Hepatitis A
description
Transcript of Hepatitis A
I. PENDAHULUAN
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang terjadi karena bermacam penyebab,
termasuk infeksi virus atau pajanan ke bahan toksik, seperti alcohol, karbon tetraklorida dan
obat penenang tertentu. “Hepa” berarti berkaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang.
Hepatitis A, salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia, adalah self-limited disease
yang menyebabkan fulminant hepatitis dan kematian pada sebagian kecil pasien. Namun,
merupakan penyebab signifikan morbiditas dan kerugian sosio-ekonomi di berbagai belahan
dunia.1,2
Ada lima virus yang diketahui memengaruhi hati dan menyebabkan hepatitis, salah
satunya virus hepatitis A yang menyebabkan penyakit hepatitis A. Virus hepatitis A adalah
penyakit dengan distribusi global. Prevalensi infeksi yang ditandai dengan tingkatan antibodi
anti-HAV telah diketahui secara universal dan erat hubungannya dengan standar sanitasi atau
kesehatan daerah yang bersangkutan. meskipun virus hepatitis A ditularkan melalui air dan
makanan yang tercemar, namun hampir sebagian besar infeksi VHA didapat melalui
transmisi endemik atau sporadik yang sifatnya tidak begitu dramatis.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa infeksi VHA saat ini menjadi
suatu masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara justru karena telah berhasilnya negara-
negara tersebut memperbaiki keadaan perekonomian dan standar kesehatan lingkungannya
sehingga infeksi VHA yang seharusnya didapat saat masa anak-anak ternyata tertunda sampai
saat menjadi dewasa.
Infeksi VHA tersebut telah menimbulkan suatu masalah kesehatan di sebagian besar
negara-negara Eropa Selatan (Yunani, Portugal), Amerika Tengah dan Selatan (Cuba, Chili),
Asia (termasuk antara lain Indonesia), China, Korea, dan Singapore.3
II. EPIDEMIOLOGI
VHA merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika Serikat.
namun, kasus VHA dinegara ini telah menurunkan sejak tahun 1970-an. VHA lazim terjadi
pada anak dan dewasa muda. Terdapat peningkatan insidensi pada musim tertentu, yaitu pada
musim gugur dan musim dingin.
1
VHA terutama ditularkan per oral dengan menelan makanan yang sudah
terkontaminasi feses. Penularan melalui transfusi darah pernah dilaporkan, namun jarang
terjadi (CDC,2000). Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat kontak
dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air minum, atau
dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak dimasak dengan baik. Kasus yang
timbul dapat bersifat sporadic, sedangkan epidemi dapat timbul pada daerah yang sangat
padat seperti pada pusat perawatan dan rumah sakit jiwa. Wisatawan ke daerah endemis
seperti Asia Tenggara, Afrika Utama, dan Timur Tengah juga sangat berisiko tertular bila
mereka melanggar aturan turis yang umum. Penularan ditunjang oleh sanitasi yang buruk,
kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak yang intim (tinggal serumah atau seksual). Masa
inkubasi rata-rata adalah 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera
sebelum timbulnya ikterus.
Vaksin VHA yang telah disetujui dapat diberikan bagi para wisatawan dan memberi
perlindungan jangka lama bila dibandingkan dengan immunoglobulin yang member
perlindungan untuk sekitar 5 bulan, bergantung pada dosis yang diberikan.3
III. ETIOLOGI
Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang digolongkan dalam
pikornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus dengan diameter 27-28 nm dan berbentuk
kubus simetrik. VHA merupakan virus RNA untai tunggal linier dengan ukuran 7,5 kb. Pada
manusia terdiri atas satu serotipe, tiga atau lebih genotipe. Pada mikroskop elektron terlihat
virus tidak memiliki mantel dan hanya memiliki satu nukleokapsid yang merupakan ciri khas
dari antigen virus hepatitis A. Virus hepatitis A mengandung lokasi netralisasi imunodominan
tunggal dan mengandung tiga atau empat polipeptida virion di kapsomer. Replikasi virus
hepatitis A terjadi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi dan tidak terdapat bukti nyata
adanya infeksi di usus. Virus ini juga menyebar pada primata non manusia dan galur sel
manusia. Agen penyebab hepatitis A ini dapat bertransmisi secara enterik. Virus ini tahan
terhadap cairan empedu, ditemukan ditinja, tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik,
dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.3,4
IV. PATOFISIOLOGI
2
Virus Hepatitis A (HAV) adalah virus RNA single stranded enterovirus dari famili
picomaviridae. Di manusia, replikasi virus bergantung kepada uptake hepatosit dan
sintesisnya. Pembentukan virus hanya ada pada sel hati. Infeksi HAV dapat ditularkan
melalui ingesti (fecal oral transmission).
Setelah masuk dan menyerang hepatosit, virus RNA tersebut akan mengalami proses
uncoating dan ribosom dari pejamu akan bergabung dan membentuk polisom. Protein virus
akan dibentuk dan genom dari virus akan di kopi oleh polimerase RNA virus. Virus yang
telah jadi akan masuk ke jalur empedu dan dikeluarkan melalui feses. Virus yang berada di
feses individu terinfeksi lah yang akan menyebarkan HAV ke individu lain melalui jalur
ingesti.5
Virus yang menginfeksi hepatosit hati akan menyebabkan hepatosit yang terinfeksi
hancur. Kemudian hepatosit yang rusak ini akan merangsang reaksi inflamasi dan
mengakibatkan sel kupfer, merupakan salah satu makrofag di hati, akan membesar dan
mengakibatkan obstruksi aliran ductus biliaris dan aliran bilirubin direct serta penurunan
ekskresi bilirubin ke usus. Akibatnya, bilirubin direct yang telah mengalami konjugasi akan
mengalami reflux atau aliran balik ke pembuluh darah, dan mengakibatkan individu
mengalami jaundice dan ikterik.
Selain itu akibat bilirubin direct mengalami defisiensi turut menyebabkan
pembentukan garam empedu untuk memproses lemak di usus akan terhambat, sehingga turut
berdampak pada penyimpanan lemak yang belum dapat dicerna di lambung. Akibat
penumpukan lemak di lambung akan mengakibatkan regangan lambung dan merangsang
saraf simpatis serta parasimpatis di sekitar lambung. Terangsangnya saraf ini menyebabkan
individu ini mual muntah dan nafsu makan berkurang.
V. GEJALA KLINIS
Gejala hepatitis A akut terbagi dalam beberapa tahap:4
1. Fase inkubasi
Merupakan waktu di antara saat masuknya virus dan saat timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Untuk hepatitis A
masa inkubasinya 15-50 hari (rata-rata 30 hari). Panjang fase ini tergantung pada
3
dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum,
makin pendek fase inkubasi ini.
2. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase di antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya ikterus. Awitannya
dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia mudah
lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia
berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat
terjadi. Demam derajat rendah (antara 38o-39oC) umumnya terjadi pada hepatitis A
akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas, akan tetapi jarang menimbulkan
kolesistitis.
3. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus, fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus,
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis
yang nyata.
4. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Munculnya perasaan sudah lebih sehat, kembalinya
nafsu makan. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi
dalam 9 minggu. Pada 5%-10% kasus, perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit
ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminan (dapat menimbulkan kematian).
Gejala umum hepatitis A pada orang kebanyakan, yaitu kelelahan, nafsu makan
menurun, nyeri otot, nausea dan muntah, serta demam ringan. Beberapa hari kemudian,
gejala dari gangguan hepar akan muncul, yaitu urin berwarna gelap, jaundice (sklera dan
kulit), nyeri perut terutama di daerah sekitar hepar dan gatal pada kulit. Pada anak-anak akan
ditemukan gejala hepatitis A berupa sakit tenggorokan dan batuk.
Orang dengan umur di atas 50 tahun dan mereka dengan penyakir liver kronis bisa
memiliki gejala yang lebih parah karena hepatitis A yang disebut infeksi hepatitis A
fuminant. Gejala itu antara lain gangguan pembekuan darah, konfusi, fungsi hepar yang
semakin memburuk dan jaundice yang semakin parah.6
4
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari Hepatitis A tidak ada yang spesifik karena penyakit ini dapat
sembuh sendiri dalam beberapa minggu sampai bulan. Yang harus dilakukan oleh penderita
Hepatitis A adalah istirahat dan memperbaiki keseimbangan cairan dan nutrisi bagi tubuh
karena pada penderita Hepatitis A di temukan gejala mual, muntah dan diare. Selain itu
hepatitis A dapat dicegah dengan imunisasi pasif maupun aktif.
Imunisasi pasif untuk hepatitis A adalah dengan pemberian HSIg (Human Normal
serum Imunoglobulin). Imuniasi ini terbagi atas pencegahan segera setelah kontak yaitu
untuk keluarga yang terdekat dan tinggal serumah dan pencegahan sebelum kontak yaitu
terhadap mereka yang akan berpergian kedaerah endemis.
Pemberian HSIg setelah kontak :
Dosis yang dianjurkan adalah 0.02 mL/kg BB, suntikan pada daerah deltoid
Diberikan dalam kurun waktu tidak lebih dari satu minggu setelah kontak
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi: kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi HAV akut
Karena HSIg ini bersifat sementara, berlaku untuk kurun waktu 2 bulan, maka United
States Public Health service Advisory Committee menganjurkan sebagai berikut:7 Kunjungan
singkat kurang dari 2 bulan : dosis 0.02 mL/kg BB dan kunjungan lama lebih dari 4 bulan :
dosis 0.08 mL/kg BB. Bagi mereka yang sering berpergian ke daerah endemis dianjurkan
untuk memeriksa total anti-HAV sehingga bila hasil laboraturium yang didapat positif, maka
tidak lagi diperlukan pemberian imunoglobulin, dan tentu saja bila hasilnya laboratoriumnya
negatif sebaiknya diberikan imunisasi aktif sehingga kekebalan yang akan didapat tentu akan
lebih bertahan lama.
Untuk imunisasi aktif hepatitis A, saat ini tersedia vaksin hidup yang telah
dilemahkan (live attenuated). Perkembangan pembuatan vaksin tergantung kepada strain
virus yang diisolasi yang harus tumbuh dengan baik dan dapat memberikan antigen yang
cukup. Ternyata kandidat yang terbaik adalah strain HM-175 yang diisolasi ke dalam sel
MRC-5. Substrat yang dipilih adalah human diploid cell line MRC-5 yang ternyata
merupakan substrat terbaik. Dengan cara diatas maka pada akhir tahun delapan puluhan telah
5
dapat dibuat jumlah besar virus hepatitis A yang dilanjutkan dengan pembuatan vaksin
heptitis A.
Produksi vaksin dibuat dengan memakai cara klasik pembuatan vaksin virus yaitu
dimulai dengan pembuatan bulk kasar vaksin yang diikuti permurniaan dan inaktivasi.
Berdasarkan penelitian tetnyata hasil cukup aman, dan telah terbukti pada pemberian
imunisasi hepatitis A menimbulkan kekebalan tubuh yang akan memberikan perlindungan
terhadap infeksi virus hepatitis A. Di Indonesia telah dipasarkan sejak tahun 1993, oleh Smith
Kline Beecham, dengan merek dagang HAVRIX, tiap kemasan satu flacon berisi standar
dosis satu ml (720 Elisa Unit) dengan pemakaian pada orang dewasa 1 flacon dan pada anak
kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis.
Pemberian vaksin HAV :
Efektivitas tinggi (angka proteksi 94-100%)
Sangat imunogenik (hampir 100% pada subyek sehat)
Antibodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90% subyek
Aman, toleransi baik
Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping utama adalah nyeri ditempat penyuntikan
Dewasa >19 tahun, 2 dosis HAVRIX® (1440 unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan
Anak >2 tahun, 3 dosis HAVRIX® (360 unit Elisa) pada 0,1 dan 6-12 bulan atau 2
dosis HAVRIX® (720 unit Elisa) pada 0,6-12 bulan. Lebih diajurkan 3 kali
pemberian
Vaksin HAV diberikan dengan indikasi :
Pengunjung kedaerah resiko tinggi
Homoseksual dan biseksual
IVDU
Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar biasa luas
Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka nasional.
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pramusaji
Pekerja pada bagian pembuangan air
6
Vaksin hepatitis A cukup aman dan imunogenik, pada beberapa pengalaman tentu
saja pada pemberian imunisasi seperti pada umumnya akan ditemukan reaksi samping
imunisasi berupa reaksi lokal pada tempat penyuntikan, kemerahan, oedematous, nyeri pada
penekanan dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Selain itu, seperti pemberian vaksin
pada umumnya, kontraindikasi vaksinasi hepatitis A adalah pada pasien yang sedang
menderita sakit parah atau mereka yang hipersensitif. Untuk pemberiaan vaksin HAV setelah
kontak belum jelas keberhasilannya.
Selain yang sudah disebutkan, terdapat pula vaksin kombinasi untuk perlindungan
dari hepatitis A dan B. Vaksin kombinasi (twinrix-glaxosmithkline®) mengandung 20 ug
protein HBsAg (Engerix B®) dan >720 unit elisa hepatitis A virus yang dilemahkan
(Havrix®). Vaksin ini memberikan proteksi ganda dengan pemberian suntikan 3 kali berjarak
0,1 dan 6 bulan. Diindikasikan untuk individu dengan resiko baik terhadap infeksi HAV
maupun HBV.4,8
DAFTAR PUSTAKA
7
1. Sherwood L. Sistem Pencernaan In: Yesdelita N, editor. Fisiologi Manusia : Dari Sel
ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011. p.675
2. World Healt Organization. Hepatitis A. [cited 2012 September 24]. Available:
http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/HepatitisA_whocdscsredc2000_7.pdf.
3. Noer HMS, Sundoro J. Hepatitis A. In: Sulaiman A, Akbar N, Lesmana LA, Noer S,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. 1st ed. Jakarta: Jayabadi; 2007. p. 193-200.
4. Sanityoso A. Hepatitis Viral Akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 5 th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. p. 644-51.
5. Gilroy RK, Katz J. Hepatitis A : Pathophysiology. August 29, 2012 [cited 2012
September 20]. Available: http://emedicine.medscape.com/article/177484-
overview#a0104
6. Price SA, Wilson LM. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. in Hartanto
H, Susi M, Wulansari T, Mahanani DA, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2005. p.491.
7. Koff RS. Clinical manifestation and diagnosis of hepatitis A virus infection, vaccine,
1992;10:S15-17
8. In: Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL,
editors. Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th ed. Jakarta: EGC; 2000.
p. 1653
8