HT Das.teori

11
A. Definsi Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hipertensi menurut kriteria diagnosis JNC VIII 2006, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (James et al., 2014). Kriteria JNC VIII 2006 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk umur ≥15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VIII 2006 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi (RISKESDAS, 2013). B. Jenis Hipertensi Tabel 1. Kriteria Hipertensi Menurut JNC VIII Tahun 2006 Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Yogiantoro, 2009):

description

rdrdtrft

Transcript of HT Das.teori

Page 1: HT Das.teori

A. Definsi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

darah meningkat secara kronis. Hipertensi menurut kriteria diagnosis JNC

VIII 2006, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau

tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (James et al., 2014).

Kriteria JNC VIII 2006 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka

prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung

hanya pada penduduk umur ≥18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan

darah dilakukan pada penduduk umur ≥15 tahun maka temuan kasus

hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VIII 2006 akan

dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi (RISKESDAS,

2013).

B. Jenis Hipertensi

Tabel 1. Kriteria Hipertensi Menurut JNC VIII Tahun 2006

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis,

yaitu (Yogiantoro, 2009):

1. Hipertensi essensial

Hipertensi ini sering disebut hipertensi primer atau idiopatik, dimana

tidak diketahui penyebabnya dan tidak didasari penyakit lain

sebelumnya. Penyebabnya lebih ke arah interaksi genetik dengan

lingkungan yang kemudian diperparah dengan gaya hidup yang tidak

sehat .

2. Hipertensi nonesensial

Hipertensi ini sering disebut hipertensi sekunder, dimana

didahului/didasari penyakit lain terlebih dahulu sehingga menimbulkan

Page 2: HT Das.teori

hipertensi. Diantaranya yaitu, hipertensi kardiovaskuler, hipertensi

endokrin (feokromositoma, sindrom conn), hipertensi neurologik

C. Gejala dan Faktor Risiko

Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sejat dan sebagian

besar tidak menimbulkan gejala. Tapi ada pula gejala awal yang mungkin

timbul dari hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan dan kelelahan. Tekanan darah tinggi memeliki berepa

faktor risiko, antara lain (Page, 2014):

1. Usia

Hipertensi umumnya berkembang antara 35 – 55 tahun

2. Jenis kelamin

3. Keturunan

4. Gaya hidup

Gaya hidup yang dapat menjadi faktor risiko hipertensi yakni tidak aktif

secara fisik, merokok, stres, alkohol, terlalu banyak garam (sodium) dan

terlalu sedikit potasium pada diet akan menahan cairan yang

meningkatkan tekanan darah.

5. Kelebihan berat badan atau obesitas.

Page 3: HT Das.teori

Gambar 1. Patomekanisme Hipertensi

D. Tatalaksana Nonmedikamentosa

Tujuan tatalaksana/pengobatan pasien bipertensi adalah (Yogiantoro,

2009):

1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg; untuk individu beresiko tinggi

(DM, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Page 4: HT Das.teori

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan

farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua

pasien hipertensi denga tujuan menurunkan tekanan darah dan

mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi

nonfarmakologis terdiri dari (Yogiantoro, 2009):

1. Menghentikan merokok

2. Menurunkan berat badan berlebih

3. Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

4. Latihan fisik

5. Menurunkan asupan garam

6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan

lemak

Guideline Hipertensi JNC 8

Eighth Joint National Committee (JNC 8) menyarankan target

tekanan darah yang lebih tinggi dan mengurangi penggunaan beberapa tipe

obat anti-hipertensi. Guideline baru ini menekankan pada kontrol tekanan

darah sistolik dan diastolik dengan umur dan kormobiditas-jalan pintas

terapi spesifik. Guideline baru ini juga memperkenalkan rekomendasi baru

yang didesain untuk mempromosikan penggunaan yang aman dari

angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors dan angiotensin receptor

blockers (ARB) (James et al., 2014).

Bukti saat ini menyarankan bahwa target tekanan darah sistolik <140

mmHg yang direkomendasikan JNC 7 pada kebanyakan pasien sangat

rendah dengan tak ada kegunaan. Penulis guideline JNC 8 menyebutkan 2

trial yang menemukan bahwa tidak ada kemajuan dari hasil kardiovaskular

dengan target tekanan darah <140 mmHg dibandingkan dengan target

tekanan darah <160 mmHg atau <150 mmHg. Meskipun begitu, guideline

terbaru tidak mengizinkan terapi pada target tekanan darah sistolik <140

mmHg, tapi merekomendasikan untuk berhati-hati dalam memastikan

bahwa tekanan darah sistolik yang rendah tidak akan mempengaruhi

kualitas hidup atau mengarah pada adverse event. Perubahan penting dari

JNC 7 ke JNC 8 termasuk hal-hal berikut ini (James et al., 2014):

Page 5: HT Das.teori

1. Pada pasien 60 tahun atau lebih yang tidak memiliki diabetes atau

penyakit ginjal kronik, maka target terapi tekanan darah sekarang

<150/90 mHg.

2. Pada pasien 18-59 tahun tanpa kormobiditas mayor, dan pada pasien 60

tahun atau lebih yang memiliki diabetes, penyakit ginjal kronik, atau

keduanya, maka target terapi tekanan darah yang baru adalah <140/90

mmHg.

3. Terapi lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi menjadi

empat golongan obat: diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker

(CCB), ACE Inhibitor, dan ARB.

4. Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau

kombinasi dari diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker, ACE

Inhibitor, dan ARB.

5. Beberapa obat sekarang didesain sebagai alternatif lini selanjutnya

yaitu: beta-blockers, alphablockers, alpha1/beta-blockers (mis.

carvedilo), vasodilating beta-blockers (mis. nebivolol), central alpha2/-

adrenergic agonists (mis. clonidine), direct vasodilators (mis.

hydralazine), loop diuretics (mis. furosemide), aldosterone antagoinsts

(mis. spironolactone), dan peripherally acting adrenergic antagonists

(mis. reserpine).

6. Saat memulai terapi, pasien keturunan Afrika tanpa penyakit ginjal

kronik harus menggunakan CCB dan thiazide daripada ACE Inhibitor.

7. Penggunaan ACE Inhibitor dan ARB direkomendasikan pada seluruh

pasien dengan penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis,

baik sebagai terapi lini pertama atau sebagai tambahan pada terapi lini

pertama.

8. ACE Inhibitor dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama

secara bersamaan.

9. CCB dan diuretik tipe thiazide harus digunakan daripada ACE Inhibitor

dan ARB pada pasien lebih dari 75 tahun dengan fungsi penurunan

fungsi ginjal karena adanya risiko hiperkalemia, peningkatan kreatinin,

dan penurunan fungsi ginjal yang lebih parah. 

Page 6: HT Das.teori

Modifikasi Pola Hidup

Eighth Joint National Committee (JNC 8) juga merekomendasikan

modifikasi pola hidup sebagai komponen terapi yang penting. Intervensi

pola hidup termasuk penggunaan Dietary Approaches to Stop

Hypertension (DASH) eating plan, penurunan berat badan, pengurangan

konsumsi garam menjadi kurang dari 2.4 grams per hari, dan paling sedikit

30 menit aktivitas aerobik pada banyak hari dalam seminggu (James et al.,

2014).

Sebagai tambahan, untuk menunda perkembangan hipertensi dan

mengurangi risiko kardiovaskular, konsumsi alkohol harus dibatasi

menjadi 2 gelas sehari pada pria dan 1 gelas sehari pada wanita. Perlu

diketahui bahwa 1 gelas terdiri dari 12 ons bir, 5 ons wine atau 1.5 ons dari

80-proof liquor. Berhenti merokok juga menurunkan risiko kardiovaskular

(James et al., 2014).

Follow Up

Penulis JNC 8 menyederhanakan rekomendasi follow up yang rumit pada

pasien dengan hipertensi. Pada JNC 7 direkomendasikan bahwa setelah

pemeriksaan tekanan darah tinggi awal, follow up dengan pemeriksaan

konfirmasi tekanan darah harus terjadi dalan 7 hari hingga 2 bulan,

tergantung seberapa tinggi pemeriksaan awal yang dilakukan dan apakah

pasien tidak atau memiliki penyakit ginjal atau kerusakan akhir organ

sebagai akibat dari hipertensi. Pada JNC 8 pada semua kasus target

tekanan darah harus dicapai dalam waktu sebulan setelah terapi awal

dilakukan, baik dengan meningkatkan dosis dari obat anti-hipertensi awal

atau menggunakan kombinasi obat anti-hipertensi (James et al., 2014).

Page 7: HT Das.teori

Gambar 2. Algoritma Manajemen Hipertensi

Gambar 3. Pilihan Terapi Hipertensi JNC-8

Page 8: HT Das.teori

Daftar pustaka :

James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler J, et al.

2014. Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood

Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth

Joint National Committee (JNC 8). Journal American Medical Association

Page MR. 2014. The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide. The

American Journal of Managed Care

RISKESDAS. 2013. Riset kesehatan Dasar: Hipertensi. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Yogiantoro, Mohammad. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.

Jakarta: Interna Publishing