Hepatitis A

12
I. PENDAHULUAN Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang terjadi karena bermacam penyebab, termasuk infeksi virus atau pajanan ke bahan toksik, seperti alcohol, karbon tetraklorida dan obat penenang tertentu. “Hepa” berarti berkaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang. Hepatitis A, salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia, adalah self-limited disease yang menyebabkan fulminant hepatitis dan kematian pada sebagian kecil pasien. Namun, merupakan penyebab signifikan morbiditas dan kerugian sosio-ekonomi di berbagai belahan dunia. 1,2 Ada lima virus yang diketahui me me ngaruhi hati dan menyebabkan hepatitis, salah satunya virus hepatitis A yang menyebabkan penyakit hepatitis A. Virus hepatitis A adalah penyakit dengan distribusi global. Prevalensi infeksi yang ditandai dengan tingkatan antibodi anti-HAV telah diketahui secara universal dan erat hubungannya dengan standar sanitasi atau kesehatan daerah yang bersangkutan. meskipun virus hepatitis A ditularkan melalui air dan makanan yang tercemar, namun hampir sebagian besar infeksi VHA didapat melalui transmisi endemik atau sporadik yang sifatnya tidak begitu dramatis. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa infeksi VHA saat ini menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara justru karena telah berhasilnya negara-negara tersebut memperbaiki keadaan perekonomian dan standar kesehatan lingkungannya sehingga infeksi VHA yang seharusnya 1

description

Hepatitis A

Transcript of Hepatitis A

Page 1: Hepatitis A

I. PENDAHULUAN

Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang terjadi karena bermacam penyebab,

termasuk infeksi virus atau pajanan ke bahan toksik, seperti alcohol, karbon tetraklorida dan

obat penenang tertentu. “Hepa” berarti berkaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang.

Hepatitis A, salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia, adalah  self-limited disease

yang menyebabkan fulminant hepatitis dan kematian pada sebagian kecil pasien. Namun,

merupakan penyebab signifikan morbiditas dan kerugian sosio-ekonomi di berbagai belahan

dunia.1,2

Ada lima virus yang diketahui memengaruhi hati dan menyebabkan hepatitis, salah

satunya virus hepatitis A yang menyebabkan penyakit hepatitis A. Virus hepatitis A adalah

penyakit dengan distribusi global. Prevalensi infeksi yang ditandai dengan tingkatan antibodi

anti-HAV telah diketahui secara universal dan erat hubungannya dengan standar sanitasi atau

kesehatan daerah yang bersangkutan. meskipun virus hepatitis A ditularkan melalui air dan

makanan yang tercemar, namun hampir sebagian besar infeksi VHA didapat melalui

transmisi endemik atau sporadik yang sifatnya tidak begitu dramatis.

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa infeksi VHA saat ini menjadi

suatu masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara justru karena telah berhasilnya negara-

negara tersebut memperbaiki keadaan perekonomian dan standar kesehatan lingkungannya

sehingga infeksi VHA yang seharusnya didapat saat masa anak-anak ternyata tertunda sampai

saat menjadi dewasa.

Infeksi VHA tersebut telah menimbulkan suatu masalah kesehatan di sebagian besar

negara-negara Eropa Selatan (Yunani, Portugal), Amerika Tengah dan Selatan (Cuba, Chili),

Asia (termasuk antara lain Indonesia), China, Korea, dan Singapore.3

II. EPIDEMIOLOGI

VHA merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika Serikat.

namun, kasus VHA dinegara ini telah menurunkan sejak tahun 1970-an. VHA lazim terjadi

pada anak dan dewasa muda. Terdapat peningkatan insidensi pada musim tertentu, yaitu pada

musim gugur dan musim dingin.

1

Page 2: Hepatitis A

VHA terutama ditularkan per oral dengan menelan makanan yang sudah

terkontaminasi feses. Penularan melalui transfusi darah pernah dilaporkan, namun jarang

terjadi (CDC,2000). Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat kontak

dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air minum, atau

dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak dimasak dengan baik. Kasus yang

timbul dapat bersifat sporadic, sedangkan epidemi dapat timbul pada daerah yang sangat

padat seperti pada pusat perawatan dan rumah sakit jiwa. Wisatawan ke daerah endemis

seperti Asia Tenggara, Afrika Utama, dan Timur Tengah juga sangat berisiko tertular bila

mereka melanggar aturan turis yang umum. Penularan ditunjang oleh sanitasi yang buruk,

kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak yang intim (tinggal serumah atau seksual). Masa

inkubasi rata-rata adalah 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera

sebelum timbulnya ikterus.

Vaksin VHA yang telah disetujui dapat diberikan bagi para wisatawan dan memberi

perlindungan jangka lama bila dibandingkan dengan immunoglobulin yang member

perlindungan untuk sekitar 5 bulan, bergantung pada dosis yang diberikan.3

III. ETIOLOGI

Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang digolongkan dalam

pikornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus dengan diameter 27-28 nm dan berbentuk

kubus simetrik. VHA merupakan virus RNA untai tunggal linier dengan ukuran 7,5 kb. Pada

manusia terdiri atas satu serotipe, tiga atau lebih genotipe. Pada mikroskop elektron terlihat

virus tidak memiliki mantel dan hanya memiliki satu nukleokapsid yang merupakan ciri khas

dari antigen virus hepatitis A. Virus hepatitis A mengandung lokasi netralisasi imunodominan

tunggal dan mengandung tiga atau empat polipeptida virion di kapsomer. Replikasi virus

hepatitis A terjadi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi dan tidak terdapat bukti nyata

adanya infeksi di usus. Virus ini juga menyebar pada primata non manusia dan galur sel

manusia. Agen penyebab hepatitis A ini dapat bertransmisi secara enterik. Virus ini tahan

terhadap cairan empedu, ditemukan ditinja, tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik,

dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.3,4

IV. PATOFISIOLOGI

2

Page 3: Hepatitis A

Virus Hepatitis A (HAV) adalah virus RNA single stranded enterovirus dari famili

picomaviridae. Di manusia, replikasi virus bergantung kepada uptake hepatosit dan

sintesisnya. Pembentukan virus hanya ada pada sel hati. Infeksi HAV dapat ditularkan

melalui ingesti (fecal oral transmission).

Setelah masuk dan menyerang hepatosit, virus RNA tersebut akan mengalami proses

uncoating dan ribosom dari pejamu akan bergabung dan membentuk polisom. Protein virus

akan dibentuk dan genom dari virus akan di kopi oleh polimerase RNA virus. Virus yang

telah jadi akan masuk ke jalur empedu dan dikeluarkan melalui feses. Virus yang berada di

feses individu terinfeksi lah yang akan menyebarkan HAV ke individu lain melalui jalur

ingesti.5

Virus yang menginfeksi hepatosit hati akan menyebabkan hepatosit yang terinfeksi

hancur. Kemudian hepatosit yang rusak ini akan merangsang reaksi inflamasi dan

mengakibatkan sel kupfer, merupakan salah satu makrofag di hati, akan membesar dan

mengakibatkan obstruksi aliran ductus biliaris dan aliran bilirubin direct serta penurunan

ekskresi bilirubin ke usus. Akibatnya, bilirubin direct yang telah mengalami konjugasi akan

mengalami reflux atau aliran balik ke pembuluh darah, dan mengakibatkan individu

mengalami jaundice dan ikterik.

Selain itu akibat bilirubin direct mengalami defisiensi turut menyebabkan

pembentukan garam empedu untuk memproses lemak di usus akan terhambat, sehingga turut

berdampak pada penyimpanan lemak yang belum dapat dicerna di lambung. Akibat

penumpukan lemak di lambung akan mengakibatkan regangan lambung dan merangsang

saraf simpatis serta parasimpatis di sekitar lambung. Terangsangnya saraf ini menyebabkan

individu ini mual muntah dan nafsu makan berkurang.

V. GEJALA KLINIS

Gejala hepatitis A akut terbagi dalam beberapa tahap:4

1. Fase inkubasi

Merupakan waktu di antara saat masuknya virus dan saat timbulnya gejala atau

ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Untuk hepatitis A

masa inkubasinya 15-50 hari (rata-rata 30 hari). Panjang fase ini tergantung pada

3

Page 4: Hepatitis A

dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum,

makin pendek fase inkubasi ini.

2. Fase prodromal (pra ikterik)

Fase di antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya ikterus. Awitannya

dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia mudah

lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia

berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat

terjadi. Demam derajat rendah (antara 38o-39oC) umumnya terjadi pada hepatitis A

akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau

epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas, akan tetapi jarang menimbulkan

kolesistitis.

3. Fase ikterus

Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan

munculnya gejala. Pada banyak kasus, fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus,

jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis

yang nyata.

4. Fase konvalesen (penyembuhan)

Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan

abnormalitas fungsi hati tetap ada. Munculnya perasaan sudah lebih sehat, kembalinya

nafsu makan. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi

dalam 9 minggu. Pada 5%-10% kasus, perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit

ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminan (dapat menimbulkan kematian).

Gejala umum hepatitis A pada orang kebanyakan, yaitu kelelahan, nafsu makan

menurun, nyeri otot, nausea dan muntah, serta demam ringan. Beberapa hari kemudian,

gejala dari gangguan hepar akan muncul, yaitu urin berwarna gelap, jaundice (sklera dan

kulit), nyeri perut terutama di daerah sekitar hepar dan gatal pada kulit. Pada anak-anak akan

ditemukan gejala hepatitis A berupa sakit tenggorokan dan batuk.

Orang dengan umur di atas 50 tahun dan mereka dengan penyakir liver kronis bisa

memiliki gejala yang lebih parah karena hepatitis A yang disebut infeksi hepatitis A

fuminant. Gejala itu antara lain gangguan pembekuan darah, konfusi, fungsi hepar yang

semakin memburuk dan jaundice yang semakin parah.6

4

Page 5: Hepatitis A

VI. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari Hepatitis A tidak ada yang spesifik karena penyakit ini dapat

sembuh sendiri dalam beberapa minggu sampai bulan. Yang harus dilakukan oleh penderita

Hepatitis A adalah istirahat dan memperbaiki keseimbangan cairan dan nutrisi bagi tubuh

karena pada penderita Hepatitis A di temukan gejala mual, muntah dan diare. Selain itu

hepatitis A dapat dicegah dengan imunisasi pasif maupun aktif.

Imunisasi pasif untuk hepatitis A adalah dengan pemberian HSIg (Human Normal

serum Imunoglobulin). Imuniasi ini terbagi atas pencegahan segera setelah kontak yaitu

untuk keluarga yang terdekat dan tinggal serumah dan pencegahan sebelum kontak yaitu

terhadap mereka yang akan berpergian kedaerah endemis.

Pemberian HSIg setelah kontak :

Dosis yang dianjurkan adalah 0.02 mL/kg BB, suntikan pada daerah deltoid

Diberikan dalam kurun waktu tidak lebih dari satu minggu setelah kontak

Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan

Indikasi: kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi HAV akut

Karena HSIg ini bersifat sementara, berlaku untuk kurun waktu 2 bulan, maka United

States Public Health service Advisory Committee menganjurkan sebagai berikut:7 Kunjungan

singkat kurang dari 2 bulan : dosis 0.02 mL/kg BB dan kunjungan lama lebih dari 4 bulan :

dosis 0.08 mL/kg BB. Bagi mereka yang sering berpergian ke daerah endemis dianjurkan

untuk memeriksa total anti-HAV sehingga bila hasil laboraturium yang didapat positif, maka

tidak lagi diperlukan pemberian imunoglobulin, dan tentu saja bila hasilnya laboratoriumnya

negatif sebaiknya diberikan imunisasi aktif sehingga kekebalan yang akan didapat tentu akan

lebih bertahan lama.

Untuk imunisasi aktif hepatitis A, saat ini tersedia vaksin hidup yang telah

dilemahkan (live attenuated). Perkembangan pembuatan vaksin tergantung kepada strain

virus yang diisolasi yang harus tumbuh dengan baik dan dapat memberikan antigen yang

cukup. Ternyata kandidat yang terbaik adalah strain HM-175 yang diisolasi ke dalam sel

MRC-5. Substrat yang dipilih adalah human diploid cell line MRC-5 yang ternyata

merupakan substrat terbaik. Dengan cara diatas maka pada akhir tahun delapan puluhan telah

5

Page 6: Hepatitis A

dapat dibuat jumlah besar virus hepatitis A yang dilanjutkan dengan pembuatan vaksin

heptitis A.

Produksi vaksin dibuat dengan memakai cara klasik pembuatan vaksin virus yaitu

dimulai dengan pembuatan bulk kasar vaksin yang diikuti permurniaan dan inaktivasi.

Berdasarkan penelitian tetnyata hasil cukup aman, dan telah terbukti pada pemberian

imunisasi hepatitis A menimbulkan kekebalan tubuh yang akan memberikan perlindungan

terhadap infeksi virus hepatitis A. Di Indonesia telah dipasarkan sejak tahun 1993, oleh Smith

Kline Beecham, dengan merek dagang HAVRIX, tiap kemasan satu flacon berisi standar

dosis satu ml (720 Elisa Unit) dengan pemakaian pada orang dewasa 1 flacon dan pada anak

kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis.

Pemberian vaksin HAV :

Efektivitas tinggi (angka proteksi 94-100%)

Sangat imunogenik (hampir 100% pada subyek sehat)

Antibodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90% subyek

Aman, toleransi baik

Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun

Efek samping utama adalah nyeri ditempat penyuntikan

Dewasa >19 tahun, 2 dosis HAVRIX® (1440 unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan

Anak >2 tahun, 3 dosis HAVRIX® (360 unit Elisa) pada 0,1 dan 6-12 bulan atau 2

dosis HAVRIX® (720 unit Elisa) pada 0,6-12 bulan. Lebih diajurkan 3 kali

pemberian

Vaksin HAV diberikan dengan indikasi :

Pengunjung kedaerah resiko tinggi

Homoseksual dan biseksual

IVDU

Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar biasa luas

Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka nasional.

Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik

Pekerja laboratorium yang menangani HAV

Pramusaji

Pekerja pada bagian pembuangan air

6

Page 7: Hepatitis A

Vaksin hepatitis A cukup aman dan imunogenik, pada beberapa pengalaman tentu

saja pada pemberian imunisasi seperti pada umumnya akan ditemukan reaksi samping

imunisasi berupa reaksi lokal pada tempat penyuntikan, kemerahan, oedematous, nyeri pada

penekanan dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Selain itu, seperti pemberian vaksin

pada umumnya, kontraindikasi vaksinasi hepatitis A adalah pada pasien yang sedang

menderita sakit parah atau mereka yang hipersensitif. Untuk pemberiaan vaksin HAV setelah

kontak belum jelas keberhasilannya.

Selain yang sudah disebutkan, terdapat pula vaksin kombinasi untuk perlindungan

dari hepatitis A dan B. Vaksin kombinasi (twinrix-glaxosmithkline®) mengandung 20 ug

protein HBsAg (Engerix B®) dan >720 unit elisa hepatitis A virus yang dilemahkan

(Havrix®). Vaksin ini memberikan proteksi ganda dengan pemberian suntikan 3 kali berjarak

0,1 dan 6 bulan. Diindikasikan untuk individu dengan resiko baik terhadap infeksi HAV

maupun HBV.4,8

DAFTAR PUSTAKA

7

Page 8: Hepatitis A

1. Sherwood L. Sistem Pencernaan In: Yesdelita N, editor. Fisiologi Manusia : Dari Sel

ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011. p.675

2. World Healt Organization. Hepatitis A. [cited 2012 September 24]. Available:

http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/HepatitisA_whocdscsredc2000_7.pdf.

3. Noer HMS, Sundoro J. Hepatitis A. In: Sulaiman A, Akbar N, Lesmana LA, Noer S,

editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. 1st ed. Jakarta: Jayabadi; 2007. p. 193-200.

4. Sanityoso A. Hepatitis Viral Akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata

M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 5 th ed. Jakarta: Interna

Publishing; 2009. p. 644-51.

5. Gilroy RK, Katz J. Hepatitis A : Pathophysiology. August 29, 2012 [cited 2012

September 20]. Available: http://emedicine.medscape.com/article/177484-

overview#a0104

6. Price SA, Wilson LM. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. in Hartanto

H, Susi M, Wulansari T, Mahanani DA, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2005. p.491.

7. Koff RS. Clinical manifestation and diagnosis of hepatitis A virus infection, vaccine,

1992;10:S15-17

8. In: Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL,

editors. Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th ed. Jakarta: EGC; 2000.

p. 1653

8