Hernia
-
Upload
demas-christiawan-santoso -
Category
Documents
-
view
265 -
download
0
Transcript of Hernia
Anatomi Daerah Inguinal
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian superfisial
meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha,
bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar dari
fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus, terletak mulai
dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis, yaitu tuber pubicum. Ligamentum
Lakunare (Gimbernat) merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS. Ligamentum
ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis dan Colle’s. Ligamentum ini
dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas
ke linea alba.
Arah serabut otot-otot dinding abdomen ( m. obliquus abdominis externum, m. obliquus
abdominis internum dan m. transversus abdominis) juga penting diketahui, terutama pada
pendekatan melalui anterior yaitu pada operasi terbuka4.
5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx inguinalis
(Henle) dan konjoin tendon.
7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectínea (Cooper),
iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.
8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.
9. Peritoneum
10.Superfisial dan deep inguinal ring.
Bagian bagian dari hernia :
a. Pintu hernia adalah lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai berdasarkan dari
pintunya.
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan basis.
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm dan
terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale.
c. Isi hernia
d. Selubung hernia merupakan lapisan – lapisan yang menyelubungi hernia.
Ketika mencapai ruang preperitoneal, dapat ditemukan elemen-elemen anatomis yang penting
dalam tindakan herniorrhaphy. Pada garis tengah, ruang preperitoneal dikenal sebagai spatium
Retzium, dimana pada bagian lateral dikenal dengan nama spatium Bogros. Spatium-spatium
tersebut sangat penting karena banyak perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada daerah ini,
dimana penunjuk anatomis yang terpenting adalah vasa epigastrika inferior, yang merupakan
cabang dari a. Iliaca eksterna, yang memperdarahi dinding anterior profunda.
Vasa epigastrika inferior ini melengkung melewati bagian atas ligamentum Cooperi yang
dikenal sebagai corona mortis (death’s crown), disebut demikian karena struktur tersebut terkena
saat perbaikan hernia inguinalis, maka dapat menyebabkan pendarahan yng masif. Vena-vena
pada daerah ini juga dapat menjadi masalah jika terkena terutama v. iliopubis dan v. Obturatoria.
Pada daerah preperitoneal juga dapat ditemukan trigonum Hesselbach merupakan tempat
terjadinya hernia inguinalis direk. Batas-batas dari trigonum Hesselbach : batas sebelah medial
adalah m. rektus abdominis, batas superolateral adalah vasa epigastrika inferior dan batas inferior
adalah ligamentum Cooperi4.
2 Hernia Inguinal
2.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia didefinisikan sebagai suatu
penonjolan keluar yang abnormal dari jaringan atau organ intra abdomen melalui defek fascia
pada dinding abdomen. Hernia dapat terjadi di berbagai tempat pada tubuh, sebagian besar
melibatkan dinding abdomen, khususnya daerah inguinal. Bagian hernia terdiri dari kantung
hernia, isi hernia dan selubung hernia.
2.2 Epidemiologi dan Insidensi
75% dari seluruh hernia dinding abdomen terjadi di inguinal. Pria 25 kali lebih sering
mengalami hernia inguinal daripada wanita. Hernia inguinalis indirek merupakan jenis hernia
yang paling sering terjadi, hal ini tidak tergantung dari jenis kelamin. Pada pria perbandingan
angka kejadian hernia inguinal indirek dan direk adalah 2:1. Hernia inguinal direk sangat jarang
terjadi pada wanita. 10% dari wanita dan 50% pria yang mempunyai hernia femoral juga
mempunyai atau akan berkembang menjadi hernia inguinal.
Hernia inguinal lebih sering terjadi di sebelah kanan, dihubungkan dengan keterlambatan
atrofi dari processus vaginalis yang mengikuti penurunan yang lebih lambat dari testis sebelah
kanan ke dalam scrotum selama perkembangan fetus. Prevalensi hernia meningkat sesuai usia,
terutama hernia inguinal, umbilikal dan femoral. Kemungkinan terjadinya strangulasi dan
kebutuhan perawatan rumah sakit juga meningkat sesuai dengan usia.
2.3 Etiologi
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan timbulnya hernia
Batuk
COPD
Obesitas
Konstipasi
Mengedan
Prostatism
Kehamilan
BB lahir <1500g
Riwayat keluarga
Maneuver valsava
Ascites
Gangguan jaringan ikat congenital
Tindakan pembedahan di RLQ
Merokok
Mengangkat beban berat
Latihan fisik
2.5 Klasifikasi
Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya hernia inguinal, hernia diafragma,
hernia umbilikal, hernia femoral. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia kongenital
dan hernia akuisita.
Menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi hernia reponibel dan hernia ireponibel.
Dikatakan hernia reponibel, bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut, hernia disebut ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.
Hernia dapat digolongkan menjadi hernia eksterna dan hernia interna. Hernia eksterna
adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang, atau perineum. Hernia
interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut
seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium
umpamanya setelah anastomosis usus.
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:
2.6 Gejala Klinis
Pasien dengan hernia inguinalis dapat menunjukkan gejala klinik yang bervariasi mulai dari
tanpa gejala hingga adanya gejala yang dapat menyebabkan kematian akibat strangulasi atau
hernia incarceata. Hernia indirek lebih sering tanpa gejala, kecuali bila telah terjadi inkarserasi
atau strangulasi. Biasanya pasien hanya mengeluhkan adanya benjolan di daerah selangkangan
yang tidak terasa nyeri.
Akan tetapi pada beberapa pasien, hernia pun dapat bergejala. Kebanyakan pasien
mengeluhkan adanya perasaan penuh yang mengganggu atau rasa tertarik yang akan terasa
semakin memburuk. Nyeri yang dirasakan biasanya terasa tajam, menusuk, dirasakan secara
lokal atau difus, bersifat hilang timbul dan pada pasien pria biasanya nyeri dirasakan menjalar
hingga ke testis. Kadang-kadang pasien akan merasa lebih nyaman bila telah menghilangkan
benjolan hernia secara manual.
Keluhan tersering pada penderita hernia adalah adanya benjolan yang terasa
nyeri/mengganggu/tidak nyaman terutama pada saat mengedan, atau mengangkat beban.
Benjolan akan terlihat lebih jelas pada saat penderita berdiri dan hilang saat berbaring. Nyeri
lipat paha tanpa hernia yang dapat dilihat biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan
mulai timbulnya hernia. Kebanyakan hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa yang
lain dicetuskan oleh peristiwa muscular yang sepenuh tenaga. Secara khas, kantung hernia
dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau
batuk.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi henia. Isi hernia dapat
bermacam-macam, pada umumnya merupakan organ yang mobile, seperti usus, ovarium, dan
kandung empedu. Selain ditentukan oleh isi kantung hernia, gejala klinis juga ditentukan oleh
keadaan kantung hernia. Pada hernia reponibilis keluhan satu-satunya adalah benjolan pada lipat
paha yang dapat keluar masuk, tanpa disertai nyeri atau kalaupun ada biasanya ringan dan
dirasakan didaerah epigastrium atau periumbilikal karena regangan pada mesentrium sewaktu
satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia, berupa nyeri visceral. Nyeri hebat dan
keluhan obstruksi baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ilius atau strangulasi karena
nekrosis atau gangrene.
.2.7 Diagnosis
2.7.1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara diagnosis yang paling tepat dalam diagnosis ada tidaknya
hernia inguinalis. Diagnosis hernia ingunalis akan lebih jelas bila terlihat adanya benjolan saat
inspeksi regio inguinal. Hernia yang tidak dapat diinspeksi membutuhkan pemeriksaan digital ke
dalam canalis inguinalis, baik dilakukan dalam posisi berbaring dan berdiri. Pemeriksa sebaiknya
menempatkan ujung jari telunjuk pada daerah scrotum yang paling menggantung kemudian
mengarahkan jari telunjuk kita ke dalam canalis inguinalis. Kemudian pasien diminta untuk
memberi tekanan pada abdomen. Identifikasi adanya hernia dapat dilakukan dengan cara batuk
atau maneuver Valsalva. Akan tetapi ada penulis yang berpendapat bahwa sebaiknya tidak
digunakan cara batuk untuk memberi tekanan pada abdomen karena batuk dapat menyulitkan
kita membedakan tonjolan otot yang normal saat batuk atau hernia inguinalis, terlebih pada
pasien astenis. Akan tetapi sensitivitas pemeriksaan fisik adalah 74,5% (persentase pasien
dengan diagnosis positif yang tepat) dan spesifisitas (persentase pasien dengan diagnosis negatif
yang tepat) 96,3%.
Beberapa penulis mengatakan adanya teknik klasik dalam membedakan hernia inguinalis
direk dan indirek. Pada hernia ingunalis indirek, kita akan merasakan ujung jari telunjuk kita
terdorong saat kita melakukan pemeriksaan canalis ingunalis. Hal ini karena pada hernia
ingunalis indirek, kantung hernia berada dalam funiculus spermaticus sehingga akan mendorong
jari telunjuk bila pasien diminta mengedan. Lain hal nya dengan hernia inguinalis direk, hernia
akan mendorong permukaan telunjuk. Sebagai tambahan, menambahkan tekanan pada titik
tengah inguinal (antara spina iliaca superior anterior dan tuberculum pubicum, di bawah
ligamentum inguinale) dengan ujung jari akan mengontrol hernia indirek dan mencegah
terjadinya protrusi ketika pasien mengedan. Hernia inguinalis direk tidak akan terpengaruh
dengan menuver ini.
Hernia femoralis tampak sebagai pembengkakan di bawah ligamentum inguinale dan lateral
dari tuberculum pubicum. Hernia femoralis sering salah terdiagnosis karena adanya lemak di
daerah femoralis, sehingga sering disebut “femoral pseudohernia”. Pasien yang kurus sering
memiliki tonjolan bilateral di bawah ligamentum inguinale, medial dari vasa femoralis. Hernia
femoralis biasanya asimptomatis dan dapat menghilang secara spontan bila pasien berbaring
dalam posisi supinasi. Terapi operatif tidak diindikasikan.
Beberapa masalah pada hernia yaitu:
1. Sliding hernia
Sliding henia muncul jika terdapat penekanan organ interna seperti colon atau vesica
urinaria ke sebagian dinding kantung hernia. Kebanyakan sliding hernia merupakan variasi
hernia inguinalis indirek, walaupun dapat juga dijumpai pada hernia femoralis dan direk. Saat
operasi, adanya organ interna perlu diidentifikasi untuk mencegah kerusakan. Setelah itu dapat
dilakukan perbaikan hernia inguinalis.
2. Hernia strangulata
Perbaikan hernia strangulate dilakukan dengan pencapaian menju lapisan preperitoneal. Dengan
langkah ini, kita dapat melihat kantung hernia secara langsung dan kemungkinannya untuk
dicapai melalui satu incisi saja. annulus yang telah teridentifikasi diincisi untuk mengurangi
tahanan dengan sekaligus membebaskan organ-organ berbahaya di sekitarnya, pembuluh darah
dan saraf. Jika diperlukan reseksi usus yang strangulasi, peritoneum dapat dibuka dan reseksi
dibuat tanpa membutuhkan incisi kedua.
3. Hernia bilateral
Perbaikan hernia bilateral berhubungan dengan terjadinya rekurensi dua kali lebih besar
daripada perbaikan hernia unilateral. Bilateral hernia biasanya diterapi dengan menggunakan
prostesi pengut dinding yang besar pada kantung hernia (perbaikan Stoppa) atau perbaikan
laparoskopik TEP.
Pemeriksaan digital pada kanalis inguinalis
Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis, medialis, dan femoralis dapat
dilakukan beberapa tes sebagai berikut :
1. Tes visible
Setelah hernia tereposisi, pasien diminta untuk mengedan lalu perhatikan bentuk dan
tempat keluarnya benjolan. Pada HIL benjolan keluar dari kraniolateral ke
kaudamedial, keluar dengan lambat. Pada HIM benjolan langsung keluar di medial dan
keluar dengan cepat. Sedangkan pada hernia femoralis benjolan keluar di bawah
ligamentum inguinal pada fossa ovalis.
2. Tes oklusi
Dengan ibu jari menutup anulus internus, pasien diminta untuk mengedan. Perhatikan
apakah benjolan keluar atau tidak. Pada HIL benjolan tidak keluar. Sedangkan pada
HIM dan hernia femoralis benjolan keluar.
3. Tes taktil
Jari telunjuk (kelingking pada anak) di anulus eksternus, pasien diminta untuk
mengedan. Pada HIL benjolan menekan ujung jari sementara pada HIM menekan sisi
jari.
4. Tes Ziemann
Jari II di anulus internus, jari III di anulus eksternus, jari IV di fossa ovalis. Pada HIL
terdapat dorongan pada jari II, pada HIM dorongan pada jari III, sedangkan hernia
femoralis terjadi dorongan pada jari IV.
Tes Ziemann
7.2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dapat memastikan dengan lebih jelas penyebab dari nyeri atau massa
di region inguinalis, jika pemeriksaan fisik yang dilakukan masih belum jelas. Beberapa contoh
pemeriksaan radiologis yaitu:
1. Herniography
Dalam beberapa keadaan, pemeriksaan ini dapat memcegah eksplorasi operatif yang tidak
diperlukan. Kerugiannya adalah sifatnya yang invasive.
2. USG (Ultrasonography)
Pemeriksaan ini cukup membantu tetapi membutuhkan seorang ahli USG. Hernia akan
tampak sebagai balon abnormal pada diameter anteroposterior di canalis inguinalis dan atau
adanya tonjolan keluar dari lemak atau usus dalam canalis inguinalis. USG memiliki sensitivitas
92,7% dan spesifisitas 81,5%4.
3. Fast Imaging MRI Scanner
Alat ini dapat melihat gambaran yang bergerak. MRI memiliki sensitivitas 94,5% dan
spesifisitas 96,3%4.
4. CT Scan
Pemeriksaan dengan CT scan atau MRI dapat mengungkapkan penyebab-penyebab lain dari
nyeri daerah inguinal karena kemampuannya untuk memvisualisasikan struktur-struktur apa
yang terdapat di daerah inguinal.
2.2.8 Diagnosis Banding
Kemungkinan penyakit-yang dapat terjadi jika ditemukan massa di daerah inguinal :
Inguinal hernia Femoral hernia Hydrokel Inguinal adenitis Varicocele Ectopic testes Lipoma Hematoma Abscess psoas Femoral adenitis Lymphoma Metastatic neoplasm Epididymitis Testicular torsion Aneurisma arteri femoralis atau pseudoaneurysm Kista sebacea Hidradenitis
2.2.9 Terapi
2.2.9.1 Non-operatif
Kebanyakan ahli bedah lebih memilih terapi operatif pada hernia inguinalis karena adanya
adanya pembesaran hernia dan semakin melemahnya dinding penyokong akan memperbesar
resiko terjadinya inkarserata maupun strangulasi. Terapi konservatif biasanya hanya dilakukan
pada pasien yang memiliki harapan hidup yang rendah atau pada penyakit komorbid dengan
gejala yang minimal.
Gambar 2.12 Celana khusus untuk hernia16
2.2.9.2 Operatif
a. Indikasi operasi
Semua hernia pada anak-anak sebaiknya segera diperbaiki tanpa ditunda karena adanya
resiko terjadinya komplikasi seperti inkarserata maupun strangulasi, yang mencakup gangren
dari usus, testis, ovarium, sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada luka dan
terjadinya rekurensi setelah operasi tersebut. Telah diketahui bahwa pada operasi cito hernia
dengan strangulasi pada anak, resiko terjadinya komplikasi post operasi 20x lebih besar daripada
operasi elektif. Sehingga pada anak-anak lebih disukai operasi secara elektif.
Pada orang dewasa resiko tersebut data diabaikan dan resiko terjadinya rekurensi sangat kecil
sehingga sebaiknya operasi dikerjakan segera setelah diagnosa dikerjakan. Pada orang tua
sebaiknya dilakukan operasi elektif karena utntuk memastikan bahwa mereka dalam kondisi
yang optimal saat dilakukan tindakan operatif.
b. Persiapan pre-operatif
Saat diputuskan untuk melakukan tindakan operatif, dilakukan pemeriksaan klinis maupun
laboratoris agar kondisi umum pasien menjadi optimal, terutama pada pasien dengan usia tua.
Pada orang dewasa dibutuhkan pemeriksaan terhadap sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan,
fungsi ginjal serta mencari kemungkinan adanya penyakit-penyakit sepeerti diabetes mellitus dan
mengontrolnya. Para perokok biasanya diminta untuk berhenti merokok atau setidaknya mereka
berhenti merokok untuk beberapa minggu sebelum operasi. Pasien dengan berat badan yang
berlebih disarankan untuk menurunkan berat badan mereka sebelum dilakukan tindakan operatif.
c. Macam – Macam Operasi Hernia
i. Herniorrhaphy
Pada orang dewasa, operasi herniotomy saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya
rekurensi dari hernia. Penyokong yang seharusnya mencegah terjadinya hernia , yakni otot-otot
dan fascia pada regio tersebut telah gagal fungsinya sehingga harus digantikan dengan penguat
mekanis baik dengan jaringan tubuh pada area tersebut maupun dengan material sintetis.
Incisi
Operasi hernia lebih banyak melalui pendekatan anterior. Incisi yang paling disukai adalah
incisi horizontalis di bagian tengah intenal ring. Tergantung dari bentuk tubuh manusia, garis
incisi mungkin saja melewati lipatan paha, namun hal tersebut dapat ditolerir selama incisi
mengikuti garis Langer. Pada orang gemuk, dapat dilakukan sayatan melengkung (curve skin
crease incision). Incisi dilakukan hati-hati jangan sampai mengenai a.pudendal externus
superfisialis untuk mengurangi resiko udem skrotum dan penis postoperatif .
Pembedahan
Kulit dan subkutis dan fascia disayat sampai aponeurosis dari m.obliquus abdominis
externus. Anulus inguinalis external dapat diidentifikasi dan m.obliuus abdominis externus
dipidahkan setinggi apex dari anulus inguinalis externa dengan membuat sayatan kecil dengan
scalpel, masing-masing sisi dipegang dengan klem arteri, kemudian dengan ujung gunting
dimasukkan diantara sayatan, aponeurosis dipotong menyamping ke arah lateral melewati anulus
inguinalis interna dan ke arah medial menuju anulus inguinalis externa. Kemudian dapat terlihat
canalis inguinalis. Funiculus spermaticus disingkirkan ke arah tuberculum pubis dan sayatan
aponeurosis bagian superior dimobilisasi ke arah medial dan kranial. Dapat terlihat adanya
internal ring dan dinding posterior dari canalis inguinalis. Kemudian kantung hernia dipisahkan
dari perlekatannya dengan hati-hati sampai setinggi anulus inguinalis profunda. Jika kantung
hernia berukuran besar, kantung harus dibuka dan diperiksa organ apa yang berada di dalamnya
dan langkah ini tidak terlalu diperlukan jika kantung tersebut berukuran kecil.
Iliopubic Repair
Pertama kali diperkenalkan oleh Nyhus dan Condon, dilakukan dengan cara medekatkan
lengkung aponeurosis m. transversus abdominis dengan tractus illiopubik dengan jahitan
interupte.
Shouldice Operation
Operasi ini menekankan penutupan multilayer dari dinding posterior canalis inguinalis
dengan jahitan continuous secara bertahap lapis demi lapis dari dalam ke superfisial sehingga
resiko rekurensi di kemudian hari menjadi kecil. Penjahitan pertama dilakukan dengan menjahit
lengkung aponeurosis m. transversus abdominis dengan tractus illiopubik. Kemudian, m.
Obliquus internus, m. Abdominis transversus dan aponeurosis dijahit ke ligamentum inguinale.
Bassini Repair
Operasi ini dilakukan dengan menjahit m. Abdominis transversus dengan conjoint tendo (jika
ada) dengan ligamentum inguinale. Tehnik ini merupakan tehnik yang paling sering dilakukan
sebelum adanya tehnik tension-free. Bassini menyebut teknik operasiya sebagai terapi radikal
bagi hernia inguinalis.
Cooper Ligament (McVay) Repair
Operasi ini dilakukan pada hernia inguinalis direk, hernia inguinalis indirek yang besar,
hernia inguinalis rekuren dan hernia femoralis. Operasi ini menyerupai Bassini Repair, hanya
saja ligamentum inguinale digantikan dengan ligamentum Cooper untuk memperbaiki bagian
medial. Perbaikan mula-mula dilakukan dari tuberculum pubicum. Kemudian ujung dari
aponeurosis m. Abdominis transversus dijahit dengan jahitan interrupted (dengan menggunakan
benang non-absorbable) ke ligamentum Cooper’s. Setelah sampai di sisi medial, penjahitan
dialihkan untuk menjahit Ligamentum Cooper’s dengan traktus iliopubik. Disebelah lateral dari
jahitan perlihan tadi, aponeurosis m. Abdominis transversus dijahit ke traktus iliopubik. Akan
tetapi tehnik ini lebih banyak menyebabkan nyeri ketimbang operasi herniorrhaphy yang lainnya
dan adanya kecenderungan untuk terjadinya rekurensi. Karena alasan itulah operasi ini jarang
dipakai, kecuali pada hernia femoralis dengan kontraindikasi untuk mnggunakan mesh (seperti
infeksi).
ii. Tension-free Hernioplasty (mesh)
Sebelum memasukkan mesh, pastikan bahwa m. Obliquus externus dan conjoint tendon
terbuka selebar mungkin. Ke arah inferior, seluruh ligamentum inguinale harus terlihat, ke arah
medial diperluas sampai ke garis tengah tubuh, ke arah atas sampai ke persatuan antara kedua
sisi sayatan. Kemudian, masukan mesh untuk mengisi ruang tersebut dengan memotong
menyamping untuk menampung funiculus spermaticus. Mesh harus terletak dengan sisi medial
1-2 cm medial dari tuberculum pubicum.
iii. Laparoscopic Management
Tehnik ini digunakan untuk mengurangi tindakan bedah yang invasif pada hernia yang
diperdebatkan sebagai tindakan operatif inguinal yang “terbaik”. Metode ini merupakan metode
lain dari tension-free (mesh), dengan pendekatan preperitoneal. Dikatakan bahwa metode ini
memiliki visualisasi yang lebih baik, tidak terlalu nyeri, masa pemulihan yang cepat (cepat
kembali beraktivitas), menurunkan angka kejadian infeksi, dan dapat digunakan pada semua
kelainan hernia inguinal. Kerugiannya adalah waktu operasi yang menjadi lebih panjang, harga
yang mahal dan dibutuhkan tenaga yang ahli. Metode ini memiliki 2 tehnik: transabdominal
preperitoneal (TAPP) dan totally extraperitoneal approach (TEP)2.
2.2.10 Komplikasi
c
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend C.M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 1199-1217
2. Brunicardi F C. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth edition.
New York: Mc Graw-Hill. 1353-1394
3. Abrahamson, J. 2001. Hernias. In:Maingot’s Abdominal Operations. 10th Eds.
Philadelphia: Mc.GrawHill. p.487-489, 493-501
4. WIM de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Badah. Editor: R.Sjamsuhidajat. edisi 2. Jakarta:
EGC. hlm 526-532.