia Responden
Usia Frekuensi Presentasi<20 tahun 5 7%
20-30 tahun 45 62%30-40 tahun 22 31%
Total 72 100%
4.1.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden sebagian besar tamatan SD sebanyak 29
orang (41%); responden yang berpendidikan SMP sebanyak 22 orang
(29%); rseponden yang berpendidikan SMA 14 orang (20%) dan yang
berpendidikan diploma/sarjana berjumlah 7 orang (10%). Tingkat
Pendidikan responden disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Frekuensi PresentasiSD 29 41%
SMP 22 29%SMA 14 20%
Perguruan Tinggi 7 10%Total 72 100%
4.1.1.3 Paritas Responden
Jumlah anak (paritas) responden terdiri dari 38 orang yang memiliki
anak 1-2 (62%); sebanyak 27 yang memiliki anak 3-4 (31%) dan
sisanya memiliki 5 anak sebanyak 7 orang (7%). Paritas responden
disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Paritas Responden
Paritas Frekuensi Presentasi1-2 anak 38 53%3-4 anak 27 37%>4 anak 7 10%
Total 72 100%
4.2 Analisa Univariat
4.2.1. Jarak Kehamilan
Dari 72 responden terdapat 26 orang (36%) yang memiliki jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun; 46 orang (63%) yang memiliki jarak
kehamilam lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Jarak Kehamilan Responden
Jarak Kehamilan Frekuensi Presentase
<2 tahun 26 36%>2 tahun 46 63%
Total 72 100
4.2.2 Satus Gizi berdasarkan IMT
Dari 72 orang responden terdapat 17 orang (23,6 %) yang status gizinya
kurang baik; 55 orang (76,4 %) yang status gizinya baik. distribusi status
gizi pada ibu hamil disajikan pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Status Gizi Responden
Status Gizi Frekuensi Presentasi<18 17 23,6%>18 55 76,4%
Total 72 100%
4.2.3 Kadar Hemoglobin (Hb)
Dari 72 orang responden terdapat 48 orang (66,7%) ibu yang mengalami
anemia; dan terdapat 24 orang (33,3 %) ibu yang tidak mengalami
anemia. distribusi jarak kehamilan pada ibu hamil disajikan pada Tabel 8
berikut ini:
Tabel 8. Kadar Hemoglobin Responden
Variabel Frekuensi PresentasiAnemia 48 66,7%
Tidak anemia 24 33,3%Total 72 100%
4.3 Analisa Bivariat
4.3.1. Distribusi Jarak Kehamilan dengan Anemia pada Kehamilan
Dari 72 orang responden terdapat 26 orang (36%) yang memiliki jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun. Responden yang mengalami anemia
sebanyak 23 orang (32%); dan yang tidak mengalami anemia sebanyak
3 orang (4%). Responden yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 2
tahun sebanyak 46 orang (64%). Dari jumlah tersebut terdapat 25 orang
(34%) diantaranya mengalami anemia; dan 21 orang lainnya (29%)
tidak mengalami anemia. Didapatkan nilai p=0,003 (p<0,05), artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Hubungan jarak kehamilan dengan
anemia disajikan pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Anemia
VariabelKadar Hb
Total p ORAnemia Tidak anemia
Jarak Kehamilan
<2 th 23 3 26 0,003 6,44>2 th 25 21 46
Total 48 24 72
4.3.2 Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Anemia
Dari 17 orang (23%) responden dengan status gizi yang kurang baik,
terdapat 15 orang (20%) diantaranya mengalami anemia; 2 orang (3%)
tidak mengalami anemia. Responden dengan status gizi yang baik
berjumlah 55 orang (76%), terdapat 33 orang (46%) diantaranya
mengalami anemia; 22 orang (30%) tidak mengalami anemia.
Didapatkan p=0,031, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hubungan staus gizi
dengan anemia disajukan pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Hubungan Status Gizi dengan Anemia
VariabelKadar Hb
Total p ORAnemia Tidak anemia
IMT<18 15 2 17 0,031 5,00>18 33 22 55
Total 48 24 72
4.4 Pembahasan
4.4.1 Analisa Univariat
Dalam penelitian ini didapatkan sebagian besar ibu hamil dengan usia
20-30 tahun sebanyak 45 orang (62%) jika dibandingkan dengan
Riskesdas tahun 2010 hasil ini cukup tinggi, jumlah ibu hamil yang
berusia 20-30 hanya sebesar 45,2%. Sebaliknya untuk ibu hamil yang
berusia antara 30-40 tahun dari hasil penelitian lebih rendah jika
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2010, dalam penelitian ini jumlah
ibu hamil yanng berusia antara 30-40 tahun sebanyak 22 orang (31%)
sedangkan hasil Riskesdas berjumlah 42,6%. Sama halnya dengan
jumlah ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun jumlah proporsi
dalam penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil
Riskesdas. Dari hasil penelitian, peneliti hanya mendapatkan 5 orang
(7%) sedangkan hasil Riskesdas berjumlah 26%.
Peneliti mendapatkan paritas ibu hamil sebanyak 28 orang dengan jumlah
anak 1-2 (38,8%) hasil ini berbeda dengan hasil Riskesdas tahun 2010
yang jauh lebih besar yaitu 56,1%. Pada ibu yang memiliki jumlah anak
3-4 hasil penelitian ini didapatkan 37,5% hasil ini lebih besar
dibandingkan dengan hasil Riskesdas yaitu sebesar 29,9%. Namun pada
ibu yang memiliiki anak >4 hasil ini hampir serupa dengan hasil
Riskesdas yaitu 9,7% dan 11,8%. Prevalensi di Provinsi Lampung, ibu
dengan jumlah anak 1-2 sebesar 54,4%; ibu dengan jumlah anak 3-4
sebesar 31,5% dan ibu dengan jumlah anak lebih dari 4 sebanyak 11,8%.
Tingkat pendidikan ibu dari hasil penelitian ini sebagian besar tamatan
SD sebanyak 29 orang (41%) berbeda dengan hasil Riskesdas tahun
2010, tingkat pendidikan ibu hamil didominasi oleh ibu yang
berpendidikan perguruan tinggi (25,7%) sedangkan dalam penelitian ini
ibu yang berpendidikan sampai jenjang perguruan tinggi hanya sebesar 7
orang (10%). Tingkat pendidikan ibu yang menyelesaikan sampei jenjang
pendidikan SMA sederajat hasil penelitian ini hampir sama dengan yang
didapatkan oleh Riskesdas tahun 2010 yaitu 20% dan 21,7%. Hasil yang
berbeda didapatkan pada tingkat penididikan ibu yang menyelesaikan
sampai jejang SMP yaitu 29% dan 2%.
Jarak kehamilan ibu hamil pada penelitaian ini didapatkan sebagian besar
memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun, yaitu sebanyak 46 orang
(63%) berbeda dengan hasil dara Riskesdas, tahun 2010 yaitu 32,9%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wara Fitria
tahun 2006 didapatkan hasil presentasi ibu hamil dengan jarak kehamilan
lebih dari 2 tahun sebesar 77,5% dan 22,5% ibu hamil dengan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Evhany tahun 2013 didapatkan presentasi ibu hamil dengan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun dan lebih dari 2 tahun yaitu 50% : 50%.
Hasil ini menunjukkan bahwa jarak kehamilan yang lebih dari 2 tahun
sudah mencapai kisaran 50% atau lebih. Jarak Kehamilan yang terlalu
dekat merupakan salah satu faktor resiko tinggi dalam kehamilan, jarak
kehamilan yang ideal adalah 2 tahun, jika di tinjau dari presentasi sampel
dari peneliltian ini sebagian besar ibu sudah mengerti resiko tinggi dalam
kehamilan terutama mengenai jarak kehamilan (Sarwono, 2009).
Analisa univariat status gizi ibu hamil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi baik yaitu sebanyak
55 orang (76%) berbeda dengan hasil data Riskesdas 2010 yang
didominasi dengan status gizi ibu yang kurang baik sebesar 66,8%. Hasil
berbeda juga didapatkan di Provinsi Lampung yang sebagian besar ibu
hamil memiliki status gizi baik sebesar 70,7%. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Swandi. S tahun 2004 hasil status gizi berdasarkan IMT
didapatkan jumlah ibu hamil dengan status gizi normal (IMT) yaitu
61,2% sedangkan ibu hamil dengan status gizi kurang baik hanya 38,8%.
Analisa univariat kadar Hb ibu hamil pada penelitian ini didapatkan hasil
kejadian anemia lebih besar yaitu sebanyak 48 orang (66,7%). Prevalensi
yang serupa didapatkan oleh penelitian yang dilakukan Wara Fitria tahun
2006 bahwa ibu hamil dengan anemia sebesar 62,5%. Hasil serupa juga
didapatkan oleh penelitian yang dilakukan Melisa tahun 2013 diketahui
ibu hamil yang mengalami anemia memiliki proporsi yang lebih besar
yaitu 51,5%. Data Riskesdas tahun 2010 didapatkan ibu hamil dengan
anemia sebesar 40-50% begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Marlapan tahun 2013 didapatkan hasil kejadian anemia dan tidak
anemia pada ibu hamil sebesar 50% : 50%.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviza tahun 2006 didapatkan ibu hamil mayoritas tidak anemia yaitu sebanyak 36 orang (60%) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati tahun 2011 jumlah ibu hamil dengan kadar Hb normal sebanyak 76,9%.
4.4.2 Analisa Bivariat
a. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia
Dari hasil analisa data, dapat diketahui jumlah responden yang
memiliki jarak kehamilan kurang dari 2 tahun terdapat 26 orang
(36%). Responden yang mengalami anemia sebanyak 23 orang (32%);
dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 3 orang (4%). Responden
yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sebanyak 46 orang
(63%). Dari jumlah tersebut terdapat 25 orang (34%) diantaranya
mengalami anemia; dan 21 orang lainnya (29%) tidak mengalami
anemia.
Berdasarkan hasil analisa bivariat analitik dengan menggunakan uji
chi-square, nilai p yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi
yang ditetapkan (α=0,05) dan nilai p pada penelitan ini adalah 0,003
dengan demikian hasil ini dinyatakan bermakna (Nugroho, 2005).
Oleh karena itu hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yang
menyatakan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan anemia
pada ibu hamil, dapat diterima.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Silalahi tahun 2006 terlihat
bahwa hasil analisis satatistik yang ditunjukkan adalah p<0,05 artinya
ada perbedaan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil
yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun dengan ibu hamil yang
mempunyai jarak kehamilan >2 tahun OR=3,889. Pada penelitian
yang dilakukan Nurhayati tahun 2011 didapatkan hsil ibu hamil
dengan anemia paling sering pada kelompok jarak kehamilan pendek
(jarak kehamilan <2 tahun) sebesar 29,5% dan kelompok jarak
kehamilan ideal (jarak kehamilan >2 tahun) yaitu sebesar 25,6%.
OR dalam penelitian ini didapatkan 6,44 hal ini berarti ibu yang
memiliki jarak kehamilan kurang dari 2 tahun akan mengalami 6,44
kali lebih beresiko untuk menjadi anemia dibandingkan ibu yang
memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun, hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Sarwono (2009) yang mengatakan jarak
kehamilan yang terlalu singkat akan menyebabkan terjadinya
penurunan cadangan zat besi pada ibu, hal ini terjadi akibat banyaknya
kebutuhan atau kehilangan zat besi selama kehamilan sebelumnya.
Sehingga sangat penting untuk memperpanjang jarak kehamilan agar
tidak terjadianya anemia pada ibu hamil, dengan demikian komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan dapat dicegah.
b. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisa bivariat analitik dengan menggunakan uji
chi-square diperoleh nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi yang
ditetapkan (α=0,05) dan nilai p dari penelitian ini adalah 0,031 dengan
demikian hasil ini dinyatakan bermakna (Nugroho, 2005). Artinya
terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan kejadian anemia pada
kehamilan, dapat diterima.
Hasil penelitain Swandi tahun 2004 proporsi kejadian anemia pada ibu
hamil yang status gizi normal (IMT) diatas 18 yaitu 61,2% sedangkan
ibu hamil dengan status gizi yang kurang (IMT) hanya 38,8%. Dari uji
statistik diperoleh nilai p=0,008 (p<0,05) artinya status gizi (ukuran
IMT) ada hubungan secara bermakna dengan kejadian anemia dengan
nilai OR=2,47 (95% CI 1.306–4.673), artinya ibu hamil yang status
gizinya atau ukuran IMT yang kurang dari 18 kebungkinan besar 2,47
kali menderita anemia dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia.
OR dalam penelitian ini didapatkan 5, hal ini berarti ibu yang
memiliki status gizi kurang akan mengalami 5 kali lebih beresiko
untuk anemia dibandingkan ibu yang memiliki status gizi yang baik,
hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arisman (2004)
yaitu pada orang yang mengalami kekurangan gizi akan
mengakibatkan mudah terserang anemia. Bentuk anemia yang dapat
terjadi pad orang yang mengalami kekurangan gizi dapat berupa
anemia zat besi, anemia akibat kekurangan vitamin E, asam folat,
vitamin B12 dan vitamin B6.
Anemia defisiensi besi diakibatkan oleh berkurangnya unsur utama
dalam sel darah merah yaitu zat besi yang menyebabkan menurunnya
produksi hemoglobin selain itu kekurangan zat besi dapat
mengakibatkan terjatinya penurunan produkso enzim progenitor
pembentuk sel darah yaitu erotropoetin. Kekurangan vitamin E dapat
menyebabkan anemia karena terjadi penurunan integritas dinding sel
darah merah sehingga sel darah merah sensitif terjadinya hemolisis.
Defisiensi asam folat atau anemia megaloblastik atau anemia
makrositik dapat menyebabkan anemia dengan cara penurunan
sintesis nukleoprotein yang berguna untuk proses pematanagan sel
darah merah dalam sum-sum tulang. Vitamin B12 menyebabkan
anemia yang biasanya disebut dengan anemia pernicious, proses
terjadi anemia sama seperti prosese terjadi anemia pada asam folat.
Namun, anemia ini biasanya disertai dengan gangguan sistem
pencernaan. Anemia siderotik atau anemia defisiensi vitamin B6
terjadi akibat berkurangnya produksi hemoglobin sebagaimana anemia
yang terjadi pada anemia defisiensi besi, perbedaannya hanya bisa
diketahui apabila dilakukan pengukuran serum besi. Apabila nilai
normal maka patut dicurigai anemia defisiensi B6.
Sehingga sangat penting untuk memperbaiki status gizi pada ibu hamil
agar tidak terjadinya anemia karena kondisi kehamilan sudah
mengakibatkan anemia relatif yang diakibatkan hipovolemia apabila
kondisi ibu dalam keadaan kurang gizi maka resiko untuk terjadi
anemia akan semakin besar.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Didapatkan responden dengan jarak kehamilam lebih dari 2 tahun, yaitu
sebanyak 46 orang (64%) dan yang memiliki jarak kehamilan kurang dari
2 tahun sebanyak 26 orang (36%).
2. Didapatkan responden yang memiliki status gizinya baik, yaitu sebanyak
55 orang (76,4%) dan yang status gizinya kurang baik sebanyak 17 orang
(23,6%).
3. Didapatkan responden mengalami anemia yaitu sebanyak 48 orang
(66,7%) dan ibu yang tidak mengalami anemia sebanyak 24 orang
(33,3%).
4. Terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada
kehamilan dengan nilai p=0,003. Didapatkan OR=6,44, artinya ibu hamil
dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun akan mengalami 6,44 kali
lebih beresiko untuk anemia dibanding ibu hamil dengan jarak kehamilan
lebih dari 2 tahun.
5. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada
kehamilan dengan nilai p=0,031. Didapatkan OR=5, artinya ibu hamil
yang memiliki status gizi yang kurang akan beresiko 5 kali lebih besar
untuk mengalami anemia dibandingkan ibu hamil yang memiliki status
gizi baik.
5.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan perlu dilakukan pembinaan mengenai faktor resiko
kehamilan khususnya mengenai jarak kehamilan dengan status gizi ibu
untuk mngurangi resikio terjadinya anemia
2. Bagi para ibu perlu melakukan perencanaan kehamilan dan ststus gizi
yang baik dengan cara memberikan jarak kehamilan yang tidak terlalu
rapat dan perbaikan status gizi
DAFTAR PUSTAKA
Agustin N, 2009. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008 [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara.
Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jigjakarta.
Amiruddin. 2007. Studi Kasus Kontrol Anemia Ibu Hamil. Journal Medical Unhas.
Anonim. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan. Jakarta: ( http://situs,kesrepro.info/kia/des/2004/kia01.htm
Arisman M.B. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Cetakan I, Jakarta : EGC, 2004. Hlm 147-11.
Aryani Dwi, 2014. Analisis Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi (Protein, Zat Besi, Vitamin C, Asam Folat, Vitamin B12) pada Penderita Penyakit Gangguan Saluran Pencernaan dan Hubungannya dengan Status Anemia di RSU PMI Bogor [Skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Umberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahar H. 2006. Infeksi, Perbaiki Gizi Ibu Hamil.
Cunningham, F. Gary (et.al). 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Darlin, 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat.Daur Kehidupan. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Hlm 8-29.
Departeman Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2010. Data Kesehatan Provinsi Lampung 2010. Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Fahriansjah, FW. 2009. Hubungan Karateristik Ibu Hamil Denagan Kejadian Anemia di Rumah Sakit Bersalin SITI KHADIJAH 1V MAKASSAR Periode
Januari – Desember2008.(http:// asramamedicafkunhas.blogspot.com/2009/04/hhubungan-karakteristik-ibu-hamil-dengan.html).
Gibson R.S. 2005. Principle of Nutritional Assesment : Antropometric Assesment to Body Size. Second Edition. New York. Oxford University Press. Hlm 252-8.
Herlina N, Djamilus F. 2006. Faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bogor. Jakarta.
Hudono, S. T., 2007. Penyakit Darah. Dalam : Prawirohardjo, S., Hanifa W., Abdul B. S., Trijatmo R., eds. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Kavle A Justin, Rebecca J. Stolztus, Water Frank, James M Tielsch, Sabra S. Kalfat, Laura Ranfield E., 2008, Assosiation between Anaemia during Pregnancy and Blood Loos at after Delivery Among Women With Vaginal Births In Pemba, Island, Zanzibar, Tanzania ; 2008 Journal List “JpopulNutr” w 26 (2) Juni. Available from ; http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3061267/
Lubis, Zulhaida. 2003. Jurnal Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirka.
Mansjoer A, dkk., 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Acsulapius.
Manuaba, IBG., 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC
Mardliyati, Etik. 2006. fortifikasi Garam dan Zat Besi, Strategi Praktis dan Efektif Menanggulangi Anemia Gizi Besi.
Melisa, dkk. 2013. Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Periode Maret - April 2013. Journal Medical Unja.
Moehji S. 2002. Ilmu Gizi II. Peranan Gizi dalam Berbagai Kurun Usia dalam
Nanni, 2007. Dampak Anemia dan Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil.
Noviza D, 2006. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan [Skripsi] Universitas Sumatera Utara.
Path, dkk. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Pertiwi, N. 2013. Hubungan Umur, Riwayat Obstetri dan Status Gizi dengan Kejadian Abortus pada Ibu Hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012.
Proverawati, A, Asfuah, S, 2009. Gizi untuk Kebidanan. Nuha Medika, Yokyakarta.
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Saifudin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP-SP
Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta.
Sastroasmoro S. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta; sagung Seto.
Silalahi M, 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu Hamil di Kabupaten Diari Tahun 2006 [Tesis] Universitas Sumatera Utara.
Smith, J. R. 2012. Postpartum hemorrhage. Departments of Obstetrics and Gynecology and Diagnostic Imaging. Medscape
Sopiyuddin, D. 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Seri 3. Jakarta : Sagung Seto
Swandi S. 2004. Hubungan Faktor Resiko Dengan Kejadian Anemia Sebagai Alternatif Penanggulanan Anemia Ibu Hamil Di Kota Sibolga Tahun 2004. [Tesis] Universitas Sumatera Utara.
Wahyudin. 2008, Studi Kasus Kontrol Anemia Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media.
Wara Fitria, 2006. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Status Anemia pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat [Skripsi] Institusi Pertanian Bogor.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
jarakkehamilan * kadarHb Crosstabulation
KadarHb
Totalanemia tidak
anemia
Jarak
kehamilan
<2 tahun 23 3 26
>2 tahun 25 21 46
Total 48 24 72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8,699a 1 ,003
Continuity Correctionb 7,232 1 ,007
Likelihood Ratio 9,640 1 ,002
Fisher's Exact Test ,004 ,003
Linear-by-Linear Association 8,578 1 ,003
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,67.
b. Computed only for a 2x2 table
BMI * kadarHb Crosstabulation
KadarHb
Totalanemia tidak
anemia
BMI<18 15 2 17
>18 33 22 55
Total 48 24 72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4,659a 1 ,031
Continuity Correctionb 3,475 1 ,062
Likelihood Ratio 5,312 1 ,021
Fisher's Exact Test ,040 ,027
Linear-by-Linear Association 4,594 1 ,032
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,67.
b. Computed only for a 2x2 table