Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

download Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

of 12

Transcript of Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    1/12

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DARI TEMANSEBAYA DENGAN PROBLEM SOLVING PADA REMAJA

     Anasatasia Retno AyuFakultas Psikologi Universitas Gunadarma

     ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dariteman sebaya dengan problem solving pada remaja. Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan masukan yang bermanfaat bagi remaja agar dapat menyelesaikanmasalahnya dengan bantuan dari teman sebayanya sehingga mereka dapat lebihmandiri dan juga selalu siap untuk menghadapi berbagai masalah yang akan timbul padamasa yang akan datang. Hipotesis yang diajukan adalah hubungan antara DukunganSosial dari teman sebaya dengan Problem Solving pada Remaja.

    Penelitian ini dilakukan metode kuantitatif yakni dengan memakai kuesioneryakni skala dukungan sosial dan skala problem solving. Teori yang dipakai adalahdukungan sosial dan problem solving. Subjek penelitian ini adalah adalah remaja priadan wanita yang berusia 15-18 tahun remaja bersekolah di SMU Negeri 3 Bogor yangterletak di Jalan Pakuan No. 4, Kota Madya - Bogor, dan SMU YMIK yang terletak diJalan Tebet Selatan No.7 Manggarai, Jakarta, dan SMK 2 Bogor yang terletak di JalanRaya Pajajaran Bogor. Teknik analisis data menggunakan teknik analisa product momentdari Spearman rho.

    Hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antaradukungan sosial dari teman sebaya dengan problem solving pada remaja (r = -0,035 ; p =0,398; p>0,05). Hipotesisnya ditolak.

    Kata kunci : Dukungan Sosial, Problem Solving.

    PENDAHULUANSetiap manusia mengalami

    perkembangan ke arah yang lebih

    sempurna. Salah satu tahap

    perkembangan dalam kehidupan

    manusia adalah masa remaja, yaitu

    masa dimana seorang individu

    mengalami peralihan dari masa kanak-

    kanak ke masa dewasa. Para remaja

    biasanya menghadapi berbagai

    masalah dengan orang tua, guru,

    bahkan dengan sesama teman. Namun

    saat menghadapi masalah, mereka

    biasanya membicarakan masalahnya

    dengan teman sebayanya, karena

    merasa bahwa teman sebaya lebih

    dapat memahami masalah-masalah

    yang dihadapi, lebih peduli dan

    menghargainya.

    Pada masa remaja orang pasti ingin

    agar tugas tugas perkembangannya

    dapat dilakukannya dengan baik. Salah

    satunya adalah mencapai kemandirian

    dan perilaku sosial yang bertanggung

     jawab.

    Masa remaja ini biasanya juga

    menimbulkan konflik dengan orang

    sekitar karena remaja merasa dirinya

    sudah mulai dapat mengatasi

    masalahnya sendiri dan ingin dianggap

    dewasa. Tetapi pertanyaan yang sering

    diajukan remaja mengenai hubungan

    remaja dan orang tuanya adalah

    mengapa orang tua tidak dapat

    memahami remaja, mengapa orang tua

    1

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    2/12

    selalu curiga pada remaja dan mengapa

    orang tua mengganggap dirinya selalu

    benar? Komunikasi orang tua dengan

    remaja memang tidak selalu lancar.

    Kemacetan komunikasi sering terjadi

    karena sikap kedua belah pihak yang

    kurang akomodatif   (menerima) antara

    yang satu terhadap yang lain (Achir,

    1996). Mereka saling mencari teman

    sebaya karena memahami bahwa

    mereka dalam nasib yang sama (Monksdkk, 1996).

    Menurut Rogacion (1982), remaja

    umumnya lebih senang membicarakan

    masalah-masalah atau membicarakan

    sesuatu bersama teman-teman sebaya

    mereka, bukan bersama seseorang

    yang menempatkan diri pada posisi

    untuk menasihati atau mengatur

    kehidupan mereka.

    Banyak remaja yang berpendapat

    orang tua biasanya menganggap bahwa

    masalah yang dihadapi oleh remaja

    adalah masalah kecil atau kurang

    penting, hal itu mengakibatkan orang

    tua menjadi tidak serius menanggapi

    pembicaraan dari para remaja itu.

     Akhirnya dalam menyelesaikan

    masalahnya tersebut remaja lebih

    memilih teman sebaya untuk saling

    membantu dan memberikan dukungan

    (Mappiare, 1996).

    Dengan adanya keinginan untuk

    berkumpul dengan orang-orang yang

    berposisi sama dan dapat

    memahaminya maka pada masa remaja

    kecenderungan untuk menjadi anggota

    kelompok sebaya sangat kuat. Remaja

    menginginkan teman, menginginkan

    untuk dapat diterima sebagai anggota

    kelompok remaja yang kuat ikatan antar

    anggotanya (Munandar, 1996).

    Teman-teman di sekolah maupun di

    luar sekolah (tetangga atau teman

    seperkumpulan) dapat menjadi sumber

    yang justru menenangkan. Teman

    remaja dapat menjadi objek atau

    sasaran eksperimen dan kritik merekasendiri secara fisik misalnya

    berkompetisi dalam olah raga, dan

    sebagainya atau secara mental,

    misalnya digoda, dikritik, diejek atau

    dibantu dalam pelajarannya, dalam

    menyelesaikan masalah pribadinya dan

    sebagainya (Munandar, 1996).

    Menurut beberapa ahli (dalam

    Shinta, 1995) dukungan sosial adalah

    adanya pemberian informasi baik

    secara verbal maupun non verbal,

    pemberian bantuan tingkah laku atau

    materi yang didapat dari hubungan

    sosial yang akrab atau hanya

    disimpulkan dari keberadaan mereka

    yang membuat individu merasa

    diperhatikan, bernilai dan dicintai

    sehingga lebih lanjut bertujuan atau

    menguntungkan bagi individu yang

    menerima.

    Dukungan sosial dapat diartikan

    sebagai kenyamanan, perhatian, atau

    bantuan yang diterima individu dari

    orang lain, dimana orang lain disini bisa

    berarti individu secara perorangan

    ataupun kelompok.

    2

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    3/12

    Menurut Mappiare(1982), remaja

    berusaha menghadapi masalahnya

    dengan lebih matang.Langkah-langkah

    pemecahan masalah itu mengarahkan

    remaja pada tingkah laku yang lebih

    dapat menyesuaikan diri dalam banyak

    situasi lingkungan dan situasi perasaan

    diri sendiri. Menurut Chaplin (1999),

    proses yang tercakup dalam usaha

    menemukan urutan yang benar dari

    alternatif jawaban, mengarah pada satusasaran atau ke arah pemecahan yang

    ideal adalah problem solving.

    Menurut Bedel & Lennox (1994),

    Problem solving  adalah proses yang

    dapat membantu seseorang untuk

    menemukan apa yang mereka inginkan

    dan bagaimana mencapainya dengan

    cara yang paling efektif.

    Menurut peneliti para remaja pada

    saat berkumpul bersama-sama mereka

    melakukan banyak kegiatan, seperti

    melakukan pertandingan, menonton

    film, belajar bersama, dan terkadang

    membicarakan masalahnya maupun

    pengalamannya pada teman-temannya.

    Pada saat berkompetisi mereka

    memberikan dukungan kepada

    temannya agar menang dalam

    pertandingan, pada saat berkumpul

    mereka juga mau saling mendengarkan

    dan bercerita satu sama lain, biasanya

    pada saat bercerita tentang masalahnya

    teman diminta untuk membantunya

    menyelesaikan masalahnya atau hanya

    sekedar mendengarkan ceritanya, para

    remaja mendapatkan dukungan sosial

    dari teman sebayanya dengan banyak

    cara seperti beberapa yang sudah

    peneliti sebutkan sebelumnya. Oleh

    karena itu peneliti ingin mengetahui

    apakah ada hubungan antara dukungan

    sosial dari teman sebaya dengan

    problem solving pada remaja?.

    Penelitian bertujuan untuk

    mengetahui hubungan antara dukungan

    sosial dari teman sebaya dengan

    problem solving pada remaja.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Remaja

    Remaja adalah individu yang sedang

    mengalami masa peralihan dari masa

    kanak-kanak kemasa dewasa dan

    ditandai dengan kematangan biologis,

    seksual dan perkembangan kejiwaan,

    dan sosial ekonomisnya yang menjadi

    relatif lebih bebas, dan dengan batasan

    usia antara 12-21 tahun.

    Havinghurst (dalam Mukhtar dkk,

    2001) menyatakan terdapat 10 tugas

    perkembangan yang harus dilalui

    remaja, yaitu :

    Mencapai hubungan yang lebih dewasa

    dengan teman sebaya ; laki-laki dan

    perempuan, Mencapai peran jenis

    kelamin sebagai laki-laki atau

    perempuan, Menerima keadaan

     jasmaninya dan menggunakan

     jasmaninya secara efektif. Mencapai

    kemandirian secara emosional dari

    ketergantungan pada orang tua maupun

    orang dewasa lainnya, Mencapai

    keyakinan akan kemandirian secara

    3

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    4/12

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    5/12

    adalah dukungan sosial dari teman

    sebaya, yaitu dukungan yang diterima

    dari teman sebaya yang berupa bantuan

    baik secara verbal maupun non verbal.

      Banyak ahli telah menguraikan

    beberapa bentuk dukungan sosial,

    diantaranya Gottlieb dan Weis. Menurut

    Gottlieb (1983) Dukungan sosial

    terbagai atas lima bentuk, yaitu :

    a. Dukungan Emosional (Emotional

    Support) b. Dukungan Penghargaan (Esteem

    Support) 

    c. Dukungan Keterpaduan Sosial

    (Social Integration Support)

    d. Dukungan Instrumental

    (Instrumental Support)

    e. Dukungan Informasi (Informational

    Support)

    Cutrona & Orford, 1990 (dalan

    Shinta, 1995) merangkumnya menjadi

    lima dimensi fungsi dasar dari dukungan

    sosial, yaitu : dukungan materi,

    dukungan emosi, dukungan

    penghargaan, dukungan informasi,

    Integritas sosial.

    Sedangkan menurut Cohen dkk.,

    (1985), ada empat dukungan sosial

    yang akan diukur, yaitu tangible

    support, appraisal support, self esteem

    support dan belonging support. Tangible

    support (misal : jika saya berada sejauh

    10 mil dari rumah, ada seorang yang

    dapat saya hubungi untuk menjemput

    saya), appraisal support (misal: Paling

    tidak ada satu orang yang nasehatnya

    sangat saya percayai), self-esteem

    support  (misal: kebanyakan orang yang

    saya tahu sangat memahami saya) dan

    belonging support  (misal: ketika saya

    merasa kesepian, ada sejumlah orang

    yang dapat saya hubungi dan ajak

    bicara).

    Peer Group.

    Peer group  dalam masa remaja

    adalah sekelompok individu yang terdiri

    dari beberapa anggota remaja yang

    kira-kira berumur sama, dan mulaimenyadari akan hubungan sosial dan

    tekanan sosial dari teman-teman

    sebayanya. Pada masa remaja ini

    mereka juga mulai melepaska diri dari

    ketergantungan pada orang tuanya dan

    mulai melakukan proses sosialisasi

    dengan dunia yang lebih luas.

    Menurut Mappiare (1982) ada

    beberapa hal pribadi yang dapat

    membuat seseorang atau individu

    diterima dalam kelompok teman sebaya,

    yaitu : Penampilan (performance),

    Kemampuan pikir, Sikap, sifat,

    perasaan, Pribadi,

    Menurut Hurlock (dalam Mappiare,

    1982) bahwa terdapat kelompok-

    kelompok yang terbentuk pada masa

    remaja :“Chums” (sahabat karib),

    “Cliques” (komplotan sahabat),

    “Crowds”, Kelompok yang diorganisir,

    “Gangs” .

    Problem Solving 

    Problem solving  adalah

    kemampuan dalam pemecahan

    masalah yang diantaranya adalah

    5

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    6/12

    usaha menemukan urutan yang benar

    dari alternatif jawaban, sehingga

    menggerakan kita agar lebih dekat

    dengan tujuan kita juga proses yang

    dapat membantu seseorang untuk

    menemukan apa yang mereka inginkan

    dan bagaimana mencapainya dengan

    cara yang paling efektif dengan cara

    merumuskan masalah, menyusun

    rencana tindakan, dan melaksanakan

    tindakan yang mengarah padapenyelesaian masalah.

    Menurut Haris (1998) terdapat

    beberapa komponen yang dapat

    membantu pemecahan masalah, yaitu:

    Eksplorasi masalah, Membuat tujuan,

    Membuat Ide, Pemilihan Ide,

    pelaksanaan, Evaluasi.

    Menurut Anderson, dkk (dalam Bedell

    & Lennox, 1999) berdasarkan pada

    konsep dan prosedur dari literature

    terapi keluarga, mereka

    mengembangkan 7 prinsip yang dipakai

    sebagai pedoman dalam problem

    solving yaitu : Masalah adalah alami,

    berfikir sebelum mengambil keputusan,

    Setiap masalah pasti dapat

    diselesaikan, Bertanggung jawab

    terhadap masalah, Memutuskan apa

    yang dapat dilakukan dan apa yang

    tidak dapat dilakukan, Tingkah laku

    yang akan kita lakukan tidak melanggar

    hukum dan dapat diterima oleh semua

    orang, Solusi harus sesuai dengan

    kemampuan dan kekuatan kita.

    Menurut Davidoff (1988) terdapat dua

    faktor yang mempengaruhi keterampilan

    seseorang dalam memecahkan

    masalah, yaitu hasil belajar sebelumnya

    dan derajat kewaspadaan.

    Beberapa hal yang menyebabkan

    kesulitan dalam menyelesaikan masalah

    menurut Dixon & Glover (1984) adalah:

    a. Beberapa orang mungkin tidak

    pernah belajar bagaimana

    menghadapi suatu masalah dengan

    dengan baik.

    b. Penyebab kedua adalah, orang tidak

    menyadari bahwa sebenarnya

    mereka sudah memiliki kemampuan

    untuk mengatasi masalah yang

    sedang dihadapi.

    c. Yang ketiga adalah dimana mereka

    kehilangan semangat untuk

    mengatasi masalahnya, dan

    berharap hanya dengan sedikit usaha

    saja ia dapat menemukan jalan

    keluarnya dibandingkan dengan

    menghadapi masalahnya secara

    effektif ia sudah biasa

    menghadapinya dengan ketidak

    berdayaan.

    d. Penyebab yang ke empat adalahkarena adanya kecemasan yang

    berlebihan atau masalah emosi yang

    lain.

    Masa remaja menurut Sarwono

    (2001) adalah masa yang rentan

    terhadap berbagai masalah, karena

    pada masa remaja adalah masa

    peralihan seseorang dari masa anak-

    anak menuju masa dewasa, dan remaja

    6

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    7/12

     juga mulai mengalami perubahan fisik

    dan psikis. Beberapa penelitian juga

    telah menunjukan bahwa pada masa

    remaja juga kecenderungan untuk

    menjadi anggota kelompok teman

    sebaya sangat kuat. Remaja

    menginginkan teman, menginginkan

    sekali dapat diterima sebagai anggota

    kelompok kelompok remaja yang kuat

    ikatan antar anggotanya.

    Hurlock (dalam Mappiare,1983)berpendapat bahwa remaja dapat

    menghilangkan masalah atau keluh

    kesahnya, serta kekuatan yang

    ditimbulkan oleh emosi yang ada

    dengan cara mengungkapkan hal-hal

    tersebut kepada seseorang yang dapat

    dipercayanya.

    Menurut Hall & Lindzey (1985)

    bersama dengan teman sebaya, remaja

    merasakan kehadiran seseorang yang

    dapat mengerti serta memahami dirinya,

    sehingga remaja dapat menaruh

    kepercayaan yang besar terhadap

    seorang teman.

    Sedangkan menurut Santrock

    (1998) remaja memandang seorang

    sahabat sebagai seorang yang dapat

    diajak untuk berbagi masalah, untuk

    dapat mengerti serta memahami pikiran

    serta perasaan mereka, persahabatan

    dapat menimbulkan perasaan nyaman

    persahabatan dapat terbentuk karena

    adanya kesamaan antara individu yang

    telibat ataupun karena perbedaan.

    Menurut Lemme (1994) bahwa

    salah satu bentuk dukungan emosional

    yang diberikan oleh sahabat atau teman

    sebaya adalah penerimaan, selalu ada

    saat dibutuhkan, mendengarkan dengan

    penuh perhatian, mengerti perasaan

    teman dan membuat situasi nyaman

    dimana ia dapat mengatakan apa yang

    ingin dikatakannya.

    Berdasarkan dari pendapat

    beberapa ahli maka dapat terlihat

    bahwa remaja lebih memilih teman

    sebayanya untuk memecahkanmasalahnya karena mereka merasa

    bahwa teman sebayanya dapat

    memahaminya dan remaja juga merasa

    bahwa teman sebaya mereka juga

    memiliki nasib yang sama dengan

    mereka,dan salah satu bentuk

    dukungan emosional yang diberikan

    oleh sahabat teman sebaya adalah

    penerimaan, selalu ada saat

    dibutuhkan, mendengarkan dengan

    penuh perhatian, mengerti perasaan

    teman dan membuat situasi nyaman

    dimana ia dapat mengatakan apa yang

    ingin dikatakannya.

    Oleh karenanya dapat kita

    simpulkan bahwa dengan bantuan

    teman sebayanya atau dengan

    dukungan dari teman sebayanya remaja

     juga dapat menyelesaikan masalahnya,

     juga terdapat hubungan yang cukup

     jelas mengapa remaja lebih memilih

    dukungan dari teman sebaya mereka

    untuk menyelesaikan masalahnya.

    Berdasarkan dari tinjauan

    pustaka diatas maka dapat ditarik

    hipotesis : Adanya hubungan yang

    7

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    8/12

    positif antara dukungan sosial dari

    teman sebaya dengan problem solving 

    pada Remaja. Semakin tinggi

    dukungan sosial yang diterima dari

    teman sebayanya semakin tinggi pula

    kemanpuan problem solvingnya, dan

    sebaliknya semakin rendah dukungan

    sosial yang diterima dari teman

    sebayanya maka semakin rendah

    kemampuan problem solvingnya.

    METODE PENELITIAN 

    Subyek dalam penelitian ini

    adalah remaja pria dan wanita yang

    berusia 15-18 tahun remaja bersekolah

    di SMU Negeri 3 Bogor yang terletak di

    Jalan Pakuan No. 4 Kota Madya Bogor,

    dan SMU YMIK yang terletak di Jalan

    Tebet Selatan No.7 Manggarai, Jakarta.

    Serta SMK 2 Bogor yang terletak di

    Jalan Raya Pajajaran Bogor.

    Untuk memperoleh data yang

    diperlukan dalam penelitian ini

    digunakan Skala Dukungan Sosial yang

    disusun oleh penulis dan Skala Problem

    Solving  dalam jurnal penelitian

    Lyubomirsky, Tucker, Caldwell, Berg

    (1999) yang dikembangkan oleh Mughni

    (2002)

    Variabel-variabel dalam penelitian

    ini adalah :

    1. Problem Solving 

    Problem solving  adalah proses yang

    tercakup didalam usaha menemukan

    urutan yang benar dari alternatif

     jawaban, sehingga menggerakan kita

    agar lebih dekat dengan pemecahan

    masalah dan proses yang dapat

    membantu seseorang untuk

    menemukan apa yang mereka inginkan

    dan bagaimana mencapainya dengan

    cara yang paling efektif dengan cara,

    merumuskan masalah, menyusun

    rencana tindakan, dan melaksanakan

    tindakan yang mengarah pada tujuan

    yang kita inginkan. Pengukuran problem

    solving  menggunakan Skala problemsolving,  yang digunakan adalah skala

    yang disususn oleh Mughni (2002)

    dengan mengadaptasi jurnal hasil

    penelitian Lyubomirsky, Tucker,

    Caldwell & Berg (1999) dan komponen

    problem solving dari Haris (1998). yaitu

    eksplorasi masalah, membuat tujuan,

    pembuatan ide, pemilihan ide,

    pelaksanaan dan evaluasi.

    2.  Dukungan Sosial dari Teman

    Sebaya

    Dukungan Sosial dari Teman Sebaya

    adalah adanya pemberian informasi

    baik secara verbal maupun non verbal,

    pemberian bantuan tingkah laku atau

    materi yang didapat dari teman sebaya

    yang akrab atau keberadaan mereka

    yang membuat individu merasa

    diperhatikan, bernilai, dicintai, dimintai

    bantuan, dorongan dan penerimaan

    apabila individu mengalami kesulitan.

    Dukungan tersebut dapat datang dari

     jaringan sosial (teman, tetangga atau

    keluarga besar) yang selanjutnya

    disebut sebagai jaringan dukungan

    8

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    9/12

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    10/12

    memahami masalah, mengumpulkan

    informasi, mencari akar permasalahan

    dan membuat beberapa solusi pilihan,

    memilih solusi terbaik serta mewujudkan

    solusi masalah dengan cara yang

    efektif, dan menurut Kneeland (1999)

    hal ini juga merupakan faktor-faktor

    yang membuat remaja dapat

    menyelesaikan masalahnya sendiri.

    Berdasarkan penghitungan nilai

    perbandingan mean empirik dan mean

    hipotetik, menunjukan skor mean

    empirik dukungan sosial dan problem

    solving  lebih tinggi dari skor mean

    hipotetik. Lebih lanjut dapat dilihat pada

    tabel berikut ini :

    Tabel Mean Empirik dan Mean Hipoteti k

    VariabelMean

    EmpirikMean

    HipotetikStd.Deviasi

    DukunganSosial dari

    Teman Sebaya148.32 125 16.810

    Problem solving 143.52 108 23.196

    Dari tabel diatas diketahui bahwa

    dukungan sosial yang diperoleh subjek

    penelitian termasuk dalam kategori

    tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor

    mean empirik skala dukungan sosial

    sebesar 148.32 lebih besar dari pada

    mean hipotetik ditambah dengan satu

    standar deviasi (125+16.810). Tingginya

    dukungan sosial yang dimiliki subjek

    dalam penelitian ini mungkin

    disebabkan karena remaja ingin

    mencapai hubungan yang lebih dewasa

    dengan teman sebaya, mencapai

    kemandirian secara emosional dari

    ketergantungan pada orang tua,

    menginginkan untuk melakukan

    tindakan-tindakan yang secara sosial

    bertanggung jawab, (Havinghurts dalam

    Mukhtar dkk, 2001) dan juga

    mendapatkan hubungan yang baru dan

    lebih matang dengan teman sebaya

    (Garrison dalam Soesilowindradini,

    1982)

    Tabel 8 juga menunjukan bahwa

    subjek memiliki kemampuan Problem

    solving yang tinggi. Hal ini dapat dilihat

    dari mean empirik skor problem solving 

    (143,52) yang lebih tinggi dari mean

    hipotetik ditambah satu standar deviasi

    (108+23,196). Tingginya skor Problem

    solving subjek menandakan bahwa

    subjek penelitian memiliki kemampuan

    untuk dapat menyelesaikan masalahnya

    sendiri. Menurut Davidof (1988) faktor-

    faktor yang mempengaruhi seseorang

    dalam menyelesaikan masalahnya

    adalah hasil belajar sebelumnya dan

    derajat kewaspadaan yang baik. Pada

    penelitian ini bentuk engket yang

    digunakan adalah subjek diminta untuk

    menuliskan masalah dan menuliskan

    solusinya dan menggunakanpengalaman sebelumnya sehingga

    terjadi transfer positif.

    Dalam hal ini subjek penelitian

    merupakan remaja diasumsikan

    memiliki transfer positif yaitu

    menggunakan pengalaman sebelumnya

    dan derajat kewaspadaan dimana pada

    saat akan terjadi masalah remaja sudah

    10

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    11/12

    mulai dapat mengidentifikasikannya dan

    memungkinkan remaja untuk

    mengindarai masalah yang akan terjadi.

    Hal ini membuat para remaja dapat

    menyelesaikan masalahnya sendiri

    tanpa memerlukan dukungan sosial dari

    teman sebaya.

    Berdasarkan dari beberapa solusi

    yang diberikan oleh subjek juga ada

    yang mengatakan pada saat

    menghadapi masalah remaja berdoa

    dan memohon petunjuk kepada Tuhan.

    Lissner (1980) mengemukakan

    adanya perbedaan pokok antara

    manusia dan hewan, yaitu bahwa

    manusia tidak puas hanya sekedar

    untuk tidur, makan dan menghangatkan

    tubuh saja. Manusia memiliki hasrat

    bawaan yang menarik perhatian yangdapat dinamakan kerohanian. Menurut

    Lissner pangkal semua peradaban dari

     jaman ke jaman adalah usaha untuk

    mencari Tuhan, karena itu jika manusia

    mau memikirkan pertanyaan apakah

    Tuhan itu ada berarti manusia tidak

    mengabaikan salah satu cirri dari

    kemanusiaan yakni kerohanian, sebuah

    kamus memberi batasan atau definisi

    dari Tuhan sebagai yang membuat dan

    menggendalikan jagad raya.

    Menurut Bibbley (dalam Argyle,

    2000) seseorang menjadi percaya

    kepada Tuhan karena adanya dua

    macam pembelajaran dari lingkungan

    sosialnya yaitu, modelling dari kedua

    orang tuanya dan tingkah laku dari

    lingkungan yang memberikan dorongan

    untuk membuatnya lebih percaya.

    Seperti halnya yang dialami oleh para

    remaja pada saat mendapatkan

    masalah ada beberapa remaja yang

    berserah diri kepada Tuhan dengan

    cara banyak berdoa kepada Tuhan.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian ini dapat

    disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

    yang sidnifikan antara dukungan sosial

    dari teman sebaya dengan problem

    solving pada remaja. Secara khusus

    berdasarkan perbandingan mean

    empirik dan mean hipotetik, dapat

    disimpulkan bahwa dukungan sosial

    dari teman sebaya pada subjek

    termasuk kategori tinggi dan

    kemampuan problem solving subjek

     juga tinggi

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    dilakukan, maka saran yang dapat

    diberikan adalah sebagai berikut :

    1. Untuk Subjek penelitian disarankan

    untuk mempertahankan kemampuan

    problem solvingnya.

    2. Untuk peneliti selanjutnya :Peneliti menyarankan agar peneliti

    selanjutnya mencari variabel lain

    missalnya lingkungan tempat tinggal

    dan apakah ada perbedaan dukungan

    antara teman pria dan wanita subjek

    yang dapat membantu remaja dalam

    menyelesaikan masalahnya dengan

    dukungan dari teman-teman sebaya

    dan orang di sekitarnya. 

    11

  • 8/19/2019 Hub Antara Duksos Dr Tmn Sebaya Dgn Problem Solving Pd Remaja

    12/12

     

    12

    DAFTAR PUSTAKA

     Achir, Y. A. 1996. Mengenal &Memahami Masalah Remaja.Jakarta : PT. Pustaka Antara.

    Bedel, J.R & Lennox, S.S. 1994. HandBook For Communication & ProblemSolving Skills Training/ A Cognitive-Behavioral Approach.  Brisebane.John Wiley & Sons. Inc.

    Chaplin, J.P. 1999. Kamus LengkapPsikologi. Edisi Ke-5. Terjemahan :Kartini Kartono. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

    Davidoff, L. L. 1998. Psikologi SuatuPengantar . Edisi ke-2. Alih bahasa :Soenardji. Jakarta : Erlangga.

    Dixon, D. N. & Glover, J. A. 1984.Counseling : A problem-Solving Approach. USA : John Wiley &Sons. Inc.

    Gottlieb, B.H. 1983. Social SupportStrategies. Beverly Hills, CA : SagePublication, Inc.

    Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.D. 1995.

    Psikologi Perkembangan Anak &Remaja. Jakarta : BPK GunungMulia.

    Hall, C.S., & Lindzey, G. 1985.Introduction to Theories ofPersonality. Alih bahasa : A. M.Mangunharja. Jakarta : Kanisius.

    Haris, R. 1998. Introduction To ProblemSolving. www.Virtual Salt. Com.

    Hurlock, E. B. 1949.  AdolescentDevelopment. New York : Mac GrawHill Book. Co

    Hurlock, E.B. 1993. Perkembangan Anak Jilid I : Edisi Keenam.  AlihBahasa : Tjandra .M & Zarkasih .M.Jakarta : Erlangga.

    Kneeland, S. 1999. Essential : SolvingProblem.  Jakarta : Elex MediaKomputindo Kelompok Gramedia.

    Lemme, B. H. 1994. Development in Adulthood. Boston : Allyn & Bacon.

    Lissner, Ivar Dr. 1980. Kebahagiaan :Cara memperolehnya. New York :Wath Tower bible and tract societi

    Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja.Surabaya : Usaha Nasional.

    Monks, F.J., Knoers, A.M.P., &Haditono, S. R. 1999. PsikologiPerkembangan. Yogyakarta : GajahMada.

    Mughni. 2002, Perbedaan PersepsiKemampuan Problem Solving individu ruminatif. Skripsi (Tidakditerbitkan). Jakarta : FakultasPsikologiUniversitas Indonesia.

    Mukhtar., Ardiyanti, N., &Sulistiyaningsih, E. 2001. KonsepDiri Remaja, Jakarta : PT RakastaSemesta.

    Munandar, A. S. 1996. Mengenal &Memahami Masalah Remaja :Remaja & Permasalahannya.Jakarta : Pustaka Antara.

    Rogacion, M. R. 1996. KonselingSebaya Sebuah Gaya Hidup :Tumbuh Bersama Sahabat 1.

    Yogyakarta : Kanisius.Santrock, J.W. 1998. Adolescent. Fourth

    Edition. Dallas : Brown Publisher.

    Sarwono, S.W. 1990. Psikologi Sosial  :Individu & Teori-teori PsikologiSosial. Jakarta : Balai Pustaka.

    Soesilowindradini, M. A. 1982. PsikologiPerkembangan Masa Remaja.Surabaya : Usaha Nasional.