Paper CA Serviks

35
1 BAB I PENDAHULUAN Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Gejala klinis kanker serviks, gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang

Transcript of Paper CA Serviks

Page 1: Paper CA Serviks

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari

sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh

keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks

(NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human

Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah

dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat

hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang

menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko

tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat

menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya

hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker.

Gejala klinis kanker serviks, gejala kanker serviks pada kondisi

pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala

yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama

akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal

demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang

dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)

merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).

Page 2: Paper CA Serviks

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal

pada jaringan serviks. Kanker serviks merupakan kanker primer yang

berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah

bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina.

B. Epidemiologi

Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri merupakan salah satu

penyebab utama kematian wanita yang berhubungan dengan kanker. Di

seluruh dunia, diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru

dan 250.000 kematian setiap tahunnya yang ± 80% terjadi di negara-

negara sedang berkembang. Di Indonesia, insidens kanker serviks

diperkirakan ± 40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker

wanita yang tersering. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-

negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium

lanjut.

Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher

rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita

kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100 ribu

penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang

sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam

Page 3: Paper CA Serviks

3

jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang

ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara 30 – 60 tahun,

terbanyak antara 45- 50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk

menjadi invasive memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari

wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada

saat didiagnosis, sedangkan 53% dari KIS (kanker in-situ) terdapat pada

wanita di bawah usia 35 tahun.

C. Faktor resiko

Faktor resiko kanker leher rahim yang mempengaruhi kanker

serviks yaitu :

• Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.

Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya

kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia

lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya

waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem

kekebalan tubuh akibat usia.

• Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun

dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko

terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang

menikah pada usia > 20 tahun.

Page 4: Paper CA Serviks

4

• Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti

pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya

penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus

ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah

menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.

• Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan

menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan

mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.

• Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih

besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak

merokok.

• Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena

penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena

virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim

sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko

terkena kanker leher rahim.

• Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan

banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari

berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan

(banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit

kanker leher rahim.

Page 5: Paper CA Serviks

5

D. Etiologi

Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model

karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari

karsinogenesis awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga

menjadi kanker invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan lebih dari

90% kanker serviks dihubungkan dengan jenis human papiloma virus

(HPV). Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif

ditemukan pada wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis

yang buruk. HPV merupakan faktor inisiator kanker serviks. Onkoprotein

E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya

degenerasi keganasan.

Onkoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG (Tumor Supressor

Gene) p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan

mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang

merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol

E. Klasifikasi stadium kanker serviks

Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan

penyebaran penyakit, membantu prognosis rencana tindakan, dan

memberikan arti perbandingan dari metode terapi. Tahapan stadium

klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh The

International Federation Of Gynecologi And Obstetric (FIGO) tahun

1976. Pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiologi,

suktase endoserviks dan biopsi. Tahapan –tahapan tersebut yaitu :

Page 6: Paper CA Serviks

6

a. Karsinoma pre invasif

b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel

c. Kasinoma invasive

Stadium Karakteristik

International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging

System for Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000 menetapkan suatu

sistem stadium kanker

sebagai berikut:

0 Lesi belum menembus membrana basalis

I Lesi tumor masih terbatas di serviks

IA1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm

dengan diameter permukaan tumor <7mm

IA2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm tetapi

<5mm dengan diameter permukaan tumor <7mm

IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer <4cm

IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >4cm

II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan

sepertiga proksimal vagina)

IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina

IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai

dinding panggul

III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan

atau sepertiga vagina distal)

IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal

IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul

Page 7: Paper CA Serviks

7

IV Lesi menyebar keluar organ genitalia

IVA Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke

mukosa vesika urinaria

IVB Lesi meluas ke mukosa rektum dan atau meluas ke organ

jauh

Jenis histopatologis pada kanker serviks

Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan,

yaitu ± 90% merupakan karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma

5% dan jenis lain sebanyak 5%. Karsinoma skuamosa terlihat sebagai

jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan pertandukan

atau tidak, dan kadang-kadang tumor itu sendiri berdiferensiasi buruk

atau dari sel-sel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil

serta bulat seta mempunyai batas tumor stroma tidak jelas. Sel ini berasal

dari sel basal atau reserved cell. Sedang adenokarsinoma terlihat sebagai

sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau dari kelenjar

endoserviks yang mengeluarkan mukus. Klasifikasi histologik kanker

serviks ada beberapa, di antaranya :

1. Skuamous carcinoma

• Keratinizing

• Large cell non keratinizing

• Small cell non keratinizing

• Verrucous

2. Adeno carcinoma

• Endocervical

Page 8: Paper CA Serviks

8

• Endometroid (adenocanthoma)

• Clear cell - paramesonephric

• Clear cell - mesonephric

• Serous

• Intestinal

3. Mixed carcinoma

• Adenosquamous

• Mucoepidermoid

• Glossy cell

• Adenoid cystic

4. Undifferentiated carcinoma

5. Carcinoma tumor

6. Malignant melanoma

7. Maliganant non-epithelial tumors

• Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma

• Lymphoma

F. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi kanker serviks Karsinoma serviks adalah penyakit

yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan

akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara

histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa

stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu

dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses

perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen

Page 9: Paper CA Serviks

9

pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor

supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen

mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana

onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan

tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur

oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel.

Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan

intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi

preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi

yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma

insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang

diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya

perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.

Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang

meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus

atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7

– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif

berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses

keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,

pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.

Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria

dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus

DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona

transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan

Page 10: Paper CA Serviks

10

gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan

kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi

keganasan).

Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada dasarnya

merupakan pendukung siklus hidup alami virus tersebut. Protein tersebut

adalah E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen open reading

frame (ORF). Di tingkat seluler, infeksi HPV pada fase laten bersifat

epigenetic. Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan E2

yang menstimulus ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang

berfungsi pada replikasi dan perakitan virus baru.

Virus baru tersebut menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di

samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul reaksi imun tipe lambat

dengan terbentuknya antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan penurunan

ekspresi E1 dan E2. Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV

lebih dari ± 50.000 virion per sel dapat mendorong terjadinya integrasi

antara DNA virus dengan DNA sel penjamu untuk kemudian infeksi

HPV memasuki fase aktif.

G. GEJALA KLINIS

Gejala klinis kanker serviks, gejala kanker serviks pada kondisi

pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala

yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama

akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal

demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang

Page 11: Paper CA Serviks

11

dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)

merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).

Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala

khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,

amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering

atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat.

Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar

berbentuk mukoid.

Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari

daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul

lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan

terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan

makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.

Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal

toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang

keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai

menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai

kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.

Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga

merupakan gejala penyakit lanjut.

Pada pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal di

bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru

ini disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat.

Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah

berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti

Page 12: Paper CA Serviks

12

pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat

buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual

H. DIAGNOSIS

Diagnosis kanker serviks Stadium klinik seharusnya tidak berubah

setelah beberapa kali pemeriksaan. Apabila ada keraguan pada

stadiumnya maka stadium yang lebih dini dianjurkan. Pemeriksaan

berikut dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis seperti

palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi,

sistoskopi, proktoskopi, intravenous urography, dan pemeriksaan X-ray

untuk paru-paru dan tulang. Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih

dan saluran pencernaan sebaiknya dipastikan dengan biopsi. Konisasi dan

amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Interpretasi

dari limfangografi, arteriografi, venografi, laparoskopi, ultrasonografi,

CT scan dan MRI sampai saat ini belum dapat digunakan secara baik

untuk staging karsinoma atau deteksi penyebaran karsinoma karena

hasilnya yang sangat subyektif.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan pap smear

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal

pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui

pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai

dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan

Page 13: Paper CA Serviks

13

aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap

smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat

mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan

dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker

leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang

telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur

yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut

menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap

smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.

2. Pemeriksaan DNA HPV

Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan

Pap’s smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam

skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV

yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir

100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur

diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan

waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya

31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun

atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda

yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan

waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan

kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini

dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi

peningkatan risiko kanker serviks.

Page 14: Paper CA Serviks

14

3. Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu

pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap

smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan

untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah

punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy

yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui

kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah

kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu

kanker invasif atau hanya tumor saja.

4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses

metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap

smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan

kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.

5. Tes Schiller

Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada

serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel

serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang

mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena

tidak ada glikogen.

Page 15: Paper CA Serviks

15

6. Radiologi

a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan

pada saluran pelvik atau peroartik limfe.

b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks

tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter

terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi

kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena

(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging

(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai

penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

I. PENCEGAHAN

Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat

dan menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliput:

1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia

muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.

Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering

berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak

menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada

satu pasangan saja.

2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai

anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau

Page 16: Paper CA Serviks

16

menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk

mendeteksi dini kanker serviks).

3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan

kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher

rahim.

4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat

mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan

hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan

kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan

vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks.

5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi

HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini

bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap

virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari

penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi

perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil

kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila

diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum

aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka

waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa

menurun hingga 75%.

Page 17: Paper CA Serviks

17

J. TERAPI

Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah

dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang

matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la

njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher

rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,

keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi

tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,

terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada

waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa

kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut

diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang

abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP

(loop electrosurgical excision procedure).

1. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada

lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat

diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop

electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan

pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena

kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani

pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun

pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak

memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani

histerektomi.

Page 18: Paper CA Serviks

18

Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif

maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung

menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang

ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah

tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.

2. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan

untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya

(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA

(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause,

atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang

berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari

penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan

hepar.

3. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks

serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker

serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi.

Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan

pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah

mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya

atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap

mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di

sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.

Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada

stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga

Page 19: Paper CA Serviks

19

panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan

secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk

mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah

panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk

merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.

Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal

dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah

sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu

selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal

yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan

langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari

dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini

bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari

terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan

kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi

4. Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat

melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi

digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan

menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi

tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat di diagnosis.

Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat

diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi.

Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk

mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.

Page 20: Paper CA Serviks

20

Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol

penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin

sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir,

kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas

hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah

digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-

agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang

memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker

serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin),

PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain

K. PROGNOSIS

Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk

tersebut dihubungkan dengan 85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada

stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal Selama ini,

beberapa cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan

klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor

primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks

tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk

stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira

50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.

1. Stadium 0 100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.

2. Stadium 1 Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB.

Dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years

survival rate sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar

Page 21: Paper CA Serviks

21

70 sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi

mereka.

3. Stadium 2 Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B.

Dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years

survival rate sebesar 70-90%. Untuk stadium 2B 5-years survival rate

sebesar 60 sampai 65%.

4. Stadium 3 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.

5. Stadium 4 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%.

6. Stadium 5 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5-10%.

Page 22: Paper CA Serviks

22

DAFTAR PUSTAKA

1. http://penyakitdanobatnya.com/informasi-penyakit/penyakit- Ca

cerviks /

2. http://wanenoor.blogspot.com/2012/01/pengertian-penyebab-dan-

solusi.html#.UVhVax0a6w1

3. http://penyakitdanobatnya.com/tag/penyakit- ca servik -wikipedia/

4. http://id.wikipedia.org/wiki/ ca cerviks

5. http://netsains.com/2009/08/tips-praktis-mengatasi- ca serviks /

6. http://www.cancerhelps.com/ ca serviks .htm

7. http://www.blogdokter.net/2008/05/30/ ca serviks /