Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

16
Hepatitis B karena Penyakit Akibat Kerja Edwin 10 2012 096 Mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 [email protected] PENDAHULUAN Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC). Walaupun ketiga agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi darI keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total. Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja menyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya,

description

makalah hepatitis B

Transcript of Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Page 1: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Hepatitis B karena Penyakit Akibat KerjaEdwin

10 2012 096

Mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

[email protected]

PENDAHULUAN

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh

walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang

menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus

Hepatitis C (HVC). Walaupun ketiga agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya,

tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi darI

keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.

Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 tentang Kesehatan

Kerja menyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja

secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh

produktivitas yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. Perlindungan

utamanya ditujukan pada Penyakit Akibat Kerja/Akibat Hubungan Kerja dan Kecelakaan

Akibat Kerja.1

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih tentang

hubungan hepatitis dengan pedoman 7 langkah diagnosis okupasi. 7 langkahnya adalah

diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan diagnosis klinis, jumlah

pajanan yang dialami, peranan faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan, Diagnosis PAK.

Page 2: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

7 langkah-langkah diagnosis

1. Diagnosis klinis

Diagnosis klinis merupakan suatu penegakan status keadaan yang dialami oleh seseorang

mengenai penyakit yang sedang dialaminya. Penegakan diagnosis dilihat berdasarkan

keluhan dan gejala yang timbul dari pasien, dalam menegakkan suatu diagnosis diperlukan

beberapa tahapan antara lain:

Anamnesis 2

- Sejak kapan merasa lemas dan sering demam?

- Apakah sudah berobat? Jika sudah bagaimana hasilnya? Obat apa yang

diberikan?

- Adakah mual dan atau muntah?

- Adakah nafsu makan dan berat badan menurun?

- Adakah perut membesar?

- Adakah muntah darah?

- Apakah ada konsumsi alcohol?

- Bagaiwana warna urin dan feses?

- Apakah pekerjaan pasien?

- Sudah berapa lama berkerja?

- Berapa lama bekerja dalam 1 hari?

- Bagaimana cara bekerja?

- Bahan apa saja yang dikerjakan?

- Apakah memakai alat pelindung diri (APD)?

- Apakah pernah tertusuk jarum suntik?

- Apakah ada alergi?

- Apakah di keluarga atau di lingkungan kerja ada juga yang menderita

keluhan sama?

- Bagaimana hygiene nya?

- Bagaimana hubungan dengan rekan kerja dan atau bos?

- Apakah sedang mengalami stress yang berlebih?

- Apakah ada konsumsi alcohol dan atau rokok?

Page 3: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/75 mmHg

Frekuensi nadi : 70x/menit

Frekuensi napas : 22x/menit

Suhu : 37,8°C

Pemeriksaan mata

Sklera : Ikterik

Konjunctiva : Tidak tampak anemis

Pemeriksaan abdomen

Hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae, lien tidak teraba, akral tidak dingin

Pemeriksaan Penunjang

Enzim SGOT dan SGPT meningkat dengan konsentrasi puncak mencapai 500-5000 U/L

(bervariasi). Kadar bilirubin serum jarang melebihi 10mg/dL dan kadar alkali fosfatase serum

akan normal atau hanya meningkat sedikit. Pada morfologi darah tepi (MDT) ditemukan

gambaran normal atau limfositosis ringan.

Pemeriksaan serologi 3

1. HBsAg

Diagnosis infeksi hepatitis B terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen

(HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif.

Page 4: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah

dalam waktu empat minggu. Pada individu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis

B akut, eliminasi atau pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah

timbulnya gejala-gejala.Infeksi virus. Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg

yang menetap lebih dari 6 bulan.

2. Anti-HBs

Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs)

biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang

berikutnya. Sama seperti individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus

hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.

3. Anti-HBc

HBc hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam darah.Kehadiran

dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati mengindikasikan

suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virus

aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core

(anti-HBc) yang terdeteksi dalam darah ada dua macam yakni IgM dan IgG.

4. HBeAg, anti-HBe,

HBeAg dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah penanda-penanda (markers) yang

bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang menderita

infeksi virus hepatitisB kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah

biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti

aktivitas virusyang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya,

sedangkan kehadiran anti HBe menandakan keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan

risiko penularan yang lebih kecil.

5. HBV DNA

Penanda yang paling spesifik dari replikasi dan aktivitas virus hepatitis B. Metode yang

digunakan adalah PCR. Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk

menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat

dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam darah. Tingkat-tingkat yang tinggi

dari DNA mengindikasikan suatu infeksi yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah

mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif (tidur).

Page 5: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Tabel 1. Virologi Hepatitis B4

HBsAg Anti-HBs Anti-HBc IgM anti

HBc

HBeAg HBV-DNA

Hep B Akut + - + + + +

Hep B

Kronis

+ - + - +/- +

Carrier + - + - - -

Vaksinasi - + - - - -

Sembuh - + + - - -

Klasifikasi Hepatitis3

1. Hepatitis A

Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung

berukuran 27 nm.Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara

manusia, dibawah oleh air dan makanan.Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata

30 hari.Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang

buruk dengan penduduk yang sangat padat.

2. Hepetitis B (HBV)

Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran

42 nm Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut,

kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.Masa inkubasi

26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja

laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit

hemodialisis serta onkologi.Laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam

hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.

3. Hepatitis C (HCV)

Page 6: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak

yang,diameternya 30 – 60 nm.Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga

disebabkan juga oleh kontak seksual.Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata –

50 hari.Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B.

2. Pajanan

Penyakit hati dalam praktik kesehatan kerja tidak jauh berbeda dengan masalah yang

dihadapi. Secara umum, sel hati dapat dirusak (efek hepatoseluler) dan mekanisme transpor

dari dan ke sel hati dapat terhambat (efek obstruktif). Kedua kelainan ini dapat berlanjut

menjadi sakit kuning. Pajanan utama di tempat kerja yang berhubungan dengan penyakit hati

adalah bahan kimia dan agen infeksi.5

1. Agen kimia

Beberapa hepatotoksin bekerja dengan menyebabkan penyakit akut saat terjadi

pajanan. Hal ini biasanya disebabkan pajanan tersebut yang berat tapi pada kasus lain,

seperti pada kasus yang jarang yaitu keracunan fosfor kuning, walaupun dalam

pajanan yang kecil, efek yang terjadi dapat merupakan bencana besar dengan

kematian sel hati yang luas. Kini, kebanyakan pajanan di tempat kerja relatif rendah

sehingga apapun efek yang terjadi mungkin disebabkan pajanan kronis dosis rendah

yang mengarah ke penyakit keracunan hati kronis.

2. Agen penyebab infeksi

Pekerja laboratorium yang harus memproses organisme atau spesimen biologis yang

terinfeksi merupakan kelompok yang dapat terpajan berbagai jenis agen penyebab

infeksi. Beberapa agen tersebut akan menyebabkan sebagaian kelainan patologi.

Jika dihubungkan dengan skenario, kemungkinan besar penyakit akibat kerja yang diderita

perempuan adalah akibat pajanan biologis yang disebabkan agen infeksi, yakni virus hepatitis

B.

3. Hubungan Diagnosis Klinis dengan Pajanan

Resiko transmisi HBV lewat jarum suntik kira-kira 30%. Bagaimanapun juga, lebih

dari 50% infeksi akut HBV pada orang dewasa adalah tanpa gejala/asimptomatik. Mengingat

Page 7: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

bahwa, 10% dari infeksi akut HBV dapat berujung pada infeksi kronis. Sejumlah besar dari

mereka yang terinfeksi HBV akibat pekerjaan akan menjadi cronic asimptomatik carier.6

HBV dapat bertahan hidup setidaknya 1 bulan pada lingkungan yang kering pada

temperatur kering. Ini menimbulkan peluang tambahan bagi pekerja untuk mendapat HBV

infeksi ketika pekerja dengan luka terbuka, kulit terabrasi, atau mukosa membran yang

kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Faktanya, hampir semua infeksi okupasional

tidak memiliki cedera perkutan yang jelas untuk transmisi HBV ini.6

Pada skenario, diketahui bahwa pekerjaan tuan X adalah sebagai analis laboratorium.

Baik hepatitis B maupun C dapat menular melalui mikrolesi atapun tusukan jarum. Tetapi

pada umumnya hepatitis C tidak memberikan gejala dan ALT,AST cenderung normal.

Prevalensi hepatitis B dibanding C juga berbeda jauh. Dimana prevalensi hepatitis B lebih

sering ditemukan di Indonesia.6

4. Jumlah Pajanan

Untuk memastikan seberapa terpapar pasien dengan pajanan biologis dipastikan

dengan mengukur kadar pajanan tersebut dalam darah, dimana pada pajanan biologis tidak

memiliki NAB/nilai ambang batas sebagaimana ada pada pajanan kimia. Pada pajanan

biologi ditentukan oleh daya tahan atau virulensi dari mikroorganisme tersebut.4

HBs Ag IgM anti HAV IgM anti HBc Intepretasi diagnostic

+

+

+

+

-

-

-

-

-

+

+

+

+

-

+

-

-

+

-

+

+

Hepatitis B akut

Hepatitis B kronis

Hepatitis A akut

susperimpose

Hepatitis B

Hepatitis akut A dan B

Hepatitis akut A

Hepatitis akut A dan B

(HBs Ag bawah

ambang)

Hepatitis B akut (Ag

bawah)

Page 8: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

5. Faktor individu

Individu seseorang akan mempengaruhi orang tersebut akan mengalami hepatitis B

atau tidak. Penyakit hepatitis B tidak ditularkan melalui makanan namun melalui percikan

darah atau hubungan seksual sehingga higienis seseorang dalam melakukan tindakan yang

berisiko menimbulkan hepatitis B harus diantisipasi dengan baik misalnya dengan melakukan

cucitangan, hal ini dilakuakan demi menekan angka kejadian penyakit, contohnya seseorang

yang menggunakan sarung tangan dalam menggunakan jarum suntik hal ini bertujuan untuk

mencegah paparan virus.3

Berdasarkan kasus pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Namun

yang menjadi penyebab timbulnya kecelakaan kerja adalah oleh karena pasien yang tidak

melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional praktek, seperti tidak menggunakan

alat pelindung diri yang teratur dalam melakukan pekerjaannya sehingga hal ini dapat

menimbulkan penyakit hepatitis B. Penyakit ini tidak diketahui apakah dialami dengan orang

tuanya atau tidak, sehingga tidak dapat diketahui apakah penyakit ini diturunkan atau tidak.

6. Peranan Faktor Lain

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Seperti misalnya

hobi perempuan tersebut, kebiasaan sehari hari, pekerjaan sambilan. Apakah penderita

mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun

demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab

di tempat kerja.4

7. Diagnosis

Berdasarkan 7 langkah diagnosis penyakit akibat kerja dapat disimpulkan bahwa

hepatitis b yang diderita pasien adalah didapatkan akibatnya adanya transmisi dari mikrolesi

ketika perempuan ini bekerja di laboratorium. Jadi hepatitis B yang dialami perempuan

tersebut dapat disebutkan sebagai penyakit akibat kerja.

Tatalaksana

Tabel 2. Tatalaksana Hepatitis B.7

Page 9: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

HbeAg HBV DNA

(>105)

ALT Terapi

+ + 2xBANN Efikasi terhadap terapi rendah

Observasi bila ALT

meningkat

+ + 2xBANN -Mulai terapi dengan :

interferon alfa,lamivudin atau

adefovir

-End point 

terapi : serokonversi HBeAg

dan timbulnya anti HBe. Durasi

terapi Interferon selama 16

- + >2BANN -Mulai terapi dengan :

interferon

-End point 

terapi : normalisasi kadarALT dan

HBV DNA (pemeriksaanPCR)

tidak terdeteksi-Durasi

terapi :·Interferon selama satu

tahun·

Pencegahan 7

Dalam tindakan pencegahan kita dapat melakukan pengawasan standar, hal ini bertujuan

demi terciptanya lingkungan kerja yang sesuai standar operasional. Adapun yang perlu di

perhatikan adalah

Proses alat apakah sesuai dengan standar seperti (dekontaminasi, pencucian, dan

sterilisasi/DTT).

Membersihkan permukaan tubuh dari barang yang terkontaminasi cairan tubuh.

Penggunaan alat pelindung diri, seperti memakai sarung tangan pada waktu

melakukan tindakan yang memungkinkan terjadinya kontak dengan cairan tubuh atau

mencuci alat-alat yang terkontaminasi, penggunaan alas kaki tertutup, menggunakan

alat pelindung wajah (google atau mask) bila melakukan tindakan yang berisiko

Page 10: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

terkena cipratan vaksinasi hepatitis B dan bila terpajan maka kita harus dengan cepat

membersihkan sampai bersih dengan air dan sabun, bila terkena mata, hidung atau

mulut lakukan pembilasan selama 10 menit, dan pemeriksaan HbsAg pada penderita

yang telah terpajan dan melakukan pengontrolan 6 bulan setelah pajanan.

Deteksi dini

Tindakan ini dianjurkan untuk dilakukan oleh petugas kesehatan termasuk petugas

laboratorium adapun pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk melakukan deteksi dini

antara lain (tes fungsi liver, status vaksinasi, dan tes serologi HbsAg).

Kesimpulan

Berdasarkan diagnosis 7 langkah okupasi dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit

hati yang diderita ibu tersebut adalah akibat pajanan biologi yang dia terima di tempat

kerjanya. Hal ini disebabkan karena ibu tersebut tidak menggunakan sarung tangan.

Page 11: Hepatitis B Karena Penyakit Akibat Kerja blok 28

Daftar Pustaka

1. Sumamur. Higieni perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Ed 2.Jakarta :

Sagung Seto; 2013.

2. Harrington JM, Gill FS. Kesehatankerja. Edisi ke-3. Cetakan ke-1. Jakarta: EGC;

2005.h.67-8.

3. Gish RG, Locarnini S. Chronic hepatitis b viral infection. In: Yamada T . 5th ed.

Oxford: Blackwell Publishing; 2009.p. 2112-38.

4. Harrianto R. Kesehatan kerja. Jakarta: EGC; 2008. h. 2,16-7.

5. Jeyaratnam J. Buku ajar kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2009. h. 212

6. Shanahan JF, Barahona M, Boyle PJ. Current occupational and environment

medicine. America; McGraw-Hill Companies Inc. p. 266-7.

7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.

Jakarta: Internal Publishing; 2009. h. 1521-24.