Hernia

24
Anatomi Daerah Inguinal Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan: 1. Kulit (kutis). 2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak. Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck). 3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui. 4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus, terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis, yaitu tuber pubicum. Ligamentum Lakunare (Gimbernat) merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis dan Colle’s. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke linea alba.

Transcript of Hernia

Page 1: Hernia

Anatomi Daerah Inguinal

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis).

2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.

Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian superfisial

meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha,

bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).

3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar dari

fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.

4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart)

merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus, terletak mulai

dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis, yaitu tuber pubicum. Ligamentum

Lakunare (Gimbernat) merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan

dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS. Ligamentum

ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.

Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis dan Colle’s. Ligamentum ini

dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas

ke linea alba.

Arah serabut otot-otot dinding abdomen ( m. obliquus abdominis externum, m. obliquus

abdominis internum dan m. transversus abdominis) juga penting diketahui, terutama pada

pendekatan melalui anterior yaitu pada operasi terbuka4.

5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.

Page 2: Hernia

6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx inguinalis

(Henle) dan konjoin tendon.

7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectínea (Cooper),

iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.

8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.

9. Peritoneum

10.Superfisial dan deep inguinal ring.

Bagian bagian dari hernia :

a. Pintu hernia adalah lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai berdasarkan dari

pintunya.

b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan basis.

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm dan

terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale.

c. Isi hernia

d. Selubung hernia merupakan lapisan – lapisan yang menyelubungi hernia.

Page 3: Hernia

Ketika mencapai ruang preperitoneal, dapat ditemukan elemen-elemen anatomis yang penting

dalam tindakan herniorrhaphy. Pada garis tengah, ruang preperitoneal dikenal sebagai spatium

Retzium, dimana pada bagian lateral dikenal dengan nama spatium Bogros. Spatium-spatium

tersebut sangat penting karena banyak perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada daerah ini,

dimana penunjuk anatomis yang terpenting adalah vasa epigastrika inferior, yang merupakan

cabang dari a. Iliaca eksterna, yang memperdarahi dinding anterior profunda.

Vasa epigastrika inferior ini melengkung melewati bagian atas ligamentum Cooperi yang

dikenal sebagai corona mortis (death’s crown), disebut demikian karena struktur tersebut terkena

saat perbaikan hernia inguinalis, maka dapat menyebabkan pendarahan yng masif. Vena-vena

pada daerah ini juga dapat menjadi masalah jika terkena terutama v. iliopubis dan v. Obturatoria.

Pada daerah preperitoneal juga dapat ditemukan trigonum Hesselbach merupakan tempat

terjadinya hernia inguinalis direk. Batas-batas dari trigonum Hesselbach : batas sebelah medial

adalah m. rektus abdominis, batas superolateral adalah vasa epigastrika inferior dan batas inferior

adalah ligamentum Cooperi4.

2 Hernia Inguinal

2.1 Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia didefinisikan sebagai suatu

penonjolan keluar yang abnormal dari jaringan atau organ intra abdomen melalui defek fascia

pada dinding abdomen. Hernia dapat terjadi di berbagai tempat pada tubuh, sebagian besar

melibatkan dinding abdomen, khususnya daerah inguinal. Bagian hernia terdiri dari kantung

hernia, isi hernia dan selubung hernia.

2.2 Epidemiologi dan Insidensi

75% dari seluruh hernia dinding abdomen terjadi di inguinal. Pria 25 kali lebih sering

mengalami hernia inguinal daripada wanita. Hernia inguinalis indirek merupakan jenis hernia

yang paling sering terjadi, hal ini tidak tergantung dari jenis kelamin. Pada pria perbandingan

Page 4: Hernia

angka kejadian hernia inguinal indirek dan direk adalah 2:1. Hernia inguinal direk sangat jarang

terjadi pada wanita. 10% dari wanita dan 50% pria yang mempunyai hernia femoral juga

mempunyai atau akan berkembang menjadi hernia inguinal.

Hernia inguinal lebih sering terjadi di sebelah kanan, dihubungkan dengan keterlambatan

atrofi dari processus vaginalis yang mengikuti penurunan yang lebih lambat dari testis sebelah

kanan ke dalam scrotum selama perkembangan fetus. Prevalensi hernia meningkat sesuai usia,

terutama hernia inguinal, umbilikal dan femoral. Kemungkinan terjadinya strangulasi dan

kebutuhan perawatan rumah sakit juga meningkat sesuai dengan usia.

2.3 Etiologi

Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan timbulnya hernia

Batuk

COPD

Obesitas

Konstipasi

Mengedan

Prostatism

Kehamilan

BB lahir <1500g

Riwayat keluarga

Maneuver valsava

Ascites

Gangguan jaringan ikat congenital

Tindakan pembedahan di RLQ

Merokok

Mengangkat beban berat

Latihan fisik

2.5 Klasifikasi

Page 5: Hernia

Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya hernia inguinal, hernia diafragma,

hernia umbilikal, hernia femoral. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia kongenital

dan hernia akuisita.

Menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi hernia reponibel dan hernia ireponibel.

Dikatakan hernia reponibel, bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri

atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga

perut, hernia disebut ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada

peritoneum kantong hernia.

Hernia dapat digolongkan menjadi hernia eksterna dan hernia interna. Hernia eksterna

adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang, atau perineum. Hernia

interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut

seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium

umpamanya setelah anastomosis usus.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding

posterior, meliputi:

Page 6: Hernia

2.6 Gejala Klinis

Pasien dengan hernia inguinalis dapat menunjukkan gejala klinik yang bervariasi mulai dari

tanpa gejala hingga adanya gejala yang dapat menyebabkan kematian akibat strangulasi atau

hernia incarceata. Hernia indirek lebih sering tanpa gejala, kecuali bila telah terjadi inkarserasi

atau strangulasi. Biasanya pasien hanya mengeluhkan adanya benjolan di daerah selangkangan

yang tidak terasa nyeri.

Akan tetapi pada beberapa pasien, hernia pun dapat bergejala. Kebanyakan pasien

mengeluhkan adanya perasaan penuh yang mengganggu atau rasa tertarik yang akan terasa

semakin memburuk. Nyeri yang dirasakan biasanya terasa tajam, menusuk, dirasakan secara

lokal atau difus, bersifat hilang timbul dan pada pasien pria biasanya nyeri dirasakan menjalar

hingga ke testis. Kadang-kadang pasien akan merasa lebih nyaman bila telah menghilangkan

benjolan hernia secara manual.

Keluhan tersering pada penderita hernia adalah adanya benjolan yang terasa

nyeri/mengganggu/tidak nyaman terutama pada saat mengedan, atau mengangkat beban.

Benjolan akan terlihat lebih jelas pada saat penderita berdiri dan hilang saat berbaring. Nyeri

Page 7: Hernia

lipat paha tanpa hernia yang dapat dilihat biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan

mulai timbulnya hernia. Kebanyakan hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa yang

lain dicetuskan oleh peristiwa muscular yang sepenuh tenaga. Secara khas, kantung hernia

dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau

batuk.

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi henia. Isi hernia dapat

bermacam-macam, pada umumnya merupakan organ yang mobile, seperti usus, ovarium, dan

kandung empedu. Selain ditentukan oleh isi kantung hernia, gejala klinis juga ditentukan oleh

keadaan kantung hernia. Pada hernia reponibilis keluhan satu-satunya adalah benjolan pada lipat

paha yang dapat keluar masuk, tanpa disertai nyeri atau kalaupun ada biasanya ringan dan

dirasakan didaerah epigastrium atau periumbilikal karena regangan pada mesentrium sewaktu

satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia, berupa nyeri visceral. Nyeri hebat dan

keluhan obstruksi baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ilius atau strangulasi karena

nekrosis atau gangrene.

.2.7 Diagnosis

2.7.1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan cara diagnosis yang paling tepat dalam diagnosis ada tidaknya

hernia inguinalis. Diagnosis hernia ingunalis akan lebih jelas bila terlihat adanya benjolan saat

inspeksi regio inguinal. Hernia yang tidak dapat diinspeksi membutuhkan pemeriksaan digital ke

dalam canalis inguinalis, baik dilakukan dalam posisi berbaring dan berdiri. Pemeriksa sebaiknya

menempatkan ujung jari telunjuk pada daerah scrotum yang paling menggantung kemudian

mengarahkan jari telunjuk kita ke dalam canalis inguinalis. Kemudian pasien diminta untuk

memberi tekanan pada abdomen. Identifikasi adanya hernia dapat dilakukan dengan cara batuk

atau maneuver Valsalva. Akan tetapi ada penulis yang berpendapat bahwa sebaiknya tidak

digunakan cara batuk untuk memberi tekanan pada abdomen karena batuk dapat menyulitkan

kita membedakan tonjolan otot yang normal saat batuk atau hernia inguinalis, terlebih pada

pasien astenis. Akan tetapi sensitivitas pemeriksaan fisik adalah 74,5% (persentase pasien

dengan diagnosis positif yang tepat) dan spesifisitas (persentase pasien dengan diagnosis negatif

yang tepat) 96,3%.

Page 8: Hernia

Beberapa penulis mengatakan adanya teknik klasik dalam membedakan hernia inguinalis

direk dan indirek. Pada hernia ingunalis indirek, kita akan merasakan ujung jari telunjuk kita

terdorong saat kita melakukan pemeriksaan canalis ingunalis. Hal ini karena pada hernia

ingunalis indirek, kantung hernia berada dalam funiculus spermaticus sehingga akan mendorong

jari telunjuk bila pasien diminta mengedan. Lain hal nya dengan hernia inguinalis direk, hernia

akan mendorong permukaan telunjuk. Sebagai tambahan, menambahkan tekanan pada titik

tengah inguinal (antara spina iliaca superior anterior dan tuberculum pubicum, di bawah

ligamentum inguinale) dengan ujung jari akan mengontrol hernia indirek dan mencegah

terjadinya protrusi ketika pasien mengedan. Hernia inguinalis direk tidak akan terpengaruh

dengan menuver ini.

Hernia femoralis tampak sebagai pembengkakan di bawah ligamentum inguinale dan lateral

dari tuberculum pubicum. Hernia femoralis sering salah terdiagnosis karena adanya lemak di

daerah femoralis, sehingga sering disebut “femoral pseudohernia”. Pasien yang kurus sering

memiliki tonjolan bilateral di bawah ligamentum inguinale, medial dari vasa femoralis. Hernia

femoralis biasanya asimptomatis dan dapat menghilang secara spontan bila pasien berbaring

dalam posisi supinasi. Terapi operatif tidak diindikasikan.

Beberapa masalah pada hernia yaitu:

1. Sliding hernia

Sliding henia muncul jika terdapat penekanan organ interna seperti colon atau vesica

urinaria ke sebagian dinding kantung hernia. Kebanyakan sliding hernia merupakan variasi

hernia inguinalis indirek, walaupun dapat juga dijumpai pada hernia femoralis dan direk. Saat

operasi, adanya organ interna perlu diidentifikasi untuk mencegah kerusakan. Setelah itu dapat

dilakukan perbaikan hernia inguinalis.

2. Hernia strangulata

Perbaikan hernia strangulate dilakukan dengan pencapaian menju lapisan preperitoneal. Dengan

langkah ini, kita dapat melihat kantung hernia secara langsung dan kemungkinannya untuk

dicapai melalui satu incisi saja. annulus yang telah teridentifikasi diincisi untuk mengurangi

tahanan dengan sekaligus membebaskan organ-organ berbahaya di sekitarnya, pembuluh darah

dan saraf. Jika diperlukan reseksi usus yang strangulasi, peritoneum dapat dibuka dan reseksi

dibuat tanpa membutuhkan incisi kedua.

3. Hernia bilateral

Page 9: Hernia

Perbaikan hernia bilateral berhubungan dengan terjadinya rekurensi dua kali lebih besar

daripada perbaikan hernia unilateral. Bilateral hernia biasanya diterapi dengan menggunakan

prostesi pengut dinding yang besar pada kantung hernia (perbaikan Stoppa) atau perbaikan

laparoskopik TEP.

Pemeriksaan digital pada kanalis inguinalis

Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis, medialis, dan femoralis dapat

dilakukan beberapa tes sebagai berikut :

1. Tes visible

Setelah hernia tereposisi, pasien diminta untuk mengedan lalu perhatikan bentuk dan

tempat keluarnya benjolan. Pada HIL benjolan keluar dari kraniolateral ke

kaudamedial, keluar dengan lambat. Pada HIM benjolan langsung keluar di medial dan

keluar dengan cepat. Sedangkan pada hernia femoralis benjolan keluar di bawah

ligamentum inguinal pada fossa ovalis.

2. Tes oklusi

Dengan ibu jari menutup anulus internus, pasien diminta untuk mengedan. Perhatikan

apakah benjolan keluar atau tidak. Pada HIL benjolan tidak keluar. Sedangkan pada

HIM dan hernia femoralis benjolan keluar.

3. Tes taktil

Jari telunjuk (kelingking pada anak) di anulus eksternus, pasien diminta untuk

mengedan. Pada HIL benjolan menekan ujung jari sementara pada HIM menekan sisi

jari.

Page 10: Hernia

4. Tes Ziemann

Jari II di anulus internus, jari III di anulus eksternus, jari IV di fossa ovalis. Pada HIL

terdapat dorongan pada jari II, pada HIM dorongan pada jari III, sedangkan hernia

femoralis terjadi dorongan pada jari IV.

Tes Ziemann

7.2. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis dapat memastikan dengan lebih jelas penyebab dari nyeri atau massa

di region inguinalis, jika pemeriksaan fisik yang dilakukan masih belum jelas. Beberapa contoh

pemeriksaan radiologis yaitu:

1. Herniography

Dalam beberapa keadaan, pemeriksaan ini dapat memcegah eksplorasi operatif yang tidak

diperlukan. Kerugiannya adalah sifatnya yang invasive.

2. USG (Ultrasonography)

Pemeriksaan ini cukup membantu tetapi membutuhkan seorang ahli USG. Hernia akan

tampak sebagai balon abnormal pada diameter anteroposterior di canalis inguinalis dan atau

adanya tonjolan keluar dari lemak atau usus dalam canalis inguinalis. USG memiliki sensitivitas

92,7% dan spesifisitas 81,5%4.

3. Fast Imaging MRI Scanner

Alat ini dapat melihat gambaran yang bergerak. MRI memiliki sensitivitas 94,5% dan

spesifisitas 96,3%4.

Page 11: Hernia

4. CT Scan

Pemeriksaan dengan CT scan atau MRI dapat mengungkapkan penyebab-penyebab lain dari

nyeri daerah inguinal karena kemampuannya untuk memvisualisasikan struktur-struktur apa

yang terdapat di daerah inguinal.

2.2.8 Diagnosis Banding

Kemungkinan penyakit-yang dapat terjadi jika ditemukan massa di daerah inguinal :

Inguinal hernia Femoral hernia Hydrokel Inguinal adenitis Varicocele Ectopic testes Lipoma Hematoma Abscess psoas Femoral adenitis Lymphoma Metastatic neoplasm Epididymitis Testicular torsion Aneurisma arteri femoralis atau pseudoaneurysm Kista sebacea Hidradenitis

2.2.9 Terapi

2.2.9.1 Non-operatif

Kebanyakan ahli bedah lebih memilih terapi operatif pada hernia inguinalis karena adanya

adanya pembesaran hernia dan semakin melemahnya dinding penyokong akan memperbesar

resiko terjadinya inkarserata maupun strangulasi. Terapi konservatif biasanya hanya dilakukan

pada pasien yang memiliki harapan hidup yang rendah atau pada penyakit komorbid dengan

gejala yang minimal.

Page 12: Hernia

Gambar 2.12 Celana khusus untuk hernia16

2.2.9.2 Operatif

a. Indikasi operasi

Semua hernia pada anak-anak sebaiknya segera diperbaiki tanpa ditunda karena adanya

resiko terjadinya komplikasi seperti inkarserata maupun strangulasi, yang mencakup gangren

dari usus, testis, ovarium, sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada luka dan

terjadinya rekurensi setelah operasi tersebut. Telah diketahui bahwa pada operasi cito hernia

dengan strangulasi pada anak, resiko terjadinya komplikasi post operasi 20x lebih besar daripada

operasi elektif. Sehingga pada anak-anak lebih disukai operasi secara elektif.

Pada orang dewasa resiko tersebut data diabaikan dan resiko terjadinya rekurensi sangat kecil

sehingga sebaiknya operasi dikerjakan segera setelah diagnosa dikerjakan. Pada orang tua

sebaiknya dilakukan operasi elektif karena utntuk memastikan bahwa mereka dalam kondisi

yang optimal saat dilakukan tindakan operatif.

b. Persiapan pre-operatif

Saat diputuskan untuk melakukan tindakan operatif, dilakukan pemeriksaan klinis maupun

laboratoris agar kondisi umum pasien menjadi optimal, terutama pada pasien dengan usia tua.

Pada orang dewasa dibutuhkan pemeriksaan terhadap sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan,

fungsi ginjal serta mencari kemungkinan adanya penyakit-penyakit sepeerti diabetes mellitus dan

mengontrolnya. Para perokok biasanya diminta untuk berhenti merokok atau setidaknya mereka

berhenti merokok untuk beberapa minggu sebelum operasi. Pasien dengan berat badan yang

berlebih disarankan untuk menurunkan berat badan mereka sebelum dilakukan tindakan operatif.

Page 13: Hernia

c. Macam – Macam Operasi Hernia

i. Herniorrhaphy

Pada orang dewasa, operasi herniotomy saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya

rekurensi dari hernia. Penyokong yang seharusnya mencegah terjadinya hernia , yakni otot-otot

dan fascia pada regio tersebut telah gagal fungsinya sehingga harus digantikan dengan penguat

mekanis baik dengan jaringan tubuh pada area tersebut maupun dengan material sintetis.

Incisi

Operasi hernia lebih banyak melalui pendekatan anterior. Incisi yang paling disukai adalah

incisi horizontalis di bagian tengah intenal ring. Tergantung dari bentuk tubuh manusia, garis

incisi mungkin saja melewati lipatan paha, namun hal tersebut dapat ditolerir selama incisi

mengikuti garis Langer. Pada orang gemuk, dapat dilakukan sayatan melengkung (curve skin

crease incision). Incisi dilakukan hati-hati jangan sampai mengenai a.pudendal externus

superfisialis untuk mengurangi resiko udem skrotum dan penis postoperatif .

Pembedahan

Kulit dan subkutis dan fascia disayat sampai aponeurosis dari m.obliquus abdominis

externus. Anulus inguinalis external dapat diidentifikasi dan m.obliuus abdominis externus

dipidahkan setinggi apex dari anulus inguinalis externa dengan membuat sayatan kecil dengan

scalpel, masing-masing sisi dipegang dengan klem arteri, kemudian dengan ujung gunting

dimasukkan diantara sayatan, aponeurosis dipotong menyamping ke arah lateral melewati anulus

inguinalis interna dan ke arah medial menuju anulus inguinalis externa. Kemudian dapat terlihat

canalis inguinalis. Funiculus spermaticus disingkirkan ke arah tuberculum pubis dan sayatan

aponeurosis bagian superior dimobilisasi ke arah medial dan kranial. Dapat terlihat adanya

internal ring dan dinding posterior dari canalis inguinalis. Kemudian kantung hernia dipisahkan

dari perlekatannya dengan hati-hati sampai setinggi anulus inguinalis profunda. Jika kantung

hernia berukuran besar, kantung harus dibuka dan diperiksa organ apa yang berada di dalamnya

dan langkah ini tidak terlalu diperlukan jika kantung tersebut berukuran kecil.

Iliopubic Repair

Pertama kali diperkenalkan oleh Nyhus dan Condon, dilakukan dengan cara medekatkan

lengkung aponeurosis m. transversus abdominis dengan tractus illiopubik dengan jahitan

interupte.

Page 14: Hernia

Shouldice Operation

Operasi ini menekankan penutupan multilayer dari dinding posterior canalis inguinalis

dengan jahitan continuous secara bertahap lapis demi lapis dari dalam ke superfisial sehingga

resiko rekurensi di kemudian hari menjadi kecil. Penjahitan pertama dilakukan dengan menjahit

lengkung aponeurosis m. transversus abdominis dengan tractus illiopubik. Kemudian, m.

Obliquus internus, m. Abdominis transversus dan aponeurosis dijahit ke ligamentum inguinale.

Bassini Repair

Operasi ini dilakukan dengan menjahit m. Abdominis transversus dengan conjoint tendo (jika

ada) dengan ligamentum inguinale. Tehnik ini merupakan tehnik yang paling sering dilakukan

sebelum adanya tehnik tension-free. Bassini menyebut teknik operasiya sebagai terapi radikal

bagi hernia inguinalis.

Cooper Ligament (McVay) Repair

Operasi ini dilakukan pada hernia inguinalis direk, hernia inguinalis indirek yang besar,

hernia inguinalis rekuren dan hernia femoralis. Operasi ini menyerupai Bassini Repair, hanya

saja ligamentum inguinale digantikan dengan ligamentum Cooper untuk memperbaiki bagian

medial. Perbaikan mula-mula dilakukan dari tuberculum pubicum. Kemudian ujung dari

aponeurosis m. Abdominis transversus dijahit dengan jahitan interrupted (dengan menggunakan

benang non-absorbable) ke ligamentum Cooper’s. Setelah sampai di sisi medial, penjahitan

dialihkan untuk menjahit Ligamentum Cooper’s dengan traktus iliopubik. Disebelah lateral dari

jahitan perlihan tadi, aponeurosis m. Abdominis transversus dijahit ke traktus iliopubik. Akan

tetapi tehnik ini lebih banyak menyebabkan nyeri ketimbang operasi herniorrhaphy yang lainnya

dan adanya kecenderungan untuk terjadinya rekurensi. Karena alasan itulah operasi ini jarang

dipakai, kecuali pada hernia femoralis dengan kontraindikasi untuk mnggunakan mesh (seperti

infeksi).

ii. Tension-free Hernioplasty (mesh)

Sebelum memasukkan mesh, pastikan bahwa m. Obliquus externus dan conjoint tendon

terbuka selebar mungkin. Ke arah inferior, seluruh ligamentum inguinale harus terlihat, ke arah

medial diperluas sampai ke garis tengah tubuh, ke arah atas sampai ke persatuan antara kedua

sisi sayatan. Kemudian, masukan mesh untuk mengisi ruang tersebut dengan memotong

menyamping untuk menampung funiculus spermaticus. Mesh harus terletak dengan sisi medial

1-2 cm medial dari tuberculum pubicum.

Page 15: Hernia

iii. Laparoscopic Management

Tehnik ini digunakan untuk mengurangi tindakan bedah yang invasif pada hernia yang

diperdebatkan sebagai tindakan operatif inguinal yang “terbaik”. Metode ini merupakan metode

lain dari tension-free (mesh), dengan pendekatan preperitoneal. Dikatakan bahwa metode ini

memiliki visualisasi yang lebih baik, tidak terlalu nyeri, masa pemulihan yang cepat (cepat

kembali beraktivitas), menurunkan angka kejadian infeksi, dan dapat digunakan pada semua

kelainan hernia inguinal. Kerugiannya adalah waktu operasi yang menjadi lebih panjang, harga

yang mahal dan dibutuhkan tenaga yang ahli. Metode ini memiliki 2 tehnik: transabdominal

preperitoneal (TAPP) dan totally extraperitoneal approach (TEP)2.

2.2.10 Komplikasi

Page 16: Hernia

c

Page 17: Hernia
Page 18: Hernia

DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend C.M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia:

Elsevier Saunders. 1199-1217

2. Brunicardi F C. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth edition.

New York: Mc Graw-Hill. 1353-1394

3. Abrahamson, J. 2001. Hernias. In:Maingot’s Abdominal Operations. 10th Eds.

Philadelphia: Mc.GrawHill. p.487-489, 493-501

4. WIM de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Badah. Editor: R.Sjamsuhidajat. edisi 2. Jakarta:

EGC. hlm 526-532.