hipertensi

download hipertensi

of 32

Transcript of hipertensi

BAB I PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius pada masyarakat terutama pada negara-negara yang sedang berkembang. Bagi seorang dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, hipertensi merupakan masalah kesehatan penting, karena angka prevalensi yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Menurut WHO prevalensi hipertensi adalah 8 18 % populasi dewasa. Di Indonesia, prevalensinya sekitar 1,8 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi esensial atau primer ( 90 % dari seluruh penderita hipertensi) dan hipertensi sekunder atau renal ( 10 %).(1,2) Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah arteri. Seseorang didiagnosa hipertensi apabila didapatkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tersebut tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin. Sedangkan batasan hipertensi dengan memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin, diajukan oleh Kaplan sebagai berikut : Pria, usia < 45 tahun, dinyatakan hipertensi apabila tekanan darah sewaktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg Pria, usia < 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg. Pada wanita tekanan darah hipertensi (3,4) diatas atau sama dengan 160/95 mmHg, dinyatakan

Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan abnormal dari komponen lemak (kolesterol atau lipoprotein) di dalam darah. Level yang ideal dari kolesterol kira-kira 120 200 mg/dl atau kurang. Kolesterol merupakan suatu lipoprotein dari inti (esterkolesterol dan trigliserida) yang dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non-ester dan apoliperprotein lipoprotein dengan elektroforesis dibedakan menjadi 5 golongan besar yaitu : (4,5) 1. Kilomikron yang terdiri dari trigliserid 80 % dan kurang dari 5 % kolesterol ester yang fungsinya membawa trigliserid dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. 2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein) terdiri dari 60 % trigliserid (endogen) dan 10-15% kolesterol lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas dihati. 3. Lipoprotein densitas sedang. (IDL, intermediate density lipoprotein) yang mengandung 30 % trigliserida, kolesterol 20 %, apolipoprotein B dan E. 4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein), LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia (70% total) yang fungsinya membawa kolesterol kejaringan perifer (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL plasma tergantung banyaknya kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. 5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein) HDL komposisinya 13 % kolesterol, kurang dari 5 % trigliserid dan 50 % protein. Kadar HDL relatif menetap pada yang terdiri

dewasa yaitu kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada wanita. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol diperifer berkurang.

ETIOLOGI Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi menjadi hipertensi essensial atau juga disebut hipertensi primer atau idiopatik dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90 % kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebab hipertensi essensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium. Peningkatan reaktivitas vaskular. Sedangkan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu makan garam (natrium) berlebihan, merokok, alkohol, obesitas dan stres. (3,6) Inessensial hipertensi (hipertensi sekunder) dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal) penyakit endokrin. Prevalensinya 10 % dari seluruh penderita hipertensi. (3,6) Hiperlipidemia primer dibagi dalam kelompok besar yaitu hiperlipoproteinemia minogenik karena kelainan gen tunggal yang diturunkan, dan hiperlipoproteinemia poligenik/multifaktorial. Dimana, kadar kolesterol pada kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor genetik dengan faktor lingkungan. Hiperlipoproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes mellitus yang tidak berkontrol, minum alkohol, hipotiroid, penyakit obstruksi hati, dan lain-lain. Keberhasilan pengobatan penyakit dasar biasanya memperbaiki hiperlipoproteinemia. Hiperlipoproteinemia sekunder juga dapat disebabkan oleh pemberian kortikosteroid. Estrogen, endrogen, diuretik atau penghambat adrenoreseptor beta. (7)

GEJALA KLINIS Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala yang biasanya ditemukan adalah pusing, marah, telinga berdengung, mimisan, nyeri dada,darah pada urin. Hipertensi yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit yang serius seperti stroke, penyakit jantung, gagal ginjal dan masalah pada mata. (4,8)

PATOGENESIS Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung merupakan hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kesehatan kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol, dan elastisitas dinding pembuluh darah. (4) Jika tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dan memiliki beberapa faktor resiko seperti kolesterol tinggi maka pengobatan tekanan darah tinggi akan sangat bermanfaat. Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus menerus kemanapun dibutuhkan. Arteri, yang mengalirkan darah keluar dari jantung, harus menahan tekanan yang tinggi ketika darah dipompakan ke luar. Jika tekanan darah lebih tinggi dari pada biasanya selama bertahuntahun, seperti hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut akan rusak. Karena pembuluh darah rusak atau cedera maka akan terjadi perlengketan monosit dan trombosit. Hal ini

dapat merangsang sel otot polos yang berproliferasi ini akan menyimpan matriks jaringan ikat dan mengakumulasi lipd, proses yang terus sama. Pada hiperlipidemia makrofag yang berasal dari monosit juga dapat mengakumulasi lipid, beberapa darinya dalam bentuk kompleks lipidprotein khas. Dari lipoprotein yang teroksidasi. Bersamaan berkembangnya lesi dan intima semakin menebal maka aliran darah terganggu. Hal ini dikenal sebagai arteriosklerosis. Jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak melaluinya dengan benar, dan bagian tubuh yang tergantung pada arteri tersebut untuk mendapatkan darah mengalir mengalami kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan. Ketika arteri menyempit kecendrungan darah membeku (trombosit) yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada arteri sehingga bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati. (9,10)

DIANOSIS Diagnosis hipertensi dapat ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah. Berbagai faktor dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah secara akurat, seperti faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran. Dalam anamnesis mestinya ditanyakan apakah ada hipertensi sebelumnya,

pengobatannya atau obat yang diminumnya, kebiasaan makan, makanan yang banyak mengandung garam perlu ditanyakan. Pada wanita dapat ditanyakan riwayat eklamsia, riwayat persalinan, penggunaan pil kontrasepsi. Selain itu dapat juga ditanyakan penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, serta faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, faktor stress dan berat badan. (3,4)

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk penderita hipertensi masih merupakan perdebatan. Mengingat kenyataan bahwa hipertensi essensial meliputi 90% kasus, tidak disarankan melakukan semua pemeriksaan untuk mencari etiologi, kecuali didapatkan petunjuk untuk hal itu. Pemeriksaan ureum, kreatinin, kalium, kalsium, urinalisis, asam urat dan gula darah perlu dikerjakan pada penderita hipertensi. Pemeriksaan ureum dan kreatinin dicapai untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan kreatinin lebih berarti dibanding ureum sebagai indikator kecepatan filtrasi glomerulus. Pemeriksaan kalium serum membantu menyingkirkan aldosteronisme primer pada penderita hipertensi, hipokalemi pada penderita mendapat pengobatan diuretik. Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan karena hipertensi sering ditemui pada penderita diabetes mellitus. Pemeriksan urinalisis selain dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit ginjal, diperlukan pada hipertensi, karena proteinuria ditemukan hampir separuh penderita (4).

PENANGGULANGAN A. HIPERTENSI Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalaksanaan, yaitu : 1). Penatalaksanaan non farmakologis 2). Penatalaksanaan farmakologis

Ad. 1. Penatalaksanaan non farmakologis Menurut beberapa ahli pengobatan cara ini sama pentingnya dengan pengobatan farmakologi dan mempunyai keuntungan lain terutama pada pengobatan hipertensi

ringan. Dengan pengobatan non farmakologis, pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan setidak-tidaknya ditunda. Beberapa penatalaksanaan non farmakologis (4) : Mengurangi konsumsi garam dan upaya penurunan berat badan. Pengobatan ini biasanya tidak menjadi pengobatan tunggal tetapi menjadi pelengkap pengobatan farmakologis. Olah raga teratur dapat turunkan tahanan perifer dan berat badan. Menghindarkan faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, dan stres. Mendapatkan keadaan relaksasi seperti meditasi, yoga, dikatakan dapat mengontrol sistem saraf autonom. Ad. 2. Penatalaksanaan dengan obat Sejarah pengobatan hipertensi baru dimulai sejak tahun 1950-an. Pengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip, sebagai berikut : 1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan kausal. 2) Pengobatan hipertensi ditujukkan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. 3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi. 4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan seumur hidup. 5) Pengobatan dengan menggunakan Standar Triple Therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Diuretik Diuretik punya efek berarti hipertensi dengan cara menurunkan volume ekstaseluluer dan plasma, sehingga terjadi penurunan curah jantung. Tiazid bekerja menghambat reabsorbsi natrium di segmen kortikal ascending linib, loop henle, dan pada bagian awal tubulus distal. Hidrokloratiazid merupakan jenis yang sering dipakai dan pada pemberian oral obat ini mulai bekerja setelah 1 jam. Dosis yang sering dipakai 25 - 50 mg, 1 - 2 kali perhari. Pemberian obat yang jangka panjang dapat memberikan efek penurunan tahanan perifer. Efek sampingnya adalah hipovelemia, hiponatremia, hiperurisema, gangguan lain seperti kelemahan otot, muntah, dan pusing, kemerahan kulit, trombosis vena, dan hiperkalemia. Pada penggunaan gangguan fungsi ginjal, hasil tidak ada efeknya.

Pada keadaan ini dapat digunakan golongan lope diuretik, seperti furosemid. Golongan ini bekerja pada segmen tebal, medullary assending limb dari loop henle dan termasuk diuretik paten. Dosis furosemid umumnya 40 mg per hari. (4,6)

Alfa-bloker Alfa Bloker menghambat reseptor 1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi NE dan E sehingga terjadi dilatasi arteriol dan vena. Akibatnya terjadi reflek takikardi tetapi hanya sedikit dan denyut jantung menurun kembali setelah pemberian kronik. Hambatan vasokonstriksi dapat menyebabkan hipertensi ortostatik yang dapat menjadi simtomatik, terutama terjadi dosis awal. Alfa Bloker merupakan satu-satunya golongan anti hipertensi yang memberikan efek positif terhadap lipid darah (menurunkan kolesterol LDL dan

triglisarida dan meningkatkan kolesterol HDL), mengurangi gangguan vaskuler perifer memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan mengurangi serangan asma akibat latihan fisik, mengurangi gejala hipertrofi prostat, karena itu alfat bloker dianjurkan penggunaannya pada hipertensi disertai diabetes, dislipidemia, obesitas, asma dan perokok. Selain itu alfa bloker juga dapat dianjurkan untuk penderita yang muda aktif secara fisik dan mereka menggunakan AINS. (4,6)

Penghambat ACE Penghambat ACE (angiotensin-coverting enzyme) bekerja dengan mencegah aktivasi hormon angiotensin II dari dua perintisnya, yakni renin dan angiotensin L Karena angiotensin II mempersempit pembuluh darah, penghambat ACE secara efektif membukanya kembali sehingga menurunkan tekanan darah. Penghambat ACE efektif untuk hipertensi ringan, sedang maupun berat. Sebagai monoterapi, penghambat ACE sama efektivitasnya dengan golongan AH lainnya. Golongan anti hipertensi ini efektif pada 70% KASUS. Penurunan tekanan darah sekitar 10/5 sampai 15/12 mmHg. Besarnya penurunan tekanan darah ini sebanding dengan tingginya tekanan darah sebelum pengobatan. Penghambat ACE lebih efektif pada penderita yang lebih muda bila digunakan sendiri. Penghambat ACE oral dapat digunakan sebagai hipertensi mendesak, sedangkan preparat IV (enalaprilat) digunakan pada hipertensi darurat. (6.9)

Efek samping dari penghambat ACE seperti batuk kering 10-12% lebih sering terjadi pada wanita, rash dan gangguan pengecapan karena adanya gugus sulfhidril pada obat ini, gagal ginjal akut yang reversibel, hiperkalemia bila diberikan bersamaan dengan

penderita dengan gangguan fungsi ginjal atau diberikan dengan diuretik hemat kalium. Penghambat ACE tidak menimbulkan efek samping metabolik pada penggunaan jangka panjang yakni tidak mengubah metabolisme karbohidrat maupun kadar lipid dan asam urat dalam plasma. Penghambat ACE, disamping alfa bloker juga dapat mengurangi resistensi insulin, sehingga menjadi antihipertensi terpilih pada hipertensi dengan NIDDM atau dengan obesitas. Beberapa jenis golongan penghambat ACE seperti kaptopril, enalapril, lisinopril. Salah satunya kaptopril yang memiliki bioavailabilitas oral 60-65%, cdan berkurang bila diberikan bersamaan dengan makanan maka obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan waktu paruhnya 2,2 jam. (6,9)

Antagonis Kalsium Penghambat saluran kalsium (juga dikenal sebagai antagonis kalsium) bekerja dengan menghambat kerja kalsium dalam otot halus pada dinding arteriol. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa penyempitan otot yang sebagian disebabkan oleh kalsium, mempersempit pembuluh darah yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Bioavailabilitas oral antagonis kalsium ini rendah karena metabolisme lintas pertamanya dihati yang tinggi. Hal ini menghasilkan kadar plasma yang bervariasi. Kadar puncak yang cepat dicapai oleh kebanyakan antagonis kalsium menyebabkan tekanan darah turun dengan cepat dan ini dapat mencetuskan iskemia miokard atau serebral, selain itu dapat menyebabkan reflek simpatis yang kuat berupa takikardi, yang dapat sebabkan serangan angina serta banyak sebabkan efek vasodilatasi akut, yakni sakit kepala, pusing dan muka merah. (6,9)

B. HIPERKOLESTEROLEMIA

Prinsip

utama

pengobatan

hiperlipoproteinnemia

ialah

mengatur

diet

yang

mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma. Serta perlu menghindari faktor-faktor resiko yang dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi olah raga yang cukup dan pengawasan kadar gula dsarah pada penderita diabetes. Pengobatan hiperkolesterolemia terutama ditunjukkan bagi pasien dengan riwayat aterosklerosis prematur dalam keluarga dan dengan adanya faktor resiko lain seperti diabetes militus, hipertensi dan merokok. Pengobatan hiperlipoproteinemia meliputi penyelusuran jenis kelainan lipid pasien lalu pemberian obat sesuai dengan keadaan patofisiologi penyakit. Beberapa obat yang dapat menurunkan lipoprotein plasma : Penghambat HMGCoA reduktase Suatu kemajuan dalam pengobatan hiperkolesterolemia dengan ditemukannya kelompok baru zat yang didapat dari jamur yang bersifat kompetitor yang kuat terhadap HMGCoA reduktase yang merupakan suatu enzim yang mengkontrol biosintesis kolesterol. Obat-obat ini sangat efektif dengan menurunkan kadar LDL kolesterol plasma. Obat tersebut adalah mevastatin, lovastatin, pravastatin dan simvastatin. Tetapi dari data yang terbanyak digunakan adalah lovastatin. Kerja golongan obat ini dengan menghambat HMGCoA reduktase sehingga mengganggu sintesis kolesterol dihati dan menurunkan kadar LDL. Lovastatin telah digunakan luas kurang dari 10% penderita menunjukkan gangguan saluran cerna, sakit kepala rash (kemerahan), tetapi penggunan obat ini tidak sampai perlu menghentikan pemberian obat. (6) Probukol

Probukol menurunkan kadar kolesterol serum dengan menurunkan kadar LDL. Obat ini tidak menurunkan kadar trigliserid pada penderita. Kadar HDL menurun lebih banyak dari pada kadar LDL yang kurang menguntungkan. Efek penurunan LDL kurang kuat dibandingkan dengan resin. Walaupun probukol larut lemak obat ini diabsorbsi terbatas pada saluran cerna, tetapi kadar darah yang tinggi dapat dicapai bila obat ini dapat diberikan bersama makanan. Tidak ditemukan korelas antara kadar dalam darah dengan efek hipokolesteroleminya. Efek samping yang sering ditimbulkan berupa gastrointestinal yang ringan (diare, flatus, nyeri perut dan mual), keamanan pada anak belum diketahui. Probukol tidak boleh diberikan pada pasien infark jantung baru atau dengan kelainan EKG. (6) Resin Kolestiramin adalah garam klorida dari basic anion exchange resin yang berbau dan berasa tidak enak. Obat ini dapat menurunkan kolesterol plasma dengan cara menurunkan LDL. Penurunan kadar LDL biasanya nyata setelah 4-7 hari dan mencapai 90% efek maksimal pada 2 minggu terapi. Efek obat tergantung besar dosis, tetapi banyak pasien yang tidak tahan dengan pemberian dosis yang tinggi karena efek sampingnya dalam saluran cerna. kolestiramin dilaporkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan digunakan untuk jangka lama. Mekanisme kerja kolestiramin adalah dengan menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi steroid dalam tinja meningkat. Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan

menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol. Karena siklus enterohepatik dihambat oleh oleh resin maka kolesterol yang diabsrobsi dalam saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja. Efek samping obat ini adalah mual, muntah dan konstipasi yang berkurang setelah beberapa waktu. Konstipasi dapat dikurangi dengan makanan berserat meningkatkan aktivitas fosfatase alkali dan transaminase sementara. Akibat gangguan absorbsi lemak atau steatorea dapat terjadi ganggauan absorpsi vitamin A, D dan K serta hipoprotrombinemia. (6)

BAB II SIMULASI KASUS

1. Kasus

Tn. Pamuji, usia 35 tahun, pekerjaan PNS, alamat Jl. Dagen No. 114B Banjarmasin, datang ke klinik dengan keluhan sakit kepala, Sakit kepala sering. hilang dan timbul sejak sebulan terakhir, kadang hilang sesudah diberi panadol, kadang tidak. Nyeri terasa seluruh kepala, seperti ditekan. Pasien jarang berolah raga karena tidak ada kesempatan. Pemeriksaan fisik : TD Nadi Suhu Tinggi Badan Pemeriksaan : 170/100 mmHg. : 90 kali/menit : 37C : 160 cm dan BB : 85 kg : Kepala Mata Mulut Telinga Thorax : tidak ada tanda trauma : ODS - 1,25, sudah memakai kacamata yang sesuai : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Jantung dan paru tidak ada kelainan

Abdomen dan extremitas : tidak ada kelainan Pemeriksaan lab Diagnosa : Hiperkolesterolemia : Hipertensi dan hiperkolesterolemia

2. Tujuan dan Pengobatan Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Ini berarti tekanan darah harus diturunkan serendah

mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Pada umumnya sasaran tekanan darah pada penderita muda adalah < 140/90 mmHg (sampai 130/85 mmHg), sedangkan pada penderita usia lanjut sampai umur 80 tahun < 160/90 mmHg (sampai 145 mmHg sistalik dapat ditoleransi).(6)

Tujuan pengobatan, hiperkolesterolemia terutama ditujukan bagi pasien dengan riwayat aterioskelosis prematur dalam keluarga dan dengan adanya faktor risiko lain seperti dibates melitus, hipertensi dan merokok.

3. Daftar Kelompok Obat Beserta Jenisnya yang Berkhasiat Untuk Kasus Tersebut : 1) Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi garam dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstraseluler. a) Diuretik tiazid dan sejenisnya b) Hiroklorotiazid Klortalidon Bendro flumetiazid Indapamid Xipamid

Diuretik kuat Furosemid - biasa - Lepas lambat

c)

Diuretik hemat kalium

-

Amilorid Spironolakton

2) Beta - Bloker bekerja untuk menurunkan curah jantung dengan menurunkan resistensi perifer, menghambat pelepasan NE, menghambat sekresi renin di ginjal a) b) Kardio selektif Asebutulol Atenolol Bisoprolol Metoprolon Non selektif Alprenolol Kateolol Proponolol Himonolol

3) Alfa - Bloker bekerja menghambat reseptor alfa I di pembuluh darah terhadap efek an E. - Doxazosin - Prozozin - Terazosin Alfa, beta-broker - Labetolol 4) Penghambat ACE bekerja dengan mengurangi pembentukkan AII sehingga menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan sekresi aldosteron sehingga terjadi ekskresi Na dan air serta retensi Kalium - KaptopriI - Lisinopril

- Enalapril - Delapil - Fosinopril 5) Antagonis Kalsium - Verapamil - Nifedipin - Amlodipin - Nikardipin B. Anti Hipertensi Tambahan 1) Adrenolitik sentrol ( 2 agonis) 2) Metildopa Klonidin Guargasin

Penghambat saraf adrenogik - Reserpin - Guandetiden 3) Vasodilatator langsung Hidralazin Monoksidil

Kelompok obat atau jenis obat menurut khasiat dan keamanan dan kecocokan Kelompok/ Jenis Obat Khasiat / efek Keamanan BSO (Efek samping obat) Kecocokan (Kontra indikasi BSO)

1) Diuretik a) Diuretik tiazid Meningkatkan ekskresi Na, CL, air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstra sel. Hipokalemia, hipomag semia, hipnatremia, hiperurisemia, huperkaosenila, hiperkeolesteromia dan hipertigliserdemia. b) Diuretik kuat Efek sama dengan diuretik tiazid Sama dengan tiazid kecuali hiperkalsemia Aman untuk gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung c) Diuretik hemat kalium Meningkatkan ekskresi garam dan air kecuali kalium Penggunaan dikombinasi dengan diurik lain. Efek samping: ginekomastia, mastodnia, menstruasi tidak teatur, libido pria 1, hiperkelemia 2) Beta-Bloker (Penghambat andreno reseptor 1) Menurunkan curah jantung 2) Pemberian kronik sebabkan resistensi perifer menurun 3) Hambatan pelepasan ES: Bronkospasme, lelah, insomnia, eksoserbasi, gagal jantung,dan menutui gejala hipoglikemia: hipertrigliserimia, K1: Asma, PPOM, gagal jantung, penyakit vakuler perifer, diabetes, gagal ginjal kronik, orang tua. K1: Gagal ginjal dan gagal Jantung KI: Usia muda, gagal Jantung

Kelompok / Jenis Obat Khasiat / efek Keamanan BSO (efek samping obat) Kecocokan (Kontra indikasi BSO)

3) Alfa-Blocker (penghambat adreno reseptor )

1) Hambat reseptor 1 dipembuluh ES : Hipotensi ortostatikdarah terhadap efek NE dan E (dosis awal), pusing, sehingga terjadi dilarasi aretril dan kehilangan kesadaran vena yang akan menurunkan selintas nausea, hidung tersumbat, untuk keamanannya dosis awal resistensi perifer. 2) Mengulangi alir balik vena

Cocok untuk usia muda yang aktif, dan pengguna AINS KI : Usia lanjut (kecuali labetolol)

3) Menurunkan kolesterol LDL dan harus kecil dan sebelumtrigliserid 4) Menurunkan (untuk diabetes) 5) Bronkodilatasi, relaksasi otot polos serta kolesterol HDL meningkatkan tidur dosis ditingkatkan lagi insulin

resistensi

4) Penghambat ACE

1) Mengurangi pembentukan AII sehingga sebagai Vasodilatasi 2) Penurunan sekresi aldosterim sehingga terjadi ekskresi Na dan air serta retensi kalium

ES : Batuk kering, pada malam hari, rash, gangguan pengecap, anoreksia, inpotensi, (awal) gagal ginjal akut hiperkelena Aman diberikan pada nefrepah diabetik ES : Sakit kepala, pusing dam muka merah, edema perifer, bradiaritmia, kostipasi, retensi urin, refluks esofagus

KI : Gagal ginjal, Kehamilan ferimaster 2 dan 3

5) Antogonis kalsium

Vasodilatator

KI : Penyakit jantung koroner

Kelompok obat atau enis obat hiperlidemia menurut khasiat, keamanan dan cocok Kelompok/ Jenis Obat Khasiat / efek Keamanan BSO (Efek samping obat) Kecocokan (Kontra indikasi BSO)

l. Asam Fibrat - Klofibrat - Gemfibrozil

- Menurunkan VLDL, kolesterol clan LDL - Meningkatkan kolesterol HDL meningkat

ES: gangguan sal cerna (mual, mencret dan lainlain) ruam kulit, alo pesia, imptensi, lekopema, gangguan irama jantung, miositis mudah terbentuk batu empedu.

KI: gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui

2. RESIN - Kolestiramin

- Menurunkan kolesterol plasma, LDL - Efektif untuk hiperkolestrol familial /poligenik dimana hanya LDL yang meninggi. - Mengikat asam empedu - Mengganggu siklus Enterohepatik

ES: mual, muntah, kostipasi gangguan obsorosi vitamin A, D dan K serta Hipoprotrombinemia

3. Penghambat HMGCoA Reduktase - Lovastatin

- Menurunkan kolesterol dalam VLDL clan trigliserid - HDL kolesterol mengikat - Hambat, sintesisi kolsterol di hati

ES: Gangguan saluran cerna, sekit kepala, rash, katarak, rabdomylitus, infeksi

KI: Wanita hamil karena punya efek teratogenik

4. Asam Nikotimat (niasin/,vit+B)

- Menurunkan produksi VLDL dengan hambat lipolisis jaringan lemak - Meningkatkan lipoprotein Lipase

ES: Gatal, ruam, gangguan saluran cerna, hiperurisemia, hiperglikemia

5. Probukol

- Menurunkan LDL

- gangguan

gastrointestinal KI: ibu hamil, infark Obat Alternatif Prazozin

Pilihan obat untuk kasus diatas dan alternatifnya Uraian Obat Pilihan Nama Obat Kaptopril

BSO Generik Paten

Tablet Kaptopril Captesin Kaptopril 12,5 mg/tab Kaptopril 25 mg /tab

Tablet Prazozin Minipres Prazozin 1 mg/tab Prazozin 2 mg/tab Tablet, pasien kooperatif, bisa menelan dan dewasa 1- 2 mg/hari (awal) maximal 4 mg 1x 1 tab 1 mg,hs 1 x, karena dosis maximal terjadi 6-8 jam setelah dosis dan menurun secara perlahan

BSO yang diberikan dan alasannya

Tablet, pasien kooperatif, bisa menelan dan dewasa

Dosis referensi

25 mg (awal, maximal 100 mg)

Dosis kasus Frekuensi pemberian dan alasannya

2 x 1 tab 25 mg , 1.h ac 2x, karena waktu paruh eleminasinya sekitar 2,2 jam.

Cara pemberian dan alasan

Peroral karena bioavailabilitasnya baik (60-70%)

Peroral karena absorbsi baik

Saat pemberian dan alasan

1 jam sebelum makan, karena bioavalabilitas berkurang bila diberikan bersama makanan

Sebelum tidur karena dapat terjadi fenomena dosis pertama yaitu hipotensi ortostatik 1 minggu untuk evaluasi hasil pengobatan

Lama pemberian dan alasan

1 minggu untuk evaluasi hasil pengobatan

Uraian

Obat Pilihan

Obat alternatif

Nama Obat BSO BSO yang diberikan

Kolestipol Granul Granul , karena tersedia dalam bentuk granul saja

Lovastatin Tablet Tablet, pasien yang kooperatif dan dapat menelan

Paten , kekuatan Dosis referensi

Colestid granul 5 gr 5-30gr perhari dibagi dalam dosis tunggal atau 2 dosis terbagi

Cholvastin tablet 20mg 20-40 mg perhari

Dosis kasus Frekuensi pemberian

1 x5gr 1 kali, sebagai dosis awal Pemberian

1x 1 tab hs 1 kali, sebagai dosis awal Pemberian

Cara pemberian dan alasan

Ditelan sebagai laruan dalam sari buah untuk mengurangi rasa dan iritasi yang mengganggu.

Peroral , absobsi baik bersamaan dengan makanan

Saat pemberian

1 jam setelah pemberian obat-obatan lain untuk mengurangi gangguan absorbsi obat tersebut.

Pada saat penderita makan malam sehubungan dengan ritme diurnal sintesa kolesterol.

Lama pemberian

4 minggu untuk evaluasi hasil pengobatan

4 minggu, karena penurunan lipid 3-4mg

ANJURAN RESEP YANG BENAR DAN RASIONAL

Resep pilihan Dr.Irma Nurniyati SIP. 11/08/2006 PRAKTEK UMUM Rumah : Jln Manggis No.72 Bjm Telp.3257941 Praktek 07.00 14.00 wita Praktek: Jln. A.Yani No 10 Bjm Telp. 3267775 praktek: 17.00 - 21.00 wita Banjarmasin, 12 agustus 2006

R/ Kaptopril tab 25 mg S b.d.d tab I a.c

No XV

R/ Colestid granul 5 gr S s.d.d sachet I ah

No X

Pro

: Tn Pamuji

Umur : 35 thn BB : 85 kg Alamat : Jln dagen No 114 Banjarmasin

ANJURAN RESEP YANG BENAR DAN RASIONAL Resep obat alternatif

Dr.Irma Nurniyati SIP. 11/08/2006 PRAKTEK UMUM Rumah : Jln Manggis no 72 Bjm Telp. 3257941 Praktek 07.00 14.00 wita Praktek: Jln. A. Yani No. 10 Bjm Telp. 3267775 praktek: 17.00 -21.00 wita Banjarmasin, 12 Agustus 2006 R/ Prazosin tab 1 mg S s.d.d tab I h.s R/ Cholvastin 20 mg S s.d.d tab I h.s No X

No X

Pro Umur BB Alamat

: : : :

Tn Pamuji 35 thn 85 kg Jln dagen No 114 Banjarmasin

PENGELOLAAN OBAT Pilihan obat yang digunakan dalam anti hipertensi adalah kaptopril dari golongan

penghambat ACE dan sebagai terapi alternatifnya yaitu dengan penggunaan prazozin dari golongan alfa-bloker. Kedua penggunaan obat diatas memiliki efek samping namun untuk kondisi pasien saat ini penggunaan anti hipertensi yang paling tepat adalah kedua obat diatas. Efek samping dari kaptopril adalah batuk pada malam hari tapi ini hanya terjadi kurang dari 10% kasus dan biasanya terjadi sebagian besar pada wanita. Rash makulopapular atau morbiliform biasa reaksi ini akan menghilang bila obat dihentikan dan tidak selalu muncul kembali bila obat diberikan lagi; beberapa rash eritematosa hilang meskipun obat diteruskan. Gangguan pengecapan juga dapat terjadi pada kira-kira 7% penderita pengguna kaptopril dan gangguan ini bersifat reversibel. Penderita harus meminum kaptopril 1 jam sebelum makan karena absorbsinya akan terhambat apabila diberikan bersamaan dengan makanan. (6,9) Efek samping yang paling sering terjadi dari obat prazozin adalah hipotensi ortostatik, pusing, kehilangan kesadaran selintas, nausea, serta hidung tersumbat. Sehingga untuk keamanannya dosis awal harus diberikan sekecil mungkin dan diminum sebelum tidur kemudian dosis dapat ditingkatkan pelan-pelan. Untuk dosis awal dapat diberikan l mg/hari, kemudian dapat ditingkatkan setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg/hari dan seterusnya dengan selang waktu yang sama menjadi 4,8 dan sampai maksimum 16 mg. (6,9) Untuk terapi anti hiperkolesterolemia obat pilihan yang dipilih adalah kolestipol dari golongan penghambat HMGCoA reduktase dan sebagai obat alternatifnya adalah kolestipol dari golongan resin. Kedua obat diatas dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yaitu dengan peningkatan kadar kolesterol. Efek samping yang paling sering terjadi dengan pemberian lovastatin adalah gangguan saluran cerna kurang dari 10%, sakit kepala, rash (kemerahan), tetapi gangguan ini tidak sampai perlu menghentikan pemberian obat

tersebut. Sedangkan efek samping penggunaan kolestipol paling sering adalah konstipasi dan akan berkurang setelah beberapa waktu dan dapat dikurangi dengan makan makanan berserat. Begitu juga kolestipol akan menyebabkan warna tinja seperti dempul karena obat tersebut menghambat absorbsi lemak. (7)

Pada pasien yang mendapatkan terapi lovastatin sebelum maupun sesudah pemberian terapi fungsi hatinya harus diukur. Pada 15 bulan pengobatan awal kontrol ulang harus dilakukan setiap 4-6 minggu, kemudian kontrol secara periodik sesudahnya. Obat harus dihentikan penggunaannya apabila kadar transaminase serum meningkat dan bertahan 3x batas atas nilai normal. Serta pasien juga dinasehati agar melaporkan dengan segera nyeri otot, nyeri tekan dan rasa lemah yang tidak dapat dijelaskan. (7)

Untuk penderita diatas untuk terapi non farmakologinya dapat dilakukan seperti makan sedikit garam, menurunkan berat badan, jangan mengkonsumsi alkohol serta melakukan olah raga. (5,7,9)

PENUTUPAN

Telah dibahas suatu kasus hipertensi dengan hiperkolesterolemia pasien Tn . Pamuji, laki-

laki, dengan umur 35 tahun. pasien mengeluh sakit kepala yang sering dan hilang timbul. Tekanan darah pasien 170/100 mmHg. Pasien juga menderita hiperkolesterolemia, namun belum mendapatkan terapi antihiperkolesterolemia. Sebagai obat pilihan antihipertensinya adalah kaptopril (golongan ACE inhibitor) dan untuk obat altematifnya adalah prazosin (golongan alfa blocker). Sebagai obat pilihan anti hiperkolesterolemianya adalah Colestid (golongan resin) dan untuk obat alternatifnya dapat dipilih Cholvastin (golongan pennghambat HMGCoA reduktase).

DAFTAR PUSTAKA 1. Darmojo, R.B dkk. Knowledge and attitude of Doctors on Hypertension. Dalam : Mohammad, K. Medika. Jakarta : Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, 1985.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Sidabutar, R.P., Wiguno, P. Hipertensi Essensial. Dalam : Soeparman, Waspdji, S. dkk Ed. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1997; 205-223 Anonymous, Hypertension, 2005 (online) (http//en. wikipedia. org) diakses 10 Agustus 2006. Sidabutar RP dan Wiguno P. Hipertensi Essensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II edisi ketiga, Jakarta: FKUI,1990; 205-20 Anonymous, Hypercholesterol,2003(online)(http//www summit. contyinternist.com) diakses 10 Agustus 2006 Setiawati A dan Bustami ZS. Antihipertensi. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi 4, Jakarta; FKUI, 2001; 315-28 Suyatno FD clan Handoko TSK. Hipolipidemik. Dalam Buku Farmakologi dan Terapi edisi 4, Jakarta: FKUI, 2001:364-20 Grason CE. Hypertensn: Symtoms of' High Blood Pressure. 2004 (online) (http//www webmd.com) diakses Agustus 2006 Beevers DG. Hipertensi. Dalam Buku Seri Kesehatan Tekanan Darah, Jakarta: Dian Rakyat: 1999;21-5 Biermann EL. Gangguan pada sistem vaskuler. Dalam Horrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, volume 3, Jakarta: EGC, 2000; 1244-6

Keterangan Resep Klinik Tanggal Nama Pasien Umur No. RMK Alamat Pekerjaan Diagnosa : Orthopedi : 8 Juli 2006 : Anang Rudianto : 22 tahun : 641875 : Jl. Belitung simp. Rahmat Banjarmasin : Swasta : Osteomielitis kronis Radius sinistra

Usulan ResepPROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM ULIN BANJARMASINNama Dokter : dr Irma Nurniyati NIP : 142 524 789 UPF/Bagian : Orthopedi

Tanda Tangan Dokter Kelas I/II/III/Utama

Banjarmasin, 8 Juli 2006 R/ Sefadroksil tab 500 mg No XV S 2 d.d tab 1 a.c m et v R/ Osteocal tab No VII

S 1 d.d tab 1 h.s R/ Acetosal tab 500 mg No X S prn. 3 d.d tab 1 (jika nyeri)

Pro Umur Alamat

: Anang Rudianto : 22 tahun : JL. Belitung simp. Rahmat Banjarmasin

Analisa Resep

OSTEOMIELITIS KRONIS RADIUS SINISTRA

Oleh : Irma Nurniyati I1A098026 Pembimbing Dra. Sulistianingtyas, Apt PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT I Usulan ResepNama Dokter NIP UPF/Bagian KALIMANTAN SELATAN RUMAH SAKIT UMUM ULIN BANJARMASIN : dr Irma Nurniyati : 142 524 789 : Orthopedi Tanda Tangan Dokter Kelas I/II/III/Utama Banjarmasin, 8 Juli 2006 R/ Sefadroksil tab 500 mg No XV S 2 d.d tab 1 a.c m et v R/ Osteocal tab No VII S 1 d.d tab 1 h.s R/ Acetosal tab 500 mg No X S prn. 3 d.d tab 1 (jika nyeri) Pro Umur : Anang Rudianto : 22 tahun

Alamat

: JL. Belitung simp. Rahmat Banjarmasin