Dessy Krissyena - Acp Bph

17
AFTER CARE PATIENT BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA Disusun Oleh : Dessy Krissyena 1320221128 Pembimbing : dr. Shofia Agung Priyanto, Sp.B, Msi.Med KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

description

ACP , after care patient, benign prostat hyperplasia, surgery, bedah

Transcript of Dessy Krissyena - Acp Bph

AFTER CARE PATIENTBENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

Disusun Oleh :Dessy Krissyena 1320221128

Pembimbing :dr. Shofia Agung Priyanto, Sp.B, Msi.Med

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHRUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWAPERIODE 16 Maret 2015 22 Mei 2015

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN ILMU BEDAH

After Care PatientsBenign Prostatic Hyperplasia

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu BedahRumah Sakit Umum Ambarawa

Disusun Oleh :Dessy Krissyena 1320.221.128

Telah disetujui oleh Pembimbing Nama Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med

Mengesahkan :Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah

dr. Hery Unggul W, Sp.B

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan After Care Patient yang berjudul Benign Prostatic Hyperplasia. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Ambarawa. Penulis berterimakasih kepada yang sebesar-besarnya kepada :1. dr. Hery Unggul W, Sp.B atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.2. dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med atas kesabaran dan bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Bedah di RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.

Ambarawa, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN2KATA PENGANTAR3DAFTAR ISI4BAB I LAPORAN KASUS5I.1 ANAMNESIS5I.2 PEMERIKSAAN FISIK6I.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG7I.4 RESUME9I.5 DIAGNOSA KERJA9I.6 PENATALAKSANAAN9I.7 PROGNOSIS10BAB II BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA 11II.1 DEFINISI11II.2 ANATOMI PROSTAT11II.3 EPIDEMIOLOGI12II.4 ETIOLOGI12II.5 PATOFISIOLOGI13II.6 MANIFESTASI KLINIS13II.7 PENATALAKSANAAN16BAB III AFTER CARE PATIENT 19DAFTAR PUSTAKA21

BAB ILAPORAN KASUS

IDENTITASNama:Ny. SJenis Kelamin:Laki-lakiUsia:55 tahunPekerjaan:KaryawanAlamat:AmbarawaTgl. Masuk RS: 20 April 2015

1. ANAMNESISAutoanamnesis tanggal 20 April 2015 Keluhan UtamaPasien sulit BAK sejak 3 hari terakhir.Keluhan TambahanSaat pasien mengedan BAK keluar darah segar dari anus.Riwayat Penyakit SekarangPasien laki-laki, berusia 55 tahun, datang ke Poli Bedah RSUD Ambarawa dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 3 hari SMRS, jika pasien ingin BAK harus mengedan (+), kencing tidak lampias (+), nyeri di abdomen bawah (+), mual (-), muntah (-), BAB (+) normal. Riwayat Penyakit DahuluHipertensi :DisangkalAsma :DisangkalDiabetes mellitus :DisangkalAlergi :DisangkalPasien menyangkal pernah kencing keluar pasir (-), kencing panas (-), kencing keluar darah (hematuri) disangkal (-), riwayat susah BAK 2 tahun laluRiwayat Penyakit KeluargaPasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami hal yang serupa dengan pasien.

2. PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaan umum/Kesadaran:sakit ringan/compos mentisTanda-tanda vitalTekanan darah:155/100 mmHgNadi:83 x/menitPernapasan:20 x/menitSuhu:36.9 CKepala:Normocephale, rambut hitam dengan distribusi yang merata dan tidak mudah dicabut.Mata:Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, eksophtalmus -/-Telinga:Bentuk normal, liang lapang, serumen (-), sekret (-).Hidung:Bentuk normal, sekret -/-, deviasi septum (-), edema konka -/-Tenggorokan:Faring tidak hiperemis, T1-T2 tenang.Mulut:Bentuk normal, sianosis (-).Leher:Lihat status lokalisThoraksCor:Inspeksi:Iktus kordis tidak terlihatPalpasi:Iktus kordis tidak kuat angkatPerkusi:Batas kanan jantung pada sela iga IV linea parasternalis dekstra. Batas kiri jantung pada sela iga V linea midklavikularis sinistra. Batas atas jantung pada sela iga II linea parasternalis sinistra.Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)Pulmo:Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamisPalpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-), krepitasi (-), massa (-)Perkusi : Sonor di kedua lapang paru depan dan belakangAuskultasi:Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Abdomen:Inspeksi : pembesaran pada perut bagian bawahAuskultasi:Bising usus (+) normalPerkusi : Timpani, pekak hati (+)Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada suprapubis, nyeri lepas (-), defans muskuler (-), massa (-), hepar dan lien tidak terabaEkstremitas:Akral hangat , edema , tremor

Status LokalisPemeriksaan RT: TSA baik, AR normal, prostat sedikit membesar, pada handscoen, darah (-), feses (-)

3. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan LaboratoriumTanggal pemeriksaan:20 April 2015PemeriksaanHasilNilai normal

Hemoglobin13.513.5-17.5 g/dL

Leukosit 7.34-10

Eritrosit4.744.5-5.8

Hematokrit40.240-50

MCV84.882-98

MCH28.5>=27

MCHC33.632-36

RDW12.810-16

Trombosit180150-400

PDW15.310-18

MPV9.77-11

Limfosit2.11.0-4.5

Monosit0.50.2-1.0

Granulosit4.7 (H)2-4

Limfosit%28.725-40

Monosit%5.82-8

Granulosit%64.550-80

PCT0.1550.2-0.5

Golongan DarahO

SGOT190-50

SGPT170-50

Ureum24.810-50

Kreatinin0.39 (L)0.62-1.1

HbsAgNon Reactive

GDS109 (H)70-100

USG ABDOMEN

Gambar 1. USG AbdomenKet : Nefrolitiasis kanan kiri Hipertrofi prostat secara sonografi (volume 49.19 ml)

4. RESUMEPasien laki-laki, 55 tahun, datang ke Poli Bedah dengan keluhan keluhan tidak bisa BAK sejak 3 hari SMRS, jika pasien ingin BAK harus mengedan (+), kencing tidak lampias (+), nyeri di abdomen bawah (+), mual (-), muntah (-), BAB (+) normal.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, status lokalis pada ileal kanan, suprapubik, dan ileal kiri tampak distensi (+), pada pemeriksaan RT didapatkan TSA baik, AR normal, prostatn sedikit membesar.Pada pemeriksaan penunjang, USG abdomen didapatkan nefrolitiasisi kanan dan kiri, serta hipertrofi prostat secara sonografi.5. DIAGNOSIS KERJAHiperplasia prostat suspek benigna + nefrolitiasis sinistra et dextra

6. PENATALAKSANAAN Pasang DC untuk mengeluarkan urinnya Infus RL 20 tpm Inj. Ketorolac 3x1 ampul Op. Prostatektomy Laporan Pembedahan

Tanggal:22 April 2015 (11.15 -12.00 WIB)Ahli anestesi:dr. Heru S, Sp.AnAhli bedah:dr. Shofia Agung P, Sp.B

OS terlentang dengan Spinal AnestesiDesinfeksi, lalu tutup dengan duk sterilInsisi suprapubik, lakukan prostatektomi, ditemukan bladder neck sklerosisPasang 3 waysJahit vesika urinariaPasang drainJahit luka lapis demi lapis sampai dengan kulitOperasi selesaiDiagnosa post operatif : BPH + Bladder Neck Sklerosis

Instruksi port operasi : Infus RL 20tpm Injeksi Cefotaxim 3x1g Injeksi Ketoroloc 3x30mg Tranexamic acid 3x500mg Traksi Spool NACl Boleh makan/minum

7. PROGNOSISQuo ad vitam:bonamQuo ad functionam:bonamQuo ad sanationam:bonamQuo ad cosmeticum:bonam

BAB IIBENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

2.1 DEFINISIBenign Prostat Hyperplasia (BPH) adalah suatu pembesaran prostat yang bersifat jinak.1

2.2 ANATOMI PROSTATProstat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25 inchi atau kira kira 3 cm, mengelilingi uretra pria.

Gambar 2. ProstatDalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat bersambung dengan leher bladder atau kandung kemih. Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat 2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian belakang.

2.3 EPIDEMIOLOGIDi Indonesia BPH merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi setelah batu saluran kemih. BPH ditemukan 20 % pada laki-laki dengan usia 60 tahun dan 43% pada usia 80 tahun. 2,3

2.4 ETIOLOGIPenyebab pasti BPH belum diketahui, namun ada beberapa hipotesis mengenai penyebab BPH. 2,3,4 Teori tersebut adalah : 41. Teori DihidrotestoteronPertumbuhan dari kelenjar prostat tergantung pada hormon testosteron. Hormon ini akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan dengan bantuan enzim 5 reduktase. DHT tersebut secara langsung memicu mRNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan prostat. Pada berbagai penelitian, aktivitas 5 reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal tersebut menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak daripada prostat normal.

2. Ketidakseimbangan Antara Estrogen TestosteronKadar testosteron menurun pada usia yang semakin tua, sedangkan kadar estrogen tetap. Sehingga kadar estrogen lebih tinggi dibandingkan testosteron. Estrogen berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat. Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.

3. Interaksi Stroma-EpitelTerdapat penelitian yang membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sell stroma tersebut dan menyebabkan proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.

4. Berkurangnya Kematian Sel ProstatPada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga menambah massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel.

5. Teori Stem CellDalam kelenjar prostat dikenal suatu stem sel, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH, diduga sebagai akibat ketidaktepatan aktivitas stem sel sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

Pembesaran prostat2.5 PATOFISIOLOGI

Refluks vesikoureterTerbentuk selula dan sakulaTrabekulasi Hipertrofi otot destrusorTerjadi perubahan anatomik buliBuli-buli berkontraksi lebih kuatTekanan intra vesika Aliran urin terhambatPenyempitan lumen uretra pars prostatika

Tekanan muara ureter

Divertikel buli

2.6 MANIFESTASI KLINIS - AnmnesisHal ini timbul akibat peningkatan intrauretra yang akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap, biasanya LUTS (Lower Urinary Track Syndrome). Keluhan LUTS terdiri atas obstruksi dan iritatif. Gejala obstruktyif meliputi hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitensi, miksi tidak puas, dan menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif meliputi frekuensi, nokturia, urgensi, dan disuri. 4Untuk menilai keparahan, WHO menyarankan International Prostatic Symtom Score (IPSS) yang terdiri dari 7 pertanyaan berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan mengenai kualitas hidup pasien.

Tabel 1. Skor IPSSTerdapat 3 derajat berdasarkan skor tersebut, yaitu :4,5Ringan: skor 0-7Sedang: skor 8-19Berat: skor 20-35Gejala pada saluran kemih atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis), dan demam (infeksi, urosepsis).4Gejala disaluran kemih bisa berupa hernia inguinalis atau hemoroid yang timbul akibat sering mengejan saat miksi sehingga terjadi penigkatan tekanan intraabdominal.4 Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli yang penuh dan teraba massa kistik di supra simpisis akibat retensi urin. Pemeriksaan colok dubur merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat, dan kecurigaan adanya keganasan. Pada pemeriksaan ini dapat menilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi, dan ada tidaknya nodul. 4,5Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.4

Gambar 3. Pemeriksaan Colok Dubur

Pemeriksaan labotaroriumSedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis. 4,5Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific. Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti: - Pertumbuhan volume prostat lebih cepat, - Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek,- Lebih mudah terjadinya retensi urine akut

- Pencitraan Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, Batu atau kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :1 kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis) memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish) penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buliPemeriksaan USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. 4,5

Pemeriksaan lainPemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur 4,5 residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri

2.7 PENATALAKSANAANTujuan terapi :4- memperbaiki keluhan miksi- meningkatkan kualitas hidup- mengurangi obstruksi infravesika- mengembalikan fungsi ginjal- mengurangi volume residu urin setelah miksi- mencegah progressivitas penyakit1. Watchful waitingPilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS