HIPERTENSI

33
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI I. PENGERTIAN Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Smith Tom, 1995) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. ( Kodim Nasrin, 2003 ). Klasifikasi hipertensi ( JNC-VI,1997) Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg) Normal Normal tinggi Hipertensi : Stage 1 ( ringan ) Stage 2 ( sedang ) Stage 3 ( berat ) < 130 130 – 139 140 – 159 160 – 179 180 – 209 < 85 85 – 89 90 – 99 100 – 109 110 < II. ETIOLOGI

Transcript of HIPERTENSI

Page 1: HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

I. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Smith

Tom, 1995)

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau

lebih besar 95 mmHg. ( Kodim Nasrin, 2003 ).

Klasifikasi hipertensi ( JNC-VI,1997)

Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal

Normal tinggi

Hipertensi :

Stage 1 ( ringan )

Stage 2 ( sedang )

Stage 3 ( berat )

< 130

130 – 139

140 – 159

160 – 179

180 – 209

< 85

85 – 89

90 – 99

100 – 109

110 <

II. ETIOLOGI

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan

besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit

lain

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan

10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer

belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah

menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi

Page 2: HIPERTENSI

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-

laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih

banyak dari kulit putih)

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan

atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,

minum alcohol, minum obat-obatan

( ephedrine, prednison, epineprin )

III. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

Page 3: HIPERTENSI

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup,

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Brunner & Suddarth, 2002).

IV. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:(Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

Page 4: HIPERTENSI

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.

7. Foto dada dan CT scan

VI. PENGKAJIAN

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan

warna kulit, suhu dingin

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,

faktor stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,

pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit

kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retinal optik

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen

Page 5: HIPERTENSI

8. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,

riwayat merokok

Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,

bunyi napas tambahan, sianosis

9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

10. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM , penyakit ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

VII. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan

penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat

ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c). Penurunan berat badan

d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok

f). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Page 6: HIPERTENSI

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan

untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat

prinsip yaitu :

a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain

b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik

atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur

c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan

pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar

oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b). Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi

rileks

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien

dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh

Page 7: HIPERTENSI

Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON

DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD

PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat

beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit

lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker,

Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1) Dosis obat pertama dinaikkan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa

diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,

reserphin, vasodilator

c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan

( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal

yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan

adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil

pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai

mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat

sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas

dan mortilitas

Page 8: HIPERTENSI

e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat

mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,

tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat

tensimeter

f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa

didiskusikan lebih dahulu

g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara

hidup penderita

h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila

penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti

hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti

hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi

dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan

efektifitas maksimal

m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan

lebih sering

o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu

yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat

diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan

pelaksanaan pengobatan hipertensi.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi

ventricular

Tujuan :

Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi

iskemia miokard

Hasil yang diharapkan :

Page 9: HIPERTENSI

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan

tehnik yang tepat

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian

kapiler

e. Catat edema umum

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt

tidur/kursi

h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan

leher

j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas

pengalihan

k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral

Tujuan :

Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit

penerangan

b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

c. Batasi aktivitas

d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan

Page 10: HIPERTENSI

f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti

kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi,

hindari konstipasi

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung

berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Tujuan :

Sirkulasi tubuh tidak terganggu

Hasil yang diharapkan :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti

ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada

keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

Haluaran urin 30 ml/ menit

Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur

b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur,

duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia

c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan

d. Amati adanya hipotensi mendadak

e. Ukur masukan dan pengeluaran

f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan

g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan diri

Tujuan :

Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan

perawatan dini

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

Intervensi :

a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan

prosedur

b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh

dengan stress

Page 11: HIPERTENSI

c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu

pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik

d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa

pemeriksaan dokter

e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk

dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.

f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan

mengangkat berat

h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium

sesuai pesanan

i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan

yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang

mengandung kafein, teh serta alcohol

j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit

Kanisius, 2001

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,

Penerbit Hipokrates, 1999

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com,

2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,

Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,

Penerbit Arcan, 1996

Page 12: HIPERTENSI

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,

2002

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,

diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta,

Penerbit Arcan, 1995

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis

dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Moore. Mary Courtney. Buku Pedoman tarapi diet dan nutrisi, jakarta : Hipocrates,

1997

Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Balai

penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 1999.

Page 13: HIPERTENSI

Fakultas Kedokteran – Universitas Diponegoro

Program Studi Ilmu Keperawatan

Program Pendidikan Profesi Ners

Keperawatan Gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S

DENGAN HIPERTENSI

DI PANTI WERDHA “ WENING WARDHOYO “ SEMARANG

I. IDENTITAS

Nama : Ny. S

Umur : 72 th

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Panti werdha Wening Wardhoyo Ungaran

Orang terdekat : Suami

Alamat orang terdekat : -

Tanggal pengkajian : 9 Agustus 2004

II. RIWAYAT KELUARGA

Kelayan dalam kehidupan berkeluarga menikah tiga kali, suami yang pertama

meninggal setelah 1 tahun menikah dan memiliki satu anak tetapi anaknya

juga meninggal saat masih bayi. Selang 1 tahun kemudian menikah lagi dan

bercerai, diakaruniai 1 orang anak namun meninggal. Kemudian kelayan

menikah lagi dengan suami yang sekarang dan tidak mempunyai anak.

Kelayan tinggal di Panti Werdha sekitar 3 tahun yang lalu bersama dengan

suaminya. Klien sering mengatakan merasa kecewa dengan anak angkat yang

telah diasuhnya karena tidak peduli, sebelumnya kelayan bertempat tinggal di

Lampung, kemudian datang ke semarang untuk menenggok anak angkatnya,

tetapi selama di semarang klien kehabisan dana sehingga tidak bisa kembali

lagi ke lampung dan anaknya tidak peduli dengan masalah kelayan. Kelayan

selalu mengatakan untuk pulang, klien mengatakan menyerah dengan

keadaan yang belum pasti ini

Page 14: HIPERTENSI

III. RIWAYAT PEKERJAAN

Status pekerjaan saat ini adalah tidak bekerja dan merupakan salah satu

penghuni Panti Werdha Wening Werdhoyo. Untuk aktivitas sehari-hari

mengikuti kegiatan yang ada di panti. Pekerjaan kelayan sebelumnya sebagai

ibu rumah tangga biasa dan sumber pendapatan dari suami yang bekerja

sebagai sopir namun setelah tua dan tidak lagi mampu bekerja mereka

mendaftarkan diri untuk tinggal di panti

IV. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Kelayan tinggal di Panti Werdha “ Wening Wardoyo “ di wisma Puntodewo

yang berpenghuni 5 orang dimana Ny S tinggal bersama suaminya Tn. M.

untuk jumlah kamar yang ada 4 buah, tetangga terdekat yaitu Ny.P . Suasana

di wisma seperti layaknya disebuah masyarakat dimana kamar merupakan

rumah dan harus dijaga untuk privasi dan keamanannya. Setiap penghuni

kamar yang meninggalkan tempat selalu menutup kamar masing-masing

V. RIWAYAT REKREASI

Kelayan mengatakan hanya tiduran saja untuk mengisi waktu luang. Saat ini

kelayan merupakan anggota penghuni panti wisma Puntodewo dimana

didalamnya merupakan suatu kumpulan sesama manula. Pada waktu rekreasi

kelayan mengikuti jadwal dari Panti.

VI. SUMBER / SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

Untuk pemantauan kesehatan penderita dipantau di poliklinik Panti dimana

dalam 1 minggu mengadakan 2 kali pelayanan pada hari Selasa dan Jum’at

dimana terdapat dokter geriatric dari RS Dr. Kariadi Semarang. Dan apabila

diluar jam pelayanan penderita mengalami sakit maka diperiksakan ke

puskesmas terdekat atau jika memerlukan pengobatan lanjut biasanya dirujuk

ke RS

VII. DESKRIPSI HARI KHUSUS KEBIASAAN RITUAL WAKTU TIDUR

Kelayan mengalami kesulitan tidur baik pada siang hari atau malam hari.

Biasanya kelayan jika istirahat siang hanya tidur-tiduran saja. Malampun

klien terganggu tidurnya, hal ini disebabkan karena kelayan sering bangun

untuk BAK setiap 1 jam sekali setiap malamnya, klien sering menguap

Page 15: HIPERTENSI

VIII. STATUS KESEHATAN SAAT INI

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu yaitu kelayan sering

mengeluhkan pusing di kepala dan leher terasa kaku serta merasa sakit pada

kaki. Sedangkan untuk kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu kelayan

mengatakan memiliki penyakit lemah jantung, dada kirinya terasa nyeri.

Untuk keluhan yang sekarang adalah pilek, batuk, pusing dan kaki masih

terasa pegel-pegel. Kelayan mengatakan pernah di opname di RS elisabeth

pada tahun 1975

Obat-obatan :

Obat – obatan yang tersedia saat ini adalah OBH

Status imunisasi : kelayan mengatakan kalau jaman dulu tidak ada imunisasi

sehingga dirinya tidak diimunisasi

Nutrisi : kelayan mengatakan kalau membatasi makanan seperti; bayam, sawi,

mlinjo, jerohan karena menganggap makanan ini dapat menyebabkan pegel-

pegel di kaki dan pusing dikepala

Riwayat penurunan berat badan

Kelayan mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 2 minggu terakhir,

BB awal 44 kg dan sekarang 42 kg

Kelayan mengetahui kalau dirinya menderita tekanan darah tinggi dan untuk

menurunkannya kelayan sudah mengetahui untuk makan rendah garam dan

membuat ramuan tradisional dari mentimun.

IX. STATUS KESEHATAN MASA LALU

Kelayan mengatakan kalau jaman kecilnya tidak pernah sakit yang berat,

cukup dibiarkan saja sudah sembuh

X. TINJAUAN SISTEM

1. Umum

Kondisi umum penderita baik, penderita mengatakan kadang tidurnya

terganggu akibat sering kencing dimalam hari, merasa pusing, pilek dan

batuk

Tanda vital : Pada hari Senin, 9/08/04

Page 16: HIPERTENSI

TD : Tidur : 160/90 mmHg

Duduk : 160/90 mmHg

Berdiri : 150/90 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Suhu : 37,50C

BB : 42 kg

TB : 156 cm

2. Integumen

Pada tubuh kelayan tidak ada lesi dan luka. Untuk rambut sudah

mengalami perubahan yaitu memutih dan sedikit. Kuku-kuku pasien

bersih dan terpotong rapi.

3. Hemopoetik

Kelayan tampak mengalami anemia, konjungtiva putih pucat, belum

dilakukan pemeriksaan laborat.

4. Kepala

Kelayan mengatakan kepalanya pusing

Pemeriksaan kepala kelayan : bentuk kepala mesocephal, rambut memutih

tapi belum semua, tipis dan sedikit, tidak ada luka, bersih, tidak berkutu.

5. Mata

Kondisi mata kelayan sudah mengalami perubahan dalam penglihatan

agak sedikit kabur Mata kelayan berwarna putih kemerahan dan terlihat

keruh.

6. Telinga

Pendengaran kelayan belum berkurang. Pada saat wawancara kelayan

masih bisa mendengar dengan suara biasa . Kelayan mengatakan belum

pernah sakit telinga . Untuk kebersihan telinga kelayan cukup terjaga.

7. Hidung dan Sinus

Kelayan mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap udara dingin,

sekarang hidung keluar air karena sedang pilek

Page 17: HIPERTENSI

8. Mulut dan tenggorok

Kelayan mengatakan ditenggorokan seperti ada riak yang tidak bisa

keluar, klien juga mengeluhkan kesulitan jika mengunyah makanan

karena sudah ompong. Mengalami perubahan suara saat batuk menjadi

serak. Kelayan mengatakan jarang menggosok gigi karena giginya sudah

mulai ompong.klien sering menguap.

9. Leher

Kelayan mengatakan saat ini tidak mempunyai masalah dengan lehernya,

tetapi dulu pernah beberapa kali merasakan berat di tengkuk, terasa pegel.

Kelayan masih bisa menggerakkan leher dengan tidak terbatas. Kelayan

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

10. Payudara

Kelayan mengatakan tidak ada masalah dengan payudaranya hanya

sekarang sudah mulai kempet/mengecil tidak seperti waktu masih gadis.

11. Pernafasan

Kelayan mengatakan tidak pernah sesak napas hanya batuk saja

Hasil pemeriksaan :

Inspeksi : simetris, retraksi dada (-)

Palpasi : simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi : SD : bronkhial

ST : Ronkhi (-) Wheezing (-) Hantaran (+)

12. Kardiovaskuler

Kelayan mengatakandadanya terasa nyeri

Hasil pemeriksaan :

Inspeksi : IC tak tampak

Palpasi : IC teraba intercosta 4 – 5 mid 2 cm mid klavikula

sinistra

Perkusi : Konfigurasi bergeser

Auskultasi : HR 80 x / menit regular, SI-II murni, bising/gallop (-)

Page 18: HIPERTENSI

13. Gastro Intestinal

Kelayan mengatakan mempunyai penyakit maag, jika makannya telat

kelayan merasa nyeri pada perutnya, kelayan juga mengatakan nafsu

makannya berkurang tidak seperti dulu, makan habis ¼ piring, 3 kali

sehari, minum 4 gelas perhari jenis air putih, the. LILA : 12cm

14. Perkemihan

Kelayan mengatakan sering BAK, hampir setiap jam BAK diwaktu

malam hari dan sekitar 4 – 6 kali disiang hari. Kelayan tidak mengeluhkan

tentang nyeri saat berkemih. Kelayan mengeluh capek untuk bolak-balik

kekamar mandi. Pengasuh pun mengatakan kalau Ny S serin bolak – balik

kamar mandi dan urinenya tercecer saat mau ke kamar mandi.

15. Genito Reproduksi

Kelayan mengatakan tidak ada masalah, kelayan sudah menopouse dan

untuk kebutuhan seksual sudah berbulan – bulan kelayan tidak

melakukannya lagi karena suami tidak berhasrat lagi demikian pula

dengan kelayan

16. Muskuloskleletal

Kelayan mengatakan kalau kakinya terasa pegel-pegel .Sekarang jika

berjalan harus pelan-pelan dan jika berdiri dari duduk atau tidur harus

berpegangan terlebih dahulu. Jalan kelayan pelan dan sedikit

membungkuk.

17. Sistem syaraf pusat

Kelayan mengatakan pernah merasakan sakit kepala dan tengkuk terasa

berat.

18. Sistem Endokrin

Page 19: HIPERTENSI

Kelayan mengatakan masih bisa membedakan antara panas dan dingin,

serta masih bisa merasakan. Kelayan tidak mengalami kebiasaan makan

yang berlebihan atau minum yang berlebihan

I. ANALISA DATA

NO DATA MSL KEPERAWATAN

1 DS ;

Status

kesehatan umum selama setahun

terakhir yaitu kelayan sering

mengeluhkan pusing di kepala dan leher

terasa kaku

Kelayan

mengatakan pernah merasakan sakit

kepala dan tengkuk terasa berat

DO :

TD

:

Tidur

:

160/90 mmHg

Duduk : 160/90 mmHg

Berdiri : 150/90 mmHg

Nadi : 80

x / menit

Nyeri ( sakit kepala )

berhubungan dengan

peningkatan tekanan

vaskuler serebral

2 DO :

Kelayan mengatakan tidurnya

terganggu akibat BAK setiap 1 jam

setiap malam

Gangguan pemenuhan

istirahat tidur ( kurang

dari kebutuhan )

berhubungan dengan

Page 20: HIPERTENSI

Pengasuh mengatakan kelayan sering

bolak – balik kamar mandi dan

urinenya tercecer saat mau ke kamar

mandi

DS :

Mata putih agak merah

Klien sering menguap

TD :

Tidur : 160/90 mmHg

Duduk : 160/90 mmHg

Berdiri : 150/90 mmHg

Nadi : 80 x / menit

seringnya terbangun

malam sekunder

inkontinensia urine

3 DS :

Kelayan mengatakan pilek dan sering

batuk serta ditenggorokan seperti ada

riak yang sulit keluar

DO :

Keluar sekret dari hidung

Batuk ( + )

Ronkhi (-), Hantaran (+)

Suara serak

Suhu : 37,50C

Gangguan bersihan jalan

nafas berhubungan

dengan penumpukan

sekret pada trakhea

4 DS :

Kelayan mengatakan nafsu makannya

berkurang, dan perutnya terasa sakit

jika telat makan

DO :

Konjugtiva anemis

Makan habis 1/ 4 piring

Pemeriksaan BB terakhir turun 2 kg

BB : 42 kg

Resiko tinggi gangguan

pemenuhan kebutuhan

nutrisi ( kurang dari

kebutuhan ) berhubungan

dengan anoreksia,

kesulitan mengunyah

Page 21: HIPERTENSI

TB : 156 cm

LILA : 12 cm

Gigi ompong

5 DS :

Kelayan mengatakan sudah menyerah

dengan keadaan yang terjai pada

dirinya

Kelayan sering mengungkapkan

keinginan untuk pulang dan kecewa

terhadap anaknya

DO

TD :

Tidur : 160/90 mmHg

Duduk : 160/90 mmHg

Berdiri : 150/90 mmHg

Tinggal dipanti selama 3 tahun

Keputusasaan

berhubungan dengan

terpajan stress psikologis

yang lama

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral

2. Gangguan pemenuhan istirahat tidur ( kurang dari kebutuhan )

berhubungan dengan seringnya terbangun malam sekunder inkontinensia

urine

3. Gangguan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret

pada trakhea

4. Keputusasaan berhubungan dengan terpajan stress psikologis yang lama

5. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ( kurang dari

kebutuhan ) berhubungan dengan anoreksia, kesulitan mengunyah

Page 22: HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

DIANA TRI LESTARI

G6B 204 011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Page 23: HIPERTENSI

2004