Hikmah Muamalah.pdf

12
(Tinjauan Filosfis Tentang Muamalah) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam Disusun Oleh Alfian Muhammady Yusuf Jamaluddin Abunidal Al-Kahfi JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 Filsafat Hukum Islam

Transcript of Hikmah Muamalah.pdf

Page 1: Hikmah Muamalah.pdf

(Tinjauan Filosfis Tentang Muamalah)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam

Disusun Oleh

Alfian Muhammady

Yusuf Jamaluddin

Abunidal Al-Kahfi

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Filsafat Hukum Islam

Page 2: Hikmah Muamalah.pdf

1 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Pendahuluan

Kaidah-kaidah pembentukan hukum islam, diambil berdasarkan penelitian terhadap

hukum-hukum syara‟, Illatnya, dan hikmah (filsafat) pembentukannya.1 Tujuan Syari‟

dalam pembentukan hukumnya, yaitu mewujudkan kemaslahatan manusia dengan

menjamin kebutuhan primérnya (dharuriyah), memenuhi kebutuhan sekundérnya

(hajiyah) serta kebutuhan térsiér (tahsiniyah)

Pengertian Maslahat secara bahasa adalah sesuatu yg mendatangkan kebaikan2; atau

perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia3. Secara umum

bermakna segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti menarik atau

menghasilkan keuntungan dan kesenangan; atau dalam arti menolak kerusakan. Dapat

disimpulkan bahwa pengertian maslahat dalam pengertian Bahasa (umum) merujuk pada

tujuan pemenuhan kebutuhan manusia dan karenanya mengandung pengertian untuk

memenuhi hawa nafsu. Sedangkan pada maslahat dalam pengertian syariat yang menjadi

rujukan adalah tujuan syariat, tanpa melepaskan kebutuhan manusia, yaitu mendapatkan

kesenangan dan menghindarkan ketidaksenangan.

Keistimewaan Maslahah syariah dibandingkan dengan maslahah dalam artian umum:

1. Yang menjadi sandaran dari maslahat itu selalu petunjuk syara‟, bukan semata

berdasarkan akal manusia.

2. Maslahat tidak terbatas pada rasa enak dan tidak enak dalam artian fisik jasmani

saja, melainkan juga enak dan tidak enak dalam artian mental-spiritual atau secara

ruhaniyah.

Semua ulama‟ sependapat tentang adanya kemaslahatan dalam hukum yang ditetapkan

Allah. Namun mereka berbeda pendapat tentang “apakah maslahat itu mendorong Allah

untuk menetapkan hukum, atau karena ada sebab lain ?4” Namun demikian, perbedaan

tersebut tidak memberi pengaruh apapun secara praktis dalam hukum.

1. Ulama yang berpendapat bahwa Allah menetapkan hukum bukan karena

terdorong untuk mendatangkan kemaslahatan, tetapi semata-mata karena iradat

dan kodrat-Nya. Tidak sesuatupun yang mendesak, mendorong atau memaksa

Allah menetapkan hukum. Ia berbuat menurut kehendak-Nya

2. Ulama lainnya berpendapat bahwa tujuan Allah menetapkan hukum atas hamba-

Nya adalah untuk mendatangkan kemaslahatan kepada hamba-Nya. Karena kasih

sayang-Nya, maka Ia menginginkan hamba-Nya selalu berada dalam

kemaslahatan. Untuk itulah Ia menetapkan hukum.

Dari segi kekuatannya sebagai hujjah dalam menetapkan hukum, maslahat ada 3 macam,

yaitu dharuriyah, hajiyah, dan tahsiniyah.5 Hal yang bersifat dharuriyah yaitu sesuatu

yang menjadi pokok kebutuhan manusia, dan wajib adanya untuk menegakkan

kemaslahatan bagi manusia itu. Apabila tanpa adanya sesuatu itu, maka akan terganggu

1 Khallaf, abdul Wahhab (2002) Kaidah-Kaidah Hukum Islam.Jakarta:RajaGrafindo Persada

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia

3 Syarifuddin,Amir (2011). Ushul Fiqh.Jakarta:kencana

4 Ibid

5 Khallaf, abdul Wahhab Op Cit

Page 3: Hikmah Muamalah.pdf

2 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

keharmonisan kehidupan manusia serta terjadilah kerusakan bagi mereka. Hal-hal yang

bersifat dharuri bagi manusia dalam pengertian ini berpangkal kepada lima perkara:

Agama, Jiwa, Akal, Kehormatan, dan Harta.

Sedangkan hal yang bersifat hajiyah adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia

dengan maksud untuk membuat ringan. Apabila hal itu tidak terpenuhi, tidak berarti

dapat merusak keharmonisan kehidupan manusia hanya saja manusia akan menerima

kepayahan dan kesulitan. Hal ini berpangkal pada tujuan menghilangkan kepayahan dan

mengurangi kesulitan.

Dan tahsiniyah adalah sesuatu yang dituntut oleh norma dan tatanan hidup, serta

berprilaku menurut jalan yang lurus. Hal ini berpangkal pada akhlak mulia, tradisi yang

baik, serta segala tujuan perikehidupan manusia menurut jalan yang paling baik6

Untuk berupaya mencari dan mendapatkan harta, islam mewajibkan usaha mencari rizki

dan memperbolehkan muamalah, tijarah, mudharabah dan beberapa rukhsah dalam akad

yang tidak tertutup untuk dikembangkan sepanjang tidak ada dalil yang

mengharamkannya; untuk memelihara dan menjaga harta islam mengharamkan penipuan,

boros, kikir, khianat, dan memakan harta manusia secara batil (aniaya), serta

mengharamkan riba, dengan demikian jelaslah bahwa islam mensyariatkan hukum dalam

bidang muamalah dengan tujuan menjamin keperluan dharuriyah, hajiyah, dan

tahsiniyah manusia dengan cara mewujudkan, memelihara, dan menjaganya.7

6 Syarifuddin,Amir op cit

7 Khallaf, abdul Wahhab Op Cit

Page 4: Hikmah Muamalah.pdf

3 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Pembahasan

A. Pengertian Muamalah

Kata Muamalah berasal dari Bahasa arab yang secara etimologi semakna dengan kata

mufa’alah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan mereka.8

Obyek muamalah dalam islam mempunyai bidang amat luas, sehingga al-quran dan as-

sunnah secara mayoritas membicarakan persoalan muamalah dalam bentuk global,

dengan mengemukakan berbagai prinsip dan norma yang menjamin prinsip keadilan

dalam bermuamalah antara sesama manusia.

Perkembangan jenis dan bentuk mualamah yang dilaksanakan oleh manusia sejak dahulu

sampai sekarang sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan pengetahuan manusia itu

sendiri. Atas dasar itu, di jumpai dalam berbagai suku bangsa jenis dan bentuk muamalah

yang beragam, yang esensinya adalah saling melakukan interaksi sosial dalam upaya

memenuhi kebutuhan masing-masing. Allah ta‟ala berfirman dalam surat al-isra‟ ayat 87:

قل كل ي عمل على شاكلته Katakanlah, "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing (caranya

sendiri-sendiri)9

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan

inovasi terhadap berbagai bentuk muamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan

mereka, dengan syarat bahwa bentuk muamalah hasil inovasi ini tidak keluar dari prinsip-

prinsip yang telah ditentukan oleh islam.

Hikmah Jual Beli:

Jual beli dalam syariat maksudnya dalah pertukaran harta dengan harta dengan dilandasi

saling rela atau pemindahan kepemilikan dengan penukaran dalam bentuk yang

dizinkan10

. Dasar disyariatkannya jual beli adalah Qur‟an (albaqarah: 2:275) , Sunnah,

dan Ijma‟ kaum muslimin.

وأحل اهلل الب يع وحرم الرباواAllah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba

Allah mensyariatkan jual beli untuk memberikan kelapangan kepada hamba-hamba-Nya.

Sebab, setiap orang dari suatu bangsa memiliki banyak kebutuhan berupa makanan,

pakaian, dan lainnya yang tidak dapat diabaikan selama dia masih hidup. Dia tidak dapat

memenuhi sendiri semua kebutuhan itu, sehingga dia perlu mengambilnya dari orang

lain. Dan, tidak ada cara yang lebih sempurna untuk mendapatkannya selain dengan

pertukaran. Dia memberikan apa yang dimilikinya dan tidak dibutuhkannya sebagai ganti

atas apa yang diambilnya dari orang lain yang dibutuhkan.

8 Haroen,Nasrun(2007),Fiqh Muamalah.Jakarta:Gaya Media Pratama

9 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi(1466),Tafsir Jalalain

10 Sabiq,Sayyid (2012) Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing

Page 5: Hikmah Muamalah.pdf

4 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Pada prinsipnya, perdagangan akan menguntungkan semua pihak (trade can make

everyone better off11

). Meskipun kita akan bersaing dalam berbelanja, karena masing-

masing ingin membeli barang dengan kualitas bagus dan harga murah, ini tidak berarti

kita akan hidup lebih baik dengan cara mengisolasi diri dari orang lain. Apabila

pengisolasian dilakukan maka kita harus menanam pangan sendiri, membuat pakaian

sendiri, membangun rumah sendiri. Dengan demikian, jelas kiranya bahwa kita

memperoleh keuntungan melalui perdagangan dengan orang lain.

Hikmah disyariatkannya ijarah (penyewaan)

Yang dimaksud dengan ijarah adalah akad untuk mendapatkan manfaat sebagai imbalan.

Penyewaan disyariatkan berdasarkan al-Quran (az-Zukhruf[43]:32), Sunnah, dan ijma,

ulama. Akad ini disyariatkan mengingat kebutuhan manusia terhadapnya. Mereka

membutuhkan rumah untuk ditinggali, membutuhkan binatang untuk ditunggangi, dan

membutuhkan alat untuk digunakan memenuhi kebutuhan hidup mereka.12

Hikmah mudarabah/qiradh

Mudarabah disebut juga qiradh artinya akad antear dua pihak yang mengharuskan salah

satu dari keduanya untuk menyerahkan sejumlah uang kepada yang lain untuk

diperdagangkan, dengan ketentuan keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan

keduanya. Hukum mudarabah adalah boleh berdasarkan ijma. Islam membolehkan

mudarabah demi memberikan kemudahan kepada manusia. Terkadang sebagian dari

mereka memiliki harta, namun tidak mampu mengembangkannya dan sebagian yang lain

memiliki kemampuan untuk mengembangkan harta, tetapi tidak memiliki harta. Karena

syariat membolehkan muamalah ini agar masing-masing dari keduanya bisa mendapatkan

manfaat. Pemilik harta mengambil manfaat dari keahlian orang yang mengembangkan

modal, dan dia dapat mengambil manfaat dari harta yang dikembangkannya. Dengan

demikian terwujud kerja sama antara harta dan keahlian. Allah tidak mensyariatkan suatu

akad kecuali untuk mewujudkan kemaslahatan dan menjauhkan bencana13

Hikmah diharamkan Riba

Semua agama samawi menyatakan haram terhadap riba, sebab ia banyak mengandung

bahaya yang sangat banyak. Diantaranya:

1. Riba dapat menimbulkan permusuhan dan menghancurkan ruh saling tolong-

menolong diantara sesama. Sementara semua agama, terutama islam,

menganjurkan agar saling tolong-menolong dan mendahulukan orang lain.

Disamping itu, islam sangat membenci sifat egoism dan eksploitasi jerih payah

orang lain.

2. Riba dapat mengakibatkan timbulnya kelas tersendiri bagi orang-orang kaya yang

enggan bekerja. Riba juga mengakibatkan perputaran harta hanya pada mereka

tanpa ada usaha yang mereka kerjakan, sehingga mereka menjadi bak tumbuhan

parasit yang tumbuh dilahan orang lain.

11

Mankiw ,N. Gregory (2009) Principle of Economics. Harvard University: Worth Publishers 12

Sabiq, sayyid op cit 13

Ibid

Page 6: Hikmah Muamalah.pdf

5 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Mengapa ada bunga dalam perekonomian ?

Homer dan Sylla menjelaskan bahwa bunga uang telah dikenal jauh sebelum Masehi,

yaitu sejak zaman Sumeria dan Babylonia purba tahun 3000 SM. Jadi umur konsep bunga

telah teramat tua, setua itu pula larangan mengenakan bunga, paling tidak larangan bunga

dapat ditemukan di kitab Taurat,Injil, dan Al-Quran.

Dalam sejarah ekonomi eropa, dibedakan antara usury dan interest. Usury didefinisikan

sebagai kegiatan meminjamkan uang “the activity of lending someone money with the

agreement that they will pay back a very much larger amount of money later”14

kata

usury berasal dari kata benda dalam Bahasa latin „usura’ yang berarti “menggunakan

sesuatu”. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan adalah menggunakan modal yang

dipinjam, jadi Usury adalah harga yang harus dibayar untuk menggunakan uang15

Sedangkan kata interest berasal dari kata kerja dalam Bahasa latin „Intereo‟ yang berarti

“to be lost”. Jadi pada awalnya interest tidak mempunyai konotasi keuntungan, bahkan

sebaliknya ia mempunyai konotasi kerugian16

. Tepatnya kompensasi untuk mengganti

kerugian. Istilah interest dalam konteks mengganti kerugian ini menjadi istilah standar

pada sekitar tahun 1220. Sejak itulah interst berarti “compensation or penalty for delayed

repayment of a loan”17

Dalam perkembangan selanjutnya, Interest bukan saja diartikan ganti rugi atas kerugian

nyata (real loss) seperti keterlambatan pembayaran hutang, namun Interest juga diartikan

sebagai ganti rugi atas kerugian akibat hilangnya kesempatan (opportunity loss)18

.

Meminjam uang, dianggap suatu kegiatan yang menghilangkan kesempatan untuk

mendapatkan manfaat dari modal yang dipinjam.

Konsep uang dalam ekonomi islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi

konvensional. Dalam ekonomi islam uang tidak identic dengan modal19

. Dengan kata

lain, jika dan hanya jika uang diinvestasikan dalam proses produksi, maka kita baru akan

mendapatkan lebih banyak uang. Sedangkan karena dalam konsep konvensional apakah

uang itu diinvestasikan dalam proses produksi atau tidak mereka tetap harus mendapat

lebih banyak uang. Disinilah letak keanehan teori bunga (interest theory) yang

dikemukakan oleh para ekonom konvensional20

Uang dalam Prespektif Islam

Dalam khazanah hukum islam, terdapat beberapa istilah untuk menyebut uang; antara

lain: Nuqud21

, atsman22

, fulus23

, sikkah24

, dan umlah25

. Akan tetapi ulama fikih pada

umumnya lebih banyak menggunakan istilah nuqud dan tsaman dari pada istilah lainnya.

14

Cambridge Advanced Learner's Dictionary - 3rd Edition 15

Sidney Homer dan Richard Sylla (1998), A history of interest Rates. London: Rutgers University Press 16

Karim, Adiwarman (2011), Ekonomi Makro Islami 17

Sidney Homer dan Richard Sylla op cit 18

Konsep ganti rugi dalam islam dikenal dengan istilah ta’widh 19

harta benda yg dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yg menambah kekayaan. 20

Karim, Adiwarman op cit 21

Bentuk jaman dari Naqd 22

Bentuk jamak dari tsaman, dilihat dari sudut Bahasa, atsman memiliki beberapa arti, antara lain qimah, yaitu nilai sesuatu, dan “harga pembayaran barang yang dijual”

Page 7: Hikmah Muamalah.pdf

6 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Dalam merumuskan pengertian nuqud, sebagian ulama mengartikannya dengan “semua

hal yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi” ulama‟ lain

mendefinisikan dengan “segala seusatu yang diterima secara umum sebagai media

pertukaran dan pengukuran nilai”.

Ahmad Hasan menjelaskan bahwa kata nuqud tidak terdapat dalam al-Quran maupun

hadits, karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukan

harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari

emas, kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga

menggunakan kata wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata „Ain untuk

menunjukkan dinar emas. Sedangan fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan

yang digunakan untuk membeli barang-barang yang murah.

Menurut penulis, dilihat dari segi fungsinya dalam pandangan islam maupun

konvensional tidak ada perbedaan, hal ini dapat kita bandingkan dari Definisi uang

menurut Al-Ghazali dan Ibn khaldun yaitu apa yang digunakan manusia sebagai standart

ukuran nilai harga, media transksi pertukaran, dan media simpanan; dengan pendapat

gregory mankiw yang berpendapat “Money has three purposes: it is a unit of account, a

medium of exchange, and a store of value”26

Sebagai penyimpan nilai (store of value) uang adalah cara mengubah daya beli dari masa

kini kemasa depan. Jika kita bekerja hari ini dan mendapatkan $100, kita bisa menyimpan

uang itu dan membelanjakannya besok, minggu depan, atau bulan depan27

Sebagai Unit Hitung (unit of account), uang memberkan ukuran dimana harga ditetapkan.

Seorang penjual mobil memberi tahu anda bahwa harga sebuah mobil adalah $20.000

bukan 400 kemeja (meskipun nilainya sama). Uang adalah ukuran yang kita gunakan

untuk mengukur transaksi ekonomi.28

Ibnu Rusd menyatakan bahwa, ketika seseorang sudah menemukan nilai persamaan

antara barang yang berbeda, jadikan dinar dan dirham untuk mengukurnya29

Sebagai media pertukaran (medium of exchange), uang adalah apa yang kita gunakan

untuk membeli barang dan jasa, uang adalah alat tukar yang sah. Ketika kita masuk ke

toko, kita yakin bahwa penjaga toko akan menerima uang kita untuk ditukar dengan

barang-barang yang mereka jual30

23

Fulus digunakan untuk pengertian logam bukan emas dan perak yang dibuat dan berlaku ditengah-tengah masyarakat sebagai uang pembayaran. 24

Bentuk jamak dari sukak, ة راهم المضروبة سك راهم ولذلك سيت الد ها الد ة هي الديدة الت يطبع علي besi yang digunakan untuk السك

mencetak dirham, oleh karena itu dirham yang tercetak dinamakan pula dengan sikkah (al-mawardi, al-ahkam as-sulthaniyyah) 25

Satuan mata uang yang berlaku di Negara atau wilayah tertentu, misalnya: umlah yang berlaku di indonesia adalah rupiah. 26

Mankiw,N.Gregory (2009),Macroeconomics.Harvard University:Worth Publishers 27

ibid 28

ibid 29

Karim,Adiwarman op cit lihat juga Ibn Ruyd,bidayatul mujtahid. 30

Mankiw,N.Gregory op cit

Page 8: Hikmah Muamalah.pdf

7 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Dari ketiga fungsi tersebut, jelaslah bahwa yang terpenting adalah stabilitas uang, bukan

bentuk uang itu sendiri, uang dinar yang terbuat dari emas dan diterbitkan oleh raja

Danarius dari kerajaan Romawi memenuhi kriteria uang yang nilainya stabil, begitu pula

dirham yang terbuat dari perak dan diterbitkan oleh Ratu dari kerajaan Sasanid Persia

juga memenuhi kriteria uang yang stabil, meskipun dinar dan dirham diterbitkan oleh

bukan Negara islam, keduanya dipergunakan di zaman Rasulullah.

Dasar Penggunaan Dinar dan Dirham menurut Hukum Islam

Sebagian ulama‟ memandang emas dan perak sebgai harga secara khilqah, maksudnya

bahwa keduanya diciptakan Allah untuk dijadikan sebagai harga atau nilai:

1. Imam Al-Ghazali menyebutkan “Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai

hakim (pemutus) dan mutawasith (penengah) terhadap harta-harta yang lain untuk

mengukur nilai atau harganya”31

2. Ibnu Khaldun mengatakan, “Allah menciptakan dua logam emas dan perak

sebagai nilai (qimah) bagi semua harta”32

Terhadap pendapat tersebut, Hayil Abd al-Hafidz Yusuf memberikan catatan bahwa

penggunaan emas dan perak sebagai atsman(nilai,harga) oleh masyarakat sebenarnya

didasarkan pada budaya dan tradisi (Urf), bukan didasarkan pada ketentuan syariah islam.

Islam yang datang kemudian mengakui apa yang sudah berlaku di tengah-tengah

masyarakat dalam melakukan transaksi pertukaran, mulai dari barter sampai dengan

penggunaan emas dan perak sebagai uang. Dari sini diketahui pula, nabi tidak hanya

mengakui pertukaran emas dan perak sebagai alat dalam transaksi pertukaran, tetapi

barter systempun tetap diakuinya dan tidak dilarang.

Secara garis besar pendapat ulama fikih mengenai penggunaan mata uang bukan emas

dan perak dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama mereka yang menyatakan bahwa

“uang adalah masalah syariah yang pengaturannya tidak diserahkan oleh Allah kepada

kehendak manusia. Allah telah memberikan batasan dan ketentuan serta menetapkan

emas dan perak sebagai atsman dan nuqud yang wajib digunakan, serta tidak

memberlakukan hukum nuqud pada selain emas dan perak. Ulama yang berpendapat

demikian adalah abu hanifah, abu yusuf, dan sebagian ulama madzhab hanafi33

Argumentasi yang mereka ungkapkan adalah

1. Semua ketentuan hukum islam mengenai emas dan perak34

dikaitkan dengan

fungsinya sebagai mata uang dan nilai barang. Ini merupakan pengakuan bahwa

emas dan perak adalah unit pengukur yang berupa uang dan menunjukkan pula

bahwa uang dalam Islam adalah emas dan perak.

2. Ketika islam datang, bangsa arab melakukan semua kegiatan ekonomi dan

transaksi dengan emas dan perak; dan Rasulullah mengakuinya. Sabdanya:

31

Al-Ghazali, Ihya ulum al-din 32

Ibn Khaldun, Muqaddimah 33

Syaikh Nizham (1980), al-fatawa al-hindiyah: Beirut: Dar Ihya’ al-Turast al-Arabi. 34

Hukum islam yang berkaitan dengan emas dan perak dimaksud adalah semua hukum tentang sesuatu yang memerlukan pengukuran seperti nisab zakat, nisab pencurian, dan kadar atau besaran diyat dan jizyah, hukum-hukum tersebut menegaskan bahwa uang dalam islam adalah emas dan perak.

Page 9: Hikmah Muamalah.pdf

8 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

“timbangan adalah timbangan penduduk Makkah” umat islampun dalam kegiatan

muamalahnya menggunakan emas dan perak; dengan demikian pengakuan dan

tindakan rasulullah menunjukkan bahwa emas dan perak adalah uang Negara

islam

3. Nuqud (mata uang) adalah alat ukur dalam melakukan pertukaran; dan Allah tidak

menyerahkan alat ukur tersebut pada pendapat manusia, tetapi ia telah

menentukannya dengan uang tertentu, yaitu emas dan perak. Ketentuan ini di

tetapkan oleh Al-Quran, Sunnah, dan Ijma‟

4. Keharaman memakai emas dan perak (sebagai perhiasan untuk lelaki) bukan

karena illat hukum tertentu, melainkan karena ia adalah uang.

Pendapat kedua menyatakan bahwa nuqud dan atsman adalah persoalan tradisi dan

praktek yang digunakan oleh masyarakt dan tidak terbatas hanya pada materi atau bahan

tertentu. Umar bin Khattab memahami betul masalah tersebut. Oleh karena itu beliau

pernah akan membuat uang dari kulit unta, namun niat itu tidak sempat dilaksanakan

karena ada masukan dari sebagian orang bahwa jika rencana itu diteruskan, unta akan

habis dan akibatnya pembuatan uang bisa terhenti.

Diantara ulama‟ yang mendukunng pendapat kedua ini adalah Muhammad bin al-Hasan

dari kalangan madzhab Hanafi, Ulama‟ maliki, Ulama‟ Madzhab Syafi‟I, Ibn Taimiyah,

al-Laits bin Sa‟d, Yahya bin „sa‟id, Rabi‟ah, Zuhri, dan sebagian ulama kontemporer35

dan majma‟ al-Fiqh al-Islami36

Argumen kelompok kedua ini antara lain:

1. Kaidah Fikih (األصل في األشياء اإلباحت) hukum asal tentang sesuatu adalah boleh37

.

Kaidah ini merupakan kaidah dibidang muamalah yang disimpulkan dari

sejumlah ayat dan hadis. Berdasarkan kaidah ini dapat ditegaskan bahwa sesuatu

hal yang telah dijelaskan kebolehannya dalam Al-Quran dan hadits tidak

dimaksudkan untuk membatasi, kecuali ada dalil yang menunjukkan demikian;

juga tidak berarti dilarang menciptakan hal yang baru. Dalam konteks mata uang,

ternyata tidak ada dalil yang melarang penggunaan uang selain emas dan perak,

maka penggunaan selain keduanya hukumnya adalah boleh. Ibn Taimiyyah

menyatakan, berdasarkan penelitian terhadap dasar-dasar syariah dapat

disimpulkan bahwa masalah ibadah hanya dapat dilakukan berdasarkan penetapan

syariat, sedangkan mengenai adat (tradisi, mu‟amalah, non-ibadah) hukum

asalnya adalah tidak dilarang.

2. Masalah uang merupakan kelompok muamalah dan dalam hal ini kebiasaan yang

berlaku dan diterima oleh masyarakat memegang peranan penting. Kaidah fikih

menyatakan “al-„العادة محكمت” (adat kebiasaan menjadi acuan hukum). Kebiasaaan

dan penerimaan tersebut dipandang sebagai hukum syariah sepajang tidak ada

35

Ahmad al-Zarqa; Yusuf al-Qardhawi; Sayyid Sabiq; Mahmashani. 36

Qararat Daurah Khamisah (keputusan seminar kelima) 37

.1/ 79األشباه والنظائر البن نجيم:

Page 10: Hikmah Muamalah.pdf

9 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

dalil yang melarangnya,berlaku konstan dan menyeluruh, serta tidak terdapat

ucapan atau pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai substansial adat38

3. Masalah uang merupakan maslahah mursalah, yakni suatu kemaslahatan yang

tidak ada dalil khusus yang melarang atau memerintahkan mewujudkannya.

Persoalan seperti ini oleh islam diserahkan sepenuhnya kepada ijtihad manusia

sesuai kebutuhan dan perkembangan mereka.

4. Dalam hukum islam terdapat kaidah “hukum asal dalam persoalan ibadah adalah

ta’abbud; sedangkan hukum asal dalam adat [kebiasaan, non-ibadah] adalah

memperhatikan pada makna, semangat, dan tujuan”

5. Pendapat bahwa mata uang hanya terbatas pada emas dan perak dapat

menimbulkan kesempitan dan kesulitan, terutama pada masa dimana mata uang

emas dan perak tidak lagi beredar. Jika harus hanya dengan mata uang emas dan

perak, pasti ekonomi dan pertukaran serta pelaksanaan zakat tidak dapat lagi

dilaksanakan. Disamping itu, pendapat tersebut bertentangan dengan prinsip

“menghilangkan kesempitan dan kesulitan dan memberikan kemudahan kepada

umat mausia”, dan seorang mujtahid tidak boleh menyatakan pendapat hukum

tentang suatu masalah kecuali setelah ia memperhatikan akibat yang ditimbulkan

oleh hukum itu, maslahat atau mafsadat.

6. Khalifah umar pernah berniat untuk membuat mata uang dari kulit unta,

seandainya uang merupakan persoalan syariat, tentu umar tidak akan berpikir

untuk melakukan hal itu. Para sahabat yang diajak bermusyawarahpun tidak

pernah menghalangi umar atau memberikan pendapat bahwa pembuatan uang dari

selain emas dan perak tidak dibenarkan dalam syariat. Yang mereka kemukakan

adalah rasa khawatir akan kehabisan unta akibat kulitnya dijadikan uang.

38

Abdul Haq (2006), Formulasi Nalar Fikih: telaah kaidah fikih konseptual. Surabaya: Khalista.

Page 11: Hikmah Muamalah.pdf

10 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Kesimpulan

Kata Muamalah berasal dari Bahasa arab yang secara etimologi semakna dengan kata

mufa‟alah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan mereka

al-quran dan as-sunnah secara mayoritas membicarakan persoalan muamalah dalam

bentuk global, dengan mengemukakan berbagai prinsip dan norma yang menjamin

prinsip keadilan dalam bermuamalah antara sesama manusia.

Perkembangan jenis dan bentuk mualamah yang dilaksanakan oleh manusia sejak dahulu

sampai sekarang sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan pengetahuan manusia itu

sendiri. Atas dasar itu, di jumpai dalam berbagai suku bangsa jenis dan bentuk muamalah

yang beragam, yang esensinya adalah saling melakukan interaksi sosial dalam upaya

memenuhi kebutuhan masing-masing.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan

inovasi terhadap berbagai bentuk muamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan

mereka, dengan syarat bahwa bentuk muamalah hasil inovasi ini tidak keluar dari prinsip-

prinsip yang telah ditentukan oleh islam.

Allah mensyariatkan jual beli untuk memberikan kelapangan kepada hamba-hamba-Nya.

Sebab, setiap orang dari suatu bangsa memiliki banyak kebutuhan berupa makanan,

pakaian, dan lainnya yang tidak dapat diabaikan selama dia masih hidup.

Akad ijarah (penyewaan) disyariatkan mengingat kebutuhan manusia terhadapnya.

Mereka membutuhkan rumah untuk ditinggali, membutuhkan binatang untuk

ditunggangi, dan membutuhkan alat untuk digunakan memenuhi kebutuhan hidup

mereka.

Islam membolehkan mudarabah demi memberikan kemudahan kepada manusia.

Terkadang sebagian dari mereka memiliki harta, namun tidak mampu

mengembangkannya dan sebagian yang lain memiliki kemampuan untuk

mengembangkan harta, tetapi tidak memiliki harta. Karena syariat membolehkan

muamalah ini agar masing-masing dari keduanya bisa mendapatkan manfaat.

Semua agama samawi menyatakan haram terhadap riba, sebab ia banyak mengandung

bahaya yang sangat banyak. Diantaranya:

1. Riba dapat menimbulkan permusuhan dan menghancurkan ruh saling tolong-

menolong diantara sesama. Sementara semua agama, terutama islam, menganjurkan agar

saling tolong-menolong dan mendahulukan orang lain. Disamping itu, islam sangat

membenci sifat egoism dan eksploitasi jerih payah orang lain.

2. Riba dapat mengakibatkan timbulnya kelas tersendiri bagi orang-orang kaya yang

enggan bekerja. Riba juga mengakibatkan perputaran harta hanya pada mereka tanpa ada

usaha yang mereka kerjakan, sehingga mereka menjadi bak tumbuhan parasit yang

tumbuh dilahan orang lain.

Page 12: Hikmah Muamalah.pdf

11 Thursday,28 Dzulhijjah 1435 (23 October 2014)

Daftar Pustaka

1. Khallaf, abdul Wahhab (2002) Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

3. Syarifuddin,Amir (2011). Ushul Fiqh.Jakarta:kencana

4. Sabiq,Sayyid (2012) Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing

5. Mankiw ,N. Gregory (2009) Principle of Economics. Harvard : Worth Publishers

6. Mankiw,N.Gregory (2009),Macroeconomics.Harvard :Worth Publishers

7. Cambridge Advanced Learner's Dictionary - 3rd Edition

8. Sidney Homer dan Richard Sylla (1998), A History of Interest Rates. London: Rutgers University Press

9. Al-Ghazali, Ihya ulum al-din

10. Ibn Khaldun, Muqaddimah

11. Abdul Haq (2006), Formulasi Nalar Fikih: telaah kaidah fikih konseptual. Surabaya: Khalista.

12. Syaikh Nizham (1980), al-fatawa al-hindiyah: Beirut: Dar Ihya’ al-Turast al-Arabi.

1/ 79األشباه والنظائر البن نجيم: .13

14. Haroen,Nasrun(2007),Fiqh Muamalah.Jakarta:Gaya Media Pratama