Hida Nifas

29
BAB I PEMBUKAAN 1.1 Latar Belakang. Masa nifas (purperium) adalah masa dmulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembeli seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas adalah masa setelah ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehantannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah : 1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat- saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. 2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu. 3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya. Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan baik fisik, psikis, social dan spiritual berupa

description

jjjj

Transcript of Hida Nifas

Page 1: Hida Nifas

BAB I

PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang.

Masa nifas (purperium) adalah masa dmulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembeli seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas adalah masa setelah ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehantannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.

Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :

1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila

kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan

tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan baik fisik, psikis, social dan spiritual berupa organ reprosuksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan antar orang tuadan bayi dengan memberi dukungan. Atas dasar itu diperlukan pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan. Sebagai seorang bidan professional dan menerapkan nilai-nilai agama Islam kita harus bisa membantu ibu nifas melewati masa nifasnya dengan baik secara holistik. Melalui pendekatan-pendekatan secara psikologi dan dengan tetap menerapkan nilai-nilai islam dan pendeteksian komplikasi yang sering terjadi di masa nifas bidan akan memberikan asuhan kepada kliennya.

Tujuan dari masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi,melakukan skrining secara komperhensif dan deteksi dimi, mengobati atau meerujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan pendudikan kesehatan tentang perawatan keseharian dini, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari, dan menddapatkan kesehatan emosi.

Page 2: Hida Nifas

Bidan memiliki peran dan tanggung jawab besar dalam masa nifas, antara lain:

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu untuk mengurangi ketergantungan fisik dan psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi.3. Mendorong ibu untuk menyusui bayi dengan rasa nyaman.4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang

berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarga mengenai cara

pencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, dan menjaga kebersihan yang baik.

7. Melakukan manajemen asuhan.8. Melakukan pendekatan secra psikologis dan menerapka nilai nilai

islam dalam setiap asuhan yang diberikan kepada ibu nifas.9. Memberikan asuhan secara profesional dan islami.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja perubahan, masalah dan kebutuhan ibu nifas secara holistic?2. Bagaimana cara bidan memberikan KIE kepada ibu nifas yang memiliki

masalah?1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuan Kebidanan Nifas IIIA yang

diberikan oleh Ibu Hikmah, S.Pd., M.Kes.2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa

kebidanan tingkat diploma mengenai perubahan yang terjadi pada masa nifas secara holistic sehingga mereka mampu memberikan asuhan dan KIE kepada ibu nifas secara professional dan mampu menerapka nilai nilai islami.

Page 3: Hida Nifas

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PengertianMasa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus

selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium)

yaitu di mulainnya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung kira-kira 6 minggu.

2.2 Tahapan-Tahapan Masa NifasAdapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium)

adalah :1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna

bias cepat bila kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu,

bulanan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan

lainnya.

2.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifasa. Perubahan uterus dan sistem reproduksi

Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti:

1) Involusi uterusInvolusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar

Page 4: Hida Nifas

uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :a) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi

dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi

relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

b) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi

penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

c) Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan

memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga

panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5

kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal

ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan

progesteron.

d) Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya

kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan

pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai

darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran

darah uterus yang cukup besar. Untuk menyuplainya, arteri dan

vena di dalam uterus, terutama plasenta, menjadi luar biasa

membesar, begitu juga pembuluh darah ke uterus dan dari uterus

. Di dalam uterus, pembentukan pembuluh – pembuluh darah

Page 5: Hida Nifas

baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah yang

bermakna. Setelah pelahiran, kepiler pembuluh darah ekstra

uterin berkurang sampai mencapai atau paling tidak mendekati

keadaan sebelum hamil. Pada masa nifas, di dalam uterus

pembuluh – pembuluh darah mengalami obliterasi akibat

perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil

menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui

suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium setelah

ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa

dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun – tahun.

Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum,

biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium

serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin

ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir

minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena

ostium menyempit, serviks menebal dan anal kembali terbentuk.

Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat

sepenuhnya kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Os ini

tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi

menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri

khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks

menjalani pembentukan kembali dalam jumlah yang cukup

banyak sebagai akibat pelahiran bayi. Contohnya, Ahdoot dan

rekan ( 1998 ) menemukan bahwa sekitar 50 % wanita dengan

sel skuamosa intraepithelial tingkat tinggi mengalami regresi

akibat persalinan pervaginam. Segmen bawah uterus yang

mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan

tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam

waktu beberapa minggu, segmen bawah telah mengalami

perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup

besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin, menjadi

Page 6: Hida Nifas

isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak di antara

korpus uteri diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.

Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat

sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu

setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu setelah melahirkan

uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke

enam, beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus

memiliki berat 30 g, yaitu sebesar uterus normal.

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung

jawab untuk prtumbuhan masif uterus selama masa hamil.

Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia,

pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-

sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar

hormon-homon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan

secara langsung jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel

tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah

penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti

sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus

selama postpartum adalah sebagai berikut :

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter

Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan

simpisis

500 gram 7,5 cm

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Page 7: Hida Nifas

2) Involusi Tempat Plasenta

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka

yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah

plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu

ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan

nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah

besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak

meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti

pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.

Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta

selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium

ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar

ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat

implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada

pembuangan lokia.

Menurut Williams ( 1931 ), ekstruksi lengkap tempat

melekatnya plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini

mempunyai kepentingan klinis yang besar, karena bila proses

ini terganggu, dapat terjadi perdarahan nifas awitan lambat.

Segera setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta kira –

kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat

ukurannya mengecil . Pada akhir minggu kedua, diameternya

hanya 3 cm sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah

Page 8: Hida Nifas

pelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas

banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang

selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.

Williams ( 1931 ) menjelaskan involusi tempat melekatnya

plasenta sebagai berikut :

Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi insitu, namun oleh

suatu proses eksofilasi yang sebagian besar ditimbulkan oleh

berkurangnya tempat implantasi plasenta akibat pertumbuhan

jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh

perluasan dan pertumbuhan endometrium ke bawah dari tepi –

tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh perkembangan

jaringan endometrium dari kelenjar dan stroma yang tertinggal

di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta.

Proses eksfoliasi semacam itu dianggap sebagai suatu ketetapan

yang bijaksana; sebaliknya kesulitan besar akan dialami dalam

penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus

yang mengalami organisasi, yang bila menetap in situ, akan

segera mengubah banyak bagian mukosa uterus dan

miometrium di bawahnya menjadi suatu massa jaringan perut.

Anderson dan Davis ( 1968 ) , menyimpulkan bahwa

eksfoliasi tempat melekatnya plasenta berlangsung sebagai

akibat pengelupasan jaringan superficial yang mengalami

infark dan nekrotik yang diikuti oleh suatu proses perbaikan.

3) Perubahan Ligamen

Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali

seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca

melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor

yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen,

fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

4) Perubahan pada Serviks

Page 9: Hida Nifas

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan

korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk

cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1

minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena

hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat

sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum

tidak sama waktu sebelum hamil. Pada  umumnya ostium

eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-

robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

Delapan belas jam pasca partum, serviks memendek dan

konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk

semul . Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa ,

tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan .

Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat

memar dan ada sedikit laserasi kecil – kondisi yang optimal

untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi

10 cm seewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. 2 jari

mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada

hari ke 4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret

terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke – 2.

Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti

sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu

celah, sering disebut seperti mulut ikan .Laktasi menunda

produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.

5) Lochia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua

yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.

Page 10: Hida Nifas

Percampuran antara darah dan desidua inilah yang

dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama

masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang

ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis

(anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan

karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi

lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-

masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah

kehitaman

Terdiri dari sel desidua, verniks

caseosa, rambut lanugo, sisa

mekoneum dan sisa darah

Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur

merah

Sisa darah bercampur lender

Serosa 7-14 hari Kekuningan/

kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum, juga terdiri dari

leukosit dan robekan laserasi

plasenta

Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan

yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita

postpartum dalam posisi berbaring dari pada berdiri. Hal ini

terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas

saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan

mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata

pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

Page 11: Hida Nifas

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering

kali lokia, mula - mula berwarna merah, kemudian berubah

menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat

mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama

setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak

boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama

menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran yang keluar harus

semakin berkurang.

Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran

menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3

sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia serosa terdiri dari

darah lama ( old blood ), serum, leukosit, dan debris

jaringan. sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini

menjadi kuning sampai putih ( lokia alba ). Lokia alba

mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum,

dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama 2 sampai 6

minggu setelah bayi lahir.

Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan

observasi tampon perineum sulit dilakukan. Jacobson (1985

) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan

kehilangan darah pasca partum secara subyektif dengan

mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon perineum.

Cara mengukur lokia yang obyektif ialah dengan

menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah

dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar 1 gram setara

dengan 1 ml darah. Seluruh perkiraan cairan lokia tidak

akurat bila faktor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang

wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu

1 jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah

daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam.

Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin,

tanpa memandang cara pemberiannya, lokia yang mengalir

Page 12: Hida Nifas

biasanya sedikit sampai efek obat hilang. setelah operasi

sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit.

Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan

ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur

selama kurun waktu yang lama, wanita dapat mengeluarkan

semburan darah saat ia berdiri, tetapi hal ini tidak sama

dengan perdarahan.

Lokia rubra yang menetap pada awal periode

pascapartum menunjukkan perdarah berlanjut sebagai

akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal.

Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke – 10 pasca

partum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat

plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4

minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau

sub involusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlajut bisa

menandakan endometritis, terutama jika disertai demam,

rasa sakit, atau nyeri tekan pada abdomen yang

dihubungkan dengan pengeluaran cairan. Bau lokia

menyerupai bau cairan menstruasi, bau yang tidak sedap

biasanya menandakan infeksi.

Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan

pervaginam pascapartum lain ialah laserasi vagina atau

serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.

LOKIA BUKAN LOKIA

Lokia biasanya menetes dari muara

vagina. Aliran darah tetap keluar dalam

jumlah yang lebih besar saat uterus

berkontraksi.

Apabila rabas darah menyembur dari

vagina, kemungkinan terdapat

robekan pada serviks, atau vagina

selain dari lokia yang normal

Semburan lokia dapat terjadi akibat

masasse pada uterus. Apabila lokia

berwarna gelap, maka lokia

sebelumnya terkumpul di dalam vagina

Apabila jumlah darah berlebihan dan

berwarna merah terang, suatu robekan

dapat merupakan penyebab.

Page 13: Hida Nifas

yang relaksasi dan jumlahnya segera

berkurang menjadi tetesan lokia

berwarna merah terang ( pada

puerpurium dini ).

6) Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami

penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan

kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul

kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan

kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi

karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran

vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat

sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada

saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat

terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan

indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum

dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan

vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada

akhir puerperium dengan latihan harian.

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang

semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran

sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae

akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun

tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya

rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap etrofik

pada wanita menyusui sekurang – kurangnya sampai

menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi

seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen

menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan

Page 14: Hida Nifas

mukosa vagina. Kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat

koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali

normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita

dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan

hubungan seksual untuk mengurangi nyeri. Pada awalnya,

introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada

daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat,

pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan hygiene yang

baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya

membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus

pada wanita nulipara.

Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila

wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau

ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik

diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses

penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain.

Tanda – tanda infeki ( nyeri, panas, merah, bengkak atau

rabas ) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.

Penyembuhan harus berlangsung dalam 2 sampai 3 minggu.

Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat. Wanita sering

mengalami gejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan

perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator.

Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah

bayi lahir.

b. Perubahan system perkemihanPada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi

yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

Halyang berkaitan dengan fungsi system perkemihan, antara lain: 1) Fungsi sistem perkemihan

a) Mencapai hemostatis internal1.) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Page 15: Hida Nifas

Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri dari unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. 70% dari air tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairam intraselulerkandungan air sisanya disebut air ekstraseluler. Cairan ekstraselulser dibagi atas plasma darah, dan cairan yang langsung memberikan lingkungan segera untuk sel-sel yang disebut cairan interstisel.- Edeme adalah timbulmya cairan dalam jaringan akibat

gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.- Dehidrasi adalah kekuarang cairam atau volume air yang

terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

2.) Keseimbangan asam dan basaBatas normal pH cairan tubuh adalah 7,35 – 7,40.bila pH >7,4 disebut alkolosisi dan jika pH <7,35 disebut asidosis.

3.) Mengeluarkan sisa metabolism, racun dan xat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir metabolism protein yang mengandung nitrogenterutama : urea, asam urat, dan kreatinin.

Ibu postpartum dianjurkan segerabuang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan ibu postpartum sulit buang air kecil, antara lain :

1.) Adanya odematrigoneum yang menimbiulkan obsktruksi sehingga terjadi retensi urin.

2.) Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengrangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi 2 hari setelah melahirkan.

3.) Depresi dari sfinger uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spesme oleh iritasi muskulus sfinger ani selama persalinan sehingga menyebabkan miksi.

b) Keseimbngan dan keselarasan berbagai peoses didalam tubuh1.) Pengaturan tekanan darah

Menurunkan volume darah dan serum sodium (Na)nakan meningkatkan serum potassium lalu merangsang pengeluaran renin yang dalam aliran darah menjadi angiotensin yang akan mengekskresikan aldosterone sehingga mengakibatkan terjadina retensi Na+ + H2O kemudian terjadi peningkatan volume darag yang meningkatakan tekanan darah. Angootensin juga dapat

Page 16: Hida Nifas

menjadikan vasokontriksi periferyang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

2.) Perangsangan prosuksi sel darah merahDalam pembentukan sel darah merah diperlukan hormon eritroprotein untuk merangsang sumsum tukang ini hormone ini dihasilkan oleh ginjal.

2) Sistem urinarisPerubahan hormon pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi)turut meningkatkan fungsi ginjal , sedangkan penurunan fungsi steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjeaskan sebab penurunan fungsi ginjal pasca melahirkan. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Di perlukan kira-kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan semula. Pada sebagian kecil wanita, dilaktasi urinarius bias menetap selama tiga bulan.

3) Komponen UrinGlikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di sel otot uterus juga menyebabkan protinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.

4) Diuresis postpartumDalam 12 jam pasca melahirkan, ibi mulai membuang kelebihan cairan tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartm, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volum darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh tubuh mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatanjumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5kg selama masa pasca pertum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy)

5) Uretra dan Kandung Kemih

Page 17: Hida Nifas

Trauma bila terjadin pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hipermesis dan edema, seringkali dijumpai di daerah kecil homoragi. Kandung kemih oedema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urin residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.Pengambilan urin dengan cara bersih atau melalui kateter sering

mennjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus juga bisa mengalami edema.Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas

kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul akibat dari dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pacapartum dapat menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul saat setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pasca

Page 18: Hida Nifas

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya