Hikmah setelah mengalami gangguan jiwa
-
Upload
bagus-utomo -
Category
Health & Medicine
-
view
67 -
download
7
Transcript of Hikmah setelah mengalami gangguan jiwa
Hikmah setelah mengalami
gangguan jiwa
Oleh: Bagus Utomo ([email protected], twit @bagus)
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (http://www.peduliskizofrenia.org)
Jadi mengenal diri sendiri dgn lebih baik
Contohnya: Kalo begdang, paginya jadi ngaco moodnya, jadi saya batasi diri kalo
malem gak boleh tidur lewat dari jam 1. Kalo lelah atau lapar, gampang marah. Jadi kalo
pulang kerja mesti makan dan istirahat yang cukup dulu baru ngobrol sama keluarga.
Saya bilangin bapak ibu juga supaya gak usah ngajak ngomong banyak atau hal2
penting kalo saya belom makan atau istirahat. Menghindari pikiran yg terlalu rumit dan
nggak membantu meringankan perikehidupan riil saya sehari2. Istilahnya diet pikiran. Gak
perlu nonton TV, kecuali humor, FTV, film, musik dan sedikit gosip artis. Mencari hobi yg
menyenangkan, biar terhibur dan bisa menyerap energi fisik dan otak saya yg berlebihan.
Mencicil pekerjaan/tugas kantor, biar nggak stres2 amat mendekati deadline. Nonton just
for a laugh atau video pengetahuan dan pemandangan2 indah di youtube buat
hiburan. Rekreasi, motoran, nyetir mobil, hiking, miara ikan dll. Kegiatan sosial. Yang masih
kurang=olahraga
Jadi tau bahwa perlu menerima dan
menyayangi diri sendiri
Saya dulu kurang sadar soal ini. Jadi cenderung berusaha membuktikan diri bahwa saya
cukup berharga untuk disayang ortu, atau diterima dalam kelompok sosial di
sekolah/kuliahan. Atau memandang bahwa saya gak cukup keren untuk pacar saya.
Lama2 sadar juga kalo hidup kayak gitu capekdeh.com. Sayangnya saat memasuki
dunia dewasa nggak ada yg ngasih masukan soal itu. Atau sayanya juga udah kelibet
jaring mindset yg cupet, sehingga orang2 udah berusaha ngasih tau, sayanya nggak
nyadar2. Ngeyel. Tapi syukurlah akhirnya saya paham bahwa kita ini mesti sadar dan
fokus sama potensi diri kita yg baik2, yang positif2. Kita dulu yg menerima diri kita dengan
segala kekurangan dan kelebihan kita. Apresiasi dari orang lain, bonus rahmat dari Tuhan.
Sama2 pentingnya sih. Dengan begitu kita jadi lebih enjoy ama kondisi diri kita sendiri.
Hidup jangan lempeng2 amat
Hidup kalo terlalu lempeng, kitanya jadi bodo. Disiplin batu. Kalo dah ditaro di satu titik
diem aja gak fleksibel. Padahal jalan gak selalu lempeng, gak selalu mulus. Kalo ada
lobang jangan diterjak –kata orang betawi, jangan dihajar bleh. Tar pelek bisa penyok
atau yang fatal bisa patah as. Repot dah. Hidup ini mesti siap berbuat kesalahan dan
kegagalan. Sebab kalo menerima kesuksesan sih orang pada berebutan. Kalo gagal kan
gak gitu. Padahal gagal, salah itu sama pentingnya sama kesuksesan buat hidup kita.
Salah juga masih bisa minta maaf kok. Tuhan aja Maha Pemaaf.
Jadi sadar bahwa kesehatan jiwa sama
pentingnya sama kesehatan raga
Tadinya kan taunya kalo kesehatan jiwa itu ngikut kesehatan raga aja. Tapi ternyata gak
tepat demikian. ternyata ada yg namanya Bio Psiko Sosial.
Jadi tau pentingnya psikolog dan
psikiater
Trus juga baru tau ada profesi perawat jiwa, pekerja sosial, relawan kesehatan jiwa dll.
Tapi sampe sekarang masih takut ama psikiater. Soale kayak berhadapan ama
paranormal. Takut diterawang, hahaha...
Baru tau ada istilah "self medicating"
Rupanya dari dulu saya suka coba2 minum macem2 suplemen atau jamu dari tonikum
bayer, sakatonik liver, neurobion dll itu bagian dari instink saya untuk menyembuhkan diri
sendiri(self medicating). Untungnya saya nggak merokok, jadi nggak nyambung nyoba
narkoba. Saya juga baru tau kalo orang yg toleransinya terhadap alkohol tinggi, kalo
minum alkohol gak gampang mabok, justru tanda bahwa dia punya kerentanan
alkoholisme. Banyak yg terjerumus ke masalah kecanduan karena "self medicating" ini.
Mungkin itu akibat udah merasakan gejala dan secara insting mengobati sendiri.
Baru tau ada yang namanya "rentan
gangguan jiwa"
Akhirnya saya dan adik2 saya bisa menerima kalo kami termasuk kelompok resiko rentan
terhadap gangguan jiwa. Kami juga bisa menerima bahwa ini bukan sebuah kelemahan,
tapi pengetahuan yang bisa disikapi dengan baik dengan modal pengetahuan
kesehatan jiwa yang modern. Kemudian belajar untuk mendiskusikan masalah secara
sehat dan terbuka. Nggak ada masalah yg tabu2 amat untuk dibahas secara dewasa.
Mengetahui bahwa kami rentan gangguan jiwa nggak membuat kami sedih atau rendah
diri. Tapi justru membawa kesadaran baru mengenal diri lebih baik. Dan sadar bahwa kita
perlu mengedukasi keluarga. Kalau tidak bisa menghadapi sendiri kami sadar bahwa
psikolog atau psikiater memiliki keahlian membantu kita.
Jadi sadar tentang tentang adanya
STIGMA
Dulu saya suka ngetawain 'orang gila". Eh taunya kakak saya sendiri ngalamin. saya dan
adik2 jadi ngetawain diri sendiri, kualat kali ya :D Tapi nggak sih. Ya kami jalanin aja.
Mungkin pengalaman ini juga memberi sudut pandang buat kami tentang stigma
terhadap gangguan jiwa. Stigma dari masyarakat maupun self stigma, harus dihapus dari
bumi Indonesia. Hanya dengan begitu, Indonesia bisa jadi bangsa yg beradab dan
percaya diri.
Jadi makin sadar perlunya pluralitas,
kemajemukan
Semua manusia kan pernah sedih. Baik sebentar maupun rada panjangan dikit. Pernah
mengkhayal yg gak masuk akal. Pernah bercita2 yg aneh2. Ada juga yang fanatik,
sampe merasa paling bener sendiri. Gak semuanya perlu didiagnosa terganggu jiwanya.
Gak perlu juga kita semua harus sejalan, seiya sekata. Justru kesadaran kesehatan jiwa
menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga kemajemukan. Menjaga kemajemukan
adalah kepentingan kita semua. Edukasi tentang masalah gangguan jiwa memang perlu,
biar yg merasa kualitas hidupnya terganggu sama gangguan jiwa yang dialami bisa
datang konsultasi ke profesional kesehatan jiwa tanpa gengsi atau takut. Tapi
bagaimana kita mengajak seluruh bangsa Indonesia tidak mendiskriminasi ODMK
dimanapun berada, khususnya mereka belum sadar bahwa sedang sakit/mengalami
gangguan jiwa, tidak mampu secara finansial atau memang memilih tidak berobat, itu
butuh kesadaran keberagaman. Bahwa setiap ciptaan Tuhan unik, mulia dan sederajat.
Gangguan jiwa tertentu ada kaitannya
sama kreatifitas tinggi
Banyak sekali teman2 yg senang sekali menghubungkan skizofrenia atau bipolar disorder
dengan kecerdasan(IQ). Kalo yg saya baca2 dari jurnal2, gak ada korelasi kuat soal
ini(cmiiw). Tapi kaitan dengan kreatifitas ada. Dan bagi saya kreatifitas itu lebih
komprehensif daripada sekedar angka IQ. Kata Einstein, dia gak menemukan teori
relatifitas dari pemikiran rasional dia. Makanya dia bilang Imagination is greater than
knowledge. Kreatifitas membuat jiwa kita bebas berfikir melewati batas2. Diimbangi
kemampuan rasional, imajinasi dapat diuji dan dituangkan ke dalam realitas. Dalam hal
Einstein, melalui rumus2 fisika. Jadi ada jembatan antara imajinasi dan realitas. Tanpa
adanya jembatan ke realitas, imajinasi jadi pepesan kosong yang sulit diterima
masyarakat. Shuster menciptakan figur superman yang mengenakan kancut di luar dan
bersayap seperti seprai dengan kekuatan super dan sorot mata membakar bisa
diapresiasi publik karena dia dapat menuangkannya dalam medium komik.
Jadi punya Empati sama orang lain
Gampang kesian. Tapi jangan sampe lupa ngerawat diri sendiri. Empati disini maksudnya
bukan cuma gampang kesian doang. Tapi juga bisa memikirkan bagaimana sudut
pandang orang lain dalam memandang suatu masalah. Dan put that into account,
menjadikan bahan pertimbangan yg sehat dalam menentukan sikap. Dengan memiliki
empati, pintu kebijaksanaan terbuka buat kita, karena kita dapat memahami berbagai
sudut pandang, memaklumi dan mengakomodasi. Orang akan bahagia bila
pendapatnya diakomodasi dengan baik. Bila ditolakpun, kita bisa memberikan argumen
yg bersahabat sehingga orang tidak sampai merasa tertolak :)
Menemukan makna hidup dan
spiritualitas
Kata psikiater Viktor E Frankl, proses menemukan makna hidup sangat2 penting bagi
penderita gangguan jiwa. Liat video beliau
di http://www.ted.com/speakers/viktor_e_frankl.html. Saya setuju. Dalam hal ini kita nggak
boleh terjebak dalam sudut pandang yg mudah menghakimi. Kalo ada yg merasa flat,
datar terhadap konsep Tuhan, merasa ingin pindah agama, menjadi skeptis dan atheis.
Inilah realitas kehidupan yang harus kita sikapi dengan bijak. Semua ini adalah sebuah
proses menemukan jati diri dan menemukan kesadaran eksistensi kita di semesta ini. Ini
bukan sebuah proses yg final. Bermurah hatilah. Hikmah itu urusan sang Pencipta
kehidupan. Tapi jangan mikir yang berat2 dulu. Istirahat. Harapannya dengan terapi dari
profesional kesehatan jiwa, nanti kalo udah pulih baru bisa mikir lebih baik. Barulah
tentukan pilihan2 penting dalam hidup kita.