HPV Dan CA Serviks

5
Aktivitas Seksual HPV Pajanan HPV Status imun Kerentanan genetik Faktor lain Kondilom a CIN Integrasi virus HPV risiko tinggi (16,18, dll) Infeksi episomal oleh HPV risiko rend (6,11) Infeksi persisten CIN derajat berat (300.000/thn) Kanker invasif Metasta Kemungkinan urutan peristiwa terjadinya kanker serviks setelah infeksi HPV. (Kumar, et.al. 2007) HPV dan Kanker Serviks HPV dapat ditemukan pada 85% hingga 90% lesi prakanker dan neoplasma invasif, dan secara spesifik, HPV tipe risiko tertinggi tertentu, termasuk 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58,dan 59. Sebaliknya, kondiloma, yang merupakan lesi jinak, berkaitan dengan infeksi oleh tipe risiko-rendah (yaitu 6, 11, 42, dan 44). Pada lesi-lesi ini, DNA virus tidak terintergrasi ke genom pejamu, dan tetap berada dalam bentuk episomal bebas. Sebaliknya, HPV tipe memiliki gen yang, setelah terintegrasi ke genom sel pejamu, mengkode protein yang menghambat atau menginaktifkan ge penekan tumor TP53 dan RB1 di sel epitel sasaran serta menginaktifkan gen terkait siklus sel, seperti siklin E sehingga terjadi proliferasi sel yang tidak terkendali (Kumar, et.al. 2007).

Transcript of HPV Dan CA Serviks

HPV dan Kanker ServiksHPV dapat ditemukan pada 85% hingga 90% lesi prakanker dan neoplasma invasif, dan secara spesifik, HPV tipe risiko tertinggi tertentu, termasuk 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58,dan 59. Sebaliknya, kondiloma, yang merupakan lesi jinak, berkaitan dengan infeksi oleh tipe risiko-rendah (yaitu 6, 11, 42, dan 44). Pada lesi-lesi ini, DNA virus tidak terintergrasi ke genom pejamu, dan tetap berada dalam bentuk episomal bebas. Sebaliknya, HPV tipe memiliki gen yang, setelah terintegrasi ke genom sel pejamu, mengkode protein yang menghambat atau menginaktifkan ge penekan tumor TP53 dan RB1 di sel epitel sasaran serta menginaktifkan gen terkait siklus sel, seperti siklin E sehingga terjadi proliferasi sel yang tidak terkendali (Kumar, et.al. 2007).

Aktivitas SeksualHPVPajanan HPVStatus imunKerentanan genetikFaktor lainKondilomaCINIntegrasi virus HPV risiko tinggi (16,18, dll)Infeksi episomal oleh HPV risiko rend (6,11)Infeksi persistenCIN derajat berat (300.000/thn)Kanker invasifMetastasisKemungkinan urutan peristiwa terjadinya kanker serviks setelah infeksi HPV. (Kumar, et.al. 2007)

Patogenesis Onkogenik HPV. Gen HPV E6 dan E7 mengkode protein-protein multifungsial yang berikatan secara primer pada protein selular p53 dan pRB, mengganggu fungsinya, dan merubah jalur regulasi siklus sel, sehingga menyebabkan transformasi selular. (Burd, EM. 2003)

Telah diasumsikan bahwa siklus replikasi HPV dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel pada stratum germinativum (lapisan basal) dari epitel. Infeksi HPV pada lapisan basal menyebabkan abrasi atau mikrotrauma ringan epidermis. Integrin telah diketahui sebagai reseptor pada sel epitel untuk HPV-6 tetapi tidak selalu untuk pengikatan dengan HPV-11 atau HPV-33 (33, 41, 55). HPV-16 dan HPV-33, seperti banyak virus lainnya, berikatan dengan sel pejamu melalui sel dengan permukaan heparan sulfate. Reseptor sekunder atau proteoglikan yang menstabilisasi dapat juga ikut terlibat pada pengikatan HPV. Faktor selular yang penting untuk pengangkutan virion tidak diketahui. Sekali berada di dalam sel pejamu, HPV DNA bereplikasi sehingga terjadi diferensiasi sel-sel basal dan mengalami progresifitas sampai permukaan epitel. (Burd, EM. 2003)Sejak HPV mengkode hanya 8 sampai 10 protein, virus-virus ini harus menggunakan faktor-faktor sel pejamu untuk meregulasi transkripsi dan replikasi viral. Replikasi HPV dimulai dengan faktor-faktor sel pejamu yang berinteraksi dengan daerah LCR dari genom HPV dan memulai transkripsi gen viral E6 dan E7. Produk gen E6 dan E7 ini menderegulasi siklus pertumbuhan sel pejamu dengan berikatan dan menginaktifkan protein-protein penekan tumor, siklin sel dan siklin-bergantung kinase. Fungsi gen E6 dan E7 selama infeksi produktif HPV adalah untuk merusak jalur regulasi pertumbuhan sel dan memodifikasi lingkungan selular dalam rangka memfasilitasi replikasi virus dalam sel yang pada akhirnya berdiferensiasi dan menghentikan siklus sel (Burd, EM. 2003).Pertumbuhan sel sebagian besar diregulasi oleh dua protein selular, protein penekan tumor, p53 dan produk gen retinoblastoma, pRB. Tidak seperti kebanyakan kanker lainnya, p53 pada kanker serviks biasanya tipe ringan dan tidak bermutasi. Gen HPV E6 berikatan dengan p53 dan menargetkannya untuk didegradasi cepat melalui cellular ubiquitin ligase. Degradasi ini memiliki efek yang sama dengan menginaktifasi mutasi. Konsekuensinya, aktivitas normal p53 yang berperan dalam terhentinya G1, apoptosis, dan perbaikan DNA are abrogated. Protein HPV E6 risiko rendah tidak berikatan dengan p53 pada level yang terdeteksi dan tidak memiliki efek pada stabilitas p53 secara in vitro. Protein HPV E6 juga dapat membentuk kompleks dengan sekurangnya enam protein selular lainnya yang tidak diketahui dengan baik. Gen HPV E7 berikatan pada bentuk hipofosforilasi dari protein RB. Ikatan ini mengganggu kompleks antara pRB dan transkripsi selular faktor E2F-1, menyebabkan liberasi E2F-1, yang memungkinkan transkripsi gen yang dimana produknya dibutuhkan oleh sel untuk masuk ke dalam fase S dari siklus sel. Produk gen E7 juga berhubungan dengan interaktif protein selular mitosis lainnya seperti siklin E. Haslinya adalah stimulasi sintesis selular DNA dan proliferasi sel (Burd, EM. 2003).

(Schorge, et.al. 2008)Referensi:Burd, EM. 2003. Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Clinical Microbiology Reviews, 16(1): 1-17. American Society of Microbiology. Available from: http://web.mac.com/santoscostaq/...da...HPV.../HPV%20e%20carcinoma.pdf Kumar, et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, ed.7, vol.2. EGC: Jakarta.Schorge, et.al. 2008. Williams Gynecology. McGraw-Hill Companies: United States.