SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

107
SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS DI SEKOLAH DASAR KARTIKA XX-I MAKASSAR DI SUSUN OLEH : HALMINAH C12112642 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN

DENGAN KEJADIAN OBESITAS DI SEKOLAH

DASAR KARTIKA XX-I MAKASSAR

DI SUSUN OLEH :

HALMINAH

C12112642

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Halminah

Nomor Mahasiswa : C 121 12 642

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima

sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan

sama sekali.

Makassar, Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

Halminah

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia

yang telah dilimpahkanNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas

Pada Anak Sekolah Dasar Kartika XX-I di Makassar”. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) Pada

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar. Dengan terselesainya skripsi ini perkenankanlah saya mengucapkan

banyak terimahkasih yang sedalam-dalam dengan hati yang tulus kepada :

1. DR. Werna Nontji, S.Kep., M.Kep, selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Nuurhidayat Jafar, S.Kep., Ns., M.Kep dan Waode Nur Isnah, S.Kep,. Ns.,

M.Kes selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan masukan bagi penulis demi perbaikan skripsi ini.

3. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes dan Nurhaya Nurdin, S.Kep., Ns.,

MN,. MPH selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan

kritikan demi menyempurnakan skripsi ini.

4. Para dosen dan staf akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

5. Kepala Sekolah SD Kartika XX-I Makassar yang telah memberikan ijin

serta kerja sama dalam proses penelitain berlangsung.

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

v

6. Alm. Ayahanda H. Muh. Bakri, untuk yang kedua kalinya, beliau tidak

melihat saya di wisuda, semoga engkau tenang disana dan bangga melihat

kami disini. Untuk Ibunda Hj. Hasni Bakri tercinta terima kasih atas segala

doa, cinta dan kasih sayang serta penuh kesabaran terus memberikan

semangat dan dukungan dalam menyelesaiakan pendidikan.

7. Untuk ke 6 Saudara-saudaraku serta ke 7 ponakanku yang telah

memberikan dorongan, semangat dan leluconnya kepada adinda. Dan tak

lupa dr. Lia, Sp.PD yang telah memberikan motivator dan pemberi

inspirasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Serta sahabat-

sahabatku, Uly, Risna, Suci, Hera, Mastang terimah kasih telah menjadi

sahabat saya dan semoga kalian sukses.

8. Seluruh teman–teman seperjuangan Prog. Ners B 2012, yang selalu

memberikan dukungan serta teman-teman yang lain yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu.

9. Seluruh responden yang telah bersedia sebagai sampel dalam penelitian ini

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi

ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun

demi kesempurnaannya. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan oleh

semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah sebagai tabungan

diakhirat kelak, Amin.

Wasalamu Alaikum Wr.Wb

Makassar, Januari 2014

Penulis

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

vi

ABSTRAK

Halminah (C12112642). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian

Obesitas Di Sekolah Dasar Kartika XX-I Makassar. Yang dibimbing oleh Nuurhidayat Jafar

dan Waode Nur Isnah.

Latar belakang : Obesitas adalah suatu keadaan kronis yang dicirikan dengan kelebihan lemak

dalam tubuh. Penimbunan lemak yang berlebih tersebut disebabkan tidak adanya keseimbangan

antara pemasukan dan pengeluaran energi. Obesitas terjadi karena interaksi yang sangat kompleks

antara aktivitas fisik, pola makan, dan gaya hidup. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan aktivitas fisik dan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah

Metode : penelitian ini dilakukan secara observational analitik dengan desain penelitian case

control sudy. Sampel yang diambil sebanyak 62 orang di SD Kartika XX-I secara simple random

sampling, yang terdiri atas 31 orang obesitas dan 31 orang yang non obesitas.. Instrumen

penelitian adalah kuesioner dan food recall 24 jam yang berupa pertanyaan. Uji statistik yang

digunakan adalah chi square dengan tingkat signifikan α = 0,05.

Hasil : hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik kurang dimana p= 0,001, dan pola makan

protein lebih yang berusia 7-9 tahun dimana p=0,002, serta pola makan lemak lebih pada

perempuan yang berusia 10-12 tahun dimana p=0,001.

Kesimpulan dan saran: ada hubungan antara aktivitas fisik, pola makan protein yang berusia 7-9

tahun, pola makan lemak pada perempuan yang berusia 10-12 tahun. Tidak ada hubungan antara,

pola makan, energy, karbohidrat, protein dan lemak pada laki-laki yang berusia 10-12 tahun.

disarankan melakukan penelitian lanjutan tentang pola makan, aktivitas fisik dan berat badan lebih

di sekolah lanjutan atas dengan instrument dan pengkuran yang tepat sehingga dapat diperoleh

hasil penelitian yang optimal. Memberikan informasi dan penyuluhan tentang aktivitas fisik yang

baik dan pola makan yang sehat untuk mencegah terjadinya obesitas.

Kata kunci : Aktivitas fisik, Pola makan, Obesitas, Anak sekolah dasar

Sumber Literatur : 26 (2005-2013)

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

vii

ABSTRACT

Halminah (C12112642). Relationships of Physical Activity and diet with Obesity in

Elementary School of Kartika XX-I Makassar. Guided by Nuurhidayat Jafar Nur and Waode

Isnah.

Background: Obesity is a chronic condition characterized by excess fat in the body. The

excessive accumulation of fat due to lack of balance between energy intake and expenditure.

Obesity occurs due to the very complex interaction between physical activity, diet, and lifestyle.

The purpose of this study is to determine the relationship of physical activity and diet with the

incidence of obesity for students.

Methods: This study is conducted by using an observational analytical with case-control study.

Samples taken as many as 62 students in SD Kartika XX-I by simple random sampling, which

consists of 31 obese and 31 non-obese people .. The research instrument is a questionnaire and 24-

hour food recall in the form of a question. Statistical test used was chi square with a significant

level of α = 0.05.

Results: The results show less physical activity where p = 0.001, and protein diet over 7-9 years

old where p = 0.002, as well as eating more fat in women aged 10-12 years where p = 0.001.

Conclusions and suggestions: there is a relationship between physical activity, dietary proteins

who are 7-9 years old, dietary fat in women aged 10-12 years. There is no relationship between,

diet, energy, carbohydrate, protein and fat in men aged 10-12 years. suggested to do further

research on diet, physical activity and overweight in high school with the right instruments and

take the measurements in order to obtain optimal research results. Provide information and

counseling on physical activity and a good healthy diet to prevent obesity.

Keywords: Physical activity, diet, obesity, elementary school's students.

Bibliography : 26 (2005-2013)

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… x

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah ................ 8

B. Obesitas pada Anak …………………………… ......................... 13

C. Hubungan Aktivitas fisik dengan Obesitas………………………. 25

D. Hubungan Pola Makan Terhadap Obesitas ……………………… 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konsep .......................................................................... 36

B. Hipotesis penelitian ...................................................................... 37

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

ix

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ......................................................................... 38

B. Tempat dan Waktu ....................................................................... 38

C. Populasi dan Sampel .................................................................... 38

D. Instrument Penelitian …………………………………………… 40

E. Alur Penelitian .............................................................................. 42

F. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional.............................. 43

G. Pengolahan Dan Analisa Data ..................................................... 46

H. Masalah Etika .............................................................................. 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ............................................................................................ 48

B. Pembahasan ................................................................................. 58

C. Keterbatasan penelitian ............................................................... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN HASIL

A. Kesimpulan ................................................................................... 67

B. Hasil .............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Peneliti

Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Formulir Food Recall 24 Jam

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil Penelitian

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

xi

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1 Kerangka Konsep .......................................................................... 36

BAGAN 2 Alur Penelitian .............................................................................. 42

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kebutuhan Zat Gizi ............................................................................ 12

Tabel 2 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 .................................... 25

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Kartika

XX-I di Makassar ............................................................................... 49

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik dan Pola Makan

di SD Kartika XX-I Makassar ............................................................ 50

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin di SD Kartika XX-I Makassar .............................................. 51

Tabel 6 Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas pada

Anak SD Kartika XX-I di Makassar ................................................... 53

Tabel 7 Hubungan Antara Pola Makan Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin Dengan Obesitas pada Anak SD Kartika XX-I di Makassar . 54

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kesehatan masyarakat tidak hanya dimulai saat

berkembangnya ilmu pengetahuan modern tetapi sebelum ilmu pengetahuan

itu ada. Bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dampak terhadap segala

aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Berkurangnya tingkat

kesehatan mengakibatkan berbagai macam pola penyakit saat ini dipahami

dalam rangka transisi epidemiologis, yaitu suatu konsep mengenai perubahan

kesehatan dan penyakit (Prasetyawati, 2011).

Globalisasi telah memberikan berbagai dampak kepada masyarakat,

dampak negative yang terjadi yaitu perubahan dalam gaya hidup. Masyarakat

mulai beralih dari pola tradisional menjadi kehidupan yang lebih modern yaitu

dengan aktivitas fisik kurang dan penyimpangan pola makan dimana asupan

cenderung tinggi energy (karbohidrat, lemak dan protein) namun rendah serat,

faktor-faktor tesebut berkaitan dengan resiko kelebihan berat badan dan

kejadian obesitas (Suyono, 2010).

Ida, dkk (2001) dikutip dalam Marpaung (2010) mengatakan bahwa

masalah obesitas saat ini merupakan masalah yang aktual. Ternyata masalah

obesitas bukan hanya terjadi pada negara barat saja seperti Amerika tetapi juga

sudah banyak ditemukan di negara-negara berkembang misalnya saja

Indonesia. Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga di ikuti oleh perubahan

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

2

gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser

dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan

mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis

makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara potensial mudah menyebabkan

kelebihan masukan kalori jika dikonsumsi secara rasional. Berbagai makanan

yang tergolong, fast food tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng,

hamburger, pizza, hotdog, dan lain-lain (Marpaung, 2010).

Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat beresiko tinggi untuk

menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa anak-anak adalah masa

pertumbuhan dan perkembangan sehingga kegemukan pada masa anak

menyebabkan semakin banyaknya jumlah sel otot dan tulang rangka

sedangkan obesitas pada orang dewasa hanya terjadi pembesaran sel-sel saja

sehingga kemungkinan penurunan berat badan ke normal akan lebih mudah.

Anak yang mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas

pula pada masa dewasanya dan berpotensi mengalami berbagai penyebab

kesakitan dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular dan diabetes

mellitus dan akibat yang ditimbulkan (Retnaningsih & Oktariza, 2011).

Obesitas ini akan mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak

itu sendiri. Kejadian obesitas erat kaitan antara lain dengan kualitas makanan

yang dikonsumsi oleh seseorang, perubahan pola makan menjadi makanan

cepat saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi, kurangnya

akitivitas fisik, faktor genetik, dan hormonal (Retnaningsih & Oktariza, 2011).

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

3

Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, hal ini

disebabkan oleh etiologinya yang kompleks dan multi faktor. Penanganan

obesitas anak haruslah terpadu antara semua aspek etiologi. Semakin dini

penanganan obesitas pada anak akan memberikan hasil yang lebih baik.

Penanganan obesitas pada anak lebih sulit dari pada obesitas dewasa.

Pengaturan makan untuk penurunan berat badan anak arus memperhatikan

bahwa anak masih dalam proses tumbuh dan berkembang. Anjuran makanan

untuk mendapatkan berat badan yang stabil atau turun secara bertahap harus

mencukupi kebutuhan semua zat gizi meskipun seringkali anak mempunyai

jenis makanan yang disukai atau tak disukai sehingga membatasi variasi

makanan yang dapat dikonsumsi (Budiwiarti, 2012).

World Health Organization (WHO) melaporkan 1 dari 10 anak di dunia

mengalami kegemukan. Lebih lanjut diperkirakan 42 juta anak di bawah lima

tahun menderita kegemukan, dan 35 juta di antaranya berasal dari negara

berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, 43 juta anak-anak (35 juta

di negara-negara berkembang) diperkirakan menjadi kelebihan berat badan

dan obesitas, 92 juta berada di risiko kelebihan berat badan di seluruh dunia.

Tren ini diperkirakan akan mencapai 9,1% (95% CI: 7,3%, 10,9%), atau '60

juta, pada tahun 2020. Perkiraan prevalensi overweight dan obesitas anak di

Afrika pada tahun 2010 adalah 8,5% (95% CI: 7,4%, 9,5%) dan diperkirakan

akan mencapai 12,7% (95% CI: 10,6%, 14,8%) pada tahun 2020. Prevalensi

ini lebih rendah di Asia dibandingkan di Afrika (4,9% pada tahun 2010),

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

4

namun jumlah anak yang terkena (18 juta) lebih tinggi di Asia (World Health

Organization, 2010).

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor terjadinya Obesitas. Dimana

aktivitas fisik yang dimaksud yaitu aerobik dan anaerobik. Kata aerobik secara

sederhana berarti ”dengan oksigen”. Aktivitas aerobik berlangsung lebih dari

dua menit dan menggunakan sumber energi yang dihasilkan dengan bantuan

oksigen. Beberapa contoh olahraga aerobik: antara lain bersepeda, lari, renang,

jogging, jalan kaki 3-6 km/jam. Sedangkan anaerobik berarti ”tanpa oksigen”.

Aktivitas anaerobik berlangsung kurang dari dua menit dan tergantung pada

energi yang telah tersedia dan tidak tergantung pada oksigen, misalnya

glukosa dalam darah. Contoh olahraga anaerobik, antara lain lari cepat dan

angkat beban (Barnes, 2012).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007,

prevalensi obesitas pada anak 5-15 tahun sebesar 8,3%. Obesitas pada anak

dapat meningkatkan resiko diabetes militus (DM) tipe2. Terjadi peningkatan

pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa di Indonesia prevalensi obesitas

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) umur 6-12 tahun didapati pada anak

laki-laki sebesar 10,7% dan pada anak perempuan sebesar 7,7%. Secara

nasional masalah kegemukan pada anak umur 6 – 12 tahun masih tinggi, yaitu

9,2% atau masih di atas 5,0%, untuk jenis kelamin laki-laki 10,7% dan

perempuan 7,7%. Prevalensi berat badan lebih pada kelompok umur yang

sama untuk Sulawesi Selatan sebesar 3,9%. Selain itu anak obesitas juga tetap

memiliki resiko untuk menderita obesitas pada saat ia remaja bahkan beranjak

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

5

dewasa, sehingga hal ini akan menyebabkan ia terkena gangguan metabolisme

dan penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh

darah dan lain-lain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat

menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi

menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Khal, 2013).

Data yang diperoleh dari salah satu sekolah dasar swasta yang terletak di

tengah kota Makassar yaitu SD Kartika XX-I bahwa dari jumlah 259 siswa

dimana 45 siswa berstatus obesitas.

Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handarwati &

Talib (2002) dikutip dalam Anwar (2007) menguraikan hasil pada tiga sekolah

dasar (SD) swasta di Makassar, diperoleh bahwa prevalensi obesitas di SD

Islam Athirah berada di posisi ke dua yaitu 27 siswa obesitas dari 144 siswa

(18,8%) setelah SD Nusantara yang dari 149 siswa ternyata 48 siswa

menderita obesitas (32,2%) dan trakhir SD Santo Joseph Katolik Rajawali

yang dari 166 siswa ternyata 29 siswa berstatus obesitas (17,5%). Sedangkan

penilitian yang dilakukan oleh (Retnaningsih & Oktariza, 2011) untuk

aktivitas fisik dengan besar sampel 88 orang menunjukkan bahwa proporsi

murid obesitas 44,3 % sementara proporsi murid yang mempunyai aktifitas

ringan 33 %,sedang 36,3 %, dan berat 30.7 %. Berdasarkan uraian di atas

penulis tertarik untuk meneliti ”Hubungan Aktifitas Fisik Dan Pola Makan

Dengan Kejadian Obesitas Sekolah Dasar Kartika XX-I Di Makassar”.

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan angka kejadian obesitas yang menunjukkan bahwa

tingginya angka obesitas pada usia sekolah, dimana salah satu faktornya ialah

pola makan dan kurangnya melakukan aktivitas fisik, untuk itu penulis

menganggap perlu melakukan penelitian ini untuk mengurangi angka kejadian

obesitas pada anak sekolah. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah, apakah ada “Hubungan Aktifitas Fisik Dan Pola Makan Dengan

Kejadian Obesitas Sekolah Dasar Kartika XX-I Di Makassar”

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya hubungan aktifitas fisik dan pola makan energy, protein,

lemak dan karbohidrat dengan kejadian obesitas sekolah dasar kartika XX-

I di Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak

SD Kartika XX-I di Makassar.

b. Diketahui hubungan pola makan energy, protein, lemak dan

karbohidrat dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-9 tahun di SD

Kartika XX-I di Makassar.

c. Diketahui hubungan pola makan energy, protein, lemak dan

karbohidrat dengan kejadian obesitas pada anak laki-laki yang berusia

10-12 tahun di SD Kartika XX-I di Makassar.

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

7

d. Diketahui hubungan pola makan energy, protein, lemak dan

karbohidrat dengan kejadian obesitas pada anak perempuan yang

berusia 10-12 tahun di SD Kartika XX-I di Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktisi

Dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah pengetahuan

tentang pentingnnya beraktivitas fisik dan mengontrol pola makan untuk

mengurangi angka kejadian Obesitas pada anak sekolah dasar

2. Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana ilmu

pengetahuan dan bahan pembanding atau rujukan untuk penelitian

selanjutnya.

3. Manfaat bagi Peneliti

a. Merupakan suatu pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi

peneliti dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan

informasi khususnya tentang Aktivitas Fisik dan pola makan

dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.

b. Sebagai pengalaman berharga yang dapat menambah wawasan

serta pengetahuan baru tentang penelitian ilmiah.

c. Dapat dijadikan informasi dan sumber penelitian lanjut bagi

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Hasanuddin.

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

1. Pertumbuhan anak usia sekolah

Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah

besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambah

banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersel pada jaringan

tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan

pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh,

misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan

sebaginya (Devi, 2012).

Selama periode ini, anak perempuan biasanya tumbuh lebih cepat

dan umumnya tinggi dan berat badan anak perempuan melebihi anak laki-

laki. Rata-rata anak usia sekolah bertambah tinggi 5 cm pertahun dimana

rata-rata tinggi anak usia 6 tahun adalah 112,5 cm dan rata-rata tinggi anak

usia 12 tahun adalah 147,5 cm, sedangkan berat badan anak usia sekolah

bertambah 2-3 kg per tahun dimana berat badan anak usia 6 tahun rata-rata

mencapai 21 kg, dan berat badan anak usia 12 tahun rata-rata mencapai 40

kg (Muscari, 2005).

2. Perkembangan anak usia sekolah

Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi

organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

9

terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan

fungsinya. Proses tersebut dapat diamati dengan bertambah pandainya

keterampilan dan perilaku (Devi, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi

bersama-sama secara utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh

kembang sempurna bila hanya bertambah besarnya saja tanpa disertai

bertambahnya kepandaian dan keterampilan. Sebaliknya kepandaian dan

keterampilan seorang anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai oleh

bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal (Devi, 2012).

3. Gizi anak sekolah

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan

seseorang, kelompok orang, atau masyarakat sebagai akibat adanya

ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan

makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi) (Devi, 2012).

Ketidakseimbangan ini akan mengakibatkan :

a. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas)

b. Gangguan pertumbuhan fisik

c. Gangguan perkembangan dan kecerdasan otak

d. Rendahnya produktivitas

e. Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya.

Perkembagan ekonomi biasanya disertai dengan perbaikan dalam

ketersediaan pangan sehingga meningkatkan status gizi. Selain itu juga

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

10

membawa perubahan yang kualitatif dalam produksi, pengolahan,

distribusi dan pemasaran makanan.

Transisi gizi termasuk perubahan pola makan, baik kuantitatif

maupun kualitatif. Perubahan tersebut meliputi geseran dalam struktur diet

menuju energy yang lebih tinggi. Konsumsi tinggi gula dan lemak dan

kebanyakan lemak jenuh sebagian besar dari sumber hewani, mengurangi

asupan karbohidarat kompleks, serat makanan, buah dan sayuran.

Perubahan diet ini dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang

mencerminkan penurunan aktiviats fisik di tempat kerja dan selama waktu

senggang. Namun, pada saat yang sama bagaimanapun daerah miskin terus

menghadapi kekurangan pangan dan kekurangan gizi.

Begitu juga anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda,

yaitu di satu sisi gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya

pertumbuhan fisik dan kecerdasan. Namun disisi lain menghadapi gizi

lebih yang mengancam kesehatan anak meliputi seperti timbulnya

penyakit generative yaitu obesitas, hipertensi, jantung, diabetes, stroke,

dan lain-lain.

a. Masalah gizi kurang

Gizi kurang pada anak dapat dilihat dari berat badan dan tinggi

badan anak. Bila berta badan anak berada dibawah normal, maka anak

dikatakan kurus. Bila tinggi badan anak berada di bawah normal, maka

anak dikatakan pendek.

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

11

Lebih dari sepertiga (36,1 %) anak usia sekolah di Indonesia

tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah. Ini merupakan

indicator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini

semakin meningkat dengan bertambahnya umur, gambaran ini

ditemukan baik laki-laki maupun perempuan.

Masalah gizi yang kurang dapat terjadi karena kekurangan zat

gizi makro seperti energy, protein, lemak dan dapat pula terjadi karena

kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A, besi, yodium dan seng.

Hal ini disebabkan kurangnya asupan sumber zat gizi yang dibutuhkan

anak (Devi, 2012).

b. Masalah gizi lebih

Gaya hidup modern saat ini cenderung menyebabkan status gizi

anak diatas normal, sehingga anak menjadi gemuk atau obesitas. Hal

ini disebabkan anak banyak makan, namun kurang beraktivitas

sehingga energy yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih banyak dari

pada energy yang digunakan untuk beraktivitas dan pertumbuhan.

Kelebihan energy ini akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak.

Umumnya anak kota banyak mengkonsumsi makanan kurang

serat seperti fast food dan junk food (hamburger, kentang goreng,

pizza) dan sangat sedikit mengkonsumsi sayuran. Ditambah lagi gaya

hidup yang kurang bergerak atau lebih banyak duduk di depan televisi,

komputer dan bahkan sambil “ngemil” dan makan makanan manis

(Devi, 2012).

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

12

4. Kebutuhan zat gizi anak usia 6-14 tahun

Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, dimana usia tersebut

merupakan bagian dari suatu rangkaian panjang dari siklus hidup manusia

yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai usia tua nanti.

Pada rentangan usia tersebut status gizi ditentukan sejak usia bayi

dan balita juga ditentukan saat ini, dan akan menentukan status gizi pada

usia selanjutnya.

Menginjak usia 6 tahun anak sudah mulai menetukan pilihan

makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya

tergantung pada orang tua. Priode ini merupakan priode yang cukup kritis

dalam pemilihan makanan, karena anak baru saja belajar memilih

makanan dan belum mengertri makanan yang bergizi yang dapat

memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan bimbingan orang

tua dan guru.

Pada saat ini pertumbuhan fisik terutama pertambahan tinggi badan

anak berlangsung cepat, anak banyak melakukan aktivitas fisik, aktivitas

social seperti bergaul dengan teman-temannya dan sejalan dengan itu

perkembangan kognitif anak meliputi perkembangan pemikiran,

intelegensia dan bahasa (Devi, 2012).

Tabel 1. Kebutuhan Zat Gizi Anak, Angka Kebutuhan Gizi (AKG 2012)

Umur Berat

badan(kg)

Tinggi

badan(cm)

AKP AKE AKL AKK

Anak 0-5 bl 6 61 12 550 31 58

6-11 bl 9 71 18 725 36 82

1-3 th 13 91 26 1125 44 155

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

13

4-6 th 19 112 35 1600 62 220

7-9 th 27 130 49 1850 72 254

Laki-laki

10-12 th 34 142 56 2100 70 289

13-15 th 46 158 72 2475 83 340

16-18 th 56 165 66 2675 89 368

19-29 th 60 168 62 2725 91 375

30-49 th 62 168 65 2625 73 394

50-64 th 62 168 65 2325 65 349

65-79 th 60 168 62 1900 53 309

80+ th 58 168 60 1525 42

Perempuan

10-12 th 36 145 60 2000 67 275

13-15 th 46 155 69 2125 71 292

16-18 th 50 158 59 2125 71 292

19-29 th 54 159 56 2250 75 309

30-49 th 55 159 57 2150 60 323

50-64 th 55 159 57 1900 53 285

65-79 th 54 159 56 1550 43 252

80+ th 53 159 55 1425 40 232

B. Obesitas pada Anak

1. Pengertian

Meskipun jarang terjadi di masa lalu, sekarang ini obesitas pada

anak-anak dan remaja telah menjadi masalah medis yang serius di banyak

negara terutama di negara-negara maju. Sebagai contoh di Amerika,

sekitar 15% dari remaja berusia (12-19 tahun) dan anak-anak (usia 6-11

tahun) adalah obesitas (menurut American Obesity Association). Jumlah

ini diperkirakan akan terus meningkat. Obesitas pada anak-anak tak

terkecuali menjadi salah satu tantangan kesehatan di Negara kita

(Nurmalina, 2011).

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan kandungan lemak di

jaringan adiposa; batas untuk obesitas umumnya adalah kelebihan berat

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

14

badan lebih dari 20% berat standar normal. Obesitas terjadi jika dalam

suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan

dari pada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energy tubuh,

dengan kelebihan energy tersebut di simpan sebagai trigliserida di jaringan

lemak. Pada awal pembentukan obesitas, sel-sel lemak yang sudah

membesar. Seorang dewasa rata-rata memiliki sekitar 40 milyar sampai 50

milyar adiposity. Setiap sel lemak dapat menyimpan maksimal sekitar 1,2

ug trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika

yang bersangkutan terus mengonsumsi lebih banyak kalori dari pada yang

dikeluarkan, maka akan terbentuk lebih banyak adiposity, berbeda dari

anggapan sebelumnya (Sherwood & Lauralee, 2012).

2. Jenis – jenis obesitas (Nurmalina, 2011):

Secara umum, obesitas dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan:

a. Obesitas ringan (kelebihan berat badan 20% sampai dengan 40 % dari

berat badan standard).

b. Obesitas sedang (kelebihan berat badan 41 % sampai dengan 100%

dari berat badan standard).

c. Obesitas berat (kelebihan berat badan lebih besar dari 100 % dari berat

badan standard).

3. Etiologi

Obesitas penyebabnya multifaktorial, dan berbagai penemuan

terbaru yang berkaitan dengan penyebab obesitas menyebabkan

pathogenesis obesitas terus berkembang. Terjadinya obsitas secara umum

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

15

berkaitan dengan keseimbangan energy di dalam tubuh. Keseimbangan

energy di tentukan oleh asupan energy yang berasal dari zat gizi penghasil

energy yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta kebutuhan energy yang

ditentukan oleh kebutuhan energy basal, aktivitas fisik dan thermic effect

of food (TEF) yaitu energy yang diperlukan untuk mengolah zat gizi

menjadi energy (Nugraha, 2009).

Keseimbangan energy di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan

metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup

(lingkungan) yang akan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas

fisik. Regulasi fisiologis dan metabolisme di pengaruhi oleh genetic dan

juga oleh lingkungan. Dimana diantara, yaitu :

a. Faktor Genetik

Obesitas pada anak-anak cenderung diwarisi dari keluarga.

Seorang anak dengan orang tua atau saudara yang gemuk, ia pun

cenderung menjadi gemuk. (Nurmalina, 2011).

Banyak gen yang berkaitan dengan terjadinya obesitas, namun

sangat jarang yang berkaitan gen tunggal. Sebagian besar berkaitan

dengan kelainan pada banyak gen. Setiap peptida/ neurotransmitter

yang merupakan sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak

memiliki gen tersendiri yang mengkodenya. Setiap mutasi pada gen-

gen tersebut akan menyebabkan kelainan pada produksi

neuropeptida/respon neurotransmitter yang mempengaruhi otak,

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

16

sehingga juga akan mempengaruhi respon otak baik akan

meningkatkan asupan makanan maupun menghambat asupan makanan.

Setiap neuropeptida tersebut memiliki reseptor di otak, dan setiap

reseptor memiliki gen tersendiri pula. Setiap mutasi pada gen tersebut

akan menyebabkan kelainan reseptor yang akan mempengaruhi pula

reseptor otak terhadap asupan makanan (Nugraha, 2009).

b. Perilaku dan lingkungan

Faktor perilaku dan lingkungan meliputi makanan dan aktivitas

fisik serta factor-faktor lain seperti obat, racun dan virus (Nugraha,

2009).

c. Pembentukan sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat makan

berlebihan.

Salah satu masalah dalam melawan obesitas adalah bahwa

sekali terbentuk maka sel lemak tidak lenyap dengan pembatasan

makan dan penurunan berat. Bahkan ketika dengan yang berdiet telah

kehilanagn banyak dari lemak trigliserida yang tersimpan di sel-sel ini,

sel-sel tersebut tetap ada dan siap diisi kembali. Karena itu,

penambahan berat secara rebound setelah penurunan berat sulit di

hindari dan dapat mrmatahkan semangat yang bersangkutan untuk

berdiet (Sherwood & Lauralee, 2012).

Kebiasaan makan anak-anak kini telah bergeser jauh, dari

makanan yang sehat (seprti buah-buahan, sayuran, gandum, dan padi-

padian) menjadi kebergantungan terhadap makanan-makanan berisiko

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

17

seperti makanan cepat saji, makanan ringan olahan, minuman manis.

Makanan–makanan ini cenderung tinggi lemak dan kalori. Pola lainnya

yang terkait erat dengan obesitas adalah kebiasaan makan ketika anak

tidak lapar dan makan sambil menonton TV atau bermain game, atau

melakukan pekerjaan rumah (Nurmalina, 2011).

d. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kebutuhan energy, sehingga apabila aktivitas fisik

rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton

televisi (inaktivitas) berhubungan dengan peningkatan prevalnesi

obesitas. Sedangkan aktivitas fisik yang sedang hingga tinggi akan

mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas (Nugraha, 2009).

e. Kondisi medis dan obat-obatan

Kondisi medis tertentu pada seorang remaja dapat

menyebabkan kegemukan, walaupun sangat jarang. Ini termasuk

hormon, ketidakseimbangan kimia lainnya, dan kelainan bawaan dari

metabolisme. Beberapa jenis obat dapat pula menyebabkan kenaikan

berat badan dengan mengubah cara tubuh menyimpan lemak atau

memproses makanan (Nurmalina, 2011).

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

18

4. Risiko kesehatan

Beberapa masalah kesehatan (Nurmalina, 2011) jauh lebih

mungkin mempengaruhi anak-anak obesitas dibandingkan anak-anak non-

obesitas, diantaranya :

a. Asma

b. Diabetes mellitus tipe 2

c. Tekanan darah tinggi

d. Kolesterol tinggi

e. Gagal jantung

f. Masalah hati

g. Masalah tulang dan sendi di bagian bawah tubuh

Anak-anak obesitas juga lebih mungkin untuk memiliki masalah-

masalah kesehtan lainnya yang berhubungan dengan obesitas di masa

dewasa:

a. Penyakit jantung

b. Stroke

c. Beberapa jenis kanker

d. Osteoarthritis

e. Penyakit kandung empedu.

5. Tata laksana obesitas pada anak

Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja menurut

(Budiwiarti, 2012) adalah menyadarkan tentang pola makan yang

berlebihan dan aktivitas yang kurang serta memberikan motivasi untuk

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

19

memodifikasi perilaku anak dan orang tua. Tujuan jangka panjang adalah

perubahan gaya hidup yang menetap.

a. Pengaturan makan

1) Pada bayi.

a) Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu

formula perhatikan takaran dan volume pemberian susu.

b) Makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi

mulai diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8 bulan,

botol mulai dihilangkan umur 1 tahun.

c) Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.

2) Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).

a) Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan

penambahan lemak untuk memasak. (mi sal : santan, minyak,

margarin)

b) Pilih daging yang tidak berlemak.

c) Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak

d) Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman,

pemanis buatan (mis : aspartame) bisa digunakan bila perlu.

e) Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan

lain sejenis.

f) Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan

selingan.

g) Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

20

Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori

dari kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB

secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan

kalori dibawah kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik dapat

menimbulkan defisiensi zat gizi yang mungkin dapat menghambat

tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama tumbuh

kembang otak.

3) Anak usia sekolah (4 - 6 th).

Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah. Energi

diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal

pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori

dengan pengawasan yang ketat.

4) Anak usia remaja.

Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap

kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori

diberikan bertahap sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan

sehari-hari. Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan

seluruh kelebihan berat abdan karena pertumbuhan linier masih

berlangsung, penurunan berat badan cukup sampai berat badan

berada 20 % diatas berat badan ideal.

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

21

b. Modifikasi perilaku

1) Monitor diri sendiri, anak dilatih untuk memonitor asupan makan

dan aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

anak dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik

2) Stimulus kontrol, bermacam macam kejadian yang memicu

keinginan makan atau makan berlebihan, contoh : makan sambil

menonton TV, Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak

dipasang di kamar makan, makanan disimpan di lemari untuk

meminimalkan penglihatan terhadap makanan.

3) Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah

perlahan lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas

dengan besar porsi sedang dan meminimalkan snack.

4) Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat

badan.

5) Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan

masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi,

misal pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan untuk

menekankan agar tidak makan berlebihan.

c. Aktifitas fisik dan olah raga

1) Frekuensi olah raga 3-5 kali per minggu.

2) Lama olah raga, pemanasan 60 menit.

3) Jenis olah raga : jalan, berenang.

4) Sesuai dengan hobi anak, tennis, menari, basket, dll.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

22

5) Menambah kegiatan/aktivitas fisik, misal berangkat sekolah jalan

kaki, lebih baik naik tanga dari pada menggunakan lift.

6) Mengurangi aktivitas yang pasif, misal menonton TV, bermain

video game, membaca buku, dll. (maksimal 2 jam sehari).

6. Pencegahan obesitas

Presentase remaja mengalami obesitas meningkat setiap tahunnya.

Kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya olahraga, dan gaya hidup

yang kurang baik sering menyebabkan remaja menderita obesitas.

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya obesitas, yaitu (Nurmalina,

2011):

a. Orang tua menjadi teladan yang baik. Orang tua memberikan contoh

mengkonsumsi makanan sehat dan selalu aktif secara fisik

memungkinkan anak untuk melakukan hal yang sama, tanpa harus

memerintah remaja.

b. Membiasakan remaja untuk makan sekitar 5 porsi buah dan sayuran

setiap hari. Satu porsi sayur adalah satu mangkuk sayuran mentah atau

setengah mangkuk sayuran matang atau segelas jus sayuran.

c. Menghindari untuk memberikan makanan yang padat energi atau

mengandung tinggi kalori dalam bagian kecil makanan. Contohnya

sebuah cheeseburger besar dengan kentang goreng mungkin memiliki

hampir 1.000 kalori dan 30 gram lemak. Membiasakan pada remaja

untuk banyak minum air putih, bukan minuman bersoda ataupun yang

mengandung gula.

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

23

d. Memilih bahan makanan seperti gandum, beras dan roti gandum. Dari

pada makanan yang diproses dengan tepung putih halus, gula, dan

lemak jenuh.

e. Menganjurkan remaja untuk berolahraga sedang setidaknya 30 menit

setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam seminggu. Contoh

olahraga intensitas sedang ialah jogging atau bersepeda santai.

f. Memeriksa indeks massa tubuh (IMT) remaja untuk memastikan berat

tubuh remaja normal atau obesitas.

g. Makan teratur juga sangat penting. Membuat jadwal makan yang baik

dan menepatinya akan membantu mencegah obesitas pada usia dini.

h. Memastikan remaja sarapan pagi setiap hari pukul 06.30 sampai 08.00

(disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di pagi hari). Sarapan

baik untuk menjaga kesehatan, terutama mencegah anak makan terlalu

pagi atau sangat kelaparan sampai tiba waktunya makan siang.

i. Kue atau snack di antara makan sore dapat menjaga remaja dari makan

terlalu banyak di malam hari. Namun selalu perhatikan kalori makanan

tersebut ( 100-150 Kkal ).

j. Membatasi waktu menonton TV, bermain video game, dan bermain

komputer.

7. BMI untuk Anak-Anak dan Remaja

Pengukuran yang paling sering digunakan dan paling sederhana

adalah BB dan TB. Pengukuran BB dan TB yang akurat merupakan

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

24

langkah awal dalam pemeriksaan klinis, karena kedua pengukuran tersebut

dibutuhkan untuk menghitung IMT. Indeks massa tubuh (kg/m2)

didapatkan dengan cara membagi BB dalam kg dengan TB dalam meter di

kuadratkan (Soegih & Wiramihardja, 2009).

Index Massa Tubuh (IMT) (Berat Badan) (kg)

(Tinggi badan) (m)2

Kegemukan pada anak-anak dan remaja didefinisikan secara

berbeda dari orang dewasa. Ada pertimbangan lain yang digunakan pada

orang di bawah usia 20 tahun. Hal ini mengingat masih terus tumbuh,

begitu pun anak-anak laki-laki dan anak perempuan mengalami

pertumbuhan dengan tingkatan yang berbeda (Nurmalina, 2011).

Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai

IMT-nya harus dibandingkan dengan nilai IMT standar WHO 2005

(WHO, 2006); sedangkan pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai

IMT-nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007 (WHO,

2007). Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan

indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau persentil.

Z-skor : Deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi

dibagi dengan simpangan baku populasi referensi.

Persentil:Tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi

(WHO/NCHS), yang dijelaskan dengan nilai seseorang sama

atau lebih besar daripada nilai persentase kelompok populasi.

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

25

Z-skor paling sering digunakan. Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung

dengan cara berikut :

Z-Skor = ferensistandar/re dari DeviasiStandar

IMT NilaiMedian -diukur yang IMT Nilai

Bagaimana klasifikasi status gizinya? Klasifikasi dapat dilakukan

menurut berbagai lembaga. Klasifikasi WHO agak sedikit berbeda dengan

klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI. Klasifikasi status gizi pada

IMT yang dihitung dengan menggunakan Z-skor menurut WHO dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun

Nilai Z-Skor Klasifikasi

Z-Skor ≥ + 2 Obesitas

+ 1 ≤ Z-Skor < + 2 Gemuk

-2 ≤ Z-Skor < + 1 Normal

-3 ≤ Z-Skor < -2 Kurus

Z-Skor < -3 Sangat kurus

C. Hubungan aktivitas fisik dengan obesitas

1. Pengertian

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang

tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen

untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global (World Health Organization, 2012).

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

26

Sebaliknya dari aktivitas fisik atau perilaku sedentary adalah

gerakan tubuh yang minimal sehingga kebutuhan energy juga minimal,

contoh aktivitas seperti ini adalah perilaku pasif seperti menonton televisi,

membaca, bekerja dengan computer, menelpon dan sebagainya. Aktivitas

tersebut bertedensi akan meningkatkan berat badan (Fatimah, 2009).

Sinergi antara aktivitas fisik dan asupan makanan memberi hasil

yang lebih efektif di bandingkan dengan satu metoda saja yang dipakai

pada program penurunan berat badan. Aktivitas fisik akan meminimalkan

kehilangan massa bebas lemak dan peningkatan kembali berat badan

(Fatimah, 2009).

2. Manfaat Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan

Beberapa hipotesis menyatakan bahwa aktifitas fisik dapat

mengontrol berat badan melalui proses : meningkatkan energy

ekspenditure, memperbaiki kapasitas aerobic, memperbaiki komposisi

tubuh, meningkatkan kapasitas mobilisasi dan oksidasi asam lemak,

mengontrol asupan makanan dengan cara mengendalikan selera makan

dan asupan makanan tinggi lemak, meningkatkan respon termogenesis,

meningkatkan sensivitas insulin serta memperbaiki profil lipid darah

(Fatimah, 2009).

3. Jenis-jenis Aktivitas Fisik

Tiga jenis utama dari aktivitas fisik yang aerobik, penguatan otot,

menguatkan tulang, dan peregangan. Aktivitas aerobik manfaat jantung

dan paru-paru yang paling (Centre for Disease Control, 2011)

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

27

a) Aktivitas aerobik

Aktivitas aerobik harus membuat sebagian besar anak Anda 60 atau

lebih menit aktivitas fisik setiap hari. Hal ini dapat mencakup baik

intensitas sedang aktivitas aerobik, seperti jalan cepat, atau aktivitas

yang kuat intensitas, seperti berlari. Pastikan untuk menyertakan kuat

intensitas aktivitas aerobik pada setidaknya 3 hari seminggu.

b) Jenis lain dari aktivitas fisik-penguatan otot

Meliputi kegiatan penguatan otot, seperti senam atau push-up,

setidaknya 3 hari seminggu sebagai bagian dari anak Anda 60 menit

atau lebih..

c) Dengan kegiatan menguatkan tulang, kaki, atau lengan mendukung

berat badan Anda, dan otot Anda mendorong terhadap tulang Anda.

Hal ini membuat tulang kuat. Berlari, berjalan, lompat tali, dan angkat

beban adalah contoh kegiatan yang menguatkan tulang, setidaknya 3

hari seminggu sebagai bagian dari anak Anda 60 menit atau lebih.

4. Pengaturan aktivitas fisik pada terapi obesitas

Untuk anak-anak dan remaja, aktivitas fisik meliputi bermain, permainan,

olahraga, transportasi, pekerjaan, rekreasi, pendidikan jasmani, olahraga

atau direncanakan, dalam konteks keluarga, sekolah, dan kegiatan

masyarakat. Rekomendasi untuk meningkatkan kardiorespirasi dan berotot

kebugaran, kesehatan tulang, dan biomarker kesehatan jantung dan

metabolisme adalah: Anak-anak dan remaja usia 5-17 harus

mengumpulkan setidaknya 60 menit moderat - untuk kuat intensitas

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

28

aktivitas fisik sehari-hari. Jumlah aktivitas fisik lebih besar dari 60 menit

memberikan tambahan manfaat kesehatan. Sebagian besar aktivitas fisik

sehari-hari harus aerobik. Kuat intensitas kegiatan harus dimasukkan,

termasuk yang memperkuat otot dan tulang, minimal 3 kali per minggu

(CDC,2011)

5. Kaitan Aktivitas Fisik Dengan Kesehatan

Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama keempat

kematian untuk dunia. Secara global, enam persen dari kematian yang

dikaitkan dengan aktivitas fisik. Ini mengikuti tekanan darah tinggi (13%),

penggunaan tembakau (9%) dan sama dengan glukosa darah tinggi (6%)

(WHO, 2010).

Manusia beraktivitas setiap hari, sehingga membutuhkan tubuh

yang sehat untuk menunjang aktivitas. Aktivitas fisik yang berlebihan atau

dilakukan melebihi batas kemampuan tubuh dapat berdampak buruk bagi

kesehatan. Orang yang berlebihan dalam melakukan aktivitas fisik akan

kelelahan, bahkan dapat mengalami cedera dan sakit. Setiap orang tentu

ingin sehat. Tubuh yang sehat dapat diperoleh dengan mengkonsumsi

makanan yang bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta

dengan melakukan olahraga yang teratur. Olahraga merupakan salah satu

aktivitas fisik. Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, teratur dan

terencana. Dengan berolahraga maka tubuh akan bugar dan sehat.

Sehingga ada kaitan antara aktivitas fisik khususnya olahraga dengan

kesehatan (WHO, 2010).

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

29

D. Hubungan Pola Makan Terhadap Obesitas

Pola makan yang sehat memberikan tubuh anda nutrisi yang cukup

dibutuhkan setiap hari selama tinggal dalam program harian kalori anda untuk

menurunkan berat badan. Pola makan sehat juga memberikan keuntungan

lainnya terutama menurunkan risiko penyakit berat dan kondisi kesehatan

lainnya (Nurmalina, 2011).

Sebaliknya jika perilaku pola makan yang tidak sehat atau anak

kelebihan energy, maka energy yang berlebih akan disintesis menjadi lemak

tubuh, sedangkan lemak yang telah tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk

energy. Akibatnya, penimbunan lemak terus terjadi dan mengakibatkan

kegemukan atau obesitas, efek dari obesitas adalah timbulnya penyakit seperti

hipertensi, jantung koroner, diabetes, stroke, dan lain-lain (Devi, 2012).

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan

asupan energy (energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energy

expenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energy tersebut di simpan

dalm bentuk lemak. Makanan merupakan sumber dari asupan energy. Di

dalam makanan yang akan diubah menjadi energy adalah zat gizi penghasil

energy yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat,

protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen

dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai

protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai

lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak yang tidak terbatas

(Nugraha, 2009).

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

30

Faktor-faktor yang mempengaruhi dari asupan makanan terhadap

terjadinya obesitas adalah, kuantitas, porsi perkali makan, padatan energy dari

makanan yang dimakan, kebiasaan makan (contohnya kebiasaan makan

malam hari), frekuensi makan dan jenis makanan (Nugraha, 2009).

Berikut ini ada beberapa perilaku pola makan yang salah pada anak

sekolah, (Devi, 2012):

a. Mengkonsumsi fast food dan junk food

Fast food adalah istilah yang diberikan untuk makanan yang dapat di

susun dan disajikan dengan sangat cepat. Istilah ini mengacu pada

makanan yang di jual restoran atau took dengan bahan yang dipanaskan

atau dimsak, dan diberikan kepada pelanggang dalam bentuk paket untuk

dibawa. Sedangkan junk food mendiskripsikan makanan yang tidak sehat

atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Junk food mengandung jumlah

lemak yang besar. Makanan yang tergolong dalam kategori ini adalah

makanan yang mengandung banyak gula, garam, lemak dan kalorinya

tinggi, sementara protein, vitamin, mineral dan seratnya rendah.

Konsumsi gula yang berlebihan

b. Makanan yang banyak mengandung gula yang biasa di konsumsi anak

anatara lain adalah permen, jeli, biskut, coklat, donat, soda dan es krim.

Rekomendasi WHO adalah tidak lebih dari 10% dari energy total bersal

dari gula tambahan. Jadi bila dibandingkan dengan AKG (angka

kecukupan gizi), misalnya anak usia 4-6 tahun dengan AKG 1550 kalori,

maka 10% dari AKG adalah 155 kalori setara dengan 38,75 gram gula dan

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

31

setara dengan 7,7 sendok teh gula. Kelebihan konsumsi gula dapat

mengakibatkan terjadinya karies gigi, diabetes, onesitas dan jantung

koroner.

c. Konsumsi natrium yang berlebihan

Natrium paling banyak terdapat dalam garam karena 40% dari berat garam

adalah natrium. Terdapat juga pada produk susu, air, makanan laut, daging

telur, unggas dan ikan. Pada saat membeli jajanan anak sekolah cenderung

membeli makanan yang mengandung tinggi garam, seperti makanan

ringan yang rasanya asin. Kelebihan natrium, menyebabkan kadar natrium

dalam darh meningkat. Akibatnya, volume darah juga meningkat karena

kelebihan air disebabkan osmosis. Peningkatan volume darah

menyebabkan tekanan darah naik sehingga terjadi hipertensi. Menjaga

tekanan darah dalam batas normal mengurangi resiko penyakit jantung,

gagal jantung, kongestif, dan penyakit ginjal, oleh karena itu orang dewasa

dan anak-anak harus membatasi asupan natrium.

d. Konsumsi lemak berlebihan

Lemak makanan teradapat pada tumbuhan dan hewan. Lemak sebagai

sumber energy dan asam lemak esensial, dan membnatu dalam penyerapan

vitamin yang larut dalam lemak A, D, E dan K. Anak sekolah menyukai

makanan berlemak seperti bakso, soto, fast food, dan menurut data

Riskerdas 2007 prevalensi anak diatas usia 10 tahun yang mengkonsumsi

makanan berlemak dan jeroan adalah sebanyak 14,8%. Beberapa dari

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

32

lemak yang harus diwaspadai adalah asam lemak jenuh, asam lemak tras

dan kolesterol.

e. Mengkonsumsi makanan yang berisiko

Anak sekolah disadari atau tidak telah mengkonsumsi makanan yang

menimbulkan risiko terhadap kesehatan mereka, makanan berisiko

tersebut adalah penyedap makanan (MSG), makanan berkafein, makanan

yang diberi pengawet, dan bahan pewarna yang dilarang.

Pengukuran Pola Makan, pengukuran status gizi baik perorangan

maupun kelompok dapat dilakukan dengan metode survei diet atau penilaian

konsumsi makanan. Ada 2 jenis metode pengukuran konsumsi yaitu secara

kuantitatif dan kualitatif (Supariasa, dkk, 2002)

a. Metode pengukuran secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah

pangan dan makanan yang dikonsumsi. Adapun yang termasuk dalam

metode pengukuran secara kuantitatif diantaranya metode recall 24 jam,

perkiraan makanan (estimate food record), penimbangan makanan (food

weighing), metode food account, metode inventaris (inventory method)

dan pencatatan (household food records).

b. Metode pengukuran secara kualitatif bertujuan untuk mengetahui frekuensi

makan, frekuensi konsumsi menurut jenis pangan yang dikonsumsi dan

menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara

memperoleh pangan. Adapun yang termasuk dalam metode pengukuran

secara kualitatif diantaranya metode frekuensi makan (food frequency),

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

33

metode dietary history, metode telepon dan metode pendaftaran makanan

(food list).

Adapun yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

recall 24 jam. Menurut Supariasa dkk (2002) yang dikutip dalam Astriani

(2013) menyebutkan bahwa prinsip dari metode recall 24 jam pada dasarnya

dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden disuruh

menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu

(kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat

tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan

wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.

Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat

mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali

recall 24 jam tanpa berturut – turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat

gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake

harian individu.

Langkah – langkah pelaksanaan recall 24 jam (Supariasa dkk, 2002)

yaitu:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua

makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah

tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Selain itu, petugas

juga melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

34

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Agar wawancara berjalan secara sistematis, perlu dipersiapkan

kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urutan waktu dan

pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun

berupa makan pagi, siang, malam, snack serta makanan jajanan.

Menurut Supariasa dkk. (2002), metode recall 24 jam ini mempunyai

beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :

Kelebihan metode recall 24 jam :

1) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.

2) Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat

yang luas untuk wawancara.

3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar – benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari.

Kekurangan metode recall 24 jam :

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari – hari bila hanya

dilakukan recall satu hari.

2) Ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

35

3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi orang – orang kurus

melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden

yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).

4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam

menggunakan alat – alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai

menurut kebiasaan masyarakat.

5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tujuan penelitian.

6) Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari – hari recall jangan

dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat

melakukan upacara – upacara keagamaan, selamatan dan lain – lain.

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

36

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dari berbagai uraian diatas maka secara singkat dapat dilihat dan

digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 1. Kerangka konsep penilitian

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Aktivitas Fisik

Obesitas

Pola Makan

Genetik

Lingkungan

Obat-obatan

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

37

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian Obesitas di

Sekolah Dasar Kartika XX-I Makassar

2. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian Obesitas di Sekolah

Dasar Kartika XX-I Makassar.

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

38

BAB IV

METODE PENILITIAN

A. Desain Penilitian

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

observasional, dalam hal ini menggunakan desain Case Control, dimana

peneliti mengobservasi hubungan antara variabel Independen atau variabel

bebas dengan variabel dependen atau variable tidak bebas pada kelompok

kasus dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2012).

B. Tempat dan Waktu penilitian

1. Tempat penelitian :

Lokasi penelitian yaitu di Sekolah Dasar Kartika XX-I Makassar.

2. Waktu penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus - 23 September

2013.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang berusia 7-12 tahun

yang mengalami obesitas di SD Kartika XX-I berjumlah 45 orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel (Responden) dengan menggunakan Simple Random

Sampling bahwa setiap responden dari populasi mempunyai kesempatan

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

39

yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Dalam penelitian ini adalah

peneliti mengundi kepada setiap responden, dimana dari 45 jumlah

populasi, yang terpilih hanya 31 responden berstatus obesitas dan berat

badan normal di Sekolah Dasar Kartika XX-I Makassar.

3. Besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus :

n = 2)(1 dN

N

Keterangan Rumus Besar Sampel :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d =

Presisi sebesar 10 %

Dengan demikian besar sampel dalam penelitian ini untuk SD Kartika XX-I

adalah :

n = 2)1,0(451

45

)01,0(46

45

45,1

45

= 31,0

= 31 orang

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

40

4. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

Siswa bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini :

1) Siswa yang sedang sakit

2) Responden yang tidak ada di tempat pada saat dilakukan

penelitian.

3) Tidak bersedia menjadi responden.

D. Instrumen Penilitian

Instrument dalam penelitian ini yaitu alat ukur tinggi badan dimana

dalam penelitian ini menggunakan alat Microtoice GEA dan untuk mengukur

berat badan peneliti menggunakan timbangan Seca, dimana dalam pengukuran

ini yaitu untuk mengukur IMT, setelah itu dilakukanlah perhitungan Z-score

BB/TB dan IMT menurut Kemenkes RI 2010. serta dilampirkan pula Standar

Operasional Prosedur (SOP). Untuk pengukuran aktivitas fisik, peneliti

menggunakan kuesioner di mana isi kuesioner mencakup tentang aktivitas

fisik secara umum selama 7 hari terakhir dan waktu yang digunakan untuk

melakukan kegiatan aktivitas fisik tersebut yang diukur dengan menggunakan

skala Likert. Jika jumlah skor lebih dari 30 maka menunjukkan aktivitas baik

dan jika jumlah skor kurang dari 30 maka menunjukkan aktivitas kurang.

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

41

Untuk pengukuran pola makan peneliti menggunakan metode Food Recall 24

jam dengan metode wawancara. Alat yang digunakan adalah berupa kuesioner

untuk menanyakan riwayat makanan selama 1x24 jam terakhir dimana

responden menceritakan makanan yang dia makan mulai dari pagi hingga

malam. Setiap bahan makanan dikategorikan sebagai karbohidrat, lemak,

protein serta kalori.

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

42

E. Alur Penelitian

Bagan 2. Alur Penelitian

Pengambilan data awal

Jumlah total sampling 62

Analisa Data

Pengukuran IMT

Pemberian Kuesioner

Pemberian Informed Consent

Pengolahan Data

Penyajian Hasil

Memilih kriteria inklusi dan eksklusi serta

menentukan jumlah sampel (N=62)

Obesitas 31

responden

31 Berat badan

Normal (tidak obesitas)

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

43

F. Variabel Penilitian dan Defenisi Operasional

Sugiyono (2004), menyatakan bahwa variabel merupakan gejala yang

menjadi fokus penelitian untuk diamati. Variabel sebagai atribut dari

kelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang

lainnya dalam kelompok tersebut.

1. Indentifikasi variabel

a. Variabel independen (variabel bebas) atau variabel yang tidak terikat

merupakan penyebab sehingga timbul variabel dependen. Dalam

penilitian ini variabel independen adalah aktivitas fisik dan pola

makan.

b. Variabel dependennya merupakan variabel yang dimpengaruhi atau

menjadi akibat dari variable independent. Variable dependen dalam

penilitian ini adalah kejadian obesitas.

2. Definisi Operasional

a. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan energy. (contoh: Lari, berjalan, bersepeda,

berolahraga, main games, membaca).

Alat ukur kuesioner

Kriteria objektif :

i. Baik : Jika melakukan aktivitas fisik ≥ 3 kali/minggu

: Durasi 60 menit

: Total skor >30

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

44

ii. Kurang : Jika melakukan aktivitas fisik ≤2 kali/minggu.

: Durasi ≤ 60 menit

: Total skor <30

b. Pola makan sehat dalam penelitian ini adalah banyaknya asupan

makanan seorang anak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi menurut

Angka Kecukupan Gizi (AKG) ditinjau dari segi energi yang

dibutuhkan berdasarkan umur. Cara mengukur pola makan yaitu

dengan metode wawancara menggunakan teknik recall 24 jam.

Alat yang digunakan adalah berupa kuesioner untuk menanyakan

riwayat makanan selama 1x24 jam terakhir.

Kriteria objektif :

1. Bagi anak laki-laki dan perempuan yang berumur 7-9 tahun

Kurang apabila jumlah energi < 1850 berdasarkan AKG

Lebih apabila jumlah energi > 1850 berdasarkan AKG

Kurang apabilah jumlah karbohidrat < 254 berdasarkan AKG

Lebih apabilah jumlah karbohidrat > 254 berdasarkan AKG

Kurang apabila jumlah lemak < 72 berdasarkan AKG

Lebih apabila jumlah lemak > 72 berdasarkan AKG

Kurang apabilah jumlah protein < 49 berdasarkan AKG

Lebih apabilah jumlah protein > 49 berdasarkan AKG

2. Bagi anak perempuan yang berumur 10-12 tahun

Kurang apabila jumlah energi < 2000 berdasarkan AKG

Lebih apabila jumlah energi > 2000 berdasarkan AKG

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

45

Kurang apabilah jumlah karbohidrat < 275 berdasarkan AKG

Lebih apabilah jumlah karbohidrat > 275 berdasarkan AKG

Kurang apabila jumlah lemak < 67 berdasarkan AKG

Lebih apabila jumlah lemak > 67 berdasarkan AKG

Kurang apabilah jumlah protein < 60 berdasarkan AKG

Lebih apabilah jumlah protein > 60 berdasarkan AKG

3. Bagi anak laki-laki yang berumur 10-12 tahun

Kurang apabila jumlah energi < 2100 berdasarkan AKG

Lebih apabila jumlah energi > 2100 berdasarkan AKG

Kurang apabilah jumlah karbohidrat < 289 berdasarkan AKG

Lebih apabilah jumlah karbohidrat > 289 berdasarkan AKG

Kurang apabila jumlah lemak < 70 berdasarkan AKG

Lebih apabila jumlah lemak > 70berdasarkan AKG

Kurang apabilah jumlah protein < 56 berdasarkan AKG

Lebih apabilah jumlah protein > 56 berdasarkan AKG

c. Kejadian obesitas merupakan peningkatan lemak tubuh. Pengukuran

yang dilakukan untuk mengetahui responden obesitas atau tidak.

Alat ukur yang di gunakan : Timbangan dan Microtoise

Skala pengukuran Numerik

Kriteria objektif :

1. Healthy weight (berat badan sehat) = -2 ≤ Z-Skor < + 1 SD

2. Obes (obesitas) = Z-Skor ≥ + 2 SD

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

46

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Data yang telah lengkap dan terkumpul dilakukan editing

(penyuntingan), hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan. Setelah itu

dilakukan coding (penandaan) serta tabulasi data sesuai dengan keperluan dan

tujuan penelitian sehingga mempermudah untuk analisis.

2. Analisa data

Setelah data tersebut dilakukan editing, koding dan tabulasi maka

selanjutnya dilakukan analisis dengan uji statistik, yaitu :

a. Analisa Univariat.

Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi, ukuran

tendensi sentral atau grafik serta persentase dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisa Bivariat.

Untuk mengetahui interaksi 2 (dua) variabel yaitu hubungan tiap variabel

independen dan variabel dependen yang diuji dengan uji statistik Chi-

Square dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Uji statistik dengan

menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 16.

H. Masalah Etika

Dalam melakukan penelitian, peneliti memohon ijin kepada kepala

sekolah SD Kartika XX-I untuk mendapatkan persetujuan. Setelah

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

47

mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan

kepada masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti, tujuannya

adalah responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,

maka harus menandatangan persetujuan. Jika responden menolak, maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimaty (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor

kode tertentu.

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

48

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Agustus hingga 23

September 2013. Pelaksanaan penelitian bertempat di Sekolah Dasar Kartika

XX-I Makassar, dengan pengambilan data primer melalui pengukuran tinggi

badan dan penimbangan berat badan responden. Sampel penelitian ini adalah

siswa-siswi yang memenuhi kriteria sebagai sampel.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik

dengan jumlah sampel 62. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih

dahulu menjelaskan prosedur penelitian kepada responden dengan

memberikan informed consent. Setelah itu pengukuran BB dilakukan

menggunakan timbangan BB SECA yang telah distandarisasi dengan

ketelitian 0,1 Kg. Sedangkan pengukuran TB dilakukan dengan menggunakan

alat microtoise. Dari pengukuran tersebut, kemudian dikembangkan

antropometri turunan, yaitu status gizi berdasarkan IMT dan BB/TB.

Selanjutnya data antropometri turunan tersebut diklasifikasi menjadi status

gizi, yaitu dengan metode perhitungan Z-score BB/TB dan IMT Klasifikasi

IMT menurut Kemenkes RI 2010.

Kemudian setiap responden yang terpilih dan yang bersedia menjadi

responden diberikan kuesioner, untuk menjawab pertanyaan tentang aktivitas

fisik selama 7 hari terakhir serta membagikan kusioner tentang pola makan

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

49

yang menceritakan riwayat makanan 1x24 jam dalam metode food recall yang

juga didapat dari hasil wawancara terpimpin. Dari metode food recall tersebut

didapatkan jumlah dan frekuensi konsumsi makanan yang kemudian

diterjemahkan sebagai asupan gizi subyek penelitian. Sebagai patokan

digunakan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan di Indonesia Setelah

data terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan kemudian data

diolah, maka berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data univariat

terhadap setiap variabel dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentasi serta analisa bivariat untuk mengetahui hubungan dari variabel

bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji statistik chi square

dengan menggunakan komputer program SPSS 16.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum

mengenai kondisi responden dengan cara mendeskripsikan tiap variabel

penelitian yang selengkapnya diuraikan sebagai berikut :

a. Karekteristik Responden

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Kartika

XX-I di Makassar, Sepetember 2013

Karekteristik Kasus

f %

Kontrol

f %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Umur 7 – 9 tahun

Laki-laki

Perempuan

Umur 10 - 12 tahun

Laki-laki

Perempuan

17 53,1

14 46,7

8 57,1

8 47,1

10 53,0

5 41,7

15 46,9

16 53,3

6 42,9

9 52,9

9 37,5

7 58,3

Jumlah Responden 62 100

Sumber : data primer, September 2013

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

50

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 62 responden, dilihat dari jenis

kelamin, laki-laki untuk kelompok kasus sebanyak 17 orang (53,1%).

Jumlah umur 7-9 tahun untuk responden perempuan sebanyak 9 orang

(52,9%) sedangkan umur 10-12 tahun untuk responden laki-laki

sebanyak 10 orang (53,0%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik pada anak sekolah

dasar.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik dan Pola Makan di

SD Kartika XX-I Makassar, Agustus 2013

Karekteristik Kasus

f %

Kontrol

f %

Aktivitas Fisik

Baik

8 27,6

21 72,4

Kurang 23 69,7 10 30,3

Jumlah Responden 62 100

Sumber: data sekunder, September 2013

Tabel 5.2 menunjukkan dari 62 responden, bahwa yang memiliki

aktivitas baik pada kelompok kasus yaitu terdapat 8 orang (25,8%),

dibandingkan dengan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 21 orang

(67,7%) sedangkan yang memiliki aktivitas kurang pada kelompok kasus

sebagian besar lebih banyak bila dibandingkan dengan kelompok kontrol

yaitu 10 orang (32,3%).

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

51

c. Distribusi frekuensi berdasarkan pola makan pada anak sekolah dasar

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

di SD Kartika XX-I Makassar, September 2013

Pola Makan

IMT

Total Tidak Obesitas

(kontrol)

Obesitas

(kasus)

F % F % F %

Umur 7-9 thn

Energy (kkal)

Lebih

Kurang

6

10

9,7

16,1

6

9

9,7

14,5

12

19

19,4

30,6

Kabohidrat (kg)

Lebih

Kurang

Lemak (kg)

Lebih

Kurang

Protein

Lebih

Kurang

Laki-laki (10-12 thn)

Energi (kkal)

Lebih

Kurang

Karbohidrat (kg)

Lebih

Kurang

Lemak (kg)

Lebih

Kurang

Protein (kg)

Lebih

Kurang

Perempuan (10-12 thn)

Energi (kkal)

Lebih

Kurang

Karbohidrat (kg)

Lebih

Kurang

Lemak (kg)

Lebih

Kurang

Protein (kg)

Lebih

Kurang

9

6

5

10

7

8

2

6

0

8

7

1

1

7

2

5

3

4

7

0

1

6

14,5

9,7

8,1

16,1

11,3

13,0

3,2

9,7

0

13,0

11,3

1,6

1,6

11,3

3,2

8,1

4,8

6,5

11,3

0

1,6

9,7

9

7

8

8

0

16

1

10

3

8

7

4

2

9

0

5

1

4

0

5

0

5

14,5

11,3

13,0

13,0

0

25,8

1,6

16,1

4,8

13,0

11,3

6,5

3,2

14,5

0

8,1

1,6

6,5

0

8,1

0

8,1

18

13

13

18

7

24

3

16

3

16

14

5

3

16

2

10

4

8

7

5

1

11

19,6

21,0

21,0

19,6

11,3

39,0

4,8

25,8

4,3

26,0

22,6

8,1

4,8

25,8

3,2

16,1

6,5

13,0

11,3

8,1

1,6

17,8

Total 31 50 31 50 62 100

Sumber: data sekunder, September 2013

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

52

Tabel 5.3 menunjukkan dari 62 responden, bahwa untuk umur 7-9

tahun terdapat pola makan energy kurang terdapat pada kelompok kasus

sebanyak yaitu 10 orang (52,6%), untuk pola makan karbohidrat lebih

terdapat nilai yang seimbang antara kelompok kasus maupun kelompok

kontrol yaitu sebanyak 9 orang (50,0%), pola makan protein kurang

terdapat pada kelompok kasus yaitu sebanyak 16 orang (66,7%), dan

pola makan lemak kurang terdapat pada kelompok kontrol yaitu

sebanyak 10 orang (55,6%). Sedangkan untuk kelompok umur 10-12

tahun yang berjenis kelamin laki-laki pola makan energy kurang terdapat

pada kelompok kasus yaitu sebanyak 10 orang (62,5%), pola makan

karbohidrat kurang terdapat nilai yang seimbang anatara kelompok kasus

maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 8 orang (50,0%), pola makan

protein kurang terdapat pada kelompok kasus yaitu sebanyak 9 orang

(56,3%) sedangkan pola makan lemak lebih terdapat nilai yang seimbang

antara kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 7

orang (50,0%). Sementara untuk kelompok umur 10-12 tahun yang

berjenis kelamin perempuan, pola makan energy kurang seimbang

anatara kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 5

orang (50,0%), pola makan karbohidrat kurang terdapat nilai yang

seimbang anatara kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu

sebanyak 4 orang (50,0%), pola makan protein kurang terdapat pada

kelompok kontrol yaitu sebanyak 6 orang (54,4%) sedangkan untuk pola

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

53

makan lemak lebih terdapat pada kelompok kontrol yaitu seluruhnya 7

orang (100%).

2. Hasil analisis bivariat

Analisis bivariat berfungsi untuk melihat hubungan variabel bebas

terhadap variabel independen dengan menggunakan program komputer

SPSS 16.

a. Hubungan antara Aktivitas Fisik Dengan Obesitas pada Anak Sekolah.

Tabel 6. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas pada

Anak SD Kartika XX-I di Makassar.

Aktivitas

Fisik

Kejadian Obesitas

Jumlah Nilai

P

Obesitas (kasus) Tidak Obesitas

(Kontrol)

f % f % f %

Baik 8 13,0 21 33,9 29 46,9

Kurang 23 37,1 10 16,0 33 53,1 0,001

Total 31 49,9 31 50,1 62 100

Nilai p = 0,001 adalah hasil uji Continuity Correction

Dapat dilihat bahwa dari tabel 5.5 menunjukkan dari 29 orang

responden, yang memiliki aktivitas baik, sebagian besar tidak mengalami

obesitas (kontrol) yaitu sebanyak 21 orang (33,9%) sedangkan dari 33

orang responden yang memilki aktivitas kurang, lebih dari sebagian yaitu

sebanyak 23 orang (37,1%) mengalami obesitas. Hasil uji statistik dengan

Chi-Square didapatkan nilai p= 0.001 (p<0.05) berarti terdapat hubungan

antara aktifitas fisik dengan obesitas pada anak SD Kartika XX-I di

Makassar.

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

54

b. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas pada Anak

Sekolah Dasar

Tabel 7. Hubungan Antara Pola Makan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Dengan Obesitas pada Anak SD Kartika XX-I di Makassar.

Pola Makan

IMT

Total P

Value Tidak Obesitas

(kontrol)

Obesitas

(kasus)

F % F % F %

Umur 7-9 thn

Energy (kkal)

Lebih

Kurang

6

10

9,7

16,1

6

9

9,7

14,5

12

19

19,4

30,6

0,886

Kabohidrat (kg)

Lebih

Kurang

Lemak (kg)

Lebih

Kurang

Protein

Lebih

Kurang

Laki-laki (10-12 thn)

Energi (kkal)

Lebih

Kurang

Karbohidrat (kg)

Lebih

Kurang

Lemak (kg)

Lebih

Kurang

Protein (kg)

Lebih

Kurang

Perempuan (10-12 thn)

Energi (kkal)

Lebih

Kurang

Karbohidrat (kg)

Lebih

Kurang

Lemak (kg)

Lebih

Kurang

Protein (kg)

Lebih

Kurang

9

6

5

10

7

8

2

6

0

8

7

1

1

7

2

5

3

4

7

0

1

6

14,5

9,7

8,1

16,1

11,3

13,0

3,2

9,7

0

13,0

11,3

1,6

1,6

11,3

3,2

8,1

4,8

6,5

11,3

0

1,6

9,7

9

7

8

8

0

16

1

10

3

8

7

4

2

9

0

5

1

4

0

5

0

5

14,5

11,3

13,0

13,0

0

25,8

1,6

16,1

4,8

13,0

11,3

6,5

3,2

14,5

0

8,1

1,6

6,5

0

8,1

0

8,1

18

13

13

18

7

24

3

16

3

16

14

5

3

16

2

10

4

8

7

5

1

11

19,6

21,0

21,0

19,6

11,3

39,0

4,8

25,8

4,3

26,0

22,6

8,1

4,8

25,8

3,2

16,1

6,5

13,0

11,3

8,1

1,6

17,8

0,833

0,347

0,002

0,546

0,228

0,338

1000

0,470

0,576

0,001

1000

Total 31 50 31 50 62 100

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

55

Dapat dilihat bahwa dari tabel 5.6 menunjukkan dari 31 orang

responden, bahwa untuk umur 7-9 tahun terdapat pola makan energy

kurang terdapat pada kelompok kasus sebanyak yaitu 10 orang (52,6%),

Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0,886 (p>0.05)

menunjukkan tidak ada hubungan pola makan energy terhadap kejadian

obesitas pada anak Sekolah Dasar. Untuk pola makan karbohidrat lebih

terdapat nilai yang seimbang antara kelompok kasus maupun kelompok

kontrol yaitu sebanyak 9 orang (50,0%), Hasil uji statistik dengan Chi-

Square didapatkan nilai p= 0,833 (p>0.05) menunjukkan tidak ada

hubungan pola makan karbohidrat terhadap kejadian obesitas pada anak

Sekolah Dasar. Pola makan protein kurang terdapat pada kelompok kasus

yaitu sebanyak 16 orang (66,7%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2

tidak memenuhi syarat digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai

expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana

nilai (p value 0,002 > 0,05) menunjukkan ada hubungan pola makan

protein terhadap kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar. Dan pola

makan lemak kurang terdapat pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 10

orang (55,6%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p=

0,347 (p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan lemak

terhadap kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar.

Sedangkan untuk kelompok umur 10-12 tahun yang berjenis kelamin

laki-laki pola makan energy kurang terdapat pada kelompok kasus yaitu

sebanyak 10 orang (62,5%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

56

memenuhi syarat digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai

expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana

nilai p value 0,546 (p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan

energi terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-

laki. Pola makan karbohidrat kurang terdapat nilai yang seimbang anatara

kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 8 orang

(50,0%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat

digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai expeted count < 5, jadi

digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,228

(p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan karbohidrat

terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-laki.

Pola makan protein kurang terdapat pada kelompok kasus yaitu sebanyak

9 orang (56,3%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi

syarat digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai expeted count <

5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 1000

(p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan protein terhadap

kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis laki-laki pada anak Sekolah

Dasar. Sedangkan pola makan lemak lebih terdapat nilai yang seimbang

antara kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 7 orang

(50,0%). Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat

digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai expeted count < 5, jadi

digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,338

(p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan lemak terhadap

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

57

kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-laki pada anak

Sekolah Dasar.

Sementara untuk kelompok umur 10-12 tahun yang berjenis

kelamin perempuan, pola makan energy kurang seimbang anatara

kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 5 orang

(50,0%), hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat

digunakan uji chi square karena terdapat 75% nilai expeted count < 5, jadi

digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,470

(p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan energi terhadap

kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin perempuan pada

anak Sekolah Dasar. Pola makan karbohidrat kurang terdapat nilai yang

seimbang anatara kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu

sebanyak 4 orang (50,0%), hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak

memenuhi syarat digunakan uji chi square karena terdapat 75% nilai

expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana

nilai p value 0,576 (p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan

karbohidrat terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin

perempuan pada anak Sekolah Dasar. Pola makan protein kurang terdapat

pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 6 orang (54,4%), Hasil uji statistik

dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat digunakan uji chi square karena

terdapat 75% nilai expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu

uji fisher dimana nilai p value 1000 (p>0.05) menunjukkan tidak ada

hubungan pola makan energi terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

58

berjenis kelamin perempuan pada anak Sekolah Dasar. Sedangkan untuk

pola makan lemak lebih terdapat pada kelompok kontrol yaitu seluruhnya

7 orang (100%), hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat

digunakan uji chi square karena terdapat 75% nilai expeted count < 5, jadi

digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,001

(p>0.05) menunjukkan ada hubungan pola makan lemak terhadap kejadian

obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin perempuan pada anak Sekolah

Dasar.

B. Pembahasan

1. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak

SD Kartika XX-I Makassar

Berdasarkan pada tabel 5.5 menunjukkan dari 62 orang responden,

yang memiliki aktivitas baik tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 21

orang (33,9%) sedangkan yang memilki aktivitas kurang yaitu sebanyak

23 orang (37,1%) mengalami obesitas. Hasil uji statistik dengan terdapat

hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada anak SD Kartika XX-

I di Makassar.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar anak

kelompok kasus (obesitas) memiliki aktivitas kurang, sedangkan pada

kelompok anak kontrol (tidak obesitas) sebagian besar memiliki aktivitas

baik. Hal ini terlihat jelas pada saat dilakukan pengkajian dengan teknik

observasi maupun teknik wawancara di SD Kartika, dimana kebanyakan

responden pada saat jam istirahat sekolah mereka melakukan aktivitas

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

59

seperti makan atau bermain Handpone (HP), belajar/membaca di

perpustakaan dan kebanyakan responden mengatakan aktivitas di rumah

kebanyakan nonton TV, main games, main komputer beda halnya pada

kelompok kontrol dimana kebanyakan responden ketika jam istirahat

sekolah mereka melakukan aktivitas bermain seperti lari-lari untuk laki-

laki dan bermain lompat karet untuk perempuan begitu halnya ketika

berada di rumah atau sepulang dari sekolah. Peneliti menyimpulkan bahwa

dengan kurangnya melakukan aktivitas fisik dapat terjadinya obesitas yang

meningkat serta timbulnya penyakit kronis laiinnya karena dengan

melakukan aktivitas fisik/ berolahraga maka tubuh akan bugar dan sehat.

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang

tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen

untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global (World Health Organization, 2012). Disamping itu

(Nugraha, 2009) aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kebutuhan energy, sehingga apabila aktivitas fisik rendah

maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi

(inaktivitas) berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas.

Sedangkan aktivitas fisik yang sedang hingga tinggi akan mengurangi

kemungkinan terjadinya obesitas.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

60

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakuakan oleh

(Retnaningsih & Oktariza, 2011) Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap

Kejadian Obesitas Pada Murid menunjukkan bahwa proporsi terbesar

murid yang obesitas (69.0%) terdapat pada kelompok murid yang

mempunyai aktivitas ringan dibandingkan dengan kelompok murid yang

mempunyai aktivitas sedang (34.4%) dan aktiftas berat (29.6%).

Sebagaimana hasil penelitian (Meenakshi & Roland, 2011),

Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko obesitas yang

mempengaruhi hampir satu dari lima anak-anak usia 6-11 di Amerika

Serikat. Sama halnya yang dilakukan oleh (Angel, Mayulu, & Franly,

2013), bahwa besarnya pengaruh aktivitas ringan terhadap obesitas anak,

artinya anak yang mempunyai aktivitas fisik ringan memiliki risiko

sebesar 3 kali menjadi obes dibandingkan dengan anak yang memiliki

aktivitas ringan atau berat. Penelitian di negara maju mendapatkan

hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas.

Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan

berat badan. Begitu pula penelitian oleh (Sartika, 2011) mengatakan

bahwa aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari bermanfaat bukan hanya

untuk mendapatkan kondisi tubuh yang sehat tetapi juga bermanfaat untuk

kesehatan mental, hiburan dalam mencegah stres.11 Rendahnya aktivitas

fisik merupakan faktor utama yang mempengaruhi obesitas. Kebiasaan

olahraga dalam penelitian ini didasarkan atas aktivitas fisik anak dalam

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

61

kesehariannya antara lain kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda. Proporsi

anak yang tidak rutin berolah raga sebesar 39,4%.

2. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak SD

Kartika XX-I Di Makassar

Dapat dilihat bahwa dari tabel 5.6 untuk umur 7-9 tahun

menunjukkan rerata persentase pola makan AKG energy, lemak, dan

karbohidrat pada kedua kelompok lebih rendah dari AKG yang dibutuhkan

dari jumlah kalori, sebaliknya rerata persentase AKG protein melebihi

yang dibutuhkan untuk kelompok kontrol, dan menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara pola makan protein dengan kejadian

obesitas. Untuk kelompok umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-laki,

menunjukkan rerata persentase pola makan AKG energy, lemak,

karbohidrat dan protein lebih rendah dari AKG yang dibutuhkan dari

jumlah kalori. Dan didapatkan hasil tidak ada hubungan antara pola makan

dengan kejadian obesitas untuk umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-

laki di SD Kartika XX-I Makassar. Sedangkan untuk umur 10-12 tahun

berjenis kelamin perempuan, menunjukkan rerata persentase pola makan

AKG energy, protein, dan karbohidrat pada kedua kelompok lebih rendah

dari AKG yang dibutuhkan dari jumlah kalori, sebaliknya rerata persentase

AKG lemak melebihi yang dibutuhkan untuk kelompok kontrol, dan

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pola makan protein

dengan kejadian obesitas untuk umur 10-12 tahun berjenis kelamin

perempuan di SD Kartika XX-I Makassar.

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

62

Hal ini terlihat jelas pada saat dilakukan pengkajian dengan teknik

observasi maupun teknik wawancara, dimana kebanyakan responden pada

saat jam istirahat mereka biasanya makan atau jajan di sekitar sekolahnya,

dimana terlihat bahwa jenis makanan maupun minuman yang di

konsumsinya tidak memenuhi sumber kebutuhan zat gizi bagi anak.

Dimana hasil dari food recall untuk anak yang umur 7-9 tahun pola makan

energy, lemak, dan karbohidrat kurang dari kebutuhan AKG yang

dibutuhkan oleh kalori, sedangkan pola makan protein melebihi dari AKG

yang dibutuhkan oleh kalori. Sama hal nya dengan anak yang berumur 10-

12 tahun berjenis kelamin laki-laki hasil dari food recall menunujukkan

pola makan energy, lemak, protein dan karbohidrat kurang dari kebutuhan

AKG yang dibutuhkan oleh kalori, sedangkan untuk anak perempuan yang

berumur 10-12 tahun menunjukkan hasil dari food recall, pola makan

lemak melebihi dari AKG yang dibutuhkan oleh kalori tetapi beda halnya

dengan pola makan energy, protein maupun karbohidrat menunjukkan

kurang memenuhi AKG yang dibutuhkan oleh kalori. Hal ini diduga

disebabkan karena siswa tersebut mengimbangi dengan aktivitas fisik yang

tinggi. Aktivitas yang dapat dilakukan anak usia sekolah adalah dengan

rutin berolahraga sehingga pengeluaran energi dapat seimbang. Selain itu

dapat pula meningkatkan aktivitas fisiknya dengan mengikuti kegiatan-

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah.

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda.

Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

63

sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan

obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia dewasa (Sartika,

2011). Pola makan yang sehat memberikan tubuh anda nutrisi yang cukup

dibutuhkan setiap hari selama tinggal dalam program harian kalori anda

untuk menurunkan berat badan. Pola makan sehat juga memberikan

keuntungan lainnya terutama menurunkan risiko penyakit berat dan

kondisi kesehatan lainnya (Nurmalina, 2011).

Sebaliknya jika perilaku pola makan yang tidak sehat atau anak

kelebihan energy, maka energy yang berlebih akan disintesis menjadi

lemak tubuh, sedangkan lemak yang telah tersedia dalam tubuh tidak

terpakai untuk energy (Devi, 2012).

Ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh (Muhammad, et al., 2007) menunjukkan rata-rata persentase AKG

kalori dan lemak yang lebih tinggi pada kelompok yang mengalami

obesitas dibandingkan dengan yang tidak. Rerata persentase AKG lemak

pada kelompok obes jauh melebihi AKG yang dibutuhkan (20% dari

jumlah kalori; tiap gram lemak memberikan energi sebesar 9 kkal,

sedangkan protein dan karbohidrat 4 kkal).19 Rerata persentase AKG

karbohidrat pada kedua kelompok lebih rendah dari AKG yang dibutuhkan

(60-70% dari jumlah kalori); sebaliknya rerata persentase AKG protein

melebihi yang dibutuhkan (sekitar 10-20% dari jumlah kalori).

Sama halnya yang dilakukan oleh (Sartika, 2011), adanya

hubungan antara asupan energi dan protein dengan obesitas pada anak

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

64

(p<0,05). Rerata asupan energi total per kapita per hari sebesar 1636,57

Kkal. Tingginya asupan energy kemungkinan disebabkan oleh konsumsi

makanan cepat saji (makanan modern) yang menjadi kebiasaan umum

baik di kota besar maupun kecil di wilayah Indonesia. Secara umum,

komposisi makanan jenis makanan cepat saji adalah tinggi energi, lemak,

garam dan rendah serat. Protein berperan penting dalam pertumbuhan dan

kekuatan otot. Setiap harinya, seorang remaja membutuhkan 45-60 g

protein yang bersumber dari makanan seperti daging, ayam, telur, susu dan

produknya, kacang, tahu dan kedelai. Rerata asupan protein per kapita per

hari responden sebesar 56,7 g. Asupan tinggi protein dapat memberikan

kontribusi jumlah kalori dalam sehari. Pada umumnya, anak usia 5-15

tahun cenderung masih tergantung dari makanan yang disediakan oleh

orang tua di rumah, walaupun akhir-akhir ini kecenderungan anak dalam

memilih makanan lebih disebabkan oleh pengaruh lingkungan di luar

rumah yang dapat menggeser kebiasaan pola makan anak. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asmika, Karunia, & Nugroho,

2010), adanya hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi terhadap

kejadian gizi lebih dengan menggunakan uji pearson dengan nilai p=0,001

(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia ekolah. Pola makan

yang melebihi kebutuhan gizi tubuh akan menyebabkan terjadi

penyimpanan kelebihan kalori sebagai lemak dibawah kulit. Jika makanan

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

65

yang mereka konsumsi dengan lemak tinggi, maka cenderung dalam

waktu yang tidak lama akan terjadi kegemukan atau obesitas

Penggunaan metode food recall dan food frequency dalam

penelitian ini juga mempunyai kelemahan karena pengisian kuesionernya

membutuhkan ingatan yang baik dari responden atas asupan makan subyek

penelitian sejak sehari sebelum wawancara, dan pola makan subyek sejak

seminggu sebelum wawancara. Dengan demikian kemungkinan terjadinya

bias informasi tidak dapat dihindari. Perlu diingat bahwa penyebab

obesitas ialah multifaktorial, faktor asupan makanan hanya merupakan

salah satu dari sekian banyak faktor. Asupan makanan yang berpengaruh

tersebut terutama yang mengandung kalori dan lemak tinggi. Obesitas

pada anak tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan saja, namun

merupakan interaksi antara faktor genetik, biologi, psikologi,

sosiokultural, dan lingkungan. dengan demikian, pada subyek penelitian

yang mengalami obesitas, faktor asupan dan pola makan bukan merupakan

faktor yang berperan tunggal, namun berinteraksi dengan faktor lainnya

(Muhammad, et al., 2007).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan. Adapun keterbatasan

dalam penelitian ini adalah jarak tempat penelitian dengan tempat tinggal

peneliti yang jauh sehingga berpengaruh terhadap waktu penelitian.

Keterbatasan lain adalah metode food recall 24 jam untuk mengukur pola

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

66

makan itu tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari – hari bila

hanya dilakukan recall satu hari dan ketepatannya tergantung pada daya

ingat responden.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

67

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada BAB V, maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak

SD Kartika XX-I Makassar

2. Ada hubungan antara pola makan protein lebih dengan kejadian obesitas

pada anak berusia 7-9 tahun di SD Kartika XX-I Makassar

3. Tidak ada hubungan antara pola makan energy, lemak dan karbohidrat

dengan kejadian obesitas pada anak yang berusia 7-9 tahun di SD Kartika

XX-1 Makassar.

4. Tidak ada hubungan antara pola makan energy, protein, lemak dan

karbohidrat dengan kejadian obesitas pada anak laki-laki yang berusia 10-

12 tahun di SD Kartika XX-1 Makassar.

5. Ada hubungan antara pola makan lemak lebih dengan kejadian obesitas

pada anak perempuan yang berusia 10-12 tahun di SD Kartika XX-I

Makassar.

6. Tidak ada hubungan antara pola makan energy, protein, dan karbohidrat

dengan kejadian obesitas pada anak perempuan yang berusia 10-12 tahun

di SD Kartika XX-I Makassar.

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

68

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dalam proses penelitian, maka

penulis ingin memberi saran sebagai berikut :

1. Disarankan bagi guru mata pelajaran keterampilan, olah raga untuk

memberikan pengarahan tentang pola makan, aktivitas fisik dan berat

badan lebih anak sekolah yang mudah memicu obesitas kemudian

penyakit degeneratif di usia dewasa kelak.

2. Perlu diadakan penelitian lanjut tentang pola makan, aktivitas fisik dan

berat badan lebih di sekolah lanjutan atas dengan instrument dan

pengkuran yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang

optimal.

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

69

DAFTAR PUSTAKA

Angel, L. D., Mayulu, N., & Franly, O. (2013). Hubungan Aktivitas Fisik

Deangan Kejadian Obesitas Pada Anak SD di Kota Manado , Vol. 1 No 1.

di akses dari. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2162

pada tanggal 8 Januari 2014

Anwar. M (2007). Faktor-faktor penyebab terjadinya obesitas siswa islam

Athirah kota Makassar. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

Arsita Eka Prasetyawati. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Surakarta: Nuha

Medika.

Asmika, Karunia, L., & Nugroho, Y. S. (2010). Hubungan Tingkat Konsumsi Dan

Intensitas Screen Time Terhadap Kejadian Gizi Lebih Pada SD Taman

Harapan Kota Malang , 1-7. diakses dari

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/YANUAR%20SANDY%

20N.pdf. pada tanggal 08 Januari 2014.

Astriani. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada lansia

di Kel.Rappokalling Kec.Tallo Makassar. Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Barnes ED. (2012). Program olahraga diabetes, Citra Aji Parama; Yogyakarta.

Budiwiarti. E.Y. (2012). Gizi pada anak obesitas.diakses dari

http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=GIZ0000001. pada tanggal

05 Juni 2013

Centers disease control (2011). Physical Activity Facts. diakses dari

http://www.cdc.gov/healthyyouth/physicalactivity/facts.htm. pada tanggal

8 Januari 2014.

Depertemen Kesehatan RI. 2007. Komisi etik penelitian kesehatan; Jakarta

Devi, N. (2012). Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Fatimah, S. N. (2009). Terapi Diet dan Aktivitas Fisik Pada Obesitas. Jakarta:

Sagung Seto.

Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

N0.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian

Status Gizi Anak.

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

70

Khal.J.G. (2013). Obesitas pada anak inilah solusinya. diakses dari

http://www.majalah-

farmacia.com/news_detail/33/394/Obesitas%20pada%20Anak,%20Inilah

%20Solusinya!.html. pada tanggal 05 Juni 2013.

Marpaung, L. (2010). Perilaku ibu terhadap obesitas pada usia anak sekolah

dasar pertiwi kecamatan medan barat , 17. Universitas Sumatra Utara,

diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14669 pada

tanggal 05 Juni 2013.

Meenakshi, F., & Roland, S. (2011). J Phys Act Health. The Role of School

Physical Activity Programs in Child Body Mass Trajectory , 174-181.di

akses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3074953/.pada

tanggal 8 Januari 2014

Muhammad, A. Y., Cahyadi, A., Andika, C. P., Astrid, S. D., Ayatullah, K.,

Saptawaty, B., et al. (2007). Prevalensi Obesitas Pada Anak Yang berusia

4-6 Tahun Dan Hubungannya Dengan Asupan Dan Pola Makan , Vol.57.

diakses dari

mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=public&

key=OTctMTY= pada tanggal 05 Juni 2013.

Muscari, M. E. (2005). Keperawatan pediatrik edisi 3. Jakarta: EGC.

Muscari, M. (2005). Keperawatan Pediatrik edisi 3. Jakarta: EGC.

Nugraha, G. I. (2009). Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Jakarta: Sagung Seto.

Nugraha, G. I. (2009). Obesitas permasalahan dan terapi praktis. Jakarta: Sagung

Seto.

Nurmalina, R. (2011). Pencegahan dan Manajemen Obesitas. Bandung: Kompas

Gramedia.

Prasetyawati, A. E. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Surakarta: Nuha Medika.

Retnaningsih, E., & Oktariza, R. (2011). Pengaruh aktivitas fisik terhadap

kejadian obesitas pada murid. Jurnal Pembangunan Manusia , Vol.5

No.2.di akses dari

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/2162/1720.

pada tanggal 05 Juni 2013

Salli, F. (2009). Penilaian Status Pasien Obesitaas. Jakarta: Sagung Seto.

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

71

Sartika, R. A. (2011). Makara, Kesehatan. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-

15 Tahun Di Indonesia , Vol. 15, No. 1, 37-43.diakses dari

http://journal.ui.ac.id/health/article/download/796/758. pada tanggal 06

Juni 2013.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Pengertian : Mengukur indeks massa tubuh dengan menggunakan pengukuran

berat badan dan tinggi badan (microtoise)

Tujuan : Mendapatkan data objektif

Peralatan : 1. Timbangan Seca (mengukur berat badan)

2. Microtoice (mengukur tinggi badan)

Persiapan Klien :

1. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur.

Prosedur Pengukuran

a. Berat Badan

1. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang

minimal) serta tidak mengenakan alas kaki.

2. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.

3. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata

pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan.

Usahakan tetap tenang.

4. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.

b. Tinggi Badan

1. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di

bawah Microtoice.

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

2. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh

dinding vertikal.

3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu

menyentuh dinding vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan

telapak tangan menghadap paha.

4. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa

mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang.

Usahakan bahu tetap santai.

5. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara

horisontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas

maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka

untuk menghindari kesalahan penglihatan.

6. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

Evaluasi :

Mengevaluasi hasil pemeriksaan dan laporkan bila hasil pemeriksaan

abnormal.

Dokumentasi

Mencatat tanggal, waktu, hasil pemeriksaan, dan jumlah produksi urin

saat pengambilan sampel.

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Lembar Kuesioner

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Di

Makassar

A. Identitas Responden

No Responden

1. Nama

2. Tanggal lahir

3. Jenis kelamin

4. Umur/kelas

5. Berat badan

6. Tinggi badan

7. Alamat

B. Pertanyaan aktivitas fisik

1. Selama 7 hari terakhir, di waktu luang, apakah anda melakukan kegiatan/aktivitas

seperti bersepeda santai atau jalan santai, jika ya, berapa kali?

a. 7 kali

b. 5-6 kali

c. 3-4 kali

d. Tidak pernah

2. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk melakukan kegiatan fisik diatas?

a. 1 jam

b. 45 menit

c. 30 menit

d. 15 menit

3. Selama 7 hari terakhir, setelah pulang sekolah, apakah anda melakukan

kegiatan/aktivitas seperti bersepeda cepat, lari atau berenang, jika ya, berapa kali?

a. 7 kali

b. 5-6 kali

c. 3-4 kali

d. Tidak pernah

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

4. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk melakukan kegiatan fisik diatas?

a. 1 jam

b. 45 menit

c. 30 menit

d. 15 menit

5. Selama 7 hari terakhir, apakah anda melakukan kegiatan/aktivitas pasif pada malam

hari seperti main game atau membaca, jika ya, berapa kali?

a. 7 kali

b. 5-6 kali

c. 3-4 kali

d. Tidak pernah

6. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk melakukan kegiatan fisik diatas?

a. 1 jam

b. 45 menit

c. 30 menit

d. 15 menit

7. Selama 7 hari terakhir, diwaktu luang apakah anda melakukan kegiatan/aktivitas

seperti bermainsepak bola, basket atau menari, jika ya, berapa kali?

a. 7 kali

b. 5-6 kali

c. 3-4 kali

d. Tidak pernah

8. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk melakukan kegiatan fisik diatas?

a. 1 jam

b. 45 menit

c. 30 menit

d. 15 menit

9. Pada akhir pecan (sabtu/minggu) berapa kali anda melakukan kegiatan fisik, seperti

berolahraga, jalan santai, jogging?

a. 2 kali

b. 3 kali

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

c. 4 kali

d. Tidak pernah

10. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk melakukan kegiatan fisik diatas?

a. 1 jam

b. 45 menit

c. 30 menit

d. 15 menit

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

FORMULIR METODE RECALL 24 JAM

Nama/Kelas : Jenis kelamin/Umur : (L/P)

Waktu

Makan

Jam

Makan

Nama

Masakan/Makanan

Bahan Makanan

Jenis Banyaknya

URT Gr

Pagi

Snack

Siang

Snack

Malam

Snack

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …
Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Nama Umur JK Skor

BB TB Energi Protein Lemak Karbohidrat Energi Protein Lemak Karbohidrat Jumlah Skor

AN.N 7 P 46 124 30 3439 37 432 168 1 2 1 2 27 1

AN.F 7 L 60 134 33 1982 24 113 228 1 2 1 2 33 2

AN.A 7 L 46 133 26 2059 36 255 219 1 2 1 2 32 2

AN.Z 7 P 29 119 20 3144 36 202 308 1 2 1 1 29 1

AN.Z 7 L 40 135 22 1092 22 10 308 2 2 2 1 25 2

AN.N 9 P 35 125 22 694,8 14 47 308 2 2 2 1 27 1

AN.L 9 L 35 134 19 1099 22 69 217 2 2 1 2 29 2

AN.M 8 L 35 127 22 585,7 22 11 308 2 2 2 1 28 1

AN.A 8 P 37 129 22 1039 27 10 231 2 2 2 2 27 1

AN.N 8 P 39 135 21 1538 31 34 300 2 2 2 1 15 2

AN.A 9 L 35 134 19 1052 30 106 173 2 2 1 2 17 2

AN.T 9 L 35 138 19 2205 38 90 338 1 2 1 1 27 2

AN.S 8 P 38 125 24 2548 37 89 461 1 2 1 1 31 2

AN.S 8 P 38 125 24 1309 28 57 283 2 2 2 1 26 2

AN.A 8 P 39 124 25 1240 34 57 327 2 2 2 1 32 1

AN.B 8 L 45 134 25 902,7 37 53 220 2 2 2 2 28 2

AN.R 10 P 86 138 45 1093 20 36 174 2 2 2 2 26 2

AN.Y 10 P 51 144 25 997,6 32 43 209 2 2 2 2 30 2

AN.A 10 P 70 163 26 1087 27 5 231 2 2 2 2 28 2

AN.R 10 L 64 148 29 1001 37 123 189 2 2 1 2 14 2

AN.R 10 L 55 136 29 1286 13 207 121 2 2 1 2 28 1

AN.A 10 L 46 149 21 1585 32 212 187 2 2 1 2 33 2

AN.M 10 L 34 128 22 2113 60 262 306 1 1 1 1 22 2

AN.A 10 P 50 143 24 1064 38 8 225 2 2 2 2 33 2

AN.M 10 L 41 138 21 1203 41 54 244 2 2 2 2 28 2

AN.A 11 L 48 140 25 1152 39 12 232 2 2 2 2 36 2

AN.M 11 L 50 140 25 861,9 20 66 139 2 2 2 2 18 1

AN.K 11 P 46 124 30 1193 31 57 278 2 2 2 1 23 2

AN.M 11 L 68 144 32 1075 34 135 143 2 2 1 2 25 2

AN.R 11 L 46 124 29 1947 76 3 543 2 1 2 1 23 2

MASTER DATA

Aktivitas FisikIMT Pola Makan Skor Pola Makan

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

AN.A 12 L 58 149 26 883,2 30 56 308 2 2 1 1 27 2

Nama Umur JK Skor

BB TB Energi Protein Lemak Karbohidrat Energi Protein Lemak Karbohidrat Jumlah Skor

An.R 7 P 24 121 17 967,9 42 74 230 2 2 1 2 30 1

An.K 7 P 19 109 16 885,8 50 6 297 2 1 2 1 20 1

An.J 7 L 22 118 16 951,4 48 5 316 2 2 2 1 31 1

An.A 7 P 20 117 15 603,1 18 2 123 2 2 2 2 31 2

An.A 7 P 20 121 14 925,8 32 143 162 2 2 1 2 28 1

An.R 8 P 31 132 15 2328 107 10 466 1 1 2 1 31 1

An.A 8 P 28 131 15 2898 111 8 589 1 1 2 1 33 2

An.M 8 L 23 124 16 2232 42 5 501 1 2 2 1 32 2

An.A 8 L 23 124 15 4797 57 378 528 1 1 1 1 30 1

An.N 8 P 21 121 14 1860 78 10 363 1 1 2 1 30 1

An.M 9 L 26 130 16 329,7 17 3 60 2 2 2 2 36 2

An.M 9 L 26 129 15 1336 55 295 372 2 1 1 1 24 1

An.A 9 L 29 130 15 1500 43 207 223 2 2 1 2 31 2

An.N 9 P 24 127 15 1097 34 6 234 2 2 2 2 31 1

An.S 10 P 22 128 13 1226 42 125 236 2 2 1 2 31 1

An.A 10 P 33 141 17 2154 40 362 366 1 2 1 1 26 1

An.S 10 P 24 125 16 1486 45 265 250 2 2 1 2 18 2

An.Y 10 L 30 135 15 1357 42 225 236 2 2 1 2 30 1

An.N 10 P 27 135 15 2040 41 387 253 1 2 1 2 31 1

An.W 10 P 30 145 14 1135 75 305 346 2 1 1 1 30 1

An.D 10 L 33 141 17 1632 48 250 276 2 2 1 2 26 2

An.A 10 P 27 135 15 1553 28 371 161 2 2 1 2 34 2

An.A 10 L 25 125 16 2480 56 441 239 1 1 1 2 25 1

An.D 10 P 33 138 17 1982 47 420 356 2 2 1 1 19 1

An.M 11 L 35 148 16 1657 40 295 227 2 2 1 2 30 1

An.A 12 L 30 136 16 1481 38 299 238 2 2 1 2 31 1

An.G 11 L 33 139 17 1861 42 362 254 2 2 1 2 28 1

An.B 11 L 35 143 17 1420 33 281 212 2 2 1 2 31 1

An.R 11 L 40 153 17 1112 35 294 144 2 2 1 2 27 2

An.A 11 L 33 139 17 7959 22 3 164 1 2 2 2 30 2

Skor Pola Makan Aktivitas FisikIMT Pola Makan

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

An.N 8 P 25 130 15 2642 68 35 489 1 1 2 1 30 1

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …
Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …
Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …
Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

FREQUENCIES VARIABLES=usia IMT

/NTILES=4

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW KURTOSI

S SEKURT

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies Statistics

usia IMT

N Valid 62 62

Missing 0 0

Mean 9.19 20.42

Median 9.50 18.00

Mode 10 15

Std. Deviation 1.447 6.153

Variance 2.093 37.854

Skewness -.082 1.399

Std. Error of Skewness .304 .304

Kurtosis -1.103 2.762

Std. Error of Kurtosis .599 .599

Minimum 7 13

Maximum 12 45

Percentiles 25 8.00 15.75

50 9.50 18.00

75 10.00 25.00

Frequency Table usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 10 16.1 16.1 16.1

8 13 21.0 21.0 37.1

9 8 12.9 12.9 50.0

10 19 30.6 30.6 80.6

11 10 16.1 16.1 96.8

12 2 3.2 3.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 13 1 1.6 1.6 1.6

14 3 4.8 4.8 6.5

15 11 17.7 17.7 24.2

16 8 12.9 12.9 37.1

17 8 12.9 12.9 50.0

19 3 4.8 4.8 54.8

20 1 1.6 1.6 56.5

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

21 3 4.8 4.8 61.3

22 5 8.1 8.1 69.4

24 3 4.8 4.8 74.2

25 5 8.1 8.1 82.3

26 3 4.8 4.8 87.1

29 3 4.8 4.8 91.9

30 2 3.2 3.2 95.2

32 1 1.6 1.6 96.8

33 1 1.6 1.6 98.4

45 1 1.6 1.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=umur jenis_kelamin IMT Keb_energi Keb_protein Keb_lemak

Keb_karbohodrat Aktivitasfisik

/NTILES=4

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW

KURTOSIS SEKURT

/ORDER=ANALYSIS.

Statistics

umur jenis_kelamin KAT_IMT

KAT_Keb_energi

KAT_Keb_protein

KAT_Keb_lemak

KAT_Keb_karbo

KAT_Aktivitasfisik

N Valid 62 62 62 62 62 62 62 62

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 9.19 1.50 1.73 1.82 1.45 1.60 1.53

Median 9.50 1.50 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00

Mode 10 1a 2 2 1 2 2

Std. Deviation 1.447 .504 .450 .385 .502 .495 .503

Variance 2.093 .254 .202 .148 .252 .245 .253

Skewness -.082 .000 -1.038 -1.731 .199 -.404 -.133

Std. Error of Skewness .304 .304 .304 .304 .304 .304 .304

Kurtosis -1.103 -2.068 -.955 1.028 -2.027 -1.899 -2.050

Std. Error of Kurtosis .599 .599 .599 .599 .599 .599 .599

Minimum 7 1 1 1 1 1 1

Maximum 12 2 2 2 2 2 2

Percentiles

25 8.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00

50 9.50 1.50 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00

75 10.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid L 33 53.2 53.2 53.2

P 29 46.8 46.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

KAT_IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Obesitas 31 50.0 50.0 50.0

Berat Badan Normal 31 50.0 50.0 100.0

Total 62 100.0 100.0

KAT_Aktivitasfisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 29 46.8 46.8 46.8

Kurang 33 53.2 53.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

CROSSTABS /TABLES=umur 7-9 jenis_kelamin energi protein lemak karbohidrat

aktivitasfisik BY IMT /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CORR

/CELLS=COUNT EXPECTED /COUNT ROUND CELL.

Crosstab

Kat_IMT

Total

Obesitas Berat badan

normal

umur 7 Count 5 5 10

Expected Count 5.2 4.8 10.0

8 Count 7 6 13

Expected Count 6.7 6.3 13.0

9 Count 4 4 8

Expected Count 4.1 3.9 8.0

Total Count 16 15 31

Expected Count 16.0 15.0 31.0

energi * Kat_IMT

Crosstab

Kat_IMT

Total

Obesitas Berat badan

normal

energi Lebih Count 6 6 12

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Expected Count 6.2 5.8 12.0

Kurang Count 10 9 19

Expected Count 9.8 9.2 19.0

Total Count 16 15 31

Expected Count 16.0 15.0 31.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .020a 1 .886

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .020 1 .886

Fisher's Exact Test 1.000 .589

Linear-by-Linear Association .020 1 .888

N of Valid Cases 31

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.81.

b. Computed only for a 2x2 table

protein * Kat_IMT

Crosstab

Kat_IMT

Total

Obesitas Berat badan

normal

protein Lebih Count 0 7 7

Expected Count 3.6 3.4 7.0

Kurang Count 16 8 24

Expected Count 12.4 11.6 24.0

Total Count 16 15 31

Expected Count 16.0 15.0 31.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.644a 1 .002

Continuity Correctionb 7.160 1 .007

Likelihood Ratio 12.390 1 .000

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 9.333 1 .002

N of Valid Cases 31

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.39.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

lemak * Kat_IMT Crosstab

Kat_IMT

Total

Obesitas Berat badan

normal

lemak Lebih Count 8 5 13

Expected Count 6.7 6.3 13.0

Kurang Count 8 10 18

Expected Count 9.3 8.7 18.0

Total Count 16 15 31

Expected Count 16.0 15.0 31.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .883a 1 .347

Continuity Correctionb .331 1 .565

Likelihood Ratio .889 1 .346

Fisher's Exact Test .473 .283

Linear-by-Linear Association .855 1 .355

N of Valid Cases 31

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.29.

b. Computed only for a 2x2 table

karbohidrat * Kat_IMT

Crosstab

Kat_IMT

Total

Obesitas Berat badan

normal

karbohidrat Lebih Count 9 9 18

Expected Count 9.3 8.7 18.0

Kurang Count 7 6 13

Expected Count 6.7 6.3 13.0

Total Count 16 15 31

Expected Count 16.0 15.0 31.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .045a 1 .833

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .045 1 .832

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Fisher's Exact Test 1.000 .561

Linear-by-Linear Association .043 1 .835

N of Valid Cases 31

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.29.

b. Computed only for a 2x2 table

FREQUENCIES VARIABLES=Usia 10-12 Jenis_Kelamin IMT Energi Protein Lemak Karbohidrat

Aktivitasfisik

/NTILES=4

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW

KURTOSIS SEKURT

/ORDER=ANALYSIS.

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10 8 42.1 42.1 42.1

11 9 47.4 47.4 89.5

12 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid L 19 100.0 100.0 100.0

Kat_IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Obesitas 11 57.9 57.9 57.9

Berat Badan Normal 8 42.1 42.1 100.0

Total 19 100.0 100.0

Crosstabs

Crosstab

Kat_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Energi Lebih Count 1 2 3

Expected Count 1.7 1.3 3.0

Kurang Count 10 6 16

Expected Count 9.3 6.7 16.0

Total Count 11 8 19

Expected Count 11.0 8.0 19.0

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .882a 1 .348

Continuity Correctionb .091 1 .763

Likelihood Ratio .875 1 .350

Fisher's Exact Test .546 .376

Linear-by-Linear Association .835 1 .361

N of Valid Casesb 19

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.26.

b. Computed only for a 2x2 table

Protein * Kat_IMT

Crosstab

Kat_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Protein Lebih Count 2 1 3

Expected Count 1.7 1.3 3.0

Kurang Count 9 7 16

Expected Count 9.3 6.7 16.0

Total Count 11 8 19

Expected Count 11.0 8.0 19.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .112a 1 .737

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .115 1 .735

Fisher's Exact Test 1.000 .624

Linear-by-Linear Association .107 1 .744

N of Valid Casesb 19

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.26.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Lemak * Kat_IMT Crosstab

Kat_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Lemak Lebih Count 7 7 14

Expected Count 8.1 5.9 14.0

Kurang Count 4 1 5

Expected Count 2.9 2.1 5.0

Total Count 11 8 19

Expected Count 11.0 8.0 19.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.360a 1 .243

Continuity Correctionb .408 1 .523

Likelihood Ratio 1.452 1 .228

Fisher's Exact Test .338 .267

Linear-by-Linear Association 1.289 1 .256

N of Valid Casesb 19

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.11.

b. Computed only for a 2x2 table

Karbohidrat * Kat_IMT

Crosstab

Kat_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Karbohidrat Lebih Count 3 0 3

Expected Count 1.7 1.3 3.0

Kurang Count 8 8 16

Expected Count 9.3 6.7 16.0

Total Count 11 8 19

Expected Count 11.0 8.0 19.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.591a 1 .107

Continuity Correctionb .946 1 .331

Likelihood Ratio 3.683 1 .055

Fisher's Exact Test .228 .170

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Linear-by-Linear Association 2.455 1 .117

N of Valid Casesb 19

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.26.

b. Computed only for a 2x2 table

FREQUENCIES VARIABLES=Umur 10-12 thn Jenis_kelamin IMT Energi Protein Lemak

Karbohidrat Aktivitasfisik

/NTILES=4

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW

KURTOSIS SEKURT

/ORDER=ANALYSIS.

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10 11 91.7 91.7 91.7

11 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid P 12 100.0 100.0 100.0

KAT_IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Obesitas 5 41.7 41.7 41.7

Berat Badan Normal 7 58.3 58.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

CROSSTABS

/TABLES=Umur Jenis_kelamin Energi Protein Lemak Karbohidrat Aktivitasfisik BY IMT

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ CORR

/CELLS=COUNT EXPECTED

/COUNT ROUND CELL.

Energi * KAT_IMT

Crosstab

KAT_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Energi Lebih Count 0 2 2

Expected Count .8 1.2 2.0

Kurang Count 5 5 10

Expected Count 4.2 5.8 10.0

Total Count 5 7 12

Expected Count 5.0 7.0 12.0

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.714a 1 .190

Continuity Correctionb .274 1 .600

Likelihood Ratio 2.438 1 .118

Fisher's Exact Test .470 .318

Linear-by-Linear Association 1.571 1 .210

N of Valid Casesb 12

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .83.

b. Computed only for a 2x2 table

Protein * KAT_IMT

Crosstab

KAT_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Protein Lebih Count 0 1 1

Expected Count .4 .6 1.0

Kurang Count 5 6 11

Expected Count 4.6 6.4 11.0

Total Count 5 7 12

Expected Count 5.0 7.0 12.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .779a 1 .377

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio 1.142 1 .285

Fisher's Exact Test 1.000 .583

Linear-by-Linear Association .714 1 .398

N of Valid Casesb 12

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .42.

b. Computed only for a 2x2 table

Lemak * KAT_IMT

Crosstab

KAT_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Lemak Lebih Count 0 7 7

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

Expected Count 2.9 4.1 7.0

Kurang Count 5 0 5

Expected Count 2.1 2.9 5.0

Total Count 5 7 12

Expected Count 5.0 7.0 12.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.000a 1 .001

Continuity Correctionb 8.238 1 .004

Likelihood Ratio 16.301 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 11.000 1 .001

N of Valid Casesb 12

a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.08.

b. Computed only for a 2x2 table

Karbohidrat * KAT_IMT

Crosstab

KAT_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

Karbohidrat Lebih Count 1 3 4

Expected Count 1.7 2.3 4.0

Kurang Count 4 4 8

Expected Count 3.3 4.7 8.0

Total Count 5 7 12

Expected Count 5.0 7.0 12.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .686a 1 .408

Continuity Correctionb .043 1 .836

Likelihood Ratio .712 1 .399

Fisher's Exact Test .576 .424

Linear-by-Linear Association .629 1 .428

N of Valid Casesb 12

a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.67.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN …

KAT_Aktivitasfisik * KAT_IMT

Crosstab

KAT_IMT

Total Obesitas Berat Badan Normal

KAT_Aktivitasfisik Baik Count 8 21 29

Expected Count 14.5 14.5 29.0

Kurang Count 23 10 33

Expected Count 16.5 16.5 33.0

Total Count 31 31 62

Expected Count 31.0 31.0 62.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.949a 1 .001

Continuity Correctionb 9.329 1 .002

Likelihood Ratio 11.303 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 10.772 1 .001

N of Valid Casesb 62

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.50.

b. Computed only for a 2x2 table