HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP...

120
HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI SMAN 4 JAKARTA Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: Chairunisa Pertiwi 1112104000010 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Transcript of HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP...

Page 1: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP

KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

SMAN 4 JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Chairunisa Pertiwi

1112104000010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI
Page 3: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI
Page 4: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI
Page 5: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

Page 6: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduated Thesis, June 2016

Chairunisa Pertiwi, NIM 1112104000010

The Correlation between The Exercise Activity with The Incidence of

Premenstrual Syndrome in Adolescents at SMAN 4 Jakarta

xvii + 74 pages + 11 tables, 2 schemes, 9 attachments

ABSTRACT

Premenstrual syndrome is a condition that experienced by women before

menstrual’s cycle, this condition can interfere the function and daily activities.

One of the way to reduce premenstrual syndrome is doing exercise because a

regular exercise will produce an endorphine hormone which can reduce

premenstrual syndrome. This research aimed to determine the correlation between

the exercise activity with the premenstrual syndrome in adolescents at SMAN 4

Jakarta. This research has conducted using quantitative with analytic design with

cross sectional approach. The research samples were 58 respondents. The

sampling technique was using total sampling. Data were analyzed with Chi

Square test. The result of this research found 16 people (84,2%) did an exercise

that affects premenstrual syndrome and conducted irregularly were experiencing

symptoms of premenstrual syndrome from moderate to severe, while 13 people

(76,5%) did an exercise that affects premenstrual syndrome and conducted

regularly were experiencing symptoms of premenstrual syndrome from no

symptoms to mild. Concluded that there was a correlation between the exercise

activity with the incidence of premenstrual syndrome in adolescents at SMAN 4

Jakarta with P value 0,001 (P<0,05). Researcher suggests for the further research

should use the experimental method to know more about which exercise types that

can affect the premenstrual syndrome.

Keyword : Premenstrual Syndrome, Exercise Activity

References : 58 (2002-2015)

Page 7: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Chairunisa Pertiwi, NIM 1112104000010

Hubungan Aktivitas Olahraga terhadap Kejadian Sindrom Pramenstruasi

pada Remaja di SMAN 4 Jakarta

xvii + 74 halaman + 11 tabel, 2 bagan, 9 lampiran

ABSTRAK

Sindrom pramenstruasi adalah suatu kondisi yang dialami oleh wanita

sebelum siklus menstruasi, dimana kondisi tersebut dapat mengganggu fungsi dan

aktifitas sehari-hari. Salah satu cara untuk mengurangi gejala dari sindrom

pramenstruasi dengan melakukan olahraga karena olahraga yang teratur dapat

mengeluarkan hormon endorfin yang dapat mengurangi sindrom pramenstruasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara aktivitas

olahraga dengan sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN 4 Jakarta. Jenis

penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sampel penelitian adalah 58 siswi. Teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan total sampling. Teknik analisa data menggunakan Chi Square.

Hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 16 orang (84,2%) melakukan olahraga

yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan dilakukan secara tidak teratur

mengalami gejala sindrom pramenstruasi sedang hingga berat, sedangkan

sebanyak 13 orang (76,5%) melakukan olahraga yang mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan dilakukan secara teratur tidak mengalami sindrom

pramenstruasi hingga gejala ringan. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara

aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja di SMA

Negeri 4 Jakarta dengan nilai P value 0,001 (P<0,05). Peneliti menyarankan untuk

peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode eksperimen agar mengetahui

lebih dalam jenis olaharaga yang dapat berpengaruh terhadap sindrom

pramenstruasi.

Kata kunci : Sindrom pramenstruasi, Aktivitas olahraga

Referensi : 58 (2002-2015)

Page 8: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

RIWAYAT HIDUP

Nama : Chairunisa Pertiwi

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Penggalang VI Rt 014 Rw 003 No. 25,

Jakarta Timur 13140

No. Hp : 085691906505

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Nageri Paseban 17 Pagi Jakarta (2000-2006)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Jakarta (2006-2009)

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Jakarta (2009-2012)

4. S-1 Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(2012-2016)

Page 9: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas

Olahraga terhadap Kejadian Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja di SMAN 4

Jakarta”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar

sarjana keperawatan (S.Kep), untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori

yang peneliti peroleh selama kuliah. Peneliti menyadari bahwa penyajian skripsi

ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran

yang bertujuan untuk perbaikan skripsi ini.

Penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan, dan motivasi dari

berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, maka dari itu pada

kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan rasa terimakasih yang

setulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp., M.Biomed dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah,

S.Kep., MNS selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan

Page 10: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan

kepada penulis selama menyusun skripsi yang telah membimbing dan

memberikan motivasi.

5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

mengajarkan dan membimbing peneliti.

6. Orang tua tercinta (Bapak Puryanto dan Ibu Kartini) atas kasih sayang , do’a,

dan dukungan baik secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada

peneliti selama ini. Dan untuk adikku tersayang (Yudi) yang telah membantu

dalam skripsi dan memberikan warna.

7. Sahabat-sahabat terbaikku (Aly, Ikey, Hanifah, Ulfah, Devi, dan Ani) dan

Andriansyah Nur Hidayat yang selalu memberikan bantuan, semangat,

pembelajaran, motivasi, dan keceriaan selama proses skripsi ini berjalan

hingga selesai.

8. Keluarga besar PSIK UIN khususnya teman-teman angkatan 2012 yang

tercinta yang telah memberikan masukan dan bantuan. PSIK 2011, 2013,

2014, 2015, serta kakak-kakak PSIK yang lainnya yang telah memberikan

semangat dan motivasi kepada peneliti.

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.

Jakarta, Juni 2016

Chairunisa Pertiwi

Page 11: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

1. Tujuan Umum .......................................................................................... 7

2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

1. Bagi Peneliti ............................................................................................. 8

2. Institusi Pendidikan Keperawatan ............................................................ 8

3. Pelayanan Kesehatan ................................................................................ 9

4. Bagi Tempat Penelitian ............................................................................ 9

5. Bagi Peneliti Selanjutanya ....................................................................... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10

A. Remaja ....................................................................................................... 10

B. Menstruasi .................................................................................................. 18

Page 12: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

C. Sindrom Pramenstruasi .............................................................................. 21

D. Tipe-Tipe Sindrom Pramenstruasi ............................................................. 23

E. Dampak Sindrom Pramenstruasi ................................................................ 25

F. Faktor yang berhubungan dengan Sindrom Pramenstruasi ....................... 26

G. Pencegahan Sindrom Pramenstruasi .......................................................... 30

H. Penanganan Sindrom Pramentruasi ........................................................... 31

I. Olahraga ..................................................................................................... 31

J. Jenis Olahraga ............................................................................................ 33

K. Prinsip Olahraga ......................................................................................... 34

L. Sindrom Pramenstruasi dan Olahraga ........................................................ 35

M. Penelitian Terkait ................................................................................... 37

N. Kerangka Teori .......................................................................................... 38

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL ................................................................................................. 39

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 39

B. Hipotesis .................................................................................................... 40

C. Definisi Operasional .................................................................................. 41

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 43

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 44

D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 45

E. Uji Validitas dan Realibilitas ..................................................................... 47

F. Pengumpulan Data ..................................................................................... 49

G. Teknik Analisa Data .................................................................................. 51

H. Etika Penelitian .......................................................................................... 53

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 55

A. Proses Skrining .......................................................................................... 55

B. Data Demografi .......................................................................................... 57

C. Analisis Univariat ...................................................................................... 59

1. Gambaran Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja ................................... 59

2. Gambaran Aktivitas Olahraga Pada Remaja .......................................... 60

D. Analisis Bivariat ......................................................................................... 60

Page 13: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 63

A. AnalisaUnivariat ........................................................................................ 63

1. Gambaran Sindrom Pramenstruasi ......................................................... 63

2. Aktivitas Olahraga .................................................................................. 64

B. Analisa Bivariat ......................................................................................... 67

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 72

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 73

A. Kesimpulan ................................................................................................ 73

B. Saran .......................................................................................................... 73

1. Bagi Pelayanan Kesehatan ..................................................................... 73

2. Bagi Institusi Keperawatan .................................................................... 74

3. Bagi Sekolah .......................................................................................... 74

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

LAMPIRAN

Page 14: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasinal ............................................................................. 39

Tabel 5.1 Frekuensi Genetik SindromPramenstruasi .......................................... 52

Tabel 5.2 Frekuensi Diet Siswi SMAN 4 Jakarta ............................................... 53

Tabel 5.3 Frekuensi Skala Stres Siswi SMAN 4 Jakarta .................................... 53

Tabel 5.4 Frekuensi Responden yang sesuai Kriteria ......................................... 54

Tabel 5.5 Frekuensi Responden berdasarkan Usia ............................................. 55

Tabel 5.6 Frekuensi Responden berdasarkan Kelas............................................ 55

Tabel 5.7 Frekuensi Responden berdasarkan Jurusan ........................................ 56

Tabel 5.8 Sindrom Pramenstruasi di SMAN 4 Jakarta ....................................... 56

Tabel 5.9 Aktivitas Olahraga di SMAN 4 Jakarta .............................................. 57

Tabel 5.10 Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Sindrom Pramenstruasi ....... 59

Page 15: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 36

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 37

Page 16: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Concent

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Kuesioner Skrining

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6. Hasil Skrining

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 8. Hasil Gambaran Karakteristik Responden

Lampiran 9. Hasil Analisis dengan SPSS

Page 17: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

LH : Lutineizing Hormone

FSH : Follicle Stimulating Hormone

MAO : Monoamine Oxidase

sPAF : Shortened premenstrual assessment form

Page 18: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja didefinisikan sebagai periode perkembangan dimana

individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, biasanya antara usia 13 sampai 20 tahun (Potter & Perry, 2005).

Masa remaja tidak hanya tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar,

tetapi juga terjadi perubahan yang lain salah satunya, perubahan organ

reproduksi.

Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi

yang besar dari penduduk dunia, sekitar seperlima dari penduduk dunia

adalah remaja berumur 10-19 tahun. Data demografi di Asia Pasifik

jumlah penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya

adalah remaja umur 10-19 tahun (Soetjiningsih, 2007). Sensus penduduk

tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6

juta jiwa dan 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki

sebanyak 32.164.436 jiwa (50,7%) dan perempuan sebanyak 31.279.012

jiwa (49,30%) (BKKBN, 2011).

Remaja akan mengalami pubertas yang merupakan masa awal

pematangan seksual, yakni suatu periode dimana seseorang mengalami

perubahan fisik, hormonal, dan seksual serta mampu mengadakan proses

reproduksi (Ganong, 2002).

Masa pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi.

Menjelang fase menstruasi, seorang wanita akan merasakan gejala tidak

Page 19: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

2

nyaman yang terjadi pada waktu singkat, mulai dari beberapa jam sampai

beberapa hari. Tetapi beberapa gejala tersebut bisa menjadi intens dan

dapat menggangu aktivitas sehari-hari. Gangguan yang biasa dialami

wanita sebelum menstruasi disebut Sindrom Pramenstruasi (Suparman,

2012).

Sindrom Pramenstruasi adalah suatu kondisi yang dialami oleh

wanita sebelum datangnya siklus menstruasi, dimana kondisi tersebut

dapat mengganggu fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut

akan menghilang saat menstruasi tiba (Cunningham, 2006). Di Indonesia,

frekuensi gejala sindrom pramenstruasi cukup tinggi yaitu 80-90% dan

terkadang gejala tersebut sangat berat dan mengganggu kegiatan sehari-

hari (Dewi, 2012). Data dari WHO (2005) menyebutkan bahwa 38,45%

wanita di dunia mengalami permasalahan mengenai gangguan sindrom

pramenstruasi.

Gejala-gejala yang biasa dirasakan saat mengalami sindrom

pramenstruasi meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, depresi, sensitif,

mudah marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, dan kadang-kadang

perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik

seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau sakit,

sakit kepala, sakit sendi. Penyebab sindrom pramenstruasi dikarenakan

adanya ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron (Ann

dkk, 2008).

Meskipun kejadian sindrom pramenstruasi sudah banyak

ditemukan, tetapi penyebab khusus tentang kejadian tersebut belum ada

yang mengetahui secara pasti. Faktor yang di duga menjadi penyebab

Page 20: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

3

timbulnya sindrom pramenstruasi seperti kadar hormon progesteron yang

rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan, perubahan kadar hormon

estrogen atau progesteron (Suparman, 2012).

Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya sindrom

pramenstruasi yaitu perubahan kadar hormon selama siklus menstruasi

yang dapat mempengaruhi bahan kimia di otak, seperti serotonin.

Serotonin dikenal untuk mengatur suasana hati dan membuat lebih

bahagia, sehingga pengurangan tingkat serotonin yang disebabkan oleh

perubahan kadar hormon dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang

dapat dikaitkan dengan sindrom pramenstruasi (Young, 2007).

Suatu studi yang dilakukan oleh Wolinsky (2006) menemukan

bahwa dengan dibandingkannya dengan kelompok kontrol, tingkat

serotonin wanita dengan sindrom pramenstruasi secara signifikan lebih

rendah selama fase luteal, yang dapat memberikan pengaruh terhadap

gejala psikologis pramenstruasi sindrom seperti depresi, cemas, sakit

kepala, dan kebingungan. Kadar serotonin yang rendah dapat memicu

awal ovulasi dan pergeseran pola estrogen dan progesteron yang dapat

berpengaruh terhadap gejala fisik sindrom pramenstruasi seperti nyeri

payudara, kembung, dan keinginan makanan.

Oleh karena itu, untuk mengurangi gejala dari sindrom

pramenstruasi dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan aktivitas

atau latihan sehingga mengeluarkan hormon endorfin yang dapat

mengurangi beberapa gejala dari sindrom pramenstruasi. Defisiensi

endorfin merupakan salah satu penyebab sindrom pramenstruasi. Endorfin

dibuat dalam tubuh yang terlibat dalam sensasi euforia dan nyeri. Olahraga

Page 21: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

4

dapat membuat hormon endorfin muncul yang membuat perasaan menjadi

tenang dan relaks (Elvira, 2010).

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana,

terstruktur, dan berkesinambungan yang melibatkan gerakan tubuh

berulang-ulang dengan aturan-aturan tertentu yang ditujukan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi (Kementerian Kesehatan

RI, 2013). Olahraga seperti senam, jalan kaki, bersepeda, joging ringan,

atau berenang yang dilakukan sebelum dan selama haid dapat membuat

aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri

dapat teratasi (Manuaba, 2010).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

(2013) menjelaskan bahwa proporsi terendah aktivitas fisik aktif di

Provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 55,8 %. Sedangkan menurut jenis

kelamin, proporsi aktivitas fisik aktif sedikit lebih besar pada perempuan

yaitu sebesar 74,2% dibandingkan pada laki-laki sebesar 73,1%.

Aktivitas olahraga diukur berdasarkan rutinitas tiap minggu dan

lamanya dalam melakukan olahraga. Berdasarkan ketetapan yang

dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2013)

frekuensi latihan olahraga dapat dilakukan 3-5 kali dalam seminggu dalam

waktu 20-30 menit.

Nurlaela (2008) melakukan pengukuran terhadap aktivitas olahraga

pada masyarakat umum, rutinitas diukur berdasarkan aktivitas rutin

minimal 1 kali setiap minggu dengan waktu 15-60 menit (Nurlaela, 2008).

Wanita yang melakukan olahraga secara teratur setidaknya 30-60 menit

setiap 3-5x per minggu dapat mencegah terjadinya sindrom pramenstruasi.

Page 22: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

5

Setiap wanita dapat sekedar berjalan-jalan santai, joging ringan, berenang,

senam maupun bersepeda sesuai dengan kondisi masing-masing

(Manuaba, 2010).

Hasil penelitian dari Nashruna (2012) menunjukan adanya

hubungan signifikan aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom

pramenstruasi, karena dengan melakukan aktivitas olahraga secara teratur

dapat meningkatkan produksi dan pelepasan endorfin. Endorfin terlibat

dalam sensasi euforia, sehingga dapat membuat perasaan menjadi tenang

dan santai (relaks) (Suparman, 2012). Hasil yang sama juga dikemukakan

oleh Douglas (2002) olahraga merupakan treatment yang baik untuk

menurunkan atau mengurangi sindrom pramenstruasi dan menyatakan

persentase wanita yang mengalami gejala sindrom pramenstruasi lebih

banyak pada wanita yang malas melakukan olahraga.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10

responden siswi SMAN 4 Jakarta pada tanggal 7 Desember 2015

dilakukan dengan cara wawancara, didapatkan 10 siswi mengalami

sindrom pramenstruasi. Gejala yang ditimbulkan pun berbeda, 8 dari 10

siswa mengalami perubahan emosi sebelum menstruasi, 3 dari 10 siswi

merasakan gejala sakit perut dan nafsu makan meningkat, 4 dari 10 siswi

merasakan sakit pada pinggang dan jerawat yang muncul, dan 2 dari 10

siswi mengalami pegal.

Sebanyak 50% siswi tidak melakukan olahraga sama sekali, 30%

melakukan olahraga tetapi tidak teratur, dan 20% melakukan olahraga

dengan teratur, dan sebagian besar siswi paling banyak melakukan jenis

olahraga seperti basket, futsal, bulutangkis, dan senam

Page 23: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

6

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 50% siswi tidak

melakukan olahraga dan sisanya melakukan olahraga dengan jenis seperti

basket, futsal, bulutangkis, dan senam. Sedangkan menurut Manuaba

(2010) setiap wanita dapat sekedar berjalan-jalan santai, jogging,

berenang, senam, maupun bersepeda yang dilakukan minimal 30 menit

dapat menurunkan gejala sindrom pramenstruasi.

Fenomena yang terjadi di SMAN 4 Jakarta masih kurang sesuai

dengan teori yang ada, dimana sebanyak 50% siswi tidak melakukan

olahraga dan sebagian siswi melakukan olahraga yang cukup berat,

sedangkan untuk menurunkan gejala sindrom pramenstruasi dengan

melakukan olahraga ringan yang dilakukan secara teratur, oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan antara aktivitas

olahraga terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN

4 Jakarta, mengingat kegiatan olahraga merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai manfaat untuk menjaga kesehatan akan tetapi di lingkungan

remaja masih belum sering untuk dilakukan secara benar dan teratur.

B. Rumusan Masalah

Data WHO (2005) menyebutkan bahwa 38,45% wanita di dunia

mengalami permasalahan mengenai gangguan sindrom pramenstruasi. Di

Indonesia, frekuensi gejala sindrom pramenstruasi cukup tinggi yaitu 80-

90% dan terkadang gejala tersebut sangat berat dan mengganggu kegiatan

sehari-hari.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari sindrom pramenstruasi

adalah gangguan aktivitas harian seperti penurunan produktivitas kerja,

Page 24: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

7

sekolah, dan hubungan interpersonal. Salah satu cara untuk mengurangi

gejala sindrom pramenstruasi dengan melakukan olahraga seperti senam,

jalan kaki, berenang, jogging, dan bersepeda yang dilakukan secara

teratur. Namun, fenomena yang terjadi di SMAN 4 Jakarta adalah 50%

dari 10 siswi yang diwawancara tidak melakukan melakukan olahraga,

30% melakukan olahraga akan tetapi tidak teratur, 20% melakukan

olahraga secara teratur, dan sebagian besar melakukan olahraga yang

cukup berat seperti basket, futsal, voli, badminton, dll. Berdasarkan latar

belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah: “Adakah hubungan

antara aktivitas olahraga terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada

remaja di SMAN 4 Jakarta?”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut timbul pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kejadian sindrom pramenstruasi remaja di

SMAN 4 Jakarta?

2. Bagaimana gambaran aktivitas olahraga remaja di SMAN 4 Jakarta?

3. Bagaimana hubungan antara aktivitas olahraga terhadap kejadian

sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN 4 Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas olahraga terhadap

kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN 4 Jakarta.

Page 25: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

8

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran sindrom pramenstruasi remaja di SMAN 4

Jakarta

b. Mengetahui gambaran aktivitas olahraga yang dilakukan remaja di

SMAN 4 Jakarta

c. Mengetahui hubungan antara aktivitas olahraga terhadap kejadian

sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN 4 Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan jenis dan

rutinitas olahraga terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada

remaja di SMAN 4 Jakarta

b. Menambah pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan

peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di peroleh

di kampus dengan keadaan yang ada di lapangan praktik

2. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, informasi

dan ilmu pengetahuan tentang sindrom pramenstruasi dan dapat

dijadikan sumber kepustakaan. Selain itu dapat bermanfaat sebagai

data dasar dalam pencegahan dan penanganan sindrom pramenstruasi

dalam bidang pendidikan keperawatan.

Page 26: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

9

3. Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk

cara pencegahan dan penanganan sindrom pramenstruasi di

masyarakat.

4. Bagi Tempat Penelitian

Sekolah dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi lebih

mengenai hubungan aktivitas olahraga terhadap kejadian sindrom

pramenstruasi serta dapat dijadikan sumber kepustakaan bagi sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutanya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi

pengembangan peneliti selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja di

SMAN 4 Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik

kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.

Page 27: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat

dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13

tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).

Remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa dengan batasan usia 10 sampai 19 tahun

(BKKBN, 2013).

2. Tahapan Remaja

Menurut Gunarsa (2008) dalam proses penyesuaian diri menuju

kedewasaan memiliki 3 tahap perkembangan remaja, yaitu :

a. Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang

Page 28: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

11

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego

menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti.

b. Remaja pertengahan (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan. Ia

senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada

kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia

berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang

mana peduli atau tidak peduli, ramai atau sendiri, optimistis atau

pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa

dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu minat yang makin

mantap terhadap fungsi intelektual, egonya mencari kesempatan

untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-

pengalaman baru, terbentuk identitas yang sudah tetap,

egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain, dan tumbuh pembatas yang memisahkan

diri pribadinya dan masyarakat umum.

Menurut Widyastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciri

perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja terdapat beberapa

tahap yaitu :

Page 29: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

12

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

Remaja tampak dan memang merasa lebih dekat dengan

teman sebaya, tampak dan merasa ingin bebas, serta tampak lebih

banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang

khayal.

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

Remaja tampak dan ingin mencari identitas diri, ada

ketertarikan pada lawan jenis, dan timbul perasaan cinta yang

mendalam.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Remaja menampakkan pengungkapan kebebasan diri,

dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memilih citra

(gambaran keadaan peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan

perasaan cinta, dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau

abstrak.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Ali & Asrori (2006) menjelaskan bahwa semua tugas

perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan

sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mempersiapkan

untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas tersebut antara lain:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

Page 30: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

13

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional

e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki pernikahan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

4. Perubahan-Perubahan pada Remaja

a. Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang

cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya

pertumbuhan organ-organ reproduksi sehingga tercapai

kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan

fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan

tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

Page 31: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

14

1) Tanda-tanda seks primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa

pubertas. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan

lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun

kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43

gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada

perempuan adalah datangnya menstruasi. Ini adalah permulaan

dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel

yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-

kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang

masa menopause (Widyastuti, 2009).

2) Tanda-tanda seks sekunder

Menurut Widyastuti (2009) tanda-tanda seks sekunder

pada wanita antara lain:

a) Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh.

Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul

dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu

pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut

kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang

warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih

gelap, dan agak keriting.

Page 32: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

15

b) Pinggul. Pinggul pun mulai berkembang, membesar, dan

membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang

pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit

c) Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara

harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin

besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih

besar dan lebih bulat.

d) Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih

kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda

dengan laki-laki, kulit pada wanita tetap lebih lembut.

e) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan

kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan

baunya menusuk sebelum dan selama haid.

f) Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar

dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan

tungkai kaki.

g) Suara. Suara berubah semakin merdu.

Page 33: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

16

3) Perkembangan Psikis

Widyastuti (2009) menjelaskan tetang perubahan

kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang

berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :

a) Perubahan emosi.

Perubahan tersebut berupa kondisi sensitif atau peka

misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya

bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Biasanya sering terjadi

pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi. Selain

itu biasanya mudah bereaksi bahkan agresif terhadap

gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya.,

itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari

perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, serta

ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih

senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di

rumah.

b) Perkembangan intelegensi.

Pada perkembangan ini menyebabkan remaja

cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik, cenderung ingin mengetahui hal-hal

baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Page 34: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

17

c) Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2005) seorang

remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku

adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan piaget,

remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka,

dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima

begitu saja ke dalam kognitif mereka. Remaja telah mampu

membedakan antara ide-ide yang lebih penting dibanding

ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini.

Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang

dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara

berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Pemikiran mereka semakin abstrak (berpikir lebih

abstrak daripada anak-anak), logis (mulai berpikir

menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-

masalah), dan idealis (sering berpikir tentang apa yang

mungkin), lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri,

pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan

tentang diri mereka, serta cenderung menginterpretasikan

dan memantau dunia sosial (Santrock, 2005).

d) Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi seseorang pada umumnya

tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.

Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya.

Page 35: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

18

Kualitas gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat

tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada

individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita

lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif,

rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku

menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-

mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang

dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah

perubahan jasmani, perubahan pola interaksi dengan orang

tua, perubahan pola interaksi dengan teman sebaya,

perubahan pandangan luar (sikap dunia luar terhadap

remaja sering tidak konsisten, masyarakat masih

menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki

dan perempuan), dan perubahan interaksi dengan sekolah.

B. Menstruasi

Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus yang disertai pelepasan endometrium. Menurut Sherwood (2011),

siklus haid terdiri dari tiga fase yaitu fase haid, fase proliferatif, dan fase

sekretorik atau progestasional.

a. Fase Haid

Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh

pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Berdasarkan

perjanjian, hari pertama haid dianggap sebagai permulaan siklus baru.

Page 36: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

19

Saat ini bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan

dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi

karena tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan

selama siklus sebelumnya, kadar progesteron dan estrogen darah turun

tajam. Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang pembebasan

suatu prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi

pembuluh-pembuluh endometrium, menghambat aliran darah ke

endometrium. Penurunan penyaluran oksigen yang terjadi kemudian

menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya.

Perdarahan yang tejadi melalui kerusakan pembuluh darah ini

membilas jaringan endometrium yang mati ke dalam lumen uterus.

Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas selama haid kecuali

sebuah lapisan dalam yang tipis berupa sel epitel dan kelenjar, yang

menjadi asal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus yang sama

juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium uterus.

Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa endometrium

dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah haid.

Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari

setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase

folikular ovarium. Penghentian efek progesteron dan estrogen, akibat

degenerasi korpus luteum menyebabkan terkelupasnya endometrium

(haid) dan terbentuknya folikel-folikel baru di ovarium dibawah

pengaruh hormon gonadotropik yang kadarnya meningkat. Turunnya

sekresi hormon gonad menghilangkan pengaruh inhibitorik dari

hipotalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH

Page 37: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

20

meningkat dan fase folikular baru dapat dimulai. Setelah lima sampai

tujuh hari di bawah pengaruh FSH dan LH, folikel-folikel yang baru

berkembang telah menghasilkan cukup estrogen untuk mendorong

perbaikan dan pertumbuhan endometrium.

b. Fase Proliferatif

Kemudian, darah haid berhenti, dan fase proliferatif siklus

uterus dimulai bersamaan dengan bagian terakhir fase folikular

ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki diri dan

berproliferasi dibawah pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang baru

berkembang.

Saat aliran darah haid berhenti, yang tersisa adalah lapisan

endometrium tipis dengan ketebalan kurang dari 1 mm. Estrogen

merangsang proliferasi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di

endometrium, meningkatkan ketebalan lapisan ini menjadi 3 sampai 5

mm. Fase proliferatif yang didominasi oleh estrogen ini berlangsung

dari akhir haid hingga ovulasi. Kadar puncak estrogen memicu

lonjakan LH yang menjadi penyebab ovulasi.

c. Fase Sekretorik atau Progestasional

Setelah ovulasi, ketika terbentuk korpus luteum baru, uterus

masuk ke fase sekretorik atau progestasional, yang bersamaan

waktunya dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum mengeluarkan

sejumlah besar progesteron dan estrogen. Progesteron mengubah

endometrium tebal yang telah dipersiapkan estrogen menjadi jaringan

kaya vaskular dan glikogen.

Page 38: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

21

Periode ini disebut fase sekretorik, karena kelenjar

endometrium aktif mengeluarkan glikogen, atau fase progestasional

(sebelum kehamilan), merujuk kepada lapisan subur endometrium

yang mampu menopang kehidupan mudigah. Jika pembuahan dan

implantasi tidak terjadi maka korpus luteum berdegenerasi dan fase

folikular dan fase haid baru dimulai kembali.

C. Sindrom Pramenstruasi

1. Definisi Sindrom Pramenstruasi

Sindrom pramenstruasi adalah suatu kondisi yang dialami oleh

wanita sebelum datangnya siklus menstruasi, dimana kondisi tersebut

dapat mengganggu fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala

tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Cunningham, 2006).

Sindrom premenstruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis,

dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita, terjadi selama

fase luteal dari siklus menstruasi yang berhubungan dengan siklus saat

ovulasi dan menstruasi (Suparman, 2012).

Bagi sebagian wanita saat-saat menjelang menstruasi sering

merasa tidak nyaman, bahkan sering sangat mengganggu aktivitas

sehari-hari, seperti sakit perut hingga bagian pinggang, mual, atau

pusing keadaan ini disebut Sindrom Premenstruasi (Kasdu, 2005).

Sindrom pramenstruasi ini biasanya akan terjadi pada rentang 1-2

minggu, atau lebih tepatnya 7-10 hari sebelum terjadi menstruasi dan

akan berhenti saat dimulainya siklus menstruasi (NIH, 2014). Akan

tetapi, pada beberapa wanita juga bisa terjadi gejala sindrom

Page 39: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

22

pramenstruasi yang terus berlanjut hingga 1-2 hari atau 24-48 jam

pertama siklus menstruasi dan akan segera mereda selama beberapa

hari ke depan siklus menstruasi (O’Brien dkk, 2007). Pada remaja

umumnya sindrom pramenstruasi mulai dialami sekitar usia 14 tahun

atau 2 tahun setelah menarche dan akan berlanjut sampai menopause

(Zaka dan Mahmood, 2012).

2. Etiologi Sindrom Pramenstruasi

Etiologi sindrom pramenstruasi masih belum diketahui secara

pasti, tetapi ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab

timbulnya sindrom pramenstruasi diantaranya kadar hormon

progesteron yang rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan,

perubahan rasio kadar hormon estrogen/progesteron, dan peningkatan

aktivitas hormon aldosteron, renin-angiotensin serta hormon adrenal.

Selain itu ada faktor endogenous endorfin, hipoglikemi, defisiensi

vitamin dan mineral (A, E, B6, kalsium), sekresi proklatin yang

berlebih, dan faktor genetik (Suparman, 2012).

3. Gejala Sindrom Pramenstruasi

Terdapat macam-macam gejala yang akan terjadi pada wanita

dan gejala tersebut dapat mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan

kehidupan maupun aktivitas yang dilakukan. Namun setiap wanita

mungkin akan mengalami gejala yang berbeda. Berikut merupakan

beberapa gejala yang umum terjadi (Wiknjosastro, 2010) :

Page 40: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

23

a. Perubahan fisik

Perubahan yang terjadi seperti sakit punggung, perut

kembung, perubahan nafsu makan, daerah panggul terasa berat

tertekan, mual, muntah, penambahan berat badan, kram abdominal,

payudara terasa penuh , bengkak, mengeras, dan nyeri, kulit wajah,

leher, dada, tampak merah dan terasa terbakar, kelainan kulit

(jerawat), pusing, pingsan, sakit kepala, tidak bertenaga, kelelahan,

nyeri sendi, dan kejang otot.

b. Perubahan suasana hati

Mudah marah, cemas, deprsi, mudah tersinggung, gelisah,

agresif, tertekan, gugup, hipersensitivitas secara emosional,

kemurungan.

c. Perubahan mental

Kalut, bingung, sulit berkonsenterasi, dan pelupa

d. Perubahan tingkah laku

Perubahan pada libido, pola tidur, dan nafsu makan

D. Tipe-Tipe Sindrom Pramenstruasi

Tipe sindrom pramenstruasi bermacam-macam, Suparman (2012)

membagi sindrom pramenstruasi menurut gejalanya yakni tipe A, H, C,

dan D. tipe-tipe tersebut, yaitu :

Page 41: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

24

a. Tipe A

Sindrom Pramenstruasi tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala

seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan

beberapa wanita mengalai depresi ringan sampai sedang saat sebelum

mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan

hormon estrogen dan progesteron, hormon estrogen terlalu tinggi

dibandingkan dengan hormon progesteron.

b. Tipe H

Sindrom Pramenstruasi tipe H (Hyperhydrasion) memiliki

gejala edema, perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan

tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini

dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom pramenstruasi

lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan

di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada

diet penderita.

c. Tipe C

Sindrom Pramenstruasi tipe C (craving) ditandai dengan rasa

lapar, ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan

karbohidrat sederhana. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat

disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak

terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya

magnesium.

Page 42: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

25

d. Tipe D

Sindrom Pramenstruasi tipe D (depression) ditandai dengan

gejala rasa depesi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa,

bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata. Biasanya sindrom

pramenstruasi tipe D berlangsung bersamaan dengan tipe A. Sindrom

pramenstruasi tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon

progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus

haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.

E. Dampak Sindrom Pramenstruasi

Bagi beberapa wanita gejala sindrom pramentruasi dapat terjadi

cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan.

Umumnya dampak dari sindrom pramenstruasi tersebut adalah gangguan

aktivitas harian seperti penurunan produktivitas kerja, sekolah, dan

hubungan interpersonal penderita (Wiknjosastro, 2006).

Dari segi aktivitas harian, penelitian membuktikan bahwa sebanyak

17% dari penderita sindrom pramenstruasi merasakan dampak klinis yang

signifikan pada ADL (activities daily life) dan 9% yang terkena dampak

serius terhadap ADL (Dennerstein dkk, 2010). Sedangkan dari segi

produktivitas, penelitian yang dilakukan Borenstein (2004) menemukan

bahwa penurunan produktivitas lebih banyak dialami oleh penderita

sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan bukan penderita sindrom

pramenstruasi, yang dikaitkan dengan keluhan sulit berkonsentrasi,

menurunnya antusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas

emosi (Borenstein dkk, 2004).

Page 43: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

26

Kemudian khusus untuk para remaja putri yang bersekolah,

sindrom pramenstruasi dapat mengganggu kualitas kesehatan,

konsentrasi, prestasi, dan keaktifan kegiatan belajar di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Delara dkk (2012) menunjukkan bahwa

siswi dengan gangguan pramenstruasi mengalami beberapa penurunan,

seperti : kondisi mental, vitalitas, peran fisik, fungsi sosial, dan

kesehatan secara keseluruhan.

F. Faktor yang berhubungan dengan Sindrom Pramenstruasi

Secara umum diketahui bahwa ada beberapa faktor yang memiliki

hubungan dengan sindrom pramenstruasi, yaitu faktor hormonal, faktor

kimiawi, faktor genetik, faktor psikologi, dan faktor gaya hidup

(Wiknjosastro, 2006).

a. Faktor Hormonal

Hormon merupakan senyawa khas yang dihasilkan oleh organ

tubuh, yang bekerja dalam memacu fungsi organ tubuh tertentu

sehingga akan terlihat hasilnya (Sherwood, 2011). Dalam beberapa

literatur yang ada, dikatakan bahwa faktor hormon adalah faktor yang

paling utama yang dapat menyebabkan sindrom pramenstruasi, yaitu

akibat adanya ketidakseimbangan kerja dari hormon estrogen dan

progesteron (Dickerson dkk, 2003). Teori lain menunjukkan bahwa

ternyata, adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase

luteal dari siklus menstruasi akan menyebabkan sindrom

pramenstruasi. Kadar hormon estrogen dalam darah yang meningkat

dapat menyebabkan gejala depresi dan beberapa gangguan mental.

Page 44: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

27

Kadar estrogen yang meningkat ini akan mengganggu proses kimia

tubuh termasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin

anti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin

(Wiknjosastro, 2006).

b. Faktor Kimiawi

Faktor kimiawi juga berhubungan dengan kejadian sindrom

pramenstruasi. Zat kimia tertentu seperti serotonin dan endorfin dapat

mengalami perubahan selama siklus menstruasi (Wiknjosastro, 2006).

Serotonin merupakan suatu zat kimia yang diproduksi tubuh secara

alami, yang dapat berguna untuk kualitas tidur yang normal. Hal ini

dikarenakan, zat ini sangat mempengaruhi suasana hati seseorang yang

berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, ketertarikan,

kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, agresif dan

peningkatan selera (Lau, 2011).

Sedangkan endorfin merupakan senyawa kimia mirip opium

yang dibuat di dalam tubuh yang terlibat dalam sensasi euphoria dan

persepsi nyeri. Endorfin dibebaskan selama olahraga berkepanjangan

dan mungkin menimbulkan “runner’s high” (rasa nikmat). Hormon ini

dapat turun kadarnya pada fase luteal dalam siklus menstruasi, karena

itu pada fase luteal ini seorang wanita merasa kurang mood dan timbul

nyeri, seperti nyeri haid atau sakit kepala (Wiknjosastro, 2006).

Page 45: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

28

c. Faktor Genetik

Faktor genetik dapat dilihat dari riwayat keluarga, dimana

sebuah penelitian menemukan bahwa ada hubungan secara signifikan

antara riwayat keluarga dengan sindrom pramenstruasi (Abdillah,

2010). Disamping itu, hasil penelitian Amjad, dkk (2014) juga

menemukan bahwa terdapat hubungan antara riwayat ibu dan saudara

kandung perempuan dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Dimana

seseorang yang memiliki ibu dan/atau saudara kandung perempuan

yang mengalami sindrom pramenstruasi lebih banyak yang menderita

sindrom pramenstruasi, dibandingkan dengan seseorang yang tidak

memiliki ibu dan/atau saudara kandung perempuan yang mengalami

sindrom pramenstruasi (Amjad dkk, 2014).

d. Stres

Faktor stres akan memperberat gangguan sindrom

pramenstruasi. Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping

seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stres merupakan

predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan

kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi

serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting

dalam tingkat kehebatan gejala sindrom pramenstruasi (Maulana,

2008).

Page 46: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

29

e. Diet

Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh,

coklat, minuman bersoda, makanan olahan, memperberat gejala

sindrom pramenstruasi. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga

dapat memperberat gejala sindrom pramenstruasi. Penurunan asupan

garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema

pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein juga dapat

menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia (Maulana, 2008).

f. Kegiatan Fisik (Olahraga)

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana,

terstruktur, dan berkesinambungan yang melibatkan gerakan tubuh

berulang-ulang dengan aturan-aturan tertentu yang ditujukan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi (Depkes, 2015).

Olahraga merupakan faktor yang dapat mengurangi rasa sakit akibat

sindrom pramenstruasi, sehingga apabila olahraga rendah dapat

meningkatkan keparahan dari sindrom pramenstruasi, seperti rasa

tegang, emosi, dan depresi. Sebuah teori menyebutkan dengan adanya

olahraga maupun aktivitas fisik akan meningkatkan produksi endorfin,

menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid lainnya, memperlancar

transport oksigen di otot, menurunkan kadar kortisol, dan

meningkatkan perilaku psikologis (Harber dan Sutton, 2005).

Hal ini juga diperkuat sebuah review yang menyatakan bahwa

melakukan kegiatan fisik (olahraga) merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kadar serotonin di otak (Young, 2007). Menurutnya

Page 47: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

30

serotonin ini sangat erat kaitannya dengan depresi dan perubahan

mood yang berujung pada masalah kesehatan. Selain itu berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa aktivitas fisik secara

signifikan dapat menurunkan resiko gejala sindrom pramenstruasi,

seperti perubahan nafsu makan, hipersensitivitas emosi, dan sakit

kepala (Sianipar, dkk, 2009).

G. Pencegahan Sindrom Pramenstruasi

Menurut Wiknjosastro (2006) pencegahan sindrom pramenstruasi

dapat dilakukan dengan cara :

a. Melakukan diet yang sehat yang mengandung cukup buah dan sayuran

atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung cukup

vitamin dan mineral seperti A, B6, E, dan kalsium.

b. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur

c. Menghindari dan mengatasi stress

d. Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat

meningkatkan risiko menderita sindrom pramenstruasi

e. Mencatat jadwal siklus haid serta kenali gejala sindrom pramenstruasi

f. Memperhatikan apakah sudah dapat mengatasi sindrom pramenstruasi

pada siklus-siklus datang bulan berikutnya

Page 48: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

31

H. Penanganan Sindrom Pramentruasi

Menurut Wiknjosastro (2006) penanganan sindrom pramenstruasi

yang dilakukan tergantung dari gejala yang timbul, diantaranya:

a. Beberapa orang bisa mengobati sendiri dengan melakukan olahraga

teratur serta memodifikasi makanan dengan mengurangi lemak.

b. Terapi obat khusus yang bisa digunakan dengan menggunakan obat

penghilang nyeri, anti depresan, dll.

c. Progesteron sintetik dalam dosis kecil dapat diberikan selama 8 sampai

10 hari sebelum haid untuk mengimbagi kelebihan relatif dari

estrogen.

d. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron 5 mg diberikan

untuk mengurangi kelebihan estrogen

I. Olahraga

1. Definisi Olahraga

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana,

terstruktur, dan berkesinambungan yang melibatkan gerakan tubuh

berulang-ulang dengan aturan-aturan tertentu yang ditujukan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi (Depkes, 2013).

Olahraga dengan tujuan kesehatan yang baik adalah melakukan

aktivitas gerak badan dengan porsi diatas aktivitas keseharian. Bila

tujuan olahraga adalah kesehatan, maka syarat yang harus dilakukan

adalah lakukanlah olahraga seringan mungkin dan dalam waktu yang

Page 49: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

32

lebih lama, serta dilakukan secara teratur dan terus-menerus (Agus,

2007).

2. Manfaat Olahraga

Menurut Departemen Kesehatan (2013), manfaat olahraga

dapat dilihat dari aspek fisik, aspek psikologis, maupun aspek sosio-

ekonomi.

a. Aspek Fisik

Menurunkan risiko terjadinya penyakit degeneratif,

memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung,

mengurangi risiko penyakit pembuluh darah, mencegah,

menurunkan, atau mengendalikan tekanan darah tinggi,

memperbaiki profil lipid darah, mengendalikan berat badan,

mencegah atau mengurangi terkena risiko osteoporosis pada

wanita, memperbaiki fleksibilitas otot dan sendi serta memperbaiki

postur tubuh sehingga dapat mencegah nyeri punggung bawah, dan

meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko

penyakit menular.

b. Aspek Psikologis

Meningkatkan rasa percaya diri, membangun rasa

sportivitas, memupuk tanggung jawab, membantu mengendalikan

stres, mengurangi kecemasan dan depresi khususnya pada kegiatan

yang dilakukan secara berkelompok.

Page 50: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

33

c. Aspek Sosio-Ekonomi

Menurunkan biaya pengobatan, menurunkan angka absensi

kerja, meningkatkan produktivitas, menurunkan penggunaan

sumber daya, dan meningkatkan gerakan masyarakat

J. Jenis Olahraga

Menurut Dariyo (2007), terdapat tiga jenis olahraga, yaitu sebagai

berikut:

a. Olahraga ringan

Merupakan kegiatan latihan untuk orang awam dan bagi yang

jarang berolahraga. Latihan ringan ini bertujuan untuk meningkatkan

taraf kesehatan dan kebugaran badan. Yang termasuk latihan ringan

ini, antara lain jalan kaki, menembak, golf, bowling, panahan.

b. Olahraga sedang

Bagi bukan atlet yang sering melakukan kegiatan olahraga,

dapat melakukan latihan yang cukup proporsinya. Tujuan dari latihan

ini, selain dapat mencegah gangguan penyakit, juga dapat menciptakan

kestabilan taraf kesehatan. Yang termasuk dalam olahraga sedang ini

seperti bersepeda, voli, badminton, tenis, joging, basket, hockey,

sepabola, senam, renang.

c. Olahraga berat

Bagi seorang atlet, memiliki taraf latihan olahraga yang intensif

dan cenderung keras karena tujuannya mencapai puncak prestasi. Yang

Page 51: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

34

termasuk ke dalam olahraga berat adalah balap sepeda, tinju, gulat,

angkat besi, marathon.

Jenis olahraga yang dipilih haruslah berirama yang membuat

otot ditubuh berkontraksi dan berelaksasi secara teratur, misalnya

joging, bersepeda, senam, beranang, dan jalan kaki. Dengan adanya

kontraksi dan relaksasi otot yang teratur, maka metabolisme akan

berjalan lebih baik dan lemak ditubuh akan mudah terbakar. Selain itu,

jantung akan memompa darah dengan stabil. Bermain sepak bola,

taekwondo, basket, voli, futsal, tenis tidak termasuk karena banyak

berhenti dan terlalu memacu jantung untuk memompa darah lebih

berat dari biasanya (Sumosardjuno, 2008).

Untuk meredakan gejala dari sindrom pramenstruasi biasanya

melakukan olahraga seperti jalan, joging, bersepeda, dan berenang

selama 30 menit. Latihan ringan hingga sedang dapat menurunkan

gejala depresi (depresi) dibandingkan melakukan latihan kekuatan

(Daley, 2009).

K. Prinsip Olahraga

Menurut Departemen Kesehatan (2013) kaidah olahraga yang baik,

benar, terukur, dan teratur dapat memberikan hasil optimal untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.

Kaidah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Olahraga yang baik adalah olahraga yang dilakukan dengan cara rutin

dan berkelanjutan. Olahraga dapat dilakukan dimana saja, dengan

Page 52: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

35

memperhatikan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, bebas polusi,

tidak rawan cedera.

b. Olahraga yang benar adalah olahraga yang dilakukan sesuai dengan

kondisi fisik dan secara medis mampu dilakukan tanpa menimbulkan

dampak yang merugikan. Olahraga dilakukan secara bertahap mulai

dari pemanasan dengan peregangan 10-15 menit, dilanjutkan dengan

latihan inti 20-60 menit, dan diakhiri pendinginan dengan peregangan

selama 5-10 menit.

c. Olahraga yang terukur adalah olahraga yang dilakukan dengan

mengukur intensitas olahraga dengan menghitung denyut nadi latihan

dan lama waktu latihan. Waktu latihan dimulai sesuai kemampuan

fisik dan ditingkatkan bertahap secara perlahan-lahan antara 20-60

menit.

d. Olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan secara teratur 3-

5 kali dalam seminggu dengan selang waktu sehari untuk istirahat dan

durasinya selama 20-30 menit

L. Sindrom Pramenstruasi dan Olahraga

Menurut Nashruna (2012), wanita yang teratur berolahraga dapat

mengurangi sindrom pramenstruasi. Hal ini dikarenakan peningkatan

kadar endorfin yang bersirkulasi, endorfin merupakan suatu substansi yang

diproduksi oleh otak yang diakibatkan tercapainya ambang nyeri

seseorang dan menghilangkan efek dari stres (Nashruna, 2012). Hal ini

juga diperkuat sebuah review yang menyatakan bahwa melakukan

Page 53: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

36

kegiatan fisik (olahraga) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

kadar serotonin di otak (Young, 2007). Menurutnya serotonin ini sangat

erat kaitannya dengan depresi dan perubahan mood yang berujung pada

masalah kesehatan.

Olahraga meningkatkan rangsang simpatis, suatu kondisi yang

menurunkan detak jantung dan mengurangi sensasi cemas. Olahraga yang

teratur juga dapat mengurangi stres, meningkatkan pola tidur yang teratur,

dan meningkatkan produksi endorfin (Suparman, 2012). Olahraga ringan

seperti senam, jalan kaki, atau bersepeda yang dilakukan sebelum dan

selama haid dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi

lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi. Saat berolahraga, kelenjar

pituitary menambah produk beta-endorfin, dan sebagai hasilnya

konsentrasi beta-endorfin naik di dalam darah yang dialirkan juga ke otak,

sehingga mengurangi nyeri, cemas, depresi, dan perasaan letih (Nurcahyo,

2008).

Menurut Wiley (2012), peningkatan kadar endorfin yang sangat

tinggi pada seseorang yang rutin berolahraga terjadi bahkan sebelum

menstruasi, itulah yang menjadi faktor mengapa orang yang berolahraga

rutin juga memiliki kadar endorfin yang lebih stabil. Jadi, olahraga yang

teratur dapat menyebabkan berkurangnya sindrom premenstruasi dengan

adanya perubahan kimia dalam otak setelah berolahraga. Perubahan

tersebut mencakup transportasi dan metabolisme neurotransmitter yang

mengubah aktivitas neurotransmitter (Brannon, 2007).

Page 54: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

37

M. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ifan Nashruna, dkk tahun 2012 dengan

judul Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas dengan Kejadian

Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten.

Penelitian ini dilakukan pada 119 responden dan analisis bivariat

menghasilkan ada hubungan antara aktivitas olahraga (p=0,008) dan

obesitas (p=0,044) dengan kejadian sindrom pramenstruasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fenthy Vabiella tahun 2015 dengan

judul Hubungan Aktivitas Olahraga dengan kejadian Sindrom

Pramenstruasi pada Siswi Kelas XI di SMAN 1 Sentolo. Penelitian ini

dilakukan pada 66 responden dan analisis bivariat menghasilkan ada

hubungan antara aktivitas olahraga (p=0,008) dengan kejadian sindrom

pramenstruasi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Devi Eni Pohan, dkk tahun 2014

dengan judul Hubungan Pola Makan dan Aktivtas Fisik dengan Pola

Menstruasi pada Mahasiswi Jurusan Olahraga Universitas Negeri

Medan. Penelitian ini dilakukan pada 58 responden dan analisis

bivariat menghasilkan tidak ada hubungan pola makan (p=0,392) dan

aktivitas fisik (p=0,586) dengan siklus menstruasi.

Page 55: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

38

N. Kerangka Teori

Bagan 2. 1 Kerangka Teori

Sumber : Wiknjosastro (2006)

Sindrom Pramenstruasi

Faktor yang mempengaruhi

1. Faktor hormonal

2. Faktor kimia

3. Faktor genetik

4. Stres

5. Diet

6. Kegiatan fisik/olahraga

Penanganan :

1. Obat anti nyeri, anti

depresan

2. Progesteron sintetik

3. Methiltestosteron

4. Modifikasi makanan

5. Olahraga secara teratur

Gejala : sakit

punggung, perut

kembung, perubahan

nafsu makan, sakit

di daerah panggul,

mual, muntah, kram

perut, payudara

bengkak dan nyeri,

jerawat, pusing,

nyeri sendi lelah,

mudah marah,

cemas, depresi,

mudah tersinggung,

murung, gelisah,

bingung, sulit

konsentrasi,

perubahan pola tidur Dampak : Penurunan produktivitas

kerja dan penurunan hubungan

interpersonal

Page 56: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

39

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sebuah uraian dari visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri

dari dua variabel, yaitu:

Variabel independen adalah aktivitas olahraga

Variabel dependen adalah sindrom pramenstruasi

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep

Untuk mengendalikan semua faktor yang berhubungan dengan

sindrom pramenstruasi kecuali faktor olahraga yang akan di teliti, maka

peneliti melakukan skrining dengan memberikan pertanyaan terkait faktor

lain yang tidak diteliti seperti faktor genetik, diet, dan stres sebelum

melakukan pengambilan data untuk mengetahui jumlah populasi dengan

kriteria yang sesuai.

Sindrom Pramenstruasi Aktivitas Olahraga

Page 57: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

40

Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian, peneliti ingin

mengidentifikasi apakah ada hubungan antara aktivitas olahraga terhadap

kejadian sindrom pramenstruasi.

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ada hubungan antara aktivitas olahraga terhadap kejadian sindrom

pramenstruasi pada remaja di SMAN 4 Jakarta

Page 58: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

41

C. Definisi Operasional

Tabel 3. 1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

1 Sindrom

Pramenstruasi

Kumpulan gejala

fisik dan psikis

yang dialami oleh

remaja pada 7 hari

sebelum menstruasi

dimulai

Kuesioner terdiri

dari 10 pertanyaan.

Setiap pertanyaan

memiliki bobot

nilai 1-6.

1 tidak mengalami

2 sangat ringan

3 ringan

4 sedang

5 berat

6 ekstrim

Shortened

premenstrual

assessment form

(sPAF)

1. Tidak ada gejala hingga

gejala ringan jika skor total

<30

2. Gejala sedang hingga berat,

jika skor total ≥30

(Allen dkk, 2010, Anggrajani dan

Mudi, 2011)

Ordinal

2 Aktivitas Olahraga Rutinitas dan jenis

olahraga yang

mempengaruhi

sindrom

pramenstruasi

(jalan kaki, senam,

bersepeda,

berenang, joging)

dalam satu minggu

Kuesioner terdiri

dari dua pertanyaan

yaitu pertanyaan

jenis olahraga

(yang

mempengaruhi

sindrom

pramenstruasi atau

tidak) dan

pertanyaan rutinitas

olahraga yang tediri

dari frekuensi dan

durasi.

Kuesioner

aktivitas olahraga

1. Olahraga yang tidak

mempengaruhi sindrom

pramenstruasi

2. Olahraga yang

mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan tidak

teratur

3. Olahraga yang

mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan teratur

Ordinal

Page 59: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

42

(Sumosardjuno, 2008)

Page 60: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional.

Metode penelitian dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan

penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2007)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4, Jakarta Pusat tahun

2016. Tempat tersebut dipilih karena sesuai dengan studi pendahuluan

yang dilakukan kepada 10 siswa di sekolah tersebut mengalami gejala

sindrom pramenstruasi dan tempat tersebut belum pernah ada penelitian

tentang sindrom pramenstruasi serta tempat tersebut bersedia menjadi

tempat penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Maret- 20 Maret 2016.

Page 61: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

44

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang

karakteristiknya tidak ditetapkan (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini

populasi adalah keseluruhan siswi kelas X dan XI di SMAN 4 Jakarta

yang telah memenuhi kriteria yang sesuai dengan peneliti yaitu sebanyak

58 siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan sampling

tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008).

Penelitian ini menggunakan pengabilan sampel dengan Total Sampling

yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota

populasi menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Besar sampel pada

penelitian ini yaitu 58 siswi.

3. Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Siswi yang telah mengalami menstruasi

2) Siswi yang dalam keadaan tidak stres hingga mengalami stres

ringan

Page 62: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

45

3) Bersedia mengikuti penelitian ini yang dibuktikan dengan

menandatangani informed consent.

b. Kriteria eksklusi

1) Siswi yang mempunyai keturunan sindrom pramenstruasi

2) Siswi yang mengkonsumsi kadar gula, garam, teh, kopi diatas nilai

normal (berlebihan)

D. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang sindrom

pramenstruasi dan aktivitas olahraga.

a. Sindrom Pramenstruasi

Data sindrom pramenstruasi diperoleh dari hasil pengisian

shortened premenstrual assessment form (sPAF) oleh responden.

sPAF merupakan kuesioner yang sudah teruji validitas dan

reabilitasnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Korea,

diketahui bahwa keandalan dari kuesioner ini adalah 0,80, konsistensi

internal (Cronbach alpha) adalah 0,91, dan korelasi antara coeffeciecy

score adalah 0,92 (Lee dkk, 2002). Dalam penelitian ini shortened

premenstrual assessment form (sPAF) telah diterjemahkan oleh

Himpunan Penerjemah Indonesia sebelum dilakukan uji validitas dan

reliabilitas.

Page 63: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

46

Kuesioner ini berisi 10 (sepuluh) pertanyaan terkait gejala

sindrom pramenstruasi yang di derita responden. Setiap pertanyaan

memiliki bobot nilai 1-6 poin (1 = tidak mengalami, 2 = sangat ringat,

3 = ringan, 4 = sedang, 5 = berat, 6 = ekstrim). Hasil dari kuesioner ini

dikategorikan menjadi dua, yaitu : 1. Tidak ada gejala hingga gejala

ringan, jika skor total < 30 dan 2. Gejala sedang hingga berat, jika skor

total ≥ 30 (Allen dkk, 2010).

b. Aktivitas Olahraga

Aktivitas olahraga dilihat dari jenis, frekuensi dan durasi

olahraga yang dilakukan oleh responden. Untuk mendapatkan data

tersebut menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan

pertanyaan.

1) Jenis Olahraga

Berisi pertanyaan “Olahraga apa yang paling sering anda

lakukan?” dan peneliti memberikan pilihan olahraga seperti jalan

kaki, senam, bersepeda, berenang, joging, dll.

Bila responden memilih satu diantara pilihan maka

termasuk olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi,

sedangkan jika responden memilih selain yang peneliti sediakan

berarti termasuk olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom

pramenstruasi.

Page 64: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

47

2) Frekuensi dan Durasi Olahraga

Berisi pertanyaan “Berapa kali anda melakukan olahraga

dalam seminggu? Dan berapa lama waktu yang anda butuhkan

dalam sekali berolahraga?” dan peneliti memberikan pilihan

jawaban berupa

a. < 3 hari dalam seminggu dan < 30 menit

b. < 3 hari dalam seminggu dan ≥ 30 menit

c. ≥ 3 hari dalam seminggu dan < 30 menit

d. ≥ 3 hari dalam seminggu dan ≥ 30 menit

Dikatakan teratur bila jawaban yang dipilih adalah jawaban

“D”

Hasil dari kuesioner ini dikategorikan menjadi tiga,

yaitu : (1) Olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi,

(2) Olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan tidak

teratur, dan (3) Olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi

dan teratur (Sumosardjuno, 2008).

E. Uji Validitas dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah

instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi,

2007). Proses validitas dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba

Page 65: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

48

instrument. Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrumen

menggunakan rumus korelasi Product Moment. Pernyataan valid apabila r

hitung > r table, sedangkan pernyataan dianggap tidak valid jika r hitung <

r table (0,312) pada N = 30.

Uji validitas dilakukan di SMAN 29 Jakarta pada tanggal 23

Februari 2016 dengan jumlah responden 30 orang. Hasil uji validitas pada

instrumen sindrom pramenstruasi didapatkan dari total 10 pertanyaan,

pertanyaan yang valid sebanyak 10 pertanyaan karena r hitungnya pada

rentang 0,328-0,738 yang lebih besar dari r tabel 0,312. Sedangkan pada

instrumen aktivitas olahraga didapatkan dari total 2 pertanyaan,

pertanyaan yang valid sebanyak 2 pertanyaan karena r hitungnya pada

rentang 0,592-0,891 yang lebih besar dari r tabel 0,312.

2. Uji Realibilitas

Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur realibilitas

instrumen. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Saryono, 2011). Uji

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Kr 20 untuk mengukur

aktivitas olahraga dan Cronbach Alpha untuk mengukur sindrom

pramenstruasi. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Page 66: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

49

Cronbach Alpha dan Kr 20 > 0,60 (Sujarweni, 2014). Hasil uji reliabilitas

aktivitas olahraga memiliki nilai Kr 20 sebesar 0,748 dan untuk sindrom

pramenstruasi memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,794.

F. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner

(kuesioner sindrom pramenstruasi dan kuesioner aktivitas olahraga).

Kuesioner sindrom pramenstruasi yang menggunakan sPAF berisi 10

pertanyaan dan kuesioner aktivitas olahraga berisi 3 pertanyaan yang

meliputi jenis, frekuensi, dan durasi dari olahraga. Pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti.

2. Prosedure Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui

beberapa tahap, yaitu:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian ke SMAN 4

Jakarta.

c. Setelah izin penelitian disetujui oleh Kepala Sekolah SMAN 4 Jakarta,

peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas

instrumen pada remaja dengan jumlah 30 orang di SMAN 29 Jakarta.

Page 67: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

50

d. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel , peneliti melakukan

koordinasi dengan pihak sekolah terkait pelaksanaan penelitian.

e. Peneliti melakukan tahap skrining untuk mencari jumlah responden

yang sesuai dengan kriteria inklusi dari penelitian ini.

f. Peneliti menggunakan teknik total sampling yakni dimana semua

populasi yang sesuai dengan kriteria dijadikan sampel penelitian.

g. Peneliti mendapatkan responden sejumlah 58 orang. Selanjutnya

peneliti memberikan informed consent kepada calon responden dan

menyediakan waktu bagi calon responden untuk membaca lembar

pernyataan persetujuan yang tersedia dan apabila calon responden

setuju, calon responden dapat menandatangani lembar persetujuan.

h. Selanjutnya responden dijelaskan mengenai tatacara pengisian

kuesioner, apabila responden kurang atau tidak mengerti maksud

pertanyaan kuesioner, maka responden dipersilahkan untuk bertanya

kepada peneliti.

i. Waktu pengisian kuesioner adalah 10-15 menit tiap masing-masing

responden.

j. Lembar kuesioner diambil kembali oleh peneliti ketika responden

telah selesai mengisi kuesioner.

k. Kuesioner yang telah dikumpulkan akan diperiksa oleh peneliti dan

akan memasuki tahap selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data.

Page 68: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

51

G. Teknik Analisa Data

1. Langkah analisa data

a. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Setelah kuesioner dikumpulkan

kepada peneliti, maka peneliti memeriksa hasil kuesioner yang telah di

jawab oleh responden apakah sudah terisi semua atau belum.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk shortened

premenstrual assessment form (sPAF) diberikan kode 1 dan 2, dimana

angka 1 untuk tidak ada gejala hingga gejala ringan dan angka 2 untuk

gejala sedang hingga gajala berat. Untuk kuesioner aktivitas olahraga

diberikan kode 1,2, dan 3, dimana kode 1 untuk olahraga yang tidak

mempengaruhi sindrom pramenstruasi, kode 2 untuk olahraga yang

mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan tidak teratur, dan kode 3

untuk olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan

teratur.

c. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana. Setelah selesai di berikan kode, maka

Page 69: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

52

selanjutnya jawaban dari setiap pertanyaan di masukan ke aplikasi

SPSS untuk pengolahan data

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data

penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan

dengan tujuan yang akan dianalisis. Setelah dimasukan data maka

selanjutnya menggunakan analis dengan SPSS untuk melihat hasil

yang dimasukkan.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

variabel dependen dan independen. Variabel independen yaitu

aktivitas olahraga. Variabel dependen yaitu kejadian sindrom

pramenstruasi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

2 variabel yaitu variabel dependen (kejadian sindrom pramenstruasi)

dengan variabel independen (aktivitas olahraga). Tehnik analisis yang

dilakukan yaitu dengan analisis Chi Square karena data yang diujikan

adalah berbentuk kategorik dan kategorik dan hasil distribusi data

adalah tidak normal sehingga menggunakan uji non parametrik.

Analisis Chi Square ini menggunakan derajat kepercayaan 95%

dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) ≤0,05 berarti hasil

Page 70: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

53

perhitungan statistik bermakna atau menunjukkan ada hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila

nilai p value> 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna

atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen (Sarwono, 2006).

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

(Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pada penelitian

ini, peneliti memberikan lembar pernyataan persetujuan ketika responden

bersedia unuk menjadi responden. Ketika responden menyetujui maka

selanjutnya meminta responden untuk menandatangani persetujuan

tersebut.

Page 71: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

54

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan. Pada penelitian ini, ketika peneliti

membagikan kuesioner, peneliti memberitahu kepada responden untuk

menulis inisial nama saja pada kolom identitas.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Pada penelitian ini ketika responden selesai mengisi

kuesioner yang di berikan, yang tahu tentang kuesioner tersebut adalah

peneliti. Tanpa memberitahu kepada orang lain dan hanya menggunakan

kuesioner tersebut untuk keperluan penelitian

4. Beneficence (keuntungan)

Melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. Pada penelitian

ini, peneliti sudah meminta izin terebih dahulu kepada pihak sekolah agar

tidak mengganggu proses pembelajaran. Dan setelah pengisian kuesioner

ada yang bertanya mengenai sesuatu maka peneliti berusaha

menyampaikan informasi dan meberikan reward ketika responden selesai

mengisi kuesioner.

Page 72: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

55

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Proses Skrining

Sebelum menentukan jumlah responden yang akan di jadikan sampel

untuk penelitian, maka peneliti melakukan skrining untuk mencari responden

yang sesuai dengan kriteria. Skrining dilakukan di SMA Negeri 4 pada

tanggal 29 Februari 2016 dengan target yaitu siswi kelas X dan kelas XI baik

jurusan IPA, IPS, dan Bahasa sebanyak 198 siswi. Hasil skrining di dapatkan

hasil sebagai berikut :

1. Genetik

Tabel 5.1

Frekuensi Genetik Sindrom Pramenstruasi

Tabel 5.1 menunjukkan frekuensi siswi yang mempunyai genetik

sindrom pramenstruasi atau tidak memiliki genetik sindrom

pramenstruasi. Sebesar 32,8% mempunyai genetik sindrom pramenstruasi

dimana orang tua (ibu/saudara kandung) memiliki gejala sindrom

pramenstruasi dan sebanyak 67,2% tidak mempunyai genetik sindrom

pramenstruasi dimana orang tua (ibu/saudara kandung) tidak memiliki

gejala sindrom pramenstruasi.

Genetik Frekuensi Persentase

Ya 65 32.8

Tidak 133 67.2

Total 198 100.0

Page 73: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

56

2. Diet

Tabel 5.2

Frekuensi Diet Siswi SMA Negeri 4 Jakarta

Tabel 5.2 menunjukkan frekuensi diet siswi SMAN 4 Jakarta.

Sebesar 47,5% mempunyai diet yang buruk, dimana siswi tersebut

mengkonsumsi gula, garam, kopi, teh, minuman bersoda, dan makanan

olahan yang berlebihan. Sebesar 52,5% mempunyai diet yang baik,

dimana siswi tersebut mengkonsumsi gula, garam, kopi, teh, minuman

bersoda, dan makanan olahan secara tidak berlebihan.

3. Stres

Tabel 5.3

Frekuensi Skala Stres Siswi SMA Negeri 4 Jakarta

Tabel 5.3 menunjukkan frekuensi skala stres siswi di SMA Negeri

4 Jakarta. Sebesar 7,1% tidak mengalami stres, sebesar 30,8% mengalami

stres ringan, sebesar 27,3% mengalami stres ringan, dan sebesar 34,8%

mengalami stres berat.

Responden yang diinginkan dalam penelitian ini adalah dengan

karakter yang tidak memiliki genetik sindrom pramenstruasi, yang

Genetik Frekuensi Persentase

Buruk 94 47.5

Baik 104 52.5

Total 198 100.0

Stres Frekuensi Persentase

Tidak Stres 14 7.1

Stres ringan 61 30.8

Stres sedang 54 27.3

Stres berat 69 34.8

Total 198 100.0

Page 74: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

57

mempunyai status diet baik, dan memiliki skala stres tidak memiliki gejala

stres hingga stres ringan. Sesuai kriteria tersebut maka didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 5.4

Frekuensi Responden yang Sesuai Kriteria Inklusi

Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden yang sesuai dengan

kiteria di dalam penelitian. Sebanyak 70,7% tidak sesuai dengan kriteria

yang diinginkan oleh peneliti dan sebanyak 29,3% mempunyai kriteria

yang sesuai dengan penelitian yaitu yang tidak memiliki genetik sindrom

pramenstruasi, yang mempunyai diet baik, dan tidak memiliki gejala stres

hingga stres ringan.

Oleh karena itu, setelah melakukan skrining maka diambil

responden yang sesuai kriteria penelitian sebanyak 58 orang.

B. Data Demografi

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel

penelitian berdasarkan umur, kelas, dan jurusan. Berikut adalah karakteristik

responden penelitian, antara lain:

Karakter

responden

Frekuensi Persentase

Tidak sesuai 140 70.7

Sesuai 58 29.3

Total 198 100.0

Page 75: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

58

1. Usia

Tabel 5.5

Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.5 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

usia. Usia 14 tahun sebesar 1,7% , usia 15 tahun sebesar 15,5% , usia 16

tahun sebesar 72,4% , usia 17 tahun sebesar 8,6% , dan usia 18 tahun

sebesar 1,7%.

2. Kelas

Tabel 5.6

Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas

Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

kelas. Kelas XI memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 65,5% dan

kelas X sebesar 34,5%.

Umur Frekuensi Persentase

14 tahun 1 1.7

15 tahun 9 15.5

16 tahun 42 72.4

17 tahun 5 8.6

18 tahun 1 1.7

Total 58 100.0

Kelas Frekuensi Persentase

Kelas X 20 34.5

Kelas XI 38 65.5

Total 58 100.0

Page 76: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

59

3. Jurusan

Tabel 5.7

Frekuensi Responden Berdasarkan Jurusan

Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

jurusan. Jurusan IPA sebesar 63,8% , jurusan IPS sebesar 25,9% , dan

jurusan bahasa sebesar 10,3%.

C. Analisis Univariat

1. Gambaran Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja

Tabel 5.8

Sindrom Pramenstruasi di SMAN 4 Jakarta

Tabel 5.8 menunjukkan sebesar 44,8% tidak ada gejala sindrom

pramenstruasi hingga menggalami gejala ringan sindrom pramenstruasi

dan sebesar 55,2% mengalami gejala sedang hingga gejala berat sindrom

pramenstruasi.

Jurusan Frekuensi Persentase

IPA 37 63.8

IPS 15 25.9

Bahasa 6 10.3

Total 58 100.0

Sindrom Pramenstruasi Frekuensi Persentase (%)

Tidak ada gejala hingga gejala ringan 26 44.8

Gejala sedang hingga gejala berat 32 55.2

Total 58 100.0

Page 77: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

60

2. Gambaran Aktivitas Olahraga Pada Remaja

Tabel 5.9

Aktivitas Olahraga di SMAN 4 Jakarta

Tabel 5.9 menunjukan sebesar 37,9% melakukan olahraga yang

tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi, sebesar 32,8% melakukan

olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan tidak teratur dan

sebesar 29,3% melakukan olahraga yang mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan teratur.

D. Analisis Bivariat

Analisis hubungan antara aktivitas olahraga terhadap kejadian sindrom

pramenstruasi pada remaja di SMA Negeri 4 Jakarta pada tanggal 17 Maret

2016 disajikan pada tabel berikut

Aktivitas Olahraga Frekuensi Persentase (%)

Olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom

pramenstruasi 22 37.9

Olahraga yang mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan tidak teratur 19 32.8

Olahraga yang mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan teratur 17 29.3

Total 58 100.0

Page 78: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

61

Tabel 5.10

Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian

Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja di SMA Negeri 4

Jakarta

Sindrom Pramenstruasi

P Value Aktivitas Olahraga Tidak ada gejala

hingga ringan

Ada gejala

sedang hingga

berat

Total

N % N % n %

Olahraga yang tidak

mempengaruhi sindrom

pramenstruasi

10

45,5

12

54,5

22

100

0,001 Olahraga yang

mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan tidak

teratur

3

15,8

16

84,2

19

100

Olahraga yang

mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan teratur

13

75,5

4

23,5

17

100

Total 26 44,8 32 55,2 58 100

Tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan uji

Chi Square, dimana pada uji ini yang diuji adalah skala nominal aktivitas

olahraga dengan skala ordinal kejadian sindrom pramenstruasi. Hasil uji

analisis dengan menggunakan uji Chi Square menghasilkan nilai p 0,001

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara aktivitas olahraga terhadap

kejadian sindrom pramenstruasi.

Olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi tidak

memberikan perbedaan yang bermakna terhadap gejala dari sindrom

pramenstruasi. Sedangkan, olahraga yang mempengaruhi sindrom

pramenstruasi dan dilakukan secara teratur dapat menurunkan gejala

sindrom pramenstruasi sebaliknya olahraga yang mempengaruhi sindrom

Page 79: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

62

pramenstruasi dan dilakukan secara tidak teratur dapat meningkatkan

gejala sindrom pramenstruasi.

Page 80: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

63

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitan yang dilakukan

tentang hubungan aktivitas olahraga terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada

remaja di SMA Negeri 4 Jakarta. Pembahasan ini mencakup perbandingan antara

hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Bab ini juga akan

menjelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan dan

implikasinya.

A. AnalisaUnivariat

Analisa univariat yang akan dibahas pada penelitian ini adalah variabel

dependen yaitu sindrom pramenstruasi dan variabel independen yaitu aktivitas

olahraga.

1. Gambaran Sindrom Pramenstruasi

Sindrom pramenstruasi adalah suatu kondisi yang dialami oleh

wanita sebelum datangnya siklus menstruasi, dimana kondisi tersebut

dapat mengganggu fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut

akan menghilang saat menstruasi tiba (Cunningham, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebesar 44,8% tidak

ada gejala sindrom pramenstruasi hingga mengalami gejala ringan

sindrom pramenstruasi dan sebesar 55,2% mengalami gejala sedang

hingga gejala berat sindrom pramenstruasi. Dari hasil yang didapatkan

Page 81: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

64

ternyata remaja di SMA Negeri 4 Jakarta mayoritas mengalami sindrom

pramenstruasi dengan gejala sedang hingga gejala berat baik dari gejala

fisik maupun gejala psikologis yang dirasakan. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Borenstein (2004) bahwa

penurunan produktivitas lebih banyak dialami oleh penderita sindrom

pramenstruasi dibandingkan dengan bukan penderita sindrom

pramenstruasi, yang dikaitkan dengan keluhan sulit berkonsentrasi,

menurunnya antusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas

emosi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di SMA Negeri 4 Jakarta,

bahwa mayoritas siswi mengalami gejala sindrom pramenstruasi dari

gejala sedang hingga gejala berat. Gejala-gejala sindrom pramenstruasi

dapat berupa gejala fisik maupun gejala psikis, seperti payudara terasa

nyeri, sakit punggung dan panggul, peningkatan berat badan, perut terasa

nyeri, insomnia, mual muntah, perut terasa kembung, perasaan tertekan,

mudah tersinggung, mudah marah, merasa sedih, dan sulit berkonsentrasi.

Menurut Prawiroharjo (2005) bahwa gejala sindrom pramenstruasi

yang paling banyak terjadi adalah berkurangnya mood dan berkurangnya

ketertarikan pada aktivitas sehari-hari.

2. Aktivitas Olahraga

Aktivitas olahraga merupakan kegiatan yang diukur berdasarkan

rutinitas tiap minggu dan lamanya dalam melakukan olahraga.

Page 82: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

65

Berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan oleh Depkes (2013) frekuensi

latihan olahraga dapat dilakukan 3-5 kali dalam seminggu dalam waktu

20-30 menit.

Hasil penelitian didapatkan menunjukan sebesar 37,9% melakukan

olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi, sebesar

32,8% melakukan olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi

dan tidak teratur dan sebesar 29,3% melakukan olahraga yang

mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan teratur. Dari hasil yang

didapatkan bahwa paling banyak remaja melakukan olahraga yang tidak

mempengaruhi sindrom pramenstruasi (taekwondo, basket, futsal, voli,

skiping, badminton, dan dance).

Olahraga mempunyai manfaat untuk kesehatan tubuh, diantaranya

adalah jantung. Ketika seseorang berolahraga maka jantung akan

bertambah besar dan kuat sehingga mempunyai daya tampung yang besar

dan memiliki denyutan yang kuat sehingga meningkatkan efisiensi kerja

jantung. Selain itu olahraga bermanfaat untuk pembuluh darah. Ketika

berolahraga elastisitas pembuluh darah bertambah karena berkurangnya

timbunan lemak dan penambahan kontraktilitas otot di dinding pembuluh

darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar

peredaran darah (Ganong, 2003).

Olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, bersepeda, joging, atau

berenang yang dilakukan sebelum dan selama haid dapat membuat aliran

Page 83: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

66

darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat

teratasi. Untuk meredakan gejala dari sindrom pramenstruasi biasanya

melakukan olahraga tersebut selama 30 menit (Nurcahyo, 2008).

Sebanyak 17 orang (29,3%) melakukan olahraga yang

mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan melakukannya secara teratur,

sehingga peneliti berpendapat bahwa wanita yang berolahraga secara rutin

dapat mengurangi gejala sindrom pramenstruasi karena peningkatan kadar

endorfin yang bersirkulasi. Hasil penelitan ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Vabiella (2015), Olahraga yang teratur dan

berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan

endorfin.

Endorfin merupakan suatu substansi yang diproduksi oleh otak

yang diakibatkan tercapainya ambang nyeri seseorang dan menghilangkan

efek dari stres (Nashruna, 2012). Endorfin memerankan peran dalam

pengaturan esterogen. Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi

terjadi karena kelebihan hormon esterogen. Kelebihan esterogen dapat

dicegah dengan meningkatkan endorfin sehingga olahraga yang teratur

dapat mencegah atau mengurangi sindrom pramenstruasi (Nurlaela, 2008).

Olahraga dapat meningkatkan kadar serotonin di otak yang sangat

erat kaitannya dengan depresi dan perubahan mood yang berujung pada

masalah kesehatan (Young,2007). Serotonin sangat mempengaruhi

suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,

Page 84: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

67

ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan tidur, agresif,

dan peningkatan selera.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga selain

memberikan manfaat untuk kesehatan, ternyata dapat mengurangi gejala

sindrom pramenstruasi yang dikarenakan jika seseorang melakukan

olahraga secara teratur maka akan mengeluarkan endorfin, dimana

hormon tersebut berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi

rasa stres. Selain itu olahraga juga dapat mengeluarkan serotonin yang

bermanfaat untuk mengurangi gejala depresi, sehingga apabila olahraga

dilakukan secara teratur yaitu 3-5 kali dalam seminggu dengan frekuensi

minimal 30 menit maka dapat mengurangi gejala dari sindrom

pramenstruasi.

B. Analisa Bivariat

Hasil analisa data menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan uji

Chi Square, dimana pada uji ini yang di uji adalah skala ordinal aktivitas

olahraga dengan skala ordinal kejadian sindrom pramenstruasi. Berdasarkan

pada tabel 5.10 diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara

aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom pramenstruasi (p value = 0,001),

dimana aktivitas olahraga yang tidak teratur dapat meningkatkan gejala

sindrom pramenstruasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Meidya (2012)

yaitu ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom

Page 85: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

68

pramenstruasi karena pada sebagian besar wanita, olahraga mempu

mengurangi gejala sindrom pramenstruasi. Olahraga dapat meningkatkan

rangsang simpatis, mengurangi stres, meningkatkan pola tidur yang teratur,

dan meningktakan produksi endorfin. Penelitian Meidya menghasilkan 44,4%

mengalami sindrom pramenstruasi ringan, 50% mengalami sindrom

pramenstruasi sedang, dan 5,6% mengalami sindrom pramenstruasi berat.

Hasil statistik p value < 0,05 yang menunjukkan adanya hubungan aktivitas

olahraga terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.

Hasil penelitian didapatkan dari 58 siswi melakukan olahraga yang

mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan melakukannya secara teratur

sebesar 76,5% tidak mengalami gejala sindrom pramenstruasi hingga

mengalami gejala ringan sindrom pramenstruasi, dan sebesar 23,5%

mengalami gejala sindrom pramenstruasi sedang hingga berat, sehingga

peneliti berpendapat wanita yang teratur berolahraga dapat mengurangi

sindrom pramenstruasi. Hal ini dikarenakan peningkatan kadar endorfin yang

bersirkulasi. Endorfin merupakan suatu substansi yang diproduksi oleh otak

yang diakibatkan tercapainya ambang nyeri seseorang dan menghilangkan

efek dari stres.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurlela et al (2008), wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi terjadi

karena kelebihan hormon estrogen. Kelebihan esterogen dapat dicegah dengan

meningkatkan endorfin. Hal ini dapat membuktikan olahraga secara teratur

dapat mencegah atau mengurangi sindrom pramenstruasi, pada wanita yang

Page 86: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

69

tidak rutin melakukan olahraga hormon esterogen akan lebih tinggi sehingga

kemungkinan akan terjadi sindrom pramenstruasi lebih besar.

Olahraga ringan seperti jalan kaki, senam, bersepeda, renang, dan

joging yang dilakukan sebelum dan selama haid dapat membuat aliran darah

pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi. Saat

berolahraga, kelenjar pituitari menambah produk beta-endorfin, dan sebagai

hasilnya konsentrasi beta-endorfin naik di dalam darah yang dialirkan juga ke

otak, sehingga mengurangi nyeri, cemas, depresi, dan perasaan letih

(Nurcahyo, 2008). Rasa nyeri karena retensi cairan dan rasa tidak enak pada

payudara juga berkurang karena pengaruh olahraga terhadap neurotransmitter

sentral misalnya beta-endorfin dan atau berkurangnya prostaglandin

(Emilia,2008).

Endorfin merupakan peptida opiat endogen yang berfungsi sebagai

neurotransmitter. Endorfin diproduksi dan dilepaskan oleh kelenjar hipofisis,

yang berperan dalam sistem analgesik alami tubuh. Endorfin dihasilkan oleh

tubuh dalam kondisi ketika melakukan aktivitas secara terus menerus,

mendengarkan musik, tertawa, memiliki rasa cinta, seks, dll. Ketika seseorang

melakukan olahraga secara teratur , maka tubuh dapat menghasilkan opiat

endogen (endorfin) (Rokade, 2011).

Pada sistem saraf perifer, endorfin berikatan dengan reseptor opiat di

ujung serat nyeri aferen. Pengikatan ini menekan pelepasan substansi P

melalui inhibisi prasinaps, sehingga transmisi lebih lanjut sinyal nyeri

dihambat (Sherwood, 2011). Endorfin yang dihasilkan ketika berolahraga

Page 87: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

70

kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Endorfin berperan sebagai analgesik

alami di dalam tubuh. Peningkatan kadar endorfin yang sangat tinggi pada

seseorang yang rutin berolahraga terjadi bahkan sebelum menstruasi, itulah

yang menjadi faktor mengapa orang yang berolahraga rutin juga memiliki

kadar endorfin yang lebih stabil (Wiley, 2012).

Hal ini juga diperkuat sebuah review yang menyatakan bahwa

melakukan olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kadar

serotonin di otak (Young, 2007). Menurutnya serotonin ini sangat erat

kaitannya dengan depresi dan perubahan mood yang berujung pada masalah

kesehatan. Serotonin atau 5-hidroksitriptamin (5-HT) merupakan senyawa

neurotransmitter monoamine yang diketahui terlibat dalam berbagai fungsi

otak, misalnya keadaan tidur, suasana hati, emosi, atensi, serta pembelajaran

dan memori. Serotonin juga memiliki peran penting dalam berbagai fungsi

otak tersebut karena jalur neuron serotonergik menginervasi berbagai daerah

pada sistem saraf pusat seperti serebelum, neokorteks, talamus, sistem limbik,

medula oblongata, dan medula spinalis. Bila terjadi penurunan serotonin di

sistem limbik akan mempengaruhi perubahan suasana hati dan depresi

(Ganong, 2002).

Ketika seseorang berolahraga akan mengeluarkan serotonin. Serotonin

yang terbentuk kemudian disimpan di dalam monoamine vesikuler,

selanjutnya jika ada picuan serotonin akan terlepas menuju celah sinaptik.

Serotonin yang dilepaskan oleh neuron-neuron serotonergik, sebagian besar

serotonin tersebut diambil kembali melalui mekanisme ambilan aktif dan

Page 88: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

71

diinaktivitasi oleh MAO (Monoamine Oxidase), setelah itu akan mengaktivasi

reseptor pre- dan post- sinaptik dan mengalami re-uptake dengan bantuan

transporter serotonin presinaptik sehingga kadar serotonin menjadi meningkat

dan mengurangi rasa depresi dan perubahan mood (Ganong, 2002).

Hasil penelitian didapatkan dari 58 siswi melakukan olahraga yang

tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi sebesar 45,5% tidak mengalami

gejala sindrom pramenstruasi hingga mengalami gejala ringan sindrom

pramenstruasi, dan sebesar 54,5% mengalami gejala sedang hingga berat dari

sindrom pramenstruasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Sumosardjuno

(2008), jenis olahraga yang dipilih haruslah berirama yang membuat otot

ditubuh berkontraksi dan berelaksasi secara teratur. Misalnya: joging,

bersepeda, senam, berenang. Dengan adanya kontraksi dan relaksasi otot yang

teratur, maka metabolisme akan berjalan lebih baik dan lemak ditubuh akan

mudah terbakar. Selain itu, jantung akan memompa darah dengan stabil.

Bermain sepak bola, taekwondo, basket, voli, futsal, tenis tidak

termasuk karena banyak berhenti dan terlalu memacu jantung untuk

memompa darah lebih berat dari biasanya. Setiap olahraga yang dipilih

sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan. Jika tidak, hal ini tentu akan

memperberat tubuh terutama kinerja jantung. Manfaat olahraga akan dapat

lebih dirasakan apabila dilakukan secara teratur. Olahraga teratur artinya

dilakukan sesuai frekuensinya, yaitu dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu

selama 30-60 menit (Sumosardjuno, 2008).

Page 89: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

72

Olahraga yang dilakukan kurang dari frekuensi yang seharusnya, maka

manfaat dari olahraga tersebut tidak maksimal. Hal ini yang menyebabkan

responden yang berolahraga teratur mayoritas tidak memiliki gejala sindrom

pramenstruasi hingga gejala sindrom pramenstruasi ringan, sedangkan

responden yang berolahraga secara tidak teratur, mayoritas mengalami

sindrom pramenstruasi sedang hingga berat karena manfaat dari olahraga

kurang dapat dirasakan.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian

ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional yang

memiliki kelemahan rawan terhadap bias, karena pada rancangan ini

peneliti mengobservasi variabel independen dan dependen secara

bersamaan (pada periode yang sama).

2. Dalam proses skrining yang dilakukan sangat sulit sekali mendapatkan

responden dengan kriteria yang tidak memiliki riwayat sindrom

pramenstruasi, tidak dalam keadaan stres dan mengkonsumsi gula,

garam, teh, kopi dalam jumlah yang normal sehingga jumlah

responden yang didapatkan terbatas.

3. Dalam penelitian ini, peneliti belum dapat mengkontrol beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi sindrom pramenstruasi, yaitu faktor

hormonal dan faktor kimia

Page 90: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

73

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

dan dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian didapatkan dari total 58 responden sebesar 55,2%

mengalami gejala sedang hingga berat dari sindrom pramenstruasi.

2. Hasil penelitian didapatkan dari total 58 responden sebesar 37,9%

melakukan olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi.

3. Hasil uji analisis dengan menggunakan uji Chi Square menghasilkan

nilai p 0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara aktivitas

olahraga dengan kejadian sindrom pramenstruasi yang disebabkan

oleh adanya endorfin dan serotonin yang dimana zat kimia tersebut

berpengaruh dalam mengurangi gejala dari sindrom pramenstruasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dapat

disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan

promosi kesehatan mengenai sindrom pramenstruasi termasuk

Page 91: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

74

pencegahan dari gejala sindrom pramenstruasi dengan cara melakukan

olahraga yang teratur.

2. Bagi Institusi Keperawatan

a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat maternitas dalam

promosi kesehatan sebagai health educator terhadap pencegahan

terjadinya sindrom pramenstruasi.

b. Menjadi landasan dalam mengembangkan kompetensi

pembelajaran pada mahasiswa mengenai sindrom pramenstruasi

dan manfaat olahraga terhadap kesehatan.

3. Bagi Sekolah

Meningkatkan peran guru olahraga dalam menghimbau siswi untuk

lebih rutin dalam melakukan olahraga agar meningkatkan kesehatan

dan untuk mengurangi dampak dari sindrom pramenstruasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan aktivitas

olahraga terhadap sindrom pramenstruasi, dengan memberikan

promosi kesehatan untuk melakukan perubahan sikap dan

kebiasaan yang kurang baik dalam melakukan olahraga yang dapat

bermanfaat untuk kesehatan.

Page 92: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

75

b. Melakukan penelitian dengan melakukan metode eksperimental

agar lebih mengetahui jenis olahraga seperti apa yang lebih efektif

untuk menurunkan gejala sindrom pramenstruasi.

Page 93: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, T. J. 2010. “KadarSerum Magnesium terhadap Gambaran Sindrom

Pramenstruasi yang Dinilai dengan Premenstrual Syndrome Scale” Skripsi S1

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara., 2010

Agus.Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Yudistira, 2007

Ali, M.,&Anshori, M. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Bumi Aksara, 2006

Allen, S. S., Allen,A. M., Lunos, S. danpomerleau, C. S. “Severity of Withdrawal

Symptomatology in Follicular versus Luteal Quitters: The Combined Effects

of Menstrual Phase and Withdrawal on Smoking Cessation Outcome”.Addict

Behav, 2010: h. 23-24

Amjad, A., Kumar, R. danMazher, S. B. 2014. “Socio-demographic Factor and

Premenstrual Syndrome among Women attending a Teaching Hospital in

Islamabad”. Pakistan. J Pioneer Med Sci, 2014: h 31-38

Ann, Kimbely dkk.”Premenstrual Syndrome”. Lancet, 2008: h 45-51

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Kajian Profil Penduduk

Remaja. 2011. Diakses pada 4 Desember 2015 dari http://www.bkkbn.go.id.

Blum Ass, Smith G, Sugai D, Parsa FD. “Understanding Endorphins and Their

Importance in Pain Management”.Hawai: Medical Journal, 2010: h 55-67

Borenstein, J. E., Dean, B. B., Endicott, J., Wong, J., Brown, C., dan Yonkers, K. A.

“Health and Economic Impact of The Ptemenstrual Syndrome”. J Reprod

Med, 2004: h 54-65

Brannon, L. Health Psychology: An Introduction to Behaviour and Healt., 2007

Cunningham, F.G. Obstetric Williams. Jakarta: EGC, 2006

Daley, A. “Exercise and Premenstrual Symptomatology: a Comprehensive review”. J

Womens Health, 2009: h 13-16

Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2007

Delara, M., Ghofranipour, F., Azadfallah, P., Tavafian, S. S., danMontazeri, A.

“Health Related Quality of Life Among Adolescents With Premenstrual

Page 94: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Disorders: a Cross Sectional Study”. Health and Quality of Life Oucomes,

2012: h 15-35

Dennerstein, L., Lehert, P., Keung, L.S. dan Choi, D. “Asian Study of Effect of

Pramenstrual Symptoms on Ctivities of Daily Life”. Menopause Int, 2010: h

39-50

Depkes RI. Pembinaan Kesehatan Olahraga di Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Dewi, Ratna Pudiastuti. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.

Yogyakarta: Nuha medik, 2012

Dickerson, L.M., J,P., Mazyck dan Hubter, M. “Premenstrual Syndrome”.Am Fam

Physician, 2003: h 18-24

Douglas, Sue. Pramenstrual Syndrome Evidence Based Treatment in Family

Practice.Canadia Family Physician, 2002

Elvira, S.D. Sindrom Pra-Menstruasi Normalkah?. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2010

Emilia. Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:

Pustaka Cendekia Press, 2008

Ganong, William. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 2002

Gunarsa, S.D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia,

2008

Harber, V. J. dan Sutton, J. R. “Endorphins and Exercise”. Sports Med, 2005: h 87-93

Hidayat, A.A.A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika, 2007

Kasdu, Dini. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara, 2005

Lau, E. Super Sehatdalam 2 Minggu. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2011

Lee, M., Kim, J., Lee, J. dan Kim, D. “The Standardization of the Shortened

Premenstrual Assessment Form and Applicability on the Internet”. Korean

Neuropsychiatr Assoc, 2002: h 70-85

Manuaba, Sri. K. D. S. Buku Ajar Ginekologi. Jakarta: EGC, 2010

Page 95: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Maulana, H.D. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC, 2008

Meidya, Arantika. “Hubungan antara Aktivitas Olahraga dengan Sindrom

Pramenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS” Skripsi S1,

Semarang: Uversitas Negeri Surakarta, 2012

Nashruna, Ifana. “Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas dengan Kejadian

Sindrom Pramenstruasi. Klaten”, 2012: 66-71

National Institute of Health. Premenstrual Syndrome. 2014 Diakses pada tanggal 24

Desember 2015 dari

http://nlm.nih.gov/medlineplus/premenstrualsyndrome.html

Notoatdmojo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta, 2007

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2010

Nurcahyo. Ilmu Kesehatan Jilid 2. Jakarta: Depdiknas, 2008

Nurlaela, E. “Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom

Pramenstruasi” .Jurnal Ilmu Keperawatan, 2008: h 89-99

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika, 2008

O’Brien, P. S. The Premenstrual Syndromes: PMS and PMDD. London: Informa

Healthcare, 2007

Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.

Jakarta: EGC, 2005

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2005

Rokade. P.B. “Release of Endomorphin Hormone and Its Effects on Our Body and

Moods: A Review”. Bangkok: ICCEBS, 2002: h 112-125

Santrock, J.W. Adolescence. Madison: Brown & Benchmark Publishers, 2005

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Graha

Ilmu, 2006

Saryono.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika, 2011

Page 96: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Setiadi.Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 2011

Sianipar, O., Bunawan, N. C., Almazini, P., Calista, N., Wulandari, P., Irene, Seno,

A. dan Suarthana, E. “Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor

yang Berhubugan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta

Timur”. Artikel Penelitian Kedokteran Indonesia, 2009: h 77-98

Soetjiningsih.Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto, 2007

Sujarweni, Wiratna. SPSS Untuk Penelitian. Jakarta: Pustaka Baru, 2014

Sumosardjuno, Sadoso. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta:

Gramedia, 2008

Suparman, E. Premenstrual Syndrome. Jakarta: EGC, 2012

Vabiella, Fenthy. “Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom

Pramenstruasi di SMAN 1 Sentolo” Skripsi S1, Yogyakarta: Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2015

Widyastuti. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya, 2009

Wiknjosastro, H. IlmuKandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2006

Wiley, J. Premenstrual Syndrome: Textbook of Obstetrics and Gynaecology. UK:

Wiley-Blackwell, 2012

Young, Simon. “HowIncrease Serotonin In the Human Brain Without Drugs”.

Montreal: McGill University, 2007

Zaka, M. danMahmood, K. T. “Premenstrual Syndrome”. J.Pharm. Sci. & Res, 2012:

h 35-57

Page 97: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI
Page 98: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI
Page 99: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI
Page 100: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM

PRAMENSTRUASIPADA REMAJA PUTRI DI SMAN 4 JAKARTA

Assalamualaikum. Wr. Wb

Salah Sejahtera.

Nama : Chairunisa Pertiwi

NIM : 1112104000010

Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang

melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk

menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya saudari

bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Kerahasiaan jawaban saudari akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang

dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk

penelitian ini.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi saudari dalam

pengisian kuesioner ini

Apakah saudari bersedia menjadi responden?

YA / TIDAK

Tertanda

( )

Responden

Tertanda

( )

Peneliti

Page 101: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Lampiran 2

PANDUAN WAWANCARA STUDI PENDAHULUAN

Pertanyaan yang diajukan:

a. Apakah anda mengalami sindrom pramenstruasi?

b. Apa saja gejala yang dirasakan?

c. Apa yang dilakukan ketika mengalami sindrom pramenstruasi?

d. Apakah anda melakukan olahraga?

e. Berapa kali dalam seminggu dan berapa lama melakukan olahraga tersebut?

f. Jika tidak melakukan olahraga, apa alasannya?

Page 102: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Lampiran 3

KUESIONER

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM

PRAMENSTRUASI

Petunjuk Umum:

1. Baca setiap poin pertanyaan dengan seksama

2. Isi jawaban pada pertanyaan tanpa pilihan atau berilah tanda silang (X) untuk

pertanyaan pilihan, yang paling sesuai dengan apa yang kamu alami.

3. Periksa kembali lembar kuesioner, dan pastikan tidak ada poin pertanyaan yang

terlewat.

4. Kembalikan lembar kuesioner ini pada petugas yang menjaga.

A. Identitas Responden

No Pertanyaan Jawaban Koding (diisi

peneliti)

1 Inisial

2 Umur

Page 103: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

B. Kejadian Sindrom Pramenstruasi (Shortened Premenstrual Assessment

Form)

Gejala-gejala dibawah ini, merupakan gelaja yang akan terjadi selama fase

pramenstruasi siklus menstruasi kamu. Fase ini dimulai sekitar tujuh hari

sebelum siklus menstruasi dimulaidan berakhir saat waktu perdarahan

dimulai.

Petunjuk: Untuk setiap gejala di bawah ini, lingkari pada angka yang paling

sesuai menggambarkan intensitas gejala pramenstruasi yang kamu alami

selama siklus terakhir menstruasi.

1 = tidak mengalami, 2 = sangat ringan, 3 = ringan, 4 = sedang, 5 = berat, 6

= ekstrim

No Pernyataan Jawaban

1 Payudara terasa nyeri, terjadi

pembengkakan pada payudara

1 2 3 4 5 6

2 Merasa tidak mampu atau tidak

sanggup mengatasi masalah

1 2 3 4 5 6

3 Merasa di bawah tekanan atau

merasa tertekan

1 2 3 4 5 6

4 Mudah marah atau temperamental 1 2 3 4 5 6

5 Merasa sedih atau murung 1 2 3 4 5 6

6 Nyeri pungung, nyeri sendi dan

otot, atau kaku sendi

1 2 3 4 5 6

7 Berat badan meningkat 1 2 3 4 5 6

8 Nyeri pada bagian perut 1 2 3 4 5 6

Page 104: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

9 Bengkak pada kaki atau

pergelangan kaki

1 2 3 4 5 6

10 Perut terasa kembung 1 2 3 4 5 6

Jumlah Skor (diisi peneliti):

Page 105: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

C. Aktivitas Olahraga

Petunjuk: Untuk setiap pilihan jawaban dibawah ini, beri tanda silang (X)

pada jawaban yang paling sesuai dengan yang kamu lakukan.

1. Olahraga apa yang paling sering anda lakukan?

Jalan kaki

Senam

Bersepeda

Renang

Jogging

dll, sebutkan……………………………….

2. Berapa kali dan berapa lama anda berolahraga dalam seminggu?

a. < 3 hari dalam seminggu dan < 30 menit

b. < 3 hari dalam seminggu dan ≥ 30 menit

c. ≥ 3 hari dalam seminggu dan < 30 menit

d. ≥ 3 hari dalam seminggu dan ≥ 30 menit

Page 106: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Lampiran 4

KUESIONER SKRINING

1. Apakah anda sudah mengalami menstruasi?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah ibu/saudara kandung perempuan anda mengalami Sindrom

Pramenstruasi (PMS)?

a. Ya

b. Tidak

3. Berapa kali anda mengkonsumsi gula dalam sehari?

a. ≤ 6 sendok teh / ≤ 25 gram

b. > 6 sendok teh / > 25 gram

4. Berapa kali anda mengkonsumsi garam dalam sehari?

a. 1 sendok teh / 6 gram gram

b. > 1 sendok teh / > 6 gram garam

5. Berapa kali anda mengkonsumsi kopi dalam sehari?

a. 1 cangkir

b. > 1 cangkir

6. Berapa kali anda mengkonsumsi teh dalam sehari?

a. ≤ 2 cangkir

b. > 2 cangkir

c.

Nama :

Kelas :

Usia :

Page 107: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

7. Apakah anda sering mengkonsumsi minuman bersoda?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan cepat saji/olahan?

a. Ya

b. Tidak

Kessler Psychological Distress Scale

Petunjuk Pengisian

Isilah pernyataan dibawah berdasarkan keadaan anda yang sebenarnya dan pilihlah

yang paling sesuai dengan anda

Seberapa sering anda melakukan hal yang disebutkan dibawah ini dalam satu bulan

terakhir?

No Pertanyaan Tidak

Pernah

Pernah Kadang

Kadang

Sering Sangat

Sering

1 Seberapa sering anda merasa lelah tanpa

alasan yang jelas?

2 Seberapa sering anda merasa gugup?

3 Seberapa sering anda merasa gugup

sehingga tidak ada yang bisa

menenangkan anda?

4 Seberapa sering anda merasa putus asa?

5 Seberapa sering anda merasa gelisah?

6 Seberapa sering anda merasa begitu

gelisah sehingga anda tidak bisa duduk

diam?

7 Seberapa sering anda merasa tertekan?

8 Seberapa sering anda merasa bahwa

Page 108: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

segala sesuatu memerlukan usaha yang

keras?

9 Seberapa sering anda merasa sangat

sedih sehingga tidak ada yang bisa

menghibur anda?

10 Seberapa sering anda merasa tidak

berharga?

Page 109: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Lampiran 5

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Hasil Uji Validitas Kuesioner Sindrom Pramenstruasi

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total_skor

P1 Pearson

Correlation 1 .042 .113 .021 .065 .378

* .069 .287 -.027 .012 .328

Sig. (2-tailed) .825 .553 .911 .733 .039 .718 .124 .886 .950 .077

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P2 Pearson

Correlation .042 1 .436

* .206 .279 .191 .000 .174 .088 -.099 .396

*

Sig. (2-tailed) .825 .016 .274 .135 .312 1.000 .357 .643 .603 .030

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P3 Pearson

Correlation .113 .436

* 1 .176 .627

** .517

** .467

** .332 .410

* .182 .738

**

Sig. (2-tailed) .553 .016 .352 .000 .003 .009 .073 .024 .336 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P4 Pearson

Correlation .021 .206 .176 1 .240 .229 .361 .487

** .188 .271 .564

**

Sig. (2-tailed) .911 .274 .352 .201 .224 .050 .006 .319 .148 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P5 Pearson

Correlation .065 .279 .627

** .240 1 .451

* .416

* .367

* .312 .254 .704

**

Sig. (2-tailed) .733 .135 .000 .201 .012 .022 .046 .093 .175 .000

Page 110: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P6 Pearson

Correlation .378

* .191 .517

** .229 .451

* 1 .162 .541

** .529

** .086 .714

**

Sig. (2-tailed) .039 .312 .003 .224 .012 .394 .002 .003 .649 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P7 Pearson

Correlation .069 .000 .467

** .361 .416

* .162 1 .392

* .245 .127 .557

**

Sig. (2-tailed) .718 1.000 .009 .050 .022 .394 .032 .193 .505 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P8 Pearson

Correlation .287 .174 .332 .487

** .367

* .541

** .392

* 1 .285 .234 .721

**

Sig. (2-tailed) .124 .357 .073 .006 .046 .002 .032 .126 .213 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P9 Pearson

Correlation -.027 .088 .410

* .188 .312 .529

** .245 .285 1 .372

* .582

**

Sig. (2-tailed) .886 .643 .024 .319 .093 .003 .193 .126 .043 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P10 Pearson

Correlation .012 -.099 .182 .271 .254 .086 .127 .234 .372

* 1 .436

*

Sig. (2-tailed) .950 .603 .336 .148 .175 .649 .505 .213 .043 .016

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Total_skor Pearson

Correlation .328 .396

* .738

** .564

** .704

** .714

** .557

** .721

** .582

** .436

* 1

Sig. (2-tailed) .077 .030 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .001 .016

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 111: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Relabilitas Kuesioner Sindrom Pramenstruasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.794 10

Hasil Uji Validitas Kuesioner Aktivitas Olahraga

p1 p2 total_skor

p1 Pearson Correlation 1 .161 .592**

Sig. (2-tailed) .395 .001

N 30 30 30

p2 Pearson Correlation .161 1 .891**

Sig. (2-tailed) .395 .000

N 30 30 30

total_skor Pearson Correlation .592** .891

** 1

Sig. (2-tailed) .001 .000

N 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 112: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Hasil Reliabilitas Kuesioner Aktivitas Olahraga

No.

Item Soal

Total 1 2

1 1 1 2

2 1 1 2

3 1 1 2

4 1 1 2

5 0 0 0

6 0 0 0

7 1 1 2

8 1 1 2

9 1 0 1

10 1 1 2

11 1 0 1

12 0 0 0

13 0 0 0

14 0 0 0

15 0 0 0

16 1 0 1

17 1 1 2

18 1 0 1

19 1 0 1

20 1 0 1

21 1 1 2

22 1 0 1

23 0 0 0

24 1 1 2

Page 113: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

25 1 1 2

26 1 1 2

27 1 1 2

28 1 1 2

29 1 1 2

30 0 0 0

Total 22 15 37

P 0.733333 0.5 Q 0.266667 0.5 Pq 0.195556 0.25

K 2 sig pq 0.445556 VAR 0.712222 Mean 1.233333 p (kr20) 0.74883 p (kr21) 0.672387

Page 114: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Lampiran 6

HASIL SKRINING

Genetik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Iya 65 32.8 32.8 32.8

Tidak 133 67.2 67.2 100.0

Total 198 100.0 100.0

Diet

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 94 47.5 47.5 47.5

Baik 104 52.5 52.5 100.0

Total 198 100.0 100.0

Stres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak stres 14 7.1 7.1 7.1

Stres ringan 61 30.8 30.8 37.9

Stres sedang 54 27.3 27.3 65.2

Stres berat 69 34.8 34.8 100.0

Total 198 100.0 100.0

Page 115: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Responden yang sesuai kriteria

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak sesuai 140 70.7 70.7 70.7

Sesuai 58 29.3 29.3 100.0

Total 198 100.0 100.0

Page 116: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

LAMPIRAN 7

HASIL UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Aktivitas Olahraga .225 58 .000 .846 58 .000

Sindrom Pramenstruasi .366 58 .000 .633 58 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 117: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

LAMPIRAN 8

HASIL GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 14 tahun 1 1.7 1.7 1.7

15 tahun 9 15.5 15.5 17.2

16 tahun 42 72.4 72.4 89.7

17 tahun 5 8.6 8.6 98.3

18 tahun 1 1.7 1.7 100.0

Total 58 100.0 100.0

Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kelas X 20 34.5 34.5 34.5

Kelas XI 38 65.5 65.5 100.0

Total 58 100.0 100.0

Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Jurusan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid IPA 37 63.8 63.8 63.8

IPS 15 25.9 25.9 89.7

Bahasa 6 10.3 10.3 100.0

Total 58 100.0 100.0

Page 118: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

LAMPIRAN 9

HASIL ANALISIS DENGAN SPSS

Hasil Gambaran Sindrom Pramenstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak ada gejala hingga

gejala ringan 26 44.8 44.8 44.8

Gejala sedang hingga gejala

berat 32 55.2 55.2 100.0

Total 58 100.0 100.0

Hasil Gambaran Aktivitas Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Olahraga yang tidak

mempengaruhi PMS 22 37.9 37.9 37.9

Olahraga PMS dan tidak

teratur 19 32.8 32.8 70.7

Olahraga PMS dan teratur 17 29.3 29.3 100.0

Total 58 100.0 100.0

Page 119: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Hasil Gambaran Jenis Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Basket 8 13.8 13.8 13.8

Futsal 4 6.9 6.9 20.7

Jalan kaki 12 20.7 20.7 41.4

Jogging 12 20.7 20.7 62.1

Voli 2 3.4 3.4 65.5

Taekwondo 2 3.4 3.4 69.0

Renang 7 12.1 12.1 81.0

Skipping 2 3.4 3.4 84.5

Badminton 2 3.4 3.4 87.9

Bersepeda 5 8.6 8.6 96.6

Dance 2 3.4 3.4 100.0

Total 58 100.0 100.0

Hasil Gambaran Rutinitas Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak teratur 31 53.4 53.4 53.4

Teratur 27 46.6 46.6 100.0

Total 58 100.0 100.0

Page 120: HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32155...HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA DI

Hasil Uji Analisis Chi Square

AktivitasOlahraga * Sindrompramenstruasi Crosstabulation

Sindrompramenstruasi

Total

tidak ada

gejala

hingga

gejala

ringan

gejala

sedang

hingga

berat

AktivitasOlahraga Olahraga yang tidak

mempengaruhi PMS

Count 10 12 22

% within

AktivitasOlahraga 45.5% 54.5% 100.0%

Olahraga PMS dan

tidak teratur

Count 3 16 19

% within

AktivitasOlahraga 15.8% 84.2% 100.0%

Olahraga PMS dan

teratur

Count 13 4 17

% within

AktivitasOlahraga 76.5% 23.5% 100.0%

Total Count 26 32 58

% within

AktivitasOlahraga 44.8% 55.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 13.364a 2 .001

Likelihood Ratio 14.342 2 .001

Linear-by-Linear Association 2.830 1 .093

N of Valid Cases 58

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 7.62.