HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN...

93
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN X DI KABUPATEN BOGOR Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Annisa Tristiana NIM. 11141030000028 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Transcript of HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN...

Page 1: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN

DISMENORE PRIMER PADA SANTRI DI PONDOK

PESANTREN X DI KABUPATEN BOGOR

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Annisa Tristiana

NIM. 11141030000028

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 8 September 2017

Annisa Tristiana

Page 3: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER

PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN X DI KABUPATEN BOGOR

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Oleh

Annisa Tristiana

NIM. 11141030000028

Pembimbing 1

Pembimbing 2

dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT

NIP. 19660813 199103 1 003

dr. Marita Fadhilah, PhD

NIP. 19780314 200604 2 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 4: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore

Primer pada Santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor yang diajukan oleh

Annisa Tristiana (NIM 11141030000028), telah diujikan dalam sidang di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 19 September 2017. Laporan penelitian ini

telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran penguji, serta telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter.

Ciputat, 19 September 2017

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT

NIP. 19660813 199103 1 003

Pembimbing 1

dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT

NIP. 19660813 199103 1 003

Pembimbing 2

dr. Marita Fadhilah, PhD

NIP. 19780314 200604 2 001

Penguji 1

dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT

NIP. 19780507 200501 1 005

Penguji 2

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

NIP. 19780402 200901 2 003

Pimpinan Fakultas

Dekan FKIK UIN Jakarta

Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes

NIP. 19650808 198803 1 002

Kaprodi PSKPD UIN Jakarta

dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS, PhD

NIP. 19721103 200604 1 001

Page 5: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.,

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga laporan penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Sholawat serta salam

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman

kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa

bantuan dan dukungan dari pihak terkait. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Atun Chotimatun, Agus Gartiwan, Ary Sabaryanto (alm),

Hilda Heciriana, Drs. Amiruddin, dan Ii Aisyah yang selalu memberikan motivasi

untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

2. Kementerian Agama Republik Indonesia selaku penyedia program beasiswa

santri berprestasi (PBSB).

3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT dan dr. Marita Fadhilah, PhD selaku Pembimbing

yang telah memberikan arahan dan saran dalam penelitian ini.

6. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT dan drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku

Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam laporan penelitian ini.

7. Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD selaku Penanggung Jawab Riset Program

Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang telah memberikan

dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

8. dr. Ana Raudhah selaku dosen Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

yang telah membantu dalam pengambilan data untuk keperluan penelitian ini.

9. Bapak Agus Fatkhullah selaku Pembina CSSMoRA yang telah memberikan

dukungan kepada seluruh santri PBSB.

Page 6: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

vi

10. Kakak tercinta, Yudistira Paramayudha, S.Kom I dan Muhammad Rifqi Adiasya,

S.Psi yang telah memberi motivasi untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

11. Seluruh keluarga besar H. E. Moh Iyus Kosasi dan Tati Sungkono yang telah

memberi dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

12. Moch Rizki Ramadhan yang selalu membantu dan memberikan dukungan penuh

untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

13. Tasya Yutsna Istiqomah, S.E yang selalu memberikan dukungan penuh dalam

penyelesaian laporan penelitian ini.

14. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

15. St. Rafida Ali, Syahriani Syukri, Sri Nur Shadrina, dan Ayu Rizki Saputri selaku

teman seperjuangan dalam penelitian ini yang telah berjuang bersama dan

memberi dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

16. Teman-teman CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat

untuk segera menyelesaikan laporan penelitian ini.

17. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk laporan

penelitian ini agar ke depannya dapat jauh lebih baik. Besar harapan penulis bahwa

laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga penelitian

yang telah dilakukan ini menghasilkan ilmu yang diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT.

Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, 8 September 2017

Penulis

Page 7: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

vii

ABSTRAK

Annisa Tristiana. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan

Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok

Pesantren X di Kabupaten Bogor. 2017.

Latar Belakang: Dismenore merupakan nyeri yang dirasakan saat haid, terutama pada

usia remaja. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi dismenore primer adalah aktivitas

fisik. Santri dipilih sebagai subyek penelitian dikarenakan belum ada penelitian serupa

yang berfokus pada santri. Tujuan: Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian

dismenore primer pada santri. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik

observasional cross sectional. Setelah mengisi lembar persetujuan, seluruh sampel

mengisi kuesioner aktivitas fisik (IPAQ) dan kuesioner dismenore (N = 86). Hasil:

Riwayat dismenore primer pada santri sebesar 88,4%. Santri yang melakukan aktivitas

fisik ringan dan mengalami dismenore primer sebesar 58,1%. Santri yang melakukan

aktivitas fisik sedang dan mengalami dismenore primer sebesar 23,3%. Santri yang

melakukan aktivitas fisik berat dan mengalami dismenore primer sebesar 7%. Tidak

terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri (p

= 0,372). Simpulan: Aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kejadian dismenore

primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.

Kata kunci: aktivitas fisik, dismenore primer, santri

ABSTRACT

Annisa Tristiana. Medical Doctor and Physician Profession Study Program.

Relation of Physical Activity with Primary Dysmenorrhea Prevalence at Santri in X

Boarding School in Bogor District. 2017.

Background: Dysmenorrhea is a pain that is felt during menstruation, especially in

adolescence. One of aspects that can affect primary dysmenorrhea is physical activity.

Santri was chosen as the subject of research because there has been no similar research

focused on santri. Objective: To determine the relation between physical activity with

the prevalence of primary dysmenorrhea in santri. Method: This study used cross

sectional observational analytic design. All respondents filled in the physical activity

questionnaire (IPAQ) and dysmenorrhea questionnaire (N = 86). Result: The history of

primary dysmenorrhea in santri was 88.4%. A total of 58.1% students who performed

light physical activity experienced primary dysmenorrhea. While 23.3% students who

performed moderate physical activity experienced primary dysmenorrhea. Seven percents

students who performed heavy physical activity experienced primary dysmenorrhea.

There was no relation between physical activity and primary dysmenorrhea prevalence in

santri (p = 0.372). Conclusion: Physical activity is not related to the prevalence of

primary dysmenorrhea among santri in X Boarding School in Bogor District.

Keywords: physical activity, primary dysmenorrhea, santri

Page 8: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 2

1.3. Hipotesis ................................................................................................................ 3

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 3

1.4.1. Tujuan Umum .................................................................................................. 3

1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................................................. 3

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 3

1.5.1. Manfaat bagi Peneliti ....................................................................................... 3

1.5.2. Manfaat bagi Institusi ...................................................................................... 3

1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4

2.1. Landasan Teori ...................................................................................................... 4

2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita ................................................................ 4

2.1.2. Fisiologi Reproduksi Wanita ........................................................................... 6

2.1.3. Dismenore ...................................................................................................... 11

2.1.4. Aktivitas Fisik ................................................................................................ 20

2.1.5. Santri .............................................................................................................. 26

2.1.6. Pesantren ................................................................................................................. 27

2.2. Kerangka Teori ..................................................................................................... 29

2.3. Kerangka Konsep .................................................................................................. 30

2.4. Definisi Operasional ............................................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 32

3.1. Desain Penelitian .................................................................................................. 32

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 32

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 32

Page 9: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

ix

3.3.1. Populasi Target ............................................................................................... 32

3.3.2. Populasi Terjangkau ....................................................................................... 32

3.3.3. Sampel ............................................................................................................ 32

3.4. Besar Sampel ........................................................................................................ 32

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................ 33

3.6. Kriteria Pemilihan Sampel .................................................................................... 33

3.6.1. Kriteria Inklusi ............................................................................................... 33

3.6.2. Kriteria Eksklusi ............................................................................................ 34

3.7. Alur Penelitian ...................................................................................................... 34

3.8. Cara Kerja Penelitian ............................................................................................ 35

3.9. Manajemen Data ................................................................................................... 36

3.9.1. Pengolahan Data ............................................................................................ 36

3.9.2. Analisis Data .................................................................................................. 36

3.10. Etika Penelitian ................................................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 38

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dismenore ............................................ 38

4.1.1. Uji Validitas ................................................................................................... 38

4.1.2. Uji Reliabilitas ............................................................................................... 38

4.2. Jumlah Responden Yang Memenuhi Kriteria Inklusi ........................................... 39

4.3. Analisis Univariat ................................................................................................. 39

4.4. Analisis Bivariat .................................................................................................... 43

4.5. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 46

5.1. Simpulan ............................................................................................................... 46

5.2. Saran ..................................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 47

LAMPIRAN ................................................................................................................... 51

Page 10: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Tampak Posterior ...................... 4

Gambar 2.2. Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Potongan Midsagital .................. 6

Gambar 2.3. Siklus Ovarium ............................................................................................ 9

Gambar 2.4. Regulasi Hormon pada Siklus Ovarium dan Uterus .................................. 10

Gambar 2.5. Penyebab Nyeri pada Dismenore ............................................................... 15

Gambar 2.6. Manajemen Tatalaksana Dismenore Primer .............................................. 18

Page 11: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Aktivitas Fisik Sedang dan Berat ................................................. 21

Tabel 2.2. Definisi Operasional ....................................................................................... 30

Tabel 4.1. Karakteristik Responden ............................................................................... 39

Tabel 4.2. Hasil Analisis Univariat Riwayat Menstruasi ............................................... 40

Tabel 4.3. Hasil Analisis Univariat Gejala Penyerta Saat Menstruasi ........................... 42

Tabel 4.4. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dismenore Primer ................. 44

Page 12: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

xii

DAFTAR SINGKATAN

AFSM Asian Federation of Sports Medicine

AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

CDC Centers for Disease Control and Prevention

FSH Folicle Stimulating Hormone

GPAQ Global Physical Activity Questionnaire

IPAQ International Physical Activity Questionnaire

LH Luteinezing Hormone

LUNA Laparoscopic Uterine Nerve Ablation

MET Metabolic Equivalent

NO Nitric Oxide

PAF Platelet Activating Factor

PSI Prostaglandin Synthase Inhibitors

USG Ultrasonografi

WHO World Health Organization

Page 13: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) ................................. 51

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Etik (Ethical Approval) .............................................. 53

Lampiran 3. Persetujuan Penggunaan IPAQ ................................................................... 54

Lampiran 4. Kuesioner (IPAQ dan Kuesioner Dismenore) ........................................... 55

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Dismenore ................................................... 67

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dismenore ............................................... 71

Lampiran 7. Rincian Kriteria Eksklusi pada Responden ................................................. 74

Lampiran 8. Hasil Analisis Univariat .............................................................................. 75

Lampiran 9. Hasil Analisis Bivariat ................................................................................ 79

Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti ......................................................................... 80

Page 14: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dismenore adalah nyeri yang dirasakan saat haid. Dismenore merupakan

salah satu penyebab nyeri pelvis kronik. Latthe, et al pada World Health

Organization (WHO) systematic review menyebutkan prevalensi kejadian

dismenore sekitar 16,8% – 81% untuk menyebabkan terjadinya nyeri pelvis

kronik.1 Penelitian Zegeye, et al (2009) di Ethiopia menyebutkan bahwa 72%

remaja perempuan usia 14 – 19 tahun mengalami dismenore.2 Menurut Jang, et al

(2013), 58,8% penduduk wanita Vietnam yang tinggal di Korea Selatan mengalami

dismenore.3

Menurut Mulastin (2010), 64,25% perempuan usia produktif di Indonesia

mengalami nyeri saat haid. Thomas dan Magos (2009) menyebutkan prevalensi

remaja perempuan Indonesia yang mengalami dismenore antara 43% - 93%.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, et al (2013) menunjukkan bahwa 87,7%

remaja di Surakarta mengalami nyeri saat haid.4

Dismenore diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan

dismenore sekunder. Hal yang membedakannya terletak pada ada atau tidaknya

kelainan pada panggul. Dismenore primer merupakan nyeri saat haid yang

dirasakan tanpa disertai dengan kelainan pada panggul.5 Dismenore primer

merupakan masalah yang cukup krusial bagi para remaja perempuan karena dapat

mengganggu aktivitas. Dismenore primer menyebabkan mual, muntah, diare, sakit

kepala, lemas, dan nyeri punggung sehingga dapat menurunkan konsentrasi dalam

belajar.6 Nyeri saat haid juga dapat mengganggu aktivitas sosial karena saat

mengalami nyeri, penderita cenderung diam bahkan tidak ingin berinteraksi dengan

orang lain, atau justru cenderung lebih emosi.7

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan dismenore primer antara

lain usia <20 tahun, upaya untuk menurunkan berat badan, depresi/ kecemasan,

gangguan hubungan sosial (faktor sosioekonomi), menstruasi berat (pengeluaran

darah menstruasi sangat banyak), nulliparitas, merokok, konsumsi alkohol, dan

aktivitas fisik.8 Aktivitas fisik dapat menurunkan kejadian dismenore primer

Page 15: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

2

dengan meningkatkan sekresi endorfin. Hal ini dapat menjadi analgesik non

spesifik pada perempuan dengan dismenore primer.9

Dismenore primer menyerang siapa saja remaja perempuan, termasuk

santri. Santri merupakan orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di

sebuah pondok pesantren.10 Menurut data pendidikan Islam tahun 2011 – 2012,

jumlah santri adalah 3.759.198 orang yang tersebar di 27.230 pondok pesantren di

seluruh Indonesia, terdiri dari 1.886.748 santri laki-laki dan 1.872.450 santri

perempuan.11 Dari data tersebut diketahui bahwa 49,81% santri di Indonesia

merupakan santri perempuan yang mungkin saja memiliki kecenderungan

mengalami dismenore primer dan berisiko terganggu aktivitasnya. Hal ini

dikhawatirkan akan berpengaruh pada kualitas santri ke depannya.

Sudah banyak penelitian sebelumnya yang membahas tentang hubungan

aktivitas fisik dengan dismenore primer, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Penelitian tersebut berfokus pada remaja SMA/ SMK dan mahasiswi. Belum ada

penelitian yang berfokus pada santri, sehingga sampai saat ini belum ada upaya

preventif nyata yang dilakukan untuk mencegah dismenore primer pada santri.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara aktivitas

fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri di pesantren sehingga hasil

penelitian ini nantinya dapat dijadikan pengetahuan untuk mencegah kejadian

dismenore primer pada santri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat aktivitas fisik pada santri perempuan di Pondok Pesantren

X di Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di

Kabupaten Bogor?

3. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore

primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor?

Page 16: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

3

1.3. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer

pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

1. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore

primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya tingkat aktivitas fisik santri perempuan di Pondok Pesantren X

di Kabupaten Bogor.

2. Diketahuinya prevalensi dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X

di Kabupaten Bogor.

3. Diketahuinya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian

dismenore primer pada santri.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan tentang hubungan antara tingkat aktivitas fisik

dengan kejadian dismenore primer pada santri.

2. Menambah pengetahuan tentang prevalensi dismenore primer pada santri.

1.5.2. Manfaat bagi Institusi

1. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan

dismenore primer melalui aktivitas fisik.

Page 17: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia interna dan genitalia eksterna.

Organ genitalia interna mencakup ovarium dan sistem duktus yang mayoritas

terdapat di daerah rongga pelvis.12

Gambar 2.1 Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Tampak Posterior Sumber: Marieb, 2013

a. Ovarium

Ovarium merupakan organ tempat terjadinya pembentukan ovum.13

Ovarium berbentuk seperti almond dan terletak dekat dengan dinding lateral pelvis,

tepat di inferior dari apertura pelvis superior.13 Setiap ovarium ditopang oleh

beberapa ligamen, antara lain ligamentum suspentorium, ligamentum ovarii, dan

mesovarium. Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarii yang merupakan cabang dari

arteri uterina.12

b. Uterus 13

Uterus merupakan organ yang memiliki dinding berupa otot yang tebal.

Uterus terdiri dari corpus uteri dan cervix uteri. Corpus uteri merupakan bagian

Page 18: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

5

uterus yang menjadi tempat implantasi blastocystis. Pada bagian inferior uterus

akan bergabung dengan vagina.

c. Tuba Uterina 13

Tuba uterina berbentuk memanjang dari setiap sisi superior corpus uteri

menuju dinding lateral pelvis. Tuba uterina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu

infundibulum tubae uterinae, ampulla tubae uterinae, dan isthmus tubae uterinae.

Infundibulum merupakan ujung tuba yang berbentuk terompet yang meluas.

Tepi infundibulum dikelilingi oleh tonjolan seperti jari kecil yang disebut fimbriae

tubae yang berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.

Ampulla merupakan bagian tuba uterina yang meluas yang biasanya menjadi

tempat fertilisasi, sedangkan isthmus adalah bagian tuba yang menyempit yang

akan bergabung dengan corpus uteri.

d. Cervix Uteri 13

Cervix uteri berbentuk seperti silinder yang lebar dan pendek dengan

saluran sempit di bagian tengahnya. Organ ini membentuk bagian inferior uterus.

Cervix uteri membentuk sudut ke depan (anteversi) pada vagina.

Cervix uteri memiliki sebuah saluran yang disebut canalis cervicis uteri

yang berbentuk tabung terbuka. Canalis cervicis uteri ke bawah disebut ostium uteri

externum yang akan menuju rongga vagina, sedangan canalis cervicis uteri ke atas

disebut ostium uteri internum yang akan menuju cavitas uteri.

e. Vagina 13

Vagina merupakan organ kopulasi pada wanita yang berbentuk seperti

tabung. Tabung yang terdiri atas fibromusculorum ini memanjang dari perineum

dan masuk ke dalam cavitas pelvis. Ujung bagian dalam vagina membesar dan

membentuk daerah yang disebut kubah vagina, yang menjadi tempat penyimpanan

semen selama berhubungan seksual.

Bagian anterior vagina berhubungan dengan vesica urinaria dan uretra,

sedangkan bagian posteriornya berkaitan dengan rektum. Pada bagian inferior,

vagina membuka ke dalam vestibulum vaginae.

Page 19: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

6

Fornix vaginae adalah recessus yang terbentuk di antara tepi cervix uteri

dan dinding vagina. Fornix vaginae dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisinya,

yaitu sebuah fornix vaginae pars posterior, sebuah fornix vaginae pars anterior, dan

dua buah fornix vaginae pars lateralis.

Gambar 2.2 Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Potongan Midsagital Sumber: Marieb, 2013

2.1.2. Fisiologi Reproduksi Wanita

a. Oogenesis 14

Oogenesis merupakan proses pembentuk ovum. Proses ini terjadi di dalam

ovarium. Oogonia yang merupakan sel germinativum primordial yang belum

berdiferensiasi di ovarium janin akan membelah secara mitosis untuk menghasilkan

6 – 7 juta oogonia pada bulan kelima kehamilan. Pembelahan secara mitosis ini

akan terhenti di akhir kehidupan janin dan akan berlangsung pembelahan meiosis.

Pada akhir kehidupan janin, oogonia atau oosit primer akan memulai tahap

awal pembelahan meiosis pertama tetapi tidak menyelesaikannya. Oosit primer

tersebut tetap berada dalam keadaan istirahat (meiotic arrest) selama bertahun-

tahun sampai dipersiapkan untuk ovulasi.

Sebelum lahir, oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa dan

akan membentuk folikel primer. Oosit yang tidak membentuk folikel kemudian

akan mengalami apoptosis. Saat lahir hanya sekitar 2 juta foliker primer yang

tersisa.

Oosit primer mengandung 46 kromosom ganda. Oosit primer yang terdapat

di dalam folikel primer akan berkembang menjadi oosit sekunder saat pubertas

Page 20: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

7

sampai menopause. Oosit akan membesar akibat penimbunan bahan sitoplasma

yang akan dibutuhkan oleh mudigah.

Oosit primer yang tadi mengalami meiotic arrest akan menyelesaikan

pembelahan pertamanya tepat sebelum ovulasi. Pembelahan ini akan menghasilkan

dua sel anak dengan set haploid 23 kromosom ganda, namun hampir semua

sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak (oosit sekunder) dan akan berkembang

menjadi ovum. Sel anak yang mengandung kromosom dan sedikit sitoplasma akan

membentuk badan polar pertama. Badan polar yang kekurangan sitoplasma akan

segera mengalami degenerasi karena kekurangan nutrisi.

Pembelahan meiosis kedua pada oosit primer terjadi jika ada sperma yang

masuk. Saat pembelahan meiosis kedua, separuh set kromosom bersama dengan

sedikit sitoplasma akan dikeluarkan dan membentuk badan polar kedua. Separuh

set lainnya (23 kromosom tak berpasangan) bersama sitoplasma yang tersisa akan

membentuk ovum matang. Dua puluh tiga kromosom ibu akan menyatu dengan 23

kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk menyelesaikan fertilisasi.

b. Siklus Ovarium

Siklus ovarium aktif setelah pubertas. Siklus ini terdiri dari dua fase yang

terjadi secara bergantian, yaitu fase folikular dan fase luteal.14

1. Fase Folikular

Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang. Pembentukan

folikel matang yang berasal dari folikel primer dipengaruhi oleh lingkungan

hormonal untuk membantu proses pematangannya.14

Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer akan berproliferasi untuk

membentuk beberapa lapisan yang akan mengelilingi oosit. Sel granulosa ini akan

mengeluarkan kulit kental yang menyerupai gel yang akan membentuk sekat,

disebut sebagai zona pelusida.14

Ketika oosit sedang membesar dan sel granulosa berproliferasi, sel jaringan

ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa yang berproliferasi dan

berdiferensiasi akan membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel

Page 21: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

8

granulosa bersama-sama membentuk sel folikel yang berfungsi untuk

mengeluarkan estrogen.14

Lingkungan hormonal mendorong pembesaran dan pengembangan

kemampuan sekresi sel folikel dan akan mengubah folikel primer menjadi folikel

sekunder (folikel antrum) yang akan memproduksi estrogen.14 Kemampuan folikel

dalam mensekresi estrogen berbeda-beda sehingga nantinya akan terbentuk folikel

dominan dan folikel atretik. Folikel dominan inilah yang akan berkembang menjadi

folikel de Graaf (folikel matang).15

Pada sekitar hari ke-14, folikel yang membesar tersebut akan pecah

sehingga terjadi ovulasi, yaitu proses terlepasnya ovum dari ovarium. Ovum ini

kemudian akan diambil oleh fimbrae dari tuba uterine kemudian disalurkan ke

uterus dan akan keluar melalui vagina bila tidak terjadi fertilisasi.15

2. Fase Luteal 14

Fase luteal ditandai oleh adanya korpus luteum. Folikel yang pecah yang

tertinggal di ovarium segera mengalami tansformasi struktur untuk membentuk

korpus luteum. Sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar dan

berubah menjadi jaringan yang aktif memproduksi hormon steroid. Jaringan ini

tampak kekuningan karena banyaknya simpanan kolesterol, molekul prekursor

steroid, dan butir-butir lemak, sehingga disebut korpus luteum.

Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat untuk mengeluarkan banyak

progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darah. Korpus luteum berfungsi secara

maksimal dalam 4 hari setelah ovulasi, namun terus membesar selama 4 – 5 hari

berikutnya.

Korpus luteum akan mengalami degenerasi dalam waktu sekitar 14 hari

setelah pembentukannya jika ovum yang telah dibebaskan tidak dibuahi. Sel luteal

yang berdegenerasi akan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat

akan masuk untuk membentuk jaringan fibrosa yang dikenal dengan sebutan korpus

albikans.

Jika terjadi fertilisasi dan implantasi, korpus luteum akan menetap dan terus

tumbuh untuk meningkatkan produksi progesteron dan estrogen. Korpus luteum

kehamilan ini akan menetap sampai kehamilan berakhir.

Page 22: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

9

Gambar 2.3 Siklus Ovarium Sumber: Sherwood, 2011

c. Regulasi Hormon pada Siklus Ovarium 14

Ovarium memiliki dua unit endokrin, yaitu folikel yang menghasilkan

estrogen selama paruh pertama siklus dan korpus luteum yang menghasilkan

progesteron dan estrogen selama paruh terakhir siklus.

Selama fase folikular, folikel akan mengeluarkan estrogen di bawah

pengaruh follicle stimulating hormone (FSH), luteinezing hormone (LH), dan

estrogen itu sendiri. Peningkatan sedang kadar estrogen akan menghambat sekresi

FSH yang menurun selama bagian terakhir fase folikular dan menekan sekresi tonik

LH yang terus meningkat sepanjang fase folikular.

Page 23: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

10

Gambar 2.4 Regulasi Hormon pada Siklus Ovarium dan Uterus Sumber: Sherwood, 2011

Jika produksi estrogen di folikel telah mencapai puncaknya, maka hal ini

dapat memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini akan

menyebabkan terjadinya ovulasi pada folikel yang matang. Sekresi estrogen akan

menurun saat folikel mengalami kematian setelah ovulasi.

Sel folikel yang telah mengalami ovulasi akan berubah menjadi korpus

luteum yang menghasilkan progesteron serta estrogen. Progesteron akan

menghambat kuat FSH dan LH. Korpus luteum akan berdegenerasi dalam waktu

sekitar 2 minggu jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan terimplantasi di

Page 24: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

11

uterus. Saat korpus luteum berdegenerasi, kadar progesteron dan estrogen turun

tajam sehingga pengaruh hambatan pada FSH dan LH akan hilang. Sekresi FSH

dan LH akan kembali meningkat sehingga muncul perkembangan folikel yang baru.

d. Siklus Uterus 15

Saat akhir menstruasi, seluruh lapisan endometrium akan terlepas, kecuali

lapisan dalam. Endometrium terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen dari

folikel yang sedang tumbuh. Endometrium yang semakin menebal akan menarik

kelenjar uterus sehingga akan memanjang, namun tidak berkelok-kelok atau

mengeluarkan sekret. Fase ini disebut fase proliferatif, fase praovulasi atau

folikular.

Peningkatan estrogen dan progesteron pasca ovulasi menyebabkan

meningkatnya vaskularisasi endometrium. Hal ini menyebabkan kelenjar mulai

bergelung dan berkelok-kelok. Endometrium juga mulai mengeluarkan sekret

berupa cairan jernih sehingga fase ini disebut fase sekretorik atau luteal.

Saat korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormon yang menunjang

endometrium pun terhenti. Hal ini menyebabkan endometrium menjadi lebih tipis

dan menambah gulungan arteri spiralis. Terjadi fokus nekrosis di endometrium dan

spasme serta degenerasi dinding arteri spiralis. Vasospasme juga ditimbulkan

akibat adanya prostaglandin yang disekresikan saat fase sekretorik. Hal inilah yang

menyebabkan timbulnya bercak perdarahan.

Fase proliferatif merupakan pemulihan epitel dari menstruasi sebelumnya,

sedangkan fase sekretorik mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang telah

dibuahi. Variasi lama siklus menstruasi mayoritas disebabkan akibat variasi

lamanya fase proliferatif. Fase sekretorik biasa konstan, sekitar 14 hari.

2.1.3. Dismenore

a. Definisi Dismenore

Dismenore merupakan nyeri yang dirasakan saat haid, menyerupai kram di

abdomen bagian bawah. Dismenore berarti nyeri hebat saat haid yang menyebabkan

pasien datang untuk berobat atau sengaja mengkonsumsi obat analgesik.5

Dismenore merupakan salah satu penyebab nyeri pelvis akut yang bersifat siklik.

Page 25: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

12

Ini berarti seseorang yang mengalami dismenore akan mengalami nyeri pelvis akut

yang bergantung pada siklus menstruasinya.16

Dismenore merupakan kram hebat di bagian abdomen bawah sesaat

sebelum atau selama menstruasi. Dismenore cenderung terjadi pada wanita yang

memiliki keluarga dengan dismenore. Kejadian dismenore sedikit ditemukan pada

wanita yang sudah memiliki anak atau mengkonsumsi pil KB. Di sisi lain,

dismenore juga lebih sering terjadi pada wanita yang melakukan olahraga yang

berat.17

Dismenore menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.18 Dismenore

biasanya dimulai saat 6 – 12 bulan setelah menarche. Nyeri saat haid ini biasanya

mulai dialami saat umur 15 – 17 tahun, mencapai puncaknya pada umur 20 – 24

tahun, dan akan mulai berkurang setelahnya. Perempuan dengan dismenore akan

mengalami kontraksi dari ligamen di abdomen.18

b. Klasifikasi Dismenore

1. Dismenore primer (spasmodik)

Dismenore primer adalah nyeri haid yang timbul akibat kontraksi berlebih

dari miometrium tanpa adanya kelainan pada panggul.5, 18 Dismenore primer terjadi

hanya pada siklus ovulatori. Insiden dismenore primer yang menyebabkan

terganggunya aktivitas sehari-hari sebesar 15 – 20%.18 Peningkatan kadar

prostaglandin dari fase proliferasi ke fase sekresi akan menstimulasi kontraksi

uterus, biasanya terjadi pada 48 jam pertama. Prostaglandin yang menyebabkan

kontraksi miometrium akan menyebabkan terjadinya iskemia sehingga pasien akan

merasa nyeri. Prostaglandin yang masuk ke sistemik dapat menyebabkan mual,

muntah, bahkan diare serta nyeri kepala.19 Dismenore primer biasanya terjadi pada

remaja perempuan dan muncul dalam dua tahun menarche.17, 18

2. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai dengan adanya kelainan

pada panggul, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis uteri, dan

lain-lain.5 Biasanya pasien berusia sekitar 30 tahun, sudah pernah melahirkan

(parous), dan tidak berhubungan dengan stasus sosial.17, 18

Page 26: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

13

c. Etiologi Dismenore

Pada dismenore primer, mekanisme inisiasi nyeri sulit ditetapkan, namun

beberapa yang sering berhubungan adalah usia remaja, terbatas pada siklus ovulasi,

kontraksi uterus yang tidak ritmis, dan hipoksia uterus. 18

Sedangkan etiologi nyeri pada pasien dengan dismenore sekunder adalah

ketegangan pada jaringan pelvis akibat kongesti pelvis pre-menstruasi atau adanya

peningkatan vaskularisasi pada pelvis. Penyebab umum dismenore sekunder adalah

stenosis serviks, infeksi kronis pada pelvis, endometriosis pelvis, adhesi pelvis,

adenomiosis, fibroid uteri, polip endometrium, penggunaan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR), dan kongesti pelvis serta obstruksi akibat malformasi duktus

Mulleri.18

d. Faktor Risiko Dismenore Primer 20

1. Usia

Dismenore primer umumnya terjadi pada usia 15 – 30 tahun. Umumnya

terjadi pada usia 15 – 25 tahun dan mulai berkurang hingga hilang pada usia 20 –

30 tahun. Semakin tua umur seseorang, ia telah sering mengalami menstruasi dan

akan semakin lebar serviks uterinya sehingga sekresi prostaglandin akan menurun.

Dalam proses penuaan juga akan terjadi penurunan fungsi saraf pada uterus.

2. Usia menarche

Menarche pada usia lebih awal dapat menjadi faktor risiko dismenore

primer karena belum siapnya organ reproduksi untuk mengalami perubahan dan

masih terjadi penyempitan serviks uteri.

3. Lama menstruasi

Semakin lama menstruasi, maka akan semakin sering uterus berkontraksi.

Hal ini dapat menyebabkan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan

sehingga akan timbul rasa nyeri. Di sisi lain, kontraksi uterus yang terus-menerus

akan menyebabkan pasokan darah ke uterus terhenti sementara sehingga

menyebabkan iskemia dan menimbulkan nyeri.

4. Status gizi

Page 27: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

14

Perempuan dengan status gizi overweight/ obesitas dapat berisiko

mengalami dismenore primer. Hal ini terjadi karena banyaknya jaringan lemak di

dalam tubuh sehingga dapat mendesak pembuluh darah, termasuk pembuluh darah

dalam organ reproduksi. Proses ini mengakibatkan aliran darah saat menstruasi

terganggu.

5. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga memiliki pengaruh dalam kejadian dismenore primer.

Dua dari tiga perempuan yang mengalami dismenore primer memiliki riwayat

keluarga dengan dismenore primer.

6. Kebiasaan olahraga

Jarang atau tidak pernah berolahraga akan meningkatkan risiko terjadinya

dismenore primer. Hal ini karena menurunnya sirkulasi darah dan oksigen sehingga

aliran darah dan oksigen yang menuju uterus tidak lancar dan menyebabkan rasa

nyeri. Kurang berolahraga juga akan menurunkan produksi endorfin otak sehingga

stress akan meningkat. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadi dismenore primer

secara tidak langsung.

e. Patofisiologi Dismenore

Terdapat beberapa faktor dan jalur untuk menyebabkan terjadinya

dismenore primer, yaitu:

1. Faktor psikosomatis

Pada usia remaja, peranan faktor psikosomatis sangat berkaitan erat, seperti

ketegangan dan kecemasan. Hal ini akan menurunkan ambang nyeri sehingga

menyebabkan mudahnya para remaja mengalami nyeri saat menstruasi pada

perangsangan yang minimal.19

2. Abnormalitas anatomi dan fisiologi miometrium

Pada dismenore primer, ditemukan perbedaan struktur dan fungsi lapisan

luar dan lapisan subendometrium pada miometrium. Hal ini akan menyebabkan

hiperaktivitas miometrium. Pada wanita dengan endometriosis dan adenomiosis,

Page 28: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

15

ditemukan adanya perubahan pada lapisan subendometrium (junctional zone) yang

menyebabkan timbulnya gerakan hiperperistaltik. Dapat juga terjadi junctional

zone hyperplasia, yaitu penebalan dan hiperplasia otot polos disertai penurunan

vaskularisasi. Mekanisme penting pada dismenore primer yang harus diingat adalah

disperistaltis dan hiperaktivitas junctional zone uterus.19

3. Ketidakseimbangan kontrol saraf otonom miometrium

Aktivitas yang berlebihan dari saraf simpatis menyebabkan hipertonisitas

miometrium.19 Selama kontraksi miometrium, terjadi reduksi aliran darah ke

endometrium yang akan menyebabkan iskemia sehingga akan timbul rasa nyeri.21

4. Peran prostaglandin

Siklus ovulasi yang terjadi di bawah pengaruh progesteron akan

menyebabkan sintesis prostaglandin (PGF2α, PGE2). PGF2α merupakan

vasokonstriktor kuat yang menyebabkan iskemia pada miometrium.

Gambar 2.5 Penyebab Nyeri pada Dismenore Sumber: Konar, 2013

Peningkatan produksi prostaglandin atau peningkatan sensitivitas

miometrium untuk memproduksi prostaglandin secara normal menyebabkan

peningkatan kontraksi miometrium dengan atau tanpa adanya disritmia.19, 21

Prostanoid juga dapat merangsang serabut saraf nyeri pada uterus secara

langsung.21

Page 29: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

16

5. Endotelin

Endotelin menyebabkan kontraksi otot polos miometrium, khususnya di

junctional zone. Endotelin dapat menginduksi PGF2α. Iskemia miometrium yang

lokal diakibatkan karena adanya endotelin dan diperburuk oleh adanya PGF2α yang

menyebabkan disperistaltis dan hiperaktivitas uterus.19

6. Platelet activating factor (PAF)

Konsentrasi PAF dan leukotrien yang tinggi akan menyebabkan

vasokonstriksi dan menstimulasi kontraksi miometrium.19

f. Manifestasi Klinis Dismenore

Pada dismenore primer, terjadi rasa nyeri spasmodik dan terbatas pada

abdomen bagian bawah. Nyeri dirasakan beberapa jam sebelum menstruasi atau

tepat saat onset menstruasi. Keparahan nyeri terjadi saat meluruhnya endometrium

dengan cepat, sekitar 12 jam setelah menstruasi dimulai sampai maksimal 24 jam,

jarang yang terjadi lebih dari 48 jam.19,21 Nyeri dapat menyebar ke bagian punggung

dan medial paha.19

Gejala sistemik dapat juga muncul pada dismenore primer berupa mual,

muntah, kelelahan, diare, sakit kepala, dan takikardia. Perubahan vasomotor

menyebabkan pasien terlihat pucat, berkeringat dingin, dan terkadang pingsan.19

Gambaran klinis pada dismenore sekunder meliputi rasa nyeri di bagian

punggung tanpa ada penyebaran. Biasanya dimulai saat hari ketiga sampai kelima

sebelum periode menstruasi. Onset dan durasinya bergantung pada patologi

penyebab dismenore sekunder. Tidak ada gejala sistemik yang dikeluhkan seperti

pada pasien dismenore primer. Pasien mungkin saja mengalami rasa tidak nyaman

di antara dua periode menstruasi. Dismenore sekunder diikuti dengan gejala yang

berhubungan dengan kondisi patologi pelvis.19

Page 30: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

17

g. Derajat Dismenore 22

Dismenore dibagi menjadi 3 derajat, yaitu:

1. Dismenore ringan

Dismenore berlangsung hanya beberapa saat. Penderita dapat melanjutkan

kegiatan seperti biasanya.

2. Dismenore sedang

Penderita dismenore sedang dapat menjalani kegiatan seperti biasanya

dengan terlebih dahulu mengkonsumsi analgesik.

3. Dismenore berat

Penderita dismenore berat biasanya mengalami gejala sistemik yang cukup

hebat dan memerlukan istirahat untuk beberapa hari.

h. Diagnosis Dismenore

Diagnosis dismenore primer ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan yang normal pada pelvis serta rektovaginal.16, 21 Dismenore primer

biasanya terjadi pada usia remaja. Nyeri biasanya terjadi sebelum menstruasi dan

meningkat saat hari pertama sampai kedua menstruasi.16

Dismenore sekunder dicurigai bila terdapat patologi panggul, kelainan

bawaan, dan tidak adanya respon terhadap pengobatan amenorea primer.10 Dapat

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), infus salin sonografi, laparoskopi,

laparotomi, dan histeroskopi. 16, 19

i. Tata laksana Dismenore

1. Tata laksana non farmakologi

Dalam penatalaksanaan dismenore, perbaikan gaya hidup dan kebiasaan

sehari-hari penting dilakukan. Hal ini meliputi perbaikan kesehatan umum,

psikoterapi sederhana, dan olahraga rutin.19

Page 31: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

18

Gambar 2.6 Manajemen Tatalaksana Dismenore Primer Sumber: Konar, 2013

2. Tata laksana farmakologi

• Prostaglandin synthase inhibitors (PSI)

Obat ini bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin

dan menekan jumlah darah haid yang keluar.16 PSI tidak hanya

menghambat sintesis prostaglandin dari jalur siklooksigenase, namun juga

secara langsung beperan sebagai analgesik Tekanan intra uteri akan

menurun setelah penggunaan obat ini. Penggunaannya secara oral pada 2

– 3 hari bersamaan dengan onset periode menstruasi, diulang selama 3 –

6 kali siklus. Obat yang biasa digunakan antara lain asam mefenamat (250

– 500 mg setiap 8 jam), asam flufenamat (100 – 200 mg setiap 8 jam),

ibuprofen (400 mg setiap 8 jam), naproksen (250 mg setiap 6 jam), dan

indometasin (25 mg setiap 8 jam).19

Page 32: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

19

• Kontrasepsi oral (kombinasi estrogen dan progesteron)

Pil kontrasepsi bekerja mengurangi jumlah darah haid dan sintesis

prostaglandin serta kram uterus dengan cara mencegah terjadinya ovulasi

dan pertumbuhan jaringan endometrium. Penggunaannya juga akan

menyebabkan teraturnya siklus menstruasi.16

Indikasi pemberian kontrasepsi oral adalah pasien menginginkan

tindakan preventif dengan kontrasepsi, pasien dengan periode berat, dan

pasien yang tidak responsif atau memiliki kontraindikasi dengan

penggunaan inhibitor sintesis prostaglandin. Pil tersebut harus digunakan

untuk 3 – 6 siklus.19

Didrogesteron tidak menghambat ovulasi, namun mungkin

mengganggu steroidogenesis ovarium. Obat ini harus digunakan pada hari

kelima siklus.19

• Obat lain

Antagonis kalsium, misalnya nifedipin dapat digunakan untuk

mencegah kontraksi uterus. Selain itu, antagonis reseptor V1 dan reseptor

oksitosin juga memiliki efek terapeutik bagi pasien dismenore karena

produk lipooksigenase, vasopressin, dan oksitosin juga memegang

peranan dalam terjadinya dismenore. Pengurangan nitric oxide (NO) juga

dapat membantu relaksasi otot polos uterus.21

Jika tata laksana tersebut gagal, mungkin perlu dilakukan laparoskopi untuk

memastikan apakah ada patologi dari pelvis (misalnya endometriosis).19

3. Tindakan operatif

Laparoscopic uterine nerve ablation (LUNA) belum ditemukan manfaatnya

bagi dismenore primer. Laparoscopic presacral neurectomy dilakukan untuk

mengurangi jalur sensorik melalui T11 – T12 dari uterus. Hal ini tidak membantu

pada kasus nyeri adneksa (T9 – T10).19

Dapat juga dilakukan dilatasi saluran serviks untuk menghilangkan rasa

sakit dengan menghilangkan ujung saraf sensorik, namun hal ini tidak umum

dikerjakan.19

Page 33: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

20

Pada kasus dismenore sekunder, perlu adanya tata laksana kausatif. Jenis

pengobatan bergantung pada tingkat keparahan, usia, dan paritas.19

j. Alat Ukur Dismenore

Dismenore dapat diukur dengan kuesioner. Terdapat beberapa kuesioner

yang dapat membantu pengukuran dismenore, antara lain:

1. Women’s Health Questionnaire

Kuesioner tersebut ditujukan untuk perempuan yang telah menstruasi,

menopause, atau mengalami masalah ginekologi. Data yang diisi dalam kuesioner

merupakan data enam bulan sebelumnya, terhitung saat mengisi kuesioner.23

2. Numeric Pain Rating Scale

Skala yang digunakan untuk menilai tingkat nyeri. Pasien diminta untuk

membuat tiga penilaian nyeri, sesuai dengan rasa sakit saat ini, terbaik dan terburuk

yang dialami selama 24 jam terakhir. Rata-rata ketiga peringkat digunakan untuk

mewakili tingkat nyeri pasien selama 24 jam sebelumnya.24

3. Menstrual History Questionnaire 25

4. Menstrual Symptometric

Kuesioner digunakan untuk menentukan jumlah darah yang keluar,

dismenore, dan sindrom premenstruasi. Ada beberapa perangkat yang digunakan,

antara lain kalender, ikon darah yang keluar dengan menggunakan piktogram, skala

analog visual, kuesioner kesehatan umum, dan formulir pendek – 36. 26

2.1.4. Aktivitas Fisik

a. Definisi Aktivitas Fisik

Menurut WHO, aktivitas fisik adalah segala bentuk gerakan tubuh yang

memerlukan pengeluaran energi dan pembakaran kalori, dapat berupa olahraga

maupun aktivitas fisik sehari-hari, dilakukan selama sepuluh menit tanpa henti.27

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, aktivitas fisik dinilai cukup

bila dilakukan selama 30 menit setiap hari atau 3 – 5 hari dalam satu minggu.28

Page 34: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

21

Aktivitas fisik diartikan sebagai setiap gerakan tubuh yang disebabkan

karena adanya kontraksi otot sehingga terjadi pemakaian energi dalam tubuh.29

Sedangkan menurut Baecke, aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan sehari-

hari mencakup olahraga, kegiatan di waktu bekerja, dan kegiatan di waktu luang.30

b. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu aktivitas fisik

ringan, sedang, dan berat.31 Sedangkan menurut Centers for Disease Control and

Prevention (CDC) dan Asian Federation of Sports Medicine (AFSM), aktivitas fisik

umum dibagi menjadi dua bagian berdasarkan tingkat intensitasnya, yaitu aktivitas

sedang dan aktivitas berat. Keduanya dibagi berdasarkan jumlah oksigen yang

digunakan tubuh selama beraktivitas yang disebut dengan metabolic equivalent

(MET). Satu MET didefinisikan sebagai pengeluaran energi saat duduk diam, pada

orang dewasa mendekati 3,5 ml penyerapan oksigen per kilogram berat badan per

menit (1,2 kkal/menit untuk individu dengan berat 70 kg).32

Aktivitas sedang ditetapkan bila nilai MET di antara 3,0 – 6,0 atau setara

dengan 3,5 – 7,0 kkal/menit, sedangkan aktivitas berat ditetapkan bila nilai MET

lebih dari 6,0 atau lebih dari 7,0 kkal.menit.32 Berikut ini dijelaskan perbedaan

antara aktivitas sedang dan aktivitas berat.

Tabel 2.1 Perbedaan Aktivitas Fisik Sedang dan Berat

Aktivitas Fisik Sedang Aktivitas Fisik Berat

• Berjalan pada langkah cepat 4,8 –

7,2 km/jam pada permukaan rata di

dalam atau di luar rumah, di kelas,

ke tempat kerja atau ke toko

• Berjalan santai

• Berjalan saat istirahat kerja/

sekolah

• Berjalan cepat dan jalan aerobik

≥7,4 km/jam

• Bersepeda >15 km/jam, tanah

mendaki

• Sepeda stationer dengan tenaga

berat

• Bersepeda 8 – 15 km/jam, tanah

datar atau dengan beberapa bukit

Page 35: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

22

Lanjutan Tabel 2.1

• Sepeda stationer dengan tenaga

sedang

• Senam aerobik (low impact)

• Aerobik air

• Latihan kalistenik ringan

• Yoga

• Senam

• Senam aerobik (high impact)

• Step aerobic

• Jogging air

• Mengajar kelas aerobic

• Latihan beban (latihan sedang

menggunakan beban bebas)

• Tinju menggunakan kantung

pukulan (punching bag)

• Latihan kalistenik, push up, dan sits

up dengan tenaga kuat

• Latihan beban (latihan sirkuit

training)

• Dansa Ballroom (agak cepat)

• Disco

• Folk dance

• Dansa ballroom (profesional,

energentik)

• Bermain tenis meja atau pingpong

(kompetitif)

• Tenis ganda

• Bermain golf (membawa dan

menarik kantung golf)

• Bermain tenis perseorangan

• Bermain bola basket (kompetitif)

• Bermain sepak bola (kompetitif)

• Berenang (rekreasi)

• Aerobik air

• Ski air

• Menyelam

• Mendayung perahu <6,436

km/jam

• Bermain basket

• Menembak

• Melempar Frisbee

• Berenang (kompetitif)

• Polo air

• Mendayung perahu >6,4 km/jam

• Jogging

• Lari

• Mendorong kursi roda

• Berjalan dan mendaki bukit

• Membawa beban punggung

• Naik gunung

Page 36: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

23

Lanjutan Tabel 2.1

• Bermain billiard atau bowling

• Bermain bulu tangkis dan bola

voli (kompetitif)

• Roller atau inline skating

• Bermain tangkapan (softball

tangkapan lambat)

• Bermain skate board atau roller

skate

• Bermain bola voli pantai,

handball, atau squash

• Bermain bola basket

• Bermain bulu tangkis dan bola voli

(kompetitif)

• Rafting arung jeram

• Berlayar (rekreasi dan kompetisi)

• Loncat tali, menggunakan mesin

stair climber, rowing machine,

mesin dayung tangan

• Cross country skiing

• Berkebun dan pekerjaan halaman

rumah: menanam pohon,

memangkas semak, memotong

ranting, dan mendorong mesin

pangkas rumput

• Berkebun dan pekerjaan halaman

rumah: menanam pohon,

memangkas semak, memotong

ranting, dan mendorong mesin

pangkas rumput

• Aktif bermain dengan anak: jalan-

jalan, berlarian

• Mendaki bukit ketika bermain

dengan anak

• Aktif bermain dengan anak: jalan-

jalan, berlarian

• Mendaki bukit ketika bermain

dengan anak

• Menggendong anak

• Tinju di ring (sparring)

• Gulat kompetitif

Sumber: CDC, 1999

Page 37: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

24

c. Efek Aktivitas Fisik pada Sistem Reproduksi Wanita

Aktivitas fisik dapat meningkatkan ataupun menurunkan risiko terjadinya

gangguan menstruasi, bergantung pada intensitasnya. Semakin tinggi frekuensi dan

intensitas aktivitas fisik, maka risiko terjadinya gangguan menstruasi akan

meningkat. Aktivitas fisik yang dilakukan dengan intenstias sedang dapat

menurunkan risiko terjadinya gangguan menstruasi.33

Atlet perempuan yang belum menstruasi akan mengalami keterlambatan

menarche. Perempuan yang berolahraga dengan intensitas tinggi juga berisiko

mengalami amenorea, kemungkinannya karena peningkatan hormon androgen,

penurunan fungsi ovarium, kehilangan lemak tubuh, atau konsumsi obat penunda

menstruasi.34 Amenorea pada atlet juga dapat disebabkan oleh menurunnya kadar

FSH dan LH pada latihan yang keras atau berat.35

Olahraga dapat menjadi salah satu intervensi untuk mengurangi risiko

kejadian dismenore. Olahraga dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan aliran

darah ke bagian pelvis dan juga akan menstimulasi endorfin yang berperan sebagai

analgesik non spesifik.36 Olahraga dapat mengurangi stress, lelah, dan mood depresi

yang biasanya dapat terjadi pada dismenore primer.

d. Alat Ukur Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain:

1. Pedometer

Pedometer merupakan sebuah alat kecil yang digunakan untuk menghitung

jumlah langkah kaki. Beberapa pedometer dapat mengukur seberapa jauh jarak

yang ditempuh dengan berjalan dan berapa banyak kalori yang terbakar, namun

tidak akurat.37

2. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) merupakan kuesioner

yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik selama tujuh hari terakhir. IPAQ

terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk singkat dan panjang. IPAQ bentuk singkat

meliputi aktivitas berjalan dan aktivitas menetap baik sedang maupun berat. IPAQ

bentuk panjang mengukur secara rinci aktivitas berjalan serta aktivitas sedang dan

Page 38: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

25

berat di empat situasi, yaitu pekerjaan, transportasi, halaman/ kebun dan rumah

tangga, serta waktu luang.38

IPAQ dalam bahasa Inggris memiliki hasil uji reliabilitas yang baik dengan

korelasi 0.81 (95% CI = 0.79 – 0.82), sedangkan hasil uji validitas menunjukkan

angka 0.33 (95% CI = 0.26 – 0.39). IPAQ dalam bahasa Indonesia bersifat

reliabel.38

Berdasarkan sistem skor IPAQ 39, aktivitas fisik akan dibagi menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

• Aktivitas fisik ringan

Tidak ada aktivitas yang dilaporkan ATAU

Beberapa aktivitas dilaporkan namun tidak memenuhi kategori 2 atau

3.

• Aktivitas fisik sedang

Melakukan aktivitas fisik berat selama 3 hari atau lebih, minimal 20

menit/ hari ATAU

Melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih dan/ atau

berjalan, minimal 30 menit/ hari ATAU

Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang, dan

aktivitas fisik berat selama 5 hari atau lebih, minimal 600 MET-

menit/ minggu.

• Aktivitas fisik berat

Melakukan aktivitas fisik berat minimal 3 hari dengan total 1500

MET-menit/ minggu ATAU

Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang, dan

aktivitas fisik berat selama 7 hari atau lebih, minimal 3000 MET-

menit/ minggu.

3. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan kuesioner yang

dikembangkan oleh WHO dalam rangka melakukan surveilans aktivitas fisik di

berbagai negara. GPAQ terdiri dari enam belas pertanyaan yang meliputi tiga

Page 39: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

26

situasi, yaitu aktivitas di tempat kerja, perjalanan ke dan dari suatu tempat, serta

aktivitas rekreasi.40

4. Rapid Assessment of Physical Activity

Rapid Assessment of Physical Activity merupakan kuesioner yang

dikembangkan oleh University of Washington Health Promotion Research Center

untuk mengukur level dan intensitas aktivitas fisik.41

5. Adult Physical Activity Question

Adult Physical Activity Question berisi pertanyaan seputar aktivitas fisik dan

latihan pada orang dewasa yang ditanyakan pada National Health Interview

Survey.42

2.1.5. Santri

a. Definisi Santri

Terdapat dua pendapat mengenai asal kata santri. Pendapat pertama

mengatakan bahwa santri berasal dari bahasa Sansekerta, artinya melek huruf. Hal

ini disebabkan pengetahuan mereka tentang ilmu agama yang baik, Pendapat kedua

mengatakan bahwa santri berasal dari bahasa Jawa, tepatnya dari kata cantik. Ini

berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana pun guru tersebut

menetap.43 Santri merupakan sekelompok peserta murid sebuah pendidikan

pesantren dan akar budaya sekelompok pemeluk Islam taat. Santri adalah

komunitas muslim yang tinggal bersama, belajar bersama, dan menjalani kehidupan

bersama.44

Santri identik dengan peserta didik, murid, siswa, atau pelajar yang sedang

menuntut ilmu pada suatu lembaga pendidikan. Jumlah santri dapat mempengaruhi

besar kecilnya suatu pesantren.9

Page 40: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

27

b. Klasifikasi Santri

Zamakhsyari Dhofier membagi santri menjadi dua bagian:

1. Santri mukim

Santri mukim adalah santri yang menetap dalam kompleks pesantren.

Biasanya santri yang bermukim ingin mempelajari ilmu agama Islam dan kitab-

kitab klasik secara langsung di bawah bimbingan kiai secara langsung, ingin

memperoleh pengalaman pendidikan pesantren, dan ingin memusatkan studinya di

pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah.9

2. Santri kalong

Santri kalong adalah santri yang biasanya tidak menetap dalam pesantren

untuk mengikuti pelajaran di pesantren, mereka pulang pergi dari rumah sendiri.9

2.1.6. Pesantren

a. Definisi Pesantren

Secara etimologi, pesantren berasal dari kata santri dengan tambahan

imbuhan “pe-an”, berarti tempat tinggal santri. Ada juga yang berpendapat bahwa

pesantren merupakan gabungan dari kata sant (manusia baik) dan ira (suka

menolong), sehingga pesantren berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Profesor John berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa Tamil, artinya guru

mengaji. CC Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa India,

shastni yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau

seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.9

Secara terminologi, pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang

memiliki ciri khas tersendiri dalam menyelenggarakan sistem pendidikan dan

pengajaran agama. Steenbrink menjelaskan bahwa pendidikan pesantren berasal

dari India jika dilihat dari segi bentuk dan sistemnya.9

Prinsip pendidikan yang diterapkan di pesantren antara lain berupa

kebijakan, bebas terpimpin, mandiri, kebersamaan, hubungan guru, ilmu

pengetahuan diperoleh di samping ketajaman akal juga sangat tergantung kepada

kesucian hati dan berkah kiai, kemampuan mengatur diri sendiri, sederhana, metode

pengajaran yang luas, dan ibadah.9

Page 41: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

28

Pesantren memiliki lima elemen pokok, yaitu pondok/ asrama, masjid,

pengajaran kitab-kitab klasik, santri, dan kiai. Terdapat 27.230 pondok pesantren

yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur,

Jawa Tengah, dan Banten merupakan wilayah dengan populasi pesantren terbesar,

yaitu sebesar 78,6% dari jumlah pondok pesantren di Indonesia.10

Berdasarkan tipologi, pesantren dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Pesantren

Salafiyah, Pesantren Khalafiyah/ Ashriyah, dan Pesantren Kombinasi. Pesantren

salafiyah adalah pesantren yang mempetahankan kitab-kitab klasik sebagai inti

pendidikan, sedangkan pesantren khalafiyah adalah pesantren yang mencantumkan

pelajaran umum dalam kurikulumnya.10

b. Tujuan Pesantren 9

1. Tujuan khusus, yaitu untuk mempersiapkan para santri menjadi orang alim

dalam ilmu agama serta mengamalkannya dalam masyarakat.

2. Tujuan umum, yaitu untuk membimbing murid agar menjadi manusia yang

berkepribadian Islam yang dengan agamanya dapat menjadi mubaligh Islam

dalam masyarakat sekitar.

c. Fungsi dan Karakteristik Pesantren 9

Terdapat tiga fungsi pesantren Salafiyah, yaitu transmisi dan transfer ilmu-

ilmu Islam, memelihara tradisi Islam, dan reproduksi ulama. Sedangkan

karakteristik pendidikan pesantren adalah:

1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiai

2. Kepatuhan santri kepada kiai.

3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan

pesantren.

4. Kemandirian sangat terasa di pesantren.

5. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan

pesantren.

6. Disiplin sangat dianjurkan di pesantren.

Page 42: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

29

7. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan merupakan salah satu segi

pendidikan yang diperoleh para santri di pesantren.

8. Pemberian ijazah.

d. Unsur-unsur Kelembagaan Pesantren 9

1. Adanya kiai yang mengajar

2. Adanya santri

3. Adanya masjid atau musholla tempat beribadah dan belajar

4. Adanya asrama atau pondok tempat tinggal para santri

5. Pengajaran kitab

2.2. Kerangka Teori

Page 43: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

30

2.3. Kerangka Konsep

Keterangan:

2.4. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan

sebagai berikut.

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Skala Skor

1. Aktivitas

fisik

Kegiatan yang

dapat

menghasilkan

energi dan

dilakukan secara

terencana dengan

durasi minimal 10

menit berturut-

turut.

International

Physical

Activity

Questionnaire

(IPAQ)

Ordinal 1. Aktivtas fisik

ringan (<600

MET-menit/

minggu)

2. Aktivitas

fisik sedang

(600 – 3000

MET-menit/

minggu)

Aktivitas Fisik

1. Usia menarche

Dismenore Primer

2. Status gizi

3. Stress

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak

diteliti

Page 44: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

31

Lanjutan Tabel 2.2

3. Aktivitas fisik

berat (>3000

MET-menit/

minggu)

2. Dismenore

primer

Nyeri perut bawah

yang dirasakan

saat menstruasi

tanpa adanya

kelainan pada

pelvis, yang dapat

mengganggu

aktivitas sehari-

hari.

Kuesioner

Dismenore

Nominal 1. Ya

2. Tidak

3. Usia

menarche

Usia saat pertama

kali mengalami

menstruasi.

Kuesioner

Dismenore

Nominal 1. <11 tahun

2. ≥11 tahun

4. Siklus

menstruasi

Proses perdarahan

pada wanita yang

terjadi secara

periodik.

Kuesioner

Dismenore

Nominal 1. <21 hari

2. 21 – 35 hari

3. >35 hari

5. Lama

menstruasi

Lama waktu

selama proses

perdarahan saat

menstruasi.

Kuesioner

Dismenore

Nominal 1. <5 hari

2. 5 – 7 hari

3. 7 – 14 hari

4. >14 hari

Page 45: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan analitik observasional cross sectional.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 hingga Juli 2017.

Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Target

Populasi target meliputi santri perempuan yang sudah mengalami

menstruasi di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini meliputi santri perempuan tingkat

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.

3.3.3. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang telah terpilih dengan total

sampling.

3.4. Besar Sampel

Jumlah sampel didapat melalui perhitungan uji hipotesis terhadap dua

proporsi 45 sebagai berikut :

𝑛1 = 𝑛2 = [(𝑍𝛼 √2 𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)

(𝑃1 − 𝑃2)]

2

= [(1,282 √2 𝑥 0,8025 𝑥 0,1975 + 0,842 √(0,9 𝑥 0,1) + (0,705 𝑥 0,295))

(0,9 − 0.705)]

2

𝑛1 = 𝑛2 = 36,705 = 37

𝑛 = 74

Page 46: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

33

Keterangan:

Zα : derivat baku alfa (1,282)

Zβ : derivat baku beta (0,842)

P2 : proporsi kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,705) 20

Q2 : 1 – P2 = 1 – 0,705 = 0,295

P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti (0,9)

Q1 : 1 – P1 = 1 – 0,9 = 0,1

P1 – P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,195)

P : 𝑃1+ 𝑃2

2=

0,9+0,705

2= 0,8025

Q : 1 – P = 1 – 0,8025 = 0,1975

Jumlah sampel berdasarkan perhitungan adalah 74, dengan antisipasi drop

out sebesar 10% sehingga sampel minimal yang diperlukan adalah 82 orang.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling, yaitu seluruh

santri perempuan tingkat Madrasah Aliyah Pondok Pesantren X di Kabupaten

Bogor diminta untuk mengisi kuesioner. Penggunaan metode ini dilakukan karena

mampu laksana dan tidak diperoleh data lengkap santri perempuan untuk digunakan

sebagai sampling frame mengingat para wali kelas sedang sibuk mengurus ujian

dan melakukan pengisian rapor.

3.6. Kriteria Pemilihan Sampel

Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan

eksklusi.

3.6.1. Kriteria Inklusi

1. Santri perempuan tingkat Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren X di

Kabupaten Bogor.

2. Sudah mengalami menstruasi.

3. Bersedia mengikuti penelitian ini dengan mengisi dan menandatangani

lembar informed consent.

Page 47: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

34

3.6.2. Kriteria Eksklusi

1. Memiliki riwayat gangguan kandungan

2. Menderita penyakit kronik

3. Memiliki riwayat menjalani pengobatan rutin

4. Memiliki riwayat cedera abdomen

5. Pernah mengalami operasi pada bagian abdomen

6. Memiliki riwayat nyeri perut bawah di luar siklus menstruasi

7. Memiliki riwayat perdarahan di luar siklus menstruasi

8. Adanya hendaya dalam melakukan aktivitas fisik

9. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

3.7. Alur Penelitian

1 Persiapan penelitian

2 Identifikasi subyek

penelitian

3 Informed consent

Tidak bersedia Bersedia

Memenuhi kriteria

a. Pengembangan

kuesioner

b. Perizinan

Tidak memenuhi kriteria

4 Pengisian identitas dan

kuesioner

5 Sortir data

6 Analisis data

a. Penjelasan

penelitian

b. Pengisian lembar

persetujuan

Page 48: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

35

3.8. Cara Kerja Penelitian

1. Persiapan Penelitian

a. Pengembangan kuesioner

• Kuesioner aktivitas fisik yang digunakan adalah IPAQ versi bahasa

Indonesia yang telah digunakan pada penelitian Janatin (2013).38

• Kuesioner dismenore diadaptasi dari beberapa kuesioner yang telah

digunakan sebelumnya, yaitu women’s health questionnaire dari

Hunter (2003) 22, numeric pain rating scale dari McCaffery, et al

(1989) 23, menstrual history questionnaire dari Hendrix (2013) 24, dan

menstrual symptometrics dari Wyatt (2002) 25 dengan tambahan

referensi dari beberapa buku obstetri dan ginekologi, seperti Pernoll

(2011) 17 dan Konar (2013) 18. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan

reliabilitas kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.

b. Perizinan

• Perizinan pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas

kuesioner dismenore.

• Perizinan penggunaan IPAQ.

• Perizinan pengambilan data lengkap kuesioner aktivitas fisik dan

dismenore.

2. Identifikasi Subyek Penelitian

Pemilihan subyek yang menjadi sasaran penelitian dengan menggunakan

metode total sampling .

3. Informed Consent

a. Penjelasan penelitian

Penjelasan kepada subyek penelitian tentang apa saja yang akan dilakukan

dalam penelitian.

b. Pengisian lembar persetujuan

Pengisian lembar persetujuan penelitian oleh subyek penelitian.

Page 49: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

36

4. Pengisian identitas dan kuesioner

Subyek penelitian mengisi identitas dan kuesioner aktivitas fisik serta

dismenore.

5. Sortir Data

Penilaian lebih lanjut terhadap subyek penelitian. Apabila memenuhi kriteria,

maka akan diikutsertakan dalam penelitian. Jika tidak memenuhi kriteria,

maka akan dikeluarkan.

6. Analisis Data

Pengumpulan dan pengolahan data dengan aplikasi IBM Statistics SPSS 22.0.

3.9. Manajemen Data

2.9.1. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan aplikasi IBM Statistics SPSS 22.0,

yaitu melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul, memberi angka-angka

atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap data primer yang diambil dari

pasien yang memenuhi kriteria, memasukkan data sesuai dengan kode yang telah

ditentukan menjadi suatu data dasar, dan mengurutkan serta menyederhanakan data

sehingga mudah diinterpretasikan.

3.9.2. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat karakteristik responden. Data

yang diperoleh berupa frekuensi dan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Data yang diperoleh pada penelitian ini

merupakan data kategorik 2 kelompok tidak berpasangan, sehingga uji yang

digunakan adalah uji Chi Square. Apabila tidak memenuhi syarat uji Chi Square,

maka dilakukan uji Fisher.45

Page 50: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

37

Pada uji Chi Square akan diperoleh nilai p yang akan menunjukkan ada atau

tidaknya hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini digunakan tingkat

kemaknaan sebesar 0,1. Hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen dikatakan bermakna jika memiliki nilai p ≤ 0,1. 45

3.10. Etika Penelitian

Dalam proses pengambilan data yang telah dilakukan, peneliti

memberikan lembar persetujuan sebelum penjelasan (informed consent) kepada

para responden yang menunjukkan bahwa responden bersedia diikutsertakan pada

penelitian ini setelah menyetujui dan menandatangani lembar tersebut (lampiran 1).

Selain itu penelitian ini mendapatkan ethical clearance dari Tim Kaji Etik Program

Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

Agustus 2017 (lampiran 2).

Page 51: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dismenore

Uji validitas dan realibilitas kuesioner dismenore dilakukan kepada 30

responden, yaitu siswi MTsN Pandeglang II Labuan.

4.1.1. Uji Validitas

Pada penelitian ini didapatkan nilai kritis untuk korelasi r product-moment

(r table) sebesar 0,361. Nilai tersebut diperoleh dari jumlah sampel untuk validitas

sebesar 30 dengan tingkat signifikan 5%. Suatu item dapat disebut valid jika

memiliki nilai Pearson Correlation (r hitung) yang lebih besar dari r tabel.45

Hasil uji validitas menunjukkan terdapat 10 item kuesioner yang valid

dengan nilai r > 0,361. Selain itu terdapat 13 item yang tidak valid dan 8 item yang

konstan (lampiran 5).

Item yang tidak valid dapat dikarenakan kalimat pertanyaan yang diberikan

sulit dipahami oleh responden. Dari total 13 item kuesioner yang tidak valid, 9 item

kuesioner diubah kalimatnya oleh peneliti karena item kuesioner tersebut dianggap

dapat membantu penentuan dismenore primer, sedangkan 4 item kuesioner yang

tidak valid lainnya tidak dicantumkan oleh peneliti karena dianggap tidak

mempengaruhi penentuan dismenore primer.

Item yang konstan dapat dikarenakan jawaban dari responden yang tidak

bervariasi. Dari total 8 item kuesioner yang konstan, 6 item kuesioner tetap

dicantumkan oleh peneliti karena dianggap dapat membantu penentuan dismenore

primer, sedangkan 2 item kuesioner yang konstan tidak dicantumkan oleh peneliti

karena dianggap tidak mempengaruhi penentuan dismenore primer.

4.1.2. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha untuk

kuesioner dismenore sebesar 0,611 yang berarti bahwa kuesioner dismenore

Page 52: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

39

bersifat reliabel (lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner tersebut cukup

konsisten jika digunakan untuk responden yang berbeda.45

4.2. Jumlah Responden Yang Memenuhi Kriteria Inklusi

Penelitian ini diikuti oleh 183 responden yang berasal dari santri perempuan

kelas X dan XI di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, didapatkan 86 responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi (lampiran 7).

4.3. Analisis Univariat

Pada analisis univariat akan didapatkan karakteristik responden.

Karakteristik responden secara umum meliputi variabel aktivitas fisik dan

dismenore primer.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden (N = 86)

No. Variabel Kategori Jumlah

N Persentase (%)

1

Aktivitas fisik

Ringan 56 65,1

Sedang 22 25,6

Berat 8 9,3

2

Dismenore primer

Ya 76 88,4

Tidak 10 11,6

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui 56 responden (65,1%) memiliki aktivitas

fisik ringan, 22 responden (25,6%) memiliki aktivitas fisik sedang, dan 8 responden

(9,3%) memiliki aktivitas fisik berat. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Febriana, et al (2015) yang menunjukkan bahwa mayoritas

remaja putri usia 13 – 15 tahun memiliki tingkat aktivitas fisik ringan (77,3%).46

Berdasarkan kejadian dismenore primer didapatkan 76 responden (88,4%)

mengalami dismenore primer dan 10 responden (11,6%) tidak mengalami

Page 53: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

40

dismenore primer. Hasil ini sejalan dengan penelitian Febriana, et al (2015) yang

mendapatkan 67% remaja usia 13 – 15 tahun mengalami dismenore primer.46

Tabel 4.2 Hasil Analisis Univariat Riwayat Menstruasi (N = 86)

No. Variabel Kategori Jumlah

N Persentase (%)

1 Usia menarche <11 tahun 2 2,3

≥11 tahun 84 97,7

2 Lama menstruasi <5 hari

5 – 7 hari

0

56

0

65,1

7 – 14 hari

>14 hari

30

0

34,9

0

3 Siklus menstruasi <21 hari 22 25,6

21 – 35 hari 59 68,6

>35 hari 5 5,8

4 Teratur menstruasi Ya 70 81,4

Tidak 16 18,6

5 Tingkat nyeri saat

menstruasi

Tidak nyeri 10 11,6

Nyeri ringan 26 30,2

Nyeri sedang 31 37,2

Nyeri berat

terkontrol

17 19,8

Nyeri berat

tidak terkontrol

1 1,2

Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan 2 responden (2,3%) mengalami menarche

saat usia <11 tahun , yaitu saat usia 10 tahun, sedangkan 84 responden (97,7%)

lainnya mengalami menarche saat usia ≥11 tahun, yaitu saat usia 11 tahun, 12 tahun,

Page 54: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

41

13 tahun, dan 14 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan Novia, et al (2008) juga

menunjukkan 90% perempuan usia 15 – 30 tahun yang diteliti mengalami menarche

pada usia ≥12 tahun.20

Lama menstruasi responden dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu <5

hari, 5 – 7 hari, 7 – 14 hari, dan >14 hari. Berdasarkan tabel 4.3, tidak ditemukan

responden dengan lama menstruasi <5 hari atau >14 hari, 56 responden (65,1%)

mengalami menstruasi selama 5 – 7 hari, sedangkan 30 responden (34,9%) lainnya

mengalami menstruasi selama 7 – 14 hari.

Siklus menstruasi responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu <21

hari, 21 – 35 hari, dan >35 hari. Berdasarkan hasil perolehan data yang telah

dilakukan, didapatkan 22 responden (25,6%) memiliki siklus menstruasi selama

<21 hari, 59 responden (68,6%) memiliki siklus menstruasi selama 21 – 35 hari,

sedangkan 9 responden (5,8%) memiliki siklus menstruasi selama >35 hari. Hasil

penelitian Zegeye, et al (2007) juga menunjukkan mayoritas remaja usia sekolah

memiliki siklus menstruasi 21 – 35 hari (73,9%). Remaja yang memiliki siklus

menstruasi <21 hari sebanyak 16,2%, sedangkan remaja yang memiliki siklus

menstruasi >35 hari sebanyak 9,8%. 2

Berdasarkan keteraturan menstruasi responden, diketahui 70 responden

(81,4%) mengalami menstruasi teratur, sedangkan 16 responden (18,6%)

mengalami menstruasi tidak teratur. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Zegeye, et al (2007) bahwa mayoritas remaja usia sekolah di

Northwest Ethiopia mengalami menstruasi teratur (57,2%).2

Tingkat nyeri saat menstruasi dikategorikan menjadi 5 kelompok, yaitu tidak

nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat terkontrol, dan nyeri berat tidak

terkontrol. Dari total 86 responden didapatkan 10 responden (11,6%) tidak

mengalami nyeri saat menstruasi, sedangkan 76 responden lainnya mengalami

nyeri saat menstruasi. Dari total 76 responden yang mengalami nyeri saat

menstruasi, 26 responden (30,2%) mengaku mengalami nyeri ringan, 31 responden

(37,2%) mengalami nyeri sedang, 17 responden (19,8%) mengalami nyeri berat

terkontrol, dan 1 responden (1,2%) mengalami nyeri berat tidak terkontrol.

Page 55: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

42

Tabel 4.3 Hasil Analisis Univariat Gejala Penyerta Saat Menstruasi

No. Variabel Kategori Jumlah

N Persentase (%)

1 Kaku otot Ya 17 19,8

Tidak 69 80,2

2 Sakit kepala Ya 21 24,4

Tidak 65 75,6

3 Mual Ya 11 12,8

Tidak 75 87,2

4 Muntah Ya 3 3,5

Tidak 83 96,5

5 Lemas/ lemah Ya 43 50

Tidak 43 50

6 Nyeri punggung Ya 21 24,4

Tidak 65 75,6

7 Nyeri pinggang Ya 39 45,3

Tidak 47 54,7

8 Nyeri panggul Ya 31 36

Tidak 55 64

9 Nyeri paha bagian

dalam

Ya 17 19,8

Tidak 69 80,2

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan 17 responden (19,8%) mengalami kaku

otot saat menstruasi, sedangkan 69 responden (80,2%) lainnya tidak. Selain itu, 21

Page 56: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

43

responden (24,4%) mengalami sakit kepala saat menstruasi, sedangkan 65

responden (75,6%) lainnya tidak. Pada penelitian Novia, et al (2008), 25,4%

responden mengalami keluhan pusing saat menstruasi.20

Di sisi lain, 11 responden (12,8%) mengalami mual saat menstruasi,

sementara 75 responden (87,2%) tidak mengalami mual. Novia, et al (2008)

mendapatkan 14,1% responden dalam penelitiannya mengalami gejala mual saat

menstruasi.20 Tiga responden (3,5%) mengalami muntah saat menstruasi,

sedangkan 83 responden (96,5%) lainnya tidak mengalami muntah saat menstruasi.

Pada gejala lemas/ lemah, 43 responden (50%) mengalami gejala lemas/

lemah, sementara 43 responden (50%) lainnya tidak. Pada gejala nyeri punggung,

21 responden (24,4%) mengalami kejadian nyeri punggung saat menstruasi,

sedangkan 65 responden (75,6%) lainnya tidak mengalami nyeri punggung.

Jika dilihat dari gejala nyeri pinggang, 39 responden (45,3%) mengalami

gejala nyeri pinggang saat menstruasi, sedangkan 47 (54,7%) responden tidak

mengalami gejala nyeri pinggang. Pada gejala nyeri panggul, 31 responden (36%)

mengalami nyeri panggul saat menstruasi, sedangkan 55 responden (64%) lainnya

tidak mengalami nyeri panggul. Di sisi lain, 17 responden (19,8%) mengalami nyeri

paha bagian dalam saat menstruasi, sedangkan 69 responden (80,2%) lainnya tidak.

Penelitian Novia, et al (2008) menjelaskan terdapat 29,6 responden yang mengeluh

merasakan ngilu pada bagian paha.20

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Variabel yang dimaksud dalam hal ini adalah

aktivitas fisik dan dismenore primer.

Jumlah responden yang mengalami kejadian dismenore primer pada

kelompok aktivitas fisik ringan sebesar 50 orang (58,1%), pada kelompok aktivitas

fisik sedang sebesar 20 orang (23,3%), dan pada kelompok aktivitas fisik berat

sebesar 6 orang (7%).

Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer diuji dengan

menggunakan Fisher exact test. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan,

tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer

Page 57: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

44

(p=0,372, Fisher). Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang

menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore

primer.

Tabel 4.4 Hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian dismenore primer

Kategori

Aktivitas Fisik

Kategori Kejadian

Dismenore Primer

Total p-value

Dismenore

Primer

Tidak

Dismenore

Primer

N % N % N %

Ringan 50 58,1 6 7,0 56 65,1

Sedang 20 23,3 2 2,3 22 25,6

Berat 6 7,0 2 2,3 8 9,3

Total 76 88,4 10 11,6 86 100 0,372*

Keterangan: *nilai Fisher Exact Test

Hal ini dapat disebabkan karena faktor psikosomatik yang kerap dialami

oleh para anak dan remaja, termasuk para responden yang usianya 14 – 17 tahun.

Faktor psikosomatik ini menyebabkan seseorang memiliki ambang nyeri yang

rendah sehingga dengan sedikit rangsang nyeri saja seseorang dapat

mempersepsikan nyeri tersebut sebagai sesuatu yang mengganggu.19 Sebuah

penelitian menyatakan bahwa dengan metode psikoanalisis, seseorang dapat

membuat sugesti pada dirinya jika nyeri tersebut dapat dihilangkan, sehingga rasa

nyeri berkurang dan gejalanya hilang.47

Faktor psikologi juga dapat menjadi faktor risiko mengalami dismenore

primer. Penelitian Faramarzi, et al (2014) menjelaskan bahwa depresi, ansietas, dan

stress memiliki hubungan dengan kejadian dismenore primer.48

Page 58: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

45

4.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Pengambilan data hanya dilakukan di satu tempat dengan sampel homogen

sehingga hasil penelitian kurang bermakna.

2. Penegakan dismenore primer yang hanya berdasarkan kuesioner, tidak

melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada tiap responden.

3. Tidak melakukan skoring untuk menentukan derajat keparahan dismenore

primer.

4. Tidak melakukan penilaian status gizi dan tingkat stress pada responden.

Page 59: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

simpulan sebagai berikut.

1. Tingkat aktivitas fisik pada santri perempuan di Pondok Pesantren X di

Kabupaten Bogor terdiri atas aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat.

Mayoritas santri memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, yaitu 56 orang

(65,1%), sedangkan 22 orang (25,6%) memiliki tingkat aktivitas fisik sedang

dan 8 orang (9,3%) memiliki tingkat aktivitas fisik berat.

2. Kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten

Bogor terbilang tinggi, yaitu 76 orang (88,4%) mengalami dismenore primer,

sedangkan 10 orang (11,6%) lainnya tidak mengalami dismenore primer.

3. Tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

dismenore primer (Fisher, p=0,372).

5.2. Saran

Berikut beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

1. Penelitian dengan desain kohort agar dapat mengukur aktivitas fisik lebih detil

dan mengikuti perjalanan dismenore primer yang dialami.

2. Pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis dismenore primer.

3. Penyempurnaan kuesioner dismenore agar dapat menentukan derajat

keparahan dismenore primer berdasarkan skor.

4. Pengukuran status gizi dan tingkat stress untuk menyingkirkan faktor perancu

timbulnya dismenore primer.

Page 60: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

47

DAFTAR PUSTAKA

1. Latthe P, Latthe M, Say L, Gulmezoglu M, Khan KS. WHO systematic review

of prevalence of chronic pelvic pain: a neglected reproductive health

morbidity. BioMed Central. 2006;6:177.

2. Zegeye DT, Megabiaw B, Mulu A. Age at menarche and the menstrual pattern

of secondary school adolescents in Northwest Ethiopia. BioMed Central.

2009;9:29.

3. Jang IA, Kim MY, Lee SR, Jeong KA, Chung HW. Factors related to

dysmenorrhea among Vietnamese and Vietnamese marriage immigrant

women in South Korea. Obstet Gynecol Sci. 2013;56(4):242-248.

4. Handayani, Gamayanti IL, Julia M. Dismenore dan kecemasan pada remaja.

Sari Pediatri. 2013;15(1):27-31.

5. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. PT Bina Pusaka Sarwono

Prawirohardjo. 2011;3:182-3.

6. Aziato L, Dedey F, Clegg-Lamptey JNA. The experience of dysmenorrhoea

among Ghanaian senior high and university students: pain characteristics and

effects. Reproductive Health. 2014;11:58.

7. Shiferaw MT, Wubshet M, Tegabu D. Menstrual problems and associated

factors among students of Bahir Dar University, Amhara National Regional

State, Ethiopia: A cross-sectional survey. PanAfrican Medical Journal.

2014;17:246.

8. French L. Dysmenorrhea. Am Fam Physician. 2005;71(2):285-291.

9. Abbaspour M, Rostami M, Najjar Sh. The effects of exercise on primary

dysmenorrhea. J Res Health Sci. 2006;6(1):26-31.

10. Nizar S. Sejarah sosial & dinamika intelektual pendidikan Islam di nusantara.

Jakarta: Kencana; 2013.

11. Kementerian Agama Republik Indonesia. Analisis dan interpretasi data pada

pondok pesantren, madrasah diniyah (madin), taman pendidikan Qur’an (TPQ)

tahun pelajaran 2011 – 2012. Kemenag RI. 2012

12. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology. Pearson. 2013;9:1035-

40.

Page 61: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

48

13. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Elsevier

Churchill Livingstone. 2012:228-30.

14. Sherwood L. Human physiology: From cells to systems. Brooks/Cole.

2011;764-76.

15. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. EGC: 2008;22:451-4.

16. Longo DL, et al. Harrison’s manual of medicine. Mc Graw Hill: 2013;8:1154.

17. Pernoll ML. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics& gynecology.

McGraw Hill: 2011;10:723-5.

18. Konar H. DC DUTTA’s textbook of gynecology including contraception.

Jaypee Brother Medical Publisher: 2013;6:178-81.

19. Calis KA. Dysmenorrhea treatment & management. 2016 Oct 27 [diakses

tanggal 2 Desember 2016]. Tersedia di

http://emedicine.medcscape.com/article/253812-treatment

20. Novia I. Puspitasari N. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian dismenore

primer. The Indonesian Journal of Public Health. 2008;4(2):96-104.

21. Strauss JF, Barbieri RL. Yen and Jaffe’s reproductive endocrinology:

physiology, pathophysiology, and clinical management. Saunders Elsevier.

2009;6.

22. Manuaba IBG. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan

kb. EGC. 2001.

23. Hunter MS. The women’s health questionnaire (WHQ): frequently asked

questions (FAQ). BioMed Central. 2003

24. McCaffery M, Beebe A, et al. Pain: Clinical manual for nursing practice.

Mosby St. Louis, MO. 1989

25. Hendrix L. Menstrual history questionnaire. 2013 Nov 26 [diakses tanggal 6

Februari 2017]. Tersedia di http://www.westcospineandjoint.com

26. Wyatt KM, at al. Menstrual Symptometrics. Elsevier. 2002

27. World Health Organization. Physical activity. [Diakses tanggal 23 Januari

2017]. Tersedia di http://www.who.int/topics/physical_activity/en/

28. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan nasional riset kesehatan

dasar (riskesdas) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008

Page 62: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

49

29. William L, Wilkins L. ACSM’s guidelines for exercise testing and

prescription. ACSM’s Publisher. 2009;8

30. Baecke, JAH, et al. A short questionnaire for the measurement of habitual

physical activity in epidemiological studies. The American Journal of Clinical

Nutrition. 1989

31. Blakey H, et al. Is exercise associated with primary dysmenorrhea in young

women?. BJOG. 2010;117:222-224.

32. U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service,

Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic

Disease Prevention and Health Promotion, Division of Nutrition and Physical

Activity. Promoting physical activity: a guide for community action. Human

Kinetics. 1999

33. Sianipar O, et al. Prevalensi gangguan menstruasi dan faktor-faktor yang

berhubungan pada siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Maj

Kedoktr Indon. 2009;59(7):308-13.

34. Budayati ES. Olahraga dan fisiologi reproduksi wanita. MEDIKORA.

2010;6(2):1-8.

35. Kanca IN. Olahraga dan kesehatan reproduksi. MEDIKORA. 2006;2(2):205-

218.

36. Onur O, et al. Impact of home-based exercise on quality of life of women with

primary dysmenorrhea. SAJOG. 2012

37. American College of Cardiology. Exercise: how to use a pedometer.

Healthwise. 2007

38. Janatin H. Anthropometry and body composition of Indonesian adults: an

evaluation of body image, eating behaviours, and physical activity [tesis].

[Brisbane, Queensland]: Queensland University of Technology; 2013

39. International Physical Activity Questionnaire. Guidelines for data processing

and analysis of the international physical activity questionnaire (IPAQ) – short

and long forms. 2005 Nov 4 [diakses tanggal 16 Juni 2017]. Tersedia di

http://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html

40. World Health Organization. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Analysis Guide. WHO. 2010

Page 63: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

50

41. University of Washington Health Promotion Research Center. How physically

active are you? : an assessment of level and intensity of physical activity.

University of Washington Health Promotion Research Center. 2006

42. Communicable Disease Center (CDC). Adults physical activity questions on

the national health interview survey 1975 – 2012. 2012 Mar 29 [diakses

tanggal 27 Agustus 2016]. Tersedia di

http://www.cdc.gov/nchs/nhis/physical_activity/pa_guide.htm

43. Madjid N. Bilik-bilik pesantren: sebuah potret perjalanan. Paramadina. 1997

44. Mastuki HS. Kebangkitan kelas menengah santri: dari tradisionalisme,

liberalisme, post-tradisionalisme, hingga fundamentalisme. Tangerang

Selatan: Pustaka Dunia; 2010.

45. Tantur S. Panduan penelitian untuk skripsi kedokteran & kesehatan. Jakarta;

2017. h. 20-23, 36, 102-105.

46. Febriana, et al. Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan dysmenorrhea primer

pada remaja umur 13 – 15 tahun di SMP K. Harapan Denpasar. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. 2015:5-6.

47. Hunter WE, Rolf BB. The psychosomatic aspect of dysmenorrhea; a sensory

conditioning process. Am. J. Obst. & Gynec. 1947;53:123-31.

48. Faramarzi M, Salmalian H. Association of psychologic and nonpsychologic

factor with primary dysmenorrhea. Iran Red Crescent Med J.

2014;16(8):e16307.

Page 64: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

51

Lampiran 1

Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri

di Pondok Pesantren

Santri yang terhormat,

Saat ini saya, Annisa Tristiana sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan

Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok

Pesantren”.

Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda akan

menjalani penelitian ini melalui pengisian dua buah kuesioner, yaitu kuesioner

aktivitas fisik dan kuesioner dismenore. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri

di pondok pesantren.

Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan

penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-

waktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting sekali,

diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan jujur dan sebaik-baiknya. Data

yang terisi hanya akan digunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga

kerahasiaannya.

Peneliti,

Annisa Tristiana

Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Jalan Puri Laras 1 Kavling 21 – 22 Tarumanegara 78 Ciputat Timur Tangerang

Selatan

Tlp. 083812707123

Page 65: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

52

Lanjutan Lampiran 1

Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Usia :

Kelas :

Alamat :

Nomor telp/ hp :

Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang diberikan

oleh Annisa Tristiana dari PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

bersedia menjalani penelitian mengenai “Hubungan Aktivitas Fisik dengan

Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok Pesantren”.

Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.

Ciputat, 2017

Mengetahui,

Peneliti

Peserta Penelitian

(Annisa Tristiana) ( )

Page 66: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

53

Lampiran 2

Page 67: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

54

Lampiran 3

Persetujuan Penggunaan IPAQ

Page 68: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

55

Lampiran 4

INTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE (IPAQ)

Kami tertarik untuk mengetahui berbagai aktivitas fisik yang dikerjakan masyarakat

sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan berikut akan menanyakan

kepada anda tentang waktu yang anda habiskan untuk aktif secara fisik selama 7

hari terakhir. Jawablah tiap-tiap pertanyaan meskipun anda tidak menganggap diri

anda sebagai orang yang aktif. Pikirkanlah aktivitas yang anda kerjakan saat anda

bekerja, sebagai bagian dari pekerjaan rumah dan halaman, perjalanan dari satu

tempat ke tempat lain, dan dalam waktu luang anda pada saat rekreasi, latihan, atau

olahraga.

Pikirkanlah segala aktivitas fisik berat maupun sedang yang anda kerjakan dalam 7

hari terakhir. Aktivitas fisik berat merupakan aktivitas yang membutuhkan tenaga

fisik yang kuat dan membuat tarikan nafas anda lebih cepat dari normal. Aktivitas

fisik sedang merupakan aktivitas yang membutuhkan kekuatan fisik sedang dan

membuat tarikan nafas anda sedikit lebih cepat daripada normal.

BAGIAN 1: AKTIVITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEGIATAN BELAJAR

Bagian pertama berikut tentang kegiatan belajar Anda, termasuk kegiatan

belajar di luar rumah maupun di luar asrama. Perlu diketahui, jangan

memasukkan pekerjaan yang anda kerjakan di dalam maupun di sekitar rumah

seperti pekerjaan sehari-hari dalam rumah, pekerjaan di pekarangan rumah,

perawatan secara umum, perawatan rumah dan keluarga, dan lain-lain. Hal

tersebut akan ditanyakan pada Bagian 3.

1 Apakah akhir-akhir ini anda mempunyai kegiatan belajar di sekolah atau di

tempat kursus di luar rumah atau asrama?

a. Ya

b. Tidak

Jika tidak ada,

lanjutkan ke BAGIAN

2: TRANSPORTASI

Page 69: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

56

Lanjutan Lampiran 4

Pertanyaan selanjutnya tentang aktivitas fisik yang anda kerjakan selama 7

hari terakhir sebagai bagian dari kegiatan belajar di luar rumah. Tidak

termasuk perjalanan berangkat dan pulang ke tempat belajar.

Pikirkan hanya aktivitas fisik yang anda kerjakan minimal 10 menit

sekali waktu.

2

Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik berat

seperti mengangkat benda-benda berat, naik tangga, dan olahraga wajib di

jam sekolah (bermain bola voli, bola basket, dan sepak bola, dan

sebagainya)? Hanya pikirkan tentang aktivitas fisik yang Anda lakukan

setidaknya 10 menit sekali waktu.

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada kegiatan belajar yang menuntut

aktivitas fisik berat

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 4

3

Berapa lama waktu yang biasa anda habiskan dalam sehari untuk melakukan

aktivitas fisik berat sebagai bagian dari kegiatan belajar anda (pertanyaan

no. 2)?

a. ……menit per hari

4

Lagi, pikirkanlah hanya aktivitas fisik yang Anda kerjakan selama paling

tidak 10 menit sekali waktu. Selama 7 hari terakhir berapa hari anda

melakukan aktivitas fisik sedang seperti mengangkat benda ringan sebagai

bagian dari kegiatan belajar Anda? Tidak termasuk berjalan.

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada kegiatan belajar yang menuntut

aktivitas fisik sedang

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 6

5 Berapa banyak waktu yang biasa anda habiskan pada satu hari untuk

melakukan aktivitas fisik sedang sebagai bagian dari kegiatan belajar anda

(pertanyaan no. 4)?

Page 70: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

57

Lanjutan Lampiran 4

a. ....…. menit per hari

6

Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda berjalan selama minimum 10

menit sebagai bagian dalam kegiatan belajar anda? Tidak termasuk berjalan

dalam rangka berangkat ke ataupun pulang dari tempat belajar.

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada waktu berjalan yang

berhubungan dengan kegiatan belajar

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 8

7 Berapa lama waktu biasanya Anda habiskan untuk berjalan pada hari-hari

tersebut sebagai bagian dari kegiatan belajar Anda (pertanyaan no. 6)?

a. ……. menit per hari

BAGIAN 2: AKTIVITAS FISIK DALAM TRANSPORTASI

Pertanyaan berikut tentang bagaimana anda melakukan perjalanan dari dan ke

suatu tempat, termasuk tempat belajar, kantin, toko, pasar, dan sebagainya

selama 7 hari terakhir, minimum 10 menit.

8 Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda bepergian menggunakan kendaraan

bermotor seperti sepeda motor, kereta api, bus, mobil, dan lain-lain?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada perjalanan menggunakan

kendaraan bermotor

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 10

9

Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk bepergian dengan

kendaraan bermotor seperti sepeda motor, kereta api, bus, mobil, dan lain-

lain dalam satu hari ? (sesuai jawaban pertanyaan no. 8)

a. ……. menit per hari

10 Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda bersepeda paling sedikit 10 menit

terus-menerus dari satu tempat ke tempat lain?

Page 71: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

58

Lanjutan Lampiran 4

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada bersepeda dari satu tempat ke

tempat lain

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 12

11 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk bersepeda dalam

satu hari ? (sesuai jawaban pertanyaan no. 10)

a. ……. menit per hari

12 Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda berjalan paling sedikit 10 menit

terus-menerus dari satu tempat ke tempat lain?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 14

13 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk berjalan dalam satu

hari? (sesuai jawaban pertanyaan no. 12)

a. ……. menit per hari

BAGIAN 3: KEGIATAN DI RUMAH ATAU ASRAMA

Bagian ini tentang beberapa kegiatan fisik yang mungkin Anda lakukan dalam 7

hari terakhir di dalam dan sekitar rumah atau asrama, seperti menyapu, mengepel,

membersihkan kamar atau rumah, mencuci, menyetrika, dan lain-lain.

14

Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang

berat paling sedikit 10 menit terus-menerus seperti mengangkat benda berat,

memotong kayu, menggali di halaman atau, atau menimba air di sumur?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak melakukan aktivitas fisik berat

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 16

15

Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan kegiatan

fisik yang berat di halaman dalam satu hari? (sesuai jawaban pertanyaan no.

14)

a. ……. menit per hari

Page 72: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

59

Lanjutan Lampiran 4

16

Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang

sedang paling sedikit 10 menit terus-menerus seperti membawa benda

ringan, mengelap jendela, mencabut rumput, atau menyapu di halaman?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak melakukan aktivitas fisik sedang

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 18

17 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan aktivitas

fisik sedang di halaman dalam satu hari? (sesuai jawaban pertanyaan no. 16)

a. ……. menit per hari

18

Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang

sedang paling sedikit 10 menit terus-menerus seperti membawa benda

ringan, mengelap jendela, menyikat lantai dan menyapu di dalam rumah atau

asrama Anda?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak melakukan aktivitas fisik sedang

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 20

19

Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan aktivitas

fisik sedang di rumah atau asrama dalam satu hari? (sesuai jawaban

pertanyaan no. 18)

a. ……. menit per hari

BAGIAN 4: REKREASI, OLAHRAGA, DAN AKTIVITAS FISIK DI

WAKTU SANTAI

Bagian ini tentang semua kegiatan fisik yang Anda lakukan dalam 7 hari terakhir

untuk rekreasi, olahraga, hiburan lain di waktu santai. Aktivitas fisik yang sudah

Anda sebutkan pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya jangan disebutkan lagi.

Bagian ini tentang aktivitas fisik yang Anda kerjakan selama 7 hari terakhir

paling sedikit 10 menit terus-menerus tentang rekreasi, olahraga, atau hiburan

lain di waktu santai. Aktivitas fisik yang sudah Anda sebutkan pada pertanyaan-

pertanyaan sebelumnya jangan disebutkan lagi.

Page 73: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

60

Lanjutan Lampiran 4

20

Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda berjalan paling sedikit 10 menit

terus-menerus di waktu santai Anda? (selain kegiatan berjalan yang ada di

bagian 2)

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada aktivitas berjalan pada waktu

santai

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 22

21 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk berjalan di waktu

santai Anda dalam satu hari? (sesuai jawaban pertannyaan no. 20)

a. ……. menit per hari

22

Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang kuat

minimal 10 menit seperti aerobik, berlari, bersepeda cepat, atau berenang

cepat di waktu santai Anda?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada aktivitas yang kuat di waktu

luang

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 24

23

Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan kegiatan

fisik yang kuat di waktu santai Anda dalam satu hari? (sesuai jawaban

pertannyaan no. 22)

a. ……. menit per hari

24

Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik sedang

minimal 10 menit seperti bersepeda pada kecepatan biasa, berenang dengan

kecepatan biasa, dan tenis di waktu santai Anda?

a. ……. hari per minggu

b. Tidak ada aktivitas yang sedang di waktu

luang

Jika tidak ada, lanjutkan

ke pertanyaan no. 26

25 Berapa banyak waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan aktivitas

fisik sedang dalam waktu santai Anda dalam satu hari? (sesuai jawaban

pertannyaan no. 24)

Page 74: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

61

Lanjutan Lampiran 4

a. ……. menit per hari

BAGIAN 5: WAKTU UNTUK DUDUK

Pertanyaan terakhir tentang waktu yang Anda habiskan duduk saat hari sekolah,

di rumah atau asrama, dan selama waktu luang. Ini mungkin termasuk waktu

yang dihabiskan duduk di meja, mengunjungi teman, membaca atau duduk atau

berbaring untuk menonton televisi. Tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk

duduk di kendaraan bermotor seperti yang telah Anda sebutkan sebelumnya.

26

Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan

untuk duduk saat hari sekolah? (di rumah atau asrama maupun di tempat

belajar)

a. ……. menit per hari

27 Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan

untuk duduk selama hari libur?

a. ……. menit per hari

KUESIONER DISMENORE

A. Riwayat Menstruasi

1. Berapa usia Anda saat pertama kali menstruasi?

2. Kapan terakhir Anda mengalami menstruasi? (tanggal, bulan, dan tahun

atau berapa bulan/ minggu yang lalu)

3. Lama siklus menstruasi selama enam bulan terakhir

a. Setiap <21 hari

b. Setiap 21 – 35 hari

c. Setiap >35 hari

Page 75: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

62

Lanjutan Lampiran 4

4. Lama menstruasi

a. <5 hari

b. 5 – 7 hari

c. 7 – 14 hari

d. >14 hari

5. Apakah Anda mengalami menstruasi secara teratur?

a. Ya

b. Tidak

6. Berapa kali Anda mengalami menstruasi dalam enam bulan terakhir?

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

f. 6

7. Berapa kali Anda mengganti pembalut dalam sehari saat menstruasi?

a. 1 kali

b. 2 – 3 kali

c. >3 kali

8. Apakah Anda pernah mengalami perdarahan yang keluar dari

kemaluan selain saat menstruasi?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah Anda mengalami nyeri perut bawah saat menstruasi?

a. Ya

b. Tidak

10. Kapan nyeri perut bawah mulai dirasakan?

a. Beberapa jam sebelum menstruasi

b. Di awal menstruasi

c. Di tengah menstruasi

Page 76: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

64

Lanjutan Lampiran 4

d. Di akhir menstruasi

e. Selama menstruasi

11. Kapan pertama kali Anda merasakan nyeri perut bawah saat

menstruasi?

a. Sejak menstruasi pertama

b. Kurang dari 6 bulan sejak menstruasi pertama

c. Lebih dari 6 bulan sejak menstruasi pertama

12. Berapa tingkat nyeri Anda jika diukur menggunakan angka 0 - 10?

(lingkari salah satu angka yang sesuai)

13. Adakah keluhan lain yang menyertai nyeri perut bawah maupun kram

perut bawah? (beri tanda X pada kolom yang sesuai)

Keluhan Penyerta YA TIDAK

Kekakuan otot

Sakit kepala

Mual

Muntah

Lemas atau lemah

Nyeri punggung

Nyeri pinggang

Nyeri panggul

Nyeri paha bagian dalam

Page 77: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

65

Lanjutan Lampiran 4

B. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Apakah Anda pernah ke dokter kandungan?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah Anda pernah dinyatakan memiliki penyakit atau gangguan

kandungan?

a. Ya, sebutkan nama penyakitnya:

b. Tidak

3. Apakah Anda pernah dioperasi pada bagian perut?

a. Ya, sebutkan apa penyebabnya:

b. Tidak

4. Apakah Anda pernah mengalami cedera pada perut?

a. Ya, sebutkan cederanya:

b. Tidak

5. Apakah Anda pernah mengalami nyeri perut bawah luar siklus

menstruasi?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah Anda pernah atau sedang menjalani pengobatan rutin?

a. Ya, sebutkan nama obat yang diminum atau pengobatan yang dilakukan:

b. Tidak

Page 78: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

66

Lanjutan Lampiran 4

7. Apakah Anda memiliki penyakit tertentu?

a. Ya, sebutkan nama penyakitnya:

b. Tidak

C. Riwayat Keluarga

1. Apakah ada anggota keluarga Anda (ibu kandung atau saudara

kandung) yang mengalami nyeri saat menstruasi?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

2. Apakah ada anggota keluarga Anda (ibu kandung atau saudara

kandung) yang memiliki penyakit atau gangguan pada kandungan?

a. Ya, sebutkan siapa dan nama penyakitnya:

b. Tidak

c. Tidak tahu

Page 79: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

67

Lampiran 5

Hasil Uji Validitas Kuesioner Dismenore

S

Usia Menarche Pearson Correlation .006

Sig. (2-tailed) .973

N 30

Lama Siklus Menstruasi Pearson Correlation -.295

Sig. (2-tailed) .114

N 30

Lama Menstruasi Pearson Correlation -.401*

Sig. (2-tailed) .028

N 30

Teratur Menstruasi Pearson Correlation -.183

Sig. (2-tailed) .332

N 30

Frekuensi Menstruasi dalam

6 Bulan Terakhir

Pearson Correlation .164

Sig. (2-tailed) .385

N 30

Frekuensi Ganti Pembalut

dalam Sehari

Pearson Correlation -.234

Sig. (2-tailed) .213

N 30

Perdarahan di Luar Siklus

Menstruasi

Pearson Correlation .079

Sig. (2-tailed) .678

N 30

Nyeri dan/atau Kram Perut

Bawah saat Menstruasi

Pearson Correlation .113

Sig. (2-tailed) .551

N 30

Waktu Nyeri dan/atau Kram

Perut Bawah saat Menstruasi

Pearson Correlation .388*

Sig. (2-tailed) .034

N 30

Page 80: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

68

Konsumsi Obat Penghilang

Nyeri

Pearson Correlation .159

Sig. (2-tailed) .401

N 30

Tidak Pergi ke Sekolah Pearson Correlation .159

Sig. (2-tailed) .401

N 30

Kurang Semangat Untuk

Sekolah atau Olahraga

Pearson Correlation

.343

Sig. (2-tailed) .064

N 30

Mengurangi Aktivitas

Olahraga atau Latihan

Pearson Correlation .452*

Sig. (2-tailed) .012

N 30

Melewatkan Beberapa

Pekerjaan atau Kegiatan

Harian

Pearson Correlation .619**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Mampu Melanjutkan

Pekerjaan Sehari-hari Namun

Mengurangi Olahraga

Pearson Correlation .080

Sig. (2-tailed) .673

N 30

Mengurangi Sedikit Beban

Pekerjaan Sehari-hari

Pearson Correlation .438*

Sig. (2-tailed) .016

N 30

Kompres Hangat pada Perut Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Berobat ke Dokter Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Lanjutan Lampiran 5

Page 81: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

69

Tingkat Nyeri Pearson Correlation .682**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Kekakuan Otot Pearson Correlation .411*

Sig. (2-tailed) .024

N 30

Sakit Kepala Pearson Correlation .213

Sig. (2-tailed) .258

N 30

Mual Pearson Correlation .577**

Sig. (2-tailed) .001

N 30

Muntah Pearson Correlation .251

Sig. (2-tailed) .181

N 30

Lemas atau Lemah Pearson Correlation .242

Sig. (2-tailed) .197

N 30

Nyeri Punggung Pearson Correlation .472**

Sig. (2-tailed) .008

N 30

Nyeri Pinggang Pearson Correlation .570**

Sig. (2-tailed) .001

N 30

Nyeri Panggul Pearson Correlation .548**

Sig. (2-tailed) .002

N 30

Nyeri Paha Bagian Dalam Pearson Correlation .093

Sig. (2-tailed) .625

N 30

Lanjutan Lampiran 5

Page 82: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

70

Riwayat ke Dokter

Kandungan

Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Penyakit atau Gangguan

Kandungan

Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 29

Operasi pada Bagian Perut Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Cedera pada Perut Pearson Correlation .159

Sig. (2-tailed) .401

N 30

Nyeri dan/atau Kram Perut

Bawah di Luar Siklus

Menstruasi

Pearson Correlation -.139

Sig. (2-tailed) .465

N 30

Pernah atau Sedang

Menjalani Pengobatan Rutin

Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Memiliki Penyakit Tertentu Pearson Correlation .a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Anggota Keluarga

Mengalami Nyeri saat

Menstruasi

Pearson Correlation .175

Sig. (2-tailed) .381

N 27

Anggota Keluarga Memiliki

Penyakit atau Gangguan

Kandungan

Pearson Correlation

.a

Sig. (2-tailed) .

N 30

Total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 30

Lanjutan Lampiran 5

Page 83: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

71

Lampiran 6

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dismenore

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.611 31

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Perdarahan di Luar

Siklus Menstruasi 9.31 11.262 -.034 .620

Nyeri dan/atau Kram

Perut Bawah saat

Menstruasi

8.65 11.035 .026 .619

Waktu Nyeri dan/atau

Kram Perut Bawah saat

Menstruasi

7.65 9.355 .255 .597

Konsumsi Obat

Penghilang Nyeri 9.42 11.294 .000 .612

Tidak Pergi ke Sekolah 9.38 11.126 .099 .609

Kurang Semangat

Untuk Sekolah atau

Olahraga

9.15 10.215 .302 .588

Mengurangi Aktivitas

Olahraga atau Latihan 9.08 9.754 .431 .570

Melewatkan Beberapa

Pekerjaan atau

Kegiatan Harian

9.15 9.575 .541 .558

Page 84: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

72

Mampu Melanjutkan

Pekerjaan Sehari-hari

Namun Mengurangi

Olahraga

9.04 11.398 -.105 .638

Mengurangi Sedikit

Beban Pekerjaan

Sehari-hari

8.77 10.105 .309 .586

Kompres Hangat pada

Perut 9.42 11. 294 .000 .612

Berobat ke Dokter 9.42 11.294 .000 .612

Tingkat Nyeri 7.85 8.135 .598 .520

Kekakuan Otot 9.27 10.525 .266 .594

Sakit Kepala 9.12 10.906 .053 .618

Mual 9.27 10.045 .478 .573

Muntah 9.35 11.035 .102 .609

Lemas atau Lemah 8.62 10.406 .280 .592

Nyeri Punggung 9.15 10.055 .360 .581

Nyeri Pinggang 9.15 9.735 .480 .566

Nyeri Panggul 9.27 10.045 .478 .573

Nyeri Paha Bagian

Dalam 9.31 11.422 -.106 .626

Riwayat ke Dokter

Kandungan 9.42 11.294 .000 .612

Penyakit atau

Gangguan Kandungan 9.42 11.294 .000 .612

Operasi pada Bagian

Perut 9.42 11.294 .000 .612

Cedera pada Perut 9.38 11.126 .099 .609

Nyeri dan/atau Kram

Perut Bawah di Luar

Siklus Menstruasi

9.04 12.198 -.332 .664

Lanjutan Lampiran 6

Page 85: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

73

Pernah atau Sedang

Menjalani Pengobatan

Rutin

9.42 11.294 .000 .612

Memiliki Penyakit

Tertentu 9.42 11.294 .000 .612

Anggota Keluarga

Mengalami Nyeri saat

Menstruasi

8.92 11.034 .000 .626

Anggota Keluarga

Memiliki Penyakit atau

Gangguan Kandungan

9.42 11.294 .000 .612

(lanjutan)

Lanjutan Lampiran 6

Page 86: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

74

Lampiran 7

Rincian Kriteria Eksklusi pada Responden

Kriteria Eksklusi Frekuensi

Tidak mengisi salah satu kuesioner 23

Riwayat mengalami penyakit tertentu 17

Riwayat menjalani pengobatan rutin 9

Riwayat mengalami nyeri perut bawah di luar siklus

menstruasi

56

Riwayat mengalami cedera perut 1

Riwayat menjalani operasi perut 4

Riwayat mengalami penyakit kandungan 1

Riwayat mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi 18

Keterangan: Beberapa responden memiliki kriteria eksklusi lebih dari satu

Page 87: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

75

Lampiran 8

Hasil Analisis Univariat

Aktivitas Fisik

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Berat 8 9.3 9.3 9.3

Ringan 56 65.1 65.1 74.4

Sedang 22 25.6 25.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Dismenore

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Dismenore 76 88.4 88.4 88.4

Tidak

Dismenore 10 11.6 11.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Usia Menarche

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid <11 tahun 2 2.3 2.3 2.3

≥11 tahun 84 97.7 97.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Lama Menstruasi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 5 - 7 hari 56 65.1 65.1 65.1

7 - 14

hari 30 34.9 34.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

Page 88: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

76

Lanjutan Lampiran 8

Siklus Menstruasi

Frequenc

y Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid <21 hari 22 25.6 25.6 25.6

>35 hari 5 5.8 5.8 31.4

21 - 35

hari 59 68.6 68.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Menstruasi Teratur

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 16 18.6 18.6 18.6

Ya 70 81.4 81.4 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tingkat Nyeri

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulativ

e Percent

Va

lid

Nyeri berat terkontrol 17 19.8 19.8 19.8

Nyeri berat tidak

terkontrol 1 1.2 1.2 20.9

Nyeri ringan 26 30.2 30.2 51.2

Nyeri sedang 32 37.2 37.2 88.4

Tidak Nyeri 10 11.6 11.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Kaku Otot

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 69 80.2 80.2 80.2

Ya 17 19.8 19.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Page 89: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

77

Lanjutan Lampiran 8

Sakit Kepala

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 65 75.6 75.6 75.6

Ya 21 24.4 24.4 100.0

Total 86 100.0 100.0

Mual

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 75 87.2 87.2 87.2

Ya 11 12.8 12.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Muntah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 83 96.5 96.5 96.5

Ya 3 3.5 3.5 100.0

Total 86 100.0 100.0

Lemas/ Lemah

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 43 50.0 50.0 50.0

Ya 43 50.0 50.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Page 90: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

78

Lanjutan Lampiran 8

Nyeri Punggung

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 65 75.6 75.6 75.6

Ya 21 24.4 24.4 100.0

Total 86 100.0 100.0

Nyeri Pinggang

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 47 54.7 54.7 54.7

Ya 39 45.3 45.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Nyeri Panggul

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 55 64.0 64.0 64.0

Ya 31 36.0 36.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Nyeri Paha Dalam

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 69 80.2 80.2 80.2

Ya 17 19.8 19.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Page 91: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

79

Lampiran 9

Hasil Analisis Bivariat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 1.575a 2 .455 .531

Likelihood Ratio 1.287 2 .525 .703

Fisher's Exact Test 1.784 .372

Linear-by-Linear

Association .646b 1 .421 .447 .281 .134

N of Valid Cases 86

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.

b. The standardized statistic is -.804.

Page 92: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

80

Lampiran 10

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Annisa Tristiana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 9 Juli 1996

Glongan Darah : O

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 01 RT/

RW 001/ 003 Menes – Pandeglang –

Banten 42262

B. Pendidikan

Sekolah Dasar : SDN Jaka Setia III Bekasi Selatan

Sekolah Menengah Pertama : MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes

Sekolah Menengah Atas : MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Sie. Pendidikan OSIS MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes

2009 - 2010

2. Anggota Sie. Pendidikan OSIS MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes 2012

– 2013

3. Anggota DENTA CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 –

2016

4. Anggota Departemen Pendidikan dan Profesi CSSMoRA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2016 -2017

5. Bendahara UIN Syahid Medical Rescue (USMR) 2015 - 2017

Page 93: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37180/1/ANNISA... · iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas

81

D. Penghargaan

1. Juara 1 Calistung Tingkat SD se-Kecamatan Bekasi Selatan Tahun 2002

2. Juara 1 Lomba Kreasi Mading Tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Menes

Tahun 2009

3. Juara 3 Lomba Cipta Cerpen Tingkat SMP/MTs se-Kabupaten

Pandeglang Tahun 2009

4. Juara 1 Olimpiade Fisika Eureka HMP Fisika UIN SGD Bandung

Tingkat SMP/MTs se-Jawa Barat dan Banten Tahun 2010

5. Delegasi Indonesian Medical Olympiad FK UPH 2016 Cabang

Muskuloskeletal.